Title : VAMPIRE’S DEN (Chapter six)
Genre : Romance, Fantasy, a lil’ bit action.
Author : Beryl
Length : Multi-chapter
Rate : Teen
Main cast : Exo M Kris, f(x) Luna, Exo K Chanyeol.
Another cast : Exo K Baekhyun, Exo K Sehun, Exo K Kai, 2ne1 Sandara, Exo M Luhan, Exo M Lay, Exo K Suho, f(x) Victoria.
Anyeonghaseyo, readers!! Aigooo~ sorry for the LOOONNGG wait! Author minta maaf yang sebesar – besarnya karena chapter kali ini keluarnya lama sekali. Ada banyak banget Kendala yang author hadapi, termasuk laptop author sempet “sakit” sekian lama dan semua datanya ilaangg~~ TT_TT #malah curcol. Anyways, karena sekarang si Abu (nama laptop author) udah balik lagi, author harap mulai hari ini author bisa sering posting – posting lagi. Terimakasih banyak buat readers yang masih setia menunggu dan makasih juga buat para admin yang masukin postingan author ke Blog ini ^^. Well then yorobeun, happy reading~~ ^^.
VAMPIRE’S DEN (chapter six)
Kris merasa markas komisi yang berpenerangan mewah dan berhiaskan lukisan setan – setan yang tengah berperang dengan para malaikat saat ini tidak terlihat indah lagi di matanya. Kini dirinya hanya berdiri kaku di hadapan Suho dan para anggota komisi, berusaha menjaga nafasnya tetap teratur melihat riak kesombongan dan rasa senang yang ganjil di mata Suho yang kelam. Vampir tua itu tampak menikmati keberadaannya di samping Kai dan Luhan, senyum di bibir nya terus terkembang sambil matanya dengan seksama memperhatikan seluruh penampilan Kris yang pastinya sudah banyak berubah sejak terakhir kali mereka bertemu.
“Aku tidak menyangka bisa bertemu lagi dengan mu, Kris,”
Dan Kris pernah bersumpah tidak akan pernah menemui Suho lagi kecuali dia sudah cukup kuat untuk memenggal kepala iblis tua itu.
“Apa yang kau lakukan di sini, Suho?” tanya Kris dengan suara parau,
Suho berdecak pelan mendengar nada bicara Kris yang dingin, “tidak bisa kah kau menunjukan sedikit rasa hormat padaku, vampir muda? Kau harus ingat kita sedang berada di markas komisi,”
“Buang basa – basi mu itu,” sahut Kris ketus, “aku tanya apa yang sedang kau lakukan di sini,”
Rahang Suho mengeras, pelan – pelan vampir itu bergerak maju menghampiri Kris. Dia tahu para anggota komisi tidak akan menghentikannya.
“Harusnya aku yang mengajukan berbagai pertanyaan padamu,” ujar Suho sambil menatap tepat ke mata Kris, “kau mangkir dari kewajiban mu untuk menjadi anggota klan ku,”
Kris berusaha keras agar tidak meludah dan menodai lantai pualam yang indah atau pun sepatu Suho yang mengilat mendengar kata – kata dari mulut vampir tua tersebut.
“Aku tidak pernah berniat untuk masuk dalam klan mu!”
“Dan itulah kesalahan mu, vampir…” tiba – tiba suara Luhan menggema ke seluruh ruangan membuat Kris menyadari kembali posisinya, “kau harus nya menjadi anggota dari klan vampir yang menciptakan mu, seperti itu peraturan dasar nya.”
Kris mendengus mencemooh mendengar peraturan itu disebut – sebut, peraturan yang sebenarnya sudah dia ketahui dengan baik.
“Maafkan aku, Tuan – tuan. Tapi bukan kah sudah terlambat untuk menegurku sekarang? Aku sudah lupa kapan aku pertama kali diciptakan, dan lagi sekarang aku sudah memiliki klan ku sendiri,”
“Ya, benar. Mungkin kami agak terlambat,” Kai memandang Kris dengan tatapan serius kali ini, “tapi itu karena kami kira kekuatan klan mu sangat kecil dan tidak berbahaya. Sekarang kau sudah berani menantang sekawanan werewolf, terlebih lagi kawanan Chanyeol sudah terbentuk secara turun temurun,”
Kris langsung balik memandangi anggota komisi berkulit gelap itu dengan tatapan bengis terbaiknya. Tahu apa pemuda itu tentang klannya? Berani benar dia mengatai klan milik Kris kecil dan lemah. Jika selama ini klannya tidak pernah terlihat bertempur lagi dengan klan mana pun selama beberapa dekade, itu karena Kris menahan diri.
Dan sebagai ralat, Chanyeol yang lebih dulu menantang Kris.
