Quantcast
Channel: EXOMKFANFICTION
Viewing all articles
Browse latest Browse all 317

Sayonara, Wo Ai Ni (Chapter 1)

$
0
0

Title :  Sayonara, Wo Ai Ni

Scriptwriter : Xia Ayame (@xiayame)

Main Cast : Huang Zi Tao (EXO-M), Yasuko Katsumi (OC), Zhang Yixing (EXO-M)

Support Cast : Kris (EXO-M)

Genre : AU, Sad, Life, Angst, School-Life, Friendship, Romance

Duration : Chaptered

Rating : T

Disclaimer : This plot is mine, but I’m little bit inspired by a Japan comics ^^

Recommended Backsound : No Regret Life- Sayonara Ga Hajimaru, Qwai-Sayonara No Sora, & Hitomi Takahashi feat. Beat Crusaders- Wo Ai Ni

SWAN

“Sayonara, Wo Ai Ni”

Chapter 1

Author POV

Tao melangkah di jalan luas nan sepi di kota Qingdao. Pandangannya kosong menatap tanah. Tapi, tiba-tiba suara gemuruh air hujan memenuhi telinganya seiring dengan membasahnya tubuh laki-laki itu. Orang-orang di sekitarnya mulai berlarian mencari tempat berteduh. Tao melangkahkan kakinya pelan, seakan tidak ada tanda untuk mempercepat langkahnya.

Namun mendadak ia berhenti, sekelebat memori terlihat kembali di matanya. Tao menunduk. Ia merupakan anak tunggal. 3 bulan yang lalu, Ayahnya mengkhianati keluarganya. Ia bercerai dengan Ibunya lalu pergi ke Korea bersama wanita lain, dan hidup bersama.

Tao ingat persis bagaimana kejadian saat itu. Kejadian saat mereka meributkan kehidupan mereka, dan diakhiri dengan kepergian sang kepala keluarga. Setelah sebulan dari kepergiannya, Ibunya yang memang memiliki penyakit, akhirnya meninggal. Ibu Tao selalu menyembunyikan penyakitnya kepada siapapun, bahkan hingga dirinya meninggal, Tao masih tidak mengetahui penyakit apa yang diderita Ibunya itu.

Depresi, menyesal, dan tentu sedih memenuhi hati seorang Tao sampai sekarang. Dan orang yang paling dibencinya, Ayahnya yang brengsek itu tidak tahu apa-apa mengenai kematian Ibu Tao dan kehidupan anaknya. Tao tidak mempunyai siapa-siapa lagi. Ia kini sendiri dengan hidupnya yang kacau.

3 bulan ini ia jalani dengan berkelahi, mencari masalah, dan menjadi anak yang di cap berandal oleh orang-orang. Tao sendiri tidak tahu kapan kehancuran ini akan berakhir, mungkin setelah dirinya benar-benar bosan untuk hidup di dunia.

Ia tersadar setelah merasakan hujan yang tidak lagi membasahi tubuhnya. Ada apakah? Ia sempat berpikir bahwa hujan sudah berhenti, tapi tidak mungkin karena tadi hujan turun dengan sangat deras. Tao mencoba  mendongak, ia mendapati seorang gadis berambut panjang yang tengah memayunginya dan menatapnya dengan pandangan khawatir.

“Tao??” Tanyanya. Tao mengingat-ngingat sebentar wajah gadis itu, yang ternyata anak baru di kelasnya, Yasuko Katsumi. Beberapa minggu yang lalu ia pindah ke sekolah yang sama dengan Tao, dan ditempati di kelas yang sama juga dengannya. Gadis ini adalah gadis yang cukup pendiam, bahkan ia hanya pernah berbicara dengan Tao satu kali. Ia juga berkebangsaan Jepang, namun terkadang Tao terheran dengan gadis ini yang bisa fasih menggunakan bahasa Mandarin.

“Apa yang kau lakukan berdiri di tengah hujan lebat seperti ini?” Tao menatapnya datar, mungkin karena ia anak baru, jadi mungkin tidak terlalu mengenali seorang Tao yang sangat menyeramkan ini. Apa ia tidak takut?

Akhirnya Tao menggeleng, “tidak, kau pulanglah.” Ucapnya sekenanya. “Kau yakin? Kau terlihat pucat” gadis yang tingginya hanya sebatas leher Tao ini mengerutkan keningnya. Laki-laki itu hanya bisa menghela napas, “ya, aku tidak apa-a−“ grep, Katsumi memegang tangannya, “ayo, pulang bersamaku. Setidaknya kau tidak akan kehujanan lagi.” Tao ingin mengelak, ia sedang ingin sendirian. Ia sangat membenci sikap orang yang sok memperhatikannya. Karena faktanya sudah tidak ada orang yang bisa membuat Tao bersemangat lagi.

Tapi gadis ini terus menatap Tao dengan wajahnya yang polos. Hingga Tao tidak tega dengan kepolosan wajah Katsumi. Ya sudah, untuk kali ini saja. Batinnya.

