Quantcast
Channel: EXOMKFANFICTION
Viewing all articles
Browse latest Browse all 317

SHINING STAR (Chapter 12)

$
0
0

shining-star-111

Main Cast : Park Jiyeon – Kim Jongin

Support Cast : Park Chanyeol  –  Kim Shinyeong – Byun Baekhyun – Lee Jieun – Jung Soojung – Kim Joonmyeon

Genre : Life, Friendship, Romance, A Little bit Angst

Length : Chaptered

Author : Qisthi_amalia

Backsound : Kwon In Sull – Promise

***

-CHAPTER 12-

***

Langkah kaki itu terasa semakin berat. Dengan kepala tertunduk ia berjalan dengan begitu pelan. Enggan mendoak. Tak ingin bersuara. Ia hanya merasa segalanya terasa kacau. Dan tak tahu lagi harus dari mana untuk memperbaiki dan memulainya seperti semula.

“Jiyeon~aa…”

Kepalanya masih tertunduk. Ia hanya bergumam pelan, melewati Chanyeol begitu saja yang barusan memanggil namanya. Membuat chanyeol mengernyit heran, begitu pun Shinyeong yang kebetulan saat itu sengaja berkunjung ke rumah kekasihnya itu.

“Dia kenapa ?” Tanya Shinyeong heran.

Chanyeol mengangkat bahu tak tahu. Dan ia hanya bisa menatap punggung Jiyeon yang berjalan semakin jauh dan menghilang di balik pintu rumah yang tertutup pelan.

“Dia seperti itu sejak kemarin malam. sebenarnya ada apa dengan anak itu “ Ujar Chanyeol lebih pada dirinya sendiri.

Shinyeong tampak berpikir keras. sampai ia memiliki sebuah ide yang terlintas begitu saja di otaknya.

“Boleh aku berbicara sebentar dengannya ?” Tanyanya.

Chanyeol menatap kekasihnya itu sekilas, tersenyum. Lalu mengangguk pelan.

“Tentu saja.”

.

.

.

Jiyeon melempar tasnya begitu saja ke atas lantai dan mulai membaringkan tubuhnya yang masih terbalut seragam di atas tempat tidur. Ia memejamkan matanya sejenak. Menikmati keheningan dan kesendirian yang kini ia dapat. Sampai suara ketukan pintu membuatnya terpaksa harus membuka mata kembali.

“Jiyeon~aa…Boleh aku masuk ?” Ujar suara di luar sana.

Jiyeon menatap pintu bercat orange itu nanar, ia tahu itu Shinyeong. Ia lalu menghela nafas berat. Menarik selimutnya sampai menutupi seluruh tubuh. Lalu berujar cukup keras.

“Masuklah Onnie..”

‘CKLEK’

Shinyeong membuka pintu itu pelan, lalu menutupnya kembali. Ia lalu berdiri  di depan pintu, menatap Jiyeon yang tengah berbaring dengan tubuh tertutupi selimut. Wanita itu menggeleng kecil lalu berjalan kearah tempat tidur jiyeon dan duduk di pinggiran kasurnya.

Tangannya terulur, mengusap pelan kepala Jiyeon yang tertutup selimut.

“Kau sedang ada masalah, eum ?”

Tak ada jawaban.

Shinyeong tersenyum kecil. Ia melepaskan sepatu kerjanya lalu ikut berbaring di samping jiyeon dan memeluk tubuh jiyeon yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri. Tubuh jiyeon menegang sejenak sebelum rileks kembali.

“Ini pasti masalah namjakan ?” Tebak Shinyeong seolah tahu apa masalah Jiyeon.

Jiyeon diam sejenak. Ia mengerjapkan matanya yang terasa panas. Ucapan shinyeong barusan kembali mengingatkannya pada Jongin. dan ia tiba-tiba ingin menangis.

“Siapa ? Siapa yang membuatmu sampai seperti ini, eoh ?” Tanya Shinyeong lagi.

Kali ini Jiyeon berucap…” Onnie…” Pelannya.

Shinyeong tersenyum. “ Wae sayang, ?”

Jiyeon membuka selimutnya perlahan dan tanpa menunggu lama ia langsung menyurukan kepalanya ke tubuh shinyeong dan memeluk wanita yang lebih tua itu dengan erat. Lalu menangis di sana.

Shinyeong pun mengusap punggung Jiyeon dengan pelan. Sambil membaca mantra yang cukup ampuh.

“Uljima…Uljima Jiyeon~aa onnie disini, uljima…”

Dan hebat. Seperti sihir. Jiyeon perlahan menghentikan tangisannya namun masih tetap memeluk shinyeong.