Lay bergerak – gerak gelisah di samping Luhan, sepertinya pemuda yang satu itu tahu benar kemana arah percakapan ini akan berlanjut. Dia terlihat melirik ke arah Kris dengan tatapan simpati sekaligus menyesal, seolah Kris adalah anak kecil yang baru saja mengotori jas kesayangan ayahnya. Dan tatapannya itu membuat Kris sangat tidak nyaman.
Sejujurnya keberadaan Suho di dekat Kris membuatnya sangat gelisah, auranya terasa sangat kuat di udara, dan Kris tidak tahu apa rencana vampir itu dengan menemuinya seperti ini.
Seolah bisa membaca pikiran Kris, Suho tersenyum sinis sambil merapikan lipatan jasnya.
“Sebaiknya aku langsung saja mengatakan maksud ku datang menemui mu, Kris,”
Luhan terlihat menyipit kan mata nya dari kejauhan.
“Aku menantang mu untuk bertarung,” desis Suho dengan suara rendah, “aku ingin mengambil alih diri mu, beserta seluruh anggota klan mu, masuk dalam kekuasaan ku…”
Kris tersentak, dia berusaha kuat tidak segera meraih belati yang terselip di sepatunya mendengar perkataan suho. Sial. Dia selalu tahu suatu saat Suho pasti akan mengatakan kalimat itu padanya, tapi tetap saja mendengarnya secara langsung membuat seluruh otot di tubuh Kris berdenyut tegang.
Kai tampak agak geli melihat Kris terbelalak.
“Sialan kau Suho!” suara Kris agak goyah, “aku tidak sudi masuk ke klan seorang pembunuh seperti mu!”
Suho melebarkan matanya pura – pura terkejut,
“Ya, ampun, Kris, rasanya tidak pantas lagi kau mengatai ku seperti itu. Kau sendiri sudah membunuh banyak nyawa. Dan lagi, bukan kah kau sendiri yang sudah membunuh Victoria mu tersayang?”
***
Luna mendapati dirinya dipandangi dengan tatapan terkejut dari segala arah dalam diam. Aliran angin dingin yang mendadak berhembus kencang membuat suasana hening di padang rumput tempatnya berdiri terasa semakin berat. Luna agak terengah ketika menyadari hal itu, Beberapa werewolf bahkan tampak tidak bisa menyembunyikan tatapan curiga mereka. Luna tidak menyalahkan siapapun, apa yang baru dikatakannya memang sangat diluar dugaan, terutama bagi Baekhyun.
“Apa maksud mu kita harus melakukan sesuatu?” Baekhyun berusaha menjaga nada suaranya tidak meninggi ketika bertanya pada Luna.
Susah payah Luna berusaha mengatasi tenggorokan nya yang tiba – tiba terasa kering.
“Aku… Maksud ku…” jawab Luna agak terbata – bata, “kita harus menolong Kris,”
Bisik – bisik riuh langsung terdengar dari para were yang merasa tidak percaya ketika mendengar jawaban dari mulut Luna, Luna mengepalkan kedua tangan nya kuat – kuat.
Oh, jika Luna bisa membuat permohonan, dia ingin tuhan mencabut nyawanya sekarang juga! Dia sangat malu dengan kawanannya saat ini. Dia sudah kabur, masuk ke sarang vampir, menyebabkan pertempuran yang tidak perlu, dan sekarang dia ingin menyelamatkan vampir yang seharusnya jadi musuh seluruh were di muka bumi. Jika ini adalah ambang batas kewarasannya, Luna ingin cepat – cepat gila supaya bisa melupakan masalah ini.
Tapi keinginan Luna untuk menyelamatkan Kris dari para anggota komisi rasanya diluar dugaan. Keinginannya sangat kuat, begitu kuat hingga terasa sakit. Tidak ada yang bisa mengerti atau pun menjelaskan perasaan barunya ini.
“Tenangkan diri mu, Luna…” Sandara meraih pergelangan tangan Luna perlahan, “kita akan pulang ke sarang bersama – sama, dan mencarikan penyembuh untuk Chanyeol,”
“Tidak! Kita akan menolong Kris!” Luna menyentakan lengannya dari Sandara seperti baru saja menyentuh sebatang besi panas,
Baekhyun dan Sandara memandangi Luna seolah gadis itu sudah kehilangan seluruh akal sehatnya,
“Sudah kubilang, tidak akan ada guna nya berusaha menolong vampir itu sekarang,” Baekhyun mencoba tetap sabar menghadapi gadis di hadapannya tersebut, “apa bagimu lebih penting menolong vampir bernama Kris itu dari pada menolong master mu sediri?”
Ditohok seperti itu Luna tidak dapat menjawab apa – apa, matanya mengembara dengan bimbang ke arah kawanannya yang tersebar di seluruh padang rumput dan tampak agak berang. Dia tahu pertanyaan seperti itu cepat atau lambat pasti akan muncul, benak nya sendiri sudah mendebatkan hal itu dari tadi. Luna menggigit bibir bawah nya keras – keras.
