TRUE LOVE
Tittle : True Love (Chapter 13)
Author : Jellokey
Main Cast :
Kim Jong In (Kai EXO-K)
Oh Sehoon (Sehun EXO-K)
Luhan (Lu Han EXO-M)
Kim Joon Myun (Suho EXO-K)
Kang Jeo Rin (OC)
Shin Min Young (OC)
Support Cast :
Wu Fan (Kris EXO-M)
Park Chanyeol (Chanyeol EXO-K)
Kim Min Ra (OC)
Jang Mi Sun (OC)
and others
Length : Chaptered
Genre : Romance, Family, School Life
Rating : PG-17
Hai, hai, Chapter 13 udah jadi. semoga kalian suka. Happy reading. Don’t forget to RCL ^^
“Aku mau appa menikahkanku dengan Jeo Rin.”
“Uhuk!” Kata-kata Suho membuat Kai tersedak. Ia lalu minum dan menatap tajam Suho.
“Jeo Rin?” ‘Apa Jeo Rin jodoh Kai?’ Pikir Tuan Kim.
“Kang Jeo Rin. Yeoja yang appa jodohkan dengan Kai.” Tangan Kai mengepal di samping piringnya. Dia berusaha menahan emosi agar tidak merusak meja makan.
“Kenapa Jeo Rin? Kau sudah tahu kalau Jeo Rin jodoh adikmu kan?”
“Aku dan Jeo Rin memiliki hubungan spesial sejak di bangku JHS. Kami saling mencintai. Hampir empat tahun aku berhubungan dengannya. Tapi seseorang menghancurkan hubungan kami dan orang itu adalah orang yang dijodohkan dengan Jeo Rin.” Suho menatap tajam Kai.
“Jeo Rin tidak akan kembali padamu.” Kai buka suara.
“Kau yakin sekali. Aku sudah berbaikan dengannya.” Suho tersenyum penuh kemenangan.
“Apa?”
“Kau tidak tahu? Kami berbaikan di hari kelulusanku. Apakah appa bisa memenuhi syaratku?” Kai menatap appanya. Ia berharap Tuan Kim berkata tidak.
“Appa harus memikirkan ini.” Kai tidak percaya. Dengan kasar ia menggeser kursinya dan pergi.
“Kai..” Tidak ia pedulikan panggilan appanya.
——————–
Kai melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Kata-kata Suho terus berputar di kepalanya. Aku sudah berbaikan dengannya.
“Tidak. Jeo Rin hanya milikku..” Kai memarkirkan kasar mobilnya di parkiran sebuah club yang biasa ia datangi bersama Kris dan Chanyeol. Dan sekarang hanya Chanyeol yang punya kebiasaan ke club karena Kris sudah pindah ke Canada. Begitu Kai melihat Chanyeol, ia duduk di samping Chanyeol, dan langsung meminum wine dari botolnya.
“Woouw, Kai. Tumben kau kemari? Sudah dua tahun berlalu.” Kai tidak mempedulikan Chanyeol. Ia terus meminum wine milik Chanyeol.
“Slow, bro. Apa kau juga berhenti minum sampai segitunya?” Chanyeol heran melihat Kai yang menggila dengan winenya.
“Apa kau mau bersenang-senang karena Jeo Rin sudah pulang?” Tanya Chanyeol. Mendengar nama Jeo Rin, Kai berhenti. Dan melihat tingkah Kai, Chanyeol yakin kalau temannya itu ada masalah. Selama ia mengenal Kai, Kai hanya punya satu masalah. Jeo Rin.
“Kau ada masalah?” Tanya Chanyeol lagi.
“Suho berbaikan dengan Jeo Rin..”
“Berbaikan? Maksudmu balikan? Pacaran lagi begitu?”
“Aku tidak tahu. Suho mengatakan padaku kalau mereka berbaikan.”