“Kenapa ? Kau mau bercerita pada onnie ?”

Jiyeon mengangguk pelan.

“Jadi siapa yang membuatmu seperti ini ?”

“Jongin. Kim Jongin.”

Shinyeong mengernyitkan alisnya. Karena setahunya namja yang dulu dekat dengan jiyeon itu Baekhyun. Itu pun ia tahu karena chanyeol menceritakan kejadian saat jiyeon di bawa kerumah sakit oleh baekhyun. Dan Kim Jongin ? Nama ini terdengar asing di telinganya.

“Dia teman sekolahmu ?”

Jiyeon mengangguk. “ Kakak kelasku.”

Shinyeong tersenyum lalu kembali mengelus punggung jiyeon lembut dan itu membuat jiyeon nyaman. Usapan jemari shinyeong di punggungnya membuatnya hangat dan mengingatkannya pada usapan sang umma.

“Apa dia menyakitimu ?”

Jiyeon mengangguk.

“Dia pacarmu ?”

Jiyeon menggeleng.

“Tapi kamu mencintainya ?”

Jiyeon mengangguk lagi. dan itu membuat shinyeong terkekeh kecil.

“Jadi ini cerita tentang Park Jiyeon yang sakit hati oleh Kim Jongin yang bukan pacarnya karena yeoja lain, begitu ?” Tebak Shinyeong telak.

Jiyeon melepaskan pelukan itu cepat dan menatap Shinyeong heran.

“Bagaimana onnie tahu jika ada yeoja lain ?”

Shinyeong terkekeh lalu menyeka air mata di pipi Jiyeon pelan.

“Karena onnie juga pernah muda jiyeon dan onnie pernah mengalami hal yang saat ini kamu rasakan. Dan kau mau tahu hal apa yang paling penting ?”

Jiyeon mengangguk cepat.

“Onnie juga melakukan hal yang sama seperti apa yang kau lakukan sekarang. Membungkus diri di dalam selimut dan menangis. Lucu bukan ? Kita punya cerita dan cara yang sama ?”

Jiyeon tersenyum kecil. “ Chinja ?”

Shinyeong mengangguk. Dan bergumam pelan. “ Eum.”

Jiyeon menatap yeojachingu kakaknya itu lekat.

“Onnie, aku tak tahu kenapa aku bisa sesakit hati ini, padahal namja itu berpacaran dengan sahabatku sendiri. Seharusnya aku bahagiakan ? Karena bukankah cinta itu cukup asalkan kita melihat orang yang kita cintai bahagia ?”

Shinyeong menggeleng cepat.

“Aniyo. Siapa yang bilang begitu ?”

“Aku membacanya di buku dan soojung sering mengucapkannya beberapa kali.”

“Siapa soojung ?”

“Temanku yang sering membaca buku “

Shinyeong tersenyum lagi. “Jiyeon~aa. Teori itu mungkin memang benar. tapi tak berlaku untuk semua orang. Jika kita memang mencintainya kenapa kita harus merelakannya untuk orang lain ? Dan membiarkan diri kita sendiri sakit ?”

“Tapi onnie, itukan namanya kita egosi.” Sela Jiyeon cepat.

Shinyeong mengangguk paham. “ Iya itu memang egosi jika kita tahu namja itu memang tidak mencintai kita dan benar-benar bahagia dengan yeoja pilihannya. Tapi bagaiaman jika namja itu sebenarnya mencintai kita dan hanya berpura-pura bahagia di hadapan kita ?”

Jiyeon menunduk.

“Jiyeon~aa…setidaknya kau harus berusaha terlebih dahulu sebelum kau menyerah seperti ini. Berusaha sekeras dan semampumu. Jika itu masih tak berhasil maka saat itulah teori itu berlaku. Dan saat itulah kamu pun harus berhenti. Arraseo.”

Jiyeon mengangguk.

“Jadi menurut onnie aku harus seperti apa sekarang ?”

Shinyeong terkekeh. Kedua tangannya lalu terulur dan menangkup wajah Jiyeon.

“Berjuanglah. Yakinkan padanya jika kau lebih pantas untuknya. Jangan menyerah sampai kau benar-benar yakin jika dia memang tak bisa membuka hati untukmu. paham.”

Jiyeon tersenyum. “ Arraseo onnie. Gomawo.”

Anggukan shinyeong membuat jiyeon semakin lebar tersenyum.

“Onnie, aku benar-benar senang onnie ada disini. Dan aku berharap onnie selamanya akan berada disini. Bersamaku dan chanyeol oppa.”

