Title : (un)Perfect Husband
Author : Kris’s Anae (@nanda_arisma)
Main Cast :
• Huang Zi Tao (EXO)
• Kwon Yuri (SNSD)
• Oh Se Hoon (EXO)
• Im Yoona (SNSD)
Other Cast :
• Choi Siwon (Super Junior)
• Krystal Jung (F(x))
• Kim Jong Dae (EXO)
• Kwon Parents (OC)
• Huang Parents (OC)
Length : Chaptered
Genre : Little bromance, romance, sad, little hurt, AU, school life, marriage life, family, etc.
Rate : PG-17
Disclaimer : I’m not owner of the casts, typo’s everywhere, cerita membingungkan, alur pasaran.
Note : FF ini sudah pernah dipublish di blog lain dengan cast yang berbeda.
Say ‘NO’ to Siders and Plagiator
Happy Reading ^^
“Aigoo! Yoong! Ck! Apa yang sudah dilakukan namja ceroboh itu padamu, eoh? Dia sepertinya benar-benar sudah terobsesi padamu.” Yuri menggumam sendiri dan mencoba membangunkan Im Yoona, dengan susah payah akhirnya ia berhasil berdiri dan memapah Yoona di sampingnya.
Rumah besar itu terlihat sepi, lagi pula siapa yang akan bangun tengah malam seperti ini? Pemilik rumah tampaknya sedang mengungsi ke tempat lain, hanya tinggal anaknya yang ceroboh sendirian dan beberapa pembantunya saja yang menempatinya. Yuri meremas tangannya sedari tadi, entah mengapa waktu yang digunakan oleh Dokter Jang untuk memeriksa keadaan Yoona terasa begitu lama. Siwon sendiri sedang memeluk Yuri di sampingnya, tangannya terasa begitu dingin saat dengan tidak sengaja bersentuhan dengan kulit Yuri.
“Dia baik-baik saja, hanya terjadi benturan kecil di kepalanya. Itu tidak akan berpengaruh buruk, dia hanya butuh istirahat. Mungkin besok pagi dia akan sadar.” Dokter Jang mengambil tasnya lalu mulai beranjak pergi.
“Kalau ada apa-apa, langsung saja hubungi aku. Arraseo?” Siwon dan Yuri hanya bisa mengangguk kaku pada dokter Jang dan membungkuk sopan, mata mereka tak lepas memandangi Yoona.
“Gamsahamnida, uisa-nim..” Ucapan Yuri sedikit tercekat, dia masih shock dengan kejadian ini. Setelah jawaban singkat dari dokter itu, suara pintu ditutup terdengar. Siwon mengernyit heran, sepertinya ada yang tidak beres.
“Yul, kau sekarang sudah bersuami. Bagaimana bisa kau berkeliaran selarut ini tanpa ditemani suamimu? Lagipula aku tidak melihatmu menghubunginya sama sekali sedari tadi, apa dia tidak khawatir padamu?” Siwon mulai mencium bau tidak beres dalam rumah tangga sepupunya ini, Yuri hanya memasang raut datar lalu melepaskan dirinya dari rangkulan Siwon.
“Tidak, dia akan baik-baik saja tanpa aku. Kau lupa? Dia laki-laki, kepergianku dari apartemen tak akan berarti banyak.” Yuri tersenyum kecut, dia teringat pertengkaran terakhir mereka. Yuri berpikir, apa dia terlalu berlebihan tadi? Hanya karena masalah ikat rambut mereka bertengkar. Tapi Tao juga bukan orang yang benar dalam hal ini, mereka berdua sama-sama sensitif dan keras kepala.
“Aku berterima kasih sekali padamu, Yul. Kau telah mau membantuku dan ada saat aku butuh kau, tapi ku mohon sekarang pulanglah. Ini sudah tengah malam, kau sekarang sudah menjadi istri, bukan single lagi. Aku bisa mengurusnya sendiri setelah ini, kau tidak perlu khawatir.” Siwon tersenyum menenangkan, Yuri hanya bisa pasrah dan menuruti apa yang Siwon inginkan.
“Arraseo. Antarkan aku pulang, oppa. Aku tidak membawa mobil.”
“Ne, kajja.”
