Quantcast
Channel: EXOMKFANFICTION
Viewing all articles
Browse latest Browse all 317

Ravens The Chinese Danger [Chapter 2]

$
0
0

Ravens The Chinese Danger [Chapter 2]

Ravens The Chinese Danger [Chapter 2]

Author: Choi Seung Jin @kissthedeer

Genre: Action, Crime, Multicultural

Leght: Chaptered (Still on going)

Main Cast:

Kris Wu / Wu Yi Fan  || Xi Lu Han || Huang Zi Tao || Lay / Zhang Yi Xing || Xia Zi Liu (OC)

Other Cast:

Kim Joonmyun || Moon Eunjin (OC) || Oh Sehun || Kim Minseok || Park Chanyeol

Author’s Note:

Storyline belongs to me. Please repect! Don’t be silent readers!

Prolog | Chapter 1

 

****

****

Mobil Luhan semakin mendekati mobil milik Toshiro. Dia mengerahkan seluruh kemampuannya untuk misi ini. Hari ini mungkin adalah kali terakhirnya dia bisa kembali ke arena balap. Dia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini segitu saja.

Luhan dan Toshiro mulai sejajar. Toshiro yang merasaka akan dikalahkan, mencoba untuk menambah kecepatan mobilnya, tapi Luhan terus berusaha unuk mensejajarkan mobilnya.

Penonton mulai menggila melihat Luhan dan Toshiro berada diposisi yang terdepan. Suasana semakin tegang dimana Toshiro berusaha untuk melaju lebih cepat dari Luhan, sedangkan Luhan terus berusaha menyeimbangi posisinya.

“Para penonton sekalian! Suasan kali ini semakin menegangkan. Toshiro terlihat terus mencoba menjadi yang nomor 1. Sedangkan pembalap dari Cina, Luhan tetap berusaha mensejajarkan posisinya dengan Toshiro. Apa yang sedang direncanakan pria Cina itu?”

Secara tiba-tiba, Luhan membanting stir mobilnya ke kanan hingga mobilnya menghantam mobil Toshiro. Mobil Toshiro oleng dan hilang kendali. Mobil Toshiro sempat berguling berberapa kali dan berhenti dalam posisi terbalik. Penonton yang melihatnya terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Luhan.

Luhan belum puas. Dia mengurangi kecepatan mobilnya sampai posisi mobilnya tepat dibelakang mobil Toshiro. Luhan kembali menabrakkan mobilnya dengan mobil Toshiro yang sudah tidak bisa dikendalikan. Dia terus melajukan mobil yang terus mendorong Toshiro hingga berberapa meter ke depan.

Masih belum puas sampai Toshiro mati, Luhan melaju meninggalkan mobil Toshiro yang sudah berhenti. Dia maju sepanjang berberapa meter di depan mobil Toshiro. Luhan membelokkan setir mobilnya hingga berputar 360 derajat dan berhenti.

“Astaga! Apa yang dilakukan pria itu? Apa dia berniat untuk membunuh Toshiro karena dendamnya 3 tahun lalu?”

Luhan menatap tajam mobil terbalik yang berada 20 meter didepannya. Dia siap untuk apa yang akan terjadi pada 10 detik kedepan. Dia sudah siap, mati pun dia siap. Asalkan bajingan Jepang dan juga ayahnya itu mati. Lagipula, memangnya Luhan bisa mati?

 

****

Liu terus memantau Luhan dari layar besar. Dia bersiap menekan pelatuk senjata mematikan miliknya saat dia mendengar suara tabrakan. Karena isyaratnya untuk menembak adalah saat suara tabrakan besar terdengar yang artinya pada saat itu Toshiro sedang menemui ajalnya.

Earphone yang terpasang disalah satu telinga terhubung dengan Kris, memudahkannya untuk tahu situasi yang sedang terjadi. Sementara Kris yang terhubung dengan semua member sambil memantau secara keseluruhan tugas dari anggotanya.

“Lay, aku ingin secepatnya membawa Luhan keluar,” ucap Kris kepada Lay melalui earphone nya. Dari kejauhan dia melihat Lay sudah siaga didepan ambulance yang telah disediakan oleh panitia pertandingan. Ambulance itu bisa menjadi kendaraan Lay dan Luhan untuk kabur.

“Tao, tugasmu selesai. Siapkan mobil untuk Luhan!” Mata Kris sekarang tertuju pada Tao—yang sebelumnya berada diantara tim Toshiro—beranjak pergi meninggalkan tempatnya.

