Title : Time Between Reality and Vengeance
Author : EShyun
Genre : Brothership, Tragedy, Action, Sad
Length : Oneshoot
Main cast :
- Kim Jongin
- Park Chanyeol
- Kang Jihwa
Other cast :
- Kang Ta a.k appa Jihwa
- Mr. Park a.k appa Chanyeol
- Huang Zi Tao
FF ini terinspirasi dari komik yang di adaptasi dari sebuah drama korea judulnya Time Between Dog and Wolf. Pada tau nggak…? Tapi yang ini author sengaja buat alurnya sedikit berbeda.
Warning, typo and gaje!!!
Happy reading…
-Thailand-
Sore yang cerah, seorang namja sedang berjalan bersama teman-temannya. Tiba-tiba langkahnya terhenti saat mendengar namanya dipanggil dengan suara yang sangat familiar.
“Jongin-ah, naiklah. Umma akan mengantarkanmu.”dari dalam mobil ummanya berbicara.
“Tidak usah umma, aku ingin pergi bersama temanku.”tolaknya.
“Baiklah, kau hati-hati ya.”
“Ne, umma juga.”
Diperjalanan tanpa sengaja Jongin bertemu dengan seorang yeoja yang sedang dikerjai oleh beberapa orang namja.
“Ya! kalian jangan hanya berani dengan yeoja.”Jongin datang lalu menarik tangan yeoja itu. “Hey, kau dengarkan aku. Hitungan ketiga kita lari. Satu… dua… tiga.. lari…”seketika itu mereka berdua kabur dari gerombolan namja itu.
Setelah merasa aman, mereka berhenti berlari sembari mengatur nafas. Mereka berhenti di sebuah danau yang sangat indah, lalu duduk di tepinya.
“Kau orang korea? Ah… gomawo karena sudah menyelamatkanku.”ujar yeoja itu. “Aku, Kang Jihwa. Kau siapa?”
“Ne, aku orang Korea. Aku Kim Jongin . Ya, sama-sama. Makanya lain kali kau harus berhati-hati. Dimana rumahmu? Aku akan mengantarkanmu.”
“Andwae, aku tak mau pulang kerumah.”tolaknya. “Aku benci appa, dia orang yang kasar. Ingin rasanya aku kabur dari rumah dan tak bertemu dengan appa lagi seumur hidupku.”lanjutnya. “Ah, aku merasa senang berada disini, pemandangan yang indah membuatku sedikit melupakan semua kehidupan membosankanku. Bagaimana menurutmu?”tanyanya.
“Ne, tempat ini memang sangat indah.”jawabnya. “Sepertinya aku harus pergi sekarang.”ujarnya lalu berdiri.
“Tunggu, apakah kita akan bertemu lagi? Aku harap jawabannya iya. Aku berjanji akan mengajakmu ketempat ini lagi.”ujarnya.
“Entahlah.”Jongin berkata sambil pergi dari tempat itu. Dalam hati dia berharap juga agar bisa bertemu lagi dengannya.
Jongin pulang kerumah dan disambut oleh ummanya. Ummanya adalah seorang jaksa dan karena pekerjaannya itu membuatnya jarang berada dirumah. Otomatis Jongin sedikit terkejut melihat ummanya.
“Umma, tumben sekali kau ada dirumah.”
“Wae? Aku tak boleh berada dirumah?”
“Ani, hanya saja aku…”
“Sudahlah, hari ini umma ingin menghabiskan waktu bersamamu. Ayo kita pergi makan diluar.”ajak umma.
Mereka berjalan menuju mobil. Jongin memasuki mobil, sedangkan umma masih diluar menjawab sebuah telepon. Jongin memainkan i-padnya, seperkian detik kemudian ia mendengar suara tembakan dan melihat ummanya jatuh bersimbah darah. Ia ingin keluar, namun ketika melihat seseorang memegang pistol tak jauh dari mobilnya ia mengurungksn niatnya itu. Ia bersembunyi, mencoba mengenali orang itu namun sia-sia karena ia menutupi wajahnya dengan topeng. Tapi ada sebuah tato naga di pergelangan tangan yang sempat tertangkap oleh matanya.
Setelah memastikan orang itu pergi ia lalu berlari keluar menghampiri ummanya. Tapi dia terlambat, umma telah kehilangan nyawanya. Nafas Jongin tercekat melihat kenyataan itu. Fikirannya kacau dan perasaan menyesal menghampirinya.
10 Tahun kemudian…
-South Korea-
Setelah kepergian ummanya, Jongin diangkat anak oleh Mr. Park, teman baik ummanya. Mr. Park memiliki seorang anak laki-laki bernama Park Chanyeol, mereka berdua sebaya. Mereka tumbuh dewasa bersama, dan itu membuat keduanya menjadi sangat dekat.