“Darimana saja kau? Ini bahkan sudah lewat tengah malam, kau bodoh atau apa?” Suara Tao yang khas menyambut kedatangan Yuri saat Yuri baru akan memakai alas kaki apartemennya, dia merotasikan bola matanya sambil berlalu melewati sofa yang saat ini sedang diduduki oleh Tao.
“Jawab pertanyaanku, Huang Yuri!” Yuri berdecak sebal saat Tao menahan lengannya, dia sedikit meringis karena cengkeraman Tao di pergelangan tangannya semakin kuat.
“Lepaskan aku! Apa pedulimu, eoh? Memangnya siapa aku? Dan lagi, margaku Kwon, bukan Huang seperti yang kau katakan.” Yuri berusaha menghempaskan tangan Tao yang melingkari pergelangan tangannya, namun sia-sia saja. Bagaimanapun Tao adalah namja, dia lebih kuat dibandingkan Yuri.
“Sekarang tidak lagi! Kau tanggung jawabku mulai hari ini, jangan banyak tingkah! Bukan kau yang akan dibunuh oleh orang tua kita jika terjadi apa-apa, tapi aku! Dengarkan baik-baik perkataanku, aku ingin kau mengingatnya dengan jelas di memorimu!” Tao berbisik tepat di hadapan wajah Yuri, jarak mereka terlalu dekat, bahkan nafas mereka bertabrakan satu sama lain. Yuri akhirnya bisa bernafas kembali saat Tao beranjak masuk ke kamar mereka, tanpa ia sadari sedari tadi dia menahan nafas.
BRAKK
Yuri merosot di sofa apartemen itu, dia menangis dalam diam. Haruskah dia terus terjebak dalam pernikahan neraka ini? Tidak adakah sedikitpun kebahagiaan untuknya yang akan diberikan Tao kelak? Apakah Tao memperlakukan semua wanita seperti ini? Apakah dia benar-benar tidak tau bagaimana harus bersikap di hadapan seorang wanita? Seburuk itukah pengaruh yang di timbulkan oleh rasa sukanya pada sesama jenis? Jika iya, maka Yuri adalah orang yang tidak akan pernah merasakan bahagia dalam pernikahan ini.
Menangis membuat tenggorokan Yuri kering, dia berjalan menuju lemari es yang berada di sisi kiri meja makan. Matanya tidak sengaja melihat hidangan di atas meja, hidangan itu masih utuh belum tersentuh, dua piring yang berada di meja itu pun masih bersih dari noda makanan. Yuri tertegun sejenak, jadi sedari tadi sore Tao menunggunya untuk makan malam. Itukah alasan Tao marah seperti tadi? Mengapa ia tidak jujur saja pada Yuri jika ia menunggunya? Dada Yuri mendadak sesak, jadi disini Tao memang berhak untuk marah, bukan?
Yuri menghela nafas sejenak lalu melanjutkan niat awalnya untuk mengambil minum, setelah itu dia beranjak ke kamarnya dan Tao. Dia berhenti sejenak di depan pintu kamar, menyiapkan mental sebelum berhadapan langsung dan meminta maaf pada Tao. Yuri yakin, Tao belum tidur saat ini.
“Tao-ya, aku ingin berbicara. Aku tau kau belum tidur.” Yuri mengambil tempat di sisi kiri ranjang yang kosong, dia memasukkan kakinya ke dalam selimut ranjang itu dan bersandar pada kepala ranjang.
“Tao!”
“Huang Zi Tao!”
“Ck! Wae?! Bicara saja!” Akhirnya respon itu keluar dari mulut Tao, sekalipun itu bukan respon yang diinginkan Yuri.
“Aku tau kau tadi menungguku untuk makan malam bersama, maafkan aku karena tidak tahu bahwa kau menungguku untuk itu. Kau berhak marah, aku yang salah disini..” Yuri menunduk sekalipun Tao tak melihatnya, Tao masih berbaring membelakanginya saat ini.
“Kau mau memaafkanku?” Terdengar helaan nafas panjang dari mulut Tao.
“Ne. Sekarang kau harus tidur, ini sudah larut.” Tao berkata tanpa merubah posisinya, dia mematikan lampu nakasnya lalu kembali berusaha tidur. Yuri tersenyum, entah mengapa perasaannya menghangat saat mendengar kata-kata terakhir Tao sebelum dia terbang ke alam mimpinya.
