Baby, I’m Sorry
Tittle : Baby, I’m Sorry (Chapter 8-end)
Author : Jellokey
Main Cast :
Kim Jong In (Kai of EXO)
Kang Jeo Rin(OC)
Support Cast :
Kim Taehyung (V of BTS)
Byun Baek-hyun (Baek Hyun of EXO)
Oh Se-hoon (Se Hun of EXO)
Lu Han (Lu Han of EXO)
Park Chan-yeol (Chan Yeol of EXO)
Park Jimin (Jimin of BTS)
And others
Length : Chaptered
Genre : Romance
Rating : PG-17
Disclaimer : Cerita ini milik saya. Dilarang plagiat dan copy paste. Don’t bash!
Poster : G.Lin by http://cafeposterart.wordpress.com
“Jeo Rin, kau baik-baik saja?” Tanya Taehyung.
“Jeo Rin,” Taehyung melambaikan tangannya di depan wajah Jeo Rin karena gadis itu tidak menjawabnya. Tatapan Jeo Rin kosong sejak masuk ke ruang rapat.
“Eo?” Jeo Rin tersentak. Ia menatap Taehyung.
“Kau baik-baik saja?” Jeo Rin mengangguk.
“Mana yang lain?” Jeo Rin yakin dia sudah lama berada di ruang rapat bersama Taehyung. Lima belas menit mungkin.
“Aku menunda rapat hari ini.” Alis Jeo Rin menyatu.
“Kenapa?” Setelah rapat ini, mereka bisa mempersiapkan keperluan untuk pertandingan persahabatan antar sekolah. Setelah event itu, mungkin organisasi kesiswaan tidak memiliki kegiatan sampai semester baru. Waktu luang itu akan Jeo Rin gunakan untuk liburan. Dia ingin menjernihkan pikirannya. Melepas bebannya yang datang belakangan ini.
“Kau tahu aku, Jeo Rin.” Taehyung tersenyum.
“Aku tidak mau memulai rapat kalau ada anggotaku yang tidak konsentrasi.” Jeo Rin terdiam sebentar.
“Kalau begitu aku pulang.” Jeo Rin merapikan kertas-kertas materi rapat mereka ke dalam sebuah folder lalu memakai tas ranselnya.
“Jeo Rin,” Taehyung menahan tangan Jeo Rin, membuat gadis itu berhenti.
“Ada apa? Kau punya masalah?”
“Tidak. Aku hanya ingin segera liburan.” Jawab Jeo Rin tidak sepenuhnya bohong. Jeo Rin melihat tangannya yang dipegang Taehyung. Sadar Jeo Rin tidak nyaman, Taehyung melepas genggamannya.
“Apa Kai melakukan.. sesuatu yang buruk padamu?” Tanya Taehyung ragu.
“Kami putus.” Ucap Jeo Rin tanpa melihat Taehyung yang terkejut.
“Putus?!” Jeo Rin mengangguk.
“Kau benar. Dia bukan namja yang baik.” Jeo Rin menggelengkan kepalanya begitu mengingat benda keramat Kai.
“Bukankah kau mencintainya?” Tentu saja Taehyung senang mendengarnya. Tapi, apa yang membuat hubungan mereka berakhir? Apa karena ia mencium Jeo Rin? Hal yang membuat Kai menghajarnya habis-habisan. Kalau tidak ada Jimin, dia pasti berakhir di rumah sakit.
“Kalau itu menurutmu, iya.” Jawaban yang tidak Taehyung mengerti.
“Jeo Rin,”
“Aku tidak mau membahas ini, Hyungie. Aku duluan.”
“Kita pulang bersama. Aku akan mengantarmu pulang.” Taehyung mengambil tasnya lalu mengejar Jeo Rin.
“Jeo Rin,” panggil Taehyung begitu berada di samping Jeo Rin.
“Apa kita bisa seperti dulu?” Jeo Rin menatap Taehyung.
“Maksudku lebih dari itu,” Taehyung menelan liurnya susah untuk mengucapkan kata-kata selanjutnya.
“Kau jadi—“
“Aku tidak bisa, Taehyung. Aku tidak mau berhubungan untuk saat ini.” Potong Jeo Rin. Dia belum siap. Dan dia tidak memiliki perasaan khusus pada Taehyung sekarang.
“Aku mengerti. Maaf, karena aku hubungan kalian berakhir.” Jeo Rin menggelengkan kepalanya, tidak setuju dengan ucapan Taehyung.
“Kau tidak ada hubunganya dengan putusnya aku dan Kai.” ‘Ini salahku. Kalau saja aku tidak mengiyakan permintaan Taehyung- tidak. Sekalipun itu tidak terjadi, aku pasti tetap putus dengan Kai karena kemesumannya.’ Batin Jeo Rin.