Mereka berdua menjadi agen NIS. Bersama mereka selalu mengungkap kejahatan dan selalu menyelesaikan sebuah kasus dengan akhir yang sempurna. Sampai suatu hari, saat mereka sedang menjalankan misi mengintai di markas besar gangster yang dipimpin oleh Kang Ta, tanpa sengaja Jongin melihat tato naga dipergelangan tangan Kang Ta. Seketika itu bayangan saat kematian ibunya berputar-putar di ingatannya.
“Ya, kau kenapa berkeringat seperti itu?”tanya Chanyeol sedikit panik.
“Dia.”Jongin menunjuk Kang Ta. “Yang membunuh umma.”lanjutnya.
“Mwo? Dia orangnya? Bagaimana kau mengetahuinya?
“Tato itu, aku sangat mengingatnya. Chanyeol, aku akan membunuhnya saat ini juga.”Jongin mengambil pistol lalu berjalan hendak mendekati orang itu.
“Andwae.”Chanyeol menarik tangannya. “Kau tidak boleh bertindak gegabah seperti ini.”ujarnya.
“Lepaskan aku. Aku harus membunuhnya saat ini juga.”Chanyeol tak menindahkan perkataannya. “Ya! aku bilang lepaskan aku.”
“Jangan gegabah, michin! Kau pikir bisa melawannya sendirian?! Kalau malah kau yang mati bagaimana dengan aku dan appa?”
“Park Chanyeol! Lepaskan aku!”
“Aku tak akan melepaskanmu, dasar egois! Cobalah sedikit bersabar, kita akan mencari jalan untuk melawannya tolong diam untuk saat ini!
“Park Chanyeol!”bentak Jongin marah. “Ibuku mati di hadapanku! Jatuh… di depan mataku. Ingatan itu masih tersimpan jelas, seakan enggan pergi dari pikiranku… aku tak tahan lagi..tolong… aku.”suara Jongin melemah. Pistol ditangannya terjatuh, tubuhnya lemas lalu menjatuhkan kepalanya di dada Chanyeol sembari meremas kemeja Chanyeol. ”Dia harus kubunuh dengan tanganku sendiri.. setelah itu barulah aku bisa… tenang..”suasana hening sesaat.
“Aku mengerti dengan perasaanmu. Dia pembunuh ibumu… kau pasti mau balas dendam! Aku tahu, sangat sulit memang. Tapi… tetap tidak boleh, sekarang…” Jongin terdiam masih dengan posisinya tadi. Chanyeol membiarkannya. Setelah tenang, Jongin melangkahkan kakinya, pergi.
Jongin berjalan dibawah hujan, dia melangkahkan kakinya tanpa arah sampai ia tiba disebuah tempat. Dari kejauhan ia melihat sebuah lukisan yang sangat familiar baginya, karena penasaran ia mendekati lukisan itu lalu ingin menyentuhnya. Namun terhenti, saat mendengar teriakan seorang yeoja.
“Ya! Kau mau menyentuh lukisan ini dengan tanganmu yang basah itu? Andawe!”seorang yeoja yang tiba-tiba berada didekatnya mengomelinya.
“Siapa yang melukis ini?”tanya Jongin.
“Aku. Wae?”tanya yeoja itu.
“Tunggu, apakah kita akan bertemu lagi? Aku harap jawabannya iya. Dan aku berjanji akan mengajakmu ketempat ini lagi.”
“Kau Kang Jihwa?”tanya Jongin kemudian
“Ne, dan kau Kim Jongin ?”tanya yeoja itu tak percaya. “Aku tak menyangka kita bertemu lagi, di Korea? Apa yang membuatmu bisa kesini?”
“Aku hanya tak sengaja melihat gambar yang sangat ku kenal.”jawabnya. “Kau kenapa bisa di Korea?”
“Aku kabur, dari appaku. Lega rasanya bisa jauh dari appa yang selalu menyiksaku.”jawabnya sambil tersenyum. “Akhirnya kita bertemu lagi.”ujarnya gembira.
“Ne.”ujarnya lalu pergi. Ia mengejarnya ditengah hujan.
“Jongin, kau mau kemana? Tunggu aku…”Ia sudah berada didekatnya, lalu dengan tiba-tiba Jongin menariknya ke dalam pelukannya.
“Senang bertemu denganmu, Jihwa.”ia mempererat pelukannya. “Tapi… anggap saja kau tak melihatku.”ujarnya lalu melepaskan pelukan itu. “Dan begitupula denganku.”lanjutnya sambil melangkah pergi
Jihwa terdiam, tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Pertemuan yang sangat ia inginkan sejak dulu terjadi begitu singkat. Dan sikap Jongin padanya sangat membuatnya terpukul. Jika tahu akhirnya akan menjadi seperti ini, lebih baik dia tak pernah bertemu dengannya sama sekali… Selamanya…
Keesokkan harinya, Chanyeol mengajak Jongin ke sebuah cafe. Mereka akan membicarakan bagaimana cara untuk membalas dendam pada orang itu. Mr. Park juga ikut bersama mereka.
