Quantcast
Channel: EXOMKFANFICTION
Viewing all articles
Browse latest Browse all 317

TRUE LOVE (Chapter 20)

$
0
0

55

TRUE LOVE

Tittle : True Love (Chapter 20)
Author : Jellokey
Main Cast :
Kim Jong In (Kai of EXO)
Oh Sehoon (Se Hun of EXO)
Luhan (Lu Han of EXO)
Kim Joon Myun (Suho of EXO)
Kang Jeo Rin (OC)
Shin Min Young (OC)
Support Cast :
Park Chanyeol (Chanyeol of EXO)
Kim Min Seok (Xiumin of EXO)
Choi Yoo Ra (OC)
and others
Length : Chaptered
Genre : Romance, Family, Marriage Life
Rating : PG-17

Kai gelisah di kamarnya. Sudah empat hari tapi Jeo Rin belum pulang. Jeo Rin juga tidak bisa dihubungi. Sampai saat ini Kai masih berusaha menghubungi Jeo Rin, tapi percuma, handphonenya tidak aktif. Ia mendapati kontak dengan nama Chanyeol di handphonenya. Tanpa pikir panjang, Kai langsung menghubungi kontak itu.
“Yeoboseyo.”
“Ke rumahku sekarang.”
Bip!
Kai memutuskan sambungan membuat Chanyeol mendengus kesal di seberang sana.

—————

Langkah Chanyeol ke kamar Kai terhenti begitu melihat Suho menuruni tangga.
“Suho? Kenapa kau di sini?” Heran. Yang Chanyeol tahu hubungan Suho dan Kai tidak baik.
“Ini rumahku.” Ucap Suho datar.
“Mwo?” Chanyeol terkejut. Ia tidak mungkin salah alamat karena ia sudah sering ke rumah ini.
“Ini rumah, Kai.” Kata Chanyeol yakin.
“Ini rumahku juga. Apa Kai tidak pernah cerita padamu?” Chanyeol tidak mengerti.
“Aku hyung-nya Kai. Hyung tiri lebih tepatnya.”
“Mwo?!!” Chanyeol ketinggalan banyak berita tentang Kai. Suho berlalu meninggalkan Chanyeol. Chanyeol berlari menaiki tangga menuju kamar Kai. Ia membuka pintu kamar Kai kasar.
“Ya! Kenapa kau tidak pernah mengabariku?” Chanyeol menghampiri Kai yang duduk di sofa.
“Apa kau temanku?” Kai menatap Chanyeol seperti menatap orang asing.
“Mwo? Jangan bercanda, Kai. Kau melupakanku hanya karena kita sudah lama tidak bertemu.” Chanyeol tidak percaya Kai melupakannya.
“Aku tidak mengingatmu.” Kata Kai dengan wajah polosnya.
“Hentikan, Kai. Aktingmu tidak bagus.”
“Aku tidak bercanda. Aku menghubungimu karena kau salah satu kontak di handphone-ku. Bantu aku memulihkan ingatanku.” ‘Kai sudah gila.’ Batin Chanyeol.
“Kai amnesia.” Sontak Chanyeol dan Kai melihat ke arah pintu tempat Suho berada.
“Dia amnesia karena kecelakaan.”
“Kenapa tidak ada yang memberitahuku?” Chanyeol mengecek tubuh Kai. Takut ada yang kurang dari temannya.
“Kenapa kau bertanya padaku? Aku sama sekali tidak peduli padanya.” Suho menampakkan rasa tidak sukanya pada Kai.
“Bantu dia mengingat dirinya. Kalau bisa, ingatkan dia betapa buruknya dia dulu. Atau kau bisa membuatnya menjadi Kai yang buruk sekarang agar Jeo Rin kembali padaku.” Setelah mengatakan itu Suho pergi. Kai kesal mendengar kata-kata Suho.
“Kau benar-benar tidak mengingatku?” Kai mengangguk.
“Apa maksudnya dengan Kai yang buruk?”
“Sudahlah. Itu tidak penting.” Chanyeol mengibaskan tangannya.
“Aku ingin tahu bagaimana diriku dulu.” Paksa Kai.
“Waktu pertama kali kenal denganmu, Kau sudah punya julukan ini. Casanova.”
“Apa itu?” Tanya Kai polos. Penakluk hati wanita. Banyak yeoja yang tergila-gila padamu.”
“Lalu bagaimana dengan Jeo Rin?”
“Kau mengingat Jeo Rin? Kenapa kau tidak mengingatku?” Chanyeol kesal.
“Aku tidak ingat. Dia sudah ada di rumah sakit waktu aku dirawat. Makanya aku tahu.”
“Jeo Rin tidak tergila-gila padamu. Kau yang tergila-gila padanya. Bahkan kau melakukan segala cara agar dia menjadi milikmu.” Jelas Chanyeol.
“Kenapa aku tidak ingat semuanya?” Kai memukul kepalanya pelan.
“Tunggu sebentar. Aku akan menyuruh pembantu untuk membawakan teh dan cemilan ke sini.” Kai beranjak.
“Tidak usah. Kita ke ruang tamu saja.” Kai mengangguk. Mereka pun keluar dari kamar Kai.