Sekarang tinggal menunggu acara puncaknya. Meskipun sebenarnya Kris khawatir dengan tindakkan Luhan yang seperti ingin menabrakkan dirinya sendiri agar bisa membunuh Toshiro. Tapi Luhan bukan orang yang suka diatur. Bahkan jika Kris ingin membatalkan misi ini karena tindakan Luhan yang bisa mencelakakan dirinya sendiri, Luhan tetap akan melakukan tindakan itu.

Kris bisa melihat Luhan mulai bergerak. Mobil Luhan melaju kencang dan semakin kencang. Akan terjadi tabrakan tak lama lagi…

 

BRAKKKK…

DORR….

 

Suara tabrakan dan suara tembakan terdengar hampir bersamaan. Liu mengerjakan tugasnya dengan baik. Sebuah peluru berhasil tertanam didahi pria tua berumur 60 tahun. Meski begitu, tabrakan besar telah terjadi. Mobil Luhan dan Toshiro terlempar akibat tabrakan. Mobil Luhan berguling berkali-kali diatas rumput hijau diluar lintasan balap. Hal itu membuat Kris semakin cemas. Sedangkan mobil Toshiro sudah tak berbentuk lagi akibat tabrakan keras.

Lay melihat kejadian itu bergegas mendekati mobil Luhan yang sudah berhenti berguling dengan sebuah ambulance. Dia—dibantu dengan petugas medis lain—cepat-cepat mengeluarkan Luhan dari dalam mobilnya, khawatir mobil itu meledak.

Sekilas dia melihat kearah mobil Toshiro yang sudah tidak bisa dijelaskan lagi bentuknya. Mobil yang sudah seperti rongsok yang berjarak sekitar 100 meter darinya. Dia melihat pria Jepang itu masih bergerak. Sialan!

Plan B.

 

DUAAARR!!!

 

Mobil Toshiro meledak begitu saja sebelum petugas medis sempat menyelamatkan Toshiro. Lay terpaksa meledakkan mobil itu supaya pembalap Jepang itu benar-benar mati seperti ayahnya yang juga sudah mati 5 menit yang lalu ditangan Liu.

Kembali pada Luhan yang kini sudah berada didalam ambulance bersama Lay. Beruntung karena kecelakaan hebat itu tidak merenggut nyawanya. Dia segera dibawa keluar dari sirkuit dan menjauh dari tempat itu.

“Apa..dia..sudah mati?” Tanya Luhan lemas. Luhan yang kesadarannya sudah menipis masih saja memikirkan apakah dia berhasil membunuh Toshiro atau tidak. Ambisinya yang kuat mungkin yang menjadi alasan kenapa dia bisa bertahan.

“Ya, dia sudah mati. Tapi sayangnya dia mati ditanganku, bukan ditanganmu. Tabrakan mu tidak ampuh untuk membuat pria seperti itu mati,” ucap Lay dengan nada meledek.

Luhan yang masih lemah hanya bisa terkekeh pelan. Masih bisanya dia tertawa disaat seperti ini. Memang, dia hanya mengalami luka dibagian kepalanya akibat terbentur terlalu keras.

“You should take over this ambulance,” ucap Luhan tentang ambulance yang dia kira masih dikendarai oleh petugas medis betulan.

Kini giliran Lay yang tertawa. “Kau seharusnya lihat dulu siapa yang menyetir.”

“Hai, ge!” Itu suara Tao. Mobil ambulance itu sudah diambil alih oleh Tao sejak mobil berjenis van itu keluar dari arena sirkuit.

“Rupanya kau,” kata Luhan. “Bagaimana Kris dan Liu?”

“Mereka akan segera menyusul. Kau istirahat saja. Nikmati perjalananmu,” kata Lay diiringi dengan tawanya.

 

****

Kris dan Liu keluar dari sirkuit berdampingan. Berbaur dengan penonton lain yang dibubarkan karena kecelakaan ektrim yang dibuat sengaja oleh Luhan dan entah bagaimana caranya, sniper riffle yang digunakan Liu tadi sudah menghilang. Kris dan Liu benar-benar berpenampilan seperti dua orang turis biasa.

Namun Kris merasakan sesuatu. Seperti ada yang sedang mengamatinya saat ini atau bahkan sampai membuntutinya. Hal ini berusaha ia sampaikan pada Liu yang berada disamping kanannya.

