Quantcast
Channel: EXOMKFANFICTION
Viewing all articles
Browse latest Browse all 317

TRUE LOVE (Chapter 16)

$
0
0

55

 

 

TRUE LOVE

                           

Tittle                : True Love (Chapter 16)

Author             : Jellokey

Main Cast        :

Kim Jong In (Kai of EXO)

Oh Sehoon (Se Hun of EXO)

Luhan (Lu Han of EXO)

Kim Joon Myun (Suho of EXO)

Kang Jeo Rin (OC)

Shin Min Young (OC)

Support Cast   :

Park Chanyeol (Chanyeol of EXO)

Kim Min Seok (Xiumin of EXO)

and others

Length             : Chaptered

Genre              : Romance, Family, School Life

Rating             : PG-17

 

Hari yang dinantikan Sehun pun tiba. Hari di mana ia menjadikan Min Young sebagai yeoja yang akan menemaninya seumur hidup. Mereka menikah hari ini. Min Young menatap pantulan dirinya di cermin. Gaun putih yang melekat pas di tubuhnya membuat ia merasa wanita paling cantik di dunia. Walaupun begitu, ia merasa gugup. Sangat gugup. Min Young menolehkan wajahnya ke arah pintu yang terbuka.

“Oppa..”

“Kau cantik, Young.” Lu Han berjalan mendekat ke arah Min Young. Min Young berangkat ke gereja bersama Lu Han.

“Kau gugup?” Tanya Lu Han.

“Ne, oppa. Apa semua mempelai wanita akan sepertiku sebelum menikah?”

“Ne. Tapi setelah ini kau akan bahagia dengan orang yang kau cintai. Aku yakin Sehun juga gugup sekarang.” Lu Han menggenggam kedua tangan Min Young.

“Kau harus tenang. Ini hari yang penting dalam hidupmu.” Min Young menghela nafas lalu tersenyum pada Lu Han yang dibalas senyuman manis dari Lu Han.

“Young, bolehkah aku memelukmu?” Min Young diam, detik berikutnya ia memeluk Lu Han. Lu Han balas memeluk Min Young erat. Terakhir kalinya ia bisa memeluk Min Young.

“Kajja.. Kita berangkat ke gereja.” Ajak Lu Han setelah mereka berpelukan cukup lama.

 

————————

 

“Oh Sehoon, bersediakah kau menerima Shin Min Young menjadi istrimu? Selalu bersama disaat suka maupun duka, susah maupun senang, sehat maupun sakit, sampai maut memisahkan kalian?”

“Ne, saya bersedia.” Ucap Sehun mantap.

“Shin Min Young bersediakah kau menerima Oh Sehoon menjadi suamimu? Selalu bersama disaat suka maupun duka, susah maupun senang, sehat maupun sakit, sampai maut memisahkan kalian?”

“Ne, saya bersedia.” Kata Min Young yakin. Setelah mengucapkan janji setia mereka saling memakaikan cincin.

“Saat ini di hadapan Tuhan, kalian resmi menjadi suami istri.” Lu Han yang melihat pemberkatan pernikahan Sehun dan Min Young tersenyum kecut. Yang bisa ia lakukan sekarang adalah mendoakan kebahagiaan Min Young. ‘Semoga kau bahagia, Young.’ Kai yang duduk di samping Lu Han, menepuk pundaknya. Memberi kekuatan pada Lu Han.

“Aku baik-baik saja.” Ucap Lu Han pelan. Mendengar itu, Kai kembali melihat ke altar di mana Sehun sedang mencium kening Min Young. Kini Kai meratapi dirinya. Ia juga sama seperti Lu Han. Kai menoleh ke samping kanan, ke arah bangku di mana Jeo Rin duduk. Jeo Rin duduk dengan Suho. ‘Kalau keajaiban itu ada, aku ingin mengucapkan janji setia dengan Jeo Rin. Tapi..’ Saat itu juga mata Kai bertemu pandang dengan mata Jeo Rin. Kai langsung menoleh ke depan. Ia sudah menetapkan keputusannya.

