Title: Con Gracia
Author: Hangukffindo
Cast: Baekyeol (Baekhyun-Chanyeol)
Genre: Angst, Fluff, Romance
Rated: G
Length: 1882w
Summary:
Park Chanyeol tercipta di dunia untuk mengabulkan semua permintaan Byun Baekhyun.
*-*-*-*-*
Park Chanyeol tercipta di dunia untuk mengabulkan semua permintaan Byun Baekhyun.
Dia bukan malaikat. Bukan. Park Chanyeol bukan seorang malaikat yang punya sayap dan lingkaran emas di atas kepalanya. Chanyeol juga tidak memakai jubah putih, membawa panah kemana-mana, dan dia tidak bercahaya di malam hari.
Tidak.
Namun Chanyeol adalah seseorang yang sanggup mengabulkan semua permintaan Byun Baekhyun. Ini bukan sulap, juga bukan sihir. Hanya sebuah kekuatan yang entah datang darimana, menyanggupi Chanyeol memetik bintang di langit, mencuri bulan di malam hari, jika Baekhyun menginginkan awan jadi tempat tidurnya maka Chanyeol akan mencomot satu dari langit.
Namun permintaan Baekhyun tak setinggi itu.
“Chanyeol, bagaimana kalau kita buka sebuah restauran di spanyol?”
“Restauran?”
Baekhyun mengangguk antusias. Well, mereka tahu tak satupun dari mereka punya tangan ajaib seperti Kyungsoo atau Yixing yang pintar memasak, namun apapun itu mereka bisa mencobanya.
“Kau mau buka restauran di spanyol? Tidak kah itu terlalu jauh?”
Sekejap Baekhyun langsung cemberut sambil memainkan ujung kausnya, “Tapi pemandangan di spanyol sangat indah. Kita bisa membuka restauran di Barcelona, mereka bilang restauran di atas bukit adalah yang terindah dan…” Baekhyun berhenti bicara untuk menatap Chanyeol.
“Aku menginginkannya.”
Baekhyun tak pernah bercanda dalam omongannya. Dia ingin ‘ini’ dan itu berarti dia benar-benar menginginkannya. Chanyeol pun juga begitu. Saat dia pulang ke rumah pukul 11 malam, mengusik tidur Baekhyun untuk mengatakan:
“Aku sudah membeli lahan di Barcelona.” Dia menunjukkan sebuah gambar pada Baekhyun. “Dan restauran kita akan berdiri di bukit ini.”
Baekhyun kira dia masih berada dalam ambang mimpi dan kenyataan. Dia ragu. Namun melihat senyum muncul di wajah Chanyeol, dia tahu ini nyata. Baekhyun memeluk Chanyeol sambil menangis, “Sihirkah ini semua, Yeol?”
“Bukan. Ini bukan sihir, Baek,” bisik Chanyeol tertawa kecil.
Ini kenyataan.
Ini sebuah realita saat Baekhyun dan Chanyeol pindah ke Barcelona. Sekitar 6 bulan lamanya proses pembangunan restauran di atas bukit itu. Mereka berencana akan menjual pizza, tacos, burito, foi gras, pure terung dan aprikot. Setiap hari mereka menyusun resep dan mencari koki untuk dapur mereka.
Satu hal yang tak luput dari pikiran mereka adalah nama; nama restauran ini.
“Bagaimana jika namanya Baekyeol restaurant? Bukankah itu bagus?” usul Chanyeol bersemangat. Dia tersenyum bahagia membayangkan bagaimana nama itu akan dikenal orang sepanjang masa dan dia akan bangga menceritakan kisah dibalik nama itu dengan senang hati. Romantis.
Tapi Baekhyun…
“Tidak. Jangan Baekyeol,” Baekhyun menggelengkan kepala memandang papan reklame kosong restauran mereka. “Con Gracia.”
“Con Gracia?”
“Yap!”
“Kenapa?”
“Eumm…” Well, Baekhyun pasti punya alasan memilih nama itu. Mungkin Gracia yang diambil dari kata Gracias berarti terima kasih atau mungkin Con dari kata Bacon karena Baekhyun suka daging…
“Entahlah,” Baekhyun mengedikkan bahunya. “Aku hanya suka nama itu.”