Tiba – tiba dengan langkah ragu Sehun bergerak mendekati Luna, ekspresi wajahnya gelisah, pemuda itu juga sepertinya tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan.
Sehun menyentuh kedua bahu Luna untuk menengahi pembicaraan.
“Aku…” Sehun melirik sekilas ke arah tubuh Chanyeol yang masih tergeletak tak berdaya di atas rumput, “aku dengar di markas komisi ada seorang penyembuh yang sangat hebat,”
Perkataan Sehun itu berhasil membuat Luna menoleh cepat menatap wajah vampir muda tersebut, ada sedikit kernyitan aneh di wajahnya yang tampan, campuran antara rasa pasrah dan keyakinan.
“Kita bisa berangkat ke markas komisi untuk menyembuhkan Chanyeol,” katanya lagi.
Baekhyun terdiam memandang ke arah Sehun dengan tatapan sanksi, nafas nya memburu. Para Werewolf lain melakukan hal yang sama.
“Benarkah?” Luna bertanya ragu,
“Tidak. Kita akan menemukan penyembuh lain!” Sambar Baekhyun sengit,
“Dan menurut kalian berapa lama waktu yang dibutuhkan agar seorang penyembuh bersedia menyembuhkan seorang iblis?” Sehun menyahut tak kalah sengit, “Chanyeol bisa mati duluan sebelum penyembuh itu mau mengucapkan mantra,”
Apa yang dikatakan Sehun tak terbantahkan. Kaum penyembuh adalah kaum penyihir yang telah membuang jauh – jauh sihir hitam mereka dan memutuskan untuk berbaur dengan para manusia, sebagai kompensasi atas hal tersebut mereka cuci tangan dari dunia iblis dan berjanji tidak akan menggunakan sihir mereka untuk kepentingan para iblis lagi. Kaum manusia biasa menyebut mereka sebagai ahli pengobatan alternatif, dan mereka bisa menua seperti halnya manusia lain. Butuh negosiasi yang rumit dan panjang agar seorang penyembuh mau melanggar janji dan menggunakan sihirnya pada seorang iblis.
Luna sendiri tidak tahu jika ada seorang penyembuh di markas komisi. Tapi jika penyembuh itu memang bekerja di sana, berarti dia bisa diminta untuk menyembuhkan Chanyeol sesegera mungkin. Setahu Luna Chanyeol sering sekali bolak – balik ke markas para iblis kuno itu, tidak mungkin mereka tidak mengenal Chanyeol.
Sehun semakin mengeratkan pegangannya di pundak Luna dan mencoba berbicara dengan lebih meyakinkan, “Mungkin saja penyembuh itu juga mau menyembuhkan mu juga, Baek” ujar nya lirih sambil menatap Luka di dada Baekhyun yang mulai mengering.
“Namaku Baekhyun!” seru Baekhyun gusar, hanya Chanyeol yang boleh memanggilnya dengan sebutan ‘Baek’,
Tidak salah lagi, Sehun berusaha membujuk Baekhyun dan Sandara berangkat ke markas komisi agar dirinya bisa ikut dengan mereka dan menyelamatkan ketua klannya. Hal itu juga yang dipikirkan oleh Luna walaupun sebenarnya Luna ragu mereka akan mengizinkan Sehun untuk ikut.
Cara tercepat menuju markas komisi yang bisa menyaingi kecepatan teleportasi Kai hanya satu, portal Sandara.
“Sandara…”
Sandara menggeleng – geleng cepat sebelum Luna sempat menyelesaikan kalimatnya, jin itu mundur beberapa langkah.
“Tapi ini jalan tercepat untuk menyembuhkan Chanyeol, apakah kau tidak ingin master kita segera pulih?”
Baekhyun menggelengkan kepala dengan tegas pada Luna, “Kita bisa menemukan penyembuh sendiri,”
“Benar,” sambung Sandara,
“Sandara…” bujuk Luna lagi sambil berbisik tepat di telinga jin cantik itu agar tidak terdengar oleh Baekhyun, “pikirkan baik – baik. Apa kau tidak ingin Baekhyun dipulihkan juga?”
Sandara melayangkan lirikan gugup ke arah Baekhyun yang ada di sampingnya selama beberapa detik, wajah were muda itu penuh keringat.
Sandara sadar kalau saat ini Baekhyun pasti sebenarnya sedang menahan rasa sakit yang luar biasa karena luka tusukan di dadanya itu. Apa yang akan terjadi jika mereka sudah menemukan seorang penyembuh sendiri? Penyembuh itu mungkin bisa diyakinkan untuk menyembuhkan Chanyeol yang seorang Alpha male, tapi bagaimana dengan Baekhyun? Butuh negosiasi yang lebih rumit dan memakan lebih banyak waktu lagi untuk menyembuhkan seorang iblis biasa. Dan sudah dapat dipastikan Baekhyun akan menolak merepotkan kawanannya lebih jauh lagi.