***

Tampak seorang gadis manis bermata bulat dan berambut panjang dengan pakaian sekolah menengah atasnya terlihat sangat bersemangat. Ia melangkahi trotoar dengan bersenandung ria. Dirinya sangat menikmati pagi yang cerah kali ini. Ia juga ingin cepat sampai di tempat tujuannya. Sekolahnya, sekolah baru yang memberinya semangat baru, juga mempertemukannya dengan orang yang menarik perhatiannya. Orang itu, Huang Zi Tao.

Tapi ayolah, siapa yang tertarik dengan seseorang yang berandal, gemar berkelahi, dan misterius? Tidak mungkin kan? Tapi Katsumi berbeda. Ia tahu, bahwa Tao adalah laki-laki baik. Menurut Katsumi, semua itu terlihat dari sorot mata Tao. Sorot mata yang memancarkan kehangatan dan ketulusan. Walau orang sering salah paham dengan tatapannya. Dan Tao juga berkelahi, hanya untuk melindungi yang lemah. Ia tidak pernah menindas yang lemah. Katsumi tahu itu, ialah saksinya. Sejak beberapa hari setelah memasuki sekolah barunya, ia mulai memperhatikan Tao. Ia ingin mengetahui dan mengenal laki-laki itu lebih jauh lagi.

***

Tao terlihat suram, sudah terlalu bosan melihat laosi(guru) yang menjelaskan pelajaran saat ini. Suasana kelas begitu hening karena terlalu seriusnya orang-orang yang berada disini. Tao mengedarkan pandangannya ke sekitar, dia bingung, mengapa semuanya bisa begitu serius mengikuti pelajaran? Bahkan sahabatnya yang duduk tepat di depannya, Yixing, pun bergeming saking serius. Tao mendesah, ia menundukkan kepalanya di meja, lalu mulai melayang ke alam tidurnya. Laki-laki itu memang sudah tidak pernah istirahat dengan cukup. Bahkan ia pernah tidak tidur sama sekali. Pola hidupnya yang kacau tidak pernah dihiraukannya. Karena ia sudah tidak peduli dengan hidupnya sendiri.

***

Katsumi melangkahkan kakinya cepat di anak tangga, menuju lantai paling atas sekolah atau atap sekolah−tempat favoritnya belakangan ini. Disana sepi, dengan angin yang berhembus damai menenangkan. Dilihatnya pintu yang berada di ujung tangga terbuka. Berarti ada orang yang kesini? Tumben sekali. Katsumi bertanya-tanya dalam hati.

Rasa penasaran menuntunnya untuk mendekati dan melihat siapa yang berada disana, dan matanya menangkap laki-laki bertubuh tinggi yang berdiri membelakanginya. Laki-laki itu yang sedang menopang dagunya di penyangga, menoleh karena menyadari ada seseorang yang dating. Katsumi tersenyum ketika melihatnya.

“hai, Tao” laki-laki itu hanya membalas dengan tatapan datar, kemudian dirinya kembali melemparkan pandangannya ke semula−ke depan. Katsumi pun ikut menopang tubuhnya di penyangga, “kau tidak makan? Ini kan jam istirahat.” Tanyanya berbasa-basi. Tao hanya memandang lurus ke pemandangan kota Qingdao yang terlihat jelas dari sana, “tidak” jawabnya singkat.

Untuk sesaat mereka terdiam, terlalu asyik dengan pikiran masing-masing. Tapi tiba-tiba terdengar suara langkah kaki di arah belakang. Terlihat seorang laki-laki datang sembari tersenyum memperlihatkan lesung pipinya. “Hey, Tao Zi!” panggilnya. Orang yang merasa dipanggil pun menoleh, tapi Katsumi juga ikut menoleh. “oh ada Yasuko juga? Ni Hao!” lanjutnya ramah. “Hai Yixing” sapa Katsumi, ia ikut tersenyum melihat teman sekelasnya.

Tetapi Tao lagi-lagi memasang raut datarnya untuk menatap Yixing. “mau apa kesini?” Yixing terkekeh mendengar pertanyaan sahabatnya, ia mendekati Tao lalu menepuk punggung sahabatnya itu dengan cukup keras, membuat sang empunya punggung meringis. “Sombong sekali, kau lupa aku ini sahabatmu?” Tao terkekeh kecil sembari mengalihkan pandangannya lagi. “Ah ya, kau tidak mau aku mengganggumu yang ingin berduaan dengan Yasuko, ya? Jujurlah.” Goda Yixing.

Tao mengalihkan pandangannya lagi, kali ini ke wajah Yixing. “kau bicara apa, huh?” lalu disusul dengan tawa renyah dari laki-laki berlesung pipi itu. Katsumi yang berada di antara mereka merasa gugup dan malu, karena ialah yang menghampiri Tao walaupun tidak sengaja. “Yixing, jangan bicara seperti itu. Akulah yang sengaja datang kesini, tapi mendapati Tao yang berada di sini juga.” Ucapnya menunduk.

