Quantcast
Channel: EXOMKFANFICTION
Viewing all articles
Browse latest Browse all 317

[FREELANCE] Puzzle of My Heart

$
0
0

PoMYTitle : Puzzle of My Heart

Author : NadyKJI

Genre : Song Fic

Length : One Shot

Rating : PG

Maincast: Find it in the story.

Disclaimer : FF ini murni ide-ide khayalan author yang kelewat tinggi, dilarang meniru dengan segala cara apapun. Terima Kasih.

Author’s Note :

Xixixi, hello.

Author kembali bersama dengan Salt and Wound Chapter 3  dan sebuah songfic #lagi, wkwkwkkw #dzing.

Di tunggu comment kritik dan sarannya ya ^^

Selamat jalan (?)

Sampai bertemu kembali pada chapter 3 yaa!

Last, disarankan membaca ff ini dengan mendengar lagu Puzzle of my heart – Westlife.

Happy Reading~

See you soon!

___

“Baek!”

Aku memejamkan mataku, merasakan wangi perfume yang dipakainya menyergap indra penciumanku. Wangi yang menyenangkan itu, wangi yang tidak bisa dideskripsikan dengan  benar tapi begitu menyenangkan untukku. Aku berbalik dan mendapatinya sedang berlari ke arahku, dengan rambutnya yang hitam kecoklatan. Senyum yang selalu menghiasi wajahnya. Aku tersenyum ke arahnya, menutup buku yang sedang aku baca.

“Apa yang sedang kau lakukan?”

Aku ingin segera membuang buku yang ada ditanganku ini. Tidak ingin ia melihatnya, namun terlambat. Senyumku langsung berubah absurd ketika keningnya berkerut seketika.

“Hmm, buku cara menarik hati pujaan hatimu? Hahahha, dari mana kau dapatkan buku absurd ini, Baek?”

“Hash, dari seorang Park Chanyeol.” Aku mengacak-acak rambutku.

“Biar aku melihatnya!” katanya sambil merentangkan tangannya untuk menjangkau buku yang sudah aku campakkan ke meja.

“Andwae!” aku menahan tangannya, menyebabkan kulitku langsung bersentuhan dengannya, dan aku merasa perutku akan meledak karena perasaan senang yang berlebihan.

“Ya! Tidak adil!” ia memberengut kesal ke arahku, menarik tangannya dan menggembungkan pipinya.

“Semua itu adil Kwon Cho Yi.” Aku mengucapkan namanya dengan puas.

“Ya! Rasakan kau!”

Tiba-tiba saja Cho Yi sudah menyerangku, mencekik leherku dengan tangannya. Selama satu menit penuh kami bergulat, ia sangat keras kepala. Setelah mencoba mencekikku dia mencoba menggelitikku. Sungguh gadis yang terlalu aktif, tapi aku menikmatnya. Setiap aku bersentuhan dengannya, semuanya terasa berada pada tempatnya, seakan-akan seperti itu harusnya.

_

Aku memandang buku yang tadi aku permasalahkan dengan Cho Yi. Buku yang dengan konyolnya berjudul ‘cara menarik hati pujaan hatimu’ dari seorang Park Chanyeol. Sahabatku yang otaknya tidak terlalu pada tempatnya itu dengan usilnya memberikan buku bodoh itu sebagai hadiah ulang tahunku. Tapi lebih bodoh lagi diriku yang membacanya sekarang. Namun, semua itu karena Park Cho Yi.

Aku masih mengingat saat pertama kali kami bertemu. Masa-masa yang menyenangkan. Ketika ia tidak sengaja melemparkanku buku dari jendela kelas karena salah sasaran. Aku masih mengingat Cho Yi yang langsung berlari turun tangga dan meminta maaf kepadaku dan menjelaskan kalau ia sebenarnya ingin melemparkannya pada namja bernama Tao yang baru saja membuatnya dihukum karena namja itu menyembunyikan buku PRnya. Sebuah sihir ketika aku berjabat tangan dengannya aku langsung merasakan ada sesuatu yang lengkap dari diriku.

Setelahnya aku langsung mencarinya di setiap sudut sekolah, dan ketika menemukannya di kelas Chanyeol, aku langsung mengajaknya bicara. Mengikutinya sebanyak yang aku bisa seperti orang bodoh, tapi yang terpenting karena itu pula aku menjadi dekat dengan Cho Yi.