Sandara megenggam ujung – ujung cadarnya dengan resah. Dia tidak ingin Baekhyun berkorban sejauh itu.
“Tapi Luna…” ujar Sandara, suara nya hampir terdengar seperti rengekan anak kecil, “aku hanya bisa mengeluarkan portal ke tempat – tempat yang aku ketahui, aku tidak tahu di mana markas komisi itu berada…”
Baekhyun cepat – cepat melemparkan tatapan terperangah ke arah Sandara, sementara Luna dan Sehun tampak sedikit lega. Setidak nya jin itu bersedia untuk menyiapkan portal.
“Kau penyihir yang hebat, Sandara.” Luna menjawab dengan sedikit terlalu gembira, “aku dengar penyihir bisa menggali memori seseorang,”
“Luna!” Baekhyun membentak Luna kasar, tapi seruan marahnya langsung terhenti ketika luka nya semakin membuatnya kesakitan.
“Kau bisa menggali ingatan Chanyeol untuk mengetahui lokasi markas komisi,” kata Luna lagi, tapi bahkan Sehun sekarang mundur dengan ngeri mendengar kata – kata Luna.
“Aku tidak minta kau melakukannya sampai sejauh itu, were” kata Sehun tercekat,
“Oh, sialan Luna. Aku lebih baik mati dari pada melakukan itu pada master ku, itu sama saja dengan mengkhianatinya,”
“Tapi bukan kah kau ingin Baekhyun juga sembuh, Sandara?”
Sandara memandang wajah Luna dengan tubuh gemetar.
***
Chanyeol masih ingat benar bagaimana rasanya ketika dirinya pertama kali bertransformasi menjadi serigala, di atas salah satu tebing tinggi menjulang di belakang sarang pribadi Ayahnya yang hanya menyerupai pondok sederhana di tengah hutan, Chanyeol dan Ayahnya duduk berdua di tepi air terjun menunggu bulan purnama datang. Kegugupan Chanyeol saat menghadapi transformasi pertamanya lebih buruk dari pada ketika menghadapi ujian akhir sekolah.
Saat itu usia Chanyeol baru mencapai lima belas tahun dan suaranya masih sehalus gula – gula kapas, teman – temannya yang lebih tua sering mencemoohnya karena hal itu.
“Setelah tranformasi ini, Chanyeol, kau dengan sah akan menjadi seorang Alpha male…” Ayah Chanyeol berkata lembut di samping anaknya sambil menyunggingkan sebuah senyum simpul,
“Apa aku akan langsung mempimpin kawanan ini, Ayah?” tanya Chanyeol gelisah.
“Tidak. Aku akan memberi mu kelompok kecil sebelum kau mampu memimpin seluruh kawanan,” jawab Ayahnya tenang, “saat kau memimpin nanti, Chanyeol, aku minta kau bawa kawanan kita keluar dari sini. Bawa mereka melihat dunia yang sudah berkembang begitu cepat. Manusia mungkin mahluk fana, tapi dalam masa hidup mereka yang singkat mereka membuat banyak perubahan.”
Chanyeol hanya bisa memandang wajah Ayahnya dengan tatapan bingung saat itu, selama ini dirinya bersekolah di sekolah manusia dan bergaul tanpa melihat perbedaan yang berarti antara diriya dan ras mahluk fana tersebut. Kecuali Chanyeol memiliki nafsu makan yang besar pada segala jenis daging – dagingan.
“Ayah…” panggil Chanyeol gugup, “apa bertransformasi itu menyakitkan?“
Ayahnya tidak menjawab pertanyaan tersebut dan malah tersenyum penuh arti.
“Bersiaplah, Chanyeol…”
Saat sorotan pertama sinar bulan purnama mengenai kulitnya, Chanyeol merasakan suhu tubuhnya menanjak drastis. Chanyeol memandang nanar pada bulan yang membulat sempurna bagaikan lampu sorot raksasa di langit kelam. Perlahan – lahan dia merasakan tulang – tulangnya bergemeletak, Chanyeol melukai bibirnya ketika taringnya mulai memanjang.
“Akh!”
“Tahan, Chanyeol,” perintah Ayahnya yang juga ikut bertransformasi perlahan – lahan untuk membimbing anak kesayangannya, “rasa sakitnya akan segera hilang setelah kau terbiasa,”
Chanyeol mengerang kesakitan ketika tulang – tulangnya semakin berubah bentuk dengan paksa, kepala nya berdentam – dentam, bulu – bulu yang mulai tumbuh di seluruh tubuh nya membuat kulitnya terasa gatal dan terbakar.
