Ravens The Chinese Danger [乌鸦 中国的危险] [Prolog]
Author
Choi Seung Jin @cseungjinnie
Genre
Action, Crime, Multicultural, OOC
Main Cast
Kris Wu / Wu Yi Fan 吴亦凡 || Xi Lu Han 西鹿晗 || Huang Zi Tao 黄子韬 || Lay / Zhang Yi Xing 张艺兴 || Xia Zi Liu 侠字刘 (OC)
Other Cast
Kim Joon Myun || Moon Eun Jin (OC) || Park Chan Yeol || Kim Min Seok || Oh Se Hun
Some will appear soon
Disclaimer:
It’s all not mine but storyline and OC.
****
Banyak orang salah menilai tentang kami. Tentang siapa kami, apa pekerjaan kami, apa yang kami lakukan, tentang mengapa kami ada di tempat kecil yang disebut bumi ini.
Mungkin kalian sudah sering melihat kami muncul di layar TV kalian. Sekelompok bocah yang suka membuat onar dan meresahkan berberapa negara di Asia.
Jangan karena kalian melihat berita tentang kami di TV, kalian langsung mencap kami mafia terkejam di dunia.
Jangan karena kalian melihat kami membunuh, merampok atau meledakkan suatu tempat, kalian langsung memanggil kami teroris.
Kalian tidak tahu siapa kami.
Kalian tidak tahu apa yang kami lakukan.
Kalian tidak tahu apapun tentang kami.
Kami tidak seperti yang kalian pikirkan. Kami berbeda. Kami bukanlah mafia atau teroris sekalipun.
Kalian hanya belum tahu yang sebenarnya.
****
Oriental Luxury Hotel, London
Seperti malam-malam sebelumnya, kegiatan Oriental Luxury Hotel berjalan seperti biasa. Setiap hari pastilah ada konglomerat yang menyewa salah satu kamar mahal bintang lima yang disediakan hotel itu.
Sebuah mobil Mercedes-Benz hitam berhenti tepat didepan lobby hotel itu. Seorang pria jangkung dengan pasangannya yang cantik melangkah keluar dalamnya.
Sang pria terlihat tampan dengan setelah jas hitam yang terlihat serasi dengan si wanita yang mengenakan dress hitam bermaksud menunjukan lekukan tubuhnya yang indah.
Seorang valet parkir menghampiri pria itu menawarkan jasanya memarkirkan mobil mewah itu. Setelah menyerahkan kunci mobilnya pada si valet parkir, pria jangkung itu berjalan melingkarkan tangannya pada pinggang ramping si wanita dan memasuki hotel.
Pasangan itu bertemu seorang bellboy di pintu masuk yang besar itu. Tampaknya mereka bertiga sudah saling mengenal sebagai costumers dan pelayannya.
“Welcome, Mr. and Mrs. Wu.” Mereka saling berjabat tangan disertai terselipnya sebuah key card ditelapak tangan pria yang dipanggil Mr. Wu itu.
Diiringi senyuman tipis, pria itu beranjak pergi ke arah lift menuju lantai dimana kamar mereka berada.
Bellboy tadi berjalan dengan tujuan sebuah pintu menuju tangga darurat. Setelah memastikan tidak ada yang mengikutinya, dia segera masuk melalui pintu bertuliskan ‘Emergency Exit’ itu. Dia menaiki anak tangga satu persatu dengan langkah yang tidak terlalu cepat.
Satu demi satu seragam bellboy-nya ia tanggalkan. Bersamaan dengan menemukan sebuah tas tersembunyi di tangga lantai ketiga yang berisikan pakaian selanjutnya.
Lay tiba di lantai ketujuh dengan setelan tuxedo mewah dan mantel mahal yang tentunya sangat berbeda dari seragam bellboy yang ia kenakan berberapa menit lalu. Dengan sebuah kacamata yang ia kenakan, akan menyamarkan wajahnya dari penampilan yang sebelumnya.
Dia berjalan bagaikan miliuner muda lainnya, menelusuri lorong hotel dengan sikap angkuh yang wajar. Dia melanjutkan acting singkatnya dan berpapasan dengan pria gemuk yang sudah cukup berumur, menghisap cerutu dengan seorang wanita dewasa yang seksi.