“Kau sudah berjuang cukup keras selama ini, Kai. Jangan menjadi lemah hanya karena itu. Lagipula kalian dijodohkan dan Jeo Rin tidak bisa menolak. Kau tidak perlu takut.” Chanyeol menghibur Kai. ‘Bagaimana aku tidak takut? Perjodohanku dengan Jeo Rin bisa saja dibatalkan.’ Batin Kai. Ia terus meminumnya winenya. Satu botol habis, Chanyeol masih diam. Begitu juga botol kedua. Tapi untuk botol ketiga, ia mulai melarang Kai karena Kai sudah mabuk.
“Cukup, Kai.” Chanyeol menahan tangan Kai.
“Kau sudah mabuk.” Cegah Chanyeol.
“Jeo.. Rin.. hanya.. milik.. ku.. Tidak.. ada.. yang.. bisa.. merebutnya.. dariku.” Racau Kai. Chanyeol menggelengkan kepalanya.
“Cukup, Kai! Kau mabuk!”
“Aku tidak mabuk, Chanyeol. Minuman ini tidak berpengaruh bagiku.” Kai melanjutkan minumnya. Dan ini adalah botol keempat, Kai langsung menghabiskan setengah botol wine.
“Kau milikku, Rin-ah.” Kai terus meracau.
“Kau harus pulang, Kai. Aku akan mengantarmu pulang.”
“Aku bisa pulang sendiri.” Tolak Kai. Kai hampir jatuh kalau Chanyeol tidak menahannya. Tiba-tiba sebuah ide melintas di kepalanya. Ia mengambil handphone Kai dan mengirim pesan pada Jeo Rin.
To: My Girl
Apa kau teman orang bernama Kai? Dia mabuk berat dan tidak bisa pulang. Tolong jemput dia di Beautiful Night Club.
Chanyeol mendudukkan kembali di kursi. Sebelum pergi, ia berkata pada seorang bartender.
“Pastikan yeoja ini yang menjemputnya.” Chanyeol memperlihatkan foto Jeo Rin pada bartender itu.
“Sip, brother.”
“Jaga dia.”
————–
Jeo Rin mencari Kai dan menemukannya duduk dengan kepala berada di meja bar.
“Jongin-ah..”
“Apa kau teman Kai?” Tanya seorang bartender. Ia mengingat-ingat foto yang ditunjukkan Chanyeol padanya tadi. Dan orang itu adalah Jeo Rin.
“Ne. Bisa bantu aku membawanya ke mobil?”
“Sebentar. Aku meminta temanku menggantikanku dulu.” Kai mengangkat kepalanya. Ia melihat Jeo Rin.
“Jeo Rin? Kau di sini, baby?” Kai mencoba berdiri. Ia pasti jatuh kalau Jeo Rin tidak menangkapnya. Bartender itu membantu Jeo Rin memapah Kai menuju parkiran. Jeo Rin membukakan pintu mobilnya dan bartender itu memasukkan Kai ke dalamnya.
“Gamsahamnida. Aku menitipkan mobil Kai di sini. Mungkin besok ia akan mengambilnya.”
“Ne, cheonmaneyo.” ‘Ada apa dengannya? Apa Jongin masih sering ke club?’
“Kau milikku, Rin-ah..” Racau Kai. Jeo Rin menatap Kai bingung.
“Ke mana aku membawanya? Rumah atau apartemen? Lebih baik ke apartemen.” Jeo Rin pun melajukan mobilnya menuju apartemen Kai.
———————
Jeo Rin merebahkan Kai di tempat tidur. Masih dengan racauannya, sesekali Kai menggerakkan badannya mencari posisi yang nyaman. Melihat baju Kai yang basah, Jeo Rin berniat mengganti baju Kai. Jeo Rin mencari pakaian yang mudah ia pakaikan untuk Kai. Ia mengambil baju piyama satu-satunya di lemari pakaian Kai. Ia membuka pakaian Kai yang basah dan memakaikan piyama itu. Jeo Rin juga membuka sabuk celana Kai. Ia melihat saku celana Kai yang timbul. Jeo Rin mengambil handphone Kai dan hendak menelepon seseorang. Kai bergerak lagi. Ia memeluk Jeo Rin yang duduk di sebelahnya. Mendongakkan kepalanya dan berusaha membuka matanya yang berat.
