Quantcast
Channel: EXOMKFANFICTION
Viewing all articles
Browse latest Browse all 317

Saranghaeyo Ahjussi (Chapter 1)

$
0
0

Cover Prologue and Last Chapter Picture

Saranghaeyo Ahjussi

Chapter 1

Wu Yi Fan, seorang pria mapan yang belum juga menikah di usianya yang akan menginjak 28 tahun itu harus terus menghindar dari segala perjodohan yang menimpanya bagai hujan. Dan di suatu tempat yang tak terduga, ia bertemu dengan Lee Youra, perempuan berumur 17 tahun yang mengaku, “Tidak akan pernah menyukai laki-laki yang terpaut usia lebih dari 4 tahun.” Tapi apa yang bisa mereka lakukan ketika cinta sudah menghampiri? Menghindar? Dan dengan memutuskan sebuah jawaban, Wu Yi Fan harus membuka lagi luka lamanya.

Previous Chapter: (Prologue)

Author:

Dreamcreampiggy

-

Length:

Chaptered

-

Genre:

Romance, Family, School Life, AU, Friendship

-

Rating:

Teenager

-

Cast:

-Lee Youra (OC)

-Wu Yi Fan/Kris (EXO-M)

-Park Chanyeol (EXO-K)

-Im Yoon Ah/Yoona (SNSD)

-Kim Jae In (OC)

-Kim Jae Joong (JYJ)

-Lee Yourin (OC)

-Song Qian/Victoria (f(x))

-

Disclaimer:

Cast are belongs to God, their self, and their parents except Original Characters. They are fake cast made by myself as an Author. Stories are mine. NO ONE allowed toPLAGIARIZE, copy-paste, translate, edit, and change half or this entire story without my permission.

~**^^**~

“YAAAAAK!”, Kris berteriak marah dengan kencang. Suaranya yang berat menggema memenuhi seluruh Bus. Namja berwajah seram yang tadi mengambil ponsel Kris kini telah berlari menuju pintu Bus bagian belakang untuk lari. Wajah Kris pucat pasi begitu mendapati ponselnya telah raib dari tangannya. Apa yang harus ia lakukan?

Data, Nomor ponsel dan hampir seluruh hal-hal penting telah tercantum pada ponselnya itu. Dan sebuah nomor lagi yang sangat penting baginya. Nomor seorang yeoja yang masih mengisi setengah hatinya hingga saat ini.

BRUKKK

Mata Kris yang tadinya menatap tajam penuh kemarahan dan kepanikan berubah membelalak tak percaya. Kini namja berwajah seram yang tadi mengambil ponselnya sekarang sudah tersungkur dan jatuh. Kris mengalihkan pandangannya pada seorang yeoja berseragam yang sedang menjulurkan kakinya.

Youra yang merasa di perhatikan segera menarik kakinya dan menatap Kris seksama. Apa yang barusan ia lakukan benar-benar di luar akal sehatnya.

Youra tersenyum bangga ketika berhasil menyandung kaki pencopet itu. Dengan sigap Youra segera mengambil ponsel Kris yang jatuh  terlempar agak jauh dari pencopet itu. Tapi tanpa Youra sadari pencopet itu telah bangkit dari jatuhnya dan berlari menuju arah Youra untuk kabur.

GREP

Youra merasakan tubuhnya hangat seketika itu juga. Tangan berbalut jas hitam sudah memeluk dirinya erat dan menariknya menuju kursi hingga ia terduduk tepat berhadapan dengan seseorang. Youra baru sadar ketika ia melihat wajah Kris berada dekat dengan dirinya. Terlambat sedikit saja saat itu juga Youra pasti akan jatuh tersungkur atau mungkin lebih parah karena harus bertubrukan dengan tubuh pencopet itu.

Youra yang masih terkejut hanya bisa diam. Mulutnya terkatup erat tanpa bisa di buka sedikit pun. Wajahnya memanas dan memerah, jantungnya pun berdegup kencang sekali.

“Neo gwenchana?”, suara berat Kris yang sudah kembali normal mengembalikan Youra pada kesadaran awalnya.

“Gwenchanayo.”, jawab Youra pelan. Ia berjalan mundur sedikit demi sedikit dari dekapan Kris. Kris yang mengetahui apa yang di lakukan Youra segera melepaskan tangannya dari punggung Youra.

“Ini ponsel anda.”, kata Youra pada Kris. Youra memberikan ponsel Kris dengan hati-hati. Kris pun mengambil ponselnya dan tersenyum.

“Khamsahamnida atas pertolonganmu.”, kata Kris.

Youra merasakan jantungnya kembali berdegup kencang ketika melihat Kris yang tersenyum langsung padanya. Bagaimana mungkin ia bisa begitu cepat berdebar-debar seperti ini?

“Ch..on..ma..naeyo.”, jawab Youra agak tergagap. Youra membungkukan tubuhnya kemudian berjalan menuju pintu belakang Bus dan turun dengan cepat. Kris yang masih berdiri di tempatnya memperhatikan Youra melalui jendela Bus yang sedikit demi sedikit mulai berjalan.

