Main Cast : Park Jiyeon – Kim Jongin – Byun Baekhyun
Support Cast : Park Chanyeol – Lee Jieun – Jung Soojung – Kim Joonmyeon
Genre : Life, Friendship, Romance, A Little bit Angst
Length : Chaptered
Author : Qisthi_amalia
Backsound : Huh Gak – One Person
-CHAPTER 9-
***
Soojung merapatkan jaket tipis yang membalut tubuhnya. Ia kembali berputar dan mematut diri di depan cermin. Dengan sedikit polesan blush on pada pipinya, Soojung tersenyum kecil.
“Ternyata aku cukup cantik. “ Gumamnya sambil tersenyum.
Pipinya bersemu kemerahan.
Sejak dua jam yang lalu. Soojung di sibukan dengan beberapa hal. Mulai dari memilih baju. Menata rambut. Berdanda sampai memilih aksesori. Ia benar-benar mulai merasa jika semua baju yang ia punya sudah tak layak pakai lagi. Pasalnya ini adalah hari pertama Joonmyeon mengajaknya kencan. Dan Soojung bersemangat bukan main.
Drrrrt….Drrrt..
Soojung berjalan cepat kearah meja nakas, lalu meraih ponselnya yang tergeletak di sana.
Satu pesan masuk dari Joonmyeon. Soojung tersenyum sambil berjingkrak kecil.
From : Joonmyeon Oppa
Aku sudah di depan rumahmu. Bisakah membukakan pintu untukku ? ^^
Soojung terlonjak. Ia bahagia. Tersenyum begitu lebar. Bunga-bunga yang telah lama bersemi di hatinya kini telah mekar dan merekah dengan indah. Dengan cepat ia meraih tas, memasukan ponsel kedalamnya dan berlari kearah pintu masuk.
Kebetulan rumahnya sedang kosong. Karena kedua orang tuanya sedang ada tugas dinas ke luar kota. Sementara ia yang anak tunggal dan masih sekolah tidak bisa ikut orang tuanya.
Di depan pintu itu Soojung menegapkan tubuh. Kakinya gemetar dan tangannya terasa dingin. Jantungnya berdegup kencang. Ia bahkan tak tahu apa yang akan ia katakan pada Joonmyeon nanti. Padahal satu jam lalu ia sudah merancang akan bertanya apa saja pada Joonmyeon. Tapi saat ini. Semua itu menghilang. Menguap tanpa bekas.
Dengan gerakan pelan. Ia mengulurkan lengan dan membuka gagang pintu.
‘CKLEK’
Pintu itu terbuka. Dan di sana seorang Kim Joonmyeon tengah berdiri dengan senyuman mega watt-nya yang membuat Jung Soojung hampir meledak karena bahagia. Jika saja ia cokelat mungkin saat ini ia sudah meleleh.
“Hello..” Sapa Joonmyeon.
Soojung mengangguk kecil. “ Hi..” Balasnya sambil mengangkat satu tangannya.
Joonmyeon tersenyum kecil. Kemudian memperhatikan Soojung dari atas sampai bawah.
“Kau cantik hari ini.” Pujinya.
Pipi Soojung bersemu. Ia merasa panas. God ! Help her.
“Gomawo, oppa..” Katanya tersenyum malu sambil menunduk.
Joonmyeon tersenyum kecil. Sebelah tangan yang sejak tadi bersembunyi di belakang punggung kini tepat berada di depan wajah Soojung. Sebuah buket bunga mawar merah cantik dengan pita berwarna merah muda kini berada di depan wajah Soojung.
Soojung terpana. Ini adalah kali pertama seorang pria memberikannya buket bunga mawar.
“Ini untukku ?” Tanya Soojung terbata.
Joonmyeon mengangguk cepat. “Iya. Ambilah.”
Dengan gerakan pelan. Soojung meraih buket bunga itu. menatapnya penuh haru dan mencium aromanya.
“Terima kasih.” Katanya lagi.
Joonmyeon mengangguk. “ Soojung~aa…”
Suara lembut, bernada rendah itu membuat Soojung merinding. Ia merasa itu sangat merdu. Soojung lalu mendongak dan menatap Joonmyeon.
“Maukah kau menjadi kekasihku ?” Joonmyeon mengepalkan sebelah tangannya yang gemetar. Dan tangan yang lain ia gunakan untuk merogoh sebuah kotak kecil dari saku jas dan menyerahkannya pada Soojung yang masih terdiam.
Soojung mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia benar-benar tak tahu jika Joonmyeon akan menyatakan cinta padanya.