 

———————-

 

Setelah selesai resepsi, Sehun dan Min Young langsung menuju apartemen Sehun. Mereka tinggal di sana. Padahal Oh harabeoji menghadiahkan sebuah rumah mewah tapi Sehun tolak. Sesampainya di apartemen, Min Young langsung duduk di sofa ruang tamu. Ia memukul-mukul ringan betisnya.

“Kau lelah?” Tanya Sehun yang duduk di samping Min Young.

“Ne, oppa. Hari ini benar-benar melelahkan.”

“Kau mau makan sesuatu?”

“Ani. Aku mau mandi lalu tidur.” Kata Min Young yang tidak peka maksud Sehun.

“Tapi, Youngie..” Min Young langsung menuju kamarnya dan Sehun sebelum Sehun selesai bicara.

“Haah.. Apa Min Young tidak tahu ini malam spesial?” Sehun mengikuti Min Young menuju kamar mereka. Ia merebahkan diri di tempat tidur king sizenya.

“Oppa..” Min Young membangunkan Sehun.

“Oppa tidak mandi?” Tanya Min Young begitu Sehun membuka matanya.

“Ne.” Sehun bangun dan berjalan menuju kamar mandi. Saat Sehun selesai mandi, Min Young sudah tidur. Sehun merebahkan diri di samping Min Young lalu memeluk istrinya.

“Yeobo, kau sudah tidur?” Sehun mencium pipi Min Young. Membuat Min Young yang sudah tenggelam dalam mimpinya bangun.

“Oppa membangunkanku.” Min Young menghadap Sehun.

“Oppa juga tidur. Jaljayo, oppa.” Min Young memejamkan matanya. Sehun diam sejenak. Detik berikutnya ia mencium kening, kedua mata Min Young, menggesekkan hidungnya dengan hidung Min Young. Mencium pipi Min Young. Saat ia mau mencium bibir Min Young, Min Young membuka matanya.

“Kenapa oppa menciumiku?” Sehun tersenyum.

“Aku memang harus melakukan itu.” Min Young menautkan alisnya bingung.

“Seharusnya oppa tidur, ini sudah 11.30 pm.”

“Kau tahu ini malam apa?”

“Malam Selasa.” Min Young tahu apa yang dimaksud Sehun. Tapi ia benar-benar lelah.

“Ne. Ini malam Selasa.” Sehun sedikit kecewa. ‘Min Young tidak tahu maksudku?’

“Tapi ini malam yang spesial untuk kita, Youngie.” Sehun langsung menindih Min Young. Ia mengelus pipi Min Young lalu mencium bibir Min Young lembut. Baru sebentar mereka berciuman, Min Young melepas tautan bibir mereka.

“Wae?”

“Aku lelah, oppa.”

“Tapi ini first night kita, Youngie. Tidak akan spesial kalau tidak sekarang.”

“Aku lelah, oppa. Besok saja, saat honeymoon.” Min Young menatap Sehun, berharap Sehun mengerti.

“Baiklah. Jaljayo, Youngie.” Kecewa, Sehun tidur membelakangi Min Young. Min Young yang melihat tingkah Sehun merasa tidak enak. ‘Apa oppa marah? Tidak seharusnya aku menolak kemauan Sehun oppa. Aku istrinya. Istri harus mengikuti kemauan suami.’ Min Young berucap dalan hati.

“Oppa.. Kau marah?” Tanya Min Young lembut. Ia memeluk Sehun dari belakang.

“Aku tahu oppa belum tidur. Oppa marah padaku?”

“Ani. Tidurlah. Kau lelah kan?” Ucap Sehun datar. ‘Dia marah padaku. Baiklah kalau dia mau ‘itu’ malam ini.’ Min Young mengeratkan pelukannya. Ia menciumi leher Sehun. Tangan Min Young yang berada di pinggang Sehun naik mengelus dada Sehun.