———————–
“Terima kasih atas tumpangannya, Hyungie. Hati-hati di jalan.”
“Kau tidak mengajakku ke dalam?” Pertanyaan Taehyung membuat gerakan tangan Jeo Rin yang hendak membuka pintu terhenti.
“Sekalipun aku tidak pernah ke rumahmu.” Taehyung mengerucutkan bibirnya.
“Baiklah. Ayo.” Taehyung keluar dari mobil dengan senyum merekah di wajahnya. Pemandangan Jeo Rin yang keluar dari mobil Taehyung dan mereka bersama-sama masuk ke rumah Jeo Rin tidak luput dari mata Kai. Ia tidak jadi menyalakan mesin mobilnya begitu melihat mobil asing berhenti di depan rumah Jeo Rin. Kai mencengkeram erat stir mobilnya. Matanya berkilat penuh amarah.
“Kau mengakhiri hubungan kita karena ingin bersama orang sok keren itu?” Kai berdecak.
“Kau keterlaluan, Jeo Rin. Tapi, aku tidak akan membiarkanmu bahagia dengan namja brengsek itu.” Kai keluar dari mobilnya. Ia berjalan menuju rumah Jeo Rin. Ia menekan bel rumah Jeo Rin dua kali. ‘Kenapa lama sekali?’ Batin Kai kesal.
“Kai!”
“Ahjumma,” Wajah Kai langsung berubah begitu melihat siapa yang membuka pintu. Ia tersenyum lalu memeluk Nyonya Kang, orang yang selalu membelanya kalau ia bertengkar dengan Jeo Rin.
“Kau tampan sekali.” ‘Tapi anak Ahjumma menyia-nyiakan namja paling tampan di dunia ini.’ Batin Kai. Nyonya mengajak Kai ke ruang tamu.
“Jeo Rin mengajak temannya ke rumah.” Bisa Kai lihat Taehyung yang sedang meminum tehnya begitu ia berada di ruang tamu. ‘Kau tidak ada apa-apanya dibandingkan aku, Taehyung.’ Kai menyeringai. Ia duduk di hadapan Taehyung, membuat namja itu melihat Kai.
“Taehyung, ini Kai. Kau pasti kenal dia, kalian satu sekolah. Dia teman masa kecil Jeo Rin dan sekarang kekasihnya.” Kai tersenyum miring mendengar penuturan Nyonya Kang. ‘Kau dengar, Taehyung? Ahjumma sangat menyukaiku.’ Batin Kai. Kai tidak akan kalah dari Taehyung dalam hal ini. Sekalipun Jeo Rin tidak mau bersamanya, kalau kedua orang tua Jeo Rin menyukainya, ia pasti mendapatkan Jeo Rin.
“Eomma, aku—“ Jeo Rin tidak melanjutkan ucapannya begitu melihat Kai.
“Aku mau pergi dengan Taehyung.” Taehyung bangkit dari duduknya. Jeo Rin mengajaknya nonton tadi. Tapi dia tidak bisa berharap lebih. Ini bukan kencan.
“Kai ada di sini, nak. Kau harus menemaninya.” Benar kan? Nyonya Kang sama sekali tidak mempedulikan keberadaan Taehyung.
“Urusanku lebih penting daripada menemaninya di sini.” ‘Dan aku tidak mau bersamanya.’ Batin Jeo Rin.
“Nak Taehyung, apa kegiatan kalian tidak bisa ditunda? Ini pertama kali ahjumma melihat Kai dan Jeo Rin bersama setelah dua belas tahun.” Nyonya Kang menganggap urusan Jeo Rin adalah organisasinya.
“Aku pergi, Eomma. Ayo, Taehyung.” Jeo Rin tidak mau berargumen dengan eommanya. Kalau ia lama-lama di sana, ia pasti berakhir dengan menemani Kai seperti ucapan eommanya. Kai mengepalkan tangannya. Jeo Rin lebih memilih bersama Taehyung daripada dia.
“Saya permisi, Ahjumma.” Pamit Taehyung.
“Anak itu, tidak berubah sedikit pun.” Kai tersenyum tipis menanggapi Nyonya Kang. ‘Aku sudah biasa menghadapi itu, Ahjumma.’ Ucap Kai dalam hati.
“Katakan pada Ahjumma, Kai. Bagaimana hubungan kalian?” Ucap Nyonya Kang antusias.
“Kami baik.” Jawab Kai. Dan Nyonya Kang percaya. Hal yang melegakan buat Kai karena kedua orang tua mereka tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya.
“Ahjumma, soal perjodohan—“
“Tenang, Kai. Kami sudah membicarakan itu. Tidak perlu khawatir. Jeo Rin tidak akan kemana-mana.” ‘Kai tidak berubah.’ Batin Nyonya Kang.
“Aku ingin kami bertunangan.” Nyonya Kang tidak menyangka Kai akan mengucapkan itu.