“A.. yagh.. aku…”
“Sabar, Chanyeol. Jangan terburu – buru,”
Chanyeol bisa merasakan kedua telinganya berubah bentuk, dan tiba – tiba pendengarannya jadi jauh lebih sensitif dari pada yang pernah dia rasakan sebelumnya. Chayeol bisa mendengar gemercik tiap tetes air terjun, desisan ular, langkah lembut kelinci, kumbang berdenging, dengkuran beruang, bahkan kukukan lemah burung hantu. Chanyeol menggelengkan kepalanya kuat – kuat untuk mengusir semua suara yang serta – merta menginvasi gendang telinganya tersebut.
Dum, dum, dum, dum dum dum dum.
“Suara apa itu Ayah?” tanya Chanyeol tidak tahan denga suara baru yang didengarnya,
“Apa, nak?”
“Aku mendengar suara genderang” dum, dum, dum, dum, dum, “berirama sangat, sangat cepat,”
Ayah Chanyeol terdiam sebentar kemudian terkekeh ringan, “aku rasa, Chanyeol, itu suara jantung mu sendiri,”
Chanyeol memejamkan matanya rapat – rapat.
Rasa terbakar di seluruh tubuh Chanyeol sudah menghilang, tapi dia mulai merasakan hal – hal aneh.
Perasaan lega karena berada di tempat terbuka yang luas digantikan dengan perasaan sesak dengan panas tubuh mahluk lain berdesak – desakan, bau rumput basah digantikan bau tembakau dan aroma kopi panas. Chanyeol mengernyit bingung.
“Chanyeol…” tiba – tiba suara halus ibunya terdengar di telinga Chanyeol.
Chanyeol membuka mata ragu dan mendadak saja dirinya tengah berada di rumah para tetua, dengan banyak werewolf lain sedang mengobrol dan menikmati makanan ringan. Chanyeol tersentak kaget.
“Chanyeol kau tidak apa – apa?” tanya Ibunya lagi yang tampak sangat khawatir di sampingnya,
Chanyeol tidak menjawab. Bagaimana dia akan menjelas kan kalau tadi dia masih berada di tengah – tengah pelajaran transformasi bersama Ayahnya? Kenapa dia bisa berada di sini sekarang?
Chanyeol mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan dengan kewaspadaan penuh, tapi tidak ada yang terasa mencurigakan di tempat itu.
“Ssst! Chanyeol…”
Tiba – tiba Chanyeol melihat Baekhyun di ujung lain ruangan sedang tersenyum cerah sambil meminum secangkir kopi, temannya itu tampak masih sama mudanya dengan dirinya saat ini. Mungkin usia mereka saat ini baru menginjak delapan belas atau dua puluh tahun. Chanyeol tidak bisa menjelaskan bagaimana keadaan ini bisa terjadi pada dirinya.
“Dia sangat manis, ya?” tanya Baekhyun dari kejauhan, Chanyeol mengerutkan alisnya bingung,
Baekhyun terkekeh dan mengarahkan telunjuknya sembunyi – sembunyi ke arah lain, Chanyeol menoleh cepat ke arah yang dimaksud oleh Baekhyun.
“Kudengar namanya Luna…”
Chanyeol terengah. Ya, itu benar – benar Luna. Dan tiba – tiba saja Chanyeol teringat, ini adalah kali pertama dia bertemu dengan gadis itu, gadis bermata cokelat yang langsung menyedot seluruh perhatiannya itu. Beberapa tahun setelah ini Chanyeol akan melamarnya, kemudian gadis itu akan mengelak secara terang – terangan karena merasa tidak siap.
Chanyeol mengerutkan kedua alisnya dalam – dalam. Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Kenapa dia mengalami kilas balik kehidupannya sendiri?
Perlahan – lahan aroma tembakau di sekitar Chanyeol semakin memudar, kemudian ruang pertemuan para tetua menciut, dan gambaran orang – orang di sekeliling Chanyeol, temasuk Baekhyun dan Ibunya, juga semakin samar. Chanyeol memperhatikan semua proses ganjil di sekitarnya itu dengan tenang, dia tahu ada yang tidak beres.
Mendadak saja Chanyeol sedang berdiri di ruang pertemuan markas komisi. Chanyeol terperanjat. Dia tengah berada di salah satu malam yang dia habiskan dengan berdiskusi bersama Lay dan Luhan. Chanyeol bahkan bisa melihat Lay dan Luhan tengah mengobrol satu sama lain tanpa menyadari keberadaannya. Chanyeol menggeram penuh amarah, ini keterlaluan. Ada yang sedang menggali memori nya!
Chanyeol memejamkan mata dan menghirup udara kuat – kuat. Susah payah dia berusaha mengumpulkan konsentrasinya, dia harus sadar. Siapapun yang melakukan ini pasti tidak tahu konsekuensi apa yang akan dia hadapi karena mengusik privasi seorang Alpha male.
“Sial…” erang Chanyeol ketika mulai merasakan nyeri di kepalanya, sihir yang dilontarkan padanya ternyata cukup kuat.