“Oppa..” Desahnya tak percaya.
Joonmyeon menunduk. “ Ini mungkin tak begitu romantis. Tapi aku sudah berusaha semampuku. Kau tahu, aku bahkan membaca beberapa buku tentang cara menyatakan cinta. tapi hasilnya malah seperti ini. Ma’af.” Katanya menyesal.
Soojung terkekeh. Ia lalu meraih kotak kecil ditangan Joonmyeon. Membukanya. Dan memakai isinya. Sebuah cincin.
Melihat itu Joonmyeon membulatkan matanya dan menatap Soojung tak mengerti.
“Aku mau, Oppa. Aku tak perduli romantis atau tidak. Asal itu berasal dari hatimu, aku akan menyukainya.” Ujarnya tulus.
Joonmyeon menatap gadis dihadapannya penuh sayang. “Kau tahu. Aku tak akan pernah menyesal pernah mencintaimu. “ Tegasnya lalu meraih tubuh Soojung dan memeluknya.
***
Matanya menyipit, menatap lekat-lekat ponsel yang tergeletak di atas meja di sisi ranjang. Tak ada dering telpon atau pun tanda pesan masuk. Baekhyun lalu mengetuk –ngetuk jemarinya ke atas meja. Seharian ini Jieun sama sekali tidak menghubunginya. Padahal kemarin-kemarin gadis itu rajin menelponnya setiap hari. Dan sejak dua hari semenjak kejadian di taman belakang sekolah itu, Jieun mulai menjaga jarak padanya. Dan jika bertemu pun, Gadis itu bahkan enggan menatapnya.
“Apa aku melakukan hal yang salah ?” Gumamnya sambil berpikir. Matanya menerawang, memutar kembali kejadian di taman belakang sekolah tempo lalu.
“….. Jika hal itu menganggumu nanti. Aku berjanji akan menghentikannya. Dan jika hal itu membebanimu hingga membuatmu lelah nanti. Aku berjanji akan pergi jauh darimu.”
Potongan ucapan Jieun tempo lalu membuat Baekhyun terdiam. Dan mengingat apa yang ia lakukan setelah itu kembali membuat Baekhyun terpekur.
“Apa dia menyangka jika aku menolaknya ?” Gumamnya lagi.
Baekhyun lalu menegakan posisi tubuhnya menjadi duduk bersila diatas tempat tidur. Dengan ponsel di tangannya ia berpikir keras.
“Kenapa aku jadi memikirkannya begini ?” Dan ia mendadak tak mengerti saat menemukan dirinya sendiri merasa kehilangan sosok ceria itu, yang kini menghilang secara perlahan.
‘Dan kenapa aku merasa jika semua ini mendadak tak benar ?’
***
Setelah mendapatkan ijin pulang dari dokter beberapa menit lalu. Senyuman di bibir Jiyeon semakin mengembang. Begitu pun dengan Chanyeol yang masih mengurus keuangan di bagian administrasi. Sementara Jieun dan Soojung juga membantu membereskan baju Jiyeon. dan Jiyeon sendiri tengah menunggu perawat yang masih melepas jarum infusenya.
“Aku bebas sekarang..” Katanya sambil mengangkat tangan bahagia. Perawat di sebelah Jiyeon hanya tersenyum kecil lalu berlalu dari sana.
Jieun menatap sahabatnya itu bahagia. “ Akhirnya sahabatku Jiyeon yang cerewet ini akan segera keluar. Sepertinya jika nanti kita bereksperimen lagi akan menyenangkan,..”
Mendengar itu Jiyeon merengut, meraih bantal dan melemparkannya kea rah Jieun.
“Dasar ! Kau mau membuatku mati keracunan gara-gara makanan buatanmu, eoh ?”
Jieun terbahak. Sementara Soojung hanya tersenyum kecil.
“Aku senang kau akan pulang Jiyeon. kebahagianku hari ini benar-benar lengkap..” Papar Soojung sambil tersenyum lebar.
Jiyeon menatap sahabatnya itu heran. “ Lengkap ? Memang sebelumnya kau bahagia karena apa ?”
“Pasti ada hubungannya dengan Joonmyeonkan ?” Timpal Jieun.
Soojung mengangguk mantap. “ That’s Right. Kalian mau tahu apa berita bahagianya ?”
Jieun dan Jiyeon mengangguk bersama.
“Mulai hari ini kami resmi berpacaran.” Jelasnya sambil tersenyum lebar.