Lay meneruskan langkahnya sambil terus mengawasi pria barusan. Setelah perbedaan jarak antara mereka dirasa cukup, Lay berbalik arah—berpura-pura bahwa telah mengambil jalan yang salah dan mengikuti pria tadi secara diam-diam.
Pria gemuk itu masuk ke sebuah kamar bernomorkan 712. Berbekal keycard yang ia miliki, Lay masuk ke kamar 713 yang pastinya bersebelahan dengan kamar pria tadi. Setelah mendapat lokasi yang tepat, tanpa ragu, Lay mengeluarkan ponselnya dan memencet speed dial nomor 1.
Nada sambungnya tidak terlalu lama. Memang si penerima telepon harus tetap menyiagakan ponselnya, jika panggilan dari Lay akan masuk.
“Dia sudah didalam,” kata Lay singkat dan langsung menutup teleponnya.
Beralih ke pria bernama Mr. Wu dan pasangannya Mrs. Wu, mereka berdua menapakkan kaki mereka di lantai 8 hotel. Kris menuntun pasangannya ke sebuah kamar setelah ia mendapat telepon konfirmasi dari salah satu rekannya.
Kamar 823 adalah kamar yang mereka pilih sebagai tempat melakukan pekerjaan mereka yang paling pas.
“Next time, I don’t wanna use Wu anymore,” gerutu si wanita kesal saat memasuki kamar 823 itu.
“Come on, Liu. This is your first time to using Wu as your surname,” kata Kris dengan nada bergurau.
“Yeah. And I’ll make sure it would never happen again,” kecam Liu dengan nada yakin.
Kris terkekeh pelan. Sementara Liu menatapnya sinis. Hubungan antara bos dan anak buah ini memang tidak selalu berjalan baik, tapi mau bagaimanapun mereka harus tetap fokus pada pekerjaan mereka.
Liu beralih ke lemari pakaian yang didalamnya ada setelan baju yang sudah disiapkan sebelumnya. Dia mengganti pakaiannya disitu dan begitu saja tanpa perduli Kris akan melihatnya atau tidak.
“Nice,” gumam Kris pelan dengan mata tertuju pada bentuk tubuh Liu yang indah.
Liu dapat mendengar Kris meski dia sudah berbisik pelan dan langsung melemparkan tatapan sinisnya lagi.
Selesai dengan pakaiannya, Liu bersiap-siap di tempatnya sampai ada konfirmasi selanjutnya.
Liu yang berberapa menit lalu adalah seorang Xia Zi Liu, pasangan Kris Wu yang cantik dan berpenampilan glamour, sekarang berpenampilan seperti petugas medis rumah sakit Inggris. Dengan seragam petugas yang ia kenakan, sosok Liu sudah tidak tampak lagi.
Klakk..
Pintu kamar hotel itu terbuka dan Lay masuk begitu saja tanpa perlu menunggu izin dari Kris.
“We’re ready,” ucapnya.
Konfirmasi sudah didapat, saat menjalankan pekerjaan.
Kris menekan speed dial nomor 3 di ponselnya dengan tujuan kontak bernama Luhan.
“Luhan, kau dan Tao siap diposisi. Ada mayat yang harus dibawa,” kata Kris memberi intruksi pada lawan bicaranya yang bernama Luhan.
Kris memberi isyarat pada Liu dengan menganggukan kepalanya.
Liu, yang mengerti maksud Kris, langsung mengeluarkan sebuah kantung hitam besar yang tidak lain adalah kantung mayat. Dia mengelarkan kantung itu di lantai dengan resletingnya yang terbuka.
Selanjutnya adalah menghilangkan jejak. Lay sibuk memasangkan berberapa mainan kecilnya di sudut-sudut ruangan. Satu demi satu benda-benda itu telah dipasangkan dan kini telah aktif. Setelah ia rasa selesai, Lay mulai menungkan cairan merah diatas tuxedo mahalnya dan kemudian meminum pil yang akan membuatnya terlihat pucat seperti orang mati untuk sementara waktu.
Kamuflase Lay yang ketiga sudah sempurna. Sekarang yang harus ia lakukan adalah berbaring masuk ke dalam kantung mayat dan tentu saja berpura-pura menjadi mayat.
“Ready?” Kata Kris. Lay dan Liu mengangguk cepat tanda yakin.