——————–

“Ahjumma, apa Jeo Rin sudah pulang?”Kai sedang berada di dapur, menyuruh pembantunya menyiapkan sesuatu untuk Chanyeol.
“Ne, tuan. Nona Jeo Rin sudah pulang sekitar tiga puluh menit yang lalu.” Raut wajah Kai berubah menjadi senang.
“Siapkan teh dan cemilan untuk Chanyeol di ruang tamu.”
“Baik, tuan.” Kai menuju ruang tamu.
“Chanyeol, aku ke atas sebentar.” Dengan cepat Kai menaiki tangga menuju kamar Jeo Rin. Ia membuka pintu kamar Jeo Rin. Kosong. Kai mengedarkan pandangannya ke penjuru kamar. Matanya terpaku pada pintu lemari yang terbuka. Ia langsung memeluk Jeo Rin yang baru memakai kaosnya.
“Kenapa kau tidak langsung menemuiku begitu pulang?” Kata Kai setelah mencium pipi Jeo Rin.
“Aku harus membersihkan diri dulu bukan?”
“Ck.. Kau lebih dari tiga hari di sana.”
“Aku menunda kepulanganku karena hujan badai di sana.” Jeo Rin menutup pintu lemari.
“Sekarang bisa lepaskan aku? Aku mau istirahat.”
“Tidak. Kau harus tahu betapa tersiksanya aku.” Dengan Kai yang masih memeluknya, Jeo Rin berjalan menuju tempat tidur.
“Wae?”
“Karena tidak ada kau di sini.” Kai mencium leher Jeo Rin.
“Kau merayuku?”
“Itu fakta, Jeorin-ah.” Jeo Rin membalikkan tubuhnya dalam pelukan Kai. Kai menatap dalam mata Jeo Rin.
“Apa yang kau miliki? Kenapa aku selalu merindukanmu setiap saat?” Ucap Kai lalu mencium bibir Jeo Rin. Ia melumat bibir bawah Jeo Rin lembut. Jeo Rin mengalungkan tangannya di leher Kai dan memejamkan mata. Ia balas melumat bibir atas Kai, saling memiringkan kepala menikmati ciuman mereka. Jeo Rin mendorong pelan Kai merasakan asupan oksigennya berkurang. Belum sampai dua detik, Kai mencium Jeo Rin kembali. Sambil berciuman Kai mendorong Jeo Rin ke ranjang. Kai melepas ciumannya sebelum Jeo Rin membalas. Ia menatap Jeo Rin lembut.
“Wae?” Kai mengelus pipi Jeo Rin.
“Kau milikku kan?” Pertanyaan Kai membuat wajah Jeo Rin merona.
“N.. ne.” Jawab Jeo Rin gugup.
“Aku ingin menghabisimu.” Jeo Rin membulatkan matanya. Apa mereka akan melakukan itu sekarang? Sebelum mereka menikah? Kai mulai mencium kening, mata, pipi, dan berakhir di bibir Jeo Rin. Ia mencium Jeo Rin dengan penuh hasrat. Tangan Kai tidak tinggal diam. Ia menaikkan kaos Jeo Rin, tidak melepasnya karena Kai tidak mau ciumannya terhenti. Jeo Rin menjenjangkan lehernya merasakan Kai mengecupi lehernya. Kecupan itu berubah menjadi hisapan kuat yang menimbulkan bercak merah di leher Jeo Rin. Kai mencium bibir Jeo Rin lagi.
Blam!
Suara pintu tertutup menghentikan aktivitas mereka. Tidak lama karena Kai kembali mencium Jeo Rin. Jeo Rin mengelus punggung Kai, menikmati perlakuan Kai.
“Aku belum siap, Jeo Rin.” Kai berhenti. Ia menatap Jeo Rin yang kecewa di bawahnya.
“Aku tidak mau kau hamil sebelum kita menikah.” Jeo Rin tidak bias menangkap maksud Kai.
“Aku tidak akan berhenti bercinta denganmu sampai aku membuatmu tidak bisa berjalan.” Jeo Rin bergidik ngeri mendengar kata-kata Kai.
Tapi,aku.. ah, sudahlah.” Kai menurunkan kaos Jeo Rin. Ia mengacak rambutnya frustasi lalu menatap Jeo Rin.
“Waeyo? Kau ingin melakukannya?” Tanya Kai yang melihat Jeo Rin seperti kecewa, mungkin.
“Kita lanjutkan setelah menikah nanti. Aku tidak mau jadi namja bejat.” Kai turun dari tempat tidur.
“Kajja, kita makan siang. Kau belum makan kan?” Kai mengulurkan tangannya yang langsung diterima Jeo Rin. Dengan cepat Jeo Rin mengecup bibir Kai.
“Saranghae.”
“Nado.” Kai mengacak rambut Jeo Rin.
“Tapi, siapa orang menutup pintu tadi?” Akan sangat memalukan kalau ada yang melihat mereka.
“Selama orang itu tidak mengganggu, aku tidak peduli.” Ucap Kai cuek.
“Yang kita lakukan tadi tidak boleh ada yang melihat.”
“Sudahlah. Temanku Chanyeol ada di bawah. Kau kenal?”
“Ne. Kenapa Chanyeol sunbae ada di sini?” Jeo Rin curiga. Orang yang dikenal Kai tidak banyak saat ini.
“Tadi aku melihat-lihat kontak handphoneku. Saat melihat namanya, langsung kutelepon. Nama yang ada dikontak-ku pasti kenal denganku kan?” Jeo Rin mengangguk. Ia pikir ingatan Kai mulai kembali.
“Kajja, kita ke bawah.”