“Mata yeoja itu mirip Mom. Apa mungkin aku akan bertemu lagi dengannya?”, kata Kris dalam hati. Ia membalikan tubuhnya dan kembali duduk di kursi yang di tempati Youra sebelumnya.

~**^^**~

“Naik bus? Gege serius?”, kata Kim Jae In kaget setelah mendengar penjelasan Kris. Nyonya Wu dan Jae Joong hanya diam sambil menyantap makan malam mereka di ruang makan yang bernuansa Eropa itu. Meja besar di hadapan mereka menyajikan begitu banyak menu masakan mewah. Beberapa pelayan berseragam hitam-putih berbaris memanjang di pinggir meja makan.

“Ne. Memangnya salah?”, jawab Kris dengan wajah datar. Matanya tak menatap Jae In, anak dari ayah dan ibu tirinya. Sekaligus yeodongsaeng Kris.

“Jadi, kau nekat naik Bus untuk pertama kali hanya untuk menghindari acara Eomma? Astaga Wufan. Dengar. Untuk apa kau melakukan hal itu? Bahkan sampai kau hampir di copet?”, kata Nyonya Wu tak percaya.

“Aku ini sebentar lagi  28 tahun Eomma. Aku bisa menjaga diriku sendiri. Lagipula aku tak suka cara Eomma menjodohkanku dengan banyak yeoja.”, kata Kris masih dengan nada pelan dan sopan pada Eommanya. Jae Joong yang dari tadi diam hanya mengangguk menyetujui kata-kata Kris.

“Karena umurmu itu maka cepatlah mencari yeoja dan menikah. Jangan mengatakan umurmu sebentar lagi 28 tahun seperti seorang anak yang mengatakan dirinya sebentar lagi 16 tahun. Lagipula Appa-mu tak pernah memaksakanmu terlalu serius dengan perusahaan. Jae Joong bisa membantumu. Begitu juga Appa-mu. Lagipula tadi hanya teman Eomma yang datang.”, jelas Nyonya Wu tegas.

“Sudahlah Eomma. Wufan pasti juga sedang berusaha. Mecari yeoja bukan hal yang mudah kan? Lagipula sekarang Wufan baik-baik saja.”, kata Jae Joong menengahi perdebatan antara Kris dan Nyonya Wu saat makan malam itu.

“Dad kemana? Aku tak melihatnya?”, tanya Kris.

“Appa-mu sedang ada urusan di Beijing. Mungkin ia akan pulang lusa. Bertepatan saat pertemuan rekan bisnis baru nanti.”, jelas Nyonya Wu yang sekarang sudah lebih tenang.

Kris mengangguk lalu mengacungkan gelasnya yang kosong ke arah pelayan. Dengan cepat salah satu pelayan segera mengisi gelas Kris dengan air putih.

“Apa Gege masih menyukai Yoona Eonni?”, tanya Jae In dengan wajah polos. Kris yang sedang meminum airnya dengan pelan langsung tersedak begitu mendengar kata-kata dari Jae In.

“Omo. Ayo minum dulu.”, kata Nyona Wu yang segera berdiri dan mengambilkan gelas Kris yang tadi ia taruh di meja dan berjalan mendekati Kris. Tangan Nyonya Wu mengusap pelan punggung Kris agar ia berhenti terbatuk.

“Dasar anak kecil. Itu bukan urusanmu.”, kata Jae Joong kesal. Jae In menggembungkan pipinya dan kembali memakan makanannya.

“Gwenchana Eomma.”, kata Kris akhirnya, setelah ia berhenti terbatuk. Kris memejamkan matanya dan mengusap dahinya pelan.

“Mianhae Gege.”, kata Jae In akhirnya pada Kris. Kris hanya mengangguk dan berdiri.

“Aku sudah selesai. Besok aku juga akan mulai pindah. Aku duluan.”, kata Kris lalu berjalan menuju tangga yang besar.

“Wufan.”, suara Nyonya Wu menghentikan langkah Kris. Kris berbalik menatap Eomma-nya dan terdiam.

“Jaga dirimu. Makan yang teratur. Jangan terlalu lelah bekerja. Jika ada waktu habiskanlah untuk tidur, jangan membaca buku terus-menerus. Kau harus bisa menjaga dirimu.”, kata Nyonya Wu lembut. Kris mengangguk dan tersenyum lalu menaiki anak tangga menuju kamarnya dengan pelan.

~**^^**~

Youra melangkahkan kakinya keluar dari gerbang sekolahnya menuju halte bus. Youra mengusap dahinya yang di basahi oleh keringat setelah seharian menghabiskan waktu untuk belajar. Youra memundurkan langkahnya dan terduduk di kursi halte tersebut sambil menunggu Bus tujuannya tiba. Bayangan namja ber-jas hitam terlihat begitu nyata sedang berdiri di sampingnya dengan tatapan tajam.

“Aku ingin bertemu lagi.”, kata Youra pelan. Ia mencengkram jari-jarinya kuat. Bolehkah ia berharap?