“I have bad feeling for this. Kita harus berpencar,” kata Kris berbisik ditelinga kecil Liu. “Kita bertemu di rumah.”

Liu paham betul maksud Kris dan mengangguk tanda paham. Mereka pun mengambil dua arah berbeda di sebuah pertigaan jalan.

Langkah kaki jenjang Liu membawanya ke pusat distrik kota Tokyo dimana disana banyak sekali orang. Dia harus jalan berdesak-desakkan diantara banyaknya kerumunan orang di kota paling sibuk ini. Kini dia mengerti kenapa Kris menyuruhnya untuk mengambil jalan yang berbeda dengan pria jangkung itu.

Seseorang mengikuti Liu sejak dia keluar dari arena sirkuit dan berpencar dengan Kris. Liu masih belum berpikir untuk melihat orang gila mana yang berani mengikutinya. Satu hal yang paling ia benci di dunia ini adalah dibuntuti dan orang itu telah melakukannya.

“Apa dia cari mati?” Gumam Liu geram.

Dia sudah geram ingin menanamkan sebuah peluru di dahi orang yang berani mengikutinya. Jika saja ia tidak sedang berada di tempat ramai seperti ini, pasti dia sudah menembak mati orang itu.

Dia berusaha berjalan lebih cepat diantara kerumunan orang yang jalan berlawanan arah dengannya—berusaha berjalan sejauh mungkin dari orang yang berani-beraninya membuntutinya.

Barulah sampai Liu melihat celah untuk melarikan diri ke sebuah gang kecil diantara pertokoan yang memungkinkannya untuk berlari manjauh. Dia berlari sekencang mungkin, namun polisi itu berlari lebih cepat meski belum sampai mendahului. Bagaimanapun juga tenaga pria lebih besar dari wanita sehingga memungkinkannya berlari lebih cepat.

Untuk seorang wanita yang mengenakan boot heels with laces berwarna putih setinggi 7 sentimeter, Liu berlari sangat cepat meski tidak secepat jika dia tidak menggunakan alas kaki. Setidaknya Liu masih memiliki kelincahannya dalam berlari berkat hot pants yang dipakainya. Beruntung dia sempat menggani kostumnya sebelum keluar dari sirkui tadi.

Dia berlari kesudut-sudut dalam pertokoan yang semakin dalam akan semakin sempit dan sepi. Tidak tahu kemana arahnya berlari, yang terpenting dia bisa lolos dari polisi yang mengejarnya sampai sekarang.

Tidak ada cara lain selain bertindak. Liu harus melakukan sesuatu sebelum tenaganya habis untuk berlari. Dia menunggu dibalik dinding dan menunggu orang itu melintas. Dengan cepat, Liu mengayunkan tangannya dan melingkarkannya pada leher polisi itu. Dia menarik  tubuh polisi itu dengan full power sampai terbanting ke tanah.

Orang itu mencoba melawan saat kerah kemajanya dicengkram kuat oleh Liu, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa saat mulut pistol berada tepat didepan matanya. Kecepatan tangan Liu harus diperhitungkan dan orang itu tidak sampai memikirkannya.

Nafas mereka sama-sama tidak beraturan. Mereka berdua sama-sama kelelahan berlari sampai mereka tetap diam dipoisi mereka saat ini.

Liu baru bisa menangkap bahwa orang yang mengejarnya kali ini adalah orang yang sama dengan pria yang membuntutinya berberapa hari lalu.

“Jadi,” kata Liu dengan nafas yang masih tidak bisa atur. “Kau pria menyebalkan yang membuntutiku waktu itu, kan?”

Pria itu hanya diam. Dia tidak bisa berbuat apa-apa dengan sebuah pistol yang ditodongkan padanya.

“Kau kira kau siapa, hah?” Ucap Liu emosi.

Liu mulai memeriksa apa yang pria itu punya di saku pakaiannya. Dia mengeluarkan pistol milik orang itu dari sarungnya yang disangkutkan dicelana. Kemudian melemparnya kesembarang arah. Dia juga menemukan sebuah lencana polisi Korea beserta IDnya.

“Polisi Korea, ya? Cih! Kenapa harus mengirimkan pemburu amatir untuk menangkap gagak liar?” Kata Liu meremehkan.

“Kau seharusnya tidak ikut campur dengan masalahku ataupun teman-temanku. Kau beruntung aku tidak akan membunuhmu hari ini. Dengan begitu aku hutang 2 peluru di dahi mu.”