—————-

Chanyeol hampir menyemburkan teh-nya karena melihat Kai dan Jeo Rin bergandengan tangan menuruni tangga.
“Jeo Rin? Kai?” Chanyeol melihat Kai dan Jeo Rin bergantian. Bingung.
“Dia milikku sekarang.” Kai merangkul Jeo Rin.
“Kenapa kau di sini, Jeo Rin?” Chanyeol ingin memastikan ucapan Kai.
“Aku tinggal untuk sementara di sini, sunbae.”
“Dia akan selalu bersamaku selamanya.” Kai tersenyum penuh kemenangan.
“Kau yakin sekali Kai.” Chanyeol meremehkan.
“Tentu saja aku yakin, karena Jeo Rin mencintaiku.” Kai mengecup bibir Jeo Rin di depan Chanyeol. Chanyeol mendengus melihat itu.
“Jeo Rin!” Kai, Jeo Rin langsung melihat Suho.
“Bisa bicara sebentar?”
“Ne, oppa.”
“Hanya berdua.” Kata Suho yang melihat Kai belum juga melepas rangkulannya dari Jeo Rin.
“Sebentar, Jongin-ah.” Dengan terpaksa Kai melepas rangkulannya. Jeo Rin pun mengikuti Suho yang berjalan ke arah kolam renang.
“Suho mantan pacar Jeo Rin.” Kata Chanyeol pada Kai yang terus melihat Jeo Rin sampai tak terlihat.
“Ne?”
“Dulu kau menghancurkan hubungan mereka dengan menjebak Jeo Rin. Setelah itu kau dijodohkan dengannya. Sampai sekarang aku yakin Suho masih mencintai Jeo Rin. Masalahmu benar-benar rumit, Kai. Dua bersaudara mencintai satu yeoja. Dan parahnya kau merebut yeojachingu hyungmu sendiri.” Chanyeol berusaha mengingatkan Kai.
“Aku tidak peduli.” Entah kenapa Kai kesal mendengar penuturan Chanyeol.
“Kau mau ke mana?” Tanya Chanyeol yang melihat Kai menuju tempat Suho dan Jeo Rin bicara.
“Aku mau tahu apa yang mereka bicarakan.”
“Kalau begitu aku pulang. Cepat sembuh, Kai.”