Youra segera bangkit berdiri begitu melihat Bus yang ia tunggu sudah berhenti. Youra memilih bangku ke-tiga dari depan. Ia sengaja memilih bangku dekat jendela. Sepanjang perjalanan Youra bergumam dalam hati berharap agar seorang namja ber-jas hitam sedang berdiri di salah satu halte.

~**^^**~

Youra yang sedang berjalan sambil menendang bebatuan di sekitar kakinya menyipitkan matanya begitu melihat sebuah Truk jasa pengangkut barang terparkir rapih di depan sebuah rumah yang memang sudah lama kosong.

“Tetangga baru?”, tanya Youra dalam hati. Ia menggelengkan kepalanya tak perduli dan mengusap keringatnya. Berjalan dari Pintu utama perumahan sampai ke rumahnya memang tidak dekat. Bahkan menguras tenaga sebenarnya. Apalagi di tambah ia yang gagal bertemu dengan namja ber-jas hitamnya itu.

Youra menyebrangi jalan dan menggeser sedikit gerbang rumahnya ke samping. Dengan langkah pelan Youra berjalan menuju pintu rumahnya. Youra memasukan kunci di lubang pintu dan mencoba membukanya.

“Annyeong.”, kata Youra begitu ia membuka pintu rumahnya yang besar. Youra segera berjalan masuk tanpa menunggu balasan apapun. Sudah menjadi kebiasan jika sapaannya tak ada tanggapan dari siapapun. Eomma dan Eonni yang bekerja di butik, begitu juga seorang Appa yang bekerja sebagai arsitek tentunya tak akan mungkin berada di rumah 24 jam jika bukan karena suatu hal.

“Sudah pulang? Bagaimana harimu?”, tanya seorang wanita paruh baya yang baru saja keluar dari dapur sambil membawa sebuah piring berisi Cheese Cake yang dihias cantik, siapa lagi kalau bukan Nyonya Lee.

“Eomma? Bagaimana bisa Eomma di rumah? Bukannya Eomma di butik?”, tanya Youra bingung mendapati Nyonya Lee yang biasanya mengurus usaha butiknya yang terletak di daerah Myeongdong itu. Nyonya Lee berjalan mendekati Youra sambil menggeleng.

“Aniyo. Hari ini biarkan Eonnimu saja yang mengurus butik.”, kata Nyonya Lee dengan suara khasnya yang pelan dan lembut.

“Wuah! Eomma membuat kue?”, kata Youra yang baru saja menaruh tasnya di Sofa ruang tengah. Mood Youra segera membaik begitu sadar Eommanya membuat sebuah kue. Youra menjulurkan tangannya siap menyentuhkan salah satu jarinya ke atas Cream Cheese Cake ketika dengan sigap Nyonya Lee memukul pelan punggung tangan Youra.

“Wae?”, tanya Youra sambil menggembungkan pipinya kemudian memajukan bibirnya ke depan.

“Ini bukan untukmu. Kue ini untuk tetangga baru kita. Tolong antarkan ya.”, kata Nyonya Lee sambil memberikan sepiring besar kue itu ke tangan Youra. Youra sedikit terhuyung mendapati beban piring yang tidak enteng itu.

“Arasseo. Tapi Eomma juga membuat kue untukku kan?”, tanya Youra memastikan bahwa Eomma-nya tak lupa membuatkan sebuah kue juga untuk putri tercintanya ini.

“Ne. Eomma sudah membuatnya. Jangan lupa rumah tetangga baru kita itu yang ada di sebelah kiri ne?”, kata Nyonya Lee.

“Ok!”, kata Youra sambil mengedipkan sebelah matanya pada Nyonya Lee kemudian berjalan menuju pintu depan dengan santai namun sedikit terhuyung-huyung membawa piring tersebut yang di bebani oleh sebuah kue yang cantik dan lezat.

~**^^**~

Youra berjalan sambil membayangkan seperti apa tentangga barunya itu. Apakah tetangga barunya itu sebuah keluarga? Atau seorang yeoja? Atau namja? Youra berhenti melangkah ketika ia mendapati gerbang rumahnya yang masih tertutup. Perlahan Youra membuka gerbang itu dan berjalan keluar.

Tak berapa lama Youra sudah berjalan masuk melewati gerbang rumah tetangga berunya yang terbuka lebar. Truk jasa pengangkut barang masih terparkir rapih di depan rumah itu. Youra menarik napas dan berdeham juga tidak lupa merapihkan rambutnya dengan sebelah tangan sambil menahan piring dengan tangannya yang satu lagi.

“Tok tok tok..”, Youra mengetuk pintu depan rumah tetangga barunya itu dengan pelan. Youra sedikit mengintip ke dalam rumah lewat pintu depan yang tidak tertutup. Beberapa laki-laki berseragam sedang berdiri tegak mendengarkan sesuatu yang di katakan seorang namja yang sangat tinggi di dalam ruangan.