Kilatan – kilatan warna berkelebat di dalam kepala Chanyeol, wajah orang – orang yang pernah di temuinya hilir mudik silih berganti. Nafas Chanyeol memburu. Susah payah akhirnya dia menemukan satu titik, satu aroma yang bisa membuatnya kembali sadar, aroma padang rumput. Dengan kekuatan serigalanya Chanyeol menyerbu aroma itu bagaikan menyerbu mangsa. Rasa perih dengan segera menyerang paru – parunya, udara yang masuk terasa dingin dan menyiksa. Chanyeol kemudian merasakan sakit di seluruh tulang nya yang patah, terutama di bagian lehernya yang bagaikan terbakar. Dengan semua rasa sakit yang dia rasakan Chanyeol yakin dirinya berangsur – angsur kembali ke dunia nyata.
“Aaaakhh!!”
“Sandara, apa yang terjadi!?”
“Master sadarkan diri!”
“Benarkah?”
“Dia melemparku keluar dari pikirannya!”
Dengan amarah menggelegak Chanyeol membuka kelopak matanya yang terasa amat berat, samar – samar dia melihat Sandara, terduduk dengan menyedihkan di atas rumput. Jin itu akan segera merasakan akibat fatal dari perbuatan tidak tau dirinya barusan. Sosok kedua yang Chanyeol lihat adalah vampir yang Chanyeol ingat bernama Sehun, tengah memandanginya dengan campuran antara rasa kaget dan cemas di matanya.
“Dia… kuat…” bisik Sehun pelan,
Chanyeol tidak peduli tentang pendapat vampir yang lebih muda darinya tersebut.
“Sialan kau, Jin!” bentak Chanyeol geram.
Tanpa basa – basi Chanyeol seketika kembali bertranformasi menjadi serigala dan menyerang Sandara, tidak mempedulikan teriakan kaget Luna, Baekhyun dan seluruh iblis di padang rumput itu. Dia melempar jin tersebut jauh, mengejarnya, kemudian menghantamnya ke tanah keras – keras. Sandara menjerit nyaring, darah keluar dari kepalanya. Chanyeol mendesak Sandara dengan tubuhnya, dengan tatapan setajam taringnya yang bisa memecah berlian Chanyeol memandang Sandara ganas.
“Kau tahu apa yang sudah kau lakukan, Jin picik?” tanya nya berang.
Sandara tampak susah payah menggerak – gerakkan mulutnya berusaha mengambil nafas, jin bertubuh ramping itu terisak keras tanpa bisa berkata apa – apa.
“Kau pikir aku akan luluh dengan tangisan mu itu?” tanya Chanyeol lagi.
Pelan – pelan Chanyeol menyiapkan cakarnya. Penggalian memori adalah sihir menjijikan yang hanya di lakukan oleh orang – orang pengecut, orang – orang yang berusaha mencuri informasi – informasi penting darinya. Dan jika sihir itu dilontarkan oleh anak buahnya sendiri, berarti orang itu telah mengkhianatinya. Chanyeol mengencangkan pegangannya di tubuh Sandara.
“Mati kau!”
“Master!!”
Sebelum Chanyeol sempat menyentuhkan cakarnya ke kulit Sandara, sebuah hantaman keras mengenainya dari samping. Tapi hantaman itu tidak cukup keras untuk membuatnya terpelanting, hanya membuatnya menyingkir beberapa langkah dari tubuh Sandara.
“Baekhyun…” kata Chanyeol mengenali gerakan sahabatnya itu.
Tubuh serigala kelabu Baekhyun berdiri menghalangi Chanyeol. Dengan tertatih – tartih Sandara menggapai ujung kaki Baekhyun di sampingnya, berusaha untuk bangkit.
“Menyingkir, Baek…”
“Kumohon jangan, Master…”
“Jin itu menggali isi kepalaku!”
“Salahkan calon pasangan mu!”
Nafas Chanyeol tercekat, perlahan dia menoleh untuk melihat Luna di ujung padang rumput bersama para iblis lain. Gadis itu sedang berpegangan pada Sehun, pipinya basah oleh air mata. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah Luna menyuruh Sandara untuk menggali memorinya? Untuk apa?
“Jelaskan padaku, Baekhyun…” pinta Chanyeol tanpa mengalihkan matanya sama sekali dari Luna,
Baekhyun tampak ragu – ragu sejenak,
“Luna… meminta Sandara untuk menggali memori mu agar kita semua bisa pergi ke markas komisi dan meminta penyembuh di sana untuk memulihkan mu,”
“Apa kalian semua bodoh?” Chanyeol kembali menatap Baekhyun dengan kecewa, “kita tidak perlu menuju markas komisi untuk menemukan seorang penyembuh, kenapa kau tidak menghentikannya?”
“Sandara melakukannya begitu saja, Master… Aku bahkan tidak sempat melarangnya,” Baekhyun menjawab pelan,
Chanyeol terdiam. Para anak buahnya ini harus di buat mengerti tentang posisi mereka dalam kawanan.
