TRUE LOVE
Tittle : True Love (Chapter 12)
Author : Jellokey
Main Cast :
Kim Jong In (Kai EXO-K)
Oh Sehoon (Sehun EXO-K)
Luhan (Lu Han EXO-M)
Kim Joon Myun (Suho EXO-K)
Kang Jeo Rin (OC)
Shin Min Young (OC)
Support Cast :
Wu Fan (Kris EXO-M)
Park Chanyeol (Chanyeol EXO-K)
Kim Min Ra (OC)
Jang Mi Sun (OC)
and others
Length : Chaptered
Genre : Romance, Family, School Life
Rating : PG17+
Annyeong…. Mian kalau alurnya kecepatan. Cuma pengen ini ff sampe ke konflik utama. Mereka udah terlalu di SHS. Aku gak tau ni ff endnya kapan. Dua puluh chapter kayaknya gak cukup. Skip waktunya gak kutulis. Hitung sendiri ya Oke happy reading
Don’t forget to RCL ^^
“Karena aku yang membantu Kai menjebak Jeo Rin.” Eun Na merasa bersalah karena menyebabkan hubungan Suho dan Jeo Rin hancur. Pasti Suho akan membencinya setelah ini.
“Mwo? Kau pasti bercanda.” Suho tidak percaya. Tidak mungkin Eun Na tega melakukan itu padanya.
“Mianhae, Suho.”
“Kenapa? Kenapa kau melakukannya?” Suho marah. Marah kepada Eun Na dan dirinya yang begitu bodoh tidak mempercayai yeojanya. Yeoja yang ia cintai, malah mempercayai foto-foto tipuan Kai dan Eun Na.
“Karena aku mencintaimu.” Eun Na mengungkapkan perasaannya.
“Apa?” Suho terkejut.
“Aku mencintaimu. Sudah lama. Sebelum kau mengenal Jeo Rin. Kenapa kau tidak pernah melihat. Aku..”
“Cukup! Kalau benar kau mencintaiku, kau tidak akan melakukan ini padaku. Kau tahu aku mencintai Jeo Rin. Dan karena kalian aku putus dengannya. Aku tidak mau punya teman sepertimu. Kau tega, Eun Na.”
Suho berjalan melewati Eun Na tapi tangannya ditahan Eun Na.
“Mianhae, Suho. Jebal, jangan membenciku. Aku..” Suho tidak mempedulikan kata-kata Eun Na. Ia melepas tangan Eun Na dan meninggalkannya.
——————-
Hari itu juga Suho menemui Kai di rumahnya.
“Tuan Suho.” Sapa pembantu yang membuka pintu rumah keluarga Kim.
“Di mana Kai?”
“Tuan Kai ada di kamarnya, tuan.” Suho langsung melangkahkan kakinya menuju kamar Kai yang ada di lantai dua. Ia langsung membuka pintu kamar Kai.
BRAK!
Kai yang sedang menelepon sambil tiduran terkejut. Ia mendapati Suho berdiri di ambang pintu
“Baby, nanti aku telepon lagi. Aku kedatangan tamu. I love you.” Kai memutus sambungan telepon dengan Jeo Rin. Kai bangun.
“Tumben kau datang ke rumah,..” Suho berjalan cepat ke arah Kai, dan..
BUGH!!
Suho meninju wajah Kai. Kai menatapnya marah. Ia menggerakkan rahangnya. Suho mencengkeram kaos Kai.
“Kenapa kau menjebak Jeo Rin?!” Teriak Suho.
“Kau sudah tahu aku menjebaknya?” Ucap Kai santai.
“Jawab aku!! Suho memukul Kai.
“Pertanyaan bodoh. Kau tahu pasti jawabannya. Aku ingin merebut Jeo Rin darimu.” Suho memukul Kai lagi. Melampiaskan emosinya. Tapi ia takkan puas. Karena Kai sudah menghancurkan hubungannya dengan Jeo Rin.
“Tidak semudah itu. Aku tahu Jeo Rin. Dia mencintaiku.” Kai memukul Suho karena perkataannya.
“Kau ingin memintanya kembali padamu? Itu tidak akan terjadi.” Kai menyeringai.
“Karena Jeo Rin sudah dijodohkan.” Suho teringat perkataan Min Young.