Liu menjauhkan pistolnya cepat. Dan tidak mau membuang waktu, dia memanfaatkan kesempatan ini untuk melarikan diri sebelum niat menyerang terlintas dalam pikiran polisi itu. Dia berlari secepat mungkin menjauh dari sana.

Sedangkan polisi itu…

Duduk terdiam dengan wajah datar, menatap punggung Liu yang berlalu begitu cepat dan hilang dari hadapannya. Ini pertama kalinya ia menangani seorang penjahat wanita kelas Internasional seperti Liu. Dia baru 3 tahun menjadi seorang agen penyidik dan sekarang sudah dipercaya untuk menangani kasus sebesar ini.

Dia beranjak bangun dan memutuskan misi pengintaian cukup sampai disini untuk hari ini seiring dia memungut kembali pistolnya yang berjarak bereberapa meter darinya dan lencana beserta tanda pengenalnya yang berantakan di atas tanah.

Polisi bernama Oh Sehun itu pasti akan mengenang kejadian di hari ini. Dimana dia sedang berburu untuk menangkap seekor burung gagak. Gagak tangguh berparas cantik yang pernah ia temui.

 

****

Situasi tesulit sedang dialami Kris saat dia dikejar oleh dua orang sekaligus. Setidaknya salah satu polisi yang mengejarnya adalah polisi wanita sehingga mungkin tidak terlalu berat.  Terkadang dia mengelung, kenapa Leader selalu mendapatkan hal paling tidak menyenangkan ketimbang member yang lain.

Meskipun dalam kondisi dikejar, namun Kris masih bisa tidak berlari sejauh ini. Hal itu otomatis membuat polisi yang mengejarnya juga harus berjalan cepat jika tidak ingin kehilangan jejak Kris. Sulitnya menjadi Kris adalah dengan tubuhnya yang tinggi, dia akan mudah terlihat diantara kerumunan orang-orang yang lebih rendah darunya.

Bukan Kris jika tidak memikirkan secara matang rencana yang akan dterapkannya. Alasannya masih bisa berjalan saat dia sedang dikejar-kejar polisi adalah dia sedang berpikir bagaimana lolos dari kedua polisi itu dan membuat mereka kehilangan jejaknya. Untuk sekarang, minimal dia bisa menyingkirkan satu dari dua polisi itu, terutama yang pria.

Kris mengeluarkan ponselnya dan melihat isi email dari Lay. Dia penasaran siapa orang yang berani menguntitnya. Ada lima foto yang didapatnya. Polisi wanita yang mengejar Kris pastilah satu-satu wanita yang ada didalam foto yang Lay kirimkan. Detektif Letnan Moon Eun Jin dan namja yang satu lagi—jika dicocokkan dengan foto—pastilah Inspektur Kim Joon Myun.

Baiklah, Kris kini sudah tahu nama orang yang sedang mengejar atau menguntit nya sekarang. Dia hanya perlu menyingkirkan mereka berdua atau setidak satu dari mereka agar dia bisa lolos dengan mudah. Dia harus meminta bantuan.

.

Okay, it’s time to run.

Kris mulai berlari yang seharusnya sudah ia lakukan sedari tadi. Polisi yang diketahui bernama Joonmyun dan Eunjin, tentu saja juga berlari mengejar Kris yang berniat kabur. Berlari melalui kerumunan orang banyak tidaklah mudah.

Kris harus memancing mereka ke tempat dimana dia telah melakukan berjanjian dengan seseorang untuk meminta bantuan. Berlari melewati dua blok pertokoan hingga dia sampai disebuah gedung tua. Dia kembali memancing polisi-polisi itu masuk ke dalam gedung itu. Kris naik ke menggunakan tangga dan terus naik.

Sampai salah satu polisi itu melewati tangga lantai 4, seseorang menariknya. Suho terpaksa harus keluar dari tugas pengejaran ini dan meninggalkan Eunjin yang mengurusnya. Seseorang membekap mulut Suho rapat dan menyeret tubuh kecil Inspektur itu masuk ke lantai 4. Dengan sekuat tenaga, Suho berusaha melepaskan tangan yang telah menutup mulutnya.

