Quantcast
Channel: EXOMKFANFICTION
Viewing all articles
Browse latest Browse all 317

TRUE LOVE (Chapter 19)

$
0
0

55

TRUE LOVE

                           

Tittle                : True Love (Chapter 19)

Author             : Jellokey

Main Cast        :

Kim Jong In (Kai of EXO)

Oh Sehoon (Se Hun of EXO)

Luhan (Lu Han of EXO)

Kim Joon Myun (Suho of EXO)

Kang Jeo Rin (OC)

Shin Min Young (OC)

Support Cast   :

Park Chanyeol (Chanyeol of EXO)

Kim Min Seok (Xiumin of EXO)

Choi Yoo Ra (OC)

and others

Length             : Chaptered

Genre              : Romance, Family, Marriage Life

Rating             : PG-17

Annyeong ^^

Mian chapter 19 lama. Aku panjangin loh. Hati-hati typo. Happy reading and don’t be a sider :D

Jeo Rin terbangun dari tidurnya. Dia harus menjalani rutinitasnya setiapa hari. Jeo Rin menoleh ke sampin kanan dan memegang tangan yang sedari semalam setia melingkar di pinggangnya. Dengan hati-hati Jeo Rin melepas tangan Kai dari pinggangnya, ia tidak ingin mengganggu tidur Kai yang nyenyak. ‘Semoga kau segera mengingatku. Saranghae.’ Jeo Rin mencium kening Kai sebelum beranjak dari tempat tidur.

————-

“Jongin-ah, irreona.. Jongin..” Jeo Rin mengelus pipi Kai lembut. Ia sudah mengenakan pakaian kantornya.

“Jongin..”

“Eungg..” Akhirnya Kai bangun. Ia mengerjapkan matanya.

“Pagi!” Sapa Jeo Rin.

“Kau mau pergi?” Jeo Rin mengangguk. Kai menempatkan kepalanya di pangkuan Jeo Rin.

“Kau pulang jam berapa?” Jeo Rin mengelus rambut Kai sayang.

“Jam lima sore.”

“Lama sekali. Apa kau akan segera kemari kalau aku meneleponmu?”

“Kita lihat nanti. Kau mau sarapan denganku?”

“Aku masih mengantuk.”

“Kalau begitu aku ke bawah. Eem.. Jongin-ah, kau bisa memakai bantal sebagai alas kepalamu.”

“Shirreo! Kau di sini bersamaku.”

“Tapi aku harus kerja.” Kai malah menghadapkan wajahnya ke perut Jeo Rin. Melingkarkan tangannya di pinggang Jeo Rin.

Tok! Tok!

“Jongin-ah..” Jeo Rin memelas.

“Biarkan saja.” Pintu diketuk lagi.

“Jeorin-ah, kau di dalam?”

“Oppa, masuk saja. Pintunya tidak dikunci.” Teriak Jeo Rin.

“Jongin-ah, jebal..”

“Shirreo!”

“Jeorin-ah, ayo sarapan.” Seketika mata Suho membulat melihat Kai di tempat tidur Jeo Rin dengan posisi yang tidak mengenakkan hati dan matanya.

“Apa yang kau lakukan di sini?!” Mata Suho berkilat-kilat seperti hendak memakan Kai. Kai membuka matanya.

“Kau mengganggu tidurku.” Ucap Kai datar.

“Kau sadar berada di kamar siapa?”

“Sadar. Aku berada di kamar yeoja yang menjadi jodohku.”

“Dia juga jodohku!”

“Sudahlah, oppa. Jongin hanya tidur di sini.” Suho membuang nafas berat. Ia berusaha memaklumi Kai yang hilang ingatan.

“Ayo sarapan.”

“Jongin..” Kepala Kai kembali ke bantal.

“Aku berangkat. Jangan lama-lama tidurnya. Kajja, oppa.” Kata Jeo Rin setelah mengambil tas kerjanya. Kai memandangi pintu kamar Jeo Rin yang tertutup beberapa detik lalu. Detik berikutnya ia bangun lalu berlari menuju kamar mandi.

————-

“Jongin? Kau sudah bangun?” Tanya Jeo Rin.

“Aku ingin sarapan denganmu.” Kai mengambil tempat duduk di samping Jeo Rin. Suho tetap fokus pada rotinya.

“Kau mau sarapan apa?”

“Roti selai cokelat.” Jeo Rin pun membuatkan untuk Kai.

“Suapi aku.” Suho langsung menatap Kai marah. Sedangkan Kai menunjukkan smirknya.

“Jeorin-ah, kita harus berangkat.” Kegiatan Jeo Rin yang hendak memotong roti terhenti.

“Aku harus mengurus anak ini dulu, oppa.” Jeo Rin menyuapi Kai. Kai menatap Suho penuh kemenangan.

“Jeorin-ah, kita sudah telat.”

“Oppa duluan saja.”

“Kita berangkat bersama.”

“Kau tidak dengar, Jeo Rin masih mau mengurusku.” ‘Jangan curi kesempatan hanya karena appa belum mengizinkanku kembali bekerja.’

“Sudah selesai, tuan Kim. Aku berangkat.” Kai menahan Jeo Rin lalu mengecup bibir Jeo Rin. Suho ingin sekali melempar tas kerjanya mengenai kepala Kai dan Kai akan amnesia permanen.

“Cepatlah pulang.”

————

Sehun sama sekali tidak bisa fokus pada pekerjaannya. Pikirannya melayang pada sikap Min Young yang berubah belakangan ini. Dalam satu hari bisa dihitung berapa kali Min Young bicara padanya. Bahkan Min Young hanya bicara kalau Sehun bertanya. Ia pun mengambil handphonenya dan menelepon Min Young. Tidak ada jawaban. Berkali-kali Sehun menghubungi Min Young tapi tidak diangkat. Pilihan terakhir hanya mengirim pesan pada istrinya. Tetap tidak ada jawaban. Membuat Sehun semakin bingung. Tidak biasanya. Tak berapa lama kemudian Min Young membalas pesan Sehun.

From: My Lovely Wife

Mian, aku sedang meeting.

Sehun mendesah. Balasannya terkesan datar.

“Aku harus bicara dengan Min Young nanti.”