“Kalian tidak diperkenankan untuk menerima perintah dari orang lain selain aku,” Chanyeol melayangkan lirikan tajam sekilas ke arah Luna, “dan aku tidak butuh penyembuh dari komisi untuk memulihkan diri,”
“Tidak tunggu, Master. Kau tidak mengerti…” tiba – tiba saja Sandara menengahi perkataan Chanyeol dengan agak panik, “Kau mungkin tidak membutuhkan penyembuh itu, tapi Baekhyun tidak bisa pulih secepat kau memulihkan diri. Luna hanya memberi saran padaku, aku… aku yang memutuskan untuk menciptakan portal ke markas komisi,”
Baekhyun tampak sangat tidak berdaya mendengar perkataan Sandara, mungkin dia bingung kenapa dirinya yang disebut – sebut sebagai penyebab semua ini sekarang. Chanyeol pun sama bingungnya, apapun alasan yang diberikan Sandara, penggalian memori tetap salah untuk dilakukan.
“Apa kau pikir jika aku menemukan penyembuh aku tidak akan memaksanya untuk menyembuhkan Baekhyun juga, Dara. Dia adalah sahabatku…”
Sandara dibuat diam mendengar jawaban dari Chanyeol tersebut. Dengan langkah pasti Chanyeol bergerak menjauh menghampiri Luna. Para were dan vampir yang ada disekitar Luna menjauh sehingga hanya menyisakan gadis itu, Chanyeol dan Sehun.
“Menyingkir, vampir…” perintah Chanyeol sambil mengacungkan cakarnya ke arah Sehun,
“Kau bukan Alpha ku,” jawab Sehun dingin,
“Menyingkir sajalah kau, Sehunie… jangan buat masalah lagi,” tiba – tiba seorang vampir menyahut dari jauh,
Sehun mendengus pada vampir tersebut dan menatap Chanyeol sebal sebelum meninggalkannya berdua saja dengan Luna. Meskipun vampir tidak biasanya tunduk pada werewolf tapi mereka bisa menghormati iblis manapun yang lebih kuat dari mereka.
Bola mata keemasan Chanyeol menatap Luna lekat – lekat. Dia ingin menghapus air mata di pipi gadis yang kini tampak gemetar itu tapi dia tidak melakukannya, ini bukan saat yang tepat untuk terlihat sok romantis dan tidak berkuasa. Hanya ada satu kata yang selalu muncul di kepala Chanyeol tiap kali dia melihat mata hazel Luna, yaitu…
“Kenapa?” Chanyeol mengatakannya keras – keras,
Luna tampak tidak bisa menangkap pertanyaan Chanyeol di antara matanya yang basah, wajahnya terlihat kebingungan. Dan itu membuat Chanyeol merasa lebih buruk lagi, seolah semua yang dikatakan Chanyeol tidak pernah sampai ke kepala gadis itu. Ada banyak hal yang tidak di mengerti oleh Chanyeol jika berkaitan dengan Luna. Kenapa Luna tidak bisa melihat perasaannya? Kenapa Luna tidak mencoba untuk mengerti dirinya? Kenapa Luna kabur? Kenapa Luna berusaha melawannya? Kenapa Luna melakukan banyak hal nekat untuk menghindarinya? Kenapa Luna rela berbuat hal yang bisa membuatnya dibenci oleh kawanannya sendiri? Dan kenapa Chanyeol sendiri tidak bisa membenci gadis ini?
“Kenapa kau menyuruh Sandara menggali memoriku?” tanya Chanyeol akhirnya dengan suara parau,
Luna menggigit bibirnya keras – keras, dan Chanyeol bersumpah sangat ingin mencium bibir itu ketika melihatnya. Sebagai seorang lelaki Chanyeol telah melakukan pekerjaan luar biasa dengan menahan diri selama bertahun – tahun dan mencurahkan seluruh pikirannya demi keberlangsungan hidup kawanan. Dia tidak pernah mengharapkan Luna untuk mengangguminya karena hal itu. Yang dia inginkan adalah Luna memikirkannya sekali saja sebagai seorang lelaki, Luna memang setia, tapi itu karena dia menganggap Chanyeol sebagai pimpinan.
“Aku… aku ingin kau segera pulih…” jawab Luna tergagap,
Chanyeol mendesah, dari mana Luna belajar berbohong?
“Kau tahu aku tidak perlu penyembuh yang benar – benar hebat untuk segera pulih,”
“Ya, aku tahu… tapi Baekhyun…”
“Baekhyun hanya alasan yang kau gunakan untuk memprovokasi Sandara…”
“Tidak, Master… aku sungguh – sungguh…”
“Jangan bohong, Luna…”
Bibir Luna terkatup rapat, matanya kembali berair. Chanyeol belum pernah melihat Luna menangis sebelumnya, dan ini benar – benar menyebalkan, melihat Luna menangis karena alasan yang tidak diketahuinya.