“Geumanhae, Youngie.” Min Young tidak mendengarkan Sehun. Karena Min Young yang semakin menjadi, dengan mengeluarkan sedikit tenaga Sehun melepas tangan Min Young lalu berbalik menghadap Min Young. Menatap ke dalam mata Min Young. Cukup lama.

“Oppa marah padaku?” Ucap Min Young akhirnya.

“Ani.”

“Jinjja?”

“Ne. Aku tidak marah padamu. Tidurlah. Kau harus menyiapkan energi untuk besok.” Sehun menarik Min Young dalam pelukannya.

 

——————–

 

“Kau yakin, Kai? Kau yakin mau melupakan Jeo Rin?” Tanya Xiumin. Ia duduk di hadapan Kai yang sedang membaca sebuah file. Kai menutup file itu.

“Ne. Mungkin dengan begitu aku dan Suho bisa berkumpul lagi.”

“Tapi, menurutku Jeo Rin mencintaimu. Hanya saja dia belum menyadari hal itu, Kai.” Kata Xiumin.

“Kau salah, Xiumin. Sampai sekarang dia tidak pernah membalas perasaanku. Dan aku tidak tahu dia kembali dengan Suho atau tidak. Kedekatan mereka sama seperti saat mereka pacaran dulu.

“Tapi..”

“Sudahlah, Xiumin. Jangan bahas ini lagi. Jadwalku hari ini apa?”

“Lima belas menit lagi kau ada meeting dengan Jeo Rin.”

“Batalkan.”

“Jangan gila, Kai. Meeting ini sangat penting.”

“Kalau begitu kau saja yang meeting dengannya. Aku sedang tidak ingin bertemu dengan Jeo Rin.” Xiumin menatap Kai tidak percaya lalu mendesah berat.

“Profesional, Kai. Jangan libatkan masalah pribadi dengan urusan kantor.” Nasihat Xiumin. Kai memijit pelipisnya. Lalu berdiri.

“Kau mau ke mana?”

“Ruang meeting.” Xiumin tersenyum lalu mengikuti Kai.

 

——————

 

Jeo Rin tersenyum begitu Kai memasuki ruang rapat. Tapi bukannya membalas, Kai langsung duduk dan memulai rapat. Sampai rapat selesai pun Kai tidak menatap Jeo Rin. ‘Ada apa dengannya? Dia menghindariku?’ Batin Jeo Rin.

“Sampai di sini meeting kita.” Kai berdiri lalu berjalan menuju pintu.

“Jongin-ah…” Panggil Jeo Rin.

“Ada apa? Apa ada yang kurang jelas?” Ucap Kai tanpa berbalik. Jeo Rin berjalan mendekati Kai.

“Kalau ada kau bisa menanyakan pada sekretarisku, Xiumin.” ‘Dasar tidak bertanggung jawab.’ Batin Xiumin. Kai melanjutkan langkahnya, tapi terhenti di langkah kedua karena Jeo Rin menahan lengannya. Kai menatap Xiumin seolah berkata bantu aku, tapi yang Xiumin katakan sukses membuat Kai melotot.

“Aku menunggumu di luar, Kai. Sekretaris Song, kita menunggu di luar saja.” Ajak Xiumin pada sekretaris Jeo Rin.

“Sajangnim, saya menunggu di luar.” Lalu di ruangan itu hanya ada mereka berdua. Jeo Rin melepas tangannya. Hening. Tak satu pun dari mereka yang bicara.

“Kau.. menghindariku?” Kata Jeo Rin akhirnya.

“Aku memang harus begitu kan? Seharusnya aku tidak mengenalmu.”

DEG

Perasaan sakit menyerang Jeo Rin saat Kai berkata seperti itu padanya.

“Kau menyesal mengenalku?” Suara Jeo Rin bergetar.

“Kalau itu menurutmu, iya. Aku menghancurkan hubunganmu dan Suho. Dan yang paling penting, sampai sekarang aku belum mendapatkan kepastian tentang perasaanku.” Perkataan Kai sukses membuat Jeo Rin menangis.