Tao kali ini tidak berniat menurunkan Yuri di luar gerbang sekolah lagi, dia terus saja melajukan mobilnya hingga melewati gerbang sekolahnya. Yuri sendiri tidak berniat membuka mulut atau menunjukkan ekspresi terkejutnya, dia tetap menatap datar jendela depan mobil Tao. Yuri tidak begitu khawatir karena ventilasi mobil itu tertutup, setidaknya dia bisa aman sampai area parkir sekolah.
“Nanti jika kau lebih cepat pulang daripada aku, datang saja ke ruangan dance. Kita akan belanja sepulang sekolah.” Suara Tao menggema memecah keheningan di dalam mobil itu saat Yuri hendak membuka pintunya, dia hanya mengangguk sekilas lalu meneruskan langkahnya yang tertunda.
Aku hanya takut aku akan melihatnya lagi, Huang Zi Tao.
“Yul!” Yuri reflek menoleh ke arah sumber suara yang memanggilnya, Yuri menegang seketika begitu mengetahui siapa yang tadi menyerukan namanya.
“Yoong? A-apa yang kau lakukan disini?” Yuri mendadak menjadi panas dingin, takut Yoona akan mengetahui bahwa dia satu mobil dengan Huang Zi Tao.
“Aku? Tentu saja aku memarkirkan motorku, apa lagi?” Yuri menghela nafas lega, setidaknya tidak tercium bau kecurigaan dari Yoona.
“Oh, iya juga sih.”
“Hey, mana mobilmu? Tidak terlihat. Kau ganti lagi?” Yuri meneguk ludahnya susah payah, ia butuh penolong segera agar bisa cepat-cepat keluar dari situasi ini.
“Eh, Im Yoona? Kau tidak masuk? Ini sudah bel.” Tao datang dan menyela percakapan mereka, Yuri mengerutkan alisnya bingung dan menatap Yoona Tao bergantin.
“Ah, ne. Ini sudah bel kan? Aku masuk dulu ya, Yoong.. See u!”
“Ne, see u!”
“Mau berjalan bersama?” Yoona berusaha tidak terlihat gugup di depan Tao, dia memberanikan diri memulai pembicaraan dan memecah suasana canggung yang tiba-tiba saja datang.
“Tentu saja, kajja.” Tao bukan tanpa alasan menerima ajakan Yoona, dia ingin menanyakan hubungan antara Yoona dan Yuri.
“Kau mengenal Kwon Yuri?” Yoona terkejut, Tao memulai percakapan di antara mereka.
“N-ne? Ah, tentu saja. Kami bisa dibilang cukup dekat, wae?” Tao memutar akal untuk mencari alasan yang tepat dibalik pertanyaannya tentang Yuri, tidak mungkin dia beralibi bahwa dia bertanya karena dia penasaran tentang jati diri istrinya sendiri.
“Eobseo, hanya ingin bertanya. Terasa sedikit aneh, kau yang tipikal yeoja cuek bisa berteman dengan orang misterius seperti dia.” Yoona tersenyum, dia senang mendengar bahwa Tao mengetahui karakternya.
“Bukan perkara yang sulit, dia sebenarnya pribadi yang hangat jika kau sudah berteman akrab dengannya. Kami berada dalam lingkup arena balap malam yang sama, itu awal pertemuan kami.” Tao tersentak, apa dia tidak salah dengar? Balap malam? Balap liar? Seorang Kwon Yuri? Yang benar saja!
“Eoh? Kau yeoja unik, Im Yoona-ssi. Aku penasaran dengan persahabatan kalian berdua, mungkin lain kali kita bisa keluar berdua dan berbicara banyak tentang ini.” Tao melirik Yoona, terlihat yeoja itu sedang tersenyum manis dan pipinya merona merah.
“Jinjja-yo, Tao-ssi? Ah, dengan senang hati aku akan menerima ajakanmu.” Tao bernafas lega saat pintu kelasnya terlihat beberapa langkah di depannya, sungguh berbicara berdua dengan tenang seperti ini dengan seorang yeoja adalah hal yang teramat sulit baginya.
