Baby, I’m Sorry
Tittle : Baby, I’m Sorry (Chapter 7)
Author : Jellokey
Main Cast :
Kim Jong In (Kai of EXO)
Kang Jeo Rin(OC)
Support Cast :
Kim Taehyung (V of BTS)
Byun Baek-hyun (Baek Hyun of EXO)
Oh Se-hoon (Se Hun of EXO)
Lu Han (Lu Han of EXO)
Park Chan-yeol (Chan Yeol of EXO)
Park Jimin (Jimin of BTS)
And others
Length : Chaptered
Genre : Romance
Rating : PG-17
Disclaimer : Cerita ini milik saya. Dilarang plagiat dan copy paste. Don’t bash!
Poster : G.Lin by http://cafeposterart.wordpress.com
“Kalau begitu hubungan kita berakhir.” Jeo Rin membulatkan matanya. Ia sudah menetapkan hatinya untuk Kai, tapi sekarang hubungan mereka berakhir?
“Dan aku mau kau tidur denganku.” Tanpa memikirkan reaksi Jeo Rin, Kai langsung menciumnya. Ia melumat bibir Jeo Rin kasar. Nafsu? Bukan, Kai marah. Dia sudah menahan diri melihat Jeo Rin dekat dengan Taehyung. Kesiswaan? Itu hanya alasan. Kai tahu apa yang terjadi dengan dua orang itu. Mereka sempat digosipkan berpacaran. Tidak, orang selalu menganggap mereka punya hubungan khusus karena kedekatan mereka. Dan yang ia lihat di ruangan Taehyung, sangat menyakitinya. Jeo Rin bermain di belakangnya. Menurut Kai, dia sudah sangat sabar, ia mencoba memahami Jeo Rin. Kai selalu berusaha memenuhi apa yang Jeo Rin inginkan. Termasuk perubahan dirinya. Susah payah Kai meninggalkan kegiatan party-nya, tapi apa yang dia dapat?
“Mmphh—“ Jeo Rin memukul dada Kai. Sesak. Ia takut, bahkan Jeo Rin sudah menangis. Kai yang berada di atasnya sangat menyeramkan. Mata Jeo Rin membulat saat tangan Kai masuk ke tanktop-nya. Apa yang Kai lakukan? Yang pasti itu menyakiti Jeo Rin. Jeo Rin mengeluarkan semua tenaga yang ia punya untuk mendorong Kai. Berhasil. Kai terduduk dengan nafas terengah. Emosi masih menguasainya.
“Maafkan aku..” Jeo Rin mendudukkan dirinya. Ia meraih tangan Kai tapi lagi-lagi penolakan yang ia dapat.
“Tanda itu harus hilang.” Desis Kai. Ia menarik pinggang Jeo Rin, mendaratkan bibirnya di leher Jeo Rin. Kai seperti kesetanan membuat kissmark di leher Jeo Rin. Ia bahkan tidak mempedulikan rintihan kesakitan Jeo Rin karena gigitannya.
“Hen..ti..kan..” Jeo Rin terisak. Kai boleh menghukumnya, tapi bukan seperti ini. Kai seperti mau, entahlah. Jeo Rin tidak menyangka Kai bisa sekasar ini.
“Kai..” Jeo Rin memukul kepala Kai saat Kai berusaha melepas tanktopnya, membuat Kai berhenti. Jeo Rin menatap namja itu marah.
“Kau keterlaluan! Aku sudah minta maaf. Apa kau tidak bisa memaafkanku?!” Bentak Jeo Rin. Dia diambang emosinya. Kai tersenyum sinis.
“Apa menurutmu kata maaf cukup??” Jeo Rin tertegun.
“Selama ini kau menjadikan kesiswaan sebagai alasanmu untuk bertemu dengan Taehyung. Kau tidak punya waktu untukku karena sibuk bermesraan dengannya!!”
“Kai!!” Teriak Jeo Rin. Itu tidak benar.