—————

Min Young pulang lebih awal dari biasanya. Walaupun begitu, ia tidak lagi mengerjakan pekerjaan rumah. Semua sudah dikerjakan pembantu. Termasuk memasak. Ia hanya perlu menghangatkan makanan. Sebelum makan, Min Young membersihkan diri dahulu. Tidak terpikirkan olehnya untuk menunggu Sehun. Sudah jam tujuh malam, berarti Sehun pulang telat. Setelah makan, Min Young kembali ke kamar. Ia mencari iPod-nya lalu tidur sambil mendengarkan musik.

—————

Sehun memasuki apartemen, mendapati suasana sepi di dalamnya. Biasanya Min Young menunggunya pulang sambil menonton tv di ruang tamu. Sehun menuju kamar, mendapati Min Young sudah tertidur dengan pulas. Ia meletakkan tas kerjanya di sofa lalu mendekati Min Young. Berjongkok, menatap wajah cantik istrinya yang sedang tertidur. Merapikan poni Min Young yang berantakan lalu mencium kening istrinya lama. Ia mengambil headset yang menempel di kedua telinga Min Young. Meletakkan iPod di meja lalu bergegas mandi.

—————-

Sehun merebahkan dirinya di samping Min Young begitu selesai makan. Tidak butuh waktu lama karena ia makan sendiri. Ia menghadap Min Young yang tidur membelakanginya. Mendekat pada Min Young dan memeluknya. Satu tangannya yang lain mengelus rambut Min Young.

“Oppa sudah pulang?”

“Ne.” Sehun mencium bahu Min Young lembut. Berkali-kali. Entah kenapa Sehun merindukan Min Young. Padahal mereka selalu bertemu. Sehun tahu, ia merindukan sikap istrinya yang hangat.

“Geumanhae..” Otomatis Sehun berhenti. Min Young juga berusaha melepas tangan Sehun yang melingkar di pinggangnya tapi Sehun malah mengeratkan pelukannya. Sehun bingung. Min Young tidak pernah melarang Sehun seperti itu sebelumnya.

“Oppa mengganggu tidurku.”

“Yeobo, ada apa? Apa kau ada masalah di kantor?”

“Ani.” Dahi Sehun berkerut bingung.

“Apa.. aku melakukan kesalahan?” Tanya Sehun ragu. Min Young diam. Dan Sehun mengartikannya kalau ia melakukan kesalahan pada Min Young. Sehun memaksakan Min Young menghadapnya.

“Apa apa?” Sehun menatap Min Young dalam. Ditatap seperti itu membuat Min Young ingin menangis. Sehun langsung memeluk Min Young. Ia tidak pernah suka melihat Min Young menangis. Apalagi itu karena dirinya.

—————

Sepanjang perjalanan menuju kantor Min Young, Sehun dan Min Young hanya diam. Min Young asyik memandangi jalanan dari kaca mobil. Sesekali Sehun melirik Min Young. Ia memutar otaknya. Sudah dua minggu Min Young menjadi orang yang berbeda untuknya. ‘Dua minggu.. Apa mungkin.. Ani. Min Young tidak mungkin datang ke kantor waktu itu. Kalau Min Young datang pasti sekretarisku memberitahu.’ Batin Sehun. Ia tidak fokus menyetir.

“Sehun, kantorku sudah lewat.” Sehun bahkan tidak sadar Min Young bicara di sebelahnya.

“Sehun…”

“Ye?”

“Kau melewati kantorku.”

“Ah.. Mian.” Sehun memutar arah. Ia menghentikan mobilnya tepat di depan pintu masuk kantor Min Young. Sehun menahan tangan Min Young yang hendak membuka pintu mobil.

“Yeobo, kau melupakan sesuatu.” Sehun mendekatkan wajahnya ke wajah Min Young. Hidung mereka sudah bersentuhan, tapi..

Hoeek!

“Gwenchanayo? Kita ke rumah sakit, ne?” Sehun menatap Min Young khawatir.

“Ani. Gwenchana. Aku masuk dulu.” Min Young keluar dari mobil. ‘Apa mungkin Min Young hamil?’

————–

Kai langsung menuju lantai bawah begitu melihat mobil Jeo Rin dari balkon kamarnya.

“Kau pulang lebih awal?” Tanya Kai begitu melihat Jeo Rin di ruang tamu. Jeo Rin mengangguk.

“Aku baru saja ingin meneleponmu.” Jeo Rin pulang saat jam makan siang. Ia langsung menaiki tangga menuju kamarnya. Kai mengikutinya dari belakang. Jeo Rin mengambil kopernya lalu memasukkan beberapa pakaian dari lemari.

“Kau mau ke mana?”

“Aku harus ke Busan. Ada sedikit masalah di perusahaan yang ada di sana.”

“Mwo? Kau pulang cepat bukan untuk menemuiku?”

“Aku menemuimu sekarang.” Jeo Rin menutup kopernya.

“Aku pergi, Jongin-ah.”

“Kapan kau pulang?”

“Aku di sana selama tiga hari.”

“Lama sekali. Aku bagaimana?” Jeo Rin terkekeh. Reaksi Kai sama seperti dulu. Ia selalu begitu kalau Jeo Rin melakukan pekerjaan ke luar kota. Kai merasakan jantungnya berdetak kencang karena Jeo Rin memeluknya.

“Kau tidak berubah.” Jeo Rin memeluk Kai erat. Ia menyesal karena terlambat menyadari perasaannya.

“Kau selalu berkata seperti itu kalau aku bekerja di luar kota.” Kai balas memeluk Jeo Rin.

“Aku ikut denganmu. Aku tidak mau sendiri di rumah.”

“Kau tidak sendiri, Jongin-ah. Joonmyun oppa juga berada di rumah.”

“Ada atau tidaknya dia aku tetap merasa sendiri.” Jeo Rin melepas pelukannya.

“Ajjushi akan pulang dua hari lagi.” Kai menghela nafas.

“Apa yang harus kulakukan untuk menahanmu di sini?” Kai meraih tengkuk Jeo Rin.

“Jongin-ah..”

“Kau tahu? Aku selalu merindukanmu..” Kai mencium pipi Jeo Rin. Lalu sudut bibir Jeo Rin. Ia pasti sudah melumat bibir Jeo Rin kalau handphone Jeo Rin tidak berdering. Jeo Rin menjauhkan wajah Kai.

“Yeoboseyo..”

“…”

“Tunggu sebentar, aku akan segera keluar. Jongin-ah, aku pergi.” Jeo Rin mengecup bibir Kai.

