Title : New Friend
Author : Spark (@shazapark)
Cast(s) : Choi Sulli – f(x) & Park Chan Yeol – EXO
Genre : Friendship
Rate : PG13
Length : Vignette (1000+)
Disclaimer : GOD (The casts are belong to God, but the fic is mine. Even if this fic is so absurd, but the FF still MINE. Everything is just my imagination.)
Credit poster : Rindra (icesehun.wordpress.com)<– Invite her!
Summary : Jin Ri didekati oleh seorang pria bermata bulat dengan seyum konyol? Tiba-tiba saja Jin Ri mulai menganggap pria itu sebagai teman barunya. Siapakah dia? Mari kita lihat!
© Spark . 2014
I already publish this fict in another blog with the same title and author.
No plagiarism please. If you don’t like the casts, just don’t read it. Ok?
This fict is dedicated for all Giant Babies. Hope you like it!
.
Can i be your best friend?
.
Gadis bersurai hitam itu merapatkan jaket tebalnya sebelum melangkah keluar dari gedung apartemen. Sepasang kaki jangkung yang dilapisi dengan sepatu bot itu mulai menapak di atas tanah. Tanah yang sedikit tertutup oleh genangan air hujan.
Gadis itu sempat terdiam sejenak ketika merasakan setetes air mendarat tepat di atas hidungnya. Dengan gerakan cepat, tangannya segera membersihkan bekas air itu.
“Apa aku harus membawa payung hari ini?” pikirnya sembari menengadah. Ia lantas segera menaungi kepalanya dengan telapak tangan, berharap telapak tangan itu dapat melindungi kepalanya dari tetesan air hujan yang terus turun dari langit.
Gadis bermata besar itu mengangkat bahunya acuh tak acuh. Ia pikir membawa payung hanya akan menambah beban di dalam tas selempangnya, jadi …
Ia kembali melanjutkan langkahnya menuju sebuah tempat. Perpustakaan.
***
Jin Ri. Nama gadis yang saat ini sedang membaca buku di Perpustakaan itu. Matanya sudah cukup lelah membaca deretan kalimat yang tertera pada sebuah buku tebal di tangannya, namun hal itu sama sekali tidak mengganggunya. Justru ini lah yang paling ia sukai. Selama tidak ada siapapun yang mengganggunya, maka ia akan senang.
Tanpa sadar, Jin Ri tersenyum tipis. Mengingat satu fakta bahwa dirinya terbebas dari teriakan kedua orangtuanya yang tak pernah bosan bertengkar itu, dapat membuat senyumnya mengembang. Gadis itu kembali membaca beberapa deret kalimat yang ada pada bukunya.
“Jin Ri!” Jin Ri mendengar seruan dari arah belakang. Yah, mengundang perhatian orang-orang di perpustakaan yang sedang serius membaca buku tentunya. Manik cokelat milik Jin Ri mulai mengamati sosok pria yang sedang menghampirinya.
Sedetik kemudian, Jin Ri langsung mengerutkan kening. Wajahnya menampilkan ekspresi tak suka. Pria yang baru saja memanggilnya itu melambai ke arah Jin Ri. Jin Ri merasa akan menjadi orang gila jika harus membalas lambaian orang itu, well, apakah kalian masih ingat jika saat ini ia masih berada di perpustakaan? Baik, melambaikan tangan mungkin tidak akan terlihat begitu aneh, tapi … Apakah melambai dengan tangan terangkat tinggi itu tidak terlihat konyol? Apa lagi saat ini mereka sedang berada di perpustakaan?
“Jin Ri!” pria itu kembali berseru ketika ia sudah duduk di sebelah Jin Ri. Jin Ri tak berniat membalas sapaan, ah … atau lebih tepatnya, ‘teriakan’ dari pria itu. Ia kembali melanjutkan kegiatannya membaca buku.
“Jin Ri. Kau kenapa, sih?” pria bermata bulat yang baru saja memanggil Jin Ri itu mulai bertanya. Ia mengguncang bahu Jin Ri dengan sedikit keras. Jin Ri yang merasa kegiatan membacanya terusik itu akhirnya menoleh.
“Kau mau apa, Chan Yeol?” Jin Ri bertanya dengan nada ketus.
Chan Yeol. Ya, Park Chan Yeol namanya. Dia adalah murid baru di kelas Jin Ri. Sejak awal, gadis itu sudah tidak menyukainya. Kenapa? Selain karena wajahnya yang konyol, Jin Ri juga sering diganggu olehnya. Diganggu seperti apa? Yah, seperti saat ini. Apa ia sudah tak punya mata? Jelas-jelas orang sedang membaca, kenapa ia harus berteriak menyerukan namaku di tempat seperti ini? Batinnya kesal.Jin Ri tak menyangka akan bertemu dengan teman barunya itu di perpustakaan.
Pria yang ternyata bernama Chan Yeol itu melebarkan senyumnya, menampilkan gigi rapi yang sering dijuluki ‘gigi kelinci’ oleh teman-temannya di sekolah.
“Kau sedang apa?” mendengar pertanyaan singkat itu, Jin Ri seketika mendengus sebal. Ia memutar kedua bola mata sebelum akhirnya kembali melanjutkan kegiatannya membaca buku. Chan Yeol mengerjapkan mata bulatnya ketika melihat reaksi yang diberikan oleh temannya, Jin Ri.