“Appa, jadi kau punya rencana apa?”tanya Jongin.
“Ini kartu identitas dan paspor barumu. Kau dianggap sudah mati pada kasus yang lalu. Kau akan menyamar menjadi salah satu dari mereka. Mulai sekarang kau bukanlah Jongin, tapi kau adalah Kai. Arraseo?”
“Ne, arraseo appa.”
“Appa, bagaimana kalau ada yang mengetahui penyamarannya itu?”tanya Chanyeol sedikit khawatir.
“Maka dari itu dia harus sedikit mengubah penampilan, pakailah kontak lens ini dan bersikaplah seperti seorang berandalan.”jawab appa. “Besok kau akan memulainya. Begitu tiba disana, akan ada orang yang mengantarkanmu ke Kang Ta. Ingat, hal ini hanya kita bertiga yang tahu.”
Keesokkan harinya, Chanyeol dan Mr. Park melepas kepergian Jongin di bandara.
“Aku pergi dulu, inspektur Park.”
“Kita tidak sedang di kantor, panggil saja aku appa… Aku akan terus mengecekmu.”
“Ne appa.”jawabnya. “Chanyeol kau jaga appa baik-baik dan jangan membuat ulah selagi aku tak disini. Arraseo?”
“Ne, arraseo. Kau jaga dirimu baik-baik, jangan sampai tertangkap oleh mereka.”
“Tentu saja. Aku pergi dulu ya.”ia memeluk Chanyeol sekilas.
“Ne…”
“Jongin tunggu.”tiba-tiba Mr. Park memegang tangannya. “Tangan kecil ini telah berubah, bahkan menjadi lebih besar dari tanganku. Jongin, ingat jaga dirimu baik-baik, kalau ada kesulitan hubungi aku.. kapanpun itu. Kau, masuklah sana.”ujar Mr. Park.
Jongin melangkahkan kakinya, namun sebelum memasuki ruang tunggu dia membalikkan badannya lalu memberi hormat pada appanya itu, sambil berkata…
“Terima kasih sudah merawatku dengan baik…. Appa.”
Hari berganti hari, berdasarkan info yang diterima, Jongin atau yang sekarang dikenal dengan Kai telah berhasil menjadi salah satu dari mereka. Untuk awal, ia mendapat tugas melindungi istri simpanan Kang Ta. Saat sedang menjalani tugasnya itu, tiba-tiba ia diserang oleh sekelompok orang tak dikenal. Dengan sedikit panik, ia berusaha melindungi istri bossnya. Suara tembakan terdengar dimana-mana. Saat ia lengah, sebuah peluru mengenainya kepalanya. Ia jatuh tak sadarkan diri.
“Anak ini…”Kai samar-samar mendengar suara. Ia membuka matanya. “Kau sudah sadar?”kembali suara itu terdengar olehnya.
“Untung peluru itu hanya menyerempet kepalamu saja, sebentar lagi juga sembuh.”kali ini Tao, teman sesamanya yang berkata. “Ayo beri salam, Kai… Dia langsung datang setelah mendengar ceritaku. Kau harus berterima kasih, jarang sekali seorang boss menemui anak buahnya secara langsung. Dia ketua Kang Ta, boss kita.”lanjutnya namun tak ada jawaban dari Kai. “Eh?”
“Apa maksudmu? Aku… aku menyelamatkan siapa?”ia terlihat bingung. “Dan siapa kalian?”
Ternyata Kai terkena Dissociative Amnesia, hal itu karenakan stress psikologis yang tak tertahankan atau efek samping dari luka tembak yang ia derita. Kai tak mengingat apapun. Ia berfikir, siapakah dia sebenarnya? Apa benar ia adalah anggota gangster? Dan apa dia memiliki keluarga atau bahkan pacar? Semakin ia mencoba untuk mengingat semuanya semakin ia tak menemukan jawaban dari pertanyaannya itu.
Kai yang awalnya hanya berpura-pura jahat, karena kehilangan ingatannya ia menjadi benar-benar jahat. Bahkan setelah ia berhasil melindungi istri bossnya, ia diangkat menjadi tangan kanan bossnya itu.
Sementara di tempat lain, Mr. Park dan Chanyeol merasa cemas karena mereka kehilangkan kontak dengannya. Sampai saat mereka mendengar bahwa Kang Ta dan anak buahnya kembali ke Korea, setelah mendengar kabar itu Chanyeol langsung mencari keberadaannya.
Saat sedang menyelidiki, mata Chanyeol menangkap sosok Jongin. Dengan cepat ia menariknya lalu membawa ke suatu tempat yang menurutnya aman.