“Aku ingin bertunangan dengan Jeo Rin secepatnya. Ahjumma tidak tahu bagaimana Jeo Rin di sekolah. Banyak namja yang mengaguminya. Aku.. Aku tidak suka. Mereka tetap mendekati Jeo Rin walaupun mereka tahu Jeo Rin kekasihku.” Kai bohong di kalimat terakhir. Tidak ada yang berani mendekati sesuatu yang Kai klaim sebagai miliknya. Oh, kecuali Taehyung. ‘Dia benar-benar tidak berubah.’ Pikir Nyonya Kang sambil tersenyum.
“Ahjumma belum memberitahu Jeo Rin tentang perjodohan kalian.” Nyonya Kang tahu putrinya, dia pasti menolak. Jeo Rin tidak mau menikah muda.
“Aku sudah memberitahu Jeo Rin, ahjumma. Aku juga sudah meminta Jeo Rin untuk bertunangan denganku. Dia setuju.” Itu sebelum mereka bertengkar dan putus.
“Baiklah. Ahjumma akan bicara pada Jeo Rin nanti.” Kai bernapas lega. Dia tetap bersama dengan Jeo Rin.
———————-
Jeo Rin mengerang pelan saat melihat Kai duduk di sebelahnya. Bel masuk akan berbunyi sepuluh menit lagi.
“Pindah.” Ucap Jeo Rin dingin. Kai tidak bergerak, dia menatap Jeo Rin. Apa Nyonya Kang sudah membicarakan rencana pertunangan mereka pada Jeo Rin?
“Aku tidak mau bertunangan denganmu.” Suara Jeo Rin pelan. Tidak mau ada yang mendengar mereka.
“Perjodohan itu tidak akan pernah terjadi.” Kata Jeo Rin penuh penekanan.
“Benarkah? Aku rasa tidak.” Kai takut mendengar ucapan Jeo Rin tadi. Lalu, bagaimana Kai bisa merespon Jeo Rin seperti itu? Bahkan ia menyeringai saat mengatakannya. Ia memutuskan untuk tidak lemah di depan Jeo Rin. Mungkin, saat masih kecil Jeo Rin selalu menang darinya tapi sekarang tidak. Mulai saat ini, Kai yang akan menang. Kai yang akan mengendalikan Jeo Rin. Walaupun ia harus memakai cara kotor, memanfaatkan kedua orang tua mereka. Kai berdiri. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kelas.
“Aku minta perhatian kalian sebentar, teman-teman.” Ucap Kai walaupun ia sudah jadi pusat perhatian sejak memasuki kelas. Ketiga teman Kai tidak begitu memperhatikannya.
“Sebentar lagi aku dan Jeo Rin akan bertunangan.” Jeo Rin menatap Kai tidak percaya. Pria ini gila. Kelas sudah ribut karena ucapan Kai sedangkan yang mengucapkan tersenyum.
“Aku hanya ingin memberitahu kalian. Aku berharap orang tua kami akan mengadakan pesta pertunangan kami jadi aku bisa mengundang kalian. Aku ingin berbagi kebahagiaan dengan kalian. Doakan per—“ Ucapan Kai terhenti karena deritan kursi yang digeser. Jeo Rin melangkah cepat keluar kelas. ‘Apa yang dipikirkan Kai? Dia tidak punya pikiran, Jeo Rin. Pikirannya hanya dipenuhi dengan hal yadong.’ Jeo Rin mengumpat kesal dalam hati.
“Aku bisa gila.” Gerutu Jeo Rin tidak tahu ke mana kakinya membawanya. Ia bahkan tidak peduli suara bel yang berbunyi. Dia tidak mau berada di kelas sekarang. Tidak sampai berita pertunangan yang disampaikan Kai hilang.
“Jeo Rin,” Kai berhasil memegang tangan Jeo Rin, membuat langkai gadis itu terhenti. Kai mengikutinya keluar kelas. Ia berusaha agar keberadaannya tidak disadari Jeo Rin, karena ia yakin, Jeo Rin pasti berlari kalau tahu ia mengikutinya. Jeo Rin menghempaskam tangan Kai.
“Jeo Rin,” Kai menangkap tangan Jeo Rin. Jeo Rin menghela napas sebelum berbalik.
“Apa, Kim Jongin? Kau mau bilang kalau kita akan bertunangan? Itu terjadi hanya di dalam mimpimu, Kai.”
“Mimpiku selalu jadi nyata.” Balas Kai tenang, membuat Jeo Rin semakin emosi.
“Oh, benarkah? Aku rasa tidak.” Jeo Rin meniru Kai.
“Apapun yang terjadi, aku tidak mau ditunangkan dengan namja mesum sepertimu!”