Satu hal yang membuatku resah, aku sudah menginjak kelas 3 senior high school yang paling utama 1 minggu lagi acara kelulusan. Dan aku masih tidak bisa menyatakan perasaanku pada Cho Yi, aku bahkan merasa diriku tidak menyita perhatian seorang Kwon Cho Yi. Mungkin aku hanya seorang sahabat di matanya. Aku selalu merasa ia tidak memiliki perasaan untukku. Mengingat ia yang suka bercerita kalau namja yang disukainya – ya, disukainya, dengan sangat bodoh tidak menyadari perasaannya. Aku sampai sekarang tidak mengetahui siapa namja itu dan Cho Yi tidak membiarkanku mengetahuinya. Terkadang ketika aku memaksa bertanya pipinya akan memerah. Sungguh, aku merasa sangat kacau.

_

Sudah lima hari aku berpikir keras bagaimana cara agar aku dapat menarik perhatian Cho Yi. Tapi nihil! Semuanya tidak ada yang terpikir. Sampai upaya putus asaku membaca buku bodoh ‘cara menarik hati pujaan hatimu’ pun tidak membuahkan hasil.

“Byun Baekhyun!”

Aku menoleh dari kegiatan berjalan bolak-balik ala setrikaan dan mendapati seorang Sung Young Mi berada di ambang pintu. Wajahnya agak berkerut marah.

“Apa yang kau lakukan di ruangan ketua osis hah?”

U-oh, aku lupa kalau Young Mi sang wakil ketua osis sangat tidak suka jika ruangannya kupakai tanpa izin. Dan kenapa pula bisa kupakain tanpa izin? Tentu saja karena sang ketua osis itu tidak lain adalah Chanyeol. Jadi aku bisa melakukan apapun yang aku suka.

“Biar, ini ruangan Chanyeol dan bukan milikmu. Aku sahabatnya dan dia membiarkanku melakukan apapun yang aku mau!” aku membela diriku sengit.

“YA! Dasar namja babo! Keluar!”

Yang dapat aku lihat selanjutnya adalah buku accounting milik osis yang besar itu melayang ke arahku, aku yang tidak ingin terkena resiko patah leher langsung menghidar berlari keluar ruangan.

“YA! Yeoja gila!” aku melindungi kepalaku.

“Ish neo – s.. Annyeong Chanyeol.”

Aku terdiam dan mendongak beberapa saat kemudian. Seperti yang dikatakan Young Mi di sana ada Chanyeol. Yang membuatku membelalakkan mata adalah keberadaan seorang Cho Yi di sebelahnya. Tapi menyedihkannya, wajah Cho Yi terlihat tidak menyenangkan. Wajahnya menatapku datar, tanpa menaruh curiga apapun aku menyapanya.

“Cho Yi, ada apa?” tanyaku menghampirinya. Tanganku sudah berada di udara ingin merangkulnya – salah satu modusku agar bisa selalu dekat dengannya.

“Tidak apa-apa.”

“Kau yakin?” Aku mendekatkan wajahku padanya.

“IYA! TIDAK APA-APA! AKU TIDAK APA-APA! HANYA MELIHAT NAMJA YANG AKU SUKA MENCARI PERHATIAN SESUAI ISI BUKU BODOH ‘CARA MENARIK HATI PUJAAN HATIMU’ PADA YEOJA LAIN!”

Detik berikutnya aku terdiam, melihat punggung Cho Yi yang menjauh dengan langkah cepat. Otakku yang mendadak berkerja di bawah standar layak tidak menemukan jawaban apapun.

“Tok tok tok? Apakah Byun Baekhyun ada di rumah?”

Aku menoleh dan mendapati Chanyeol yang berkata dengan nada datar.

“Wae?” aku menjawabnya dan masih bisa merasakan wajahku yang melongo – bukannya bagimana, tapi benar, aku masih bisa merasakkan otot wajahku yang membentuk raut wajah melongo.

“Haish! Kau tidak menyadari ya?” Chanyeol memutar bola matanya.

“Apa?”

“Kwon Cho Yi terbukti menyukaimu, dia cemburu…”

“EH?!”

“Hash… makhluk idiot ini… ‘Iya! Tidak apa-apa! Aku tidak apa-apa! Hanya melihat namja yang aku suka mencari perhatian sesuai isi buku bodoh ‘cara menarik hati pujaan hatimu’ pada yeoja lain.’”