Kris mengeluarkan sebuah kotak hitam kecil dari dalam saku jasnya. Sebuah kunci pekerjaan mereka kali ini.
BOOOOOOOOOMMM
Ledakan terjadi di kamar 712 setelah Kris menekan tombol merah yang ada dikotak kecil itu. Api berkobar besar—keluar melalui jendela yang menandakan bahwa siapapun yang ada di kamar itu pastilah sudah mati karena sebuah bom yang dipasang di kamar itu telah meledak. Guncangan kencang menggetarkan hotel mewah itu dan menimbulkan banyak kepanikan.
Lay memulai aktingnya sebagai mayat. Kris ikut berpura-pura sebagai kerabat dari Lay yang terluka akibat ledakan. Sedangkan Liu akan memulai aktingnya saat Luhan datang membawa ranjang dorong.
Kris dan Liu menarik Lay keluar dari kamar 823 sambil menunggu Luhan tiba 5 menit lagi.
*****
Sebuah ambulance datang berbaur dengan ambulance lain yang bertujuan untuk menyelamatkan korban ledakkan. Salah seorang petugas medis berwajah oriental turun dari kursi penumpang dan mengeluarkan ranjang dorong dari dalam ambulance.
Penampilan Luhan sangat meyakinkan sebagai seorang petugas medis, sehingga ia bias lolos dari deretan polisi yang ada di lobby hotel. Dengan langkah setengah berlari, Luhan naik ke lantai 8 menggunakan lift menuju tempat dimana rekan-rekannya berada.
Luhan sampai ditempat dimana ada seorang petugas medis yang sedang membantu pria terluka dengan sebuah kantung berisi mayat disalah satu lorong. Dibantu Liu, dia memindahkan kantung mayat itu ke atas ranjang dorong.
Mereka bertiga—ditambah Lay yang sedang menjadi mayat—bergegas ke lantai dasar dan segera keluar hotel untuk memasukan Lay ke dalam ambulance.
Dengan penyamaran yang sempurna, mereka bereempat dengan mudah melewati selusin polisi yang ada di lobby hotel yang tengah sibuk mengevakuasi korban dan mulai merazia setiap orang yang keluar hotel. Meski salah satu polisi memeriksa kantung mayat yang terilihat mencurigakan dan polisi itu hanya mendapati mayat penuh darah yang terlihat wajar.
Tao, sebagai supir ambulance mulai menjalankan mobil hasil curiannya itu setelah memastikan bahwa semua rekan-rekannya sudah masuk. Dengan kecepatan yang wajar, lagi-lagi dengan mudah mereka melewati barisan mobil patrol dan sekelompok tim gegana yang berjaga di depan hotel.
“Okay, Lay. Now use your toys,” perintah Kris yang membuat Lay keluar dari kantung mayat yang pengap itu.
Kembali sebagai Lay yang masih hidup, dia mengeluarkan ponselnya untuk melakukan tugas terakhir pada misi ini. Biasanya akan disebut sebagai ‘pembersihan’.
“Lain kali, jangan suruh aku yang jadi mayatnya,” keluh Lay. Tanpa aba-aba langsung dari Kris, dia menekan sebuah tombol dari ponselnya yang mengirim isyarat sebagai pemicu bom kedua.
BOOOOOOOMMMM
Bom kedua meledak di kamar 823. Bom itu kembali memporak-porandakan hotel itu. Proses pembersihan pun dilakukan untuk membersihkan jejak mereka yang pernah ada disana. Hilangnya jejak mereka di hotel itu akan lebih mempersulit polisi untuk menemukan mereka dan membuat mereka hilang seperti tak pernah ada. Tak ada lagi yag tersisa.
****
South Korea Police Departement
Ada berberapa orang yang berkumpul diruangan itu. Duduk memutari sebuah meja kotak di tengah ruangan. Seorang Inspektur muda, tiga orang detektif, dan seorang agen penyidik.
Mereka semua terfokus pada satu kelompok yang sudah melakukan banyak kasus dalam kurun waktu 3 tahun. Mereka baru bisa mengambil alih kasus ini setelah mendapat izin tertulis dari presiden Korea Selatan. Sekelompok polisi yang dipercaya dapat menangi kelompok yang paling sulit diringkus oleh polisi manapun. Mereka adalah Inspektur Kim Joonmyun, Detektif Letnan Moon Eunjin, Detektif Letnan Park Chanyeol, Detektif Kopral Kim Minseok, dan Agen Oh Sehun.