————

Sehun pulang lebih awal dari biasanya. Sebenarnya tidak. Ia pulang tepat jam pulang kerja. Sehun mendapati Min Young duduk di sofa, membaca komik sambil mendengarkan musik. Sehun menghampiri Min Young. Ia mencium pipi istrinya. Min Young menoleh pada Sehun sebentar lalu kembali membaca. Sehun menghela nafas. Detik berikutnya ia mengambil headset yang menempel di telinga kiri Min Young. Min Young tidak bergeming. Sehun mengambil headset sebelahnya, membuat Min Young menoleh padanya.

“Kau sudah makan?”

“Belum. Aku tidak selera.” Min Young menutup komiknya lalu beranjak keluar kamar. Sehun merasa tinggal sendiri. Ia lebih memilih tinggal sendiri dalam arti sebenarnya daripada Min Young tidak mempedulikannya.

—————

“Yeobo, ayo makan.” Sehun menghampiri Min Young yang sedang nonton di ruang tamu.

“Oppa duluan saja. Aku tidak nafsu makan.” Dengan cepat Sehun menggendong tubuh Min Young. Otomatis Min Young melingkarkan tangannya di leher Sehun.

“Oppa, turunkan aku..” Rengek Min Young. Ia melupakan rasa cemburunya pada Sehun. Sehun tidak mempedulikan Min Young. Ia berjalan menuju ruang makan, duduk di kursi dengan Min Young di pangkuannya.

“Ayo makan. Aku tidak nafsu, oppa.”

“Kau harus makan, Youngie. Aku tidak mau kau sakit.”

“Oppa..” Rengek Min Young. Sehun menatap Min Young. Min Young-nya telah kembali.

“Bogoshipo..” Sehun memeluk Min Young.

“Aku kehilangan sosok Min Young-ku dua minggu ini.” Min Young terdiam. Ia merasa bodoh karena dibutakan perasaan cemburunya. Sehun tidak mungkin mengkhianatinya bukan?

“Mianhae..” Min Young balas memeluk Sehun.

“Ani. Aku yang minta maaf. Kau seperti itu karena aku, tapi sampai sekarang aku belum bisa menemukan kesalahanku. Aku mohon jangan bersikap seperti itu lagi padaku, Youngie.”

“Ne.”

“Sekarang makan. Aaak…” Sehun menyuapi.

“Aku tidak selera, oppa.”

“Kau tidak selera? Tapi ini ada ayam goreng kesukaanmu.” Min Young menggeleng.

“Ayolah, Youngie.. Satu sendok saja.” Sehun memelas dengan puppy eyesnya. Min Young membuka mulutnya menerima suapan Sehun. Sehun menyuapi Min Young lagi, tapi Min Young menolak.

“Oppa, sudah.”

“Kau ingin makan sesuatu?” Sehun mengelus pipi Min Young. Min Young menggeleng.

“Oppa makanlah. Dan lepaskan aku. Aku bisa duduk di kursi.”

“Begini saja. Kau yakin tidak menginginkan sesuatu?” Min Young menggigit bibir bawahnya.

“Aku ingin tteokbokki.”

“Bukannya kau tidak suka makanan pedas?”

“Aku tidak tahu, oppa. Aku ingin itu sekarang.”

“Yeobo, besok kita ke rumah sakit, ne?” Sehun ingin memastikan dugaannya.

“Buat apa?”

“Supaya kita tahu kau sakit apa. Setiap pagi kau muntah-muntah. Aku tidak bisa melihatmu seperti itu.”

“Shirreo..”

“Yeobo, jebal. Aku mengkhawatirkanmu.”

“Gwenchana, oppa. Besok aku pasti tidak mengalami itu.” Sehun mendesah berat.

“Aku akan membeli tteokbokki untukmu. Chankkaman gidaryeo.”

“Aku ikut.”

—————–

“Ini meeting terakhir kita. Kuharap kau tidak muncul di hadapanku lagi.” Kata Sehun pada Yoo Ra.

“Mian. Aku tidak bisa.”

“Kau tidak ingat kata-katamu?”

“Geurae. Tapi aku punya permintaan. Aku mau kau menemaniku makan siang.”

“Kau sadar mengatakan itu, Yoora-ssi? Kau pasti tahu jawabanku.” Sehun keluar dari ruangannya.

“Sekretaris Lee, apa saya ada meeting setelah jam makan siang?”

“Tidak ada, presdir.” Sehun mengangguk. Ia memiliki rencana.

————-

Sehun memasuki ruangan Min Young. Sepertinya Min Young tidak menyadari kedatangan Sehun. Sehun mendekati Min Young.

“Oppa..”

“Aku pikir kau tidak tahu aku datang.”

“Aku tahu. Aku merasakan aura tidak enak saat oppa masuk.”

“Mwo? Kau pikir aku hantu.” Sehun menyandar di meja kerja Min Young.

“Aku bercanda, oppa.” Min Young menatap Sehun sebentar.

“Pekerjaanmu belum selesai? Ini sudah jam makan siang.”

“Belum. Aku lelah sekali, oppa.” Sehun bergerak ke belakang kursi kerja Min Young lalu memijat bahu Min Young.

“Eottae? Apa sudah lebih baik?”

“Ne. Gomawo, oppa.”

“Kajja. Kita makan siang.” Ajak Sehun.

—————–

“Kau mau pesan apa, Youngie?”

“Terserah oppa.” Kata Min Young setelah meminum jus jeruknya. Sehun pun memesan makanan untuk mereka. Sambil memainkan sedotan, Min Young melihat ke sekeliling restoran dan matanya mendapati sosok Lu Han memasuki restoran. Min Young melambaikan tangannya.

“Lu Han oppa..” Sehun langsung mengalihkan pandangannya dari buku menu.

“Min Young, Sehun..”

“Oppa, bergabunglah dengan kami.”

“Apa aku tidak mengganggu kalian?” Lu Han melirik Sehun.

“Ani. Oppa seperti orang lain saja.”

“Bagaimana kabarmu, Lu Han?” Tanya Sehun.

“Baik.” Lu Han mengambil tempat duduk di sebelah Min Young.

“Apa kau sudah punya yeojachingu? Atau calon istri?”

Deg..

Pertanyaan itu sangat sensitif untuk Lu Han.

“Aku tidak punya yeojachingu.” Sehun menatap Lu Han. ‘Apa Lu Han masih mencintai Min Young?’ Pikir Sehun.

