Quantcast
Channel: EXOMKFANFICTION
Viewing all articles
Browse latest Browse all 317

Take a Drink Together (Chapter 2)

$
0
0

take-a-drink-together-missfishyjazz

Take a Drink Together

presented by pearlshafirablue

Do Kyungsoo [EXO-K] – Kim Taeyeon [GG]
Kim Jongdae [EXO-M] – Kim Joonmyun [EXO-K] – Lee Sunkyu [GG]

| Action, Romance, slight!Mystery | PG-15 | Chaptered [2 of ?] |

All of the characters are God and themselves. They didn’t gave me any permission to use their personality in my story. Once fiction, it’ll be forever fiction. I don’t make money for this.”

Poster by MissFishyJazz

Previous Chapter
Prolog . 1

-o0o-

Aku tidak tahu dengan pasti apa yang terjadi. Kupadang wajah Joonmyun dari balik jendela. Tubuhnya lemas tak bertenaga. Banyak selang-selang aneh di sekeliling tubuhnya. Kaki kanannya diangkat ke atas—ditopang oleh selembar kain yang digantung di langit-langit ruangan.

Kelopak matanya menutup. Begitupula dengan bibirnya. Tidak ada tanda-tanda kehidupan sama sekali disana.

Sudah 2 hari Joonmyun tidak masuk sekolah. Terpaksa aku mengerjakan laporan rencana kegiatan outbound sendirian. Sooyoung sangat sibuk dengan urusan OSIS-nya.

Dan hari ini alasan mengapa Joonmyun tidak masuk sekolah baru terkuak. Sejak kemarin aku dan teman-teman satu kelas lainnya mengira ia absen atau pergi ke luar kota—memaklumi bahwa orangtuanya adalah pengusaha internasional. Hingga akhirnya Jongdae dan Sunkyu memberitahuku apa yang terjadi.

“Taeyeon!”

            Aku menoleh perlahan ke arah sumber suara. Jongdae dan Sunkyu terlihat berlari ke arahku. Wajah mereka pucat sekali. Aku menyerngit heran.

            “Ada apa? Kenapa kalian?” Tanyaku seraya berbalik. Aku menghapus titik-titik peluh yang mulai muncul di sekitar dahiku.

            “Joonmyun kecelakaan!”

Aku menghembuskan nafas berat. Meskipun Joonmyun tidak terlalu dekat denganku, tapi aku tahu ia seorang pemimpin yang bijaksana. Sudah 2 tahun kelasku dipimpin olehnya.

Aku mengalihkan pandanganku ke arah Sunkyu dan Jongdae yang sama cemasnya denganku. Kaki Jongdae bergerak-gerak gelisah. Sedangkan Sunkyu tidak berhenti-berhenti menggiggiti kukunya.

“Berarti, outbound kita terpaksa dibatalkan ya?”

Tubuhku membeku saat mendengar pertanyaan Sunkyu. Dibatalkan?

Pikiranku sekonyong-konyong terbang kembali ke peristiwa beberapa hari yang lalu.

.

“Percayalah, outbound itu akan dibatalkan.”

.

            DEG.

-o0o-

Aku meremas buku-buku jariku dengan gelisah. Menunggu orang itu datang.

Kuangkat tatapanku ke atas. Jam dinding yang tergantung indah di atas papan tulis kelas 9-A sudah menunjukkan pukul 5 sore. Bel pulang sudah berbunyi sejak 2 jam yang lalu.

Sebagian besar penghuni 9-A sudah pulang, dan hanya segelintir murid masih berkeliaran di sekolah. Termasuk aku.

Dan saat ini di kelas hanya tersisa aku sendiri. Yang lainnya sibuk dengan ekstrakurikuler dan kegiatan masing-masing di luar kelas. Ya, hari ini memang jadwal klub voli, mading dan jurnalistik latihan. Selain itu rapat OSIS masih belum selesai, sehingga masih banyak murid yang belum kembali ke rumah.

Terdengar suara pintu dibuka.

Aku menoleh.