“Tok tok tok..”, sekali lagi Youra mengetukan tangannya di pintu. Bukan karena ia tak sabar. Tapi karena ia tak tahan harus berlama-lama menahan berat piring di tangannya ini. Namja yang tadi sedang berbicara segera menghentikan pembicaraannya dan berjalan menuju pintu depan.

Youra menundukan kepalanya menatap kue yang ada di tangannya, mengamati setiap hiasan yang Eomma-nya buat dengan cantik. Youra meneguk ludahnya melihat Cream yang teroles rapih di sekeliling dan atas kue.

“Ne?”, sebuah suara yang tampaknya tak asing mengalihkan pikiran Youra dari kue itu. Youra mengangkat kepalanya dan mendapati sosok namja idamannya telah berdiri tepat di depannya. Jantung Youra berhenti berdetak saat itu juga.

“Omo.”, kata Youra tak terdengar. Hanya bentuk bibirnya saja yang berbentuk huruf ‘O’ yang dapat dijadikan sebuah pertanda untuk menebak apa yang ia katakan.

“Kau yeoja yang menolongku di Bus tempo hari kan?”, tanya namja itu yang tidak lain adalah Kris. Kris tersenyum sambil mengeluarkan tangannya dari saku celana coklat selututnya.

“Ne.”, jawab Youra seadanya sambil mengangguk penuh dengan perasaan gugup. Hampir setiap saat dalam perjalanan menuju sekolahnya Youra selalu memperhatikan setiap sudut jalanan untuk memastikan di mana namja yang pertama kali memeluknya itu. Tanpa ia sadari sekarang Kris, namja idamannya telah berdiri di depannya. Bahkan menjadi tetangganya.

Suasana berubah hening ketika itu juga. Tapi dengan cepat Youra mengutarakan maksudnya itu.

“Saya ingin mengantarkan kue ini sebagai ucapan selamat datang.”, kata Youra sambil memberikan piring berisi kue itu pada Kris. Kris segera mengulurkan tangannya dan menerima kue Youra.

DEG

Jantung Youra lagi-lagi berdetak kencang ketika tangannya menyentuh sedikit tangan Kris. Apalagi rasa itu? Apa ada yang salah dengan Youra? Bagaimana ia bisa berdebar-debar saat bersentuhan sedikit saja dengan Kris? Pasti ada yang salah.

“Gomawo atas kue-nya. Dan Gomawo atas tempo hari.”, kata Kris ramah sambil melontarkan senyuman pada Youra.

“Ne.”, kata Youra. Kuku jarinya memutih ketika ia mencengkram ujung rok seragamnya sendiri untuk menghilangkan rasa gugup.

“Rumahmu di sebelah mana?”, tanya Kris sekedar untuk basa-basi.

“Tepat di sebelah kanan rumah anda.”, kata Youra.

“Oh.. Ternyata sangat dekat ya. Kalau begitu sekali lagi Gomawo mmm…”, kata  Kris kebingungan memanggil Youra. Dia harus memanggil apa? Bahkan Kris belum tahu nama Youra.

“Lee Youra Imnida. Panggil saja Youra. Bangap Seumnida.”, jawab Youra sambil membungkukan tubuhnya.

~**^^**~

“Jadi saya harap di liburan yang cukup panjang ini kalian bisa menggunakannya untuk ber-istirahat dan bersenang-senang. Tapi jangan lupa untuk belajar.”, ucap Ji Woong Songsaenim di depan kelas. Setiap anak tersenyum bahkan bersorak sangat gembira. Kecuali Youra yang sedang tersenyum sendiri sambil menatap langit lewat jendela di sampingnya. Chanyeol yang baru saja selesai bersorak-sorak dan memperkeruh suasana menatap sinis Youra.

“Dasar gila.”, kata Chanyeol sambil menggeleng-geleng. Youra yang mendengar perkataan Chanyeol segera melihatnya dengan tatapan siap membunuh.

“Hehehe. Gila dan genius itu tipis. Kalau kau gila berarti kau genius. Hehehe.”, kata Chanyeol sambil tersenyum menunjukan gigi-giginya. Youra balas tersenyum malas dan memutar bola matanya.

“Kau ini kenapa?”, tanya Chanyeol prihatin. Ia bingung dan takut dengan sikap Youra yang suka tersenyum dan tertawa sendiri. Maka dari itu Chanyeol sudah mengira Youra gila.

“Bukannya aku sudah bercerita tentang Namja tampanku itu?” tanya Youra pada Chanyeol. Wajah Chanyeol berubah sinis tiba-tiba.

“Iya. Namja yang kau bilang tampan tapi tak kau ketahui namanya.”, kata Chanyeol sebal.

“Jangan begitu tapi dia memang tampan. Suaranya itu dalam dan merdu. Aduh aku terbayang-bayang terus Yeol~”, kata Youra sambil memegang pipinya yang memerah.

“Ah Berisik! Aku tak mau dengar lagi! Terserah! Lalala!”, kata Chanyeol yang segera berdiri dari bangkunya dan menutup kedua telinganya. Pandangan semua anak kini teralih padanya.