“Sekarang perjodohan kita sudah dibatalkan. Kau mau dekat denganku karena perjodohan kan? Kau bisa kembali pada Suho. Semoga kau bahagia.” Kai melangkahkan kakinya.

“Tetaplah di sisiku.. Aku mohon..” Jeo Rin memeluk Kai dari belakang.

“Berikan aku waktu untuk memastikan perasaanku..” Kai mematung di tempat. ‘Apa yang harus kulakukan? Apa benar yang dikatakan Xiumin? Jeo Rin mencintaiku tapi ia belum menyadari perasaannya.’ Kai melepas tangan Jeo Rin yang melingkar di pinggangnya. Ia berbalik menghadap Jeo Rin.

“Jongin-ah..” Kai merengkuh Jeo Rin dalam pelukannya.

“Aku akan menunggumu. Tapi jangan lama-lama.” Jeo Rin mengangguk dalam pelukan Kai.

 

——————

 

Jeo Rin sedang berada di supermarket saat ini. Membeli bahan-bahan makanan. Handphonenya yang berdering pun tidak ia pedulikan. Ia tahu pasti siapa yang menelepon dan mengiriminya pesan. Kai. Begitu selesai ia menuju kasir. Membayar belanjaannya. Lalu menuju parkiran, melajukan mobilnya menuju apartemen Kai.

@ Kai’s apartement

Jeo Rin meletakkan belanjaannya di atas meja. Ia membuka kulkas, geleng-geleng kepala melihat kulkas Kai. Hanya ada air mineral. Ia mengisi kulkas Kai dengan bahan-bahan makanan yang ia beli. Buah, makanan ringan, susu, coke, dll. Lalu ia menuju dapur untuk memasak. Sedangkan Kai, ia gelisah karena Jeo Rin tidak membalas pesan dan mengangkat teleponnya.

“Kau kenapa, Kai?” Xiumin menghentikan kegiatannya mengetik pesan karena terganggu dengan gerak-gerik Kai.

“Jeo Rin tidak mengangkat telepon dan membalas pesanku.”

“Mungkin dia sedang sibuk. Sesibuk apapun dia pasti membalas pesanku.” Kai melihat jam tangannya. 05.00 pm.

“Biasanya jam segini dia sudah pulang.”

“Lebih baik kita pulang sekarang.” Xiumin menyarankan.

“File-file ini bagaimana?” Kai menunjuk file-file yang berserakan di mejanya.

“Aku tidak yakin kau bisa membereskan file-file itu dengan keadaanmu yang kacau. Lagipula itu tidak terlalu mendesak. Kalau kau mau membawa file-file itu ke apartemenmu, mungkin bisa selesai.”

“Ya! Sekretaris macam apa kau!”

“Aku duluan ya. Aku ada janji.” Tak lama setelah Xiumin pergi, Kai keluar dari ruangannya. Ia berniat ke rumah Jeo Rin.

 

—————

 

Kecewa. Itu yang dirasakan Kai. Ia tidak menemukan Jeo Rin di rumahnya.

“Kau di mana, baby? Kenapa tidak bisa dihubungi?” Kai masuk ke apartemennya. Ia merasakan wangi ayam goreng saat berada di ruang tamu.

“Siapa yang masak?” Kai melangkahkan kakinya ke dapur. Bibirnya melengkung ke atas melihat siapa yang berada di dapurnya. Perlahan Kai mendekati Jeo Rin lalu memeluk Jeo Rin dari belakang, membuat Jeo Rin tersentak kaget.

“Kenapa tidak membalas pesan dan mengangkat teleponku?” Tanya Kai setelah mencium pipi kanan Jeo Rin.

“Aku ingin memberi kejutan.”

“Tapi kau membuatku gelisah, baby.”

“Kau berlebihan, Jongin-ah. Bisakah kau lepas tanganmu? Aku sedang masak.”

“Tidak. Ini hukuman karena kau mengabaikanku.”

“Kau membuatku sulit bergerak.”

“Aku tidak peduli.” Jeo Rin mendesah berat. Kai mengikuti kemana pun Jeo Rin bergerak.