“Kau tidak tahu, aku benar – benar peduli dengan kawanan kita,”
“Aku tahu, Luna…”
“Tidak, kau tidak tahu!”
“Ya, aku Tahu! Katakan saja kenapa kau menangis di depan ku sekarang seperti ini?!”
“Aku ketakutan melihat mu menyerang Sandara…”
“Kau bahkan tidak menangis saat Bekhyun diserang vampir. Jangan bodohi aku, Luna…”
Dengan ragu Luna menundukan kepalanya menatap tanah, Chanyeol bisa melihat Luna berjuang kuat menghalau perasaannya. Apapun yang Luna rasakan saat ini, semuanya diluar kemauan gadis itu sendiri. Chanyeol dengan tidak sabar menunggu jawabannya.
“Kris…” tiba – tiba satu kata keluar dari mulut Luna,
Dan satu kata itu saja cukup untuk membuat Chanyeol bergerak mundur, semua pertanyaan ‘kenapa’ di kepalanya kembali berteriak. Selama bertahun – tahun dirinya terus bertanya, sekarang dia hanya harus melihat kenyataan untuk menjawab semua pertanyaannya itu. Jawaban yang sebenarnya mudah dan singkat. Luna tidak mencintainya, dan tidak akan pernah. Kenyataan yang sebenarnya terlalu berat bagi seorang Alpha male yang tidak bisa membenci gadis yang sudah melanggar ratusan peraturan kawanan.
Chanyeol berbalik meninggalkan Luna yang kini hanya bisa terus menunduk karena perasaan bersalahnya sendiri. Sebenarnya Chanyeol ingin mengangkat wajah Luna, ingin mengatakan pada gadis itu bahwa semua baik – baik saja, meskipun keadaan telah kacau balau diluar kendali Chanyeol tapi tidak apa – apa jika Luna tetap tidak bisa mencintainya, tidak ada yang bisa disalahkan. Namun hati Chanyeol terlalu berduka untuk melakukan semua itu. Dan sepertinya kedukaan Chanyeol tercermin jelas di kedua bola matanya yang sewarna emas, karena Baekhyun tampak sama sedihnya dan dia berlutut untuk menghibur masternya tersebut.
Sandara agak tersentak ketika Chanyeol tiba – tiba berbalik kearahnya cepat.
“Luna benar…” kata Chanyeol dengan suara berwibawanya yang tidak berubah, “aku dan Baekhyun harus segera bertemu dengan penyembuh. Kita berangkat ke markas komisi,”
Baekhyun langsung mendongkak menatap masternya kaget.
“Tanpa Sehun,” tambah Chanyeol sebal.
***
Para anggota komisi yang biasanya hanya menghabiskan waktu dengan wajah bosan sambil mempersiapkan rapat – rapat – dan rapat dengan para raja – raja iblis dari berbagai penjuru bumi, kini tampak berdiri berjejer dengan wajah tertarik memperhatikan dua sosok vampir yang sedang saling berkonfrontasi. Tidak ada keuntungan apapun bagi mereka melihat pertarungan keduanya, mereka hanya tertarik.
Dengan satu hentakan keras vampir yang lebih tua tiba – tiba sudah berada tepat di depan vampir yang lebih muda dan tengah mengancam vampir ciptaannya itu dengan sebilah pisau melengkung dari Arab. Vampir tersebut tersenyum. Ketiga anggota komisi hanya memperhatikan mereka tanpa bergerak sedikitpun.
“Kau tidak berubah, tetap suka jalan – jalan ke tempat – tempat eksotis,” komentar Kris melihat pisau melengkung yang dipegang oleh penciptanya,
“Tentu saja,” jawab Suho setengah berbisik, “Cina adalah salah satu Negara favoritku,”
Geraman berat keluar dari tenggorokan Kris mendengar jawaban Suho, namun vampir tua itu tidak terpengaruh sama sekali.
“Sialan kau Suho,”
“Oh, Victoria pasti tidak suka mendengar kau mengatakannya,”
“Jangan berani – berani kau menyebut namanya!”
Kris melayangkan sebuah tinju sekuat tenaga kewajah Suho, tapi vampir itu berhasil menghindar dengan mulus. Dengan tubuhnya yang ringan Suho melompat melewati Kris dan menarik rambutnya, Kris mengerang, Suho kemudian menghantamkan kepala Kris ke lantai pualam yang halus hingga pualam yang indah itu hancur berantakan.
“Bahkan setelah beberapa abad, kekuatan mu tidak juga bertambah, Kris,” ujar Suho puas, dan diapun melirik kearah para anggota komisi.
“Kau yakin membiarkan mereka untuk bertarung di sini, Luhan?” tanya Lay setengah khawatir sambil membolak – balik bandul pegasusnya.
“Sudah lama aku tidak melihat ruangan ini berantakan, Lay” jawab Luhan dingin.
TO BE CONTINUED