“Kau boleh bertanya pada Min Young. Dia tahu siapa namja yang dijodohkan dengan Jeo Rin.” Kai meninggalkan Suho di kamarnya.
—————–
EXO High School mengadakan prom night untuk acara kelulusan murid kelas III yang diadakan di aula sekolah. Sehun dan Min Young datang secara terpisah. Min Young tiba lebih dulu daripada Sehun. Ia mengedarkan pandangannya di seluruh aula mencari orang ia kenal. Misun dan Min Ra malas datang ke acara itu karena tidak tertarik. Tiba-tiba seseorang mengulurkan tangannya pada Min Young.
“Mau berdansa denganku?” Tanya orang itu yang ternyata Lu Han.
“Oppa..” Min Young tersenyum dan menerima uluran tangan Lu Han.
“Kau cantik.” Puji Lu Han.
“Oppa juga tampan.” Lu Han memeluk Min Young membuat mereka berhenti berdansa.
“Kita berpisah lagi seperti dulu. Aku benar-benar tidak rela.”
“Oppa mau tidak lulus begitu?” Mereka berdansa lagi. Ani.
“Hanya saja aku tidak bisa sering melihat wajah cantikmu lagi.”
“Aigoo, oppa. Kita bisa bertemu setiap hari.”
“Kau benar.” ‘Apa bisa? Kau bahkan bukan milikku, Young.’ Batin Lu Han.
“Ehem… Aku juga mau berdansa dengan Min Young.” Suara Sehun menyadarkan Lu Han. Ia pun melepaskan tangannya yang melingkar di pinggang dan menggenggam tangan Min Young.
“Gomawo, Young.” Lu Han meninggalkan pasangan kekasih itu. Lalu Sehun berdansa dengan Min Young.
“Oppa lama.” Min Young menatap Sehun. Sehun mengecup bibir Min Young.
“Aku dimaafkan?”
“Jangan menciumku di tempat ramai seperti ini.”
“Kau suka tempat yang sepi-sepi?” Goda Sehun.
“Bukan seperti itu..” Sehun berhenti bergerak.
“Baiklah. Kita akan mencari tempat yang lebih privasi. Temani aku mengelilingi sekolah ini. Besok aku tidak sekolah di sini lagi.” Min Young mengangguk. Mereka berjalan menuju pintu aula. Tapi langkah mereka terhenti sebelum mencapai pintu aula.
“Suho, kau kenapa?” Tanya Sehun yang melihat lebam di wajah Suho.
“Ini tidak penting. Min Young, apa kau tahu siapa namja yang dijodohkan dengan Jeo Rin?” Suho to the point.
“Bagaimana oppa tahu kalau Jeo Rin dijodohkan?” Min Young menatap Sehun curiga yang dibalas gelengan dari Sehun, mengatakan kalau dia tidak memberi tahu Suho.
“Jebal. Beri tahu aku, Min Young.”
“Mianhae, oppa. Aku sudah janji pada Jeo Rin untuk tidak memberi tahu pada siapapun.” Suho menatap Sehun.
“Kau pasti tahu kan, Sehun?”
“Aku memang tahu Jeo Rin dijodohkan. Tapi dengan siapa aku tidak tahu.” Suho lemas. Min Young tidak mau memberitahunya. Sehun menepuk pundak Suho dan berlalu pergi.
—————-
Suho pergi ke taman belakang sekolah. Tempat ini tempat favoritnya dan Jeo Rin. Tempat di mana dia dan Jeo Rin menghabiskan waktu bersama saat di sekolah. Dan tempat di mana dia memutuskan Jeo Rin.
“Mianhae, Jeorin-ah. Aku bodoh. Aku harap kau belum melupakanku.” Suho mengambil handphonenya. Mencari nama Jeo Rin di kontaknya. Bahkan sampai sekang ia belum mengganti nama Jeo Rin, nae sarang. Suho menekan tombol hijau di handphonenya. Sementara di seberang sana, Jeo Rin menatap handphonenya. Ragu mengangkat telepon dari Suho sampai telepon itu berhenti dan digantikan dengan sebuah pesan.
From: Joonmyun oppa
Angkat teleponku, Jeorin-ah. Jebal.
Jeo Rin langsung menjawab begitu Suho meneleponnya lagi.
