Quantcast
Channel: EXOMKFANFICTION
Viewing all articles
Browse latest Browse all 317

[FREELANCE] You Can’t Disappear From Me (Chapter 2)

$
0
0

You cant Disappear From Me FINAL

Title : You Can’t Disappear From Me (CHAPTER 2)

Author :  Hyuuga Ace (@dioxing_0307)

Web : cynicalace.wordpress.com

Genre : Romance, Drama, School Life, Hurt

Rating : G

Length : Chaptered

Main Cast :

  • Oh Yubin (OC)
  • Kim Jongin – Kai
  • Park Chanyeol
  • Lee Saera (OC)
  • Kwon Yura (OC)

Other cast : FIND IT… kekekeke~

Author’s note :

Hehehehe… akhirnya sampe juga d chapter 2 dan author ga begitu yakin masih ada yang nungguin FF abal author… hiksss.. but overall bagi yang masih mau baca FF author..

Oh ia, tambahan : gomawo buat admin exomkfanfiction.wordpress.com yang udah ngepublish ff ini hehehe *deep bow

HAPPY READING ALL ^^

___

Yubin’s POV

Hari pertama kerja sampinganku! Ne! FIGHTING!! Kutinjukan kepalan tanganku ke atas dengan wajah penuh semangat, kubuka perlahan pintu kafe ini. Seseorang bertubuh besar menghampiriku.

“Oh Yubin-ssi? Apa aku benar?” Tanyanya ramah.

“Ne, annyeonghaseyo.” Jawabku sambil membungkukan badan.

“Oh, aku tidak menyangka pegawai baru kita secantik ini..” Tawanya renyah. Kuduga, sepertinya dia tipikal orang yang ramah dan menyenangkan.
“Perkenalkan, Jo Seung Ho imnida. Pemilik kafe ini. Seperti yang kau tahu kafe ini hanyalah kafe kecil dengan hanya memiliki 3 pegawai dan ditambah satu dengan dirimu menjadi 4. Tapi kami semua sangat dekat bagaikan keluarga, jadi selamat datang..” Ujarnya ramah, ah aku mulai menyukai ahjusshi ini, dia boss yang baik.

“Ne, gamsahamnida.. Emmm…” Gumamku ragu.

“Panggil saja ahjussi, seperti pegawai lainnya.”

“Ne, ahjussi..”

“Lebih baik kau masuk ke dalam dulu, ini kunci lokermu. Walau tidak banyak juga loker disini, tapi setidaknya barang- barangmu akan aman disana. Untuk seragammu sudah tersedia di dalamnya.”Ahjussi memberikan kunci dengan gantungan bernomor 4 padaku. Sepertinya itu nomer pegawaiku disini.. Kekeke..

____

“Annyeong haseyo, nae ireumeun Oh Yu Bin imnida. Umurku masih 19, tahun ini. Bangapseumnida. Saya mengharapkan banyak bantuan sunbaenim disini. Saya memiliki pengalaman bekerja yang sedikit sekali.” Perkenalanku sopan sambil membungkukan badan sekali lagi.

“Annyeong Yubin-ssi. Joneun Park Ye Rin imnida.. Dan aku dapat dongsaeng lagi setelah Heera. Semoga kita dapat berteman baik. Dan disini tidak ada yang namanya sunbae atau hoobae jadi santai saja yah..” Ujar seorang yeoja berpita pink di rambutnya. Dia sangat semangat menyapaku. Mengingatkanku pada temanku yang bawel itu.. Yura.

“Annyeong. Kau menyenangkan sekali, eonni?” Senyumku padanya.

“Ne, panggil saja begitu. Yang ini namanya Shin Hee Ra, dia seumuran denganmu. Tenang saja walau wajahnya dingin sedingin salju dikutub sana, tapi dia orangnya baik kok. Hee Ra-ya, sapalah..”

“Kau sangat berisik eonni. Annyeong Yubin semoga kau betah kerja disini dengan makhluk berisik seperti dia.” Ujarnya tenang.

“Hahaha.. Kau sangat tidak sopan pada eonnimu ini. Tapi tidak apa- apa.”