“Kau selalu bersikap manis padanya, tapi denganku tidak! Kau memperlakukannya dengan istimewa. Kau mengkhianatiku, Jeo Rin!!” Tangan Kai mencengkeram bed cover kuat. Akal sehatnya masih ada. Ia tidak mau tangannya menyakiti Jeo Rin.
“Aku tidak mengkhianatimu!” Jeo Rin membela diri.
“Lalu apa namanya?! Kau terang-terangan selingkuh di depanku!!” Suara tinggi Kai menandakan kalau dia sudah lepas kendali. Ia mencengkengram baru Jeo Rin kuat. Tatapan tajam itu sangat menusuk dan menyakitkan.
“Aku tidak akan tenang sebelum kau menjadi milikku.. seutuhnya.” Jeo Rin sudah melayangkan tamparan sebelum Kai menciumnya. Kai memegang bekas tamparan Jeo Rin di pipi kirinya.
“Keluar.” Suara Jeo Rin bergetar.
“Kau bahkan sanggup menamparku, Kang Jeo Rin.” Bisik Kai.
“Keluar, keluar dari kamarku!!” Teriak Jeo Rin. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Baru Kai namja yang memperlakukannya dengan kasar. Ke mana kelakukan polos Kai selama ini? Tanpa mengatakan apa pun Kai keluar dari kamar Jeo Rin.
—————
“Akhirnya anak eomma turun juga.” Kai terkejut mendapati eommanya sedang menata makanan di meja makan. Kapan eomma dan appanya pulang? Kenapa tidak ada yang memberitahunya?
“Omo! Wajahmu kenapa, nak?” Nyonya Kim melihat Kai khawatir.
“Aku baik-baik saja, eomma.” Kai langsung mengambil tempat duduk saat Nyonya Kim hendak menyentuh wajahnya.
“Kapan appa dan eomma pulang?”
“Dua jam yang lalu. Eomma hendak masuk ke kamarmu tapi dikunci. Eomma memanggilmu tapi tidak ada sahutan. Jadi, eomma berpikir kau tidur. Jeo Rin juga begitu.” Nyonya Kim benar. Kai memang tidur dengan headset menyumpal telinganya.
“Wah.. Masakannya sudah jadi.” Tuan Kim duduk di kursi yang berada di tengah meja, tempat kepala keluarga duduk.
“Kai, kau berkelahi?” Tanya Tuan Kim yang melihat lebam di wajah Kai.
“Ne.” Jawab Kai pelan. Tadi, Kai hanya beruntung karena Nyonya Kim tidak bertanya lagi.
“Kau membuat onar di sekolah?” Awas saja. Aku akan menghukummu, Kim Jongin. Batin Tuan Kim. Ia tidak mau anaknya jadi berandalan.
“Aniyo.” Sanggah Kai.
“Lalu kenapa?” Tuan dan Nyonya Kim melihat Kai. Sama-sama berharap Kai tidak menghajar anak orang.
“Aku begini karena mempertahankan Jeo Rin. Di sekolah, ada namja yang berusaha merebutnya dariku. Seharusnya aku membunuhnya tadi.” Jawaban polos yang sadis. Kai kembali emosi.
“Kim Jongin, jaga kelakuanmu!” Tuan Kim tidak menyangka anaknya bisa berniat membunuh orang.
“Appa pasti sepertiku kalalau ada namja yang hendak merebut eomma dari appa.” Tuan Kim terdiam. Kai benar. Seorang namja pasti akan mempertahankan yeojanya. Menjaga yeojanya agar tidak didekati namja lain.
“Sudah. Kai, panggil Jeo Rin untuk makan malam.” Suruh Nyonya Kim.
“Eomma saja.” Nyonya Kim menatap anaknya bingung.
“Dia pasti sedang tidur. Lagipula, dia pasti turun kalau lapar.” Kai masih marah pada Jeo Rin.
“Yi Eun, panggilkan Jeo Rin.” Suruh Nyonya Kim pada salah satu pelayannya.
“Baik, Nyonya.”
“Bisakah aku makan duluan? Aku sudah lapar, eomma.” Kai beralasan. Dia tidak mau bertemu Jeo Rin sekarang.