———————–

Suho membelakangi Jeo Rin, memandangi kolam renang. Ia berharap pikirannya bisa sejernih air kolam itu. Tapi tidak bisa. Kejadian saat ia melihat Kai dan Jeo Rin berada di atas tempat tidur terus berputar di kepalanya. Ya. Orang yang menutup pintu kamar Jeo Rin adalah Suho.
“Apa kau benar-benar mencintai Kai?” Tanya Suho tanpa berbalik.
“Ne, oppa.” Sampai sekarang Suho masih tetap pada pendiriannya. Jeo Rin masih mencintainya.
“Jinjja? Kau bukan kasihan atau merasa bersalah pada Kai kan?”
“Apa maksud oppa?” Jeo Rin tidak mengerti. Suho berbalik menghadap Jeo Rin.
“Kau mau berada di samping Kai karena merasa bersalah atas apa yang menimpa Kai. Kau tidak benar-benar mencintainya.” Kai emosi mendengar kata-kata Suho. Ingin sekali ia keluar dari tempatnya menguping sekarang dan memukul Suho.
“Aku mencintainya. Mungkin sudah lama. Sejak aku jauh dari oppa, dia berhasil mengisi hatiku. Hanya saja aku mengingkari perasaanku, meyakinkan diriku kalau aku masih mencintai oppa.” Jeo Rin menerawang. Ingatan masa-masa dengan Kai yang masih ingat padanya dulu membuat Jeo Rin menyesal. Sedangkan Kai tidak mengerti dengan ucapan Jeo Rin. Perasaannya seperti mengambang. Antara cinta dan tidak.
“Berarti kau belum menghapusku dari hatimu? Kau masih mencintaiku kan?” Suho merasa masih memiliki harapan.
“Ani. Aku hanya mencintai Jongin. Sekalipun dia tidak mengingatku, aku akan tetap mencintainya. Karena Jongin pemilik hatiku.” Kai tersenyum sebelum meninggalkan tempat itu.
“Berikan aku kesempatan, Jeorin-ah. Aku yakin kau masih mencintaiku.” Mata Suho berkaca-kaca. Ia tidak mau kehilangan Jeo Rin.
“Kesempatan itu selalu ada, tapi tidak akan berarti apa-apa karena ruang di hatiku sudah dipenuhi oleh Jongin. Mianhae, oppa. Aku harap oppa menemukan yeoja yang lebih baik dariku.” Air mata Suho jatuh. Apa dia benar-benar kehilangan Jeo Rin sekarang?