“Jeo Rin..” Jeo Rin mengelus rambut Kai agar Kai segera tidur.
“Kau kenapa? Apa terjadi sesuatu di acara keluargamu?” Jeo Rin melanjutkan niatnya untuk menelepon Chanyeol.
“Yeoboseyo..” Suara berat Chanyeol menyapa.
“Yeoboseyo, Chanyeol sunbae..”
“Nuguseyo?” Tanya Chanyeol yang masih belum sadar dari tidurnya.”
“Aku Jeo Rin.”
“Oh.. Jeo Rin. Ada apa?”
“Aku mau tanya, sunbae. Apa Jongin masih sering ke club? Aku menjemputnya mabuk berat di club.”
“Ani. Ini pertama kalinya setelah dua tahun berlalu.”
“Lalu kenapa dia bisa mabuk? Apa Jongin punya masalah?”
“Ada. Masalahnya.. Kau.”
“Aku? Bagaimana bisa? Aku bahkan baru sampai di Seoul semalam.”
“Masalahnya kau dan Suho. Kau berbaikan dengan Suho kan?”
“Kami memang berbaikan, tapi sebagai teman.”
“Teman atau apapun itu, kau tahu kan kalau Kai mencintaimu walaupun kau belum membuka hatimu untuknya. Dia pasti cemburu melihatmu dekat dengan namja, apalagi dengan mantan namjachingumu. Bukan hanya itu. Dia juga takut kau kembali pada Suho.” Jeo Rin terdiam mendengar kata-kata Chanyeol.
“Kai mencintaimu, Jeo Rin-ah. Bahkan Kai mau berubah untukmu. Sekalipun aku menggodanya untuk bersenang-senang, dia tidak terpengaruh. Aku tidak tahu kenapa dia mau bertahan di sampingmu padahal jelas-jelas kau belum meresponnya. Sudah dulu, ya. Aku mau tidur.”
“Maaf mengganggu tidurmu, sunbae.” Jeo Rin meletakkan handphone Kai di meja kecil samping tempat tidur. Ia menatap Kai dengan tatapan yang sulit diartikan. Jeo Rin lalu melepas tangan Kai yang melingkar di pinggangnya. Memperbaiki posisi tidur Kai dan menyelimutinya lalu keluar dari kamar Kai. Tidur di kamar sebelah.
——————
Jam enam pagi Jeo Rin terbangun. Ia langsung ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Jeo Rin menuju dapur hendak membuat sarapan. Tapi saat membuka kulkas ia mengurungkan niatnya karena di dalam kulkas hanya terdapat buah dan minuman kaleng. Kai selalu memesan makanan dari restoran jika dia menginap di apartemen yang baru ia beli.
“Aku akan pulang ke rumah, ganti baju, dan membawa makanan kemari. Mungkin Jongin baru bangun jam sembilan atau jam sepuluh nanti.”
——————
Tepat jam sembilan pagi Jeo Rin kembali ke apartemen Kai. Jeo Rin langsung menyiapkan makanan yang ia bawa di meja makan. Setelah selesai, Jeo Rin menuju kamar Kai. Jeo Rin tersenyum mendapati Kai yang sudah bangun. Kai mendudukkan dirinya di tempat tidur dan memegangi kepalanya yang pusing karena terlalu banyak minum.
“Kau sudah bangun?” Jeo Rin duduk di tepi tempat tidur. Bau alkohol langsung tercium olehnya. Kai menatap Jeo Rin. Merasa tidak enak terus ditatap Kai, ia berkata.
“Mandilah. Setelah itu kita sarapan. Aku menunggumu di ruang makan.” Kai langsung memeluk Jeo Rin yang hendak berdiri.
“Katakan kau tidak akan meninggalkanku. Katakan kau akan terus di sisiku, Rin-ah.” Jeo Rin diam. Ia juga tidak membalas pelukan Kai.
“Jebal..”
“Mianhae. Aku tidak bisa. Aku masih tidak mengerti dengan perasaanku sendiri.” Kai melepas pelukannya.