Jieun menganga, sementara Jiyeon membulatkan matanya sebulat-bulatnya.
“WHAT ?” Dan mereka merespon bersamaan.
“Kau serius ?”
“Kau tidak bohongkan ?”
“Tentu saja aku serius. “
Jieun tersenyum dan begitu pun Jiyeon. mereka saling menatap, mengedipkan salah satu mata dan mengangguk penuh makna. Melihat tingkah itu Soojung mendadak tak enak hati. Ia hendak melangkah mundur tapi Jieun yang berdiri di sampingnya telah lebih dulu memegang pergelangan tangannya dan menggeleng.
“CHUKAE URI SOOJUNG~AA..” Teriak Jieun dan Jiyeon bersamaan sambil memeluk Soojung seerat-eratnya. Membuat Soojung memekik kaget karena pelukan kedua sahabatnya itu yang begitu erat. Namun tak ayal ia pun tersenyum.
Tingkah Jieun dan Jiyeon yang terkadang aneh justru membuatnya merasa luar biasa bahagia. Memiliki sahabat seperti Jieun dan Jiyeon mendadak membuat hidupnya yang dulu sepi kini riuh penuh tawa dan kebahagian. Dan kehadiran Jieun dan Jiyeon dalam hidupnya. bagaikan sebuah keajaiban yang luar biasa indah. Dan Soojung tahu jika Ia tak ada artinya tanpa kedua sahabatnya itu.
***
Jieun memperhatikan ponsel di hadapannya lekat. Ia berniat mengambilnya namun ia kembali mengurngkannya. Ia tak boleh seperti ini lagi. ia tak boleh berlari sendiri lagi. karena rasanya akan sakit jika terjatuh di tengan jalan dan tak ada seorang pun yang membantumu.
Ia akhirnya mengehembuskan nafas berat dan memilih untuk berbaring. Menatap langit-langit kamarnya lekat.
“Aku harus berusaha seperti apa lagi…?” Gumamnya.
Jieun lalu memejamkan matanya erat.
“Kau bahkan menolakku sebelum aku memulai sama sekali.” Katanya pelan.
Jieun mengulurkan tangannya dan berhenti di dada kirinya.
“Disini….Rasanya sangat sakit. Kau tahu ?”
Dan air matanya jatuh begitu saja.
***
Pintu itu di ketuk pelan. Kedua tangan itu masih saling bertaut. Kedua orang itu sesekali saling berpandangan dan tersenyum bahagia.
“Aku gugup, oppa..” Kata Soojung.
Joonmyeon menggenggam tangan Soojung lebih erat. Ia berniat memperkenalkan Soojung pada ummanya. Ia berharap Ummanya merestui hubungannya dengan Soojung. Dengan perasaan takut sekaligus penuh harap Joonmyeon menunggu pintu berwarna cokelat tua itu terbuka.
Dan
‘CKLEK’
Pintu itu terbuka. Dan Sang umma berdiri di depan sana dengan senyumannya.
“Kau sudah pulang ? Kenapa sesore ini ?” Tanya Yoona sambil mengusap bahu Joonmyeon. Ia belum menyadari kehadiran seseorang yang berdiri di samping Joonmyeon.
Dan saat matanya menyadari kehadiran orang lain. Yoona langsung menoleh kearah orang itu dan menatap gadis di hadapannya lekat.
“Annyeong omonie..” Sapa Soojung sambil membungkuk hormat.
Yoona memperhatikan Soojung lekat.
“Umma, ini Soojung. Gadis yang sering ku ceritakan.” Joonmyeon menambahkan.
Yoona tersenyum kecil dan tanpa Joonmyeon antisipasi sebelumnya. Ummanya itu bertepuk tangan kecil dan langsung merangkul Soojung kedalam rumah lalu meninggalkan Joonmyeon begitu saja.
Joonmyeon menatap ummanya tak percaya.
“Dasar umma. Akukan anaknya.” Katanya merengut. Namun tak ayal ia bahagia karena ternyata Yoona bisa menerima Soojung.
Di ruang tamu Yoona asik bertanya beberapa macam bertanyaan dan dijawab Soojung dengan ramah dan penuh senyuman.
“Kau tahu. Omonie sampai kaget saat melihatmu. Wajahmu mirip Omonie ketika masih muda.” Ujar Yoona bangga.
Soojung tersenyum kecil. “ Omonie bisa saja. aku yakin Omonie pasti lebih cantik. Aku bukan apa-apa.” Katanya merendah.
Joonmyeon menggeleng melihat kelakuan ummanya.