——————–

“Kau sedang apa?” Tanya Kai yang baru memasuki kamar Jeo Rin.
“Membaca majalah.” Jeo Rin melihat Kai sebentar. Kai naik ke tempat tidur lalu meletakkan kepalanya di pangkuan Jeo Rin.
“Aku sangat bahagia.” Kai tersenyum mengingat kata-kata Jeo Rin. Karena Jongin pemilik hatiku.
“Waeyo?” Jeo Rin meletakkan majalah lalu mengelus rambut Kai.
“Karena kau mencintaiku, karena kau milikku.” Jeo Rin tersenyum. Kai memainkan jari tangan kiri Jeo Rin. Ia berhenti begitu melihat cincin di jari manis Jeo Rin.
“Ini cincin apa?”
“Ini cincin darimu. Aku menganggap cincin ini adalah hadiah ulang tahun darimu. Aku rasa kau akan langsung memberikan cincin ini kalau tidak kecelakaan. Aku akan melepasnya kalau kau tidak suka.” Jeo Rin hendak melepas cincin tapi ditahan Kai.
“Tidak, pakai saja. Cincin ini indah di jarimu.” Kai mengecup punggung tangan Jeo Rin.
“Jeorin-ah, maukah kau membantuku?” Kai menatap Jeo Rin.
“Kalau bisa akan kubantu. Kau mau kubantu apa?”
“Aku ingin keluar dari rumah ini. Aku tidak nyaman tinggal di sini.” Gerakan tangan Jeo Rin terhenti. Kai mengatakannya dengan sangat santai.
“Wae?”
“Aku tidak suka dengan si Suho itu. Aku merasa dia membenciku.”
“Apa kau pernah mencoba bicara dengannya?” Kai menggeleng.
“Cobalah bicara dengan Joonmyun oppa, Jongin-ah. Mungkin kau merasa seperti itu karena tidak pernah berkomunikasi dengannya.” Jeo Rin ingin dua bersaudara itu akur.
“Aku tetap ingin keluar dari rumah. Bagaimana kalau aku tinggal di rumahmu?” Usul Kai. Jeo Rin menghela nafas. Sepertinya Kai benar-benar ingin keluar dari rumah keluarga Kim.
“Sebelum kecelakaan, kau tinggal sendiri di apartemen.”
“Jeongmal? Kalau begitu aku tinggal di sana saja.” Kai senang.
“Ajjushi pasti tidak mengizinkan karena kondisimu.” Jeo Rin juga tidak setuju Kai tinggal sendirian.
“Aku akan membujuk appa.”
Dinner..
“Appa, aku punya permintaan.” Ucap Kai disela makannya.
“Kalau kau mau kembali ke perusahaan, kau bisa mulai bekerja dua hari lagi.” Ucap tuan Kim tegas.
“Aku mau tinggal sendiri.” Semua orang di ruangan itu menatap Kai.
“Aku tidak nyaman tinggal di sini, appa.”
“Wae? Ini rumahmu, Kai.” Walaupun Kai hilang ingatan, tapi ada sisi baiknya, mereka bisa berkumpul sebagai keluarga yang utuh.
“Aku tidak bisa tinggal di sini, appa.” Kai melirik Suho sekilas.
“Appa tidak izinkan. Kau belum ingat semuanya.”
“Bagaimana aku bisa mengingat semuanya kalau aku tidak nyaman tinggal di sini?” Kai bersikeras.
“Appa tetap tidak izinkan.” Tuan Kim bertahan.
“Appa, jebal.” Kai memelas.
“Ajjushi, biarkan Kai tinggal di apartemennya.” Jeo Rin bersuara.
“Tapi ingatan Kai belum pulih, Jeo Rin.”
“Aku akan tinggal bersamanya, ajjushi.”
“Mwo? Aku tidak setuju.” Suho belum siap kehilangan Jeo Rin.
“Apa ada masalah kalau Jeo Rin tinggal denganku? Dia jodohku.” Kai sangat senang Jeo Rin tinggal dengannya.
“Jangan lupa kalau aku juga dijodohkan dengan Jeo Rin.” Suho marah.
“Sampai sekarang kau belum memberitahu siapa yang kau pilih, Jeo Rin.” Kata tuan Kim. Kai dan Suho menatap Jeo Rin yang ada di samping mereka.
“Aku akan memberitahu sekarang, ajjushi. Mianhae, oppa. Aku memilih Jongin. Mianhaeyo.” Suho langsung meninggalkan ruang makan begitu mendengar keputusan Jeo Rin.
“Kalau itu keputusanmu, ajjushi bisa tenang. Appa mengizinkanmu tinggal di apartemen, Kai.” Tuan Kim tersenyum pada Kai.
“Gamsahamnida, appa.”
“Gomawo, chagi.” Bisik Kai pada Jeo Rin.

—————-

“Kau sudah siap pulang?” Tanya Lu Han yang baru memasuki ruang rawat Min Young. Ia datang ke rumah sakit saat jam makan siang.
“Ne, oppa.” Min Young menghampiri Lu Han yang berjalan ke arahnya.
“Kajja, aku antar kau pulang.”
“Oppa, aku tidak mau kembali ke apartemen.” Suara Min Young pelan.
“Kalau begitu kita ke rumahmu.” Usul Lu Han.
“Andwae. Aku tidak mau eomma tahu masalah rumah tanggaku. Bolehkah aku tinggal di apartemen oppa untuk sementara? Sampai aku membeli rumah atau apartemen. Jebal.” Mohon Min Young. Lu Han berpikir. Satu sisi dirinya mengatakan untuk mengizinkan Min Young tinggal bersamanya. Satu sisi dirinya mengatakan tidak. Bagaimanapun Min Young sudah bersuami. Ia tidak mau dianggap sebagai perusak rumah tangga orang.
“Jebal, oppa.” Lu Han menatap Min Young yang memohon padanya. Ia menghela nafas.
“Baiklah. Kajja.”