Sosok yang daritadi kutunggu masuk dan berjalan ke arah mejanya—mengacuhkanku. Ia duduk sambil merapikan beberapa barang yang berserakan di atas mejanya.

Aku masih diam di tempat dudukku. Berusaha untuk tetap terlihat tenang.

Sejurus kemudian, aku mendengar tapakan kakinya berjalan keluar kelas. Aku membulatkan mataku dan buru-buru berlari mengejarnya. “Do Kyungsoo!”

Yang dipanggil menoleh. Tetap dengan ekspresi datarnya. “Ada apa?”

Aku meneguk salivaku banyak-banyak. Tatapanku kini menjadi milik ubin hijau yang kutapaki. “Em… ada yang mau kutanyakan.”

“Apa?” Jika awalnya ia hanya menoleh kini ia mulai berbalik menghadapku. Dan aku juga berusaha keras untuk menatapnya.

“Kau tahu, apa yang terjadi dengan Joon—”

.

Glek. Aku tidak sanggup melanjutkan saat tatapanku bertemu pandang dengannya. Manik hitam matanya itu menatapku intens. Sangat tajam dan menusuk. Seolah menuntutku untuk diam. Pancaran matanya terasa bengis—tanpa ampun.

Tapi aku merasa… ada hal lain disana.

“Kenapa? Apa yang mau kau tanyakan?”

Tiba-tiba suara beratnya itu membuyarkan lamunanku. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku berkali-kali.

“Aaah…” Aku mencari kata-kata yang pas untuk diucapkan. “Eum… Kyungsoo, kau tahu kan Joonmyun kecelakaan? Apa kau sudah menjenguknya?” Akhirnya pertanyaan bodoh itulah yang keluar. Padahal aku sendiri tahu bahwa saat ini Joonmyun sedang tidak boleh dijenguk.

“Joonmyun?” Kyungsoo seperti berpikir. “Aku tidak ada waktu.” Kilahnya seraya berbalik memunggungiku. Ia berjalan dan sosoknya mulai hilang di balik pintu.

Aku menghela nafas berat saat terdengar suara pintu ditutup. Kim Taeyeon, kau bodoh.

Sekarang tidak ada gunanya lagi aku berada di sekolah. Dengan lemas aku mengambil ranselku yang teronggok di sisi kursi dan langsung beranjak meninggalkan kelas.

-o0o-

            Terasa sebuah getaran kecil di saku celanaku. Ada sebuah panggilan masuk dari Sunkyu.

“Halo?”

“Ya! Kim Taeyeon! Kau sudah pulang? Kenapa kau tidak menungguku?” Suara Sunkyu yang cempreng dan memekakkan telinga itu membuatku harus menjauhkan ponsel beberapa senti dari telinga.

“Ah, maaf sekali, Sunkyu. Aku sedang tidak mood tadi berlama-lama di sekolah.” Jawabku sekenanya. Aku merapatkan jaket ketika angin mulai berembus menerbangi beberapa lembar daun kering di sekitarku. Surai coklatku mulai melambai-lambai.

Bagaimana bisa? Rasaku tadi kau yang ngotot ingin menungguku!” Protes Sunkyu kesal.

“Tadi memang begitu karena aku punya alasan, tapi ternyata—”

Do you think we’re stupid?!”

Deg.

Kata-kataku tercekat di tenggorokan. Aku menoleh ke belakang. Sebuah lorong gelap yang terletak di antara 2 rumah warga menganga lebar. Ada sesuatu disana.

“Su-Sunkyu, m-maaf, aku harus pergi.” Ucapku sebelum memutuskan telepon.

Aku diam sejenak. Angin musim gugur kembali meniup surai coklatku yang tidak terikat. Suara benturan barang dan makian semakin terdengar jelas dari tempat itu.

Dadaku berdegup 2 kali lebih cepat. Aku meremas buku-buku jariku dengan cemas. Rasa penasaran membakar rasa takutku. Aku harus ke sana.

Perlahan, aku berjalan tanpa suara menuju lorong gelap itu. Suara-suara aneh semakin jelas di telingaku. Aku mengintip ke dalamnya.

Dan kini, jantungku sudah tidak bisa berdetak lagi.