“Yang ini..” Ye Rin eonni menunjuk pada satu- satunya pegawai namja di kafe ini.

“Aku dapat mengenalkan diriku sendiri Yerin.”

“Ah! Kau menyebalkan oppa..”

“Annyeong” ujarnya santai sambil mengulurkan tangannya padaku. Kuraih tangannya dan tersenyum.

“Han Jae Ha- ssi?”

“Kau masih ingat saja. Ne naneun Jaeha imnida. Orang yang menerimamu saat melamar disini. Aku wakil ahjussi ditempat ini. Kau bisa panggil aku oppa seperti yang lain.”

“Gamsahamnida oppa.”

Setelah sesi perkenalan ini, Yerin eonni yang paling bersemangat mengajariku berbagai hal yang berhubungan dengan pekerjaan baruku ini. Bagaimana menyapa pelanggan, mengantarkan makanan, menulis pesanan, dan hal lainnya. Perkejaan ini menyenangkan. Walau hanya kafe kopi kecil di pojokan kota tapi seperti yang Seung Ho ahjussi bilang, semuanya bagai keluarga disini. Hangat dan ramah walau Heera seperti cuek padaku, tapi sesekali ia ikut menambahkan hal- hal yang terlewati oleh Yerin eonni dalam mengajariku.

Aku hanya berharap, pekerjaan ini dapat sedikit demi sedikit membuat perhatianku teralihkan dari namja sialan itu. I wish..

___

Chanyeol’s POV

“Ppali!! Kau itu namja berusia 19 bukan kakek- kakek berumur 60 tahun, tak bisakah kau mengendarai mobilmu sedikit lebih cepat? Faster! Faster!” Gerutu Yura dijok mobil sampingku.

“Heh! Singa garang, lihat disini macet sekali, tidak lihatkah kau? Di depan sana calon presiden sedang berkampanye. Bagaimana caranya aku ngebut, hah?” Balasku sebal.

“Suruh siapa pilih jalan yang ini dasar bodoh, aku benar- benar ingin bertemu Yubin dengan pakaian kerjanya! Ahh membayangkannya saja sudah membuatku senang. Dia pasti terlihat sangat kyeopta.”

“Salahmu sendiri yang makan sangat lama. Eh dimana udang yang tadi dibungkus untuk Yubin chagi?” Tanyaku santai, mengalihkan pembicaraan karena bosan dengan celotehannya yang berisik itu.

“Ada di jok belakang, ehmm. Yeol-ah..” Panggilnya tiba- tiba serius. Ada apa? Tanyaku penasaran dalam hati. Tumben sekali dia bersikap serius seperti ini. Kuliriknya sebentar, dan benar saja raut mukanya sudah berubah.

“Wae?” Tanyaku berusaha santai.

“Pernahkah kau berpikir barangkali hanya sekali, untuk menyatakan perasaanmu kepada Yubin?” Tanyanya ragu.

CITTTTT~

Reflek ku injak pedal rem mobilku ini saat mobilku berhasil belok ke jalan yang tidak macet parah seperti di jalan utama tadi dan akibatnya aku mendapat teriakan klakson dari mobil di belakangku. Kujalankan pelan mobilku lagi. Kaget sekali dengan pertanyaannya, kutolehkan wajahku ke arahnya.

“DASAR BODOH!!! Kau mau mati, hah?!” Ledaknya saat dia bisa mengendalikan kekagetannya karena mobilku yang mendadak ngerem ini.

“Apa yang kau bicarakan barusan?” Tanyaku datar. Mengabaikan amukannya. Yura menarik napas dalam.

Kau. Menyukai. Yubin.” Ujarnya penuh penekanan.

“Dia tidak menyukaiku..” Ucapku sambil mengalihkan pandangan. “Dan bagaimana caranya kau tahu bahwa aku menyukainya? Oh Yubin, sahabatku sendiri. Sama sepertimu.” Lanjutku penasaran.

“Caramu memandangnya, sangat berbeda dengan caramu memandangku atau yeoja lainnya. Dan aku juga tahu kau sudah sangat lama menyukainya. Apa aku benar?”

