Quantcast
Channel: EXOMKFANFICTION
Viewing all articles
Browse latest Browse all 317

TRUE LOVE (Chapter 21)

$
0
0

true-love2

 

TRUE LOVE

                           

Tittle                : True Love (Chapter 21)

Author             : Jellokey

Main Cast        :

Kim Jong In (Kai of EXO)

Oh Sehoon (Se Hun of EXO)

Luhan (Lu Han of EXO)

Kim Joon Myun (Suho of EXO)

Kang Jeo Rin (OC)

Shin Min Young (OC)

Support Cast   :

Park Chanyeol (Chanyeol of EXO)

Kim Min Seok (Xiumin of EXO)

Choi Yoo Ra (OC)

and others

Length             : Chaptered

Genre              : Romance, Family, Marriage Life

Rating             : PG-17

Poster            : nanakim1266 (ARTCafe)

Pagi yang cerah. Sinar matahari berhasil masuk melalui celah gorden di kamar Min Young. Min Young terbangun. Mengerjapkan matanya beberapa kali mengumpulkan kesadarannya. Begitu sadar, ia merasakan nafas teratur Lu Han di lehernya. Min Young menoleh ke samping, tersenyum, merasa jahat. Kalau seperti ini benar yang dikatakan Sehun. Ia seperti istri yang selingkuh. Tapi buru-buru ia tepis mengingat apa yang dilakukan Sehun dengan Yoo Ra. ‘Beruntung sekali yeoja yang menjadi anaemu nanti, oppa. Oppa punya segalanya. Dari semua itu, cinta dan kasih sayang yang membuat oppa sempurna. Andai Sehun seperti oppa.’ Min Young melepas tangan Lu Han yang melingkar di pinggangnya dengan perlahan, takut membangunkan Lu Han. Min Young bangun dari tempat tidur dan membenarkan letak selimut Lu Han. Lalu pergi ke kamar mandi.

Setelah menyiapkan sarapan, Min Young kembali ke kamar, hendak membangunkan Lu Han, tapi ia tidak mendapati Lu Han di sana. ‘Oppa sudah bangun.’ Min Young menuju kamar Lu Han.

“Oppa ada di dalam?” Kata Min Young sambil mengetuk pintu kamar Lu Han.

“Ne.” Sahut Lu Han.

“Sarapannya sudah siap.”

“Chankkaman.” Lu Han membuka pintunya. Ia sudah memakai pakaian kantornya. Hanya saja, dasinya belum tersimpul. Min Young mengambil tas kerja dan jas dari tangan Lu Han. Meletakkan kedua benda itu di sofa ruang tamu lalu menuju ruang makan. Ia melihat Lu Han masih berdiri, kesulitan memakai dasinya.

“Oppa tidak bisa memakai dasi?” Min Young mengambil alih kegiatan Lu Han.

“Bisa, hanya saja tidak rapi.” Lu Han menatap Min Young yang fokus memasangkan dasinya. Bukankah mereka seperti suami istri?

“Tapi selama ini kulihat dasi oppa rapi.”

“Aku harus mengulang berkali-kali untuk memasang dasi yang rapi.”

“Selesai. Ayo sarapan.”

“Gomawo.” Lu Han tersenyum.

“Cheonma..”

“Setelah ini kau jangan mengerjakan apa pun. Pembantuku akan datang sekitar jam delapan nanti.” Kata Lu Han setelah menelan rotinya.

“Apa membereskan tempat tidur pun tidak boleh?”

“Tidak.” Jawab Lu Han tegas.

“Oppa, nan gwenchana. Masa melakukan pekerjaan yang ringan pun tidak boleh?” Min Young mengerucutkan bibirnya kesal.

“Tetap tidak, Young.”

“Arraseo.” Min Young menyerah.

“Aku berangkat, Young.” Kata Lu Han setelah meminum susunya. Lu Han berjalan menuju ruang tamu diikuti Min Young.

“Oppa, nanti aku kembali ke apartemen.” Lu Han tersentak. Ada perasaan tidak suka saat Min Young mengatakan itu.

“Mengambil barang-barangku.”

“Kau kembali bukan untuk berbaikan dengan Sehun?” Lu Han sedikit lega.

“Aku butuh waktu untuk sendiri, oppa. Aku rasa Sehun belum sadar dengan perbuatannya.”