Dan Chanyeol mematuhinya; ukir nama Con Gracia besar-besar di papan dan setelah selesai, dia merangkul Baekhyun sembari memandang papan itu.
“Con Gracia,” tutur Chanyeol.
“Con Gracia. Perfecto,” tambah Baekhyun dan mempererat rangkulannya pada Chanyeol.
*-*-*-*-*
Con Gracia.
Restauran itu buka pukul 7 pagi, melayani para pengunjungnya sarapan sepiring pure terung aprikot dan secangkir espresso hangat. Chanyeol bekerja di belakang etalase roti-roti sedangkan Baekhyun di kasir.
Semuanya begitu menyenangkan di mata Chanyeol, apalagi melihat sikap ramah Baekhyun pada pengunjung setiap kali memberi uang kembalian pada mereka sambil berkata, “Gracias! Que tengas un buen día!” (terima kasih! Semoga harimu menyenangkan!)
Mereka akan menghitung keuntungan mereka di penghujung hari. Betapa besar penghasilan mereka dan Baekhyun bahagia. Mereka juga akan mencoba temukan konsep unik untuk restauran mereka.
“Hei, Yeol. Bagaimana kalau kita jadi pemilik restauran yang berkumis?” tanya Baekhyun di satu malam.
“Kumis?”
Baekhyun mengangguk. “Biar kita semakin mirip orang spanyol.”
Oh, tumbuhkan kumis tidak secepat yang Baekhyun mau, maka hari itu juga Chanyeol pergi ke toko mainan dan membeli dua kumis palsu. Baekhyun terkikik geli saat Chanyeol menempelkan kumis itu di atas bibirnya dan dalam sekejap…mereka punya kumis.
“Hei, ini bagus juga,” komentar Chanyeol. “Aku jadi terlihat tampan.”
Mereka tertawa melihat pantulan wajah baru mereka di cermin dan ya, menurut Baekhyun, Chanyeol tampan.
Terkadang…
Baekhyun tidak mengerti.
Chanyeol selalu mengabulkan permintaannya bahkan sampai menumbuhkan kumis sekali pun.
“Terima kasih, Yeol.”
Chanyeol mengedipkan sebelah matanya. “No problemo.“
*-*-*-*-*
Mereka bahagia. Terlalu bahagia saat mereka sadar Con Gracia telah menjadi bagian dari Barcelona. Setiap pengunjung mengingat Con Gracia sebagai icon kota itu dan Baekhyun menangis haru mendengarnya.
Con Gracia…mimpi yang jadi kenyataan.
Tapi hari-hari Con Gracia kurang terkendali belakangan ini karena kesehatan Chanyeol yang menurun. Dia sering demam dan kondisinya tak memungkinkan dirinya untuk bekerja di restauran.
“Baek, aku tidak apa-apa. Aku bisa beker-”
“Chanyeol, suhu tubuhmu mencapai 39 derajat dan kau bilang itu tidak apa-apa?” pekik Baekhyun tak percaya. “Tidak. Kau tidak boleh pergi kemana-mana. Tetap di tempat tidur, Yeol!”
Itu terdengar seperti sebuah perintah; komando. Namun bagi Chanyeol itu adalah sebuah permintaan. Permintaan karena Baekhyun tak mau dirinya bertambah parah, permintaan karena Baekhyun cemas sekaligus menyayanginya.
“Kau harus bekerja sendirian tanpaku,” kata Chanyeol sedih.
“Aku tidak apa-apa,” Baekhyun tersenyum tipis dan memberikan sebuah kecupan di dahi sebelum pergi dari kamar.
Chanyeol memegang tangannya sejenak. “Janji padaku, jangan bekerja terlalu keras. Jangan sampai kelelahan.”
Baekhyun mengangguk. “Aku berjanji.”
Lalu Baekhyun melewati hari di Con Gracia tanpa Chanyeol dan itu…
Terasa sepi.
*-*-*-*-*
Baekhyun kira dia hanya akan menghabiskan harinya di belakang mesin kasir–sendirian–tanpa Chanyeol dalam dua hari, atau mungkin empat hari. Namun dia salah.
