Quantcast
Channel: EXOMKFANFICTION
Viewing all articles
Browse latest Browse all 317

Be My First ?

$
0
0

Title         : [Oneshot] Be My First?

Author      : BrilliantGivya (@KAILLIANT)

Cast           :

- Park Michan

- EXO Sehun as  Oh Sehun

 

Disclaimer :

Plot is mine. Please report me if there is plagiarism. Happy reading all! Gak komen barbell melayang!

 

Prang!!!

Tiga buah gelas yang tadi tertata anggun meluncur bebas dari nampan. Semua murid di kantin menoleh pada gadis tersangka. Gadis itu, Park Nana, tidak menunjukkan ekspresi kaget ataupun panik.

“Yak, Nana. Kau memecahkan semua gelas. Gwaenchana (kau baik-baik saja)? Nana?” Tanya Minri dengan hati-hati pada sahabatnya ini.

“Dia…” Jawab Nana singkat. Minri memicingkan matanya, mengikuti arah pandangan Nana.

Seorang lelaki yang sedang berjongkok di ujung koridor. Dengan cekatan lelaki tersebut merapikan bukunya yang berserakan di lantai sendirian, tak mengindahkan beberapa murid perempuan yang ingin ikut membantu di depannya. Dalam hitungan detik, lelaki itu berdiri dan berbalik, menampakkan wajah tampan berkulit putih susu dengan tatapan tajam. Ekspresinya yang datar tidak mengurangi daya tarik wajahnya sama sekali.

Nana berbisik, “kurasa aku jatuh cinta pada pandangan pertama”

 

SEHUN POV

 

“Yak! Kau! Sampai kapan terus membuntutiku seperti ini? Kita tidak saling mengenal, jangan menggangguku!” bentakku pada gadis yang sedang tersenyum cerah di belakang.

“Sampai aku bisa berkenalan denganmu!” jawab gadis itu asal.

Aku segera berbalik, menatap gadis itu tajam, “namaku Oh Sehun. Sudah puas? Jadi sekarang kau boleh pergi.”

“Nah, akhirnya! Sebenarnya aku sudah tahu namamu. Semua orang di sekolah mengenalmu, tadi aku hanya mengujimu, hehehe. Namaku Park Nana,” gadis itu mengulurkan tangannya.

Tanganku masih bersemayam di kedua saku celana, menatap tangan gadis bernama Nana itu dengan heran.

“Apa tujuanmu sebenarnya?” Tanyaku lagi. Jujur saja baru kali ini aku dibuntuti oleh seorang teman sekolah hingga di depan rumah. Oh bukan teman, orang asing lebih tepat karena yang kuketahui hanya namanya. Tidak lebih.

“Kupikir aku menyukaimu pada pandangan pertama.”

Hah? Ya Tuhan, nekat sekali dia!

Karena tidak pernah dalam situasi seperti ini, jantungku berpacu. Kucoba mencari sinar kebohongan di mata gadis aneh itu, namun nihil. Aku semakin memandangnya heran, bagaimana bisa ada gadis yang senekat ini?

“Kau lelaki pertama yang kusukai. Aku bersumpah. Kalau tidak percaya lihat handphoneku ini. Tidak ada pesan dari seorang lelakipun di inbox, tidak ada satupun foto lelaki. Lihat, benar, kan?” terang Nana panjang lebar.

Kupijit keningku, lalu memutuskan untuk berjalan cepat menuju rumah tanpa menghiraukan gadis aneh itu lagi.

 

“Annyeong, Oh Sehun!” aku terlonjak kaget saat seseorang berbisik di depan mejaku. Hampir saja PSP-ku jatuh kalau aku tidak memiliki respon yang tinggi. Hah, gadis itu lagi.

“Mau apa lagi?” tanyaku ketus. Tidak habis pikir pada keberaniannya. Nana menyodorkan sebuah kotak transparan berisi cheese cake padaku. Oh, bagaimana bisa dia mengetahui makanan kesukaanku?

Mungkin karena aku tidak menggerakkan tanganku sama sekali untuk menyambutnya, ia meletakkan kotak tersebut ke atas meja.

“Kudengar hari ini kau akan mengikuti test fisika? Oh Sehun fighting!” Nana berteriak sambil mengepalkan tangan. Tangannya kembali turun saat aku memandangnya dengan tatapan ‘apa yang kau lakukan?’.

“Ah…” Nana mengusap rambut pendek sebahunya dengan canggung, “sepertinya aku harus cepat keluar sebelum teman-teman sekelasmu muncul” lanjutnya.