“Kau masih mencintai Suho?” Lagi. Jeo Rin hanya bisa diam. Diamnya Jeo Rin membuat Kai mengerti kalau Jeo Rin masih mencintai Suho.
“Arraseo. Kau masih mencintainya.” Kai turun dari tempat tidur, berjalan menuju kamar mandi. Jeo Rin terpaku di tempatnya. Ia terus memandangi pintu kamar mandi yang sudah tertutup.
“Sebenarnya apa yang kurasakan?”
——————–
Mereka makan dalam diam. Kai fokus dengan makanannya.
“Mobilmu masih berada di club.” Kai tidak menanggapi Jeo Rin. Suasana kembali hening membuat Jeo Rin tenggelam dalam pikirannya. Kai.. Kedekatan Jeo Rin dengan Kai tidak sampai sebulan karena dua minggu setelah perjodohan, ia pindah ke New York. Yang menjadi pikirannya sekarang adalah kenapa dia tidak pernah menolak perlakuan Kai. Perlakuan yang hanya ia dapatkan dari Suho dulu. Bahkan Suho tidak sejauh Kai. Jeo Rin memang belum bisa melupakan Suho. Berbaikannya mereka pernah membuat Jeo Rin berpikir untuk kembali pada Suho. Apalagi Suho sudah pernah meminta Jeo Rin kembali padanya. Tapi saat memikirkan hal itu, saat itu juga Jeo Rin memikirkan Kai. Ia benar-benar bingung. Deritan kursi menyadarkan Jeo Rin. Kai sudah selesai makan. Ia ingin mengatakan sesuatu pada Kai tapi tidak jadi karena Kai berjalan menuju pintu apartemen. Ia meninggalkan Jeo Rin sendiri di apartemen.
“Aku hanya ingin mengatakan kalau tiga hari lagi aku akan kembali New York.”
Sementara di luar, Kai menyandarkan diri di pintu apartemen. Bukan kemauannya untuk mendiami Jeo Rin seperti tadi. Ia hanya tidak tahu harus bersikap seperti apa pada Jeo Rin. Kai berpikir kalau selama ini Jeo Rin sudah menerimanya. Mengingat Jeo Rin selalu membalas perlakuannya. Kelakuan mereka melebihi orang pacaran. Bahkan seorang yeoja tidak akan mau begitu saja tidur bersama namjachingunya. Tapi Jeo Rin? Dia mau. Tidakkah itu cukup membuktikan kalau Jeo Rin juga mencintai Kai?
“Kenapa serumit ini? Aku tidak tahu bagaimana hidupku kalau appa juga membatalkan perjodohanku dengan Jeo Rin.”
—————
Dua hari, Kai tidak ada kontak dengan Jeo Rin. Selama dua hari itu, Kai menginap di rumah Chanyeol. Dan sekarang ia pulang ke rumahnya. Kai terkejut. Begitu membuka pintu, ia mendapati orang yang tidak ingin ia lihat hendak keluar rumah.
“Kenapa kau di sini?” Kai tidak senang.
“Tentu saja karena ini rumahku.” Suho menyeringai. Mata Kai membulat. Ia mengingat persyaratan Suho.
“Kau tanya saja pada appa. Appa ada di ruang kerjanya. Aku harus segera bertemu dengan Jeo Rin.” Suho berlalu melewati Kai dengan sengaja menabrak bahu namja itu. Kai terpaku. Hanya ada dua hal yang ia pikirkan. Suho yang bertemu Jeo Rin, Kai tidak menyangka mereka sudah sedekat itu. Dan appanya, kalau Suho ada di rumah berarti appanya menyetujui syarat Suho. Kai langsung menuju ruang kerja appanya. Ia masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
“Katakan appa tidak membatalkan perjodohanku dengan Jeo Rin!”
“Kai? Kau ke mana, nak? Kenapa tidak pulang?” Tanya Tuan Kim khawatir karena Kai tidak pulang ke rumah.
“Katakan tidak, appa..” Tuntut Kai. Tuan Kim bangkit dari kursi kerjanya. Ia berjalan menuju sofa lalu duduk.