“Yeoboseyo..”
“Yeoboseyo, Jeorin-ah, bagaimana keadaanmu di sana?” Jeo Rin bingung dengan kata-kata Suho. Apa dia salah dengar?
“Aku baik. Oppa?”
“Aku tidak baik.” Hening.
“Aku tidak baik karena tidak ada kau di sini.” Jeo Rin semakin bingung dengan Suho.
“Apa maksud oppa?”
“Mianhae, Jeorin-ah. Aku namja bodoh. Maafkan aku karena aku tidak mempercayaimu.”
“Oppa, sudahlah. Itu sudah berlalu. Aku sudah melupakannya.”
“Apa kau melupakanku?”
“Ani. Maksudku aku sudah memaafkan oppa.”
“Gomawo, chagi. Maksudku, Jeorin-ah.” Jeo Rin tersenyum mendengar kata-kata Suho.
“Pulanglah ke Seoul. Aku ingin memulai dari awal. Kita kembali seperti dulu lagi.”
Jeo Rin terdiam.
“Apa kau sakit hati padaku?”
“Ani. Hanya saja…” Jeo Rin bingung. ‘Bagaimana dengan Kai?’
“Aku ingin di sini.”
“kau tidak mau pulang?”
“Aku akan pulang setelah lulus nanti.”
“Arraseo. Aku akan menunggumu.”
“Sudah dulu ya, oppa. Bel masuk sudah bunyi.”
“Ne, annyeong.”
“Annyeong.”
“Aku tahu kau masih mencintaiku, Jeorin-ah.”
——————-
Sehun dan Min Young sudah mengelilingi bagian dalam sekolah. Saat ini mereka berada di taman sekolah. Bisa Sehun lihat Min Young yang kedinginan karena angin malam. Sehun pun melepaskan jasnya dan memakaikan pada Min Young.
“Kenapa pakai dress terbuka? Apa sudah hangat?”
“Ne. Gomawo oppa.” Sehun menggenggam tangan Min Young. Mereka melewati lapangan basket.
“Aku pasti merindukan saat-saat bermain basket dengan tim EXO dan kau yang selalu menyemangatiku.” Kini mereka duduk di bangku penonton. Sehun merangkul Min Young.
“Kita jadi tidak bisa bertemu setiap hari.” Sebenarnya ada hal lain yang membuat Sehun sedih
“ Oppa, kau seperti mau pergi jauh saja.” Sehun terkekeh.
“Aku ingin ke atap.”
————–
Min Young berdiri di pagar pembatas. Ia teringat apa yang dilakukan Suho dan Jeo Rin di taman belakang. ‘Apa reaksi Jeo Rin jika mendengar Suho mengetahuinya perjodohannya?’ Pikir Min Young. Min tersentak. Sehun memeluknya dari belakang. Min Young merasa ada yang berbeda dari pelukan Sehun.
“Aku tahu apa yang kau pikirkan. Tapi untuk malam ini, aku mau kau hanya memikirkanku.” Bisik Sehun di telinga Min Young.
“Aku selalu memikirkanmu setiap saat, Hunnie.” Sehun mencium pipi Min Young.
“Baguslah. Aku tidak perlu khawatir.”
“Khawatir?” Min Young bingung.
“Kau pasti menjaga hatimu untukku.”
“Tanpa dijaga pun hatiku memang untukmu, oppa.” Sehun mencium leher Min Young.
“Oppa…” ‘Aku pasti akan sangat merindukanmu, Youngie.’ Batin Sehun. Oppa. Min Young membalikkan badannya. Sehun langsung mencium bibir Min Young. Lembut. Sangat lembut. Min Young hanya mengikuti Sehun. Memiringkan kepalanya menikmati ciuman Sehun. Sehun melumat bibir Min Young. Sesekali menggigit kecil bibir Min Young. Ciuman Sehun turun ke leher Min Young. Ia membuat kissmark di sana. Menghisap dan menggigit leher Min Young
“ Oppa..” ‘Semoga tanda ini tidak hilang sampai aku kembali.’ Batin Sehun. Sehun menatap Min Young.
“Saranghae, Youngie..”
“Nado, oppa.”