“Jongin, kau kemana saja ha? Kenapa tak ada memberi kabar kepada kami?”
“Jongin? Aku bukanlah Jongin, aku Kai. Kau siapa?”tanyanya heran.
“Hey, ini aku Chanyeol. Kau tak perlu berakting, mereka semua tak akan melihat kita disini.”
“Chanyeol siapa? Aku tak mengenalmu.”jawabnya acuh, tentu saja Chanyeol kaget melihat perubahan dari sahabatnya itu.
“Jongin, apa maksudmu kau tak mengenalku? Kita agen NIS, kau menyamar menjadi salah satu dari mereka untuk membalas dendam. Apa kau lupa dengan tujuan utamamu itu?”
“Balas dendam? NIS? Hey, kau mata-mata.”ia tiba-tiba memukul Chanyeol. “Kau sendirian ingin menangkapku? Kau mau mati hah?”ia kembali memukuli Chanyeol hingga Chanyeol tak sadarkan diri lalu ia pergi meninggalkan Chanyeol.
Tak sengaja Jihwa melewati tempat itu, ia mendengar suara rintihan orang karena penasaran ia lalu mencari sumber suara itu dan menemukan Chanyeol terbaring lemah dengan luka di sekujur tubuhnya.
“Hey, apa yang terjadi padamu? Kau tidak apa-apa? Bertahanlah aku akan memanggil bantuan.”Jihwa bermaksud berdiri namun ditahan oleh Chanyeol.
“Hand…handphone…”Chanyeol berusaha berbicara. “Ap… appa, hubungi appa…ku.”ujarnya lagi lalu kembali tak sadarkan diri.
Dengan panik Jihwa mencari handphone Chanyeol lalu menghubungi appa Chanyeol. Mendengar hal itu, appa sangat terkejut dan dengan tergesa-gesa pergi menyusulnya.
Chanyeol dibawa kerumah sakit oleh Mr. Park, tak berapa lama kemudian ia sadar.
“Appa.”panggil Chanyeol.
“Ne, aku disini. Kau sudah sadar?”tanya Mr. Park. “Hey, apa yang membuatmu menjadi seperti ini?”
“Jongin.. tadi aku menemuinya. Tapi dia seakan tak mengingatku bahkan tak mengetahui siapa itu Jongin dan… dia yang melakukan ini padaku.”
“Mwo? Jongin yang melakukannya?”Mr. Park terkejut.
“Ne, sepertinya sesuatu telah terjadi padanya. Kau harus mencari tahu semuanya appa.”ujarnya. “Appa, siapa yeoja itu?”ia melihat seorang yeoja tertidur tak jauh dari tempatnya.
“Dia Jihwa, dialah yang menolongmu. Sebenarnya aku sudah menyuruhnya pulang, tapi dia menolak. Dia ingin memastikan kau selamat dan dia yang menungguimu dari tadi. Aku rasa dia kelelahan sehingga dia tertidur.”jelasnya. “Kau beristirahatlah, besok aku akan mencari tahu apa yang telah terjadi.”ujarnya lalu pergi.
Paginya Chanyeol terbangun ketika seorang perawat datang untuk mengganti perbannya. Dilihatnya Jihwa masih tertidur pulas. Perlahan ia berdiri dan berjalan menghampirinya. Diperhatikannya wajah Jihwa sambil tersenyum simpul.
“Hey, ireonayo…”Chanyeol mencoba membangunkannya. “Ireona..”
“Hmm.”Jihwa perlahan membuka matanya, ia terkejut ketika melihat seorang namja dihadapannya. “Ah, sepertinya aku ketiduran.”dengan cepat ia berdiri. “Kau sudah sadar? Sukurlah. Karena kau terlihat baik-baik saja, aku akan pergi sekarang. Annyeong.”pamitnya.
“Tunggu.”Chanyeol menarik tangan Jihwa. “Gomawo. Kalau bukan karena kau, aku tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Kau, Jihwa kan? Aku Chanyeol. Semoga kita bisa bertemu lagi.”
“Ne.”ujarnya lalu meninggalkan tempat itu.
Beberapa hari kemudian, Chanyeol sudah keluar dari rumah sakit dan memulai kembali aktivitasnya seperti biasa. Saat sedang melewati sebuah cafe, tak sengaja ia melihat Jihwa. Dia tersenyum lalu menghampirinya.
“Kita bertemu lagi disini, Jihwa-ssi.”ia duduk disamping Jihwa.
“Kau, Chanyeol?”Jihwa kaget. Bagaimana bisa kau disini?”tanyanya.
“Tentu saja untuk menemuimu. Kau tahu, sejak hari itu sepertinya aku merasakan sesuatu yang berbeda padamu.”ujar Chanyeol.
“Mwo?”