“Kalau begitu aku akan mengantarmu.”

“Aku berangkat sendiri, oppa. Sehun belum berangkat ke kantor jam segini.” Tangan Min Young bergerak memakaikan jas, sedikit merapikan jas di tubuh Lu Han.

“Oppa tampan.”

“Kau baru sadar?” Goda Lu Han.

“Ani. Oppa memang tampan dari dulu.” Lu Han mengambil dompetnya. Mengeluarkan beberapa lembar uang.

“Igeo, kau membutuhkannya.”

“Aku hanya butuh sedikit.” Min Young hanya mengambil tiga lembar uang dari tangan Lu Han.

“Ambil saja.” Lu Han meletakkan sisa uangnya di tangan Min Young.

“Aku berangkat. Hati-hati di jalan, Young.”

 

——————

 

Benar dugaan Min Young. Sehun sudah berangkat kerja. ‘Kenapa apartemen berantakan seperti ini? Apa ahjumma tidak datang kemari lagi. Ahh.. Sudahlah. Aku ke sini hanya mau mengambil barang-barangku.’ Min Young memasuki kamarnya. Mengambil koper dari lemari, memasukkan pakaiannya ke dalam koper.

“Kau pulang?” Min Young tersentak mendengar suara Sehun. Ia berbalik dan mendapati Sehun berdiri di pintu balkon. Min Young kembali pada kegiatannya memasukkan pakaian ke koper.

“Selama ini kau di mana? Aku mencarimu ke rumah eommoni dan rumah Jeo Rin, tapi kau tidak ada di sana.” Sehun berjalan mendekati Min Young. Saat ini ia ingin sekali memeluk Min Young. Beberapa hari tanpa Min Young benar-benar membuatnya hancur.

“Kau pasti tahu aku di mana. Hari itu, aku keluar tanpa membawa apa pun. Dan aku beruntung karena Lu Han oppa menemukan.” Jawab Min Young tanpa berbalik.

“Mianhae. Waktu itu aku emosi.” Min Young tidak menanggapi Sehun.

“Youngie..” Sehun terfokus pada kegiatan Min Young.

“Kau mau ke mana?” Sehun tidak mau apa yang ia pikirkan menjadi kenyataan.

“Aku mau sendiri.” Min Young menutup kopernya.

“Maksudmu, kau.. mau pergi?” Min Young tidak menjawab. Sehun langsung memeluk Min Young yang membelakanginya.

“Mianhae.. Aku tidak bermaksud untuk menamparmu. Saat itu aku emosi. Jebal, gajima.” ‘Aegi, kau bisa mendengar suara dan merasakan pelukan appa? Mianhae.. Eomma seperti memisahkanmu dengan appa. Tapi ini demi kebaikan kita. Eomma tidak yakin bisa menjagamu kalau berada di dekat appamu.’

“Apa kau ingat? Dulu kau pernah berkata kalau kau tidak ingin memperlihatkan wajah marahmu padaku. Selama kita bersama aku sudah beberapa kali melihatnya. Tapi yang terparah kau marah lalu menamparku.” Min Young melepaskan pelukan Sehun.

“Aku cemburu, Youngie. Aku tidak mau perhatianmu terbagi apalagi dengan Lu Han.” Min Young tidak peduli kata-kata Sehun. Ia mengambil tas dan memeriksa barang-barangnya. Setelah merasa lengkap, ia menggeret kopernya keluar kamar.

“Youngie.. Jebal, gajimayo.” Min Young tetap tidak peduli.

“Tahukah kau bagaimana khawatirnya aku menunggumu pulang? Aku mengabaikan semuanya.” Teriak Sehun sambil mengikuti Min Young.

“Kau tidak perlu melakukan itu.” Habis sudah kesabaran Sehun. Ia menarik Min Young lalu menciumnya. Min Young membulatkan matanya, terkejut.

“Saranghae, saranghae..” Ucap Sehun disela ciumannya. Min Young memperhatikan Sehun yang memejamkan matanya. Perlahan mata Min Young terpejam, membalas ciuman Sehun.

“Jangan pergi..” Sehun memeluk Min Young.

“Biarkan aku sendiri, oppa.” Min Young balas memeluk Sehun. Merasakan hangat pelukan suaminya yang terakhir sampai ia kembali, sampai hatinya tenang.