“Oppa harus cari yeojachingu. Dari dulu aku belum pernah melihat oppa pacaran.” Ucap Min Young sambil menaruh kimchi dan bulgogi ke piringnya. Entah kenapa ia ingin makan banyak hari ini.

“Aku tidak pernah memikirkan itu. Mungkin aku tidak akan menikah seumur hidup.”

“Uhuk!” Refleks Lu Han dan Sehun menggeser gelasnya untuk Min Young. Min Young mengambil gelas Sehun yang berada di sebelah kanannya.

“Gwenchana?” Sehun mengelus punggung Min Young. Min Young mengangguk. ‘Kenapa kau masih belum sadar, Lu Han? Min Young sudah menjadi milik Sehun.’ Batin Lu Han.

“Oppa membuatku takut. Oppa normal kan?”

“Aku normal, Young. Aku hanya belum menemukan seseorang yang menarik perhatianku.”

“Bagaimana dengan yeoja yang oppa cintai itu?” Lu Han melirik Sehun.

“Dia sudah menikah. Dan aku sedang berusaha melupakannya.”

“Dia pasti tidak akan menyesal karena menyia-nyiakan oppa.”

“Ehem..” Sehun berdeham berharap percakapan mereka tidak semakin jauh.

“Youngie, kau makan banyak hari ini.”

“Aku tidak tahu, oppa. Tiba-tiba saja aku selera melihat makanan yang oppa pesan.”

“Baguslah. Aku mengkhawatirkan pola makanmu belakangan ini.”

“Oppa, aku ke toilet dulu.” Tinggallah Sehun dan Lu Han yang menyantap makanan mereka.

“Kau masih mencintai Min Young?” Tanya Sehun yang sudah selesai makan.

“Aku sedang berusaha melupakan Min Young.” Lu Han meminum air mineralnya lalu memainkan sedotan jus lemonnya.

“Seharusnya kau menjauhi Min Young.” Kata Sehun serius.

“Kau menyuruhku menjauhi Min Young??” Lu Han tidak percaya dengan apa yang Sehun katakan. ‘Ada apa dengannya? Apa dia merasa terancam karena kedekatanku dengan Min Young? Tanpa disuruh pun aku pasti menjauhi Min Young.’ Batin Lu Han.

“Aku tidak bermaksud seperti itu, Lu Han.” Sehun bingung harus berkata apa. Ia merasa bersalah. Lu Han adalah temannya dan Lu Han juga sangat mengenal Min Young. Tapi ia memang ingin Lu Han menjauh dari Min Young. Ia tidak suka melihat kedekatan Lu Han dan Min Young.

“Dua bulan ini aku memang menjauhi Min Young, dan berhasil. Tapi secara tidak sengaja aku bertemu Min Young di restoran ini. Dan saat itu aku bisa merasakan kalau ia sedang sedih. Ia semakin sedih saat seorang yeoja yang mengaku teman kuliahmu menghampiri kami.

“Yeoja?”

“Kalau tidak salah namanya Choi Yoo Ra.” Sehun tersentak. ‘Apa itu penyebab Min Young bersikap aneh?’ Batin Sehun.

“Kau pasti sangat mengenal Min Young, Sehun. Dia tidak bisa dengan gamblang mengutarakan isi hatinya. Aku harap kau tidak akan melukainya.” Sehun merasa bodoh. Ternyata Lu Han lebih mengenal istrinya dibandingkan dirinya.

“Serius sekali. Kalian membicarakan apa?” Min Young sudah kembali.

“Urusan bisnis, Young.” Lu Han meminum jus lemonnya perlahan. Min Young menelan liurnya melihat itu.

“Waeyo?” Tanya Lu Han yang menyadari Min Young memperhatikannya.

“Ani. Sepertinya jus oppa enak.” Kata Min Young polos.

“Kau mau? Minumlah.” Lu Han menyodorkan jusnya pada Min Young.

“Tidak usah, Lu Han. Biar aku pesan untuk Min Young.”

“Tidak apa, Sehun. Min Young pasti menunggu lama nanti.” Sebenarnya Lu Han tidak menyukai minuman yang asam. Ia memesan jus lemon hanya untuk membuktikan dugaannya. Dan usahanya tidak sia-sia. Melihat Min Young yang langsung meminum habis jus lemonnya, membuat Lu Han yakin kalau Min Young hamil. Tapi keyakinannya hilang begitu melihat Sehun. ‘Sehun biasa saja. Kalau Min Young hamil, Sehun pasti tahu. Tapi..’

“Oppa, aku harus kembali ke kantor. Annyeong.”

“Annyeong, Lu Han.”

—————

“Kau sibuk?” Tanya Sehun yang duduk di depan Min Young.

“Ne. Ada beberapa file yang harus kuselesaikan hari ini. Oppa tidak kembali ke kantor?” Biasanya Sehun super sibuk.

“Ani. Aku tidak sesibuk dirimu hari ini.” Hening. Min Young fokus pada pekerjaannya. Sedangkan Sehun asyik memandangi Min Young. Ia berdiri dari duduknya lalu berjalan menuju Min Young.

“Kau benar-benar sibuk?” Bisik Sehun di telinga Min Young.

“Eem. Wae?”

“Aku punya rencana. Bisakah kau menunda pekerjaanmu?” Min Young menatap Sehun.

“Rencana apa?”

“Kencan denganmu. Aku ingin membayar kencan kita yang tertunda karena kuliahku.” Min Young berpikir. Sebelum ia menyuarakan pendapatnya, Sehun kembali berkata.

“Kita kencan hanya sebentar. Setelah itu kembali ke apartemen. And..” Sehun memutar kursi kerja Min Young menghadapnya. Ia berjongkok dan menggenggam kedua tangan Min Young.

“Let’s make a baby..” Min Young membulatkan matanya.

“Aku rasa yang kita lakukan saat honeymoon tidak cukup, Youngie.” Sehun mencium tangan Min Young.

“Aku sangat menginginkan baby di keluarga kita. Dengan begitu kau akan selalu berada di rumah, menungguku pulang dari kantor dan mengurus buah cinta kita. Aku sangat ingin melihatmu seperti itu.” Min Young menangkupkan kedua tangannya di wajah Sehun.

“Mungkin Tuhan belum yakin untuk menitipkan little angel pada kita, oppa.”

“Kita juga harus berusaha, Youngie. Kita hanya sekali melakukan ‘itu’ waktu honeymoon.”