——————

Saat ini Jeo Rin dan Kai sedang dalam perjalanan menuju apartemen Kai. Sepanjang perjalanan Kai terus bernyanyi. Mengekspresikan betapa senangnya dia.
“Kita sudah sampai.” Kai keluar dari mobil dan mengambil koper Jeo Rin dari bagasi. Mereka memasuki gedung apartemen.
“Apartemenku di lantai berapa?”
“Lantai 20, nomor 356.”
“Passwordnya tanggal lahirku.” Kata Jeo Rin begitu mereka sampai di depan apartemen Kai.
“Kau harus ingat, 960614.” Pintu terbuka. Kai langsung masuk ke dalam dan menyalakan lampu.
“Tinggal di sini lebih nyaman.” Kai merebahkan dirinya di sofa.
“Kita lihat kamarmu, Jongin-ah.” Ajak Jeo Rin.
@ Kai’s room
“Ini kamarku?”
“Ne.” Kai memandangi setiap sudut kamarnya. Banyak sekali foto Jeo Rin yang terpajang di dinding kamar. Kai melangkah masuk ke dalam dan mengelilingi kamarnya. Ia berakhir dengan melihat foto yang ada di meja kecil samping tempat tidurnya. Kai tersenyum melihat foto itu.
“Ekspresimu benar-benar lucu.” Kata Kai. Jeo Rin menghampiri Kai.
“Foto itu saat di pantai. Aku seperti itu karena kau menciumku tiba-tiba. Saat itu aku sangat membencimu.” Jeo Rin kembali mengingat saat ia pertama kali ke Kkamjong Beach dengan Kai. Sadar atau tidak, saat itulah Jeo Rin jatuh cinta pada Kai.
“Kenapa kau membenciku?”
“Kau menyebalkan. Kau selalu menggangguku.” Jeo Rin mengerucutkan bibirnya kesal.
“Tapi sekarang kau mencintaiku.” Kai mengedipkan sebelah matanya pada Jeo Rin.
“Beristirahatlah, Jongin-ah.”
“Kau mau ke mana?”
“Aku mau membeli bahan-bahan makanan.”
“Aku ikut.” Kai menahan tangan Jeo Rin.
“Ani. Kau di sini saja. Aku hanya sebentar.” Jeo Rin mencium pipi Kai sebelum pergi.