“Ne, aku akan memikirkan waktunya dulu. Kelasku ada di depan, sampai jumpa.” Tao mengacak rambut Yoona sebagai salam perpisahan, Yoona hanya bisa tersenyum senang dan melambai pada Tao yang mulai hilang dari jangkauan matanya. Tao menyeringai, sepertinya mencari tahu tentang Yuri dan bermain-main sebentar dengan Yoona akan menyenangkan.
“Tao-er? Kenapa kau begitu lama?” Sehun menunggu Tao di bangku mereka, dia sudah memasang raut super jengkelnya karena melihat Tao dan Yoona yang berinteraksi sebentar di depan pintu kelas mereka.
“Aku bermain-main dengan Im Yoona sebentar, dia sangat mudah tersipu.” Tao terkekeh di akhir kalimatnya, Sehun hanya mendengus seraya memutar kedua bola matanya.
“Aku tidak mengerti dengan jalan pikiranmu.” Sehun memasang headsetnya dan mulai mencari posisi ternyaman untuk tidur, Tao hanya bisa menatap Sehun jengkel.
“Ya! Kau tidak boleh tidur, Oh Sehun! Kau harus menemaniku!” Sehun tetap pada posisi tidur duduknya, dia tidak berniat mendengarkan keluhan Tao.
“Ck! Terserah.”
Yuri dan Chen sedang asyik bergurau saat Tao dan Sehun memasuki kantin dan duduk beberapa meja di belakang mereka. Sepertinya mereka sedang membicarakan hal yang sangat menyenangkan, itu terbukti dari senyuman Yuri yang terus menerus mengembang sedari tadi. Tao terdiam, mungkin apa yang dikatakan Im Yoona itu benar adanya. Yuri sesungguhnya adalah sosok yang hangat, jika kau sudah berteman akrab dan mengenal dia lebih dekat. Saat Tao menoleh lagi ke arah mereka, mata Tao membulat. Dia lebih memilih mengalihkan wajahnya yang kesal menahan geram saat Chen membisikkan sesuatu di telinga Yuri dan akhirnya berakhir dengan sebuah ciuman Chen di pipinya, tangannya mengepal dan Sehun menyadari perubahan ekspresi Tao.
“Wae-yo? Kau ada masalah, Tao-er?” Seketika Tao terkejut, ia lupa bahwa sedari tadi dia mengabaikan Sehun yang duduk di sampingnya.
“Ah, aniya. Aku hanya tiba-tiba kehilangan moodku untuk makan, ayo kita pergi ke ruangan dance saja.” Tao menarik paksa Sehun dari kursinya, dia tidak mau Sehun tau apa yang membuatnya berubah menjadi seperti ini.
Sehun terus saja mengikuti tarikan Tao dan tidak berusaha melepasnya, dia tau apa yang Tao lihat. Sehun tau Tao geram dengan kedekatan Yuri dan Chen, hanya saja Sehun ingin melihat apa yang akan dilakukan Tao setelah ini. Biasanya Tao akan memilih berlatih Wushu saat sedang kesal, itu yang selalu Sehun lihat saat Tao membuatnya marah dan gagal mengakhiri perselisihan mereka.
“Aku merindukan saat-saat seperti ini, setelah aku menikah kita belum pernah keluar berdua lagi.” Dugaan Sehun salah, Tao malah mengajaknya duduk bersandar di cermin besar ruangan dance.
“Aku juga. Bagaimana kalau kita membolos untuk jam terakhir pelajaran?” Tao mengangguk semangat saat Sehun mengusulkan idenya yang begitu cemerlang.
“Ide bagus.” Sehun tersenyum, dilihatnya Tao mulai menidurkan kepalanya di kakinya, kebiasaan mereka saat sedang berdua seperti ini.
“Kau tau, Oh Sehun? Aku menyukaimu. Entah sejak kapan, aku tidak tau tepatnya.” Sehun tersenyum, dia memainkan rambut hitam milik Tao yang sekarang sama dengan Yuri.
“Ne, arraseo. Aku juga seperti itu. Oh ya, aku sedikit tidak suka kau menyamakan warna rambutmu dengan istrimu. Kau terlihat lebih cool saat berambut pirang sepertiku, Tao-er.” Tao tertawa, dia tahu Sehun cepat atau lambat akan mengeluh tentang warna rambutnya yang ia ganti.