“Kenapa?!” Bentak Kai. Ia mendorong Jeo Rin ke dinding membuat gadis itu meringis. Kai menempatkan tangannya di sisi kepala Jeo Rin. Siapa yang bisa menahan emosinya mendengar orang berucap tajam seperti Jeo Rin?
“Apa aku salah memiliki benda-benda itu?! Apa aku menjadi buruk karena memiliki itu?! Aku pria, Jeo Rin! Dan asal kau tahu, pria punya kebutuhan yang tidak bisa diabaikan. Bahkan Taehyung tercintamu juga membutuhkan itu! Shit!!” Kai meninju dinding sebelah kiri kepala Jeo Rin.
“Kenapa kau tidak bertanya pada Taehyung atau memeriksa kamarnya seperti yang kau lakukan padaku?! Periksa handphone dan laptopnya juga, dia pasti memiliki video keramat sepertiku!” Jeo Rin menggelengkan kepalanya. Kai terang-terangan memberitahu rahasianya.
“Ck.. Ck.. Ck. Tidak semua pria sepertimu, Kai. Tidak semua pria punya pikiran mesum sepertimu dan Taehyung salah satunya.” Tangan Kai tidak berada di samping kepala Jeo Rin lagi. Dia kehilangan tenaga, jiwanya, saat Jeo Rin memuji Taehyung lagi.
“Kenapa? Kenapa kau selalu membela Taehyung? Apa dia lebih baik dariku?” Kai tertawa kecil karena pertanyaan terakhirnya. Itu sudah pasti. Taehyung lebih baik darinya. Taehyung si murid teladan, ketua kesiswaan di sekolahnya.
“Bukankah kau mencintaiku?” Kai ingat jelas Jeo Rin pernah mengatakannya. Ia menatap Jeo Rin sendu.
“Kalau kau mencintaiku, kau pasti bisa menerimaku apa adanya.”
Deg!
Ucapan Kai seperti ribuan jarum yang menusuk hatinya. Kai benar. Jeo Rin menatap Kai. Saat itu, Jeo Rin menyesal dengan semua yang telah ia lakukan pada Kai. Menyesal karena sudah membuat mata indah Kai menatapnya penuh luka.
“Kau pasti bisa menerima hobiku yang buruk itu.”
“Jongin,” Jantung Jeo Rin berdetak kencang begitu melihat cairan bening mengalir di pipi Kai. Semakin kencang sampai-sampai ia sulit bernapas. Dia membuat Kai menangis lagi. Kai tersenyum miris. Ia menghapus air matanya.
“Aku lupa kalau kau tidak suka melihatku menangis.” Fakta itu berbanding terbalik dengan apa yang Jeo Rin saat mereka masih kecil. Dia selalu membuat Kai menangis, tapi Jeo Rin tidak pernah bermaksud melakukannya. Dia tidak pernah bermaksud melukai Kai dengan kata-kata ketusnya. Kata-kata tajam itu keluar dari mulutnya karena Kai selalu berhasil merebut perhatian eommanya. Eommanya selalu membela Kai. Wajar Jeo Rin merasa iri karena mereka masih kecil. Karena merasa bersalah, ia mengatakan sesuatu yang membuat Kai berubah sebelum keluarganya pindah.
FLASHBACK
“Jeolin, jangan pergi.” Kata Kai kecil dengan terisak. Ia sudah menangis selama dua jam.
“Eomma,” Jeo Rin melihat eommanya bingung. Walaupun ia selalu bertengkar dengan Kai, ia pasti merindukannya nanti. Hanya Kai teman bermainnya.
“Kita harus pindah, nak. Kalau pekerjaan appa sudah selesai, kita pasti pulang. Jongin-ah, kami pergi hanya sebentar. Jeo Rin pasti kembali pada Jongin.” Nyonya Kang mengacak rambut Kai pelan.
“Jeo Rin, kita harus pergi.” Ucap Tuan Kang yang sudah berada di dalam mobil.
“Uum.. sampai jumpa, Jongin.” Kai kecil memegang tangan Jeo Rin.
“Jeolin,” Tatapannya memohon pada Jeo Rin. Jeo Rin mencubit pipi Kai gemas.
“Jeo Rin akan segera pulang kalau Jongin tidak cengeng lagi. Aku tidak suka melihat Jongin menangis.” Ucap Jeo Rin jujur. Kai langsung menghapus air matanya.
“Jongin sudah tidak menangis lagi. Jeolin tidak jadi pergi kan?” Kai menggenggam kedua tangan Jeo Rin erat.
“Jeo Rin harus ikut appa dan eomma.” Jeo Rin melihat eommanya yang masih menunggunya.
Chu~
Dengan cepat Jeo Rin mencium pipi Kai.
“Jangan jadi namja yang cengeng.” Jeo Rin berlari menuju Nyonya Kang lalu mereka masuk ke dalam mobil. Orang tua Kai melambaikan tangan pada mereka tidak menyadari anaknya yang mematung karena ciuman Jeo Rin.