“Inilah yang akan kita hadapi,” kata Joomyun—atau yang lebih akrab disapa Inspektur Suho—seraya menyusun 5 buah foto diatas sebuah meja dihadapannya.
Empat orang lainnya mengamati foto-foto itu satu persatu dan mencoba mengingat setiap orang yang ada di foto itu.
“Mereka menyebut diri mereka Ravens. Mereka identik dengan pakaian serba hitam seperti burung gagak disetiap aksi mereka,” ucap Joonmyun mulai menjelas orang-orang yang ada difoto. “Mereka semua warga negara Cina, tapi wilayah kerja mereka sudah menyebar hampur di seluruh Asia.”
“Lay,” kata Suho menunjuk foto yang paling kiri. “Nama asli Zhang Yi Xing. Lulusan terbaik fakultas kedokteran. Pekerjaan terakhir sebelum diketahui masuk Ravens adalah seorang dokter muda disebuah rumah sakit di Cina. Memegang peran sebagai ahli komputer dan ahli kimia sekaligus perakit bom. Bom-bom buatan Ravens adalah ciptaannya.”
“Dokter?” Celetuk pria bernama Chanyeol diiringi kekehan kecil seperti meremehkan.
“Kau tidak akan pernah menduga perkerjaan mereka sebelumnya, Chanyeol-ssi,” ujar Suho.
Dia pun beralih pada foto berikutnya. “Huang Zi Tao. Diketahui sebagai anggota termuda Ravens. Ahli bela diri lulusan fakultas teknik mesin. Riwayat prestasi membuktikan bahwa kemampuan bela dirinya sudah mencapai tingkat master.”
Beralih dari foto Lay, kini perhatian mereka tertuju pada foto seorang laki-laki tinggi berambut hitam yang dipanggil Tao. Pria pemilik kantung mata besar dan hitam yang terlihat seperti mata panda. Tatapannya terlihat sangat kejam, seakan-akan tidak ada kebaikan darinya.
Berikutnya adalah foto satu-satunya wanita dari kelima anggota Ravens. Wanita dengan rambut panjang kecoklatan dan berbadan ramping. Tatapannya tajam saat itu, seperti mata elang yang tertuju pada mangsanya.
“Xia Zi Liu. Seorang wanita mantan tentara Cina yang berhenti 2 tahun setelah menjadi bekerja sebagai tentara angkatan darat. Dia salah satu lulusan akademi militer terbaik. Dia mengerti segala macam senjata dan cara menggunakannya. Seperti keahliannya, Liu memegang peran sebagai ahli senjata dan seorang penembak jitu.”
Berikutnya adalah pria disebelah Liu. “Xi Lu Han. Mantan pembalap F1 yang berhenti setelah kecelakaan 3 tahun lalu yang menghancurkan karirnya dan seperti yang kita tahu, sekarang bergabung dengan Ravens.”
Pria yang ditunjuk sebagai Xi Lu Han memiliki perawakan yang berbeda dari anggota lain. Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia adalah seorang anggota mafia atau teroris sekalipun. Jika diibaratkan seperti iblis berwajah malaikat.
Berikutnya akan menjadi pusat perhatian. The Leader of the Ravens. Pria jangkung dengan perawakan dingin. Wajahnya terlihat misterius dibalik tampangnya yang rupawan.
“Kris Wu. Kebangsaan Cina-Kanada. Lahir dengan nama Li Jia Heng atau lebih dikenal dengan Kevin Li di Kanada sebelum akhirnya menganti nama menjadi Kris Wu atau Wu Yi Fan,” kata Suho. “Dia adalah anak seorang kepala polisi di Kanada. Setelah ayahnya gugur dalam tugas, dia mulai membentuk Ravens secara bertahap sampai sekarang. Kemungkinan dia mengalami trauma sepeninggalan ayahnya.”
Sambil menaruh 5 file diatas meja dengan label berbeda, Suho menjelaskan berberapa hal penting tentang Kris dan Ravens.