“Saat aku kembali nanti, aku akan memberi kabar bahagia pada oppa.” Min Young melepas pelukan mereka. Ia menggeret kopernya kembali. Sehun tidak mengerti. Kenapa Min Young tidak memberitahu kabar bahagia itu sekarang?

“Kau tidak boleh pergi.” Sehun mencegah Min Young yang hendak membuka pintu apartemen. Ia mengambil koper Min Young.

“Aku minta maaf kalau aku berbuat salah padamu. Tapi sampai sekarang aku tidak tahu apa kesalahanku.” ‘Aegi, kau dengar kata-kata appa? Appa benar-benar bodoh.’ Min Young merebut kembali kopernya.

“Aku tidak akan melarangmu berhubungan dengan Lu Han. Tetaplah tinggal.” Bujuk Sehun.

“Singkirkan jauh-jauh pikiranmu yang beranggapan aku selingkuh dengan Lu Han oppa. Aku lebih dulu kenal dengannya daripada denganmu. Kau tidak bisa melarangku.” Min Young emosi.

“Oh Min Young! Bisakah kau mendengarkan kata-kata suamimu?!”

“Aku sakit, Sehun. Biarkan aku sendiri.” Min Young membuka pintu, ia terkejut mendapati Yoo Ra yang hendak menekan bel.

“Annyeong, Minyoung-ssi.” Yoo Ra tersenyum canggung. Mata Min Young berkaca-kaca. Yoo Ra berkunjung ke kediaman mereka. ‘Apa Yoo Ra kemari saat aku tidak ada?’

“Oh Min Young..” Panggil Sehun, berharap bisa mencegah Min Young pergi. Mereka baru menikah. Sehun tidak mau tinggal terpisah dari Min Young.

“Urus dia, Sehun.” Min Young berjalan cepat menggeret kopernya. Hatinya sakit melihat yeoja lain dekat dengan suaminya.

“Min Young!!” Sehun menatap tajam Yoo Ra yang menahan tangannya.

“Lepas, Yoo Ra! Min Young!!” Sehun sudah tidak melihat istrinya.

“Sudahlah, Sehun-ah. Buat apa kau mengejarnya? Dia meninggalkanmu, berarti dia bukan istri yang baik untukmu.” Sehun menghempaskan tangan Yoo Ra. Ia harus membawa Min Young kembali.

“Rumah tangga kalian hancur. Sebentar lagi aku yang akan menjadi nyonya Oh, Sehun.” Yoo Ra pergi. Tujuannya ke apartemen Sehun hanya ingin memastikan Min Young sudah kembali atau tidak. Dan hal yang membuat ia senang, Min Young tidak akan pernah kembali ke apartemen Sehun.

—————–

Sehun berjalan pelan menuju apartemennya. Ia seperti tidak bernyawa karena tidak menemukan Min Young.

“Sehun..” Sehun mendongak mendengar suara harabeojinya.

“Harabeoji.”

“Kau tidak ke kantor?” Tanya harabeoji yang melihat penampilan berantakan Sehun.

“Aku tidak enak badan, harabeoji.” Jawab Sehun lesu. Ia membuka pintu mempersilahkan harabeoji masuk.

“Apa Min Young ada?” Harabeoji ingin memastikan keadaan rumah tangga cucunya.

“Min Young.. Dia.. mengunjungi eommoni, harabeoji.” Jawab Sehun gugup.

“Kapan kalian memberi harabeoji cicit?” Sehun tersentak. Membuat harabeoji yakin kalau Sehun belum tahu Min Young mengandung anaknya.

“Kami belum bisa memberitahu harabeoji.” Pertanyaan harabeoji hanya menambah beban pikiran Sehun. Harabeoji pasti marah kalau tahu Min Young pergi. ‘Sebenarnya apa yang menyebabkan mereka bertengkar?’ Harabeoji bertanya dalam hati.

“Kalau begitu, harabeoji pulang. Ah.. Harabeoji lupa. Kalau Min Young pulang nanti, harabeoji mau kalian tinggal di rumah bersama kami.” Harabeoji tidak pernah setuju Sehun dan Min Young tinggal di apartemen.

“Kalau itu, sebenarnya aku sudah membeli rumah untuk kami tinggali, harabeoji.”