“Jauh sebelum dia menyukai Kai.” Ujarku dingin sembari mengeluarkan senyum miringku.

“Lalu mengapa?” Tanyanya penasaran.

“Dia sahabatku. Sejak kecil. Aneh rasanya kalau aku tiba- tiba mengatakan padanya hal- hal seperti ‘Yubin-ah, aku benar- benar menyukaimu, jadi bisakah kau melupakan Kai?’. Itu konyol Yura.”

“Aku benar, kau memang terlampau bodoh. Coba saja kalau Yubin dapat melihatmu sebagai namja. Mungkin saja dia dapat melupakan Kai. Aku sahabatnya, dan aku benar- benar tidak ingin dia terjebak dalam cinta yang seperti itu. Dan aku rasa, sebenarnya kau bisa membantunya keluar dari labirin tak berujung itu. Hahhh.. Tapi lihat saja? Kau sangat payah.” Ucapnya dengan nada lelah dan kecewa. Untuk pertama kali dalam 19 tahun hidupku ini, perkataan Yura berdampak dalam diriku.

____

“Chagi!” Sapaku riang pada yeoja yang mengikat satu rambutnya kebelakang. Kafe ini sedang sepi, hanya ada 2 atau 3 pelanggan yang sedang meminum kopi di dekat jendela, dan mungkin 2 orang yeoja sedang makan pancake di pojok sana. Dan benar kata Yura, Yubin terlihat lebih manis dengan seragam kafe yang terkesan simpel namun cocok untuk dirinya. Dan seketika.. BLUSH, Yubin menatapku balik. Yura sialan kata- katanya di mobil tadi benar- benar berefek padaku.

“OMONAA!!!! YUBIN!!! Apa dia namja chingumu?? Dia  ganteng sekali!!” Yeoja disampingnya histeris melihatku. Ya.. Aku tahu aku ini memang ganteng #narsisnyaaa chanyeol#

PLETAK. Kurasakan tangan singa, eh maksudku Yura menjitak kepalaku pelan. Dia perlu berjinjit untuk melakukan itu lho. Kekeke. Tapi apa- apaan dia?!

“YA!” Gertakku kesal.

“Sembarangan sekali kau, jangan panggil Yubin seperti itu. Ini tempat baru bagi Yubin kau tahu, bedakan dengan di sekolah.” Ah benar.

Yubin dan temannya itu menghampiriku.

“Yeol-ah? Yura-ya? Akhirnya kalian datang juga. Mau pesan apa? Kalian pelanggan pertamaku. Ah dan dia Yerin eonni. Teman kerjaku disini. Dia minta diperkenalkan.. Kekeke~” kulirik teman di sampingnya, dan dia mempoutkan bibirnya setelah itu kembali tersenyum.

“Annyeong, jadi kalian teman Yubin.”

Setelahnya kami berbincang sebentar dan setelahnya makanan yang aku dan Yura pesan datang. Makanan disini enak juga.

_____

Yubin’s POV

“Kau pulang jam berapa hari ini? Biar ku jemput.”

“Jinjja? Gomawo Yeol-ah, sekitar jam 8 malam.”

“OK.” Senyumnya seraya mengejar Yura yang sudah berjalan di depannya. Mereka tidak lama berada disini, katanya tidak mau menggangguku. Tapi walau hanya sebentar, aku senang sekali melihat mereka datang.

Yerin menghampiriku dengan tatapan iri, ada apa? “Dia ganteng sekali. Dia pacarmu yah, Yubin-ah?” Ucapnya dengan nada ingin bahagia tapi ada rasa kecewa juga. Seketika aku tertawa.

“Ani eonni, dia hanya sahabatku sejak kecil. Dan iya, kuakui dia memang tampan.” Ungkapku jujur.

“Kau menyukainya?” Tak disangka, Heera bertanya hal yang sangat mengejutkan. Sejak tadi dia berada di dekat sini rupanya, aku tidak menyadarinya.

“Hah? Aniyo, geurom. Dia sahabatku.” Jawabku jujur.

“Oh, sayang sekali. Padahal sepertinya dia menyukaimu..” Ujar Heera sambil melengos ke belakang.