“Oppa.. Kenapa oppa membicarakan itu di sini?”

“Wae? Apa salah?”

“Oppa..” Min Young tidak tahu harus menjawab apa.

“Aku harus kembali bekerja.” Sehun menghela nafas. Kedua orang ini tidak menyadari apa yang terjadi pada Min Young.

—————

“Annyeong, Sehun-ah..”

“Buat apa kau kemari? Kerja sama kita sudah selesai.”

“Aku ingin mengajakmu makan siang bersama.” Yoo Ra mendengus kesal karena Sehun tidak mempedulikannya.

“Sehun, kau mau ke mana?”

“Bukan urusanmu.” Tak habis akal, Yoo Ra mengikuti ke mana Sehun pergi.

—————–

Mobil Sehun berhenti di sebuah restoran. Yoo Ra berusaha agar Sehun tidak mengetahuinya. Yoo Ra tidak bisa mengikuti Sehun lebih lanjut karena Sehun memasuki sebuah ruangan khusus. Yoo Ra pun menunggu Sehun sambil makan siang. ‘Jadi Sehun meeting? Aku pikir dia makan siang dengan Min Young.’ Batin Yoo Ra. Ia kembali mengikuti Sehun. ‘Mall?’ Yoo Ra segera turun dari mobilnya, tidak mau kehilangan jejak Sehun. Suasana yang ramai hampir membuatnya kehilangan Sehun. Akhirnya Yoo Ra mendapati Sehun di sebuah toko perhiasan.

——————-

Sehun’s POV

Aku ingin membelikan sesuatu untuk Min Young. Tapi apa? Cincin? Sudah ada cincin pernikahan di jari manis tangan kiri Min Young. Sedangkan jari manis sebelah kanan, ada cincin yang kuberikan sebelum aku pergi dulu.

“Anda butuh bantuan, tuan?” Penjaga toko menyapaku yang sedang melihat-lihat.

“Saya ingin memberikan hadiah untuk istri saya.” Aku tersenyum.

“Saya yakin istri anda pasti suka hadiah apa pun yang tuan berikan.” Aku pun kembali melihat-lihat. Mataku terpaku pada kalung dengan bandul berbentuk hati.

“Kau sedang apa?” Tiba-tiba seseorang menggangguku. Yoo Ra, yeoja ini, apa aku harus membuangnya ke laut?

“Kau mengikutiku?” Ucapku datar.

“Ne. Kau mau membeli kalung? Untuk Min Young? Sepertinya kalung yang itu bagus.” Yoo Ra menunjuk sebuah kalung berbandul huruf Y.

“Kau menggangguku.” Aku memanggil pelayan tadi.

“Saya ambil yang ini.”

“Tunggu sebentar, tuan.”

“Kau tidak membelikan kalung untukku? Aku sangat ingin kalung yang kutunjuk tadi.” Yeoja ini tidak bisa diam.

“Beli untukmu sendiri.” Pelayan tadi kembali. Aku pun membayar kalung itu.

“Tuan, apa ini istri anda?” Yoo Ra langsung tersenyum.

“Menurut anda?”

“Tidak. Yeoja ini tidak cocok dengan tuan.” Yoo Ra langsung menatap tajam pelayan itu. Semoga dia segera sadar dari mimpinya.

“Benar. Dia bukan istri saya. Gamsahamnida.”

Sehun’s POV end

——————-

Minyoung’s POV

Entah kenapa aku ingin ke mall. Padahal pekerjaanku menumpuk. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan. Aku hanya mengikuti ke mana kaki melangkah. Dan aku berhenti di depan toko perlengkapan bayi. Aku jadi ingat kata-kata Sehun oppa semalam. Aku memegang perutku. Sebenarnya aku juga ingin memiliki bayi. Aku memasuki toko itu.

“Selamat datang, nyonya.” Sapa pelayan toko, aku tersenyum menanggapinya. Aku melihat-lihat pakaian bayi yang lucu. Kapan aku akan memiliki bayi? Tuhan, cepatlah kirimkan malaikat kecil di keluarga kami. Aku meninggalkan toko itu. Sepertinya aku tidak akan menolak permintaan Sehun oppa lagi. Aku harus segera kembali ke kantor. Tapi mataku menangkap sosok yang tak asing, tak jauh setelah aku meninggalkan toko perlengkapan bayi tadi. Sehun oppa bersama seorang yeoja di toko perhiasan.

“Yoo Ra..”

Minyoung’s POV end

———————-

Min Young menggelengkan kepalanya, tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Matanya sudah berkaca-kaca melihat Yoo Ra bergelayut manja di lengan Sehun. Seseorang menepuk bahu Min Young dari belakang.

“Min Young?” Panggil orang itu ragu. Min Young menoleh ke belakang.

“Oppa..” Orang itu adalah Lu Han. Ia baru saja membeli jam tangan. Min Young kembali melihat ke toko perhiasan.

“Kau sedang apa?” Tanya Lu Han. Tidak ada jawaban, Lu Han pun mengikuti arah pandang Min Young. Ia terkejut. Apa Sehun membeli perhiasan untuk yeoja itu? Dengan cepat Lu Han membalik tubuh Min Young dan memeluknya. Ia tidak peduli orang-orang yang melihat aneh pada mereka. Sementara Sehun yang baru keluar dari toko perhiasan terpaku di tempatnya.

“Kenapa, Sehun-ah?” Sehun tidak yakin dengan apa yang ia lihat. Min Young berpelukan dengan Luhan? Di tempat umum? Yoo Ra yang melihat itu senang. ‘Ternyata aku tidak perlu berusaha keras.’ Batinnya. Sehun meninggalkan tempat itu.

“Sehun..” Panggil Yoo Ra. Ia tidak mengikuti Sehun lagi.

“Sepertinya aku harus belanja banyak hari ini.” Yoo Ra menyeringai. Lu Han masih menenangkan Min Young. Min Young belum mau melepaskan pelukannya. Lu Han mengelus punggung Min Young.

“Tenanglah..” Lu Han masih tidak mempercayai apa yang ia lihat tadi. ‘Apa benar itu Sehun?’ Batinnya.

“Sudah baikan?” Min Young mengangguk. Lu Han menghapus air mata Min Young.

“Tersenyumlah.” Lu Han tersenyum pada Min Young seolah menyuruh Min Young untuk tersenyum sepertinya. Walaupun tidak seindah senyum Lu Han, akhirnya Min Young tersenyum.