“Dasar umma. Ingat umur umma. Jangan terlalu percaya diri seperti ini.”
Yoona menatap Joonmyeon tajam. “Kau ? Beraninya kau !!”
Soojung tertawa kecil. Dia ia pikir ia akan menyukai jika sering-sering berkunjung kemari. setidaknya itu yang ia pikirkan. Sebeum ia tahu siapa salah satu anggota keluarga Joonmyeon yang belum ia temui.
***
Sebuah kotak berukuran sedang ia pegang erat-erat. Di depan sebuah rumah bercat putih itu ia berdiri tegap. Sudah dua jam lebih ia berdiri disana tanpa melakukan apapun. hanya matanya yang fokus menatap jendela yang terbuka di lantai dua. Sesekali ia tersenyum saat mendengar suara tawa dari atas sana.
Kakinya bergerak pelan, melangkah kecil kedepan. Namun belum juga dua langkah ia kembali mundur dan berdiri di tempat awal. Ia menghela nafas dan menghembuskannya cepat. sebelah tangannya ia gunakan untuk merogoh ponsel dari saku celana. Ditekannya angka 5 dengan cepat, dan langsung tersambung dengan sebuah nomor.
Lelaki itu menunggu nada tunggu di ponselnya usai. Ia mengetuk-ngetukan kakinya gugup. Sambil sebelah tangan yang menggenggam kotak kecil di tangannya erat.
“Yobboseyeo..”
Lelaki itu terdiam.
“Ya, Kim Jongin…!!”
Ia tersenyum kecil. Dan entah sejak kapan ia menyukai suara cerewet di sebrang sana.
“Ya ! Otak udang kau mau apa ? Kenapa diam saja ?” Suara protes di sebrang sana terdengar lagi.
Jongin lagi-lagi tersenyum.
“Dasar Gadis monster. Kau tak bisa berhenti berteriak apa ?”
“Tidak. Kenapa ? Tidak suka ?”
“Ani.”
“Lalu kenapa protes kalau aku cerewet ?”
“Karena suaramu membuat telingaku sakit.”
“Bagus kalau begitu.”
“Ya !”
Jiyeon terkekeh di sebrang sana. Ia mendadak menyukai acar bertengkar bersama Jongin. Itu memang terkadang membuatnya kesal namun justru menyenangkan.
“Ada apa kau menelponku ? Kau merindukanku ?”
Jongin memutar bola matanya dan tersenyum kecil.
“Dasar. Kau bukan hanya monster tapi kau juga terlalu percaya diri. “
Jiyeon terbahak. “ Untuk itulah aku dilahirkan.”
“Kau ini. Bisakah keluar sebentar saja ?”
Jiyeon diam sejenak. “ Keluar ? Mau apa ? “
“Ayo keluar saja dulu. Baru ku beritahu.”
Jiyeon berpikir. “ Shireo. Diluar dingin. Aku tak mau mati membeku.”
Jongin mendecakakn lidah. “ Ayolah. Sebentar saja.”
“Shireo.”
Jongin menghela nafas berat. “ Baiklah kalau kau tidak mau keluar. Annyeong.”
TUT.
.
.
.
Jiyeon menatap layar ponselnya yang mati. tak ada lagi suara Nyaring Jongin dari ponselnya. Dan entah kenapa ia merasa sedikit kehilangan.
“Aigo…Ada apa denganku..” Desahnya sambil memukul tempurung kepalanya pelan.
Jiyeon lalu bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan kearah jendela kamarnya yang terbuka. Ia memeluk tubuhnya yang menggigil karena angin yang berhembus dari arah jendela.
“Aissh, Dinginnya…”
Sebelah tangannya ia gunakan untuk meraih kaca jendela yang terbuka kearah luar. Namun gerak tangannya terhenti saat melihat sebuah kotak kecil teronggok di depan gerbang rumahnya. Dan tanpa menunggu lama lagi ia berlari ke luar rumah.
Jiyeon menatap lekat kotak berukuran sedang berwarna cokolat muda dengan pita emas di atasnya. Jiyeon berjongkok. Meraih sehelai kertas kecil yang terselip diantara ikatan pita.
‘From Kim Jongin’
Hey Gadis monster kau harus menyukai hadiah ini. ARRA !
Jiyeon tersenyum kecil sambil menggeleng.
“Dasar namja aneh..” Gumamnya sambil membawa kotak itu kedalam dan berlari kedalam kamarnya.