­______

Kai’s PoV

“Yah, Sehun! Bisakah kau lebih cepat sedikit? Kami sudah menghabiskan waktu setengah jam hanya untuk menunggumu memilih sepatu futsal!” Teriakku kesal. Dia sudah seperti perempuan, hanya memilih sepatu saja lama sekali. Kurang cocok lah. Warnanya kurang pas lah. Pulnya kurang oke lah. Huh! Dan yang lebih menyebalkannya lagi. Setiap kali ku mengomelinya, Luhan Hyung pasti membelanya. Ckkk..

“Sabar Kai. Kau tahu sendiri, besok pertandingan penting buat Sehunnie. Dia harus memilih sepatu terbaik.” Ujar Luhan yang masih membantu Sehun memilih sepatu tanpa melihatku sedikit pun. Kulirik D.O disebelahku, kami berdua terdampar di salah satu kursi panjang di toko sepatu ini.

“Mereka menyebalkan.” Bisikku pelan sambil memutar bola mataku bosan.

“Suruh siapa kau ikut, huh?”

“Benar, seharusnya aku pergi ke rumah Yixing Hyung saja. Biar kutemani dia bermain games.” Ujarku menyesal.

“Takkan berhasil, dia paling tidak suka bermain games denganmu. Karena dia tidak akan pernah menang, Kai. Dia lebih memilih bermain bersama adik kecilnya saja.” Ucapnya tenang sambil membalik buku yang dia baca, buku apa itu? Resep makanan? Oh GOD! Ok, aku tahu besok Ha Kyung noona berulang tahu, dan sebagai namdongsaeng yang baik D.O hyung berencana memasak masakan spesial untuknya. Dan mungkin sekarang dia sedang mempelajari salah satu masakan di dalam buku itu, tapi.. Oh, bisakah dia tidak membacanya disaat seperti ini? Saat kami semua -minus Yixing Hyung- sedang hangout? Ehmm. Maksudku, berencana hangout.

Lebih baik aku pergi, bosan disini.

“Mau kemana kau, Kai?”

“Tenang saja, aku tidak pulang. Aku hanya ingin ke food court. Lapar hyung! Telepon aku saat mereka sudah selesai.” Tunjukku pada dua pasangan yang terlalu akur itu. *lol Kai iri gitu?*

_____

Yubin’s PoV

“Apakah kau lapar, Yubin chagi?” Tanya Chanyeol saat aku memasuki mobilnya, seperti yang dia janjikan, dia benar- benar menjemputku.

“Ehmm. Sedikit.” Jawabku jujur. Entah mengapa perkataan Heera di cafe tadi sedikit mengusikku. Benarkah Chanyeol menyukaiku?

“Ah. Masih jam 8, belum terlalu larut. Bagaimana kalau kita jalan- jalan sebentar? Aku akan mentraktirmu makan.” Tanyanya santai.

“Hmm.. Ok.” Jawabku seadanya, lagipula aku memang lapar, dan aku tidak akan melewatkan kesempatan ditraktir Chanyeol. Kekeke~

_______

Chanyeol membelokkan mobilnya ke arah mall yang cukup tenar di daerah ini.

“Kau tahu? Salah satu restoran di Mall ini adalah favourite ku, kau orang pertama yang kutraktir makan disitu.” Ujarnya sambil menunjukan deretan giginya yang rapih.

“Jinjja? Gomawo, Yeol-ah.”

Ketika kami sampai di salah satu resto kecil di dalam Mall ini, aku bisa mencium aroma yang benar- benar menggugah selera. Kelihatannya makanan di resto ini benar- benar enak.

“Akan kupilihkan makanan terlezat disini untukmu.”

“Gomawo..”

Chanyeol menaikan satu tangannya, bermaksud memanggil waitress yang ada disini. Ketika waitress berseragam biru tua itu menghampiri meja kami. Namja di depanku ini langsung saja menyebut nama makanan, tanpa melihat ke buku menu.

“Ehmm. Yubin-ah, aku baru saja memikirkan sesuatu.” Ujar namja di depanku ini.

“Mwo?”

