Quantcast
Channel: EXOMKFANFICTION
Viewing all articles
Browse latest Browse all 317

Take a Drink Together (Chapter 1)

$
0
0

take-a-drink-together-missfishyjazz

 

Take a Drink Together

presented by pearlshafirablue

Do Kyungsoo [EXO-K] – Kim Taeyeong [GG]
Kim Joonmyun [EXO-K] – Lee Sunkyu/ Sunny [GG] – Kim Jongdae/ Chen [EXO-M]

| Romance – Action – Mystery | PG-13 | Chaptered [1 of ?] |

“All of the characters are God’s and themselves’. They didn’t gave me any permission to use their name in my story. Once fiction, it’ll be forever fiction. I don’t make money for this.”

Previous Chapter
Prolog

-o0o-

            “Selamat pagi.” Aku menghempaskan tubuhku di atas kursi yang sudah kududuki nyaris setahun ini. Sunkyu dan Jongdae yang melihatku datang menghentikan obrolan mereka sejenak.

“Tumben baru datang.” Komentar Sunkyu seraya menyeruput teh herbalnya yang dikemas dalam termos kecil—minuman favoritnya.

“Seperti biasa, insomnia lagi. Kesal rasanya tidak bisa tidur sampai pukul 2.” Keluhku sembari berbalik—mengambil beberapa buku pelajaran.

“Jongdae, kau sudah piket?” Tanya Sunkyu beberapa menit kemudian. Mau tidak mau aku ikut melayangkan pandanganku ke arah Jongdae. Penasaran.

Ya! Kenapa kau mengingatkanku?!” Gerutunya sebal. Aku dan Sunkyu hanya terkekeh.

“Sudah kuduga belum. Cepat piket sana!” Titah Sunkyu sembari mengibas-ngibaskan tangannya—tanda menyuruh Jongdae pergi. Jongdae hanya mendengus pelan dan langsung beranjak menuju loker janitor di belakang kelas.

Aku dan Sunkyu menghabiskan pagi dengan berbicara. Sambil sesekali menatap dan mengerling jahil ke arah Jongdae yang tampak sangat sebal.

“Hei, yang piket hari ini tidak hanya aku! Kemana yang lainnya?” Serunya sambil berkacak pinggang. Aku buru-buru mengeluarkan buku perlengkapan kelas.

“Hmm… Jung Eunji… belum datang. Kim Jongdae… Choi Jinri… belum datang juga.” Gumamku sambil meneliti daftar nama yang piket hari ini. Mataku perlahan turun menatap sebaris nama terakhir di daftar, “dan… Do Kyungsoo.”

Tiba-tiba terdengar decitan pintu terbuka. Aku, Sunkyu dan Jongdae—yang kebetulan hanya bertiga di kelas—menoleh ke arah sumber suara. Seorang pria yang sangat kukenal dengan seragam yang sama dengan yang Jongdae pakai masuk tanpa sedikitpun menghiraukan kami bertiga. Tidak ada secuilpun senyum yang terpahat di bibirnya. Bahkan sorotan matanya terlihat muram.

“Kau berani menyuruh anak itu piket?” Bisik Sunkyu tiba-tiba. Tidak ada satupun kata keluar dari mulutku.

Aku tidak melepaskan pandanganku dari sosoknya yang kini tengah berkutat dengan ponsel ber-casing hitam miliknya. Wajahnya datar tidak menunjukan satupun ekspresi. Bibirnya yang tebal itu juga tampak tidak ingin membuka untuk sekedar mengucapkan ‘selamat pagi’ kepada kami bertiga—teman sekelasnya selama 2 tahun.

“Aku sekretaris, Sunkyu. Bukan seksi kebersihan atau ketua kelas. Kurasa ini bukan kewajibanku.” Jawabku perlahan.

Sunkyu hanya mendengus, “bilang saja kau takut, Kim Taeyeon.”

Aku memasukkan buku perlengkapan kelas tadi ke dalam laci. “Bukan takut.” Jawabku, “hanya tidak mau mengambil risiko.”

Sekonyong-konyong terdengar bunyi bel masuk yang memekakkan telinga.

Satu per satu teman-temanku masuk dan mulai mengisi bangku-bangku kosong di kelas. Jung Eunji dan Choi Jinri—2 orang perempuan yang piket hari ini tampak melaksanakan tugasnya dengan baik, tidak lupa seperti halnya Jongdae—yang kini sudah duduk di bangku di belakangku.

Beberapa menit kemudian Mrs. Choi memasuki kelas. Guru bahasa Inggris kami itu tampak sibuk berbicara sambil sesekali menulis di atas papan tulis besar yang digantung di tengah-tengah dinding. Hanya sebagian murid yang memperhatikannya. Tidak termasuk aku.

Perhatianku sudah direnggut oleh sosok misterius itu. Do Kyungsoo.

-o0o-

            “Joonmyun-ah.”

Ketua kelas 9-A yang terkenal akan keramahan dan kedisiplinannya itu menoleh perlahan ke arahku. Manik mata kecoklatan miliknya bertemu pandang dengan kedua manik mataku.

“Ada apa?”

Kami berdua sedang ada di kafeteria sekolah. Jongdae dan Sunkyu sudah kembali ke kelas sejak tadi. Aku dan Joonmyun memang ditugasi oleh Ahn seongsaenim untuk menyusun proposal rencana outbound disini. Kebetulan sang wakil ketua kelas—Choi Sooyoung berhalangan hadir karena sedang menghadiri rapat OSIS di aula.

“Kita sudah 2 tahun sekelas ‘kan?” Tanyaku sekonyong-konyong.

Joonmyun menyerngit heran. Tidak mengerti apa maksud pertanyaanku barusan. “Kau tahu, kau seperti akan menyatakan perasaanmu kepadaku dengan kalimat itu.” Kekehnya.