“Jongin, ayo masuk.” Suara Nyonya Kim menyadarkan Kai.
“Jeolin.. Eomma, di mana Jeolin?” Kai histeris melihat Jeo Rin sudah tidak ada di depannya lagi.
“Jeo Rin sudah pindah, nak.” Nyonya Kim berjongkok.
“Jongin mau ikut Jeolin!” Kai berlari.
“Jongin-ah!” Kecepatan Kai tidak membuat Tuan Kim kesulitan menangkap anaknya.
“Jongin mau ikut Jeolin!” Kai kecil meronta di pelukan Appanya.
“Jongin mau meninggalkan Appa dan Eomma?” Kai tidak bisa menjawab eommanya.
“Jeolin,” Kai menangis keras.
“Jeo Rin bilang Jongin tidak boleh menangis.” Nyonya Kim menghapus air mata anaknya.
“Eomma,” Kai terisak pelan.
“Kalau Jongin menangis seperti ini Jeo Rin tidak akan pulang.” Sejak saat itu Kai tidak pernah mengeluarkan air matanya. Walaupun ia terjatuh, Kai berusaha tidak menangis karena ia laki-laki.
FLASHBACK END
“Kau benar. Aku mesum. Terkadang, aku kesulitan mengontrol diriku setiap berada di dekatmu. Tapi yang kulakukan tempo hari bukan seperti yang kau pikirkan. Aku tidak memperkosamu, Jeo Rin. Aku tidak mungkin melakukannya. Aku pasti melakukannya penuh cinta denganmu.”
“Saat itu aku sangat marah padamu karena kau mencium Taehyung, kau membiarkan Taehyung menyentuhmu. Bahkan aku tidak pernah melakukan hal lain kecuali memeluk dan menciummu. Aku juga tidak bisa memeluk dan menciummu sebanyak yang kumau.” Kai menghela nafas.
“Tapi Taehyung berbeda. Dia yang bukan kekasihmu langsung mendapatkan apa yang ia inginkan tanpa memohon padamu. Sedangkan aku?” Kai mendesah berat.
“Apa kau mencintaiku, Jeo Rin?” Jeo Rin hendak menjawab tapi suaranya tertahan di tenggorokan.
“Apa kau menyukaiku?” Seharusnya Kai menanyakan itu pada dirinya sejak lama. Dia terlalu percaya diri kalau Jeo Rin menyukainya. Jika diingat kembali, Kai memaksa Jeo Rin untuk jadi kekasihnya.
“Aku—“
“Aku tahu apa jawabanmu. Tapi kau harus tahu, Jeo Rin. Aku akan berusaha keras agar perjodohan itu tetap terjadi, bagaimana pun caranya. Terserah kau mau berpikir apa tentangku.” Kai menatap Jeo Rin sebentar sebelum ia berbalik menuju kelas mereka. Jeo Rin tenggelam dalam pikirannya. Apa dia menyakiti Kai? Tentu saja, Jeo Rin. Kau sudah melukai namja yang sangat mencintaimu sejak kalian masih kecil. Kalau Jeo Rin tidak mencium Taehyung, Kai tidak akan melakukan itu padanya. Jeo Rin melihat punggung Kai yang sudah menjauh darinya.
“Jongin,” Bisik Jeo Rin. Dia merasa bersalah.
“Saranghae.” Suara Jeo Rin cukup kuat untuk didengar Kai tapi pria itu tidak menghentikan langkahnya.
“Saranghae, Kim Jongin.” Jeo Rin berlari menuju Kai dan memeluk pria itu.
“Maafkan aku.” Kai tidak bergerak. Apa benar Jeo Rin memeluk dan mengatakan cinta padanya?
“Saranghaeyo. Maafkan aku. Aku salah.” Jeo Rin memeluk Kai erat.
“Jeolin,” Air mata Jeo Rin mengalir karena panggilan itu. Kai membalikkan badannya, membuat pelukan Jeo Rin terlepas.
“Kau..kau menangis?” Ucap Kai shock. Pertama kali dalam hidupnya ia melihat Jeo Rin menangis.
“Shush, Uljima.” Kai menghapus air mat Jeo Rin dengan ibu jarinya.
“Maafkan aku. Seharusnya aku tidak menci—“ Mata Jeo Rin membulat begitu merasakan benda lembut di bibirnya.
“Maaf karena aku menciummu dengan kasar. Maaf karena aku menyentuhmu dengan cara yang tidak benar.” Ucap Kai tepat di depan wajah Jeo Rin, membuat gadis itu bisa merasakan nafas Kai yang hangat. Jeo Rin menggeleng.
“Kau tidak akan melakukan itu kalau aku—“ Jeo Rin tidak melanjutkan ucapannya.