Shinyeong menatap jiyeon lembut dan beralih memeluk tubuh itu dalam pelukannya.

“Onnie juga mengharapkan hal yang sama jiyeon~aa..”

Dan mereka pun saling berpelukan. Dan jiyeon benar-benar merasa nyaman dan tenang. Ia pun memejamkan matanya sambil meyakinkan hatinya.

‘Kim Jongin aku tak akan menyerah. Jadi tunggulah aku sebentar lagi…jebbal.’

 

Di balik pintu itu chanyeol tersenyum kecil. Ia mengusap matanya yang terasa basah. Ini adalah kali pertama ia melihat jiyeon setenang itu dan terlihat senyaman itu. dalam hati chanyeol bergumam.

‘Kau memang wanita yang tepat untukku Kim Shinyeong.’

****

Joonmyeon menatap adiknya bingung. Ini adalah kali pertama ia melihat jongin seberantakan itu. duduk tertunduk di pinggir kaca jendela membiarkan rambutnya yang berantakan di terpa angin. Dan yang lebih membuat Joonmyeon heran adiknya itu sama sekali tak bergerak atau pun bersuara hanya diam, beberapa kali menghela nafas dan memejamkan mata.

Joonmyeon meraih ponselnya cepat dan menghubungi nomor kekasihnya.

“Yobboseyeo “

“Soojung~aa, boleh aku bertanya sesuatu ?”

“Tentu saja oppa, kenapa ?” Tanya Soojung di sebrang sana heran.

“Apa terjadi sesuatu dengan Jongin di sekolah ?”

Soojung diam sejenak. “ Jadi oppa sudah tahu rencana aneh jongin padaku ?”

“Iya aku tahu. Dan aku tidak mempermasalahkannya karena Jongin memohon padaku sebelumnya. Tapi dia tak berbuat jahatkan padamu ?”

“Ani. Dia hanya sedikit menyebalkan. “

“Oke. Jadi kembali pada pertanyaan awal. Apa dia ada masalah di sekolah ?”

Soojung berpikir sejenak. “ Memang dia kenapa ? Setahuku dia baik-baik saja tadi.”

“Dia terlihat murung dan mengerikan saat ini. Kerjanya hanya diam dan menunduk. aku takut sesuatu terjadi padanya.”

“Chinja ? Sejak kapan ia seperti itu ?”

“Sejak pulang sekolah. Apa kau tahu sesuatu ?”

“Ani. Hanya saja Jiyeon temanku juga mendadak aneh saat pulang sekolah. Ia hanya diam dan menunduk.  Tapia pa mungkin ini ada hubungannya dengan Jiyeon..”

Joonmyeon diam sebentar. Ia lalu mengangguk kecil.

“Soojung~aa, apa nama aslinya Park Jiyeon atau bisa di singkat PJY ?”

Soojung mengernyitkan alis di sebrang sana. “ Iya. kenapa oppa bisa tahu ?”

Joonmyeon tersenyum kecil. “ Aku pernah melihat Jongin menggenggam sebuah ukiran kayu bintang yang berukirkan nama PJY. Dulu ia pun pernah membeli sebuah gantungan kunci cantik berbentuk bintang pula yang ia bungkus dalam kado dan aku yakin itu untuk gadis PJY itu. “

Soojung membuka mulutnya tak percaya. “ Tapi bagaimana bisa ? Jiyeon bahkan tak pernah menyinggung masalah Jongin di kelas.”

Joonmyeon tersenyum. “ Mereka sama-sama egois. Karena begitu pun jongin. “

Soojung ikut tersenyum di sebrang sana. “ Jadi sekarang kita harus bagaimana oppa ?”

Joonmyeon tersenyum licik. “ Kita jalankan rencanaku. Kau mau membantuku ?”

Soojung mengangguk cepat. “ Tentu saja.”

Dan setelah sambungan telepon itu terputus joonmyeon menatap adiknya sambil tersenyum.

***

Pagi itu Jiyeon sengaja berangkat agak siang. Ia hanya enggan melihat kisah lovey dovey jongin dan soojung lagi. Yah, ia memang bertekad untuk tidak menyerah namun ia masih memikirkan caranya. Karena jujur saja ini adalah kali pertama ia jatuh cinta dan ia tak tahu jika ternyata jatuh cinta itu perlu strategi dan cara khusus. Terdengar berlebihan memang. Tapi sungguh ia benar-benar tak tahu apapun saat ini.

“Jiyeon~aa, palli kemari….”

Suara teriangan Jieun membuatnya mau tak mau cepat menghampiri temannya itu dan duduk disamping Jieun.

“Kenapa ?” Tanya Jiyeon heran.