“Kau tahu kan 2 minggu lagi anak kelas 3 akan mengadakan ujian akhir? Dan kita semua akan mendapat jatah liburan seminggu.”

“Ah, matta! Bahagianya kita anak- anak kelas 2, yang baru saja liburan semester sudah mendapat libur tambahan lagi 2 minggu kedepan.”

“Bagaimana kita, ehmm maksudku Kau, aku dan Yura pergi jalan- jalan? Begini, aku hanya ingin menebus kesalahanku yang liburan ke Jeju tanpa mengajak kalian. Eotte?” Tanyanya berbinar.

“Geurre! Kau harus membayar dosamu itu, Yeol-ah. Yura pasti akan setuju. Dan akuuu.. Ehmmm. Setuju! Dengan satu syarat!” Ujarku ambigu, membuat salah satu alisnya terangkat penasaran.

“Aishhh.. Mworago? Syarat?”

“Ne, aku yang akan memilih tempat kita berlibur.”

“Eodi? Jebal, jangan ajak aku ke gunung. Kau tahu sendiri aku alergi cuaca dingin.”

“Arraseo, aku tidak akan sekejam itu. Bagaimana kalau kita ke.. Songdo bada, Busan?”

_________

Kai’s PoV

“Songdo bada?” Tanyaku pelan. Jika kau bertanya- tanya apa yang sedang kulakukan sekarang, jawabannya adalah menguping pembicaraan dua orang yang sedang mendiskusikan acara liburan mereka di salah satu meja yang tidak jauh dari mejaku. Dan jika pertanyaan selanjutnya adalah, mengapa aku seperti orang yang tidak ada kerjaan saja? Aku sendiri tidak tahu jawabannya apa.

Saat aku sedang membeli jus kiwi kesukaanku di salah satu stand food court di mall ini tak sengaja aku melihat dua makhluk yang sangat benci keberadaanya ketika mereka bersama, lewat dan masuk ke salah satu restoran disini. Dan tanpa kusadari kakiku melangkah memasuki restoran ini. Duduk dua bangku di belakang mereka, sambil pura- pura melihat- lihat menu disini. Konyol.

‘Liburan ke Songdo bada? Hmmm..’ Pikirku tertarik.

DRRTTTT~ sial! Ini pasti D.O hyung.

“Ah ne hyung..” Sapaku tanpa melihat terlebih dahulu siapa yang menelpon.

“Hyung? Kau sekarang memanggilku dengan panggilan hyung?” Tanyanya tidak terima. Tunggu suara ini? Ah sial. “Mianhae, Saera-ya. Ada apa? Kau memintaku menjemputmu di mana?”

“Mwoya?! Kau bukan supirku.” Dengusku pelan, semoga saja dia tidak mendengarnya. Yeoja ini, sangat manja kepadaku. Huh. Yeoja yang selalu saja memintaku mengantar jemputnya, bahkan hingga aku melupakan identitasku sebagai tunangannya. Terkadang aku berpikir bahwa aku supirnya. Tunggu? Tunangan? Senyumku pahit.

“Begini Kai, besok kau akan masuk sekolah kan?” Tanyanya tidak jelas. Ada apa tiba- tiba dia menanyakan sekolah padaku.

“Ne, wae?”

“Berjanjilah kau tidak akan bolos, ne?!”

“Waeyo?” Ujarku malas.

“Besok di sekolahmu aku akan memberi sedikit kejutan.” Pekiknya penuh semangat. “Ahh, tunggu aku Jieun, Kai aku tutup dulu yah,  Annyeong.” Sambungnya sambil menutup telepon. Aku melirik ponselku tanpa ekspresi.

Yeoja ini, yeoja yang aku kenal semenjak masih berusia 5 tahun. Kedua orang tuanya sudah meninggal, ibunya meninggal ketika melahirkannya, dan ketika ia berusia 5 tahun ayahnya juga meninggal karena serangan jantung. Ayahnya adalah teman dekat ayahku, dan pesan terakhir ayahnya sebelum meninggal adalah ingin melihat putri semata wayangnya memiliki pendamping hidup yang jelas, yang menurutnya aku pantas untuk posisi itu.