Sosok Tao berdiri didepan Suho sekarang, dengan tatapan tajam dan kejam seperti mata sebilah pedang yang memantulkan cahaya matahari di sore hari. Suho mengingat jelas tentang Tao. Pria ahli bela diri berdarah dingin. Jika melawannya sendiri tidak akan mungkin. Suho bisa saja mati ditangan pria ini.

“Tenang saja, Pak Polisi. Kris hanya menyuruhku untuk membuat mu terluka,” ujar Tao dengan tatapan sinis. “Patah tulang cukup?”

Suho hanya menatap Tao tajam dan waspada. Tidak mungkin Tao akan membiarkannya hanya mengalami patah tulang, apalagi luka ringan. Tao mungkin menginginkannya mati karena telah berusaha menangkap bosnya.

****

“Suho oppa?”

Eunjin baru menyadari bahwa Suho telah menghilang dan sekarang dia sendirian. Tekadnya menangkap Kris mendorongnya untuk berani mengahadapi Kris sendirian meski dia tahu betapa berbahayanya Kris sebagai seorang penjahat berhati dingin. Dia terus menaiki tangga dan tetap mengejar Kris.

Sampai Eunjin tiba di lantai ke-8 dan bertemu seorang pria bertubuh tinggi yang berdiri dengan jarak sekitar 10 meter didepannya. Eunjin mengarahkan pistol miliknya yang sudah dikeluarkannya sedari tadi ke arah Kris.

“Freeze!” Eunjin bersorak tegas. “Raise your hand!”

Dengan wajah santai, Kris mengangkat tangannya diatas kepala. Bertingkah seakan dia menuruti semua perintah Eunjin. Sekali terlihat Kris tersenyum sinis kepada polisi wanita yang menodongkan pistol padanya.

“Untuk seorang polisi wanita, kau ini sangat cantik,” ujar Kris dengan nada yang tak menyenangkan.

Eunjin tidak bergeming. Dia tetap mengarahkan pistolnya ke arah Kris. Meski begitu, Eunjin tidak bergerak atau bahkan mendekati Kris dan memborgol pria itu. Entah ada apa dengan wanita itu yang membuatnya tidak bisa melakukan tugasnya dengan baik.

“Kenapa? Kau tidak ingin menangkapku?” kata Kris seakan menantang.

Berniat meladeni kata-kat Kris, Eunjin mulai melangkah mendekati Kris dengan posisi pistol yang masih sama. Namun tiba-tiba seseorang membuatnya berhenti melangkah.

“Jangan berpikir untuk berjalan lebih dekat.” Terdengar suara seorang wanita yang berada dibelakang Eunjin. Jika perkiraannya benar, wanita itu pastilah sedang menodongkan pistol ke arah kepala Eunjin. “Drop your gun!”

Eunjin tak punya pilihan saat mulut pistol telah menyentuh kepalanya. Dia melempar pistolnya sembarang arah sesuai dengan apa yang diperintahkan padanya.

Kris kembali tersenyum sinis menatap Eunjin. Beruntung Tao dan Liu bisa datang membantunya setelah dia mengirimkan pesan singkat dan dengan sengaja memjebak Eunjin dan Suho. Setidaknya Eunjin dan Suho belum cukup pintar untuk menyadari hal itu.

“Jujur saja, aku tidak suka membunuh orang apalagi perempuan,” ujar Kris disaat Eunjin menatapnya tajam penuh emosi.

“Kalau kau tidak mau membunuhnya, biar aku saja,” kata Liu menawarkan diri.

“Kita tidak membunuh polisi. Ingat?”

Liu mencibir kesal. Niatnya melakukan apa yang ia suka selalu terhalang oleh hati Kris yang masih bisa tega pada orang lain. “Lalu, mau kita apakan dia? Tao sudah hampir selesai dengan Inspektur itu.”

Kris berjalan lebih dekat dengan Eunjin. Diperhatikannya Eunjin dari ujung kaki sampai ujung kepala. Rambutnya coklat dan tebal menghias kepalanya. Tubuhnya yang sedikit mungil untuk ukuran polisi namun tetap terlihat indah dengan balutan kaos hitam dan mantel coklat. Eunjin memiliki wajah yang akan sangat mudah diingat. Mata yang bulat dengan double eyelids, bibir tipis dan hidung yang mancung.

“Like I said, as a cop, you are too pretty,” ujar Kris dengan tatapan nakalnya yang penuh nafsu pada Eunjin.