2 jam kemudian

“Lebih baik kau mandi, Jongin-ah. Sebentar lagi masakan selesai.” Kai masih tidak bergerak.

“Jongin-ah..”

“Arraseo. Aku mandi.” Kai mencium pipi Jeo Rin lagi. Tak lama, Jeo Rin pun selesai. Ia menata hidangan di meja makan dan menunggu Kai selesai mandi.

 

———————-

 

Saat ini Jeo Rin sedang memandangi langit malam yang bertabur bintang dari balkon kamar Kai. Kai? Dia memaksa menggantikan Jeo Rin mencuci piring dengan alasan, ‘Aku tidak mau tanganmu yang halus ini menjadi kasar.’ Padahal Kai sama sekali tidak pernah melakukan pekerjaan itu. Jeo Rin tersenyum sendiri mengingat Kai mencuci gelas tadi sebelum akhirnya memutuskan pergi ke balkon. ‘Jongin-ah, apa aku mencintaimu?’ Pertanyaan ini merupakan pertanyaan tersulit untuk Jeo Rin.

“Kau memikirkan apa?” Kai memeluk Jeo Rin dari belakang. Menempatkan wajahnya di lekukan leher Jeo Rin.

“Apa memikirkanku?” Jeo Rin tersenyum.

“Bagaimana rasanya mencuci piring?”

“Kau tahu? Ini pertama kali aku melakukan pekerjaan itu. Tapi tenang saja, semua piring dan gelas kucuci dengan bersih.” Kai berkata bangga membuat Jeo Rin terkekeh.

“Jongin-ah..”

“Eum? Apa kau mencintaiku?”

“Ne, aku mencintaimu. Sangat. Kenapa bertanya seperti itu?”

“Apa yang kau rasakan saat bersamaku?” Kai membalikkan tubuh Jeo Rin lalu memeluknya.

“Apa kau mendengar detak jantungku?” Jeo Rin mengangguk. Ia bisa mendengar detak jantung Kai yang cepat.

“Aku hanya begini saat bersamamu. Dan aku tidak mau jauh darimu. Apa kau merasakan apa yang kurasakan?” Jeo Rin diam.

“Tidak usah dijawab.” Kai melepas pelukannya.

“Aku hanya ingin kau tahu betapa berartinya kau bagiku. Saranghae..” Kai mencium kening Jeo Rin.

 

——————

 

“Kau sudah lama?” Jeo Rin duduk di hadapan Min Young.

“Ani. Aku baru sampai. Bagaimana kabarmu?”

“Aku baik. Kau semakin sombong sejak menikah dengan Sehun oppa.” Ini pertama kali Jeo Rin dan Min Young bertemu setelah enam minggu Min Young menikah. Min Young hanya tersenyum menanggapi Jeo Rin.

“Sehun oppa tidak marah kau bertemu denganku?”

“Ani. Kenapa dia harus marah? Kau ada-ada saja, Jeorin-ah.”

“Kau mau pesan apa?” Tanya Min Young.

“Ice cappucino.”

“Ice cappucino dua.” Kata Min Young pada pelayan kafe yang menghampiri mereka.

“Ada apa?” Tanya Min Young melihat wajah Jeo Rin yang seperti memiliki beban.

“Perjodohanku dengan Jongin dibatalkan.”

“Bukankah itu bagus? Kau bisa kembali pada Suho oppa.”

“Perjodohanku dengan Jongin memang batal, tapi perjodohanku dengan anak Kim ajjushi tidak.” Min Young mengernyit bingung.

“Aku tidak mengerti.”

“Kim ajjushi memiliki dua anak. Aku harus memilih satu di antara mereka. Dan anak Kim ajjushi yang satu lagi.. Joonmyun oppa.”

“Kai dan Suho oppa bersaudara?” Min Young terkejut.

“Bagaimana bisa? Bukankah mereka bermusuhan?” Jeo Rin pun menceritakan semuanya pada Min Young.