“Itu tidak menjadi masalah, Hunnie. Yang penting aku tetap menyukaimu, dan kau pun begitu.” Sehun tersenyum, Tao bangun dari posisinya lalu menyeret Sehun ke sudut ruangan yang tidak terlihat melalui pintu ruangan itu.
“Aku merindukanmu, Hunnie.”
“Ne, nado.” Dan kejadian setelah itu, biarlah mereka yang mengetahuinya.
Yoona menendang ban motornya dengan brutal, sungguh ini saat yang tidak tepat untuknya kempes seperti ini. Dan sialnya, dia tidak puny aban caadangan. Ayolah, ini mtor bukan mobil. Dia memutar otak, siapa yang bisa ia mintai pertolongan unuk saat ini? Saat tengah berpikir seperti itu, sebuah mobil sport hitam berhenti tepat di sampingnya. Ia mengernyit, apa maksud pengendara mobl ini?
“Butuh bantuan, nona?” Yoona sedikit terkejut saat kaca mobil itu diturunkan, ternyata yang ada di dalamnya adalah Oh Se Hun. Yoona merasa hari ini adalah hari sialnya, dan Sehun sebagai pelengkap kesialannya.
“Tidak! Terima kasih!” Yoona terus saja menuntun motor besarnya begitu pula dengan Sehun yang masih setia mengikutinya.
“Ck! Mengapa kau terus mengikutiku?” Yoona yang sudah tidak tahan dengan tingkah aneh Sehun pun akhirnya berteriak kesal, mereka sukses menjadi pusat perhatian orang-orang yang berlalu lalang disana, mereka kebetulan sedang berada di dekat halte bus yang cukup ramai.
“Cih! Dasar yeoja aneh! Apa salahnya menawarkan bantuan? Kalau tidak mau ya sudah, tidak usah berteriak pabbo!” Yoona yang suasana hatinya sedang buruk pun terpancing, orang yang satu ini benar-benar mengujinya.
“Apa kau bilang? Yeoja aneh? Asal kau tau ya, kau bahkan lebih aneh dariku! Apakah pekerjaanmu hanya mengikuti Tao di sekolah? Tidak adakah yang lain? Kau membuatku semakin tidak bisa leluasa mendekatinya!” Sehun terkejut, jadi yeoja ini tidak segan-segan untuk jujur pada orang lain perasaannya pada Tao? Apa Yuri tau tentang hal ini?
“Mwo? Mendekati Tao? Yeoja sepertimu? Yang benar saja! Aku tau betul selera Tao, dan kau sama sekali tidak masuk dalam daftar.” Yoona sudah tidak tahan lagi, namja ini benar-benar partner yang sangat tidak cocok untuk Tao. Bagaimana dia bisa dekat dengan Tao dulunya? Dia sama sekali tidak tau sifat Tao, Tao bukan namja seperti dia. Minimal Tao tidak pernah membuang surat-surat berharga dari fansnya yang ada di lokernya, dia akan memasukkannya ke dalam tas. Berbeda dengan Sehun yang angkuh, walaupun surat untuknya lebih banyak daripada Tao namun nasib surat-surat itu selalu tidak jauh-jauh dari tempat sampah, bukan tas Sehun.
“Kau jangan sok tau, Oh Se Hun! Aku tau kebenarannya! Lebih baik sekarang kau pergi dari sini, aku tidak membutuhkan bantuan apapun darimu!”
“Lagipula siapa yang mau membantumu?”
“Yak! Namja gila! Pergi k-“
“Yoona-ya! Apa yang sedang kau lakukan disana?” Yoona dan Sehun sama-sama menoleh pada su,ber suara, ekspresi yang ditunjukkan keduanya saat mengetahui siapa pemilik suara itu pun berbeda. Yoona tersenyum senanga, sedangkan Sehun mengernyitkan dahinya mengingat-ingat namja itu yang dulu merupakan sunbaenya.
“Ah! Ban motorku kempes, oppa. Igeo ottokhaeyo?” Sehun serasa ingin muntah saat mendengar nada manja dari suara Yoona, dia lebih memilih pergi dari sana dan pulang menuju rumahnya yang nyaman dan jauh dari kebisingan suara Yoona.