“Kajja.” Lu Han menarik tangan Min Young.

“Oppa, aku harus kembali ke kantor.” Lu Han menggeleng.

“Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat.”

——————-

Lu Han langsung memesan es krim coklat dan stroberi begitu mereka berada di kedai es krim dekat JHS mereka dulu.

“Igeo.” Lu Han memberikan es krim coklat pada Min Young.

“Gomawo, oppa.”

“Kau mau makan di sini atau..”

“Kita ke taman saja, oppa.”

“Kajja.” Mereka makan es krim sambil berjalan. Jarak dari kedai es krim ke taman tidak jauh.

“Sepertinya es krim oppa enak.”

“Kau mau?” Min Young mengangguk. Lu Han mendekatkan es krim-nya ke bibir Min Young. Saat Min Young membuka mulutnya Lu Han langsung mengenai hidung Min Young dengan es krim.

“Oppa!”

“Hahaha.. Kau lucu sekali, Young.” Min Young mengerucutkan bibirnya.

“Aku akan membalasmu, oppa.” Min Young bermaksud membalas Lu Han di pipinya.

“Eiits.. Tidak kena.” Lu Han berlari menjauhi Min Young. Min Young mengejar Lu Han. Baru berlari, Min Young berhenti dan memegang perutnya. Lu Han yang melihat itu langsung menghampiri Min Young.

“Gwenchana?” Wajah Min Young seperti menahan sakit.

“Kena! Satu sama, oppa.” Min Young tersenyum puas begitu es krim-nya menempel di pipi Lu Han. Ia melupakan perutnya yang sakit. Lu Han terpaku melihat senyum Min Young.

“Oppa..”

“Kau harus tersenyum seperti itu, Young.”

“Kenapa oppa selalu bisa menghiburku?” Lu Han tersenyum. ‘Karena aku mencintaimu.’ Batin Lu Han. Lu Han mengelus rambut Min Young.

“Kau sudah tidak sedih lagi. Kemarikan es krim-mu. Kita bertukar es krim.” Min Young menyerahkan es krim-nya, begitu juga Lu Han. Setelah itu Lu Han menggenggam tangan kanan Min Young. Langkahnya terhenti karena Min Young tidak bergerak dari tempatnya. Min Young tidak bergerak karena merasakan ada yang berbeda pada dirinya. Jantungnya berdebar saat Lu Han menggenggam tangannya. Ia tidak pernah merasakan itu pada Lu Han sebelumnya.

“Mian.” Lu Han melepas genggamannya lalu berjalan di depan Min Young. ‘Kenapa Lu Han oppa selalu ada untukku? Bagaimanapun keadaanku dia terus ada di sampingku. Sehun..’

“Kau lama sekali. Jalanmu seperti siput.” Min Young tersadar. Ia berjalan cepat menuju Lu Han.

“Es krim-mu mencair, Young. Tanganmu jadi kotor.” Lu Han mengambil sapu tangannya lalu membersihkan tangan Min Young.

“Biasanya kau cepat menghabiskan es krim.” Saat ini mereka sudah sampai di taman.

“Aku lelah, oppa.”

“Kita duduk di sana saja.” Lu Han menunjuk bangku kosong yang tak jauh dari mereka. Sambil berjalan, Min Young fokus menghabiskan es krimnya. Ia tidak menyadari ada sepeda yang menuju ke arahnya. Dengan cepat Lu Han menarik Min Young ke dalam pelukannya. Lagi. Min Young merasakan jantungnya berdebar.

“Berhati-hatilah saat bersepeda!!” Teriak Lu Han.

“Gwenchana?” Lu Han menatap Min Young khawatir. Min Young mengangguk.

“Oppa, jasmu..” Min Young menunjuk jas Lu Han yang kotor karena terkena es krim-nya.

“Gwenchana. Kajja, kita duduk di sana.” Tanpa mereka sadari, sedari tadi sepasang mata mengawasi mereka.

—————–

“Masuklah.” Saat ini mobil Lu Han sudah berada di depan gedung apartemen HunMin couple. Tidak ada reaksi dari Min Young, Lu Han pun menepuk bahu Min Young.

“Mungkin yang kau lihat tidak seperti yang kau pikirkan. Minta penjelasan dari Sehun, Young.”

“Aku yakin dengan apa yang kulihat, oppa. Bukan baru kali ini aku melihat Sehun dengan yeoja itu. Aku pernah melihatnya berciuman dengan Yoo Ra.”

“Mwo?! Tidak mungkin, Young.”

“Awalnya aku tidak percaya. Aku juga berusaha melupakan kejadian itu. Tapi, melihat Sehun tadi membuatku yakin hubungan mereka bukan sekedar teman atau rekan bisnis.”

“Bicaralah dengan Sehun, Young. Kau tidak bisa berpikir seperti itu.” Lu Han melepas seatbelt Min Young.

“Masuklah.” Min Young memberikan tatapan memohon pada Lu Han. Ia tidak mau bertemu Sehun. Lu Han mengangguk pada Min Young menandakan ia harus masuk ke dalam.

“Apa aku harus mengantarmu?” Min Young menggeleng.

“Kalau begitu cepat masuk.”

“Ne. Hati-hati di jalan, oppa.” Min Young keluar dari mobil Lu Han.

—————–

Suasana gelap menyambut Min Young begitu ia memasuki apartemennya. Ia menyalakan lampu.

“Dari mana saja kau?” Min Young terkejut mendengar suara dan melihat Sehun yang duduk di sofa ruang tamu. Sehun masih mengenakan kemeja kerjanya. Min Young tidak mempedulikan Sehun. Ia menuju kamar mereka.

“Aku bicara padamu, Min Young!” Nada tinggi Sehun membuat Min Young berhenti sebentar, ia melanjutkan langkahnya lagi. Sehun mengikuti Min Young masuk ke kamar. Ia menahan Min Young yang menuju kamar mandi.

“Dari mana saja kau?” Ulang Sehun. Min Young menghempaskan tangan Sehun.

“Min Young!!!” Bentak Sehun.

“Aku habis jalan-jalan. Puas!”

“Dengan siapa?”

“Lu Han oppa.” Sehun berusaha meredam emosinya. Sampai saat ini Min Young masih jujur padanya.

“Kau sadar sekarang statusmu apa, Min Young?!”