“Duduklah. Biar appa jelaskan.” Kai duduk di sebelah appanya.
“Appa membatalkan perjodohanmu dengan Jeo Rin.”
“Kenapa? Kenapa appa melakukannya? Appa tahu kan kalau aku mencintai Jeo Rin?”
“Mianhae, Kai. Appa hanya mengambil keputusan yang menurut appa benar.”
“Benar? Itu bukan keputusan yang benar. Kenapa appa selalu mengabulkan permintaannya? Jebal, appa. Permintaanku hanya satu, jangan batalkan perjodohanku dengan Jeo Rin.” Mohon Kai.
“Appa bukan memihak Suho, Kai. Appa mengambil jalan tengah yang adil untuk kalian berdua.”
“Membatalkan perjodohanku itu adil untuknya. Appa tahu, sering kali aku merasa kalau appa tidak peduli padaku. Appa lebih perhatian padanya.” Akhirnya Kai mengeluarkan apa yang ia pendam selama ini.
“Bukan seperti itu, Kai. Appa menyayangi kalian berdua. Appa mengambil keputusan ini agar kalian bersaing secara sehat mendapatkan hati Jeo Rin. Appa tidak tahu kalau kalian mencintai yeoja yang sama. Kalau appa tahu Suho pacaran dengan Jeo Rin, pasti dia yang appa jodohkan dengan Jeo Rin dulu. Kalian mulai dari awal. Selanjutnya biar Jeo Rin yang memilih. Appa hanya berusaha untuk adil, Kai. Appa memang salah tidak membicarakan ini dengan kalian berdua dulu. Mengertilah, nak.” Kai diam.
“Jeo Rin belum mengetahui hal ini. Berusahalah. Dan appa harap kau dan Suho bisa rukun seperti dulu.” Tuan Kim menepuk pundak Kai. Kai keluar dari ruang kerja appanya dengan lesu.
———————-
Kai melihat mobil Suho yang keluar dari kediaman keluarga Kim di balkon kamarnya.
“Mau ke mana dia pagi-pagi begini? Kuliah kan masih libur? Apa dia mau bertemu Jeo Rin?” Kai masuk ke kamarnya, mengambil kunci mobilnya hendak mengikuti Suho. Sementara Suho melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
“Kenapa Jeo Rin baru memberitahu keberangkatannya ke New York tiga puluh menit sebelum berangkat? Semoga masih sempat. Dan Kai? Kenapa dia belum bangun? Apa dia tidak tahu kalau Jeo Rin kembali hari ini ke New York?”
@ Incheon Airport
Sepuluh menit sebelum keberangkatan Jeo Rin, Suho tiba di airport. Ia langsung mencari keberadaan Jeo Rin.
“Jeo Rin!” Panggil Suho. Ia segera berlari ke arah Jeo Rin.
“Oppa..”
“Kenapa kau tidak memberitahuku semalam?”
“Sebenarnya aku tidak berniat memberitahu oppa.”
“Nappeun yeoja. Kenapa kau tidak kuliah di sini saja? Bersama Min Young, dia mendaftar di universitas yang sama denganku.”
“Aku sudah merencanakan ini jauh hari. Sebenarnya Aku tidak berniat pulang ke Seoul setelah lulus sekolah. Sudah ya, oppa. Aku harus berangkat. Annyeong.” Jeo Rin berbalik. Ia melihat handphone yang sedari tadi ia pegang. Ia melihat pesan yang sudah ia ketik dari tadi dan menekan tombol send.
To: Jongin Kim
Aku kembali ke New York hari ini. Jaga dirimu baik-baik ^^
“Jeo Rin!” Jeo Rin berbalik karena Suho memanggilnya. Suho berlari dan berhenti di depan Jeo Rin lalu menciumnya.
“Saranghae.. Hubungi aku begitu kau sampai di New York.”
“Ne. Aku pergi oppa.”
Sementara Kai, ia kehilangan jejak Suho karena lampu pejalan kaki menyala. Yang ia tahu jalan ini adalah jalan menuju Incheon Airport.