—————-
Hari Minggu, hari di mana semua orang berlama-lama di tempat tidurnya. Begitu juga Min Young. Semalam dia sampai di rumah jam sebelas malam. Beruntung eommanya tidak di rumah jadi dia tidak dimarahi. Ia masih asyik di dunia mimpinya sampai suara dering handphone memaksanya untuk bangun. Ia mengambil handphone di samping bantalnya. Sebuah pesan dari Sehun.
From Sehun:
Aku melanjutkan kuliahku di Inggris. Mianhae, aku baru memberitahumu sekarang. Tunggu aku kembali. Saranghae, Shin Min Young.
Mata Min Young langsung membulat membaca pesan Sehun. Ia langsung menelepon Sehun tapi nomornya tidak aktif. ‘Apa oppa sudah berangkat? Kenapa oppa tidak pamit padaku?’ Menangis. Yang bisa Min Young lakukan hanya menangis. Ia menghapus air matanya. Langsung menuju kamar mandi. Hanya orang itu yang selalu ada untuknya.
————–
Min Young menekan bel yang ada di samping pintu. Matanya sudah berkaca-kaca. Ia langsung memeluk orang yang membuka pintu. Menangis di pelukan orang itu, Lu Han. Lu Han yang bingung, mengelus punggung Min Young.
“Ada apa, Young?” Tanyanya lembut. Apa yang menyebabkan yeoja yang dicintai sampai sekarang datang padanya dan menangis?
“Sehun..
“Sehun?”
“Sehun pergi, oppa..”
“Masuklah.” Masih dengan memeluk Min Young, Lu Han membimbingnya duduk di sofa.
“Ceritakan padaku.” Lu Han mengelus lembut rambut Min Young.
“Sehun melanjutkan kuliahnya di luar negeri, oppa.”
“Sehun kuliah di luar negeri?” Lu Han baru tahu itu.
“Dia tidak pamit padaku…” Tangisan Min Young semakin keras.
“Uljima..” Lu Han mencium puncak kepala Min Young.
“Dia pergi hanya sebentar, Young.”
“Kenapa dia harus pergi seperti itu, oppa?”
“Mungkin dia tidak mau melihatmu sedih. Dia pergi untuk belajar, untuk masa depannya, Young. Dia pasti tidak tahan meninggalkanmu lama-lama.” Lu Han terus menenangkan Min Young. Perlahan tangisannya mereda.
“Min Young.” Lu Han memanggil Min Young yang diam. Ia menggerakkan wajah Min Young. ‘Dia tidur.’ Batin Lu Han. Lu Han pun menggendong Min Young menuju kamarnya. Menidurkan Min Young di tempat tidur. Mencium kening Min Young lama lalu memandang wajah yeoja yang ia cintai. Matanya terpaku melihat tanda kemerahan di leher Min Young. Lu Han tersenyum kecut. Dia merasa bodoh karena mencintai yeoja yang jelas-jelas milik orang, temannya, Sehun. Dia juga tidak mau seperti itu. Tapi mau bagaimana lagi, Min Young telah mengisi seluruh ruang di hatinya. Suara bel apartemen menyadarkan Lu Han. Ia beranjak untuk membuka pintu. Orang yang menekan bel langsung masuk ke dalam apartemen Lu Han.
“Wajahmu kenapa, Kai?” Tanya Lu Han melihat wajah lebam Kai.
“Biasa.” Jawab Kai singkat. Ia berjalan menuju kamar Lu Han dan membuka pintu. Ia hendak tidur di sana. Tapi tidak jadi melihat siapa yang tidur di kasur Lu Han.
“Kenapa Min Young tidur di sini?” Detik berikutnya Kai tersenyum penuh arti.
“Apa? Jangan berpikir yang macam-macam.” Kai mengikuti Lu Han menuju ruang tamu.
“Kenapa?” Tanya Kai lagi.
“Dia ingin menceritakan keluh kesahnya.” Kai menaikkan sebelah alisnya.
“Dia sedih karena Sehun pergi.”
“Sehun pergi?” Lu Han mengangguk.
“Melanjutkan studinya di luar negeri.”
“Jadi karena itu. Lu Han, ini kesempatanmu untuk memiliki Min Young.”
“Itu tidak mungkin Kai hati Min Young hanya untuk Sehun.”