“Kenapa tidak sekalian menunggu teman-teman sekelasku muncul lalu bilang kalau kau menyukaiku pada pandangan pertama saja?” sindirku. Nana buru-buru menyilangkan kedua tangannya.

“Tentu saja aku tidak senenkat itu! Perasaanku ini rahasia. Hanya sahabat dan orang tuaku yang mengetahuinya. Terutama kau.” Jawabnya polos. Ish. Aku memalingkan mukaku, acuh. Aku tidak suka diganggu.

 

Nana mengirim sebuah pesan singkat. Hanya terdapat tulisan “semangat” dan emoticon lucu pada pesannya. Sudah lebih dari seminggu semenjak kejadian Ia membuntutiku sampai depan rumah, namun Ia baru mengirimu pesan sekarang.

Dilihat dari ukuran orang yang sedang jatuh cinta seperti Nana, mendapatkan nomor handphone selama lebih dari seminggu adalah hal yang payah.

Aku menyeruput jus jerukku perlahan, mengedarkan pandangan ke penjuru kantin. Tiba-tiba mataku bertubrukan dengan sepasang mata obsidian yang selalu tidak pernah gagal membuatku terpaku. Milik Cho Eunri.

Mengingat nama itu membuatku teringat pada kejadian dua tahun lalu, saat aku menyatakan perasaan sukaku padanya. Yah, tentu saja aku ditolak karena memang aku tidak pernah melakukan hal apapun yang membuatnya menyukaiku. Aku adalah tipe orang yang pemalu. Itu adalah kali pertama aku menyatakan suka. Tentu saja meskipun sedikit, rasa suka padanya masih ada.

Mataku terbelalak ketika Eunri yang berusaha menghindari tatapanku tak sengaja menyenggol seorang gadis di sampingnya. Park Nana, dia lagi. Segelas jus tomat ditangan Nana tinggal setengah –sisanya berhamburan pada seragam Eunri.

“Yak, kau…” Eunri siap mengumpat, kalau saja Nana tidak mengelak.

“Eunri-ssi, tadi kau yang menyenggolku duluan. Harusnya yang marah adalah aku” ucap Nana dengan intonasi polosnya itu.

“Kau tidak lihat rok putihku ini, bodoh?”

“Tapi Eunri-ssi…” ish. Pertengkaran wanita, aku benci melihatnya.

“Hentikan” entah kenapa aku bisa senekat ini. Yang pasti aku sudah berdiri di antara kedua gadis yang sedang dipenuhi emosi tersebut. Kulhat senyuman Nana mengembang sekilas.

“Oh Sehun, tadi aku tidak tahu apa-apa, tapi tiba-tiba Eunri me-”

“Minta maaf,” potongku. Menatap Nana dengan datar.

Nana dan Eunri memandangku dengan tatapan bingung. Aku memperbesar volume suaraku.

“Minta maaflah. Kau yang menyebabkan roknya kotor, Nana-ssi.”

Nana tersentak, “n… nde (apa)?” tanyanya tak percaya. Beberapa detik kemudian raut wajahnya pasrah, menatapku sebentar lalu menatap Eunri.

“Baik. Eunri-ssi, aku minta maaf. Nanti rokmu kucuci, kau pakai celana olahragaku dulu, nanti kuberikan,” Ucap Nana lemah. Eunri mengangguk dan menatapku dengan mata indahnya yang berbinar saat Nana berjalan menjauh. Wajahnya terlihat kecewa.

Saat kerumunan anak yang menyaksikan pertengkaran bubar, Eunri memegang lenganku,

“Terima kasih, Oh Sehun.”

Entah kenapa, untuk kali ini tidak ada rasa senang sama sekali saat Eunri tersenyum kepadaku. Senyuman manis Eunri itu hanya singgah di otakku sebentar, digantikan oleh bayangan orang lain. Ya, kurasa aku sedikit jahat pada Nana. Hanya sedikit. Hah… tidak masalah.

 

“Ada titipan untukmu,” seru Suho setelah duduk di mejaku.

“Dari siapa?”

“Dari anak kelas sebelas, Park Nana” jawab Suho. Aku mengangguk pelan dan mengambil sekaleng susu cokelat hangat dari tangan Suho. Sudah beberapa hari semenjak kejadian di kantin, Nana tidak lagi mengunjungiku diam-diam di kelas atau membuntutiku sampai rumah. Mungkin dia marah. Konyolnya, meskipun begitu Ia tidak lupa menitipkan sesuatu untukku.