“begitu, hahaha. Maaf aku salah paham.” Yixing lalu memasang ekspresi polosnya kepada Tao, membuat Tao memasang death-glare−nya lalu membuang muka. “Hey, hey, Huang Zi Tao, ceritakan apa masalahmu hari ini? Mengapa kau hanya diam di sini? Biasanya jam segini aku sudah melihatmu berkelahi dengan anak kelas lain.” Yixing kembali mendekati Tao lalu merangkul sahabatnya itu sambil berceloteh. Katsumi terdiam, ikut menunggu jawaban dari orang itu. Tapi Tao juga ikut terdiam, ia sedang tidak ingin berbicara apapun. Hari ini ia hanya sedang menginginkan ketenangan, hanya itu.

“Mau sampai kapan kau akan menjadi berandal?” Tanya Yixing lagi. Sekarang matanya sudah menampakkan keseriusan, bukan gurauan lagi. Katsumi memperhatikan keduanya. Tentu, ini menyangkut soal orang yang selama ini ia perhatikan. Ia sungguh ingin mengetahui lebih jauh lagi. Tao tetap memandang lurus ke depan, tangannya dilipat dan di senderkan di penyangga. Tidak menghiraukan pertanyaan Yixing yang sudah bernada serius.

Tapi mendadak Tao terbelalak. Napasnya tercekat, jantungnya berdetak lebih cepat. Dadanya terasa sesak dan sangat sakit, kini ia kesulitan bernapas.Yixing dan Katsumi mengerutkan dahi melihat gelagat aneh Tao yang berdiri membelakangi mereka. Laki-laki itu meringis tanpa suara, tangannya sekarang memegangi dadanya. Rasa sakit itu bertambah tiap detiknya. Tapi cepat Tao berbalik. Satu tangannya menepuk pundak Yixing sekilas, dengan sisa oksigen yang didapat, ia berkata, “ma-maaf.. Aku harus pergi” kemudian dengan setengah berlari, Tao meninggalkan tempat itu dengan kedua orang yang masih memelihara tanda tanya besar di kepala mereka.

“ada apa dengannya??” Yixing bertanya dengan alis berkerut. Perasaan menyesal hinggap di hatinya. Karena ialah yang menanyakan hal sesensitif itu. “Aku tidak tahu..” jawab Katsumi, sekarang ekspresinya menunjukkan kekhawatiran. Ia ingat persis bagaimana raut wajah kesakitan Tao yang baru pernah ia lihat, dan cara laki-laki itu memegangi dadanya. Mau bagaimanapun Katsumi tidak bisa menyembunyikan kecemasannya.

“Bagaimana kalau kita susul dia?” Yixing menghela napas, “sudahlah, dia mungkin ada urusan. Jangan mencemaskannya” entah dirasuki apa, Yixing malah berkata seperti itu. Tapi Katsumi menurut, ia kembali pada posisinya bersandar seperti semula. Lalu mereka terdiam menikmati terpaan angin. “Kau sahabatnya, kan?” Tanya Katsumi, “apa?” “aku bilang, kau sahabatnya, bukan?” “ah ya, kami bersahabat sejak kami kecil” “kalau begitu, bisakah ceritakan sedikit tentangnya? Kau tahu persis kan?” kenapa gadis ini terlalu memperhatikan Tao? Batin Yixing. Tapi akhirnya ia menjawab juga, “hmm, dia……..”

***

Mata Katsumi memanas mendengar segala cerita tentang Tao yang baru saja ia dengar dari Yixing. “Begitu, betapa rumitnya..” gumamnya. Tatapan Yixing juga berubah sendu. Tapi- “Yixing, ayo kembali. Kurasa jam istirahat telah usai.” Ucapan Katsumi membuyarkan lamunannya. Katsumi sudah berusaha terlihat ceria, membuat Yixing tersenyum. “ya, ayo.” Jawabnya.

***

Tao melangkahkan kakinya berat hingga sampai di koridor. Koridor ini sungguh sangat sepi. Tapi untunglah, ia sudah berhasil menghindari Yixing, ia tidak ingin sahabatnya itu mengkhawatirkannya lagi. Tangannya terus memegangi dadanya, napasnya terengah, suhu tubuhnya naik drastis disusul keringat yang mengucur. Ia sudah setengah sadar, namun sejurus kemudian ia merasakan ada seseorang yang memegang kedua pundaknya. “Zi Tao? Zen me le(apa yang terjadi)?? Kau tidak apa-apa?” tanya orang itu.

Tao ingin mendongakkan kepalanya, namun ia sudah tidak kuat. Pandangannya memburam, ia sangat kesulitan bernapas, hingga akhirnya Tao ambruk di tempat. “Zi Tao?!!”

TBC

A.N: Readers, maaf kalau chapter 1nya membosankan atau mengecewakan. Maklum masih belajar ^^ jadi, tolong kritik dan sarannya ya? Xiexie~ Sampai ketemu di chapter selanjutnya~ *bow bareng EXO-M*



Viewing all articles
Browse latest Browse all 317

Trending Articles