“Kita harus makan malam bersama.” Suara Tuan Kim membuat Kai bungkam. Ia memainkan sendok dan garpunya tidak semangat.
“Jeo Rin, ayo makan, nak.” Jeo Rin sudah berada di ruang makan.
“Kapan ajjushi dan ahjumma pulang?” Dengan enggan Jeo Rin duduk di samping Kai.
“Dua jam yang lalu. Mari makan.” Setelah itu tidak ada yang bersuara. Yang terdengar hanya dentingan sendok dan garpu yang beradu milik Kai.
“Besok aku akan kembali ke rumahku, ahjumma.” Ucap Jeo Rin setelah selesai makan. Membuat Kai menoleh padanya.
“Renovasinya sudah selesai?”
“Ne. Terima kasih karena ahjumma dan ajjushi sudah mengizinkanku tinggal di sini.”
“Tidak usah sungkan, Jeo Rin. Kau tinggal di sini lebih lama lagi juga tidak apa-apa.” Kata Nyonya Kim.
“Kapan orang tuamu kembali dari Singapura, Jeo Rin?” Tanya Tuan Kim.
“Kalau tidak ada halangan dua hari lagi, ajjushi.” Tuan Kim mengangguk.
“Ada yang harus kami bicarakan dengan orangtuamu.”
“Eum.. Aku permisi ahjumma, ajjushi.” Tuan dan Nyonya Kim tersenyum menanggapi Jeo Rin. Mereka merasa ada yang aneh pada Kai dan Jeo Rin. Tidak biasanya Kai diam kalau ada Jeo Rin di dekatnya.
“Apa terjadi sesuatu selama appa dan eomma pergi?”
“Maksud eomma? Kami tidak melakukan yang aneh-aneh.” Jawab Kai lari dari dari topik.
“Bukan itu. Kau ini. Apa kalian bertengkar?”
“Tidak. Jeo Rin memang seperti itu. Mungkin dia terlalu pusing dengan organisasinya.” Kai berlalu meninggalkan ruang makan, membuat orang tuanya bertanya-tanya.
———————
Kai serius melihat tayangan di tv. Beberapa menit yang lalu Jeo Rin datang ke rumah Kai dengan dua orang pembantu untuk mengambil barang-barangnya. Mereka belum berkomunikasi sejak kejadian di kamar Jeo Rin. Kai meraih remote dan mematikan tv. Jeo Rin baru saja keluar dari rumah tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Kai. Kai tidak tahu apa yang ia rasakan saat ini. Yang pasti dia masih marah pada Jeo Rin. Tapi Kai tidak tahan kalau mereka saling diam. Apa ia harus minta maaf pada Jeo Rin? Lagi? Kenapa selalu Kai yang minta maaf? Kai mengacak rambutnya frustasi. Ia mengambil handphone dari saku jeansnya. Menelepon seseorang.
“Yeoboseyo.”
“Jimin, adakan party di apartemenmu.” Kata Kai to the point.
“Di club saja, Kai. Atau lebih baik di rumahmu.” Suara Jimin terdengar antusias di kalimat terakhirnya.
“Orang tuaku ada di rumah. Aku sudah bosan di club. Di apartemenmu saja. Aku yang biayai semuanya.”
“Tapi—“
“Jangan lupa yeoja.” Kai memutus sambungan telepon. Dia pasti sudah gila. Party? Yeoja? Semua karena Jeo Rin.
—————
Chanyeol bergerak gelisah di depan gerbang sekolah. Jalan mondar-mandir, memainkan jarinya, terkadang menggigit kukunya, menghentakkan kakinya, singkat kata dia seperti orang gila. Dan semua itu karena namja yang berdiri di hadapannya.
“Kau terlambat di hari yang tidak tepat, Kai.” Suara Chanyeol pelan, takut Jeo Rin yang berada di pos penjaga satpam mendengarnya.
“Kali ini kau tidak bisa lepas dari hukuman.” Kai hanya menatap Chanyeol datar.
“Sunbae, kita terlambat lagi.” Dua namja kembar berdiri di samping Kai.
“Youngmin-ah, ada Jeo Rin noona.” Kwangmin berkata tidak semangat.