Itu bermula dari dua hari tanpa Chanyeol.
Tiga hari…
Satu minggu…
Dua minggu…
Tiga minggu…
Satu bulan…
Dua bulan…
Dan sampai bulan yang ke-empat, Baekhyun sadar selama ini dia pulang bukan ke rumah kecil mereka yang tak jauh dari Con Gracia, melainkan rumah sakit. Ya, kamar mereka seketika bukan menghadap ke arah pegunungan namun sebuah taman kecil milik rumah sakit dan kini kamar mereka punya nomor. 232.
“Hei…” sapa Chanyeol dengan suara parau. “Kau sudah pulang?” Chanyeol melirik jam di dinding. “Ini baru pukul lima.”
“Aku menutup Con Gracia lebih awal,” sahut Baekhyun seraya duduk di samping tempat tidur.
Chanyeol pun bingung. “Kenapa? Apa Con Gracia punya masalah, Baek?”
“Tidak,” Baekhyun menghela napas lelah dan memejamkan mata. “Aku hanya ingin lebih cepat kesini maka aku menutupnya.”
“Oh, Baek. Itu akan membuat para pelanggan sedih. Mereka tidak bisa makan malam di sana.”
Baekhyun kembali membuka mata dan yang ditemuinya adalah wajah cemas Chanyeol. “Tidak apa, Yeol. Mereka mengerti keadaanmu dan Con Gracia. Tenang saja.”
Ini aneh, pikir Chanyeol. Baekhyun bukan tipe orang yang mudah menyerah dan bagaimana Baekhyun tidak memintanya agar cepat kembali bekerja di Con Gracia. Baekhyun tak pernah meminta hal itu walau mungkin Chanyeol akan berusaha merealisasikannya.
*-*-*-*-*
Park Chanyeol tercipta di dunia untuk mengabulkan semua permintaan Byun Baekhyun.
Itu anggapan Baekhyun tiga tahun yang lalu.
Dan kini anggapan itu hancur berkeping-keping saat hari senin, Baekhyun tidak membuka Con Gracia sama sekali dan menghabiskan paginya dengan menggenggam tangan Chanyeol di samping tempat tidur.
Baekhyun memejamkan matanya dan berharap ini adalah sebuah mimpi buruk yang akan berakhir besok pagi, lalu dia akan meminta segalanya yang ada dunia. Dan Chanyeol akan mengabulkannya.
“Yeol, aku ingin bertanya padamu.”
“Apa?”
Baekhyun mengambil napas sejenak. “Bagaimana waktu itu kau bisa membeli tanah di Barcelona dan membangun Con Gracia?”
“Eumm…aku menjual tanah warisan ayahku di Gangnam.”
“Kenapa kau melakukannya?” tanya Baekhyun tak percaya. Bagaimana bisa Chanyeol menjual seenaknya tanah warisan?
Chanyeol tersenyum tipis padanya, “Karena aku menyayangimu, Baek.”
Jantung Baekhyun berhenti berdetak dan air mata mengalir di pipinya. Chanyeol akan menghapus air mata itu jika tangannya tak terlalu lemah dan penuh selang-selang infus. Dia benci melihat Baekhyun menangis.
“Yeol, jangan pergi,” isak Baekhyun.
“Jangan tinggalkan aku dan Con Gracia, kumohon.”
Itu sebuah permintaan. Itu sebuah permintaan. Baekhyun memintanya untuk jangan pergi meninggalkan Baekhyun dan mimpinya–Con Gracia. Itu sebuah permintaan dan Chanyeol seharusnya mengabulkan hal itu.
Tapi Chanyeol bukan seorang malaikat yang punya sayap dan lingkaran emas di atas kepalanya. Chanyeol juga tidak memakai jubah putih, membawa panah kemana-mana, dan dia tidak bercahaya di malam hari.
Maka…
Dia tidak bisa mengabulkan permintaan itu.
*-*-*-*-*
Con Gracia adalah icon Barcelona. Semua orang ingat hal itu. Restauran itu buka pukul 7 pagi, menyediakan pure terung aprikot dan espresso hangat setiap harinya. Ada dua orang yang melayani para pengunjung dengan ramah; satu yang bekerja di belakang mesin kasir dan yang satu lagi bekerja di belakang etalase roti-roti.