Do Kyungsoo ada disana.

Aku dapat melihat sosoknya dengan jelas. Tubuh dengan tinggi standar itu berdiri membelakangiku. Dan di depannya ada 2 orang lelaki berbadan besar yang mengenakan tuksedo hitam lengkap dengan dasi. Mereka berdua mengenakan kacamata hitam. Wajahnya tidak terlalu jelas—terkena pantulan matahari sore.

BBUAAK!

Aku menahan erangan yang nyaris saja keluar dari mulutku saat salah satu lelaki kekar tadi menghantamkan tinjunya pada dagu Kyungsoo. Tubuh Kyungsoo langsung jatuh tersungkur ke tanah dan bisa kulihat darah keluar dari mulutnya. Keringat dinginku mengalir deras. Apa yang harus kulakukan? Apa aku harus berlari ke sana dan melindunginya? Tidak-tidak. Aku tidak bisa bela diri, yang ada aku akan menyusahkannya.

Lapor polisi.

God, untung saja kau pintar saat ini Kim Taeyeon. Dengan lekas aku mengeluarkan ponselku dan menekan 112[1]. Terdengar nada sambung khas emergency call. Aku menunggu dengan tidak sabar.

Selamat sore, dengan kantor polisi pusat Seoul. Ada yang bisa—”

“To-tolong! T-temanku! Temanku dipukuli oleh 2 orang—”

DORR!!!

Tiba-tiba saja terdengar suara letusan pistol yang memekakakkan telinga. Aku terjengkang ke belakang dan tidak menghiraukan suara polisi yang terus memanggilku dari telepon. Aku buru-buru berbalik.

Do Kyungsoo. Ia berdiri disana. Berdiri dengan tegak meskipun aku tahu bibirnya sudah berlumuran darah. Di tangannya ada sebuah pistol. Pistol?

Aku mengucek-ngucek mataku dengan sebelah tangan. Aku tidak salah. Dia memang memegang pistol. Dan bisa kulihat lelaki yang memukulnya tadi terbaring di atas tanah. Lelaki yang lain sudah hilang entah kemana.

Aku buru-buru menarik kepalaku. Nafasku tidak beraturan. Adrenalinku dipaksa untuk berpacu lebih cepat. Buku-buku jariku mengeras.

Excuse me, are you okay?”

Lagi-lagi sebuah suara membuat tubuhku menegang kaget. Aku menoleh ke kanan. Seorang wanita berambut merah dengan senyum yang menawan menatap ke arahku. Dilihat dari penampilan dan wajahnya, tampaknya ia bukan orang Korea.

Y-yes.” Jawabku gugup. Wanita itu membungkuk. Ia tampak mengambil sesuatu. Ponselku.

Is this yours?” Tanyanya ramah. Aku memandang benda mungil berwarna perak yang ada di tangannya. Dengan ragu kuambil benda itu.

Tha-thank you.” Tuturku seraya membungkuk. Senyum wanita itu semakin merekah.

Lho? Taeyeon?”

Aku menoleh dan mendapati Kyungsoo sudah ada di sebelahku. Wajahnya tetap datar—seolah tidak terjadi apa-apa barusan. “Sedang apa kau disini?”

“Kyungsoo?” Sahutku kaku. Aku memandangi Kyungsoo dan wanita tadi satu per satu. Bingung.

Already done, sweetheart?” Aku menyerngit heran ketika wanita itu kembali bersuara. Apa ia berbicara pada Kyungsoo?

“Ayo kita pulang.” Kyungsoo menyahuti perkataan wanita tadi. “Selamat sore, Taeyeon.” Ucapnya sebelum berlalu meninggalkanku.

Aku melihat sosoknya didampingi wanita tadi masuk kedalam mobil Porsche hitam yang terparkir rapi dipinggir trotoar sebuah toko roti.

Pandanganku tidak bisa lepas dari mobil yang semakin lama kian menjauh itu.

Siapa wanita tadi?

.to be continued.

Inget, reviews dan komentar selalu ditunggu~^^



Viewing all articles
Browse latest Browse all 317

Trending Articles