Aku mendengar Chanyeol yang berbaik hati memberikan siaran ulang perkataan Cho Yi padaku.

Recieving…..

Searching……

Processing….

Downloading…

.

.

.

.

Finishing…

.

.

DONE!

“YAHU!!!! KWON CHO YI MENYUKAIKU!”

_

Aku membaca kertas yang baru saja diberikan Chanyeol padaku dengan amat sangat teliti. Setelah aku mengetahui fakta bahwa Cho Yi menyukaiku tetap saja aku tidak mendapatkan kemudahan apapun di samping sedikit rasa ringan pada ketidakpercayaan diriku yang berkurang. Cho Yi masih marah atau cemburu atau salah paham padaku.

“YA! Bacon! Jangan melamun! Mau tidak kau memanfaatkan kesempatan itu!” Chanyeol memukul bahuku.

“Menyanyi untuk perpisahan?” kataku sembari mengusap-usap bahuku.

“Betul! Nyanyikan satu lagu untuk Cho Yi!” Chanyeol bersemangat sekali mendukungku untuk hal ini. Terlihat dari nada bicaranya yang sangat excited.

“Kau yakin?”

PLAK.

“Tentu saja! Sana cari lagu dan aku sudah menunjukku sebagai perwakilan saat rapat osis tadi pagi.”

“YA! PARK CHANYEOL! ITU NAMANYA PEMAKSAAN!” aku mengambil penghapus white board yan ada dalam jangkauanku ingin melemparkannya pada tubuh jangkung itu.

Blam.

Sayangnya pintu sudah tertutup dan sasaranku hilang sudah dari peredaran. Aku mendudukkan diri di salah satu kursi beroda di ruang musik – ya RUANG MUSIK! Dengan hebatnya Chanyeol seperti sudah merencanakan semuanya. Dengan kesal aku menyalakan tape yang terdiam manis diatas meja. Langsung saja sebuah lagu mengalun. Awalnya aku hanya mendengarkan asal, tapi begitu mencapai chorus aku memberhentikan lagu itu sebentar. Berubah pikiran kemudian mengulang lagu itu dari awal. Setelah 2 kali mengulang lagu itu aku mengangguk-angguk puas.

_

Aku meremas tanganku gugup dari bangkuku. Berlatih dalam hitungan 2 hari bukanlah hal yang mudah. Apalagi ini menyangkut urusan pribadi – urusan perasaanku yang sedang mengacau. Sekarang hal baru menghantuiku, bagaimana kalau Cho Yi sudah tidak menyukaiku dan malah membenciku? Dan ketika aku mengungkapkannya pada Chanyeol dan juga Minseok-hyung mereka menertawakanku. Minseok-hyung adalah kakak sepupu jauhku, ia adalah namja terbijaksana yang pernah aku kenal walaupun tidak untuk urusan cintanya yang gagal.

“Ya, mari kita beri tepuk tangan pada Byun Baekhyun! Yang mau bersukarela menyanyikan lagu penutup untuk acara kita hari ini…”

Degh!

Perkataan kepala sekolah langsung membuatku terlonjak dari bangkuku dan dengan berjalan dengan amat perlahan menuju panggung.

Dak.

Sial! Aku menoleh ke belakang dan mendapati Chanyeol yang duduk di barisan paling luar dengan kaki panjangnya baru saja menendang kakiku. Tunggu… ini barisan kelas Chanyeol berarti…

Aku melihat Kwon Cho Yi disana. Menatapku dengan pandangan yang tak terbaca.

“Ehem..”

Kepala sekolah berdehem melalui micnya, menandakan diriku yang harus bergegas ke panggung. Membuang tatapanku dari Cho Yi aku berjalan ke atas panggung dan menerima mic dari kepala sekolah yang sudah tersenyum lagi padaku.

Musik mulai mengalun, aku mengambil nafas panjang dan memejamkan mata.

It’s the way she fills my senses

It’s the perfume that she wears

I feel I’m losing my defences

To the colour of her hair

Aku kembali mengenang masa-masa dimana aku selalu dapat merasakan kehadirannya hanya dengan mencium aromanya – hidungku yang terlalu peka, seluruh indraku yang selalu menantikannya….

“And every little piece of her is right

Just thinking about her

Takes me through the night?”