Namun mereka menyayangkan keputusan sang pemilik untuk menutup Con Gracia dan menjualnya. Tidak akan ada lagi Con Gracia yang berdiri di bawah cakrawala pagi. Tidak ada. Mereka merasakan kehilangan yang teramat besar.
Baekhyun juga merasakan kehilangan yang sama.
Dia kehilangan Chanyeol yang merupakan teman, sahabat, partner kerja, pasangan hidupnya. Dia berdiri di belakang counter Con Gracia sendirian dan bukan itu saja, dia akan selamanya hidup sendirian tanpa Chanyeol yang menemaninya.
Tidak akan ada Chanyeol yang siap mengabulkan permintaannya. Itu membuat Baekhyun sedih dan memutuskan untuk kembali ke Korea. Jalani hidup sambil berusaha lupakan Chanyeol, Barcelona, Con Gracia. Walau dia tahu itu sulit.
Hari itu adalah dua hari sebelum Baekhyun pulang ke Korea. Dia berdiri di depan Con Gracia, menatap bangunan itu lalu tiba-tiba ada seorang anak kecil menghampirinya.
“Halo.”
“Halo,” sapa Baekhyun.
Mata anak itu menelusuri wajah Baekhyun. “Apakah anda tuan pemilik Con Gracia?”
“Ya, itu aku.”
“Apakah anda akan menutup restauran ini?” cicitnya.
“Ya, aku akan menutupnya.”
Anak itu terlonjak kaget. “Oh, sayang sekali. Padahal aku dan adikku sering pergi ke sini untuk makan tacos dan susu cokelat. Adikku bilang restauran ini punya susu cokelat terenak, juga tacosnya dan dia tidak mau pergi ke tempat lain,” dia mengedikkan bahu kecilnya. “Maka itu sangat disayangkan jika anda menutup restauran ini.”
Hati Baekhyun terenyuh. Dia ingat Chanyeol selalu melarangnya untuk menutup Con Gracia sebelum waktunya karena dia takut para pelanggan akan sedih. Dan apa yang dia lakukan sekarang? Menutup Con Gracia selamanya dan merenggut kebahagiaan orang-orang?
Baekhyun berjongkok di depan anak itu. “Tapi jika restauran ini tetap buka, kau hanya bisa menikmati susu cokelat tanpa tacos. Karena—” Suaranya sedikit tercekat. “—karena si pembuat tacos telah tiada.”
Ya, Baekhyun pembuat susu cokelat, sedangkan Chanyeol pembuat tacos.
“Oh, tidak apa-apa. Aku dan adikku masih punya menu lain yang kami sukai. Tanpa tacos pun kami akan tetap pergi kesini.”
Bukankah ini sebuah jawaban? Walau tanpa tacos, si anak ini pun tetap akan mengunjungi Con Gracia dan mengapa Baekhyun tak melakukan hal yang serupa?
Mengapa Baekhyun tidak melanjutkan hidupnya di sini, meski Chanyeol tak bersamanya?
Baekhyun ingat dia adalah orang yang paling menyebalkan dan meminta ini itu pada Chanyeol. Lalu inilah saatnya dia mengabulkan satu permintaan Chanyeol.
Hari itu Baekhyun mencabut papan ‘Sale’ di pekarangan Con Gracia dan menelepon pihak agensi untuk membatalkan penjualan Con Gracia. Dia tidak menutup restauran ini.
*-*-*-*-*
“Yeol,” Baekhyun menatap langit di atasnya. Langit Barcelona yang indah diwarnai semburat merah dan awan-awan jingga. “Aku tidak menutup Con Gracia karena…”
Dia ingat Chanyeol melakukan segala sesuatunya atas dasar ini.
“Aku menyayangimu.”
-THE END-
A/N:
Actually I really don’t understand with the pic—Baekyeol with the moustaches LOL XD
Sebenernya aku mau bikin cerita lucu dari gambar itu, eh tapinya malah angst begini T_T tapi happy end kan walaupun gada Chanyeolnya huhu ;;;;;
Needs your review