Di simpanya kertas tadi kedalam laci dan ia duduk bersila di atas tempat tidur. Dengan perlahan Jiyeon membuka kotak yang ia simpan di depan kakinya. Matanya membulat saat menemukan benda kesayangannya ada disana.
“Ukiran kayuku..” Pekiknya sambil memeluk ukiran kayu itu erat. Setelah menciuminya beberapa kali Jiyeon kembali melihat isi kotak kecil itu. Sebuah benda berkilau kecil berbentuk bintang berwarna biru laut dengan untaian bulatan-bulatan besi kecil berwarna perak yang menjadi gantungannya.
“Gantungan Bintang…” Jiyeon tersenyum lebar. Ia bahagia dan ia menyukai hadiah Jongin.
Ini adalah hadiah terindah yang pernah ia terima selama ini. Tentunya setelah ukiran bintang dari ummanya dan tempelan bintang kertas bersinar di langit-langit kamar dari oppanya Chanyeol.
Jiyeon meraih gantungan bintang itu dan mengangkatnya ke udara, Tepat di depan kedua matanya. Ia menatapnya lekat dan saat benda itu bergerak kecil Jiyeon tersenyum. Benda itu sangat cantik, warnanya biru seperti lautan dan berkerlip kecil saat bergerak.
“Ya Tuhan, ini indah…” Ucapnya terkagum.
Gomawo Kim Jongin aku akan menjaganya dengan baik.
***
Baekhyun memutar-mutar bolpoin di tangannya. ocehan Songsaengnim di depan sana sama sekali tak ia dengarkan. Matanya sesekali mencuri pandang kearah tempat duduk Jongin yang terletak di sudut baris paling ujung. Baekhyun mendecakan lidahnya sambil mengacak rambutnya.
‘Aku harus memulai seperti apa’ Gumamnya dalam hati.
‘TUK’
Baekhyun mengelus keningnya yang menjadi sasaran kapur tulis untuk mendarat. Di depan sana Ham Songsaengnim tengah berkacak pinggang. Dengan tatapan tajamnya ia menatap Baekhyun yang tengah menelan ludahnya dengan susah payah.
“Byun Baekhyun.”
Baekhyun mendongak pelan. “Ne, sam..” Katanya pelan.
Semua anak di kelas itu menatap Baekhyun kasihan.
Ham sam berjalan dengan angkuh kearah tempat duduk Baekhyun dan berdiri tepat di depan Baekhyun yang menunduk penuh penyesalan. Ia lupa jika mata dan telinga Ham Sam sangat tajam. Dan ia juga lupa bahwa papan tulis dan kapur saja bisa memiliki mata jika ada Ham sam.
“Apa kau mendengarkan apa yang sam terangkan di depan barusan ?” Tanya Ham sam pelan namun tegas.
Baekhyun mengangguk kecil. “ Iya, sam.”
Ham Sam menyeringai kecil.
“Kalau begitu tolong beritahu teman-temanmu kenapa Jerman dan Amerika melakukan perang dingin ?” Tanya Ham Sam sambil menatap Baekhyun tajam.
Baekhyun merengut. Menelan ludahnya susah payah. Ia menggaruk kepalanya beberapa kali dan mencoba mencuri pandang pada teman di samping kirinya. Namun nihil ia tak mendapatkan apapun. akhirnya dengan keberanian yang masih ia miliki. Baekhyun menjawab.
“Mungkin karena saat adalah musim dingin jadi mereka melakukan perang dingin. Kalau saja musim panas mungkin mereka akan melakukan perang panas.” Baekhyun tersenyum bangga. Setidaknya ia memiliki ide brilian seperti itu. setidaknya itu yang Baekhyun bayangkan.
Beberapa teman Baekhyun menutup mulut mereka menahan tawa. Sementara Ham Sam semakin menajamkan penglihatannya dengan wajah memerah marah. Dengan sekali gerakan, tangan Ham Sam menggebrak meja Baekhyun. Membuat Baekhyun terperanjat dan berdiri tegap.
“BYUN BAEKHYUN. IKUT KERUANGANKU…SEKARANG !!!” Teriaknya keras. Baekhyun menutup kedua telinganya kuat-kuat sambil mengangguk pelan. Dinikuti ketakutan luar biasa melihat wajah Ham Sam yang semerah kepiting rebus.
‘Mati aku’ Gumamnya.
***
Jieun menautkan kedua tangannya erat dan ia tersenyum kecil melihat gantungan bintang milik Jiyeon. begitu pun dengan Soojung yang beberapa kali bertanya dimana Jiyeon membelinya, karena ia berniat membelinya juga. Namun tentu saja Jiyeon tak memberitahu, Ia hanya menjawab jika gantungan itu hadiah dari seseorang.