Dan dari situlah perjodohan ini dimulai. Aku tidak bisa menolak karena aku tidak mengerti apa maksud dari pertunangan itu, karena saat itu aku  masih bocah berumur 5 tahun. Awalnya aku bisa menerimanya, karena aku merasa kasihan pada yeoja bermarga Lee itu. Tapi itu semua berubah ketika aku bertemu dengan yeoja yang saat ini sedang bersenda gurau dengan Chanyeol. Dia adalah Yeoja yang untuk pertama kalinya menarik perhatianku dan bodohnya hatiku jatuh untuknya. Yeoja dengan senyum menawan yang mampu menggetarkan hatiku. Yeoja yang dapat membuatmu merasakan nyaman di dekatnya. Yeoja yang untuk pertama kalinya membuatku berpikir untuk melepas kekangan perjodohan itu dan meninggalkan Saera. Yeoja bernama Yubin, Oh Yu Bin.

____

Author’s PoV

Seorang yeoja keluar dari sebuah ruangan yang biasa kita kenal sebagai ruang guru. Yeoja mungil yang memiliki rambut panjang bergelombang yang dia ikat satu. Lee Saera. Itu namanya jika kau ingin tahu siapa yeoja itu. Dengan seragam yang sama dengan siswa siswi lainnya di sekolah ini.

“Keputusanku untuk pindah dari sekolah khusus putri kesini semoga saja tidak salah.” Ujarnya penuh percaya diri.

_____

“Murid baru?”
“Yeoja? Namja? Aku harap dia namja.”
“Semoga saja si anak baru menyenangkan dan gampang diajak bergaul.”

Itulah sedikit dari celetukan siswa siswi yang duduk di kelas yang sama dengan Kai setelah mendengar pengumuman dari guru biologi yang tidak lain wali kelas mereka juga, mengenai murid baru. Kai sendiri tidak begitu mempedulikan hal itu dan hanya memalingkan wajahnya keluar jendela. Samar- samar ia mendengar pintu kelasnya dibuka, dan langkah kecil seseorang terdengar. Mungkinkah. Yeoja?

_______

Kai’s PoV


“Silahkan memperkenalkan dirimu, nak.”

“Ahh.. Annyeonghaseyo.. Joneun Lee..”

MWORAGO?!!! Kutolehkan wajahku cepat ke arah depan.

“Lee Saera imnida. Bangapseumnida.”

SAERA?!

Mengapa ia ada disini? Dan apa? Anak baru itu dia? Ckk.. Apa- apaan ini.

Kudengar sebagian dari namja di kelasku ini memekik kegirangan bahkan ada beberapa yang berbisik mengenai kecantikan Saera yang tertangkap gendang telingaku. Aku tidak peduli dengan hal itu. Kutatap tajam kedua bola mata Saera yang juga menatapku terkejut, tidak dia tidak terkejut karena dia kaget sekelas denganku. Aku yakin dia merencanakan ini.

“Kai-ya, kau tidak senang aku satu sekolah denganmu?” Tanyanya lirih dan to the point tanpa memerhatikan pandangan orang lain yang menatap kami aneh, kulirik mataku sekilas ke arah Yubin. Dan benar saja ekspresi yeoja itu bertanya- tanya. Aku tidak ingin dia tahu apa hubunganku dengan Saera.

Inikah yang dia maksud kejutan itu?! 

“Ehmm. Kau bisa bicarakan hal itu di luar kelas, nak.” Ujar songsaengnim menyebalkan seperti biasa. “Silahkan duduk di bangkumu, disebelah Yubin ada yang kosong.” Lanjutnya sambil  menunjuk bangku yang sialnya memang kosong di sebelah Yubin. Apakah ini semua memang kebetulan? Cih.

“Ah ne, mianhamnida songsaengnim.” Ujarnya sambil melangkah ke bangku Yubin. Damn.

Sehun yang duduk di sebelahku pun mulai memandangku jahil.

Game already start today.” Ujarnya pelan penuh antisipasi.

TBC



Viewing all articles
Browse latest Browse all 317

Trending Articles