“Ne. Dia pasti menghukum kita lagi.” Balas Youngmin.
“Noona!” Seru Jo twins begitu Jeo Rin membuka pintu gerbang.
“Jeo Rin, yang terlambat hanya tiga orang. Apa hukuman mereka?” Tanya Chanyeol.
“Noona, jangan hukum kami.” Kata Jo twins kompak. Jeo Rin melihat Jo twins yang sibuk beragyeo sebentar lalu menatap Kai yang sedari tadi diam.
“Biarkan mereka masuk. Jangan pernah hukum mereka, apalagi Kim Jongin. Kau bisa dikeluarkan dari sekolah kalau melakukan hal yang menyinggung seorang Kim Jongin, Chanyeol.” Ucapan Jeo Rin yang pedas tidak berpengaruh pada Kai. Chanyeol mencubit pipinya. Pasti ada yang salah dengan Jeo Rin.
“Auww!!” Nyata. Jeo Rin sudah berjalan menuju gedung sekolah.
“Noona kenapa?” Tanya Kwangmin.
“Molla. Mungkin noona sedang bahagia. Sunbae, kami duluan.” Jo twins masuk ke sekolah dengan riang.
“Sepertinya ini hari keberuntunganmu, Kai. Cepat masuk. Pelajaran sudah dimulai.” Chanyeol menatap bingung Kai yang berwajah datar. Ada apa dengannya? Apa Kai kerasukan?
“Kang Jeo Rin, kau tidak berniat minta maaf padaku.” Bisik Kai pada dirinya sendiri.
——————
“Jeo Rin!” Jeo Rin menoleh ke belakang karena panggilan seseorang. Orang itu Oh Se-hoon, ketua kelasnya.
“Ada apa?” Tanya Jeo Rin pada Sehun yang sudah ada di hadapannya.
“Bisa tolong berikan buku ini pada Kai?” Sehun menunjukkan buku tugas fisika Kai padanya.
“Kenapa tidak kau berikan padanya tadi?” Sahun Jeo Rin tidak peduli.
“Kai langsung pulang begitu bel pulang sekolah berbunyi, padahal sudah kubilang untuk berada di kelas sebentar. Bisa kan?” Tanya Sehun lagi.
“Kenapa tidak besok saja kau berikan?”
“Apa kau lupa? Besok ada tugas fisika. Buku ini harus ada padanya hari ini.”
“Kau bisa ke rumahnya.” Untuk saat ini Jeo Rin tidak mau bertemu Kai.
“Aku ada kencan. Apa susahnya menyerahkan buku ini pada Kai? Kalian tinggal serumah.” Suara Sehun memaksa.
“Kami tidak tinggal serumah lagi.” Ucap Jeo Rin datar. Kalian bertetangga.
“Ayolah, Jeo Rin. Aku buru-buru.” Sehun mengejar Jeo Rin yang berjalan mengabaikannya.
“Apa kau mau Kai dihukum karena tidak mengerjakan pr?” Jeo Rin berhenti. Dia menghela nafas.
“Sini bukunya.” Sehun menyerahkan buku Kai pada Jeo Rin.
“Gomawo, Jeorin-ah.” Sehun langsung lari setelah mengatakan itu. Jeo Rin melihat buku Kai yang ia pegang. Semoga ia tidak bertemu dengan Kai.
——————-
Jeo Rin melangkah cepat menuju meja belajar Kai. Ia beruntung karena Kai tidak berada di rumah. Lee ahjumma bilang, Kai belum pulang dari sekolah. Niat Jeo Rin untuk segera keluar dari kamar Kai terurungkan begitu matanya menangkap benda asing yang belum pernah ia lihat. Buku, majalah dengan cover yeoja berbikini. Jeo Rin meraih majalah itu. Tidak perlu melihat isinya, Jeo Rin bisa menebak majalah apa itu. Jeo Rin tidak tahu apa yang ia rasakan saat ini. Apalagi setelah ia mendapati DVD dengan title, The Best Styles of Making Love.