Kulemparkan pandangan keluar kelas, tepat saat Nana sedang berjalan melewati kelasku dengan beberapa temannya. Ia tidak tersenyum seperti biasanya. Baguslah Ia tidak menyapaku dengan berlebihan seperti biasa. Setidaknya aku tidak merasa terganggu lagi.

<><><>

 

Aku membalas senyum beberapa murid yang menyapaku, lalu melangkah pulang. Namun aku merasa ada yang ganjil kali ini. Aku menoleh ke segala arah, namun tidak ada penguntit seperti yang baru saja kubayangkan.

Baru beberapa langkah aku kembali berjalan, tiba-tiba seseorang menepuk pundakku. Aku terlonjak dan siap untuk berteriak kalau saja bukan Nana yang ada di depanku. Ish, lagi lagi gadis aneh!

“Maaf, aku mengagetkanmu, ya?” Tanya Nana lemas. Aku menghela nafas.

“Oh Sehun, bolehkah aku memohon satu hal saja?”

“Silahkan, selama itu tidak merepotkanku,”

“Sehun, bolehkah aku mengikutmu sampai rumah seperti biasa?” Tanya Nana, masih dengan suara lemasnya. Aku mengerjap. Sedetik kemudian aku tertawa kencang. Benar-benar, gadis di depanku adalah gadis yang paling tidak logis di dunia.

“Dulu kau berani membuntutiku. Sekarang minta izin dulu?” aku melontarkan sebuah pertanyaan yang tidak kubutuhkan jawabannya. Nana mengangguk.

“Lalu kemana keberanianmu akhir-akhir ini? Beberapa hari Kau tidak berani membuntutiku lagi, hanya menitipkan barang lewat orang lain…“

“A… aku sebenarnya sedikit kesal karena insiden di kantin tempo hari… Tapi aku tidak bisa membencimu, Oh Sehun.” Jawabnya pelan. Jantungku berdetak cepat. Aku segera berjalan dengan langkah panjang dan tergesa. Dasar, gadis itu terlalu jujur menyatakan perasaannya!

 

<><><>

 

Aku mendengus. Hujan. Kenapa secepat ini? Padahal aku tidak membawa payung.

Kulipat tanganku di dada, berpikir keras mencari cara untuk pulang dengan selamat dan tepat waktu. Padahal sore ini Appa pulang dari kunjungan bisnisnya di Kanada. Aku tidak mau mengecewakannya dengan datang terlambat.

Sraak!

Aku terhenyak dan mundur beberapa langkah saat sebuah payung besar terbuka tepat di depan wajahku. Wajah seorang gadis mengintip di baliknya dengan tatapan geli. Nana lagi.

“Biasakah kau bertingkah normal?” bentakku. Kupasang ekspresi tergalakku. Nana langsung membungkuk berkali-kali, menyatakan penyesalannya.

“Mianhe. Ah, kau tidak membawa payung, kan? Bagaimana kalau menumpang payungku?” raut wajahnya kembali senang sambil mengacungkan payung berwarna hijau pastel besarnya.

“Sehun, belum pulang?” tiba-tiba Eunri sudah berdiri tepat disampingku. Sepertinya Ia juga tidak membawa payung. Aku pun menggeleng.

“Hai, Nana-ssi!” seru Eunri tiba-tiba. Mereka berdua saling melemparkan senyuman. Kudengar Nana dan Eunri sudah saling memaafkan beberapa hari yang lalu. Baguslah.

Terbesit dalam pikiranku kalau lebih baik aku menerobos hujan saja. Lagipula besok adalah hari libur, tidak masalah membuat seragamku jadi sedikit kotor.

“Mungkin sebaiknya aku…” aku belum selesai berbicara, tapi Nana sudah memotongnya.

“Aduh, aku lupa meninggalkan bukuku di kelas. Sehun, ini kukembalikan payungmu. Kalian berdua pulanglah dahulu, aku akan kembali ke kelas. Anyyeong!” potong Nana tiba-tiba. Nana menarik tanganku agar menerima payung hijau pastel miliknya. Ia mengedipkan matanya padaku sekilas lalu kembali berlari ke dalam sekolah.

“Sampai jumpa, Nana! Hah, syukurlah kau membawa payung. Bolehkan aku menumpang?” Tanya Eunri dengan senyum khasnya. Aku mengangguk dan mulai berjalan bersama Eunri.

Jantungku sudah tidak berdetak cepat saat berjalan bersama Eunri.

Beribu pertanyaan melayang di otakku. Kenapa Nana melakukannya? Apa tujuannya? Ia mengaku menyukaiku, tetapi membiarkanku pulang bersama dengan Eunri. Lagi-lagi gadis aneh itu membuatku berpikir keras.