“Buat apa dia ke airport? Apa dia mau berlibur? Tapi kenapa buru-buru?” Kai melajukan mobilnya. Ia menepikan mobilnya karena nada pesan handphonenya bunyi.
From: My Girl
Aku kembali ke New York. Jaga dirimu baik-baik ^^
Kai membaca pesan itu lagi. Meyakinkan dirinya. Ia langsung menelepon Jeo Rin, tapi nomornya tidak aktif. Jeo Rin pergi? Jadi Suho pergi ke Incheon untuk mengantarnya? Kai memukul stir mobilnya.
“Kau benar-benar tega, Jeo Rin. Kau sukses menghancurkanku.”
—————–
Tiga tahun Min Young menjalani harinya tanpa Sehun. Tapi ia beruntung karena ada orang yang bisa membuatnya tersenyum. Lu Han. Dia kuliah di SNU universitas yang sama dengan Lu Han dan Suho. Teman-temannya, Jeo Rin di New York, Misun di Canada, Min Ra? Dia tidak tahu kabar temannya yang satu itu. Ia mempunyai teman baru. Song Jikyu. Perhatian Lu Han padanya, membuat mahasiswa fakultasnya berpikiran kalau Min Young pacar Lu Han. Bagaimana tidak? Mereka selalu pergi dan pulang bersama sejak hari pertama Min Young kuliah. Lu Han juga mengantar Min Young sampai kelas.
“Kau pacaran dengan Lu Han sunbae, Young-ah?” Tanya Jikyu setelah Lu Han pergi meninggalkan kelas Min Young.
“Ani. Kami teman.”
“Jeongmal? Tapi kalian seperti pacaran.”
“Itu hanya perasaanmu saja. Ani. Semua mahasiswa di sini berpikir begitu.” Min Young menatap Jikyu bingung.
“Kau tahu? Lu Han sunbae incaran yeoja sefakultas, ani, seuniversitas. Banyak yeoja yang menyatakan perasaan padanya tapi ia tolak. Yang aku dengar dia tidak dekat dengan satu yeojapun. Dan orang-orang beranggapan dia seperti itu karena sudah punya yeojachingu.”
“Lu Han oppa tidak pernah bilang padaku dia punya yeojachingu.” Jikyu memutar bola matanya. Temannya ini lemot sekali.
“Yeojachingunya itu kau.”
“Kalian salah. Kami hanya teman.”
“Tapi cara dia menatapmu beda, Young-ah. Dia seperti menyukaimu.”
“Itu tidak mungkin.” Min Young memandangi cincin pemberian Sehun yang melingkar di jari manisnya. Tiga tahun berlalu dan Sehun tidak pernah menghubunginya. ‘Apa dia sudah melupakanku.’
—————–
Seperti biasa, Lu Han dan Min Young pulang bersama. Mereka sedang berada di cafe saat ini. Min Young teringat dengan kata-kata Jikyu. Perkataannya hampir sama dengan Kai dulu. ‘Tunggu dulu. Kai selalu mengatakan aku tidak peka, dan dia pernah mengatakan kalau yeoja yang Lu Han oppa cintai tidak pernah menyadari keberadaan Lu Han oppa. Apa yeoja itu aku?’ Pikir Min Young.
“Oppa, apa kau masih mencintai yeoja yang dikatakan Kai dulu?” Tanya Min Young. Lu Han berhenti memakan cheese cakenya.
“Ne. Kenapa kau menanyakan itu?” ‘Apa Min Young sudah menyadari kalau dia yeoja yang kucintai?’ Pikir Lu Han.
“Apa aku boleh tahu siapa yeoja itu, oppa?”
“Tidak. Apa kau sudah selesai? Aku harus mengerjakan skripsiku.”
“Ne. Aku sudah selesai oppa.” Entah kenapa Lu Han tidak mau memberitahu Min Young.
——————–
“Kau tidak bersama Lu Han sunbae?” Tanya Jikyu yang melihat Min Young tidak diantar Lu Han ke kelasnya.