“Apa yang kau lakukan di kamarku?” Suara itu membuat Jeo Rin berbalik. Ia mendapati Kai berdiri di ambang pintu. Kai berjalan mendekati Jeo Rin dengan wajah datarnya. Kalau Jeo Rin mau minta maaf padanya sekarang, memang berniat dan menyadari kesalahannya, Kai akan memaafkan Jeo Rin. Kai mengernyit karena tatapan sengit Jeo Rin. Ada apa dengan Jeo Rin?
“Aku tidak menyangka kau semesum ini.” Kai semakin bingung karena ucapan Jeo Rin.
“Maniak!”
“Apa maksudmu?” Kai balas menatap Jeo Rin. Dia tidak mengerti. Jeo Rin melemparkan benda-benda bermateri dewasa itu tepat mengenai dada Kai. Kai baru mengerti setelah melihat benda keramatnya jatuh di lantai.
“Yang kau lakukan padaku tempo hari karena benda itu kan?!” Teriak Jeo Rin pada Kai yang malah terlihat tenang.
“Aku sudah dewasa, Jeo Rin.” Balas Kai santai.
“Oh, kau sudah dewasa?” Ucap Jeo Rin sinis.
“Karena itu kau mau mempraktekkannya padaku?! Kau hampir memperkosaku, Jongin!!” Bentak Jeo Rin emosi. Dia tidak bisa mentolerir namja yang punya pikiran kotor seperti Kai.
“Memperkosamu?? Ya! Aku namjachingumu!! Aku melakukan hal yang wajar!” Balas Kai keras. Dua anak manusia itu terlibat pertengkaran hebat.
“Aku tidak pernah mau punya namjachingu mesum sepertimu!!” Cukup. Kai tidak tahan lagi dengan kata-kata Jeo Rin. Ia menangkupkan kedua tangannya di wajah Jeo Rin, mencium yeoja itu kasar. Jangan salahkan Kai karena Jeo Rin yang memancingnya melakukan itu. Ciuman Kai menuntut. Ia mencoba melesakkan lidahnya ke mulut Jeo Rin.
Plak!
Kai memegang pipi kirinya yang baru ditampar Jeo Rin. Sudah tiga kali ia ditampar.
“Bahkan disaat seperti ini pun kau masih bisa berpikir untuk menciumku? Aku telah salah memilih namja.” Apa Jeo Rin menyesal berpacaran dengan Kai?
“Kita putus!” Kai menatap Jeo Rin tidak percaya. Jeo Rin serius. Kai menarik Jeo Rin yang baru melewatinya untuk kembali menghadapnya.
“Jangan jadikan benda keramatku sebagai alasan kita putus!”
“Aku tidak hanya menyalahkan benda keramatmu, Kai. Kau juga salah. Otakmu sudah rusak. Kau namja terburuk yang pernah kutemui!” Jeo Rin menghempaskan tangan Kai.
“Kau tidak bisa mengakhiri hubungan kita secara sepihak!” Kai menyesal. Hal yang paling ia takuti adalah berpisah dengan Jeo Rin. Jeo Rin berhenti.
“Keputusan ini tidak sepihak. Kau yang lebih dulu mengakhiri dan sekarang aku menyetujuinya.” Sahut Jeo Rin tanpa berbalik. Tubuh Kai merosot ke lantai. Ia tidak pernah sungguh-sungguh untuk mengakhiri hubungan mereka. Apa aku salah memiliki benda-benda itu? Kai sudah berumur tujuh belas tahun. Bahkan beberapa bulan lagi dia akan berusia delapan belas tahun. Kai melihat benda keramat yang berada di depannya. Ia mengambil CDnya. Bahkan ia belum menonton itu sampai habis. Yang Kai lakukan tempo hari adalah wujud emosinya. Mengakhiri hubungan mereka, Kai tidak sungguh-sungguh mengatakannya. Dan sekarang hubungan mereka resmi berakhir.
TBC…
Note: Jeo Rin benci namja mesum. Maaf lama ^^. Komen kalian sangat aku tunggu ^^ Oh, iya. Ff ini end di chapter 8. See you in the END!