“Itu lebih bagus daripada kalian tinggal di apartemen seperti ini. Harabeoji pulang dulu.” Sehun mengantar harabeojinya sampai pintu lalu menutupnya. Bersandar di pintu memikirkan masalah yang saat ini menghampirinya.

“Ada apa denganmu, Min Young? Aku benar-benar tidak mengerti.”

 

——————-

 

“Kau sudah siap bekerja?” Kata Jeo Rin yang baru masuk ke kamar Kai. Menghampiri Kai yang masih memakai kemejanya. Jeo Rin mengancingkan kancing tangan kemeja Kai lalu berjalan menuju lemari, membuka laci, memilihkan dasi untuk Kai.

“Ne.” Kai menghampiri Jeo Rin.

“Aku gugup sekali. Seperti pertama kali bekerja.” Jeo Rin mengambil dasi biru yang ia kira cocok untuk kemeja putih Kai.

“Menunduklah. Aku tidak bisa memakaikan dasimu.” Kai meraih pinggang Jeo Rin, membuat Jeo Rin berjinjit. Ia menahan pinggang Jeo Rin agar tetap dalam posisi itu.

“Seperti ini lebih baik.” Jeo Rin memasang dasi Kai. Kai malah mencuri kesempatan menciumi pipi Jeo Rin. Bahkan ia tidak sadar kalau Jeo Rin sudah selesai memasang dasinya.

“Jongin-ah, bisakah kau hilangkan sikap mesum-mu?”

“Mesum?” Kai menatap Jeo Rin dengan alis bertaut.

“Setiap bertemu denganku, kau pasti menciumku.”

“Tapi kau tidak pernah menolak.” Wajah Jeo Rin memerah. ‘Aku memang tidak bisa menolak apa pun yang kau lakukan padaku.’ Kai mencium bibir Jeo Rin. Membuat Jeo Rin terkejut. Ia melumat bibir Jeo Rin sebentar.

“Ini untuk menghilangkan kegugupanku.” Kai tersenyum polos.

“Tenanglah. Nanti ada Xiumin yang membantumu.”

“Xiumin?” Satu lagi nama asing yang Kai dengar.

“Sekretarismu. Kajja, kita sarapan. Ini hari pertamamu kembali ke kantor, kau tidak boleh terlambat.”

 

——————-

 

“Yeoboseyo..”

“Yeoboseyo. Young, kau baik-baik saja?” Akhirnya Lu Han berhasil menghubungi Min Young.

“Aku baik-baik saja, oppa.”

“Bagaimana dengan Sehun?” Min Young terdiam cukup lama.

“Aku tidak di apartemen. Aku melakukan apa yang kukatakan pada oppa. Menenangkan diri.”

“Neo jigeum eodi?” Lu Han benar-benar mengkhawatirkan Min Young.

“Untuk sementara aku menginap di hotel, oppa. Aku belum menemukan tempat tinggal yang cocok.”

“Apa kau mau tinggal di rumahku? Aku baru membeli rumah beberapa bulan yang lalu.”

“Tidak apa-apa, oppa?” Min Young ragu.

“Tidak apa-apa. Kau mau?”

“ Ne, oppa.” ‘Tidak ada salahnya. Hanya sebentar.’ Batin Min Young.

“Aku akan menyuruh supirku menjemputmu. Kau menginap di mana?”

“Aku akan kirim pesan pada oppa.”

“Ne. Nanti setelah sampai jangan melakukan apa-apa. Biar pembantuku yang mengurus semuanya.”

“Ne, oppa.”

 

—————-

Other place

“Apa Min Young ada?” Tanya Sehun pada sekretaris Min Young.

“Tadi sajangnim telepon kalau sajangnim tidak masuk.” Sehun semakin frustasi.

“Beritahu saya kalau Min Young sudah masuk kantor.”

“Tapi, sajangnim..”

“Kenapa?” Suara Sehun datar menyadari jawaban yang tidak inginkan dari sekretaris Min Young.

“Sajangnim melarang kami para sekretarisnya untuk tidak memberitahu presdir.” Jawab salah satu sekretaris Min Young polos, yang lain menatapnya tajam.

“Kau harus memberitahuku.” Sehun meninggalkan ruangan sekretaris Min Young.

 

Sehun menghempaskan diri di kursi kerjanya. Memejamkan mata lalu memijit pelipisnya.

“Permisi, presdir.”

“Ada apa?!” Bentak Sehun tanpa membuka matanya. Membuat sekretarisnya takut.