“Ya tuhan Jiyeon~aa, ini gantungan tercantik yang pernah ku lihat. “ Kata Jieun lagi terkagum-kagum.
“Warna birunya benar-benar cantik..” Timpal Soojung sambil menatap gantungan itu penuh kagum.
Jiyeon terkekeh melihat kelakuan dua sahabatnya yang kekanakan. Namun tak bisa ia pungkiri, gantungan bintang itu memang benar-benar indah. Perpaduan warna biru lautnya, bentuk bintang dari bahan perak berwana bening berkilaunya yang indah dan untaian logam berbentuk bulat yang menjadi gantungannya pun sangat cantik. Dan lebih cantik lagi jika gantungan itu terkena sinar matahari atau terkena temaram lampu saat malam hari.
“Jika aku tahu dimana orang itu membelinya, aku akan membeli semuanya..” Ujar Jieun sambil mengangguk semangat.
“Sebelum kau melakukan itu, aku akan mendahuluimu.” Timpal Soojung lagi.
Jieun menoleh cepat dan memberikan death glarenya. Tapi Soojung tak mau kalah ia juga memberikan death glarenya.
“Jung Soojung”
“Apa Lee Jieun ?”
Jieun merengut. “ Baiklah. Kau boleh membeli semuanya asal sisakan aku warna Merah.”
Soojung mengangguk sambil tersenyum. “ Baiklah, aku akan memberikanmu warna merah. Karena aku mau warna merah muda dan Joonmyeon oppa warna hijau.” Sambungnya.
Jiyeon yang melihat itu semakin menggeleng tak percaya.
“Ya Tuhan. Kalian ini benar-benar yah. Jangan banyak menghayal, darimana membeli saja kalian tak tahu. Bagaimana bisa kalian sudah memikirkan akan membeli warna apa ? Sampai akan membeli semuanya !”
Jieun dan Soojung tertawa kecil.
“Setidaknya biarkan kami berkhayal.”
“Betul.” Soojung membela.
“Ya terserah kalian saja. Dasar !”
“Jiyeon~aa, sebenarnya siapa yang memberikanmu gantungan itu ?”
“ Iya siapa ? Kalau aku tahu orangnya aku berjanji akan menganguminya.” Kata Jieun penuh keyakinan.
Jiyeon tersenyum. Merasa jika kedua temannya benar-benar lucu. Ia jadi berpikir. Bagaimana jika mereka tahu Jika gantungan itu dari Kim Jongin, namja yang kedua sahabatnya tak suka. Apakah Jieun akan tetap memegang ucapannya, untuk mengagumi Jongin ?
“Hey, kenapa tersenyum seperti itu ?”
Jiyeon menggeleng. “ Tidak apa-apa. Hanya merasa ini sangat lucu.”
“Apanya yang lucu ?” Tanya Soojung.
Jieun beranjak dari tempat duduknya. Namun sebelum ia keluar dari kelas. Ia berucap.
“Kalian tahu. Jika kalian melihat oranganya, kalian pasti akan menarik kembali semua perkataan kalian barusan.” Ujar Jiyeon lalu berlalu dari sana.
Jieun dan Soojung saling berpandangan bingung.
“Apa maksudnya dengan menarik kembali ucapan kita ?” Tanya Jieun bingung.
Soojung mengangkat bahu. “ Entahlah. Mungkin orang yang memberikan gantungan itu orang yang menyeramkan.” Jawab Soojung asal.
Jieun berpikir. “ Menyeramkan…Emmm, apa jangan-jangan itu hodong ahjussi..”
Soojung menjitak kepala Jieun cepat. “ Huss, Kau ini. Itu tak mungkin. Hodong ahjusi dapat uang dari mana untuk membeli gantungan seindah itu.”
Jieun mengangguk setuju. “Kalau begitu siapa ?”
Soojung lagi-lagi mengangkat bahu.
Jieun merengut kesal. Mengacak rambutnya pusing. Lalu melipat kedua tangan keatas meja dan menumpu wajahnya disana.
“Argght !! Kenapa jadi aku yang penasaran…Issh !!”
***
Jiyeon mendudukan dirinya di atas beton atap sekolah. Sangat berharap bisa bertemu Kim Jongin disini. Tangannya terulur meraih ponsel dari saku bajunya. Matanya menatap kagum gantungan bintang yang ia gunakan sebagai gantungan ponsel. Tangannya lalu memutar-mutar bintang itu. ia tak pernah bosan melakukannya. Kilauan yang terpantul dari bintang itu benar-benar luarbiasa. Dan Jiyeon tak bisa berhenti berdecak kagum.