“Aku mencintaimu.”perkataan Chanyeol membuat Jihwa terkejut. “Haha, kau tak perlu terkejut seperti itu. Aku bukanlah tipe orang yang mudah jatuh cinta, tapi setelah melihatmu aku seperti tersihir oleh pesonamu. Aku tak butuh jawaban darimu, aku hanya ingin kau mengetahui bagaimana perasaanku padamu. Sekarang kau sudah tahu, aku harus pergi. masih banyak pekerjaan yang harus aku selasaikan, byee.”ia berjalan pergi meninggalkannya. Sedangkan Jihwa hanya bisa terdiam mencoba mencerna apa yang baru dialaminya.
Mr. Park telah mengetahui bahwa Jongin sempat mengalami kecelakaan dan kehilangan ingatannya. Ia menuliskan sebuah pesan untuk Chanyeol mengenai itu, lalu pergi bermaksud menemui Jongin.
Mr. Park telah sampai di markas Kang Ta. Perlahan ia masuk dan mendapati Jongin sedang bersama Kang Ta, lalu ia mendekatinya.
“Aku ingin mengatakan sesuatu tentangmu, bukan untuk melukaimu.”
“Cih, kau bukannya salah satu agen NIS. Sial, kita dikepung polisi?!”Kai dan Mr. Park secara serentak mengeluarkan pistol lalu saling menodongkan senjata. Dan tanpa di sadari, Kang Ta menodongkan pistolnya ke arah Mr. Park.
“Hey, tenanglah! Aku hanya sendirian dan aku tak akan melukai kalian.”Mr. Park berusaha menenangkan suasana.
“Bagaimnana bisa aku mempercayai orang sepertimu, pergi kau ke neraka.”seketika itu juga Kang Ta menembak Mr. Park hingga tersungkur.
“Biarkan dia mati disini, ayo kita pergi.”ujar Kang Ta lalu beranjak pergi. Namun saat Kai akan pergi, tangannya ditahan oleh Mr. Park.
“Tangan ini… seharusnya aku tak melepaskannya saat itu.. seharusnya aku tak membiarkanmu pergi.”Mr. Park berkata perlahan. “Jongin…. saat kau telah mengingat semuanya, aku harap kau tak menyesal telah melakukan ini. Jangan sampai kau melukai dirimu sendiri karena hal ini. Jongin….”
Chanyeol yang baru saja pulang mendapati sebuah pesan dari Appanya.
“Chanyeol, Jongin kehilangan ingatannya karena sebuah kecelakaan. Sekarang aku pergi menemuinya untuk menjelaskan semuanya. Aku tak tahu apa yang akan terjadi setelah ini, kau harus bersiap jika mendapatkan sebuah kenyataan yang pahit.”
Chanyeol meremas kertas itu lalu berlari, bermaksud untuk menyusul appanya. Sesampainya, dia sangat terkejut ketika melihat appanya terbaring dengan darah dimana-mana. Segera ia membawa appanya kerumah sakit, tapi saat diperjalanan semuanya terlambat. Nyawa appa sudah tak bisa tertolong lagi.
Chanyeol sangat terpukul dengan kenyataan itu. Dia tak menyangka appanya akan mati secepat itu Seketika itu pula, bergegas ia mencari keberadaan Kai. Ia menyusup masuk kedalam markas, dan melihatnya sedang berdiri di depan sebuah pintu besar. Chanyeol menghampirinya lalu melayangkan tinjunya ke arah Kai.
“Ya! apa yang telah kau lakukan? Kau membiarkan appa terbunuh, kau penjahat Jongin!”Chanyeol emosi.
“Kau? Belum mati rupanya. Jongin? Sudah kubilang aku bukan Jongin, aku Kai! ”dengan acuh dia berbicara pada Chanyeol.
“Ya! kau sadarlah. Kau bukanlah Kai, kau Jongin! Sadar bodPark!”Chanyeol memuluk kepala Jongin. “Kau disini karena ingin balas dendam atas kematian umma bukan untuk menjadi berandalan seperti ini. Aku tahu kau mengalami amnesia, dan sekarang kau harus sadar kau bukanlah Kai! Kau Jongin!.”emosinya meluap.
“Ya! apa maksud perkataanmu itu? Sudah kubilang, aku ini Kai bukan…. Aaarghh.”bayangan-bayangan berputar-putar di fikirannya, ia tiba-tiba terjatuh sambil memegang kepalanya lalu tak sadarkan diri. Chanyeol panik melihat hal itu.
“Jongin, kau kenapa?! Jongin! Sadarlah…”terburu-buru Chanyeol memapah Jongin. Ia lalu membawanya ke rumah sakit.
Di rumah sakit, Chanyeol menunggu diluar ruangan sedangkan seorang dokter memeriksa Jongin. Tak lama dokter itu keluar dari ruangan.