“Api sih Yeol? Teriak-teriak segala. Suaramu itu mengganggu!”, kata Baekhyun yang kemudian melempari kepala Chanyeol dengan gumpalan kertas.

“Aish! Jangan lempar-lempar!”, kata Chanyeol dan mengambil kertas lemparan Baekhyun lalu membukanya.

“Wah! Ini kertas contekan ulangan kemarin!”, kata Chanyeol sambil menggelengkan kepalanya dan menunjuk-nunjuk Baekhyun. Youra hanya menatap Chanyeol dan kadang tersenyum kecil lalu kembali mengamati awan. Kembali terhanyut dengan bayangannya.

Chanyeol mencuri pandangan sedikit ke arah Youra. Bagaimana mungkin Youra tak menyadari Chanyeol yang cemburu saat Youra menceritakan namja idamannya? Apa yang harus Chanyeol lakukan agar Youra melihatnya?

~**^^**~

“Kau sudah dekat Hyung?”, kata Kris pada Jae Joong melalui ponselnya.

“Kau yakin kartu kreditku tertinggal di tempat acara kemarin?”, tanya Jae Joong yang agak panik. Kris hanya menggeleng sebentar tak habis pikir dengan Hyung-nya yang mudah sekali panik.

“Ne. Kemarin kau menjatuhkannya. Kebetulan aku melihatnya. Jadi aku ambil. Tapi aku lupa untuk memberikan kepadamu kemarin.”, kata Kris. Ia yang hari ini memang masih berlibur hanya duduk di Sofa-nya sambil membuka dompetnya dan memastikan kartu kredit Jae Joong berada di dalam dompetnya.

“Arasseo. Aku sudah akan sampai. Kau keluar saja sekarang.”, kata Jae Joong diikuti nada monoton pertanda Jae Joong sudah memutuskan sambungan teleponnya.

~**^^**~

“Wasseo.”, kata Chanyeol yang sudah memberhentikan motornya yang baru saja keluar dari bengkel kemarin di depan rumah Youra. Chanyeol tersenyum saat melihat Youra yang sedang berusaha turun dari motornya dan kini berdiri di depannya.

“Gomawo. Selamat berlibur.”, kata Youra pada Chanyeol. Chanyeol tersenyum dan mengangguk.

“Jangan lupa telepon ne?”, kata Chanyeol sambil menggerakan kelingking dan jempol-nya di depan telinga.

“Arasseo.”, kata Youra tersenyum senang. Chanyeol mengacak-acak rambut Youra kemudian melambaikan tangannya. Tak lama kemudian ia segera memacu motornya meninggalkan Youra yang masih sibuk berdiri di depan gerbangnya. Youra membalikan tubuhnya dan mengeluarkan kunci gerbang.

“Youra!”, suara dari arah seberang membuyarkan lamunannya tentang hal barusan. Youra yang baru sadar mendapati Yourin sedang berdiri di seberang jalan sambil membawa banyak sekali kantung plastik yang berisi barang-barang belanjaan dari Toko Swalayan yang berada di depan perumahan.

“Ne?”, kata Youra sadar. Ia segera menjawab.

“Bisa kau kesini dan membantuku? Belanjaan ini berat.”, kata Yourin yang terlihat sangat kesusahan memegang beberapa kantung plastik yang lumayan berat itu.

Youra mengangguk lalu berjalan pelan ke seberang tanpa mengamati kanan kirinya.

TIIINNNN!

~**^^**~

Kris bangun dari duduk nyamannya di sofa dan berjalan keluar halaman rumah. Kris membuka-buka isi dompetnya dan sekali lagi menge-cek kartu kredit Jae Joong. Kris yang sedang melihat-lihat beberapa kartu yang terdapat di dompetnya berjalan santai keluar gerbang.

TIIINNNN!

Kris membelalakan matanya ketika melihat pemandangan gawat di depannya. Tanpa menunggu lagi Kris segera berlari menjatuhkan dompetnya ke tanah menuju jalan.

BRUK

Tubuh Kris dan seorang yeoja terjatuh ke tepi jalan. Sedangkan mobil itu berhenti tepat sebelum menabrak mereka.

Kris merasakan tubuhnya sedang mendekap seseorang. Tangan kananya berada tepat di belakang kepala seseorang menghindari kepala orang itu dari benturan. Dan tangan kirinya melingkar di tubuh orang itu.

Youra yang merasa kematiannya sudah dekat saat melihat sebuah mobil Sport mewah berwarna putih melaju cukup kencang hampir menabraknya, akhirnya berani membuka matanya. Youra mengerjapkan matanya berkali-kali begitu sinar matahari yang menyilaukan masuk kedalam matanya.

“Gwenchana?”, sebuah suara yang ia kenali dan ia ingin selalu dengar menyadarkan Youra yang masih dalam keadaan terkejut.

“Ummmm..”, kata Youra bergumam. Youra berusaha mengangkat tubuhnya agar terduduk dan menyadari sesosok namja yang berada tepat di depannya. Wajah namja itu yang panik membuat jantung Youra berdebar-debar.