“Maafkan aku.” Kai tersenyum dan mengangguk. Mata Kai yang menatap mata Jeo Rin kini fokus melihat bibir Jeo Rin yang tersenyum.
“Jeolin,” Jeo Rin hanya bergumam karena wajah mereka yang sangat dekat. Hidung mereka bersentuhan.
“Maafkan aku karena melakukan ini.” Kata Kai sebelum mencium bibir Jeo Rin. Ia melumat bibir atas Jeo Rin lembut. Kai melepas ciumannya karena Jeo Rin tidak merespon. Maksud Kai bukan membalas ciumannya tapi mendorong Kai. Biasanya Jeo Rin melakukan itu.
“Kau marah?” Kai menatap Jeo Rin khawatir.
“Jeolin?” Panggil Kai karena gadis itu sibuk dengan dunianya sendiri.
“Jeo—“
Chu~
Kai terkejut karena Jeo Rin menciumnya lebih dulu dan itu di bibir. Kai bersorak dalam hati. Ini kemajuan besar. Kai memejamkan matanya. Ia membalas ciuman Jeo Rin dengan melumat bibir bawah gadisnya. Ia menempatkan tangan kanannya di tengkuk Jeo Rin dan tangan kirinya di pinggang Jeo Rin. Mereka larut dalam ciuman manis mereka, merasa dunia hanya milik mereka. Tidak menyadari ada orang yang hancur berkeping-keping karena melihat itu. Taehyung tidak menyangka akan melihat Jeo Rin dan Kai berciuman di koridor. So, this is the end. Taehyung tersenyum miris. Ia berbalik. Menjauh dari pasangan itu kembali menuju ruangannya. Tautan bibir mereka terlepas. Nafas Jeo Rin terengah, ia tidak tahu berapa lama mereka berciuman. Kai terkekeh. Ia mengelus pipi Jeo Rin yang merona.
“Apa ini tanda kalau aku bebas menciummu mulai sekarang?”
“Menurutmu?” Jeo Rin menempatkan tangannya di dada Kai. Ia tersenyum tipis merasakan detakan jantung Kai.
“Ayo ke kelas.”
“Baby, bagaimana kalau kita bolos dua jam?” Jeo Rin tidak menanggapi Kai. Ia terus berjalan menuju kelas mereka. Kai pasti mengikutinya. Pria itu tersenyum sebelum mengejar Jeo Rin. Ia punya ide briliant yang baru melintas di kepalanya.
———————-
“Ugh, mataku sakit melihat orang yang berlovey-dovey.” Keluh Baekhyun pada Lu Han. Dia senang melihat Kai baikan dengan Jeo Rin, tapi dia sedikit terganggu dengan Kai yang sama seperti Sehun. Dua orang ini tidak segan-segan bermesraan di depannya dan Lu Han. Bahkan di depan umum.
“Kai lebih parah dari Sehun, Baek.” Baekhyun mengangguk setuju.
“Sehun masih memiliki rasa malu.” Baekhyun menatap jenuh Kai yang menghampiri mereka dengan senyum lebarnya.
“Tadi itu apa?” Ucap Baekhyun kesal. Maksud itu adalah scene di mana Kai mencium kening dan mengelus rambut Jeo Rin sebelum gadis itu pergi.
“Hal yang biasa dilakukan sepasang kekasih.” Baekhyun berdecak. Mereka berjalan menjauh dari kelas mereka.
“Lu Han, ayo nonton.”
“Aku tidak mau nonton film menjijikkan itu.” Sahut Baekhyun.
“Aku tidak mengajakmu, Baek.”
“Kau punya koleksi baru?” Kai mengangguk.
“Ayo. Kita harus cepat.” Lu Han menarik tangan Kai. Tidak sabar melihat ilmu baru.
“Tidak di rumahku. Tapi di rumahmu. Aku tidak bisa menonton film seperti itu di rumahku.” Lu Han dan Baekhyun melihat Kai bingung.
“Kenapa?” Mereka, Lu Han dan Kai lebih sering menonton itu di rumah Kai.
“Alasan Jeo Rin memutuskanku karena benda itu. Dia melihat benda keramatku di meja belajarku.” Baekhyun tertawa.
“Kau serius? Jeo Rin memang hehat.” Kai mengabaikan Baekhyun.
“Ini terakhir kali aku menonton itu. Aku bahkan sudah menghapusnya di laptop dan handphoneku. Aku tidak mau Jeo Rin memutuskanku.” Jelas Kai.
“Aku tidak bisa, Kai. Orang tuaku ada di rumah.”
“Lu Han ini yang terakhir. Kita tidak menonton dengan suara yang keras.” Mohon Kai.
“Baiklah.”
“Aku tidak ikut dengan kalian.” Ujar Baekhyun.
“Kami tidak mengajakmu, Bacon.” Balas Kai malas.