Jieun tersenyum kecil. “ Aku menemukan ini tadi di atas mejamu.”

Jiyeon menyernyit. Melihat sepucuk surat beramplop merah muda di tangan Jieun.

“Dari siapa ?”

Jieun mengangkat bahu. “ Entahlah. Mungkin dari penggemar rahasiamu.”

“Secret admirer ? Aku tak mungkin punya penggemar Jieun. Kau tahukan aku bukan Sulli yang most wanted itu.”

Jieun mengerucutkan bibirnya dan mendorong bahu sahabatnya itu pelan.

“Memang kau pikir penggemar itu hanya untuk orang- orang most wanted ? Memang orang biasa seperti kita tidak boleh punya penggemar ?” Ujarnya kesal melihat sikap Jiyeon yang merendah seperti itu. Yang, ayolah ia saja yang tak secantik Seohyun yang jelas-jelas terkenal di kalangan kelas tiga bisa membuat Baekhyun jatuh cinta.

“Tapi Jieun~aa, aku sama sekali tak punya kelebihan untuk dikagumi ?” Ucapnya mengelak lagi.

Jieun semakin kesal. “ Jiyeon~aa. Kata siapa kau tak punya kelebihan. Kau bahkan memiliki banyak kelebihan di antara gadis-gadis most wanted di sekolah kita yang hanya bermodalkan wajah cantik dan harta melimpah. Kau punya sifat ceria yang bisa membuat siapa saja kut bahagia. Dan kau bisa membuat orang lain nyaman jika berbicara denganmu tidak seperti mereka yang terkadang membuat kita saja merasa enggan dan rendah.”

Jiyeon menatap sahabatnya itu sambil tersenyum.

“Sejak kapan kau mulai menganut ajaran jung soojung, eoh ?”

Jieun menggaruk belakang kepalanya yang sama sekali tak gatal.

“Hhe, Hanya sedikit belajar.” Ujarnnya sambil menyerahkan surat itu ke arah jiyeon.

“Bukalah. Dan jangan berpikir jika kau tak pantas untuk dikagumi. Kau itu berhak jiyeon karena kau memilih banyak kelebihan, disini…Didalam hatimu yang tak dimiliki orang lain.” Katanya kembali sambil terkekeh. “ Sepertinya mulai sekarang aku harus belajar dengan soojung.” Ujarnya sambil terkekeh dan berlalu dari sana.

Jiyeon menatap kepergian sahabatnya itu sambil tersenyum. Ia lalu mengalihkan pandangannya pada surat yang tergeletak di hadapannya. Dengan perasaan heran sekaligus penasaran di ambilnya surat itu dan di bacanya.

Matanya membulat tak percaya setelah membaca surat itu. dengan cepat di masukannya kedalam tas dan berjalan tergesa dari sana.

Dari arah lain seseorang tersenyum. Ia lalu mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

***

Sepertinya atap sekolah ini harus ia jadikan sebagai tempat persembunyian sekaligus tempat favoritnya untuk selamanya. Karena banyak sekali kenangan yang ia alami disini. Entah itu pengalaman aneh, bahagia sampai menyedihkan.

Serbuk – serbuk dandelion yang berterbangan di taman sana mengalihkan perhatiannya. Ia tersenyum kecil. Bunga dandelion tiba-tiba mengingatkannya pada seseorang. Seseorang yang ia tunggu saat ini.

Ia benar-benar tak sabar bertemu orang itu. kembali, Jongin menatap sepucuk surat beramplop biru muda ditangannya lalu tersenyum kecil. Di simpannya kembali amplop itu kedalam saku celana dan beralih menatap taman kembali.

Jongin menunggu cukup lama, sampai suara derit pintu membuatnnya menoleh dan mendapati orang yang ia tunggu tengah berdiri disana. menatapnya dengan tatapan yang sulit ia artikan.

Jongin tersenyum kecil. Menggerakan tangannya dan menyuruh gadis itu –Jiyeon untuk mendekat.

Jiyeon mengatur nafasnya yang satu-satu ia benar-benar bingung harus seperti apa sekarang. Dengan langkah pelan ia berjalan menghampiri jongin dan duduk di samping namja itu. sejenak jiyeon menatap Jongin, dan ia mendapati jantungnnya yang malang berdetak dua kali lebih cepat. Dalam hati ia bertanya mengapa jongin bisa setampan ini jika dilihat dari dekat. Mata hitam dengan tatapan tajam itu, rambut dark browen-nya yang di biarkan berantakan dengan senyuman tulus yang kini tersungging di bibirnya. Membuat jiyeon membisu.

“Kau baik-baik saja ?”