“Ani. Dia harus menyelesaikan skripsinya. Paling dia ke kampus untuk menemui dosen pembimbingnya.” Jikyu menganggukkan kepalanya mengerti.
—————–
Min Young menekan bel apartemen Lu Han. Lama ia menunggu sampai seseorang membuka pintu untuknya. Bukan Lu Han tapi Suho.
“Min Young? Cepat masuk! Aku tidak tahu mau minta tolong pada siapa.” Min Young pun masuk.
“Ada apa, oppa?”
“Lu Han demam. Dia meneleponku tadi.” Min Young langsung menuju kamar Lu Han. Benar saja. Ia mendapati Lu Han terbaring lemah dengan wajah yang pucat. Min Young memeriksa kening Lu Han dengan punggung tangannya.
“Panas sekali.”
“Aku baru sampai sepuluh menit yang lalu. Saat dia membukakan pintu untukku, dia langsung pingsan.”
“Kenapa oppa tidak membawanya ke rumah sakit?”
“Aku panik tadi.” Min Young menghela nafas. Ia keluar kamar dan kembali lagi dengan semangkok air dan handuk kecil. Memasukkan handuk itu ke dalam mangkok lalu memeras handuk, meletakkannya di kening Lu Han.
“Dia pasti kelelahan, makan tidak teratur dan lagi aku menemukan bungkus makanan instan di dapur.” Suho hanya diam melihat Min Young. ‘Min Young terlalu khawatir pada Lu Han. Apa Min Young akan seperti itu pada semua orang? Mereka memang dekat dari dulu. Tapi kedekatan mereka tidak wajar. Kenapa aku baru sadar sekarang? Lalu bagaimana dengan Sehun?’ pikir Suho.
“Min Young, Sehun apa kabar?”
“Aku tidak tahu, oppa. Dia tidak pernah mengabariku.”
“Kalian masih pacaran?”
“Molla. Kata putus belum keluar dari dia atau aku.” Min Young memasukkan lagi handuk ke mangkok lalu memeras dan meletakkan kembali ke kening Lu Han.
“Aku juga tidak habis pikir dengannya. Pergi tanpa pamit.” Min Young tersenyum kecut. ‘Mungkin dia sudah menemukan yeoja lain di sana.’ Batin Min Young.
“Eungg..” Lu Han membuka matanya.
“Oppa, kau sudah sadar? Kita ke rumah sakit ya? Kau panas sekali.”
“Gwenchana. Istirahat juga sembuh.” Kata Lu Han lemah. Tangannya bergerak untuk mengelus pipi Min Young. Suho terkejut melihat cara Lu Han menatap Min Young. Tatapannya seperti tatapan seorang namja pada yeojanya. Tatapan yang selalu ia berikan pada Jeo Rin.
“Kau sudah makan, oppa?” Lu Han menggeleng.
“Kau pasti belum sarapan juga.” Lu Han tersenyum.
“Kenapa malah tersenyum? Itu bukan kebanggaan, oppa. Pantas kau sakit begini. Sia-sia aku mengisi kulkasmu dengan bahan makanan.”
“Aku tidak bisa masak itu artinya kau harus memasak untukku.”
“Tunggu sebentar. Aku akan buatkan oppa bubur.” Min Young berlalu ke dapur.
“Kau menyukai Min Young?” Tanya Suho begitu pintu kamar tertutup.
“Mwo?”
“Caramu menatap Min Young berbeda. Seperti namjachingu terhadap yeojanya.”
“Aku mencintainya.”
“Mwo? Kau tahu kan dia yeojachingu Sehun?” Suho tidak menyangka dugaannya benar.
“Sehun juga tahu aku mencintai Min Young.” Mereka terdiam.
“Aku sudah merelakan Min Young pada Sehun. Memendam perasaanku pada Min Young, tapi tidak bisa. Semakin aku memendam perasaan ini, semakin besar rasa cintaku pada Min Young.”
“Jadi, apa yang akan kau lakukan?”
“Aku tidak tahu. Mungkin aku akan terus begini. Aku mencintai Min Young.”
CKLEK!
“Min Young!?”
TBC…