“Aku tahu kau pasti terpesona.”
Jiyeon terperanjat. Ia hampir saja menjatuhkan ponsel jika tidak memegangnya dengan erat. Didepan sana Kim Jongin tersenyum kecil. Dengan kedua tangan yang di masukan kedalam celana dan bersandar di ambang pintu masuk. Posisinya benar-benar keren, dan itu membuat Jiyeon terdiam. Apa lagi saat angin berhembus dan memainkan helaian poni di dahinya. Jiyeon sampai harus menahan nafasnya yang tiba-tiba tercekat.
Posisi lelaki itu, kedua tangan yang ia masukan dan bagaimana angin memainkan rambutnya. Perpaduan itu. semua itu. entah mengapa membuat sesuatu di dalam sana berdesir. Jiyeon mengepalkan kedua tangannya erat. Ia tak mengerti. Ia sungguh tak mengerti.
Jiyeon masih duduk di tempat itu tanpa berkata. Bahkan sampai Jongin bergerak dari tempat semula dan berjalan kea rah Jiyeon. ia berdiri tepat di depan jiyeon. Jiyeon mendongak. Ia tiba-tiba terperanjat. Cara Jongin berdiri dengan cahaya matahari yang menyinari punggunya membuat wajah Jongin terlihat samar. Dan itu mengingatkannya pada seseorang. Seseorang yang pernah ia lihat sebelumnya. Dengan posisi yang sama. Berdiri didepannya dengan wajahnya yang hanya bisa ia lihat samar-samar. Orang yang menyelamatkannya. Dua kali.
“Kau..” Ujar Jiyeon tak percaya.
Jongin masih berdiri di depannya dengan tatapan heran.
“Ya, ini aku. Kenapa ?” Tanya Jongin tak mengerti.
Jiyeon menutup mulutnya tak percaya. Ia memekik kecil sambil menatap Jongin tak percaya.
“Kau..Jadi itu Kau..” Lanjut Jiyeon lagi.
Jongin semakin tak percaya. Ia lalu beralih dari posisinya dan kini berdiri di salah satu sisi di samping Jiyeon. membuat wajahnya kini terlihat sangat jelas.
Dan tanpa sadar. Jiyeon berdiri cepat dan memeluk tubuh Jongin, erat. Seerat yang ia bisa.
Jongin terdiam. Ia membeku. Tubuhnya terasa melayang dan ia tak bisa merasakan apapun. kedua tangannya diam tanpa membalas pelukan jiyeon. ini semua terlalu tiba-tiba. Dan ia tak tahu harus berbuat seperti apa.
Sampai Jiyeon melepaskan pelukannya dan menatap Jongin dengan tatapan lega.
“Aku sudah tahu. Itu bukan Baekhyun.” Katanya.
Jongin menatap Jiyeon bingung. Bukan Baekhyun ? Apa maksudnya ?
“Apa maksudmu dengan bukan Baekhyun..?”
Jiyeon tersenyum kecil.
“Kau masih belum mau mengaku, eoh ?”
“Mengaku apa ? Aku benar-benar tak mengerti ?”
Jiyeon menaikan alisnya bingung.
“Kau sedang berpura-pura atau bersungguh-sungguh. Jangan bercanda, ini tak lucu.”
“Aku benar-benar tak mengerti apa yang kau bicarakan “
Jiyeon menatap Jongin tajam. Lelaki di hadapannya ini memang benar-benar tak peka.
“Kau benar-benar tak tahu kemana arah pembicaraanku barusan ?”
Jongin menggeleng.
Jiyeon mendecakan lidahnya kesal.
“Lupakan saja. sepertinya hal ini tak begitu penting untukmu. “ Ujar Jiyeon kesal, lalu berniat pergi dari sana. Namun langkahnya tertahan saat Jongin menarik lengannya.
“Ma’af.”
Jiyeon diam. Barusan ia tak salah dengarkan ? Jongin. Seorang kim jongin mengatakan ma’af. Dan itu padanya ?
Jiyeon menoleh. “ Untuk apa kau minta ma’af ?”
Jongin menunduk. “ Ma’af karena aku benar-benar tak tahu arah pembicaraanmu. Setidaknya kau beritahu apa itu. jangan mengatakan hal itu tak penting untukku sebelum kau mengatakannya dengan jelas.” Ujar Jongin.