Jiyeon menggeleng cepat dan mengangguk. “ Akh, ya aku baik-baik saja.” Katanya gugup. Dan ia benar-benar terlihat sangat bodoh barusan. Memalukan.

“Terima kasih untuk suratnya.” Ujar Jongin.

Jiyeon menaikkan alisnya. “ Surat ? Seharusnnya aku yang berterima kasih untuk suratmu.”

Kali ini Jongin menoleh cepat dan menatap Jiyeon penuh tanda Tanya.

“Mwo ? Aku mengirim surat ? Ani. Aku tak melakukan itu.” Elaknya cepat.

“Aku juga tak mengirim surat padamu.”Kata Jiyeon lagi.

Jiyeon tersenyum kecut. ia menghela nafas berat. Padahal tadinya ia bahagia saat membaca surat yang ia sangka dari Jongin yang isinya tentang pengutaraan isi hati dan mengajaknya bertemu di atap sekolah. Tapi saat tahu kenyataan jika itu hanya kerjaan orang iseng, ia mendadak merasa down kembali.

“Mungkin ini kerjaan orang iseng. “ Ujar Jongin.

Jiyeon mengangguk kecil. Setuju. “ Ya. Kau benar. aku benar-benar bodoh.”

Jongin menoleh cepat. “ Bodoh kenapa ?”

“Ya, seharusnya aku berpikir baik-baik. Mana mungkin kau menulis surat seperti ini padaku jika kenyataannya kau sudah berpacaran dengan soojung. Aku benar-benar bodoh.” Ujar Jiyeon sambil tertawa. Ia lalu beranjak dari sana. Namun baru saja jiyeon membalikan badan ia merasakan sebelah tangannya di tahan.

Jongin menatap punggung jiyeon nanar.

“Apa sekarang kau mau aku berkata jujur ?”

Pertanyaan itu lagi. jiyeon kali ini memejamkan mata sejanak. Lalu mengangguk kecil. Setidaknya ia harus member kesempatan pada jongin untuk mengatakan segalanya. Jikalau nanti ia berkata jika ia memang mencintai soojung maka saat itu juga jiyeon akan menyerah.

“Ya.” Ucapnya singkat.

Jongin tersenyum. “ Bisakah lebih dulu kau melihatku ?”

Gelengan kepala jiyeon cukup membuat Jongin menunduk kecewa. mungkinkah Jiyeon tak pernah ada perasaan sedikit pun padanya ? Mungkinkah gadis itu tak pernah melihat kearahnya ? Karena hanya untuk berbalik saja jiyeon enggan.

Padahal tanpa jongin tahu. Jiyeon tengah menahan air matanya sekuat mungkin.

“ Jiyeon~aa, kau harus mendengarkan semuannya yang aku katakan. Tanpa menyela atau pun pergi sebelum aku selesai. Arraseo.”

Masih dengan posisi membelakangi Jongin dan sebelah tangannya yang jongin genggam. Jiyeon mengangguk. Ia lalu menghela nafas dan bersiap mendengarkan apa pun yang namja itu katakana nantinya.

Jongin menghela nafas sejenak lalu berucap.

“Jiyeon~aa, apa kau akan marah saat aku katakana kalau hubunganku dan soojung hanya kebohongan ?”

Jiyeon ingin menjawab namun jongin lebih dulu berkata. “ Jangan menjawab. Cukup dengarkan. “ Ujarnya.

“Aku sama sekali tak pernah mencintai soojung. Bukan karena aku membencinya dan ingin memanfaatkannya. Tapi karena dia adalah pacar kakakku dan aku melakukan ini karena aku ingin menguji seseorang yang aku cintai.”

Jiyeon diam. Ia kaget. Perasaannya campur aduk. Jongin adik Kim Joonmyeon ? Kekasih Soojung ? bagaimana mungkin ? Kenapa soojung tidak pernah memberitahunya ?

“Aku ingin tahu, apakah dengan aku berpura-pura berpacaran dengan yeoja lain gadis itu akan marah atau setidaknya sedikit saja mulai melihatku dan menyadari jika ia menyukaiku ? Ini memang terdengar bodoh, tapi aku tak tahu lagi. cara apa yang seharusnya aku lakukan. Jujur…

Jongin menghela nafas sejak sebelum ia mendongak dan menatap punggung Jiyeon sambil tersenyum miris.

… Aku memang namja pengecut yang tidak bisa mengungkapkannya secara langsung pada orangnya. Tapi itu karena aku terlalu takut. Aku hanya tak mau jatuh untuk kedua kalinya. Kau pasti tahukan bagaimana sikapku setelah aku jatuh jiyeon. aku takut kembali hancur dan tak bisa bangkit….”