… yang selalu terasa pas dan benar jika berada di dekatku. Yang membuatku memikirkannya, sampai melupakan waktu. Sampai terbawa mimpi. Dengan konyol aku bermimpi Cho Yi yang selalu berada di sampingku dengan senyum cerahnya.

“Every time we meet

The picture is complete

Every time we touch

The feeling is too much

She’s all I ever need

To fall in love again

I knew it from the very start

 

She’s the puzzle of my heart”

Aku menatapnya dari atas panggung. Aku bisa melihat matanya sedikit terbelalak. Tanpa menghiraukan kalau aku sedang menyanyi untuk seluruh hadirin aku beranjak turun. Bukankah aku hanya menyanyi demi Cho Yi? Peran ini hanya membantuku saja.

“It’s the way she’s always smiling

That makes me think she never cries

I feel I’m losing my defences

To the colour of her eyes”

Dalam banyak langkah yang terasa singkat aku sudah berada di bangku deretan kelas Chanyeol. Aku bisa melihat Chayeol yang mengacungkan jempolnya dan aku yang tersenyum sekilas padanya. Hanya sekilas – aku tidak ingin dianggap menyimpang karena interaksi ini.

“And every little piece of her is right”

Aku tersenyum menatap Cho Yi, aku sudah berada didepan kursinya. Aku bisa merasakan betapa terkejutnya Cho Yi karena aku menghampirinya. Aku menggapai lengannya.

“Every time we meet

The picture is complete

Every time we touch

The feeling is too much

She’s all I ever need

To fall in love again

I knew it from the very start”

Aku menariknya menuju panggung. Awalnya disela-sela nyanyianku aku merasakan Cho Yi yang kaku dan bersikeras duduk. Tapi syukurlah akhirnya ia mau berdiri menururti bimbinganku, walaupun dengan wajah awkward.

“Like a miracle she’s meant to be

She became the light inside of me

And I can feel her like a memory

From long… ago”

Aku bernyanyi semakin bersemangat, kali ini mengajaknya sedikit berdansa denganku dari atas panggung. Dengan kikuk ia berusaha menyamaiku.

“Every time we meet

The picture is complete

Every time we touch

The feeling is too much

She’s all I ever need

To fall in love again

I knew it from the very start”

Perlahan aku bisa merasakan senyum tertarik mulai dari ujung bibirnya. Sepertinya ia mulai mendapatkan apa yang ingin aku sampaikan. Aku mohon, Kwon Cho Yi….

“Every time we meet

The picture is complete

Every time we touch

The feeling is too much”

Aku membuatnya menengadahkan tangannya, dengan tangan kiriku yang kaku, aku mencoba menulis sesuatu di sana. Hal tersulit yang harus aku lakukan, karena aku sedang mengerjakan 4 hal sekaligus. Pertama menyanyi, kedua menarik perhatian Cho Yi, ketiga menulis, dan terakhir aku harus membuat perasaanku tersampaikan.

“Every time we meet

The picture is complete

Every time we touch

The feeling is too much

She’s all I ever need

To fall in love again

I knew it from the very start

She’s the puzzle of my heart”

Aku menyelesaikan laguku dengan sempurna. Tepuk tangan memang menyambutku tapi aku harus melakukan sesuatu yang lebih penting lagi.

“Ehem…”

Semua orang menatapku begitu juga dengan Cho Yi. Aku bisa melihat Chayeol dari bangku penonton sana agak menunjuk-nujuk ke arah yang ditunjukknya dan mendapati jejeran guru – well, lupakan dulu saja.

Aku menunduk sedikit dan membisikkan sesuatu pada Cho Yi yang langsung dijawab dengan anggukkan.

“Kwon Cho Yi…. aku menyukaimu, saranghae!”

Lalu aku dan Cho Yi langsung berlari dari panggung langsung menuju pintu keluar aula. Aku berlari sembari tersenyum juga di susul dengan tawa kebahagiaanku, CHO YI MENGGENGGAM TANGANKU!

_

“Kwon Cho Yi, aku akan mengatakan sesuatu sesudah ini, dan kau harus menjawabnya. Detik ketika aku sudah menyelesaikan kalimatku kita langsung berlari keluar dari sini. Dan jawabanmu tunjukkanlah dengan genggam tanganku untuk IYA dan berlari tanpa menggenggam tanganku untuk TIDAK.”

Kwon Cho Yi – yeojaku, yeojachinguku, puzzle of my heart!

_

~END~



Viewing all articles
Browse latest Browse all 317

Trending Articles