“Aku sadar. Aku adalah istri dari seorang Oh Sehoon.” Kata Min Young dengan penekanan di kata istri dan Oh Sehoon.

“Lalu kenapa kau jalan dengan Lu Han?!”

“Apa aku salah? Lu Han oppa bukan orang asing.” Habis sudah kesabaran Sehun.

“Jadi, karena dia bukan orang asing kau bebas memeluknya di tempat umum? Di mall dan di taman? Apa kau tidak memikirkan tanggapan orang tentangmu?!”

“Apa maksudmu, Sehun?”

“Kau seperti istri yang selingkuh!”

“Kau menuduhku selingkuh?”

“Kalian terlalu mesra untuk ukuran teman!”

“Kau tidak pernah mempermasalahkan ini sebelumnya. Kau keterlaluan, Sehun. Bisa-bisanya kau menuduh temanmu menjadi selingkuhanku!”

“Aku tidak akan menuduhnya menjadi selingkuhanmu kalau dia tidak mencintaimu!!” Sehun sampai di puncak emosinya.

“Mwo?!”

“Apa harus kuulangi? Lu Han mencintaimu!!!”

“Tidak mungkin. Bisa-bisanya kau menuduh Lu Han oppa, Sehun.” Min Young kembali berjalan menuju kamar mandi.

“Aku belum selesai, Oh Min Young!!”

“Kau mau apalagi?! Kenapa kau tidak koreksi diri dulu sebelum menuduhku?” Min Young berbalik. Ia tidak bisa menahan emosinya lagi.

“Mwo?? Kau menuduhku selingkuh? Cih.. Kau benar-benar pintar membalikkan fakta, Min Young.” Min Young menatap Sehun tidak percaya. ‘Apa dia tidak sadar dengan apa yang lakukan? Apa ia tidak melihat dirinya dengan Yoo Ra?’ Batin Min Young.

“Jauhi Lu Han. Aku tidak akan mempermasalahkan ini kalau kau tidak berhubungan lagi dengan Lu Han.”

“Kau bukan Sehun yang kukenal.” Ucap Min Young datar.

“Apa aku harus diam saja melihat istriku bermesraan dengan temanku?!!!”

“Jangan bahas ini lagi. Aku lelah, Sehun!”

“Apa jalan dengan Lu Han melelahkan? Aku rasa itu menyenangkan.” Cibir Sehun. Min Young tidak tahan lagi. Sehun terus saja memojokkannya.

“Geurae. Sepertinya berselingkuh dengan Lu Han oppa tidak buruk daripada aku punya suami…”

Plak!

Min Young memegang pipi kirinya yang ditampar Sehun. Matanya berkaca-kaca. Ia tidak masalah dengan sakit di pipinya, tapi hatinya tidak. Ia tidak percaya suaminya, namja yang ia cintai menamparnya dan menuduhnya berselingkuh. Sedangkan Sehun memandangi tangan kanannya yang ia gunakan untuk menampar Min Young. Ia refleks melakukan itu karena kata-kata Min Young yang menyulut emosinya.

“Youngie..” Min Young keluar dari kamar mereka. Ia benar-benar sakit. Sehun mengejar Min Young.

“Min Young..” Panggil Sehun saat Min Young mencapai pintu apartemen. Ia memegang perutnya yang terasa sakit. Kepalanya juga pusing. Min Young menepis rasa sakitnya. Ia tidak bisa berada di apartemen. Min Young membuka pintu dan berlari meninggalkan apartemen. Sehun terpaku di tempat. Ia melihat tangan kanannya.

“Kenapa aku bisa terbawa emosi seperti tadi?” Tubuh Sehun merosot ke lantai.

“Aarrgh..” Sehun mengacak rambutnya frustasi.

———————-

Min Young sudah keluar dari gedung apartemen. Ia berjalan di trotoar dengan air mata yang mengalir di pipinya. ‘Aku harus ke mana sekarang? Jarak dari sini ke rumah sangat jauh.’ Min Young keluar dari apartemen dengan tangan kosong. Kemudian ia terpikir Lu Han. ‘Aku ke apartemen Lu Han oppa saja. Butuh waktu tiga puluh menit untuk sampai di sana. Tapi, apa aku sanggup berjalan?’ Min Young berhenti. Sakit di perut dan kepalanya semakin menjadi. Ia tidak sanggup berjalan lagi.

——————-

Lu Han’s POV

Entah kenapa perasaanku tidak enak. Apa Min Young baik-baik saja? Apa masalahnya dengan Sehun sudah selesai? Kenapa aku makin gelisah. Aku menghentikan mobilku di depan gedung apartemen. Karena memikirkan Min Young aku jadi lama sampai. Aku menelepon Min Young. Tidak diangkat. Cemas, aku melajukan kembali mobilku ke apartemen Min Young. Semoga mereka baik-baik saja. Saat aku hampir sampai di gedung apartemen mereka, aku melihat Min Young. Aku menghentikan mobilku dan keluar dari mobil. Lalu menghampirinya.

Lu Han’s POV end

——————

“Min Young..”

“Oppa..” Min Young merasakan penglihatannya kabur. Setelah itu Min Young tak sadarkan diri. Lu Han langsung menangkap tubuh Min Young.

“Young..” Lu Han menggendong Min Young ke mobil dan segera menuju rumah sakit.

“Ikuti mereka.” Saat Min Young pingsan tadi seseorang melihat mereka.

Sementara Sehun masih terduduk di lantai. Ia menyesali perbuatannya. Ia harus membawa Min Young kembali. Saat ia berdiri, Sehun mendengar handphone Min Young berdering. Penyesalan Sehun semakin bertambah. Min Young keluar dari apartemen tanpa membawa apa-apa. Sehun keluar dari apartemen mencari Min Young.

“Min Young pasti belum jauh.”

@Seoul Hospital

“Bagaimana keadaannya, uisa?” Tanya Lu Han pada dokter yang baru keluar dari ruang rawat Min Young.

“Kondisi pasien dan janinnya lemah..”

“Janin?”

“Istri anda hamil. Usia kandungan sudah sebelas minggu. Anda tidak tahu?” Lu Han terdiam. Benar dugaannya.

“Kalau anda terlambat, istri anda pasti keguguran. Tolong jaga emosi dan kesehatannya. Ia tidak boleh memikirkan hal yang berat.”