“Dok, apa yang terjadi padanya? Apa dia baik-baik saja?”tanya Chanyeol.
“Ne, dia baik-baik saja. Itu terjadi karena dia telah berhasil mengingat semuanya. Hanya saja karena itu sangat mendadak dan terlalu memaksa, ia jadi tak sadarkan diri. Tapi sebentar lagi ia akan siuman.”
Chanyeol memasuki kamar Jongin, ia duduk disebelahnya sembari mengenggam tangan Jongin.
“Ya! kenapa kau bisa seperti ini huh? Kau terlalu cerobPark, jika saja saat itu kau tak terluka, pasti ini tak terjadi padamu. Cepatlah kau sadar, Jongin. Setelah ini kita akan membalas dendam bersama. Kau membalaskan dendam ummamu dan aku membalaskan dendam appaku.”ucap Chanyeol perlahan.
Tak lama, Jongin terbangun dari tidurnya dan mendapati Chanyeol tertidur disebelahnya ia lalu membangunkannya.
“Chanyeol…”Chanyeol terbangun. “Mianhae, aku menjadi seperti ini.”Jongin tertunduk menyesal. “Karenaku Appa meninggal… aku penjahat, aku bodPark!”rutuknya. “Aku sudah tak pantas hidup lagi, dengan santainya aku membiarkan orang yang sudah membesarkanku dan menjadikanku seperti ini dibunuh tepat didepan mataku. Aku bodPark, Chanyeol. Aku pantas mati! Kau pasti menyesal mempunyai saudara sepertiku, aku saudara yang tak tahu diri Chanyeol, aku sudah mengecewakanmu.”ia meluapkan semua emosinya. “Aku pabo! Pabo pabo!”ujarnya sembari memukul dirinya sendiri.
“Ya! Hentikan pabo, hentikan! Kau belum sepenuhnya pulih.”Chanyeol menahan tangan Jongin. “Ya! kau pikir semua akan selesai jika kau mati hah?! Kau pikir dengan kau mati, appa bisa hidup lagi? Jangan bodPark Jongin! Percuma kau seperti ini, tak ada gunanya sama sekali!”marah Chanyeol.
“Aku memang bodPark Chanyeol. Karenaku, appa….”Jongin menjatuhkan kepalanya didada Chanyeol, menangis.
“Ya! tenangkanlah dulu fikiranmu itu. Jangan menggunakan emosi seperti ini. Kau fikir hanya kau yang menyesal? Aku juga, bahkan sangat menyesal.”Chanyeol berusaha menenangkan Jongin. “Tapi menyesal untuk saat ini sudah sangatlah terlambat. Jadi sekarang kau pulihkan dulu kesehatanmu lalu setelahnya kita berdua akan membalaskan dendam pada orang yang bernama Kang Ta itu.”lanjutnya.
“Ne Chanyeol-ah… Mianhae…”
“Sstt, kau tak perlu meminta maaf padaku, sekarang beristirahatlah.”
Hari-hari berlalu, setelah keadaan Jongin membaik mereka segera merencanakan sesuatu untuk membalaskan dendam atas kematian orang tua mereka.
Tibalah hari dimana mereka akan menyelesaikan misinya kali ini. Pagi-pagi buta mereka pergi menuju markas Kang Ta. Mereka bersembunyi di sebuah ruangan kecil yang terdapat di ruangan bos besar itu, tentu saja itu bukanlah hal sulit bagi mereka karena Jongin telah mengenal tempat itu dengan sangat baik. Dari dalam mereka memberikan kode kepada agen NIS lainnya yang telah mengepung tempat itu. Mereka menunggu saat yang tepat untuk menyerangnya.
Dari balik celah kayu mereka mengintip keadaan di luar, sampai suatu ketika mereka mendengar suara seorang yeoja yang terlihat sedang di paksa untuk memasuki tempat itu. Dan tak lama, Kang Ta target mereka terlihat ikut memasuki ruangan itu. Betapa terkejutnya mereka, saat melihat yeoja itu adalah seseorang yang mereka kenali. Diam-diam menreka mencuri dengar percakapan yang terjadi di luar sana.
“Kang Jihwa… setelah sekian lama appa mencarimu akhirnya bisa kutemukan juga.”Kang Ta berbicara pada yeoja yang ternyata adalah Jihwa. Dan keterkejutan mereka bertambah saat mengetahui bahwa dia adalah anak dari seorang pembunuh.
“Appa? Cih, sejak dulupun aku tak pernah menganggapmu sebagai appaku. Kau selalu berlaku kasar padaku, apa seorang appa akan terus-terusan menyiksa anaknya?”
“Hahaha, anak kecil sepertimu tahu apa? Aku bersikap selayaknya seorang appa. Bagaimanapun itu kau adalah anakku jadi terserah seperti apa aku akan memperlakukanmu. Dan kau tahu, aku sebenarnya muak sekali saat mengetahui ummamu melahirkan seorang yeoja, padahal aku sangat mengharapkan namja karena tentu saja dia bisa menjadi penerusku.”