Ia menunduk kembali. Diam sesaat.

…Karena orang yang ku cintai justru orang yang membuatku bangkit dari keterpurukanku. Aku takut, tak akan ada lagi orang seperti dia nantinya, yang bisa memahami sifat dan tingkahku yang urakan dan menyebalkan ini.” Ujar Jongin. ia lalu melepaskan genggamannya pada lengan Jiyeon dan bangkit berdiri. Tepat di belakang Jiyeon.

Sementara itu jiyeon menunduk. menatap lengannya yang kini terasa dingin. ia merasa ada yang kosong saat jongin melepaskan tangannya barusan.

“ Dan orang yang ku cintai adalah kau. Park Jiyeon aku mencintaimu. Tapi aku tahu kau sama sekali tidak mencintaiku. Tak apa, setidaknya aku sudah mengucapkannya. Aku tahu kau akan malu jika berpacaran denganku, si pembuat onar, trouble ma—

Belum sempat Jongin menyelesaikan ucapannya. Ia di buat diam membisu. Jiyeon tiba-tiba membalikan tubuhnnya dan memeluknya erat. Sangat erat. Ia bahkan bisa merasakan detak jantung gadis itu yang berdetak cepat. dan saat Jiyeon berucap Jongin serasa terbang.

“Aku juga mencintaimu. Tak perduli siapa kau, karena aku mencintaimu bukan karena bagaimana dirimu tapi bagaimana aku bisa merasa nyaman jika di dekatmu.”

Jongin tersenyum kecil. Kedua tangannya bergerak dan membalas pelukan Jiyeon.

“Apa ini mimpi ?” Tanyanya.

Jiyeon menggeleng.” It’s true.”

 

 

 

 

 

Dengan kedua tangan yang saling menggenggam mereka duduk berdua di balkon atap sekolah. Jiyeon tersenyum kecil, ia tak henti menatap wajah Jongin yang kini berstatus sebagai kekasihnnya.

“Bisakah berhenti melihatku seperti itu ? Kau membuatku tak nyaman.” Ujar Jongin setengah kesal.

Jiyeon tak menggubris. Ia tetap menatap Jongin sambil tersenyum.

“Aku hanya ingin melihat wajahmu, apa itu salah ?” Tanyanya.

Jongin menoleh cepat. menatap wajah kekasihnya itu. “ Gadis monster, kau boleh menatapku kapan saja, tapi tidak dengan matamu yang bertaburkan cinta-cinta seperti ini. Kau membuatku merasa aneh.” Ujarnya.

Jiyeon mengeruncutkan bibirnya kesal. “ Ya. Otak udang, kenapa memanggilku gadis monster lagi. itu terdengar jelek.” Katanya kesal.

Jongin tertawa. “ Ani. Itu nama yang bagus. Sepertinya aku akan memanggilmu gadis monster untuk seterusnya.”

Jiyeon memukul bahu jongin keras. “ YA ! Apa tidak ada kata panggilan sayang lainnya seperti di drama-drama korea eoh ?”

Jongin menaikkan alisnya, berpikir. Ia lalu menatap Jiyeon lagi.

“Tidak. Aku tak suka kata-kata panggilan yang pasaran seperti ini. Gadis monster lebih baik. Percayalah.”

Jiyeon mengeruncutkan bibirnya kembali. Ia tahu jika berpacaran dengan orang tak romantic seperti Kim Jongin itu membutuhkan kesabaran yang ekstra.

“Teserah. Kalau kau menyebutku seperti itu maka aku akan memanggilmu Otak udang saja.”

“Oke. Itu terdengar bagus.”

Jiyeon mencibir kesal. Bagus darimananya ? Yang ada itu terdengar aneh. Dan sepertinya ia harus bersiap menjadi pasangan paling aneh di seekolah ini. Si gadis Monster dan Si otaku udang. Oh, Big NO ! Itu terdengar seperti sebutan pasangan jelek yang benar-benar jelak. Ck ! Ia dan Jonginkan tak terlalu jelek.

Dan jiyeon hanya mampu mengelus dada. Kalau pun itu terjadi ia hanya harus bersabar. Setidaknnya ia tak kehilangan Jongin. itu saja. dan ia pun menyandarkan kepalanya di bahu namja itu. menikmati siang itu bersama jongin, si otak udang. Dan membolos hampir semua mata pelalajaran.

Ck ! Apa ia akan mulai mendapat pengaruh buruk Mr. Udah ?