“Ck. Kau belum mencoba. Melihat kedekatanmu dengan Min Young, ada kemungkinan dia akan membuka hatinya untukmu. Apalagi Sehun pergi untuk waktu yang lama.”
“Sudahlah. Aku mau pesan makanan dulu.” Kai menatap sebal Lu Han yang sedang menelepon. ‘Apa yang dia pikirkan? Kesempatannya begitu besar.’
“Kenapa kau melihatku seperti itu?” Ucap Lu Han setelah menelepon.
“Aku hanya tidak habis pikir denganmu. Kau menyia-nyiakan kesempatan besar yang ada di depan matamu.” Lu Han diam.
“Oppa…” Lu Han langsung menoleh pada Min Young.
“Kau sudah bangun?” Min Young mengangguk. Matanya beralih pada Kai yang duduk di hadapan Lu Han.
“Kenapa kau di sini?” Min Young duduk di samping Lu Han.
“Ini apartemen temanku. Kau pikir hanya kau saja yang boleh kemari?” Min Young merengut kesal. Lu Han tersenyum melihat itu.
“Baguslah. Kau tidak sedih lagi, Young.” Lu Han mengacak rambut Min Young.
“Gomawo, oppa.” Min Young memeluk Luhan.
“Jangan menangis lagi. Aku tidak suka melihatmu menangis.” Min Young mengangguk dalam pelukan Lu Han.
“Ya! Jangan bermesraan di depanku. Kalian membuatku semakin merindukan Jeo Rin.” Min Young menatap Kai.
“Apa kau yang memberitahu Suho oppa kalau Jeo Rin dijodohkan?”
“Sedikit. Aku hanya memberitahu Jeo Rin dijodohkan. Apa kau sudah memberitahunya siapa namja yang dijodohkan dengan Jeo Rin?”
“Tidak akan. Wajahmu sama seperti Suho oppa. Apa kalian berkelahi?”
“Ya. Karena hal ini. Beritahu saja. Jeo Rin juga tidak akan keberatan kalau Suho tahu aku dijodohkan dengannya.”
“Mwo? Kau dijodohkan dengan Jeo Rin?” Kaget Lu Han.
“Ne. Dan Suho tidak akan bisa merebut Jeo Rin dariku.” Kai menyeringai.
—————
Suho terus menerus menanyakan pada Min Young siapa namja yang dijodohkan dengan Jeo Rin. Bahkan saat hari kelulusan Min Young dia datang.
“Jebal. Beritahu aku siapa namja yang dijodohkan dengan Jeo Rin, Young-ah.” Min Young menyerah. Ia tidak tega melihat Suho terus-terusan memohon padanya.
“Namja yang dijodohkan dengan Jeo Rin itu… Kai.”
“Mwo?”
“Ne. Namja yang dijodohkan dengan Jeo Rin adalah Kai. Mereka belum mempunyai ikatan resmi. Jeo Rin bilang mereka akan bertunangan saat Jeo Rin kembali ke Seoul.”
“Tunangan?”
“Ne, oppa.”
“Kapan Jeo Rin kembali ke Seoul?”
“Kalau tidak salah tanggal sembilan ini, oppa.” ‘Satu hari sebelum acara rutin.’ Batin Suho.
“Gomawo, Young-ah. Selamat atas kelulusanmu.”
—————
Jeo Rin menggeret kopernya keluar dari bandara Incheon. Ya. Dia di Seoul sekarang. Padahal ia tidak berniat kembali. Tapi karena Kai selalu menanyainya kapan ia lulus, dengan pemikiran yang cukup panjang ia memutuskan kembali ke Seoul walau hanya beberapa hari. Jeo Rin meminta pada supir untuk mengantarnya ke rumah Kai. Ini pertama kalinya ia ke rumah Kai. Jeo Rin berniat memberi surprise pada Kai. Ia mengambil handphone dan mengetik sesuatu di sana.
To: Jongin Kim
Aku mengirim paket ke rumahmu. Sekarang sudah berada di depan rumah.
Jeo Rin tersenyum sendiri membayangkan reaksi Kai. Tak lama setelah pesan terkirim, pintu rumah terbuka menampakkan Kai yang terkejut melihat Jeo Rin.
“Baby…” Kai terpaku. Detik berikutnya ia memeluk Jeo Rin. Sangat erat.