“Ya! kau bukanlah seorang appa yang baik. Aku sudah tahu semuanya, kematian umma juga ulahmu kan? Kau memang pembunuh!”bentaknya.
“Ya! kau berani membentakku huh?”namja itu berjalan mendekat lalu menarik rambutnya membuat Jihwa meringis kesakitan.
“Lepaskan aku… aku sudah tak ada kaitannya denganmu.”
“Diamlah! kau mau aku bunuh hah? Jika kau diam dan menurutiku maka aku akan membiarkanmu hidup, tapi jika tidak aku akan…..”
“Ya! lepaskan yeoja itu.”tiba-tiba Jongin keluar dari tempat persembunyiannya lalu maju menendang Kang Ta hingga tersungkur. Sedangkan Chanyeol membawa Jihwa ke tempat yang lebih aman. Hal ini tentu membuatnya terkejut.
“Chanyeol? Bagaimana bisa kau disini? Dan Jongin? Kau mengenalnya?”tanyanya heran.
“Tak ada waktu untuk menjelaskan hal ini sekarang. Kau tetaplah disini, ingat jangan mengambil tindakan bodPark.”perintahnya dan yeoja itu hanya bisa menggangguk mengiyakan.
Setelahnya ia segera berlari menuju Jongin.
“Hey, yeoja itu baik-baik saja kan?”tanya Jongin berbisik.
“Ne, kau mengenalnya??”
“Ya, aku mengenalnya.”
“Kai… Kau??”Kang Ta terkejut saat mengetahui orang yang baru saja menyerangnya adalah Kai, orang kepercayaannya. “Cih, sudah kuduga. Pasti ada sesuatu yang kau rencanakan. Tak kusangka ingatanmu kembali secepat ini Kai.”ia berkata dengan nada sinis. “Siapa kau sebenarnya?”tanyanya kemudian.
“Apa kau ingat kejadian 10 tahun silam. Seseorang telah membunuh ummaku tepat di depan mataku. Aku masih sangat kecil saat itu, jadi tak banyak yang bisa aku lakukan untuk menolong nyawanya. Kau tahu siapa pembunuhnya? KAU!”teriaknya emosi.
“Hahaha, jadi kau anak jaksa yeoja itu? Tak kusangka perbuatanku saat itu terlihat oleh orang lain. Betapa beruntungnya kau masih bisa bernafas hingga saat ini. Jika saja kau melihatmu, pasti nasibmu akan seperti ummamu itu.”ia berkata sembari tertawa. “Jadi sekarang kau disini untuk membalas dendam atas kematian ummamu? Hah! Kau fikir mudah untuk membalas dendam padaku anak muda? “ujarnya sinis.
“Ani, bukan hanya itu.”kali ini Chanyeol yang berbicara. “Bukan hanya dia yang memiliki dendam padamu, tapi aku juga.”lanjutnya.
“Huh.. betapa terkenalnya aku hingga banyak sekali yang ini membalas dendam padaku. Ayo lakukanlah, aku sudah tak sabar untuk memulai permainan ini. Satu lawan dua?? Ini tidak adil, tapi karena aku tahu kalian pasti akan mati jadi untuk kali ini aku akan membiarkan kalian menyerangku. Ayo lakukan sekarang!”tantangnya.
Mereka berdua maju menyerangnya. Perkelahianpun tak dapat dihindari. Lawan yang tak seimbang memang, karena ilmu Kang Ta jauh diatas mereka. Sementra itu Jihwa yang sedari tadi bersembunyi menjadi panik melihat perkelahian itu. Ia mencari cara agar bisa pergi dari situ dan meminta pertolongan dari luar. Namun ia tak menemukan caranya.
Suasana semakin tegang, mereka bertiga saling menyerang. Tak jarang Chanyeol ataupun Jongin jatuh tersungkur karena lawan mereka sangatlah tidak imbang. Tenaga keduanya telah habis terkuras. Mereka mengubah posisi, untuk menyerang dari arah samping. Namun saat hendak kembalil menyerang mereka tidak menyangka bahwa Kang Ta telah mengeluarkan sebuah pistol dari sakunya lalu dengan sekali gerakan ia mengarahkannya ke Chanyeol dan tak lama itu terdengar suara tembakan.
Door! Sebuah peluru tepat mengenai dada Chanyeol, menembus jantungnya. Dengan panik Jongin berlari lalu berdiri tepat di depan Chanyeol menghadap kearahnya, berusaha melindunginya walaupun ia tahu itu terlambat.