***

Suasana pasar malam hari itu begitu ramai. beberapa pasangan terlihat mendominasi selebihnya hanya beberapa keluarga kecil dan aanak-anak seusia Jieun yang bermain-main mengisi malam weekend.

Jieun duduk di kursi kayu tepat di depan sebuah komedia putar yang penuh oleh anak-anak dan beberapa pasangan. Ia mengeratkan cardigan cokelat yang membukus tubuhnnya. Udara dingin seoul membuatnya menyesal tak memilih mengenakan sweater tebal atau mantel. Namun sudahlah, ia hanya terlalu bersemangat saat Baekhyun mengajak bertemu di pasar malam.

“Hi…”

Jieun mendongak dan mendapati seorang anak tengah berdiri di hadapannya.

“Annyeong, ada apa ?” Tanya Jieun heran.

Anak lelaki berawajah imut itu tersenyum dan menyerahkan setangai mawar putih ke arahnya.

“Ini untuk Noona Jieun yang cantik.” Ujar anak itu lalu berlari cepat setelah jieun menerima bunga itu dan sebelum jieun bertanya lebih lanjut.

Ia lalu menatap bunga itu dan menemukan sebuah kertas putih yang tertempel di tangkainya.

‘Penasaran ? Aku ada di dekat arena Roller Coaster’

Jieun mengernyit. Pensaran, siapa orang yang mengirimkannya bunga dan teka teki seperti ini. Bolehkan ia berkhayal jika itu Baekhyun ?

Dan tanpa menunggu lama ia pun berjalan kearena Roller Coaste yang penuh, terlihat dari antriannya yang panjang dan sepertinya penuh sesak. jieun menoleh kesana kemari, menajamkan indra pengelihatannya. Berusaha menemukan siapa tahu ada namja tampan d sekitar sini tapi nihil. Ia tak menemukan siapa pun.

“Apa kau hanya mempermainkanku Mr. Whire Rose ?” Gumamnya pelan.

“Onnie…”

Jieun menoleh dan mendapati seorang anak perempuan tengah berdiri di sampingnnya. Jieun lalu berjongkok untuk menyamakan tinggi badannya dengan anak itu.

“Ada apa sayang ? Kau kehilangan ibumu ?”

Anak perempuan itu menggeleng lucu. Ia lalu menyerahkan setangkai mawar putih kea rah Jieun. Membuat Jieun menatap heran.

“Ini Untuk onnie Jieun yang cantik.” Ujar anak itu.

Jieun menerima setangkai bunga itu dengan heran. Namun sebelum ia bertanya. Anak perempuan itu sudah lebih dulu berlari dan meninggalkannya.

Dan lagi-lagi Jieun di buat heran. Ia kembali menemukan kertas berwarna putih di tangkai mawar itu.

‘Semakin pensaran ? Semakin ingin melihatku ? Datanglah kemari, Didekat Bianglala’

Jieun tersenyum kecil. Ini kali pertama Ia di hadapkan pada teka teki yang menyenangkan seperti ini. Dengan cepat ia berjalan kearena bianglala yang tak begitu jauh dari sana. Dan setelah sampai disana. jieun kembali mendapati anak perempuan yang memberikannya bunga, namun kali ini tak ada kertas atau clue apa-apa. Selain petunjuk darai anak itu untuk berjalan lurus kedepan.

Dan jieun pun menurut. Ia berjalan lurus ke depan dan selanjutnya ia kembali mendapati anak laki-laki yang memberinya bunga dan mengatakan untuk berjalan kea rah danau.

Jieun menaikkan alisnnya heran ?

“Apa disini ada danau ?” Gumamnya heran.

Ia baru tahu jika di daerah ini ada danaunnya.

.

.

Setelah cukup lama berjalan, akhirnnya jieun sampai di sebuah danau yang ada dermaga kecilnya. Ia tersenyum kecil, tempat yang indah. Ia baru pertama melihat tempat seperti ini. Jiyeon berjalan pelan menyuruti dermaga itu, dan saat ia melangkah menuju ke tengah, ia di buat terdiam. Lampu-lampu warna-warni dipinggir dermaga itu menyala dengan sinarnnya yang sangat indah. Jieun terperangah. Ia menutup mulutnya tak percaya.

“Kau menyukainya ?”

Jieun menoleh cepat ke arah suara dan mendapati Baekhyun tengah berdiri di belakangnya.

“Sunbae ?”

Baekhyun tersenyum. “ Kau suka ?”

Jieun mengangguk cepat. “ Eum, aku sangat menyukainya. Apa ini semua sunbae yang merencanakannya ?”

Baekhyun mengangguk lagi dan memilih berdiri di samping Jieun.