“Ne. Gamsahamnida, uisa.” Lu Han masuk ke ruang rawat Min Young. Tak jauh dari ruang rawat Min Young. ‘Min Young hamil? Cucu menantuku hamil?’ Orang yang melihat Min Young dan Lu Han tadi adalah Oh harabeoji. Rasa gembira menyelimuti hatinya. Sebentar lagi ia akan menimang cicit. Tapi ia bingung. Di mana Sehun? Kenapa dia tidak mendampingi Min Young? Apa yang dilakukan Min Young malam-malam di luar apartemen. Dan dia masih mengenakan pakaian kantor.

————-

Lu Han memandangi wajah Min Young yang terbaring lemah di ranjang. Ia menggenggam tangan kanan Min Young dan mengelus lembut rambut Min Young. ‘Melihatmu seperti ini, membuatku semakin menyesali keputusanku, Young. Aku pikir kau akan hidup bahagia dengan Sehun. Padahal kalian baru menikah. Tapi kau malah seperti ini. Sehun aku tidak akan memaafkanmu.’ Batin Lu Han.

————–

Min Young membuka matanya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali dan ia sadar kalau ia berada di rumah sakit. Min Young merasakan seseorang menggenggam tangannya. Ia menoleh ke samping kanan dan mendapati Lu Han yang tertidur.

“Oppa…” Lu Han terbangun.

“Bagaimana perasaanmu, Young?”

“Aku baik-baik saja, oppa.” Min Young bergerak untuk duduk, dengan cepat Lu Han membantunya.

“Apa oppa menemaniku dari semalam?”

“Ne. Kau membuatku khawatir. Semalam kau mau ke mana? Bagaimana masalahmu dengan Sehun?”

“Kami bertengkar, oppa. Semalam aku tidak tahu mau ke mana karena aku tidak membawa apa-apa saat keluar dari apartemen. Lalu aku terpikir ke tempat oppa karena hanya apartemen oppa yang dekat dengan apartemen kami. Aaah..” Min Young meringis saat Lu Han menyentuh bekas tamparan Sehun.

“Ada apa?” Min Young menggeleng. Lu Han melihat pipi kiri Min Young yang merah.

“Apa yang terjadi?” Min Young masih diam.

“Young..”

“Tidak ada apa-apa, oppa.”

“Jangan membohongiku karena itu takkan berhasil.”

“Sehun.. menamparku, oppa.”

“Mwo?!”

“Dia menuduhku selingkuh denganmu, oppa.” Air mata mulai mengalir di pipi Min Young mengingat kejadian semalam. ‘Kau keterlaluan, Sehun.’ Batin Lu Han. Lu Han memeluk Min Young.

“Uljima..” Lu Han mencium puncak kepala Min Young.

“Mulai sekarang aku mau kau tidak pernah sedih. Kau harus bahagia demi janin yang kau kandung.”

“Ne?” Min Young melepas pelukan Lu Han.

“Kau hamil, Young. Usia kandunganmu sudah sebelas minggu.”

“Aku hamil?” Min Young memegang perutnya. Ia kembali menangis.

“Uljimayo. Mulai sekarang kau harus menjaga emosi dan kesehatanmu, Young. Demi janin yang kau kandung. Saat ini kondisi janinmu lemah.” Lu Han menghapus air mata Min Young.

“Tersenyumlah. Ini kabar bahagia untukmu..” Dengan tiba-tiba Min Young memeluk Lu Han.

“Gomawo, oppa. Terima kasih karena oppa selalu ada untukku.”

“Cheonma. Apa kau mau memberitahu Sehun?”

“Ani.”

“Wae? Bagaimana pun dia harus tahu, Young. Sehun appa dari janinmu.”

“Aku akan memberitahunya kalau aku sudah siap, oppa.” Lu Han mengangguk. Detik berikutnya mereka menoleh ke pintu, melihat siapa yang masuk.

“Harabeoji?” Lu Han menatap Min Young.

“Beliau kakeknya Sehun.”

“Bagaimana keadaanmu, Min Young?”

“Aku baik-baik saja, harabeoji. Dari mana harabeoji tahu aku berada di rumah sakit?” ‘Semoga harabeoji belum memberitahu Sehun.’ Batin Min Young.

“Semalam harabeoji mau mengunjungi kalian. Tapi belum memasuki area apartemen kalian, harabeoji melihatmu. Kau pingsan dan pemuda ini yang menolongmu. Harabeoji mengikuti mobilnya ke rumah sakit. Terima kasih, anak muda.” Lu Han tersenyum.

“Dia teman Sehun oppa, harabeoji. Namanya Lu Han.” Lu Han membungkuk hormat.

“Lalu di mana Sehun? Kenapa dia tidak mendampingimu?” Min Young menunduk.

“Anak itu.. Seharusnya dia di sini menjagamu.” Oh harabeoji mengambil handphonenya hendak menghubungi Sehun.

“Harabeoji, jebal, jangan beritahu Sehun tentang keadaanku.” Benar dugaan harabeoji. Mereka bertengkar. Ia tidak langsung memberitahu Sehun semalam, karena tidak ingin mencampuri masalah rumah tangga cucunya.

“Wae?” Min Young diam. Ia tidak mau harabeoji tahu masalah rumah tangga mereka.

“Apa kalian bertengkar?”

“Ne.” Jawab Min Young pelan.

“Geurae. Untuk saat ini harabeoji tidak memberitahu Sehun. Tapi kau harus menjaga calon cicitku dan harabeoji harap kau segera memberitahu Sehun.”

TBC..

 

Jellokey’s note: kepanjangankah? Mungkin chapter 20 akan lama aku post. Aku ngerjai 3 ff dan akan menjadi 4, jadi dibagi-bagi gitu waktunya.

Tentang cerita, mungkin mulai sekarang partnya konflik HunMinHan, si sehun enak banget perjalanan cintanya mulus sedangkan Kai harus jatuh bangun ngejar cintanya.

Oke, Min Young benar-benar kekanakan. Anggap aja bawa’an bayi. Terus Sehun, anggap aja dia kena sindrom orang baru kaya *mian, Hun* atau anggap aja bawa’an bayi juga walau pun dia gak tahu. Biasanya gitu kan? Suami akan lebih protektif sama istri yang hamil. Kalau menurut aku Sehun memang terlalu mencintai Min Young. *baru kali ini nulis panjang lebar* oke segitu aja. Ayo, keluarkan pemikiran kalian ^^ Gamsa~



Viewing all articles
Browse latest Browse all 317

Trending Articles