—————–

“Istirahatlah.” Lu Han membuka pintu kamar tamu di apartemennya.
“Aku keluar sebentar.”
“Eodi?”
“Membeli makan malam untuk kita.”
“Kenapa tidak pesan saja?” Min Young tidak ingin Lu Han pergi.
“Ada barang yang ingin kubeli. Hanya sebentar.”
1 jam kemudian..
“Min Young..” Panggil Lu Han yang melihat Min Young duduk sambil menonton di ruang tamu.
“Aku pikir kau tidur.”
“Aku menunggu oppa.”
“Ini pakaian untukmu.” Lu Han menyerahkan sebuah paper bag pada Min Young.
“Oppa yang beli?” Ucap Min Young setelah melihat ke dalam paper bag.
“Ne. Aku minta bantuan sekretarisku untuk memilih.”
“Kenapa oppa merepotkan sekretaris oppa? Oppa bisa mengajakku tadi.”
“Kau harus istirahat. Cepat ganti pakaianmu. Aku tunggu di ruang makan.”
@ dining room
“Oppa, kau membeli makanan yang enak-enak.” Mata Min Young berbinar saat mengatakannya. Lu Han membeli beberapa jenis makanan olahan ayam.
“Aku pikir kau akan makan dengan lahap dengan ini. Ayo makan.” Lu Han menaruh ayam goreng. di piring Min Young. Kalau dipikir-pikir, Min Young mirip dengan Kai jika menyangkut makanan.
“Kimchi?”
“Ne. Selamat makan.” Ucap Min Young setelah Lu Han meletakkan kimchi di piring.
“Makan nasinya juga, Young.” Kata Lu Han yang memperhatikan Min Young sudah menghabiskan ayam goreng yang ia beli.
“Aku kenyang sekali.” Lu Han terkekeh mendengar itu.
“Sudah lama aku tidak merasakan makan senikmat ini.” Lu Han bangkit dari duduknya. Ia membereskan piring-piring kotor.
“Biar aku saja.” Cegah Min Young.
“Tidak. Kau duduk manis saja di sini. Kata dokter kau tidak boleh lelah, ingat?” Min Young mengerucutkan bibirnya.
“Mencuci piring bukan pekerjaan yang berat.” Lu Han tidak mempedulikan kata-kata Min Young. Ia membawa piring-piring kotor ke dapur. Min Young menyusul Lu Han ke dapur. Ia berdiri di samping Lu Han.
“Oppa, biar aku saja yang cuci piring.”
“Aku sudah mau selesai.” Min Young mendengus sebal.
“Oppa, ini apa?” Min Young melihat kantong plastik yang ada di konter.
“Bukalah.” Kegiatan Lu Han sudah selesai. Ia mendekati Min Young.
“Susu untuk ibu hamil?”
“Ne. Kalau kau sehat, bayimu juga sehat.” Lu Han mengambil kotak susu yang Min Young pegang.
“Kenapa oppa membeli sebanyak ini?”
“Hanya lima kotak.” Ucap Lu Han santai.
“Jangan buang-buang duit, oppa.”
“Sudahlah. Sekarang kau harus minum susu.”
“Ne, oppa juga.”
“Ya! Aku bukan ibu hamil! Dan namja tidak bisa hamil.” Lu Han membaca cara membuat susu yang ada di kotaknya, setelah paham, ia membuka kotak susu itu.
“Salah oppa kenapa beli banyak.”
“Susu ini kubeli bukan untuk dihabiskan sekaligus, Young.” Lu Han sudah selesai.
“Ayo minum.” Min Young menerima susu buatan Lu Han dan meminumnya. Lu Han tersenyum. Ia seperti menjaga istrinya sendiri. Lu Han membersihkan bibir atas Min Young yang terdapat bekas susu. Min Young menatap Lu Han yang melakukannya dengan lembut.
“Kau seperti anak-anak.”
“Oppa!” Min Young kesal.
“Dasar anak-anak. Eum.. Kau mau nonton atau langsung tidur?”
“Aku mau nonton sebentar, oppa.”

—————–

Lu Han duduk di samping Min Young yang serius menonton drama. Ia bahkan tidak menyadari Lu Han sudah duduk di sampingnya.
“Jangan terlalu serius.” Ucap Lu Han sebelum berkutat dengan laptopnya. Selama empat hari ia mengabaikan pekerjaannya karena menemani Min Young di rumah sakit.
“Hikss..” Lu Han langsung menoleh pada Min Young yang terisak.
“Young, kenapa? Apa perutmu sakit?” Tanya Lu Han khawatir.
“Oppa, namja itu jahat sekali. Kenapa dia tidak menyadari ketulusan yeojachingunya?” Lu Han menghela nafas lega. Ia pikir kenapa.
“Sudahlah. Itu hanya drama.” Min Young memang sensitif. Lu Han menghapus air matanya.
“Lebih baik kau istirahat.” Lu Han mengambil remote dan mematikan televisi.
“Oppa! Kembalikan remotenya.” Min Young berusaha merebut remote dari Lu Han.
“Istirahat, Young. Kau baru keluar dari rumah sakit.”
“Oppa, kau banyak kerjaan?” Min Young mengalihkan topik.
“Aigoo, kau nakal sekali. Apa aku harus menggendongmu ke kamar?” Hal yang Min Young sukai dari Lu Han, sabar.
“Apa karena menemaniku di rumah sakit?” Lu Han menatap Min Young yang serius.
“Ani. File-file ini sudah lama tidak kusentuh.” Bohong Lu Han.
“Tidurlah, Young. Ini sudah malam.” Lu Han mengelus rambut Min Young.
“Aku mau menemani oppa.”
“Tapi..”
“Kali ini aku tidak akan mendengar oppa.” Min Young keras kepala.
“Geurae. Kalau kau ngantuk tidur saja, eo?”
“Eo.” Lu Han mulai tenggelam pada kegiatannya. Min Young memperhatikan Lu Han yang serius bekerja. ‘Pekerjaan oppa menumpuk pasti karena menemaniku di rumah sakit.’ Min Young beranjak dari duduknya. ‘Akhirnya Min Young tidur juga. Aku sangat mengkhawatirkannya dan janinnya.’ Batin Lu Han.