“Kau tidak kedinginan memakai baju tipis seperti itu ?”

Jieun menatap dirinya sendiri yang jujur memang merasa dingin. namun ia menggeleng cepat.

“Tidak apa-apa.” Katanya pelan.

Baekhyun melepaskan jas-nya cepat dan menyampirkannya di bahu Jieun. Membuat gadis itu tak tahu harus berkata apa, ia terlalu bahagia. Ini seperti mimpi untuknya.

“Lebih hangatkan ?”

Jieun mengangguk malu. Menyembunyikan pipinya yang kini bersemu kemerahan.

“Gomawo.” Ujarnya pelan.

Baekhyun terkekeh. Ia lalu menarik bahu Jieun dan membuat mereka kini saling berhadapan. Jieun menatap kakak kelasnya itu heran. Sementara Baekhyun hanya tersenyum.

“Boleh aku mengatakan sesuatu ?”

Jieun mengerjapkan matanya yang terasa ringan. Ya Tuhan, tolong ia. Tubuhnya kini benar-benar terasa panas. Jantungnnya berdetak dengan cepat dan pipinya memerah seperti tomat. Jieun mengangguk pelan.

Dan saat baekhyun menggapai sebelah tangannya, jieun semakin seraya terbang.

“Lee Jieun, will u be my girlfriend ?”

Jieun menatap Baekhyun tak percaya. Apakah ini nyata ? Jika ia mimpi maka mohon jangan bangunkan ia. Karena ini adalah momen terindah yang tak akan pernah ia lupakan.

“I Do. “ Ujarnya sambil tersenyum.

Baekhyun menarik tubuh Jieun dan memeluk tubuh gadis itu kepelukannya.

“Tetaplah di sampingku dan jangan pergi kemana pun. Arraseo.”

Jieun mengangguk cepat. “ Arraseo.”

 

 

 

 

***

Shinyeong tersenyum, mendengar Jiyeon yang bercerita dengan semangat. Tentang kejadian di sekolahnya yang membuat gadis manis itu kini bercerita dengan riangnnya. Chanyeol bahkan tak bisa menolak keinginan sang adik yang memaksanya untuk mengantar shinyeong kerumah. Tanpa mau tahu jika nanti sore aka nada meeting penting. Tapi kini ia tak menyesal, jika bisa melihat jiyeon yang tersenyum seceria dulu lagi.

“Onnie, ini seperti mimpi..” Ujar Jiyeon sambil menangkupkan kedua tangannya dan tersenyum lebar.

Shinyeong hanya terkekeh, mengusap puncuk kepala jiyeon sayang.

“Onnie senang jika kau senang. Kapan-kapan kau harus mengenalkan namja itu pada onnie, arrase.”

Jiyeon mengangguk cepat. ia mendadak ingin cepat-cepat besok. Di liriknya ponsel yang tergeletak di atas meja televisi. Tak ada tanda-tanda pergerakan, atau apapun. ia lalu menghea nafas berat. Membuat shinyeong bingung.

“Kenapa ?”

“Dia bahkan tidak mengirimiku pesan atau menelponku. Tidak romantic. Menyebalkan.” Ujarnya kesal.

Shinyeong terkekeh. “ Mungkin nanti, jiyeon.”

“Tapi dia memang tidak romantic onnie. Dia bahkan memanggilku gadis monster.”

Chanyeol yang duduk di meja makan tiba-tiba tersedak dan tertawa keras.

“Oppa, BERHENTI MENERTAWAIKU. Aissh~ Kalian sama saja. sama-sama menyebalkan !” Kesalnya.

Shinyeong menggeleng kea rah chanyeol yang langsung di tanggapi chanyeol dengan menutup mulutnya rapat-rapat.

“Sudahlah. Mungkin dia tak punya panggilan lain.”

“Tapi onnie. Gadis monster itu terdengar mengerikan.”

Shinyeong mengusap kepala jiyeon lagi. “ Mungkin dia punya alasan memanggilmu seperti itu. kenapa tidak menanyakannya ?”

Jiyeon menatap shinyeong. “ Kenapa aku tidak berpikir sampai kesana yah ? Aigo ! Phabo !”

Drrrrt…Drrrt..

Jiyeon meraih ponselnya cepat. saat melihat siapa yang menelpon, ia menghela nafas pendek.

“Yobosseyo soojung~aa, wae ?”

“……………………………..”

Jiyeon melepaskan ponselnnya begitu saja. pandangannya mengabur. Ia menatap shinyeong nanar.

“Onnie…Jongin…”

 

TO BE CONTINUED.



Viewing all articles
Browse latest Browse all 317

Trending Articles