Aku tidak mengindahkannya dan melanjutkan, “apa kau dekat dengan Do Kyungsoo, Joonmyun?”

Pertanyaanku barusan membuat Joonmyun mengunci mulutnya. Ia menatapku dalam diam. “Tidak. Dan kau bisa lihat sendiri, Taeyeon. Tidak ada satupun orang yang dekat dengannya di kelas.” Jawabnya tiba-tiba.

Joonmyun memang benar. Tidak ada satupun murid 9-A yang terlihat dekat dan akrab dengan Do Kyungsoo. Bahkan jarang sekali rasanya aku melihat ia berbicara dengan orang lain. Ia hanya berbicara sesekali—itupun hanya dalam obrolan yang penting atau terdesak.

“Kenapa anak itu sangat sulit bergaul?” Gumamku menerawang ke atas plafon kafeteria.

“Siapa? Kyungsoo?” Sahut Joonmyun sambil melirikku dengan ekor matanya.

Ne. Padahal kita sudah 2 tahun sekelas. Aku hanya tidak ingin ia meninggalkan bangku sekolah menengah tanpa satupun kenangan bersama kita.” Tuturku beralih ke arah Joonmyun.

Ya, Taeyeon. Daripada kau berbicara mengenai dia, lebih baik kau bantu aku menyusun lembar-lembaran kertas ini.” Pinta Joonmyun—tampak sibuk dengan kertas-kertas di tangannya. “Lagipula, kenapa kau peduli sekali dengannya?”

“Entahlah.” Ucapku seraya mengambil beberapa kertas di tangan Joonmyun. “Aku hanya penasaran.”

“Oya!” Joonmyun tiba-tiba teringat sesuatu. “Kurasa aku meninggalkan kerangka proposal di loker. Aku pergi dulu ya. Jangan kemana-mana, Taeyeon.” Titah Joonmyun sembari berdiri dan beranjak meninggalkanku. Sosoknya sudah tidak bisa kulihat lagi saat dirinya berbelok di koridor.

Aku menghela nafas ringan dan mulai menulis hal-hal penting yang harus segera dilaporkan kepada Ahn seongsaenim. Pikiranku akhirnya tenggelam dalam tumpukan kertas-kertas proposal ini.

Sejurus kemudian, aku mendengar langkah kaki berat mendekatiku. Kafeteria yang sepi ini jelas membuat tapakan itu terdengar sangat jernih. Aku mengangkat kepalaku.

“Joon—” Aku tidak melanjutkan perkataanku.

“Ahn seongsaenim menyuruh kalian masuk ke kelas. Ada hal penting yang ingin disampaikan seputar ujian tengah semester. Kemana Joonmyun?”

Aku meneguk salivaku banyak-banyak saat menyadari bahwa Do Kyungsoo sedang berbicara denganku. “Ah, eung…” Ekspresi datar Kyungsoo tetap tidak berubah melihat tingkahku yang gugup ini. “Di-dia pergi ke ruang loker.”

“Kalau begitu, saat dia kembali, segera kembali ke kelas.” Jelasnya seraya berbalik—berjalan keluar kafeteria.

“Tunggu!” Aku buru-buru berdiri dan membereskan kertas-kertas yang mampu kujangkau. Do Kyungsoo berhenti sejenak. Ia menoleh ke arahku.

“Ada apa?” Tanyanya datar.

Dengan panik aku berlari mendekatinya. Berkas-berkas proposal outbound tampak berantakan di pelukanku. “Aku ikut kau ke kelas. Nanti aku akan mengirim pesan kepada Joonmyun.”

Kyungsoo hanya menatapku sebentar—dan kembali berbalik tanpa memberikanku sedikit jawaban. Aku merutuki diriku sendiri atas tingkah bodohku tadi.

Sepanjang perjalanan menuju kelas, aku dan Kyungsoo tidak banyak bicara. Lebih tepatnya tidak berbicara sedikitpun. Kami berdua sibuk dengan kegiatan masing-masing—aku terlalu sibuk berkutat dengan lembaran kertas-kertas yang merepotkan ini—dan tampaknya Kyungsoo sibuk dengan pikirannya sendiri.

“Kau akan ikut outbound nanti?” Aku memecah keheningan. “Tahun lalu kau tidak ikut ‘kan?”

Kyungsoo tidak melirikku sama sekali. Ia tetap berjalan seolah-olah tidak ada aku di sampingnya. Aku merasa bodoh.

“Tidak.” Akhirnya ia menjawab. Aku menautkan kedua alisku.

“Ke-kenapa? Kau tidak suka pergi jauh ya?” Tanyaku penasaran.

“Aku ada pekerjaan saat itu.” Kyungsoo kembali bersuara. Entah kenapa kata ‘pekerjaan’ agak rancu di telingaku. “Lagipula…”

“Lagipula apa?” Potongku tak sabar. Kyungsoo menoleh ke arahku sebentar.

“Percayalah, outbound itu akan dibatalkan.” Desisnya, perlahan-lahan bibirnya menarik sebuah senyuman pahit.

Aku hanya bisa terdiam mendengar pernyataannya. Dibatalkan? Kenapa?

.to be continued.

 P.S
Akhirnya 
chapter pertama terbitJujur, di prolog komentarnya sedikit banget loh :( Aku berharap di chapter ini komentarnya lebih banyak ya! Aku janji bakalan cepet terbitin chapter 2-nya kalo komentarnya bertambah :D Oiya, maaf bagi yang gak suka pairing ini. Jeongmal mianhae :|  DON’T FORGET TO DROP YOUR COMMENT!



Viewing all articles
Browse latest Browse all 317

Trending Articles