Jiyeon menatap lelaki di hadapannya heran. Ia tak yakin. Ia tak yakin lelaki dihadapannya ini adalah kim jongin. Lelaki yang selalu ia ajak beradu mulut setiap bertemu. Ia merasa Jongin kali ini berbeda. Ia merasa lelaki itu kini sedikit dewasa dan entah mengapa ia merasa jika Jongin hari ini berlaku lembut padanya.
Jiyeon tersenyum kecil. “ Aku ingin bertanya satu hal. Kau harus menjawabnya dengan jujur, ara !”
Jongin mengangguk.
“Apa kau yang menyelamatkanku saat ditaman bermain kota ?”
Jongin diam. Ia tak langsung menjawab.
“Jawab aku..” Lanjut Jiyeon.
Jongin menatap Jiyeon. “Apa yang kau pikirkan ? Apa kau mengira itu aku ? Bukankah Baekhyun sudah jelas mengatakan itu dia dan saat itu aku dengar kau percaya. Jadi untuk apa kau menanyakan itu padaku ?”
Jiyeon tercengang. Apa saat ini Jongin tengah menyalahkannya ?
“Apa maksdumu ? Siapa bilang aku percaya padanya ? Aku tidak begitu. “
Jongin tersenyum sinis. Sifat awalnya keluar. “Benarkah ? Apa buktinya ? Bukankah kau tak melihat siapa yang menyelamatkanmu saat itu, jadi bagaimana kau tahu jika itu bukan Baekhyun ?”
Jiyeon menatap Jongin lekat. “ Karena aku bisa merasakannya, jika itu bukan Baekhyun.”
Jongin diam. Matanya menatap lekat bola mata Jiyeon.
Kau merasakannya ? Apa kau juga bisa merasakan perasaanku sekarang, eum ?
“Kau merasakannya ? Apa itu berarti kau tak memiliki perasaan apa pun pada Baekhyun dan malah merasakan itu padaku ?”
Jiyeon membuka mulutnya tak mengerti.
“ Apa yang kau katakana ? YA ! Itu sama sekali tak ada hubungannya dengan ini.!!”
Jongin tersenyum sinis. “ Kenapa marah ? Aku hanya bertanya ?”
“Tapi kau belum menjawab pertanyaanku tadi.”
“Gadis monster. Lihat aku. Apa kau merasa jika orang yang menyelamatkanmu itu aku ?”
Jiyeon tak mengerti kenapa ia merasa gugup. Ia bahkan tak bisa menatap mata Jongin kini. Jadi yang ia lakukan hanya diam dan menunduk.
“Ya, aku merasa itu kau. PUAS ?”
Jongin tertawa. Ia berjalan mendekat ke arah Jiyeon dan berbisik tepat di telinga kiri Jiyeon.
“Kau harus berpegangan lebih erat kali ini Gadis monster. Karena badai angin musim semi akan segera berhembus. Dan aku bersumpah tak akan membuatmu jatuh ke tangan yang lain. karena angin musim semi itu akan bersalah dariku”
Jiyeon terdiam. Demi Tuhan ia tak mengerti apa yang Jongin katakan. Ia hanya membeku di tempat itu. matanya menatap kosong tembok di hadapannya. Bahkan saat Jongin berlalu meninggalkannya. Ia tetap diam. Sampai getar ponsel membuyarkan kebingungannya.
Jiyeon mengeluarkan ponsel dengan cepat dan membuka sebuah pesan masuk.
From : Kim jongin.
Kau yang memulainya dan aku yang akan mengakhirinya. Jangan khawatir, ini akan berakhir happy ending.
Jiyeon menggerutu tak jelas. Dan mejulurkan lidah kearah ponselnya.
“Dasar namja aneh.” Katanya kesal. Namun kata-kata jongin membuatnya semakin bingung.
‘angin musim semi akan berhembus’ Apa maksudnya ?
Dan jiyeon tanpa sadar terpekur dalam pikirannya sendiri. Angin musim semi ? Bukankah itu artinya bunga-bunga akan segera bermekaran dan apa itu artinya Kim Jongin…
“Arggght Molla, dia benar-benar berengsek. Beraninya membuatku bingung…Otak Udang, awas kau !!” Geramnya sambil berjalan tergesa keluar dari sana.
Namun tak ayal. Ada sesuatu yang tiba-tiba muncul dan kini bersemi di dalam sana. Dan mungkin saat angin musim semi itu berhembus, sesuatu yang bersemi itu akan merekah dan mekar disana.
[TBC]