Sedangkan Eunjin sendiri tidak berani menatap Kris sedikit pun saat jemari pria jangkung itu menyentuh rambutnya. Hal itu membuat Kris tersenyum sinis karena rayuannya bisa membuat polisi wanita tangguh sekalipun takut untuk menatapnya.

“Nice to meet you. I hope we’ll meet again.” Kris pergi dengan kembali menggunakan tangga. Sementara Liu masih ada ditempatnya dengan wajah tak kalah sinis menatap Eunjin.

“You’re lucky, Lady.”

 

BUGG…

 

Liu memukul keras tengkuk Eunjin dengan pistol yang dipeganggnya sehingga yeoja itu pingsan. Dia meninggalkan polisi itu yang sudah terkapar tak sadarkan diri dan menyusul Kris.

Langkah Kris dan Liu dipercepatkan saat mereka mulai menuruni tangga. Kemudian Tao muncul dan bergabung setelah tugas yang diberikan Kris selesai.

“Kau tidak membunuhnya, kan?” tanya Kris memastikan.

“Tenu saja tidak. Aku tidak ingin dapat masalah karena membunuh seorang Inspektur,” ujar Tao.

Mereka bertiga semakin mempercepat langkah mereka keluar dari gedung itu. Mereka berlari menuju sebuah mobil Range Rover yang sudah dalam keadaan stand by dimana Lay yang menjadi supirnya.

“Kenapa sangat lama?” Keluh Lay yang sudah menunggu cukup lama dengan perasaan tegang.

“Don’t ask me a question! Just drive this damn car!”

Lay menginjak pedal gas hingga kecepatan mobil itu berada di titik 60 km/jam. Mobil itu melaju di jalanan kota Tokyo dan kembali ke basecamp Ravens dimana disana sudah ada Luhan yang sedang memulihkan kondisi badannya.

Motherf**k!!” Hardik Liu kasar setelah turun dari mobil. “How cops know we are here?”

“You think I know?” Balas Kris tidak kalah kesal.

Ini pertama kalinya polisi berhasil menemukan dengan tepat lokasi Ravens setelah 3 tahun mereka muncul dan membuat onar. Rekor tak terlacak sudah berhasil dihancurkan oleh sekelompok polisi Korea. Wajar jika mereka kesal dan marah.

“So, what are we gonna do now?” Tanya Tao yang berusaha memahami situasi kali ini.

Jika polisi sudah berhasil melacak Ravens, artinya pertahanan Ravens sedang melemah disaat polisi semakin kuat. Kris harus bertindak cepat sebelum polisi melacak rumah ini dan menangkap Ravens.

Kris berusaha memikirkan tempat-tempat yang memungkinkan mereka untuk kabur sementara ini. Meskipun ada pertimbangan tentang kemungkinan keberadaan kelompok Hurricane, tapi Kris harus mengutamakan keamanan pertahan Ravens dari lacakan polisi.

“Kris! Kita harus gimana?” ucap Liu yang menagih rencana untuk kabur dari lacakkan polisi di Tokyo. Namun Kris hanya diam, mencoba berpikir keras, kemana Ravens harus pergi.

Ravens belum bisa menyentuh wilayah Amerika atau mereka akan dikejar-kejar FBI. Wilayah Asia Tenggara ataupun Australia juga bukan pilihan yang tepat. Apalagi Afrika dan Eropa. Lalu muncul bayangan sebuah tempat di pikiran Kris. Masih terbelesit dipikiran apakah dia bisa menemukan kelompok Hurricane di tempat itu. Jika dia memilih tempat itu akan berbahaya dan—mungkin—dia tidak akan menemukan Hurricane disana, tapi tempat itu sangat tepat dipilih meski ada di wilayah musuh, yaitu polisi.

“KRIS!!” Liu membentak keras pria yang tak menghiraukannya dari 10 menit yang lalu.

“FINE! Kita ke Seoul!”

 

To be continue

 

*****

Annyeong! Annyeong! Annyeong! ^0^) Jinnie here with RCD Chapter 2 hahaha >< Siapa yang kangen sama Jinnie? #plakk ><

 Ternyata nih readers, chapter 2 RCD terpaksa Jinnie publish sekarang karena BB Chapter 14 sedang terjadi masalah produksi(?) Tapi tenang, Chpater 14 BB bakal dipublish ASAP^^

Keep supporting Jinnie ya^^ Supaya Jinnie tambah semangat ‘-‘)9 Heheh^^ See you on next story :*



Viewing all articles
Browse latest Browse all 317

Trending Articles