“Oppa, minumlah teh ini sebentar.” Min Young kembali dengan secangkir teh.
“Kau bukannya mau tidur?” Lu Han menatap Min Young, dugaannya salah.
“Tidak. Aku hanya membuat teh sebentar. Oppa, minum.” Min Young menyerahkan teh itu pada Lu Han. Lu Han menerima dan menyesap teh panas itu perlahan.
“Tidurlah, Young. Ini sudah larut. Kau baru keluar dari rumah sakit. Sekarang kau bukan hanya memikirkan kesehatanmu saja, kau juga harus memperhatikan kondisi janin lemah yang ada di kandunganmu.” Lu Han mengelus rambut Min Young.
“Tapi, aku ingin menemani oppa.”
“Apapun yang kau lakukan berdampak pada janinmu. Tidurlah. Aku yakin kau sudah mengantuk.”
“Tapi,” Min Young keras kepala. Ia ingin menemani Lu Han.
“Aku akan selesai lima belas menit lagi.” Lu Han menyerah.
“Jeongmal?” Lu Han mengangguk.
“Oppa, habiskan dulu tehnya.” Lu Han pun meneguk teh yang sudah berubah menjadi hangat itu sampai habis.
“Sudah.” Min Young mengambil cangkir kosong dari tangan Lu Han.
“Lima belas menit, oppa.” Min Young pergi dari ruang tamu. Belum sampai lima belas menit, Lu Han menghentikan kegiatannya. Ia menyimpan laptop dan berkas-berkas ke kamarnya lalu menuju kamar Min Young.
Lu Han duduk di tepi tempat tidur, mengamati wajah tidur Min Young. Setelah puas, ia mencium kening Min Young lalu membetulkan letak selimut Min Young.
“Jaljayo.” Min Young menahan tangan Lu Han saat ia memalingkan wajahnya.
“Oppa..” Masih dengan memejamkan mata, Min Young memanggil Lu Han.
“Ada apa, Young?”
“Aku tidak bisa tidur.” Min Young membuka matanya.
“Jadi, dari tadi kau belum tidur?” Min Young mengangguk.
“Tidurlah, aku akan menemanimu.” Lu Han mengelus-elus rambut Min Young.
“Oppa, tidurlah di sampingku.” Kata Min Young pelan.
“Mwo?” Lu Han memastikan pendengarannya.
“Temani aku tidur. Aku takut, oppa.” Min Young memelas.
“Wae? Sehun, dia.. tamparannya..
“Geurae.” Lu Han mengerti. Min Young pasti shock karena Sehun menamparnya. Lu Han merebahkan dirinya di sebelah kanan Min Young.
“Kau sudah tenang?” Min Young mengangguk. Perlahan ia memejamkan matanya. Ia langsung terlelap. Sedangkan Lu Han memandangi langit-langit kamarnya. Jantungnya berdetak kencang karena ia tidur di samping Min Young. Lu Han memejamkan matanya mencoba tidur, tapi tidak bisa. Matanya membulat merasakan tangan Min Young yang melingkar di pinggangnya. Ia menoleh ke samping. Wajah Min Young begitu dekat. Lu Han terpaku pada bibir Min Young. Satu fakta yang tidak diketahui Min Young, first kiss Min Young adalah Lu Han begitu juga sebaliknya. Saat insiden menjijikkan itu, Kai hanya menyerang leher Min Young. ‘Apa jadinya kalau Min Young tahu aku adalah first kissnya? Pasti selama ini ia beranggapan Sehun yang sudah mengambil first kissnya.’ Batin Lu Han. Perlahan Lu Han mendekatkan wajahnya ke wajah Min Young. Ia mengecup bibir Min Young. Lagi, Lu Han mencuri ciuman Min Young disaat Min Young sedang tidur. Lu Han membenarkan ini, ia tidak bisa berhenti mencintai Min Young. Melihat Min Young yang terlelap, Lu Han memberanikan diri memeluk Min Young.
“Aku mencintaimu, Young.”

TBC..
Aku bingung sama HunMinHan!!!
Comment please ^^



Viewing all articles
Browse latest Browse all 317

Trending Articles