“Sesak Kai.” Kai langsung mencium bibir Jeo Rin. Melumat bibirnya lembut, cukup lama.
“Hari pertama kau kembali ke Seoul, kenapa memanggilku Kai?”
“Mian, aku lupa. Tapi Kai lebih keren, Jongin-ah.”
“Kau harus memanggilku Jongin. Aku akan memberimu hukuman lebih dari ini kalau kau memanggilku Kai lagi, baby.”
“Arraseo. Kau tidak mempersilahkanku masuk?”
“Kita jalan-jalan saja ya. Dan aku mau menunjukkan sesuatu padamu.”
“Baiklah. Tunggu sebentar. Aku mengambil kunci mobil dulu.”
————–
Kai mengajak Jeo Rin ke Lotte World dan Sungai Han. Cukup lama mereka berada di sana. Tepat jam sepuluh malam Kai mengajak Jeo Rin ke suatu tempat.
“Apartemen siapa?”
“Tentu saja apartemenku. Dan sekarang ini apartemen kita.” Kai menekan password apartemen.
“Passwordnya tanggal lahirmu. Kau tahu kan lahir tanggal berapa?”
“Aku tidak tahu.”
“Baby..”
Tentu saja aku tahu tanggal lahirku.” 140696. Pintu terbuka mereka pun masuk ke dalam.
“Bagaimana?”
“Bagus.” Jawab Jeo Rin singkat. Ia mengelilingi apartemen Kai.
“Kenapa kau membeli apartemen?”
“Agar aku bisa menahanmu di sini. Sampai kita menikah dan memiliki rumah yang besar.”
“Kita masih mau bertunangan, Jongin-ah.”
“Aku mau langsung menikah. Tidak ada gunanya tunangan. Aku akan mengatakan ini pada Appa dan ahjumma.”
“Kau tinggal sendiri?” Jeo Rin mengalihkan pembicaraan.
“Tidak. Kau akan tinggal di sini, baby.”
“Kim Jongin. Aku punya rumah.” Jeo Rin kesal karena jawaban Kai yang tidak serius menurutnya. Padahal Kai serius.
“Kau tidak mau tinggal denganku?”
“Ne. Sebelum kau menjadi suamiku aku tidak mau tinggal denganmu.”
“Tinggal denganku menyenangkan loh.” Goda Kai.
“Jongin-ah..”
“Terkadang Chanyeol juga menginap di sini.”
“Aaah.. Jangan-jangan kau membeli apartemen supaya bebas bermain dengan yeoja?” Jeo Rin menatap Kai curiga.
“Ne. Yeoja itu bernama Kang Jeo Rin. Aku sudah berubah, baby. Aku bukan Jongin yang dulu.” Kai menarik pinggang Jeo Rin, menatap Jeo Rin intens.
“Aku hanya mengujimu. Sekarang antar aku pulang. Ini sudah malam.”
“Kau tinggal di sini. Mulai sekarang dan seterusnya.”
“Apa maksudmu?”
“Aku merindukanmu Mrs. Kim.” Bisik Kai. Perlahan Kai mendekatkan wajahnya ke wajah Jeo Rin, begitu juga dengan Jeo Rin. Tapi saat bibir mereka hampir bersentuhan Jeo Rin memiringkan kepalanya dan berbisik di telinga Kai.
“Antar aku pulang, Kim Jongin.” Kai menyeringai. Dengan gerakan cepat ia menggendong Jeo Rin ala bridal ke kamarnya.
“Turunkan aku, Jongin-ah. Aku mau pulang.”
“Ini rumahmu. Lagipula kalau kau pulang, kau sendirian di rumah. Tadi ahjumma menyuruhku untuk menemanimu. Ahjumma baru pulang dari Jepang besok.” Kai merebahkan Jeo Rin di tempat tidurnya. Jeo Rin menatap Kai kesal. Kai langsung mengecup bibir Jeo Rin. ‘Orang ini suka seenaknya.’ Batin Jeo Rin.
“Jangan kemana-mana. Aku ganti baju dulu.” Kai berjalan menuju lemarinya. Mengambil trening hitam dan kaos putihnya lalu masuk ke kamar mandi. Jeo Rin mendudukkan dirinya. Ia memandangi kamar Kai. Di meja kecil samping tempat tidur Kai ada foto dirinya dan Kai, saat Kai mencium pipinya di pantai. Beberapa foto dirinya dipajang di dinding, masih di pantai dan foto itu diambil tanpa sepengetahuan Jeo Rin. Dering handphonenya menyadarkan Jeo Rin.