“Omo! Mianhae!”, sebuah suara diikuti genggaman yang membantu Youra berdiri dari Jae Joong yang baru saja keluar dari mobilnya akhirnya menyadarkan Youra 100%.

“Youra!”, Yourin berlari panik menghampiri Youra yang sekarang sudah berdiri. Kris masih berdiri memegang pundak Youra untuk membantu yeoja  itu agar tetap berdiri dan tidak jatuh.

“Neo! Berani-beraninya kau hampir menabrak dongsaeng-ku! Bagaimana kalau ia benar-benar tertabrak?”, kata Yourin marah sambil memukul tubuh Jae Joong dengan tas tangannya berkali-kali.

“Aaaa.. Appo! Mianhae.. Jeongmal Mianhae..”, kata Jae Joong meminta maaf pada Yourin dan Youra yang sudah sadar. Youra terdiam dan menarik tangan Yourin agar berhenti memukul Jae Joong. Sedangkan Kris membantu Jae Joong.

“Eonni berhenti.”, kata Youra yang akhirnya berhasil menghentikan pukulan Yourin terhadap Jae Joong.

“Neo gwenchana?”, tanya Yourin.

“Gwenchana.”, kata Youra mengangguk.

“Mianhae Youra-ssi. Maafkan Hyung-ku.”, kata Kris mewakili Jae Joong untuk meminta maaf.

“Mianhae. Jeongmal Mianhae. Tadi itu adalah kesalahanku karena tidak memperhatikan jalan. Mianhae.”, kata Jae Joong membungkuk berkali-kali. Ia mengakui kesalahannya. Karena kecerobohannya yang mengalihakan pandangannya pada ponselnya itu ternyata hampir membawa hal celaka pada Youra.

“Neo!”, kata Yourin yang sudah terbakar amarah dan hampir memukul Jae Joong lagi tapi dengan cepat Youra menghentikan Yourin.

“Youra-ya!”, kata Yourin agak gusar.

“Sudah Eonni. Ayo kita pulang saja.”, kata Youra. Yourin mengangguk dan berbalik kemudian mengambil beberapa kantung plastik berisi barang-barang belanjaan mereka. Dengan susah Yourin menuntun Youra menuju rumah.

Youra tersenyum sebentar lalu berkata tanpa suara pada Kris. Namun Kris mengerti Youra mengucapkan ‘Gomawo’ untuknya. Youra melihat tangan Kris yang agak lecet saat membantunya tadi. Tanpa Kris mungkin Youra sudah terbaring di rumah sakit sekarang.

Kris mengangguk lalu berjalan menuju depan rumahnya dan mengambil ceceran dompet dan beberapa kartu lalu membuka gerbangnya lebar-lebar agar Jae Joong bisa memasukan mobilnya. Kris berjalan masuk menuju rumahnya sedangkan Jae Joong meringis kesakitan karena pukulan dari Yourin. Jae Joong dengan cepat dan masih meringis sakit memasukan mobilnya kedalam halaman rumah Kris.

“Neo Gwenchana? Aku akan mengobatimu kalau ada yang sakit.”, kata Yourin khawatir.

“Aniyo. Aku baik-baik saja.”, kata Youra meyakinkan Yourin.

“Kau mengenal namja yang menolongmu tadi?”, tanya Yourin sambil menuntun Youra.

“Ne. Dia tetangga baru kita. Aku sudah bertemu beberapa kali dengannya.”, kata Youra. Youra melepaskan tangan Yourin dan menunjukan dirinya baik-baik saja. Yourin yang mengerti akhirnya berjalan memasuki gerbang sambil membawa banyak sekali kantung plastik.

Youra yang berjalan di belakang menyipitkan matanya begitu mendapati sesuatu berbentuk kartu tergeletak di dekat gerbang rumahnya. Ia menatap Yourin yang sudah berjalan menuju pintu depan. Youra mendapati garasinya yang kosong. Itu berarti Appa dan Eomma-nya tak ada dirumah.

Syukurlah. Setidaknya Youra tak akan dikhawatirkan berlebihan oleh Eomma-nya. Youra berjalan memungut kartu yang sedari tadi ia lihat. Ia mengambil kartu itu dan melihat ke samping. Gerbang rumah Kris masih terbuka namun Youra yakin Kris sudah memasuki rumahnya.

Youra pun memasukan kartu itu kedalam kantung seragamnya lalu berjalan masuk.

~**^^**~

Youra melemparkan tasnya ke tempat tidur lalu merebahkan dirinya. Youra mengambil sesuatu dengan susah dari kantung seragamnya lalu mengeluarkan benda itu. Youra mengamati benda yang lebih mirip kartu itu dan membacanya.

“Ini kan ID Card.”, kata Youra.

Youra membelalakan matanya ketika melihat foto yang tertera pada kartu itu. Jantungnya berdebar-debar. Matanya segera menelusuri setiap tulisan pada ID Card itu.

“Omo! Ini ID Card milik namja itu!”, kata Youra tak percaya.