Ravens adalah kelompok—yang biasa disebut mafia oleh para polisi—yang telah melakukan banyak kasus sejak kemunculan pertama mereka 3 tahun lalu. Mereka sudah membunuh sekitar 200 orang yang terdiri dari berbagai kalangan, merampok sedikitnya 50 bank dunia dan meledakkan sejumlah tempat termasuk sebuah hotel baru-baru ini. Ravens terdiri dari 5 orang anggota. Kris, Luhan, Liu, Tao dan Lay. Ravens identik dengan pakaian serba hitam seperti burung gagak. Selain sebutan Ravens, mereka sering disebut juga The Chinese Danger. Karena mereka terdiri dari 5 orang warga Cina dan mereka sangat berbahaya. Setiap anggota memiliki peran penting dalam kelompok. Menjadikan mereka kelompok yang terkalahkan.
“Wilayah jajahan mereka sudah mencapai seluruh Asia dan sebagian wilayah Eropa. Pembunuhan, pembantaian, perampokan di sejumlah bank ternama di dunia, dan aksi terakhir mereka ada meledakkan sebuah hotel di Inggris,” ungkap Suho seraya menaruh berberapa file tambahan di atas meja.
“Apa FBI atau CIA tidak turun tangan?” Tanya pria berwajah bulat bernama Minseok.
“Selagi mereka belum menyentuh wilayah Amerika, FBI ataupun CIA tidak akan turun tangan,” jawab Suho.
“Seperti yang kalian tahu, Oriental Luxury Hotel di London meledak karena bom dua minggu yang lalu. Ledakan terjadi 2 kali. Pertama di kamar 712, kemudian di kamar 823. Dugaan awal mengarah pada Ravens. Karena berberapa orang saksi mengatakan mereka melihat berberapa orang Cina mencurigkan berpakaian serba hitam.
“Setelah dicocokan dengan CCTV yang tersebar disekitar hotel, Ravens ada di lokasi kejadian sesaat sebelum ledakan dan setelah ledakan.” Joonmyun kembali meletakkan screenscap CCTV yang peroleh dari pemerintah Inggris.
“Foto ini diambil 30 menit sebelum ledakan terjadi,” jelas Suho menunjukkan foto dimana Kris dan Liu baru saja keluar dari sebuah mobil mercedes-benz.
“Yang ini, diambil 24 menit setelah ledakan. Seseorang yang diduga Luhan keluar dari salah satu ambulance.” Berikutnya adalah foto dimana Luhan keluar dari ambulance dan sedang mengeluarkan ranjang dorong.
“Dan yang terakhir berberberapa menit setelahnya.” Tampak di foto itu, Kris bersama 2 petugas medis yang terlihat seperti Luhan dan Liu dan mendorong sebuah kantung mayat memasuki sebuah ambulance.
“Bagaimana dengan korban meninggal?” Tanya Eunjin disela kesibukannya membaca profil Kris yang menarik perhatiannya.
“Satu-satu korban adalah pria dan pasangannya yang menginap di kamar nomor 712, tempat meledaknya bom. Mereka adalah Thomas Houdson dan Kelly Jackson. Tuan Houdson adalah pejabat bank di Inggris yang baru-baru ini diketahui sudah mengkorup sejumlah uang,” jawab Suho panjang lebar.
Untuk sekali lagi, Suho mengeluarkan sebuah amplop yang berisikan foto-foto terbaru. Foto-foto top secret yang sangat eksklusif.
“Foto-foto ini diambil sekitar seminggu lalu di Haneda International Airport, Tokyo,” kaya Suho yang meletakkan berberapa foto yang menunjukkan Ravens sedang berada di sebuah airport. “Jadi kemungkinan besar mereka semua masih ada di Tokyo.”
“Jadi, kita pergi ke Tokyo?” Kata Minseok.
“Kita ke Tokyo,” ulang Suho mantap.
Next: Chapter 1
*****
Annyeong^^ Jinnie is here. Jinnie kembali dengan FF baru. Sebenarnya ini project FF lama, tapi baru bisa dipost sekarang ._. Jinnie kangen bikin FF Action /? Jinnie gak tahu mau ngomong apa sekarang. Jinnie mau tanya pendapat aja tentang FF ini^^
Jangan lupa comment ya^^ Oh iya… Minggu depan Jinnie ada UAS nih ._. Jadi mohon doa nya ya biar nilai Jinnie bagus^^
By the way, EXO mau comeback looooh *gak nyambung*
