Quantcast
Channel: EXOMKFANFICTION
Viewing all articles
Browse latest Browse all 317

[FREELANCE] 8

$
0
0

8

Author: Little Maknae

Tittle: 8

Cast: Oh Sehun, Yoon Eun Rim

Genre: Romance, Fluff

Length: Ficlet

Rate: T

Poster by yeoshin1002 || High School Graphics

(Also published in Personal Blog)

2014 © Little Maknae

***

Malam ini, Sehun menghampiri gadisnya lagi. Dengan waktu yang sama, tempat yang sama, dan alih-alih yang sama. Pukul delapan, dirumah gadisnya, dengan alih-alih ingin menemaninya.

Seperti hari-hari sebelumnya, Sehun dan Eun Rim menikmati malam dengan menatap bintang penghias langit. Mereka duduk dibalkon kamar Eun Rim dengan saling merengkuh satu sama lain. Saling menyalurkan kehangatan dari rengkuhan masing-masing.

“Kenapa kau selalu datang pukul delapan?” tanya sang gadis tanpa berniat melepas rengkuhannya.

“Karena aku suka angka delapan.” jawab Sehun sambil mencium puncak kepala gadisnya. Menghirup aroma kiwi dari sana.

“Kenapa?” gadisnya bertanya lagi. Ia masih tak mengalihkan pandangannya dari bintang-bintang itu. Seolah bintang itu akan lenyap jika pandangannya beralih barang sedetik.

“Karena angka delapan tidak berujung. Dan aku ingin jika aku datang padamu pukul delapan, maka hubungan kita pun seperti angka itu. Tak berujung. Tak ada putusnya.” Ini bukan kalimat bualan. Dan lagi Sehun bukanlah tipe orang yang pandai membual. Dia hanya menjawab apa yang seharusnya dijawabnya.

“Lalu bagaimana dengan angka nol? Bukankah sama-sama tak berujung?”

“Memang sama. Tapi angka nol terlalu klise. Polos. Tidak berproses. Butuh proses panjang untukku bisa memilikimu.” Sehun mengeratkan tangannya dipinggang Eun Rim. “Lagi pula, angka nol itu ibaratkan kita.” lanjutnya. Senyumnya merekah ke arah bintang-bintang yang masih bersinar itu.

“Apa maksudmu?” dahi Eun Rim mengerut bingung. Kali ini ia menatap wajah lelaki-nya. Lebih tertarik pada perkataan Sehun tentang angka nol dan delapan daripada bintang-bintang yang akan lenyap jika tak dipandangnya itu. Tapi kenyataannya, sang bintang tetap berdiri kokoh dengan sinarnya walau sudah berdetik-detik Eun Rim mengalihkan pandangannya.

“Begini. Andaikan saja kita berdua adalah angka nol. Perlu dua nol untuk menjadi angka delapan. Jika kita bersatu, maka sempurnalah angka delapan itu. Sempurna juga hubungan tak berujung itu. Dan kau lihat garis yang menyatukan keduanya? Itu adalah jalanmu. Kemanapun, sejauh apapun kau pergi, kau tetap kembali padaku.”

Eun Rim terperangah. Darahnya berdesir hebat. Ia merasa penjelasan Sehun tadi adalah hipnotis yang sangat mempesona. Namun sekali lagi, Sehun bukan orang yang pandai membual. Bukan juga orang yang pandai menghipnotis. Ia hanya menjawab apa yang seharusnya ia jawab.

“Tutup mulutmu, sayang.” Sehun menyentuh dagu Eun Rim dan sedikit mengangkatnya-membantunya menutup mulut, sedikit takut kalau saja gadis itu lupa caranya. Ia tersenyum geli ketika melihat raut sang gadis yang merona ke-merah-mudaan. Meski dalam cahaya remang, Sehun menyadari rona itu. Ia sangat teliti tentang wajah gadisnya. Sudah menghapal diluar kepala tentang komponen apa saja yang ada di wajah itu.

“Oh, maaf. Aku hanya terlalu terkejut dengan pernyataanmu.” ucap Eun Rim. Ia memalingkan wajahnya, tak ingin memperlihatkan rona-nya. Percuma sebenarnya, karena Sehun lebih dulu menyadarinya.

Sehun tersenyum. Lagi-lagi ia merasa geli dengan gadisnya. Lalu ia mendekap Eun Rim sangat erat. Dan membisikkan sesuatu tepat ditelinganya, membuat gadis itu menahan gejolak aneh saat hembusan nafas Sehun masuk melalui telinganya, “Jangan pergi dariku. Itu hanya akan melelahkanmu karena kau tetap akan berakhir padaku.”

Eun Rim hanya bisa mengangguk dalam dekapan Sehun. Ia bergidik, antara karena nafas Sehun yang begitu hangat, atau perkataannya yang menyangkutpautkan ‘tetap berakhir padaku’.

“Sekarang kita masuk. Kau harus tidur.” kata Sehun seraya melepas dekapannya dengan enggan. Sedikit tidak rela karena kehangatan itu berakhir.

Eun Rim menurut. Ia beranjak disusul Sehun. Lalu membaringkan badan di atas ranjang besarnya.

“Pulanglah.” kata Eun Rim lembut. Tapi sungguh, ini bukan sebuah usiran yang diperhalus.

“Ya. Kau tidurlah. Lalu aku akan pulang,” Sehun menyelimutinya dan berakhir dengan ciuman selamat tidur dikeningnya. “Selamat tidur.”

Eun Rim tersenyum dan menutup matanya. Sedangkan Sehun mematikan lampu kamar, menyisakan sebuah lampu tidur yang menyala diatas nakas.

Sehun beranjak pulang. Ia terus tersenyum mengingat gadisnya. Tanpa henti ia berharap hubungannya dengan Eun Rim tak akan berujung seperti angka delapan, angka kesukaannya.

FIN



Viewing all articles
Browse latest Browse all 317

Trending Articles