 

<><><>

 

Aku melempar-lempar kaleng susu hangat ke udara sambil berjalan menyusuri koridor bersama beberapa temanku. Tiba-tiba langkahku terhenti tepat di depan gedung olahraga. Bukan karena tempat ini adalah salah satu tempat favoritku, melainkan karena aku menangkap sosok yang akhir-akhir ini tak jarang memancing emosiku.

Gadis itu menangkap bola basket dari temannya dengan gaya yang tidak enak dipandang. Belum sampai tiga detik, bola itu berhasil pindah dari tangannya. Ia berusaha merebut kembali bola tersebut dengan bahu yang semakin melorot lemas. Payah.

“Hei, Sehun, apa yang kau lakukan?” Shin menepuk pundakku, mengisyaratkan bahwa Ia mengajakku kembali ke kelas. Aku menggeleng pelan.

“Kau duluan saja. Aku di sini sebentar” jawabku. Shin mengangguk. Kembali kufokuskan pandanganku pada gadis payah di tengah lapangan basket. Siapa lagi kalau bukan Park Nana.

Ketika Nana men-dribble bolanya dan bersiap untuk melemparkan ke dalam ring, temannya melompat juga untuk menghalangi. Tubuh mereka berbenturan. Berbeda dari temannya yang langsung berdiri dari jatuh, Nana hanya mendengus pelan sambil menyentuh pingganya.

Ia menghapus peluh di dahinya. Memandang ring basket dengan pasrah.

 

Deg.

 

Tiba-tiba berbagai potongan gambar terbesit di pikiranku. Saat gadis aneh tersebut pertama kali membuntutiku. Saat gadis tersebut memberiku roti setiap hari. Saat terpeleset dengan konyol tepat di depanku, memanyunkan bibirnya ketika aku membentaknya, menghela napas saat aku mengusirnya, tertawa polos, menceritakan komedi dengan garing, tertawa lepas…

Dan juga saat Ia menyampaikan perasaannya padaku.

 

“Kupikir aku menyukaimu pada pandangan pertama.”

“Tapi aku tidak bisa membencimu, Oh Sehun”

“Ini aneh, tapi saat mendengar suaramu aku semakin senang,”

“Aku bingung sekali. kenapa aku menyukaimu? Padahal yang kau bisa hanyalah memarahiku”

“Eunri memang cantik. Kalian berdua cocok, tapi aku tidak mau berhenti menyukaimu!”

“Aku tidak ingin berhenti menyukaimu,”

“Oh Sehun. Saranghae. Hehehe.”

 

Kedua kakiku melangkah ringan memasuki gedung olahraga. Tidak memedulikan wajah bingung dari murid yang sedang bermain basket. Posisi Nana masih belum berubah, duduk lemas di tengah lapangan.

Nana kebingungan mendapat tatapan dari seluruh temannya. Ia mendongak dan langsung menepuk dadanya kaget saat melihatku sudah berdiri di depannya.

“O… ommo, Oh Sehun. Sejak kapan kau di sini?” Ia langsung berdiri. Kutarik napas pelan, menatap wajahnya dalam jarak sedekat ini membuat jantungku berpacu dua kali lipat. Ia tetap memberiku senyuman meskipun peluhnya terus berjatuhan. Ish, kira-kira apa yang harus kukatakan?

“Park Nana, maafkan aku.”

“Ndee? Maaf?”

“Aku selalu ketus padamu. Maafkan aku, ya.” Kusodorkan sekaleng susu cokelat hangat di tanganku pada Nana. Ia langsung menerimanya dengan senang.

“Wah, tumben hari ini kau baik sekali, Sehun? Padahal tadi pagi aku berpikir untuk menyerah terhadapmu yang selalu ketus! Seperti tidak ada harapan lagi untukku, hehe…”

Kurapikan rambut di puncak kepalanya, “jangan berhenti menyukaiku, Park Nana. Semangat!”

Aku tersenyum setulus mungkin, benar-benar berharap Ia tidak berhenti menyukaiku. Entah sejak kapan, aku merasa lengkap saat Nana muncul dengan sifat periangnya tersebut. Kali ini aku benar-benar tidak akan melepaskannya.

“Meskipun bukan pandangan pertama, saranghae, Park Nana.”

Nana terbelalak dengan rona merah di pipinya, tepat saat berbagai sorakan riuh menggema di dalam gedung. Aku tersenyum lembut pada Nana sambil mengusap tengkukku.



Viewing all articles
Browse latest Browse all 317

Trending Articles