“Namanya Wu Yi Fan? Ohhh.. Namja ini Chinese. Pantas wajahnya tak terlihat seperti orang Korea pada umumnya..”, Youra membaca nama Kris dengan tenang. Matanya membesar begitu membaca tanggal lahir yang tertera pada ID Card itu.

“Hah? Jangan bercanda! 6 November 1984? Namja ini akan berumur 28 tahun November nanti?”, kata Youra dengan mata terbelalak.

“Aniyo!”

~**^^**~

“Omo! Gawat!”, Kris berkata dengan panik. Ia melangkahkan kakinya ke seluruh penjuru ruangan kamarnya. Tempat tidurnya yang tadinya tertata rapi sudah berubah berantakan. Pintu lemari coklatnya terbuka, begitu juga dengan beberapa laci. Kris melongok dengan penuh harap ke bawah tempat tidurnya. Berharap bisa menemukan suatu benda yang sangat penting.

“Aku yakin, sebelum Jae Joong Hyung datang ID Card-ku masih ada di dalam dompet.”, kata Kris sambil menggaruk belakang kepalanya kasar. Rasa heran menggerogoti dirinya.

“Ting Tong.”, Kris yang tadinya sedang berpikir segera berjalan ke luar kamarnya ketika mendengar suara bel. Ia yang sudah berdiri di depan pintu depan segera membuka pintu itu.

“Annyeong Haseyo.”, Kris menatap seorang yeoja yang beberapa waktu lalu ia selamatkan dan menyapanya. Lee Youra berdiri sambil menundukan kepalanya kebawah. Kedua telapak tangannya memegang pinggiran sebuah kartu.

“Annyeong Haseyo.”, kata Kris balas menjawab sapaan dari Youra.

“Ini. Saya ingin mengembalikan barang anda.”, kata Youra sambil mengulurkan sebuah benda ke arah Kris. Kris membelalakan matanya ketika melihat benda yang di berikan Youra.

“Ini.. Bagaimana bisa?”, tanya Kris bingung. Bagaimana mungkin ID Card yang ia cari bisa berada di tangan Youra.

“Itu. Itu.. Saya menemukannya terjatuh di dekat gerbang.”, kata Youra.

“Khamsahamnida telah mengembalikan kartu ini.”, kata Kris. Youra mengangkat wajahnya ke atas ingin melihat wajah Kris.

“Mianhae. Wu Yi Fan-ssi. Karena saya, tangan anda terluka.”

“Wu Yi Fan? Kau tahu namaku?”, tanya Kris bingung. Kris ingat sekali bahwa ia belum memberitahukan namanya pada Youra. Berbeda dengan dirinya yang sudah mengetahui nama Youra.

“Saya melihat nama yang tertera pada ID Card anda.”, kata Youra menjelaskan.

“Oh begitu. Panggil saja Kris.”, kata Kris.

“Ne. Kris-ssi.”, kata Youra mengangguk.

~**^^**~

Youra berjalan memasuki kamarnya. Hatinya merasa senang karena dapat mengetahui nama namja idamannya itu. Tapi di lain sisi ia juga merasa kecewa mengetahui jauhnya umur mereka. Chanyeol pasti akan menertawainya jika sampai ia tahu bahwa namja idaman Youra berumur 28 tahun. Youra membuka pintu balkon kamarnya dan membiarkan angin-angin berhembus menerbangkan rambutnya.

Youra yang memang sedang menatap keadaan di bawahnya melihat seorang namja bertubuh tinggi dengan memakai kaus biru dan celana jeans sedang berjalan melewati gerbang, keluar dari halaman rumah yang terletak di samping kiri rumahnya.

“Bukankah itu Kris-ssi?”, tanya Youra dalam hati.

“Mau kemana ia?”, Youra menyipitkan matanya kemudian menatap langit. Bagaimana mungkin Kris pergi tanpa menggunakan kendaraan apapun dalam keadaan cuaca yang mendung seperti ini?

Youra menggaruk kepalanya, lalu menggeleng cepat. Ada apa ini? Kenapa dengannya? Kenapa ia ingin tahu kemana Kris? Apa perdulinya? Lagipula mulai sekarang Youra akan menetapkan dirinya untuk menjauhi Kris.

~**^^**~

Kris berjalan sambil mendengarkan musik melalui Earphone-nya di trotoar dengan cepat ketika menyadari cuaca yang kian mendung. Melihat keadaan lemari pendinginnya yang kosong tanpa makanan sedikitpun membuatnya harus pergi berbelanja. Setidaknya ia butuh makan bukan? Karena jarak toko swalayan yang terletak di depan perumahannya mengurungkannya pergi menggunakan mobilnya. Lagipula terlalu mencolok jika ia menggunakan mobil sport hitamnya yang mewah itu.

Kris menundukan sedikit kepalanya saat ia mendorong pintu toko swalayan ke dalam. Seorang yeoja penjaga toko tersenyum ramah padanya ketika ia baru masuk. Kris segera mengambil sebuah keranjang dan berjalan menuju rak-rak makanan.