“Aku bingung. Apa yang harus kulakukan, Young-ah? Aku mencintai Joonmyun oppa, tapi aku juga membutuhkan Kai di sampingku.” ‘Wajar Jeo Rin berkata seperti itu. Selama ini dia dekat dengan Kai. Aku rasa Jeo Rin tidak mencintai Suho oppa lagi. Hatinya sudah berpindah pada Kai.’ Pikir Min Young.

“Apapun keputusanmu, itu pasti yang terbaik untukmu, Jeorin-ah. Dalam hal ini ikutilah kata hatimu, perasaanmu, karena salah satu dari mereka adalah namja di masa depanmu.”

“Akan kucoba. Gomawo, Young-ah.”

 

———————-

 

Setelah dari cafe tadi, Min Young dan Jeo Rin berbelanja di mall. Melelahkan, mereka belanja selama empat jam. Min Young memasuki apartemennya. Setelah menukar heels dengan sandal rumah ia langsung menuju kamar. Meletakkan paper bag di sofa lalu menghempaskan dirinya ke tempat tidur. Min Young memijit-mijit pelipisnya karena merasa pening. Ia menghentikan kegiatannya setelah mendengar pintu kamar mandi terbuka. Ia menolehkan kepalanya ke kamar mandi.

“Oppa sudah pulang?”

“Ne. Satu jam yang lalu.” Sehun berjalan menuju tempat tidur, merebahkan diri di samping Min Young. Ia menangkap ada yang aneh dengan wajah istrinya.

“Kau kenapa, Youngie? Wajahmu pucat.” Sehun menyentuh kening Min Young.

“Hangat. Kau sakit, Youngie. Kita ke rumah sakit sekarang.” Min Young menahan Sehun yang hendak beranjak.

“Gwenchana, oppa. Mungkin aku hanya kelelahan karena pekerjaanku yang menumpuk dan aku baru saja menghabiskan waktu shopping bersama Jeo Rin.” Sehun menatap Min Young khawatir.

“Aku hanya perlu istirahat, oppa.” Sehun memeluk Min Young.

“Aku tidak mau kau sakit, Youngie.”

“Aku baik-baik saja, oppa.”

“Kenapa kau tidak berhenti dari perusahaan? Lihat keadaanmu sekarang.”

“Oppa..”

“Sebenarnya aku ingin kau selalu menungguku pulang di rumah.”

“Aku akan berhenti bekerja saat kita punya anak nanti.”

“Berarti kita harus cepat-cepat punya anak?” Sehun tersenyum penuh arti.

“Namja atau yeoja?” Tanya Min Young.

“Aku mau namja, yeoja juga tidak masalah.”

“Oppa sudah makan?” Sehun menggeleng.

“Aku menghangatkan makanan dulu.”

“Biar aku saja. Kau mandilah, yeobo.”

 

——————-

 

“Kenapa tidak dimakan, Youngie?” Tanya Sehun yang melihat Min Young hanya memainkan sendoknya.

“Aku tidak selera, oppa.” Sehun menyendok makanan Min Young dan menyuapinya.

“Kau harus makan. Aaak..” Dengan terpaksa Min Young menerima suapan Sehun. Sangat sulit untuk Min Young menelan makanan itu. Baru tiga suap Min Young tidak mau makan lagi.

“Youngie, aaak.. Kau masih makan sedikit.”

“Aku sudah kenyang, oppa.”

“Youngie..”

“Oppa, sudah..” Suara bel menghentikan mereka.

“Aku buka pintu dulu.” Min Young langsung menuju pintu agar Sehun tidak memaksanya. Min Young mendapati yeoja asing setelah ia membuka pintu.

“Annyeonghaseyo.” Sapa orang itu.

“Annyeonghaseyo.”

“Apa benar ini apartemen Oh Sehoon?”

“Siapa, Youngie?” Min Young tidak jadi menjawab yeoja itu.

“Sehun..” Nada manja yeoja itu keluar.

“Neo?!”

 

TBC..



Viewing all articles
Browse latest Browse all 317

Trending Articles