“Lima belas menit lagi anda harus..”

“Batalkan semua meetingku hari ini.”

“Baik, presdir. Permisi, presdir.” Sehun membuang nafasnya berat. Detik berikutnya ia mengambil handphone, setelah menemukan kontak yang ia cari, ia menekan tombol hijau.

“Yeoboseyo. Kediaman keluarga Shin di sini. Ada yang bisa saya bantu?”

“Ini Oh Sehoon. Apa Min Young ada di sana?”

“Tidak, tuan. Nyonya Min Young tidak pernah kemari.”

“Kalau dia pulang tolong hubungi saya.”

“Ne, tuan.”

“Kau di mana, Youngie? Apa yang kau pikirkan sebenarnya?” Sehun menelepon Jeo Rin.

“Yeoboseyo..”

“Yeoboseyo. Jeorin-ah, apa kau bersama Min Young?”

“Tidak, oppa.”

“Kau tidak bohong kan?” ‘Mungkin Min Young menyuruh Jeo Rin untuk tidak memberitahukan keberadaannya padaku.’

“Ani. Memangnya ada apa, oppa?”

“Tidak ada apa-apa. Kalau Min Young menghubungi atau bertemu denganmu, hubungi aku, ne?”

“Ne, oppa.” Orang terakhir yang terpikirkan Sehun, Lu Han. Seharusnya Lu Han orang pertama, Sehun. Ia bangkit dari duduknya, berjalan ke luar ruangan. Seseorang muncul di hadapannya begitu ia baru selangkah keluar dari ruangannya.

“Sehun-ah, kau mau ke mana?” Emosi. Sudah cukup ia pusing dengan masalah rumah tangga yang ia sendiri tidak tahu apa penyebabnya. Kenapa harus muncul yeoja yang benar-benar ingin ia lenyapkan?

“Apa aku harus melenyapkanmu?” Sehun menatap Yoo Ra tajam.

“Apa maksudmu, Sehun-ah?” Tanya Yoo Ra sok polos.

“Bisakah kau tidak muncul di hadapanku?!” Bentak Sehun. Emosinya sudah di puncak. Semua sekretarisnya yang ada di ruangan itu menunduk. Takut. Wajah Sehun saat ini seperti ingin menelan Yoo Ra hidup-hidup. Dulu, sebelum Min Young datang ke kantor itu, semua bawahan Sehun takut padanya karena ekspresi dingin Sehun. Tapi setelah ada Min Young, Sehun berubah.

“Jangan pernah menginjakkan kakimu di kantorku lagi. Jangan pernah temui aku!” Semua sekretaris Sehun menatap pura-pura kasihan pada Yoo Ra setelah Sehun pergi.

“Jangan menatapku seperti itu!” Yoo Ra berlalu.

“Dasar wanita murahan.” Kata salah satu sekretaris Sehun.

“Hush.. Jaga bicaramu. Dia itu teman kuliah Presdir Oh.”

“Presdir Oh takkan memperlakukan temannya sekasar itu. Dia benar-benar tidak tahu malu. Penggoda suami orang.” Keempat sekretaris Sehun berkumpul membentuk forum gosip.

“Kalian tahu kenapa nyonya Oh tidak pernah kemari lagi?” Tiga sekretaris Sehun yang lain menggeleng.

“Karena nyonya Oh melihat presdir Oh dicium oleh wanita penggoda itu.”

“Jinjja?” Ketiga sekretaris itu terkejut.

“Jinjja. Aku juga melihat kejadian itu. Aku pasti cemburu kalau jadi nyonya Oh. Dan saat itu juga aku pasti menampar yeoja murahan itu. Kalian harus menjaga rahasia ini.” Entah apa lagi yang akan digosipkan sekretaris-sekretaris Sehun selanjutnya.

 

———————-

 

Lu Han langsung mengalihkan pandangan dari berkas yang dibacanya begitu mendengar pintu ruangannya dibuka.

“Sehun? Tumben kau kemari.” Lu Han berusaha senormal mungkin di depan Sehun. Ia bangkit dari duduknya, berjalan menuju sofa dan duduk di sana.

“Ada yang ingin kutanyakan padamu.” Sehun ikut duduk di sofa. Ia menatap Lu Han yang menunggu pertanyaan.