“Jin Ri, kau itu kenapa, sih? Aku salah apa?” pria bernama Chan Yeol itu kembali bertanya, kali ini dengan nada memohon, yang mana hal itu malah terasa aneh, mengingat suaranya yang sedikit berat. Jin Ri mulai terganggu. Ah, sebenarnya sejak kedatangan pria itu, Jin Ri yakin ia sudah merasa terganggu.
“Sudah kubilang, kau mau apa?” Jin Ri menutup buku novel yang tengah ia baca dengan keras. Chan Yeol mengerjapkan matanya. “Aku ‘kan tadi juga sudah bilang, kau sedang apa?” ulang Chan Yeol, semakin membuat Jin Ri kesal.
Jin Ri pikir, mendengarkan celotehan dan pertanyaan dari ‘teman barunya di sekolah’ itu sama sekali tidak penting, jadi, gadis itu segera beranjak dari tempat duduknya. Ia mengayunkan tungkai kakinya ke arah meja penjaga. Chan Yeol yang melihat itu seketika mengekor.
“Kau mau kemana? Aku ikut dong.” Jin Ri berusaha menulikan indera pendengarannya ketika suara Chan Yeol mulai terdengar lagi.
“Mr. Jung, aku pinjam buku ini. Besok akan segera kukembalikan.” Gadis itu menunjukkan buku novel tebal kepada seorang pria yang duduk di balik meja penjaga. Pria paruh baya itu membalas perkataan Jin Ri dengan ulasan senyum ramah. Setelah mendapat izin, gadis itu segera melangkah lagi. Kali ini menuju pintu utama perpustakaan kota itu.
“Hey, kau mau kemana?”
Ah. Jin Ri hampir lupa kalau pria berwajah bodoh itu masih mengekorinya. Jin Ri tak mau mendengarnya, jadi … Ia kembali melanjutkan langkah kakinya ke arah pintu kaca itu.
Gadis itu membuka pintu. Suara berisik air yang bertubrukan dengan tanah itu menyapa telinganya. Jin Ri masih belum bereaksi apapun, matanya memandang ke arah tetesan air yang jatuh dari langit. Sampai kedua kelopak matanya melebar.
“Payung! Bagaimana aku bisa pulang sekarang?” Jin Ri sadar, ia tidak akan bisa pulang jika saat ini keadaannya hujan. Gadis itu menoleh ke belakang, ia mendapati sosok Chan Yeol yang sedang berdiri dengan senyum aneh andalannya.
Tanpa aba-aba, Chan Yeol berjalan satu langkah mendekati Jin Ri. Ia mengulurkan tangannya, sepertinya ia sedang menyodorkan sesuatu. Jin Ri memandang ke arah tangan Chan Yeol.
“A–apa?” Jin Ri mengerjap begitu menyadari benda apa yang sedang disodorkan oleh pria bermata bulat itu. Payung.
“Pulanglah. Aku tahu kau tidak membawa payung, bukan?” tuturnya diikuti dengan senyuman konyol. Jin Ri memandangnya ragu, sepertinya ia sedang menimbang-nimbang apakah ia harus menerima payung itu?
Chan Yeol menyadari raut wajah Jin Ri. “Anggaplah ini sebagai tanda perkenalan kita, bagaimana?” lanjutnya, justru terdengar seperti paksaan. Jin Ri tersenyum sekilas, kemudian menerima payung di tangan pria bermata bulat itu.
“Well, aku pulang dulu, oke? Sampai jumpa di sekolah.” Chan Yeol membalikan badannya, berjalan perlahan menyusuri trotoar. Jin Ri memandang punggung lebar Chan Yeol yang kian mengecil seiring dengan langkah kaki pria itu. Di atas kesadarannya, Jin Ri mulai mengulas senyum simpul.
Ia membuka payung lipat yang baru saja dipinjamkan oleh teman barunya itu, kemudian segera melangkah melewati jalanan setapak yang akan membawanya pulang ke apartemen. Merasa bosan dengan perjalanannya menuju rumah, akhirnya Jin Ri kembali membaca novel yang ia pinjam dari perpustakaan kota. Matanya melebar begitu melihat secarik kertas yang terselip di halaman buku tersebut.
Secarik kertas yang dihias dengan tulisan tangan rapi.
Hai, Jin Ri. Namaku Chan Yeol. Kau mau ‘kan menjadi temanku? Salam kenal.
Jin Ri yakin, tulisan itu milik teman barunya, Chan Yeol. Meski ia tidak tahu sejak kapan kertas itu sudah berada di dalam halaman bukunya, tapi … Itu sama sekali tidak penting. Yang ia tahu sekarang adalah, Chan Yeol bukanlah seorang pengganggu, ia memang orang baik.
Jin Ri mengulum senyum. Ia pikir, inilah saatnya untuk menjadikan pria itu sebagai sahabat. “Aku akan membalas surat ini, haha.” Tawa renyah itu meluncur dari bibir Jin Ri, seiring dengan senyumnya yang kian melebar.
END
***
Hanya sebuah fict singkat yang saya buat secara dadakan. Mohon kritik, saran, dan komentarnya!
Giant Babies, Shaza – Spark