———————-
“Aku tidak mau melakukan ini. Tapi aku harus. Ini demi Jeo Rin.” Ucap Kai sambil melihat benda-benda keramatnya sedih. Tangan Kai bergetar. Ia tidak punya tenaga membuang koleksi CD dan majalahnya ke dan tong dengan kobaran api.
“Ugh.. Aku tidak sanggup.” Kai frustasi. Benda itu sudah menjadi temannya selama lima tahun.
“Demi Jeo Rin, bodoh.” Kai menyemangati dirinya. Ia membuang koleksi-koleksi keramatnya dengan mata tertutup. Ia merasa sedih dan lega di saat yang bersamaan melihat koleksinya habis di makan api.
“Jongin,” Kai menoleh ke belakang. Ia melihat Jeo Rin yang berjalan mendekatinya.
“Apa yang kau lakukan?”
“Membakar benda keramatku.” Jawab Kai sambil melihat api yang perlahan lenyap. Jeo Rin bisa melihat kesedihan di mata Kai. Dia seperti anak kecil yang kehilangan mainannya. Jeo Rin menautkan jari-jarinya dengan milik Kai, membuat pria itu menatapnya.
“Kenapa kau melakukan itu?”
“Aku tidak mau kau marah karena melihat itu di kamarku.” Jawab Kai polos membuat Jeo Rin tidak bisa menahan dirinya untuk memeluk Kai. Laki-laki itu sangat mencintainya. Kai melingkarkan tangannya di pinggang Jeo Rin. Ia mencium puncak kepala Jeo Rin.
“Tapi, yeobo, walaupun aku tidak memiliki itu bukan berarti pikiranku polos seperti dulu.” Jeo Rin memukul lengan Kai pelan. Ia melihat pria itu.
“Kontrol dirimu.” Kai menyeringai.
“Aku ingin kau mengontrolku.” Jeo Rin menggelengkan kepalanya.
“Mau makan teokbokki?”
“Kau mengajakku kencan?” Kai hampir berteriak karena pikiran kencannya.
“Terserah, Jongin. Kau mau?” Kai mengangguk.
“Kajja.”
———————
Kai dan Jeo Rin berdiri di depan pintu rumah Jeo Rin dengan tangan yang saling menggenggam. Sudah sepuluh menit mereka seperti itu tanpa mengeluarkan suara, saling menatap.
“Kau tidak pulang?” Jeo Rin bersuara. Ia ingin istirahat.
“Aku mau bersamamu.” Kai mengecup bibir Jeo Rin kilat. Ia terkekeh melihat ekspresi terkejut Jeo Rin. ‘Jadi, aku bebas melakukan apa pun yang aku suka? Bagus, bagus.’ Batin Kai.
“Baby, besok aku akan bertanding basket melawan tim basket Hanyang High School. Kau harus menontonku.”
“Kau anggota tim basket?” Jeo Rin pura-pura tidak tahu.
“Baby,” Rengek Kai sambil menggoyangkan lengan Jeo Rin.
“Aku tahu. Tapi aku tidak janji bisa menontonmu.”
“Kenapa?”
“Sekolah kita bukan hanya mengadakan pertandingan basket, Kai. Aku harus memastikan pertandingan lainnya berjalan lancar.” Terang Jeo Rin.
“Kau melakukan itu sendiri? Aku akan membantumu, yeobo.”
“Tidak, Kai. Anggota kesiswaan yang lain akan membantuku.” ‘Sepertinya aku akan mencalonkan diri menjadi ketua kesiswaan menggantikan Taehyung.’ Batin Kai.
“Pulang, Jongin.”
“Kau akan melihatku bermain basket kan?” Tanya Kai penuh harap.
“Akan kuusahakan.” Kai membuang nafasnya kasar. Sedikit kecewa dengan jawaban Jeo Rin.
“Aku pulang.” Ucap Kai sebelum mencium kening Jeo Rin.
“Masuk.” Suruh Kai pada Jeo Rin.
“Bagaimana aku bisa masuk kalau kau terus menggenggam tanganku?” Dengan tidak rela Kai melepas genggamannya.
“Aku pulang, baby.” Ucap Kai lagi. Jeo Rin tersenyum. Ada apa dengan pria itu? Rumahnya hanya beberapa meter dari rumah Jeo Rin.
“Kai, kau tidak akan sampai rumah kalau jalan seperti itu.” Langkah Kai sangat kecil, ia melangkah mundur agar tetap melihat Jeo Rin. Gemas, Jeo Rin berjalan mendekati Kai.
“Jangan sampai kau terlambat besok.” Jeo Rin mencium pipi Kai lalu berlari masuk ke dalam rumahnya. Kai menyentuh bekas ciuman Jeo Rin. Ia tersenyum.