“Kau tahu di mana Min Young?” Tanya Sehun serius.

“Aku tidak tahu.” Jawab Lu Han bohong.

“Aku tidak tahu apa yang terjadi pada Min Young belakangan ini. Dia berubah sejak bertemu denganmu.” Sehun diam sebentar.

“Beberapa hari yang lalu kami bertengkar hebat. Aku menampar Min Young dan itu semua karenamu!” Lu Han berusaha menahan emosinya.

“Kau pasti juga cemburu sepertiku kalau melihat istrimu jalan dan berpelukan dengan namja lain. Apalagi namja itu temanmu sendiri!” Sehun menatap Lu Han tajam.

“Kau menyalahkanku?” Lu Han menatap Sehun tidak percaya.

“Aku tidak akan berkata seperti ini kalau kau tidak masuk diantara kami. Kau merusak rumah tanggaku, Lu Han!!”

“Apa kau benar-benar Oh Sehoon?” Lu Han tersenyum sinis.

“Kau menjadi sosok yang berbeda sekarang.”

“Aku tidak peduli! Min Young pergi, dia meninggalkanku. Beritahu aku di mana Min Young!!” Teriak Sehun frustasi.

“Aku tidak tahu. Kalaupun aku tahu, aku takkan memberitahumu.” Lu Han bangkit dari duduknya.

“Aku ada meeting penting.” Baru tiga langkah berjalan, Lu Han berhenti.

“Sepertinya menjadi perusak rumah tangga orang tidak buruk selama aku bisa membuat Min Young tersenyum. Kali ini aku akan benar-benar merebut Min Young darimu, Sehun. Sekalipun ada penghubung diantara kalian nanti.” Lu Han berucap pelan di kalimat terakhirnya. Sehun tidak dapat mendengarnya dengan jelas karena ia emosi.

 

—————–

 

“Di mana Min Young?” Tanya Lu Han pada pembantunya yang membukakan pintu.

“Nyonya Min Young sedang memasak di dapur, tuan.”

“Kenapa tidak kalian larang?” Pembantu Lu Han menunduk.

“Maaf, tuan. Tapi nyonya memaksa.” Lu Han pun langsung menuju dapur.

“Min Young!”

“Oppa? Oppa sudah pulang?” Min Young menyambut Lu Han dengan senyumannya.

“Kenapa kau tidak mendengar kata-kataku?” Dengan sendirinya pembantu-pembantu yang membantu Min Young pergi.

“Mianhae, oppa. Aku ingin memasakkan makanan kesukaan oppa sebagai rasa terima kasihku.”

“Kau tidak perlu melakukan itu. Kau belum sehat. Aku tidak mau terjadi apa-apa padamu. Biarkan pembantu yang memasak di rumah ini.” Lu Han menatap Min Young khawatir.

“Tapi..” Lu Han langsung menarik tangan Min Young keluar dari dapur.

“Kau sudah lihat kamarmu?”

“Ne. Kamarku di sebelah kamar oppa.”

“Besok kita ke dokter kandungan memeriksakan janinmu.”

“Ne, oppa.” Lu Han benar-benar menjaga Min Young.

 

—————–

 

Sebulan sudah Kai bekerja di perusahaan, ia mulai terbiasa dengan keadaan di kantor.

“Kai, ada orang yang ingin bertemu denganmu.” Kata Xiumin dari pintu.

“Nugu?” ‘Aku yakin kau tidak mengenalnya.’ Batin Xiumin.

“Kim Jeni.” Kai merasa asing dengan nama itu.

“Bagaimana? Kau mau menemuinya?”

“Ne. Biarkan dia masuk.”

“Kai! Bogoshipoyo..” Seorang yeoja langsung memeluk Kai yang baru ingin duduk di sofa. Kai terkejut dengan serangan tiba-tiba yeoja yang tidak ia kenal.

“Nuguseyo?”

“Aku sangat terkejut mendengar kabar kau menjadi pengusaha sukses begitu kembali ke Seoul.”

“Nuguseyo?” Tanya Kai lagi. Yeoja itu melepas pelukannya.

“Kau tidak mengingatku? Aku Kim Jeni. Teman sekelasmu di SHS. Aku tidak menyangka kau bisa sesukses ini mengingat bagaimana dirimu dulu. Kerjaanmu bermain dengan yeoja terus.” Yeoja itu tersenyum geli.