“Di mana handphoneku? Ck.. Aku meletakkan di meja ruang tamu tadi.” Jeo Rin berjalan keluar kamar menuju ruang tamu. Duduk di sofa dan mengambil handphone. Ia mendapati sebuah pesan di handphonenya.
From: Joonmyun oppa
Kau sudah sampai di Seoul?
Hampir setiap hari Suho menghubungi Jeo Rin. Selain tahu dari Min Young, dia juga bertanya langsung pada Jeo Rin. Bertaruh pada dirinya, apakah Jeo Rin memberitahu kepulangannya atau tidak. Dan Jeo Rin memberitahunya.
To: Joonmyun oppa
Ne, oppa. Aku sampai jam enam sore.
From: Joonmyun oppa
Kau sedang apa?
To: Joonmyun oppa
Aku mau tidur, oppa. Hari ini benar-benar lelah.
From: Joonmyun oppa
Kalau begitu tidurlah. Jaljayo, Jeorin-ah.
To: Joonmyun oppa
Jaljayo, oppa.
Jeo Rin pun mensilentkan handphonenya.
“Aku pikir kau pulang, baby.” Kai menghampiri Jeo Rin.
“Kalau kau mengantarku pulang, aku akan pulang.”
“Ayo tidur. Ini sudah malam.” Jeo Rin berjalan menuju kamar sebelah kamar Kai.
“Kenapa ke situ? Kita tidur di kamarku, ani, kamar kita.”
“Aku tidur di sini saja. Kau mencurigakan.”
“Aigoo. Apa aku pernah melakukan yang tidak-tidak padamu? Paling hanya peluk dan cium.” Kai membimbing Jeo Rin menuju kamar mereka. Merebahkan diri di tempat tidur. Ia menepuk tempat kosong di sebelahnya. Mengisyaratkan Jeo Rin untuk tidur di sampingnya. Jeo Rin sudah beberapa kali tidur bersama Kai, dan Kai tidak melakukan apapun padanya. Jeo Rin merebahkan diri di sebelah Kai. Kai memeluk Jeo Rin. Menjadikan tangan kirinya sebagai bantal Jeo Rin.
“Aku ingin ke Kkamjong beach besok.” Jeo Rin menatap Kai.
“Bagaimana kalau lusa? Supaya kita bisa menginap. Besok aku ada acara keluarga.”
“Baiklah.”
“Jaljayo, baby.” Kai mencium kening Jeo Rin.
“Jaljayo, Jongin-ah.”
——————-
Tuan Kim sudah berada di meja makan bersama seorang namja. Seharusnya makan malam mereka sudah dimulai sejak sepuluh menit yang lalu. Tapi karena Kai belum datang, makan malam tidak dimulai.
“Maaf, aku terlambat.” Kai menarik kursi di hadapan seorang namja.
“Sepuluh menit. Appa maklumi karena kau pasti baru melepas rindu dengan calon menantuku. Appa pikir kau melupakan acara ini.”
“Tidak mungkin aku melupakan acara berharga keluarga ini, appa.” Kai menatap namja yang ada di depannya.
“Baiklah. Mari makan.” Mereka makan dalam diam.
“Mungkin kau sudah bosan mendengar permintaan appa. Tapi appa tidak akan bosan mengatakan ini padamu. Pulanglah ke rumah, Suho. Appa ingin berkumpul dengan anak-anak appa. Walaupun tidak setiap hari bertemu, tapi itu lebih baik daripada acara ini. Appa mohon.” Kata Tuan Kim pada Suho yang ternyata kakak Kai. Kai tidak mempedulikan appanya. Ia tetap fokus makan. ‘Jawabannya pasti sama seperti sebelumnya. Tidak mau.’ Batin Kai.
“Aku akan pulang ke rumah. Tapi ada syaratnya.” Ucap Suho setelah terdiam cukup lama. ‘Apa yang dia rencanakan?’ Batin Kai.
“Aku mau appa menikahkanku dengan Jeo Rin.”
TBC……