“Kenapa kita tidak tinggal bersama saja?” Kata Kai sambil berjalan menuju rumahnya. ‘Aku akan minta Appa membelikan rumah atau apartemen untuk kami.’ Pikir Kai.
———————
Tepuk tangan dan sorak sorai memenuhi lapangan basket indoor begitu Kai berhasil memasukkan basket ke dalam ring. Angka yang ia cetak membuat sekolahnya menang. Sekarang, Kai sibuk tebar pesona kepada penonton tapi terhenti begitu ia mendapati sosok gadisnya meninggalkan bangku penonton. Kai berpamitan pada timnya lalu mengejar Jeo Rin.
“Kang Jeo Rin,” Panggil Kai begitu keluar lapangan. Ia tersenyum begitu Jeo Rin berbalik. Ia menghampiri Jeo Rin.
“Kau melihatku?” Jeo Rin mengangguk.
“Selamat. Kalian menang.” Pelukan tiba-tiba Kai membuat Jeo Rin terkejut. Ia balas memeluk Kai. Mengabaikan Kai yang berkeringat.
“Aku keren kan?”
“Kau sangat keren.” Jeo Rin tidak bohong. Permainan Kai sangat menakjubkan.
“Kau tidak memberiku hadiah?” Jeo Rin tampak berpikir.
“Aku akan memberikannya.. besok?” Jeo Rin tidak yakin. Hadiah seperti apa yang Kai inginkan? Baju, celana, parfum, jam tangan? Jeo Rin tidak tahu.
“Kau bisa memberikannya sekarang, baby.” Kai menoleh ke kanan dan kiri. Hanya ada mereka di koridor.
“Kiss me.”
“Shirreo!”
“Yeobo, tidak ada orang di sini. Mereka sibuk. Ayolah.” Kai beragyeo.
“Jongin, aegyomu tidak berpengaruh.” Jeo Rin menahan dirinya untuk mengabulkan permintaan Kai.
“Baby, ppali.” Jeo Rin melihat Kai lama sebelum mencium pipinya.
“Bibir.” Kai mengerucutkan bibirnya.
“Kai,” Karena tidak sabar, Kai mendekatkan wajahnya pada Jeo Rin.
“Baiklah.” Jeo Rin menangkupkan tangannya di wajah Kai. Kai terlihat aneh dengan bibir kerucutnya.
“Jeo Rin,” Seseorang memanggil Jeo Rin saat bibirnya hampir menempel di bibir Kai. Kai mengerang. Ia akan menghajar orang yang mengganggu momennya dengan Jeo Rin. Ia sangat ingin menghajar orang itu karena orang itu adalah Taehyung.
“Selalu dia.” Ucap Kai pelan.
“Maaf mengganggu kalian.” Ucap Taehyung kaku begitu berada di hadapan pasangan itu. Kai merangkul Jeo Rin. Pria ini benar-benar posesif.
“Pembina memanggilmu.” Jeo Rin mengangguk.
“Sampai jumpa nanti.” Ia berjalan cepat menuju Taehyung yang sudah berjalan jauh di depannya. Kai melihat Jeo Rin dan Taehyung sambil berpikir. Tak lama, bibirnya melengkung membentuk senyuman. Mungkin apa yang ia lakukan akan membuat Jeo Rin semakin mencintainya. Kai berlari menuju Taehyung dan Jeo Rin. Ia merangkul kedua orang itu, membuat mereka terkejut. Kai tersenyum pada Jeo Rin.
“Setelah menemui Mr. Jo kau langsung pulang kan?” Jeo Rin mengangguk.
“Aku akan menunggumu.” Kai beralih pada Taehyung.
“Hei, kau mau berteman denganku?” Taehyung tidak menanggapi Kai. Tidak mau berurusan dengan orang yang memenangkan hati Jeo Rin. Ia merasa rendah.
“Hyungie, kau akan menjadi keren karena berteman denganku.” Jeo Rin berusaha menahan tawanya. Apa yang laki-laki ini rencanakan?
“Jangan memanggilku seperti itu.” Taehyun menggeram. Hanya Jeo Rin yang boleh memanggilnya Hyungie.
“Tapi Jeo Rin memanggilmu Hyungie. Berarti aku juga. Kau mau berteman denganku?”
“Tidak.” Balas Taehyung dingin.
“Aku ingin berteman denganmu.” Paksa Kai.
“Terserah.” Mereka berhenti di depan pintu ruang pembina kesiswaan. Taehyung masuk lebih dulu.
“Aku tidak tahu apa tujuanmu melakukan ini.” Jeo Rin mengecup bibir Kai.
“Jangan menyerah.” Ucap Jeo Rin sebelum masuk. Kai menyandarkan punggungnya di dinding. Ia tersenyum. ‘Aku ingin jadi yang terbaik untukmu.’
END
Fiuhh.. end juga. Hutangku lunas satu. Komen, chingudeul ^^