“Aku memang tidak mengenalmu. Aku tidak bisa mengingat masa laluku.” Ucap Kai polos.

“Mwo?” Jeni tidak percaya mengingat akting Kai yang selalu bisa menipunya dulu.

“Orang-orang bilang aku amnesia karena kecelakaan.” Baru Jeni percaya.

“Sayang sekali. Tapi aku bisa membantu agar ingatanmu kembali. Dulu kau bilang aku ahli dalam hal ini.” Kai memandang bingung Jeni yang tersenyum misterius. Dengan tiba-tiba Jeni mencium bibir Kai. Kai membulatkan matanya. Jeni melumat bibir Kai bergantian atas dan bawah. Kai menikmati ciuman Jeni walaupun bibir Jeni tidak semanis Jeo Rin.

“Jong-“ Jeo Rin terpaku di tempatnya. Ia melihat Kai berciuman. Kai langsung mendorong Jeni begitu mendengar suara Jeo Rin. Jeo Rin langsung berbalik begitu matanya bertemu dengan mata Kai.

“Jeorin-ah..” Kai tidak bisa mengejar Jeo Rin karena Jeni menahannya.

“Kau masih seperti dulu rupanya.” Jeni malah membimbing Kai untuk duduk di sofa.

“Semoga kau bisa mengingatku. Aku salah satu yeoja yang sering bermain denganmu, di sekolah maupun di club. Kau bilang aku good kisser.” Kai tidak mendengar ocehan Jeni. Yang ia pikirkan adalah Jeo Rin.

 

———————

 

Kai pulang dengan kecewa. Saat ia menjemput Jeo Rin di kantornya, Jeo Rin tidak ada, dia pulang lebih dulu. Ia memasuki apartemen dengan tidak semangat tapi detik berikutnya ia tersenyum karena mencium wangi masakan Jeo Rin. ‘Berarti Jeo Rin baik-baik saja bukan?’ Batinnya. Kai langsung menuju dapur, berjalan perlahan. Dan,

Greb!

Kai memeluk Jeo Rin dari belakang.

“Kenapa tidak menungguku?” Kata Kai setelah mencium pipi Jeo Rin. Jeo Rin diam. Kai salah. Jeo Rin marah padanya.

“Jeorin-ah, yang tadi siang tidak seperti yang kau pikirkan.”

“Lebih baik kau mandi. Sebentar lagi aku selesai memasak.” Ucap Jeo Rin dingin. Kai melepas pelukannya. Dengan lesu Kai berjalan menuju kamarnya.

 

—————–

 

Mereka makan dalam diam. Hanya dentingan sendok dan garpu yang terdengar di ruangan itu. Kai terus memandangi Jeo Rin dalam makannya. Ada sisi dirinya yang senang melihat Jeo Rin seperti ini. Kecemburuan Jeo Rin membuktikan kalau ia mencintai Kai. Kai tersentak mendengar suara deritan kursi. Dengan cepat ia mengikuti Jeo Rin ke dapur sambil membawa piring kotornya.

“Biar aku saja yang cuci piring.” Kata Kai yang tidak ditanggapi Jeo Rin. Kai menghela nafas.

“Yang tadi siang tidak seperti yang kau pikirkan. Aku tidak mengenalnya. Dia bilang namanya Kim Jeni, teman sekelasku saat di SHS. Aku tidak tahu kalau dia mau menciumku. Itu serangan tiba-tiba.” Jelas Kai.

“Dan kau menikmatinya.” Kai terdiam. Jeo Rin berpikir. ‘Yeoja itu memang tidak asing. Dulu aku sering melihatnya didekat Jongin.’ Jeo Rin sudah selesai mencuci piring. Ia meninggalkan Kai di dapur. Kai segera mengikuti Jeo Rin.

“Jeorin-ah, jangan seperti ini padaku. Jebal.” Kai menahan tangan Jeo Rin lalu menarik Jeo Rin ke dalam pelukannya.

“Mianhae.” Kai mencium puncak kepala Jeo Rin.

“Aku takut kau pergi dariku.” Suara Jeo Rin pelan. Ia balas memeluk Kai erat.

“Aku tidak akan melakukan itu. Sekalipun aku tidak mengingatmu, aku takkan melakukannya.”

 

TBC…



Viewing all articles
Browse latest Browse all 317

Trending Articles