“Eoh? Siapa namja tadi? Kau mengenalnya?” Siwon turun dari mobilnya saat Sehun sudah pergi dari sana dan menghampiri Yoona.
“Ani, hanya orang iseng.” Siwon membulatkan mulutnya,.
“Kau ikut mobilku saja, biar aku menyuruh rang untuk membawa motormu. Bagaimana? Kau setuju?” Yoona terlihat berpikir sejenak, akhirnya dia lebih memilih mengangguk mengiyakan tawaran Siwon.
“Ne. Gomawoyo, oppa! Kau membuatku tidak harus berjalan sampai rumah dengan menuntun motor ini.” Siwon tersenyum, dia selalu suka senyum Yoona yang membuatnya terlihat semakin manis dan cantik di waktu yang bersamaan.
“Gwenchanayo. Kajja! Aku sudah menghubungi orang ntuk mengambil motormu, kau taruh saja motormu disini karena orang itu tidak akan lama.”
“Eoh? Ne. Kajja, oppa!”
“Jangan memasukkan terlalu banyak makanan instant, pabbo!” Yuri menepuk tangan Tao saat ia hendak memasukkan ramen instant ke dalam troli mereka, dia bahkan sudah memasukkan sepuluh bungkus lebih.
“Wae?! Aku tidak yakin kau bisa memasak.” Tao terus saja berusaha memasukkan ramen instant itu ke dalam troli.
“ Enak saja! Biar bagaimanapun aku ini bisa memasak! Letakkan itu! Sekarang kita akan pergi ke tempat bahan-bahan makanan berada, kajja! Aku sudah lapar.” Yuri menyereret Tao yang tengah mengembalikan sebagian ramen itu dengan raut wajah tidak yakinnya.
“Yak! Pelan-pelan!”
“Kau suka makan apa? Aku tidak mau kau terlihat kurus saat bertemu appa eommamu jika kau tidak mau memakan masakan yang ku buat karena kau tidak suka, jadi cepat katakan apa yang kau sukai dan ingin kau makan selama dua minggu ini.” Tao memutar-mutar sayuran yang sedang dia pegang, dia tidak punya makaan favorit yang spesifik. Dia suka apapun yang dulu eommanya buat, tapi ada satu makanan yang eommanya sering buat untuknya.
“Kimchi, kau bisa membuatnya?” Yuri seketika menoleh, apa dia sudah gila? Dia pikir membuta kimchi itu mudah dan tidak lama?
“Hei! Kau pikir itu tidak lama? Yang lain saja!” Tao mengernyit, bukankah dia baru saja bertanya tentang makanan kesukaannya?
“Ya! hanya itu yang ingin ku makan, pabbo!”
“Kimchi itu lama membuatnya, Zi Tao!”
“Aku tidak peduli, Kwon Yuri!”
“Aish!” tao melirik troli yang didorong Yuri, setelah itu dia menyeret tangan Yuri enuju tempat makanan ringan. Dia memasukkan hampir semua jenis snack yang ada disana, Yuri sukses melongo terkejut dan speechless seketika.
“Yak! Berhematlah! Gunakan uang yang diberikan orang tua kita dengan bijak, pabbo! Aku juga masih perlu membeli beberapa baju dan keperluan wanita lainnya!” Tao mendorong troli yang tadinya berada daam jangkauan Yuri, dia sudah tidak mau mendengar lagi ocehan Yuri yang menurutnya sangat tidak penting itu. Saat membayar di kasir pun Yuri sukses terbelalak kaget, sebesar itukah pengeluaran mereka?! Benar-benar pemborosan!
“Ya-ya! Kau menghabiskan seluruh uang yang orang tua kita berikan, pabbo!” Tao berdecak, apa dia berpikir orang tua mereka menjadi miskin seketika?
“Aku bahakan tidak menghabiskan seperempa dari uang yang mereka beri, diamlah!”
Yuri dan Tao sedang berkutat di dapur apartemen mereka, perut mereka sudah berdemo sejak pagi karena belum diisi apapun. Yuri berdecak sebal saat melihat Tao yang hannya melihatnya sedari tadi tanpa berniat membantunya, sampai akhirnya acara masak mereka selesai dan saatnya mereka makan. Tao menyuapkan sendok pertamanya, dia sedikit terkejut saat mengecap rasa makanan yang dibuat Yuri. Tidak Tao pungkiri bahwa makanan yang dibuat Yuri rasanya lumayan enak, hampir mirip seperti masakan mendiang ibunya.
“Kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau kemarin menungguku untuk makan?” Yuri masih tidak mengalihkan pandanganna dari makanan di piringnya, dia malas berdadu pandang dengan Tao yang selalu menang saat seperti itu.
“Untuk apa? Aku tidak yakin orang keras kepala sepertimu akan merubah keputusan hanya karena makanan.” Tao membdohkan dirinya dalam hati, mengapa dirinya harus berbohong? Mengapa dia tidak bilang saja bahwa dia tidak punya nomo handphone Yuri.
“Ck! Tidak bisakah kau mengalah pada perempuan sekali saja? Menyebalkan!” Tao mencoba menahan untuk tidak membentak Yuri, Yuri memang selalu memulai pertengkaran di antara mereka.
“Yang menyebalkan itu kau! Istri macam apa yang rela dicium lelaki selain suaminya? Lalu yang seperti itu apa namanya? Istri apa yang keluar tengah malam tanpa memberi tahu suaminya? Kalau kau ingin dihargai, hargai orang ain terlebih dahulu!” Tao menghela nafas dalam, entah mengapa dia tidak suka saat Chen berada dekat-dekat dengan yuri di sekolah.
“Memangnya untuk apa aku menghargaimu?! Kau saja selalu memandang rendah wanita. Kau pikir aku tidak tau apa yang kau lakukan pada surat-suratmu dan penggemar yeojamu?” Yuri sudah meluap-luap emosinya, gagal sudah rencananya untuk melewati satu hari tanpa bertengkar dengan Tao.
“Tidak usah ikut campur urusanku!”
“Setidaknya jangan kau buang seperti itu, kau juga tidak berhak membully mereka. Kau melecehkan mereka secara tidak langsung!” Yuri menggebrak sisi meja yang tepat berada di depan tao, Tao mengepalkan tangannya kuat-kuat menahan emosi.
“Tutup mulutmu, Huang Yuri! Aku tidak segan-segan menutupnya dengan caraku sendiri jika kau keberatan.” Tao mencengkeram tangan Yuri yang digunakan untuk menggebrak meja, Yuri meringis kesakitan.
“Lakukan saja semaumu, Zi Tao! Aku tidak takut!” Tao semakin emosi saat Yuri menunjukkan menantangnya.
“Baiklah, jika itu yang kau inginkan!” Tao yang kalap saat itu melayangkan tangannya yang siap kapan saja mendarat di pipi mulus Yuri, tapi wajah mendiang eommanya tiba-tiba saja muncul dalam benaknya dan mengacaukan kosentrasinya. Tangan Tao yang semula hendak akan digunakan menampar Yuri pun sekarang sudah beralih menarik tengkuk Yuri, Tao menciumnya lagi untuk yang kedua kalinya. Namun ciuman Tao kali ini tidak bisa dibilang lembut, tapi kasar dan penuh amarah. Semua emosi yang ia pendam selama ini, ia keluarkan melalui ciumannya kali ini. Yuri memberontak dan memukul dada Tao dengan brutal, namun Tao semakin menekan tengkuk Yuri dan merapatkan jarak di antara mereka. Yuri akhirnya memutuskan untuk diam, tidak akan ada gunanya melawan Tao di saat dia sedang marah seperti sekarang ini. Yuri menangis, dia tidak suka cara Tao memperlakukannya, seakan-akan Tao melecehkannya.
“Lepaskan aku, brengsek! Aku membencimu!” Yuri mengusap bekas ciuman Tao dengan kasar menggunakan punggung tangannya, dia lebih suka Tao menamparnya dari pada menciumnya tanpa perasaan seperti tadi.
BRAKK
“Eomma, apa yang telah ku lakukan?”
TBC
Hello semuanya.. /bow/
Sorry for late post ne? aku sibuk banget soalnya, tugas numpuk buat UTS, terus masih banyak lagi yg ganggu aku banget buat nulis. Maaf banget buat yang udah nungguin ff ini, aku usahain next chap nggak akan setelat ini lagi. Maaf juga kalo chap ini pendek ya, lagi buntu banget otaknya L
See you, keep waiting for next chap! ^^