Ia menatap layar ponselnya untuk memastikan bahan makanan apa saja yang harus ia beli. Kris mengamati berbagai bahan makanan dengan sangat teliti. Tak terasa sudah dua jam berlalu. Ia berjalan menuju kasir dan sedikit terkaget ketika melihat langit yang sudah sangat gelap. Ia segera berjalan cepat dan membayar barang-barangnya.

Kris berjalan meninggalkan toko swalayan. Kakinya berlari kecil. Sesekali ia mendongakan kepalanya menatap keadaan langit.

Ia menghentikan langkahnya ketika merasakan ponselnya bergetar. Kris mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan menatap layar tersebut. Kris membelalakan matanya begitu menyadari sebuah panggilan masuk dari seseorang yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Jangankan membayangkan. Mendengar namanya saja sudah sangat Kris tak inginkan. Melupakan adalah hal yang selama ini Kris inginkan. Satu-satunya jalan yang tak akan melukai hatinya atau hati orang tersebut.

“Yoona?”, kata Kris tak percaya.

“Tes, tes, tes”, sedikit demi sedikit air mulai turun dari langit. Kris dengan cepat memasukan ponselnya kedalam kantung celana jeans-nya, tidak sempat menerima panggilan tersebut. Perlahan hujan turun makin deras. Kris yang sudah sedikit basah karena air hujan berlari makin cepat saat menyadari tak ada tempat berteduh selain pohon rindang yang sepertinya tak akan bertahan jika tertiup angin yang cukup kencang.

~**^^**~

Youra yang sedang tidur tengkurap sambil menatap layar laptopnya sedikit terperanjat ketika mendengar suara hujan yang turun dengan sangat lebat dalam waktu yang cukup singkat. Youra cepat-cepat menutup pintu kaca balkonnya dan duduk di tempat tidurnya.

Perasaannya berubah tidak enak begitu menyadari belum terdengar suara pintu gerbang terbuka dari sebelah rumahnya. Berarti Kris belum juga kembali. Youra kembali menatap layar laptopnya. Untuk apa ia  memikirkan namja itu? Tapi bagaimana jika Kris belum juga kembali walaupun hujan sudah berhenti? Bagaimana kalau sesuatu terjadi padanya saat dalam perjalanan pulang? Kris kan sudah sering membantunya, setidaknya ia juga harus membantu namja itu.

“Aisshhh.. Kenapa aku jadi ikut campur masalah orang begini?”, kata Youra yang kemudian kembali berfokus pada layar laptopnya. Tangannya bergerak menggenggam Mouse dan kembali menggerakan matanya.

Tangan Youra berhenti bergerak. Matanya menatap melalui pintu kaca balkon. Melihat tetes-tetes hujan yang tak bisa terhitung lagi jumlahnya. Mungkin banyak sekali, atau terlalu banyak?

Tanpa berpikir lebih lama Youra segera menutup layar laptopnya dan bangkit mengambil Cardigan dan dua payung. Ia berlari menuju pintu kamarnya dan menuruni tangga dengan terburu-buru. Yourin dan Nyonya Lee yang sedang terduduk dengan kertas bergambar berbagai rancangan baju yang terletak di atas meja hanya menatap Youra yag sudah berlari menuju pintu depan dengan bingung.

Youra membuka satu payungnya dan melangkah menerobos hujan. Entah dorongan gila apa yang menyuruhnya untuk ini. Siapa tahu Kris masih ada di rumahnya dan justru sedang tertidur? Youra yang sudah melangkah keluar dari rumahnya mendapati gerbang rumah Kris yang terkunci dan lampu rumahnya yang mati.

“Kris-ssi belum pulang.”, kata Youra yang suaranya bersaing dengan suara hujan. Kaki Youra melangkah cepat membelah jalanan yang sebagian besar dipenuhi genangan air hujan. Youra menggertakan giginya dan merapatkan Cardigan-nya begitu merasakan hawa dingin hujan menusuk kulit hingga tulang-tulangnya. Youra berjalan cepat meninggalkan Cluster tempatnya. Celana selututnya sudah sedikit basah karena terkena cimpratan air saat beberapa kendaraan lewat.

Matanya dari tadi terus menatap teliti setiap tempat. Nihil. Hal bodoh apa yang Youra lakukan sekarang? Membiarkan dirinya setengah basah dan kedinginan seperti ini hanya untuk orang yang baru ia kenal. Youra membalikan badannya untuk kembali pulang ketika tanpa sengaja ia mendapati sesosok namja tak jauh darinya.

~To Be Continued~

Author’s Note:

Yay! Chapter 1! Mudah-mudahan di Chapter ini Readers suka dan mau RCL. Karena menurut saya RCL adalah bahan pokok saya untuk menulis. Tidak lelah mem-promosikan WordPress pribadi saya: Imagine Piggy Selamat berjumpa di Chapter selanjutnya! *Bow bareng 12 Member EXO*



Viewing all articles
Browse latest Browse all 317

Trending Articles