Door! Tembakan kedua lepas. Kali ini mengenai punggung Jongin. Door! Door! Door! Tembakan bertubi-tubi ia lepaskan ke arah Jongin, membuat namja itu jatuh tak sadarkan diri menimpa tubuh Chanyeol.
Bruuk…
Chanyeol sangat terkejut dengan kejadian itu. Ia tak menyangka Jongin akan melindunginya hingga seperti ini. Airmatanya jatuh, hatinya amat sakit melihat keadaan saudaranya itu seperti ini.
“Jongin-ah… Goma..wo…” ujarnya perlahan hingga tak lama kemudian pandangannya kabur, rasa sakitnya perlahan-lahan hilang dan semua menjadi gelap.
“Hahaha, hanya segitu kemampuan kalian? bahkan dengan mudah aku membuat kalian berdua mati!”tawa Kang Ta meledak saat itu juga. “Aku memang akan selalu menang. Hahaha…..”tawanya terhenti saat sebuah timah panas menusuk punggungnya.
“Kau belum menang Kang Ta-ssi. Masih ada aku disini.”Jihwa yang sedari tadi bersembunyi terlihat sedang memegang sebuah pistol yang entah dari mana ia dapatkan. Ia mengarahkan mulut pistol itu ke arah Kang Ta.
“Kau….”Kang Ta berusaha menahan rasa sakitnya. “Beraninya kau seperti ini pada appamu? Dasar anak kurang ajar!”marahnya.
“Mian, sudah sejak lama aku tak menganggapmu sebagai seorang appa. Mianhae, aku harus membunuhmu..”selesai berkata ia lalu melepaskan tembakan bertubi-tubi, hingga tubuh itu jatuh tersungkur. Mati.
Segera ia berlari menuju Chanyeol dan Jongin. Airmatanya mengalir begitu saja. Dengan berbagai cara ia mencoba membangunkan kedua orang itu. Namun nihil. Tetap saja kedua tubuh itu tak bergeming sama sekali. Jihwa tertunduk pasrah, dalam hati ia merutuki kebodParkannya yang bertindak lambat. Ia hanya bisa menangis disamping tubuh-tubuh tak bernyawa itu.
Pemakaman mereka di lakukan secara bersamaan. Semuanya berjalan dengan hening, tak sedikit yang menangisi kepergian mereka. Sebuah misi telah menghilangkan nyawa kedua orang yang sangat dibanggakan. Tentu saja banyak yang menyayangkan hal itu.
Jihwa juga terlihat di antara orang-orang itu. Ia memilih untuk sedikit menjauh. Setelah semua orang pergi, barulah ia berjalan perlahan mendekati kedua makam itu.
“Jongin-ah, aku tak menyangka kau akan berakhir seperti ini. Apa kau ingat janjiku dulu padamu? Bahkan hingga kau menghembuskan nafas terakhirmu, aku belum menepatinya. Maafkan aku Jongin-ah. Aku harap, di kehidupan selanjutnya kita bertemu lagi dan aku akan menepatinya saat itu.”ujarnya dengan terisak, lalu perlahan ia membelai nisan yang beruliskan nama Kim Jongin .
“Dan Chanyeol-ssi. Kita memang belum lama saling kenal. Tapi pengakuanmu saat itu sangat mengejutkanku. Pertemuan kita sangat tak biasa bagiku, bagaimana bisa kau jatuh cinta pada orang yang baru saja kau kenal ePark? Aku fikir saat itu kau hanya menggodaku, tapi aku baru sadar kau tidak berbParkong saat itu. Untukmu aku meminta maaf karena tak sempat membalas cintamu. Mungkin kita masih bisa bertemu di kehidupan selanjutnya, dan jika saat itu kau memintaku untuk menjadi kekasihmu aku akan mengiyakannya. Ingatlah ini Chanyeol-ah.”kali ini ia berkata di samping nisan Chanyeol dan juga membelai nisan itu.
Jihwa berdiri berniat meninggalkan tempat itu. Beberapa langkah, ia membalikkan badannya sembari berkata.
“Selamat tinggal Jongin-ah, Chanyeol-ssi…. Aku harap kalian bahagia disana. Tenang saja aku akan sering mengunParki kalian, tapi untuk sekarang aku harus pergi. Baik-baik disana, ne? Annyeong…”
Setelahnya iapun melangkah pergi, ia mencoba tersenyum menghadapi kenyataan ini. Dan ia akan selalu mendoakan yang terbaik untuk mereka.
“Goodbye…”ia menengadahkan kepala lalu tersenyum sangat manis, berharap mereka berdua bisa melihat senyumannya itu dari surga….
END
Jeng jeng jeng…..
Kembali lagi ending yang mungkin sangat tidak memuaskan para readers sekalian dan typo masih bertebaran. Tapi… RCL jangan lupa yak ^^
Coment dari kalian akan sangat membantu untuk memperbaiki karya-karya selanjutnya, ok ^^
