Author : catursajja (Shin Jae Jae)
Judul : JJ (JongJae(?))
Genre : Romance, friendship
Rate : PG-13
Length : Multi Chapter (bisa sequel)
Cast : Main cast : Shin Jae Jae (you), Kim Jongin (Kai)
Other cast : EXO K, Kim Jonghyun (SHINee) , Park JunHae
Annenyong readers!! Come back with Jong Jae chapter 2..happy reading deh
Kai POV
Kami semua sudah berkumpul di ruang makan untuk makan malam. Malam ini kami akan diambil gambar untuk variety show ini. Ajusshi bilang kalau ini adalah acara perkenalan dan beramah-tamah, jadi kami harus relaks. Sekitar 10 menit kami diberi pengarahan terlebih dahulu, kemudian staff make up sedikit memperbaiki penampilan kami. Kami berpakaian casual untuk pengambilan gambar ini. Yeoja pun juga begitu. Dan akhirnya acara dimulai.
MC pun membuka acara. Singkatnya, acara berjalan begitu saja tanpa ada hambatan berarti. Kami memperkenalkan diri masing-masing. Aku mulai mengenal nama-nama yeoja di hadapanku. Kami melanjutkan perkenalan sambil makan malam. Setelah selesai makan, kami membuat permainan untuk memutuskan siapa yang mencuci piring. Permainan itu biasa saja, hanya dengan Kawee Bawee Boo.
Sudah diputuskan yang mencuci piring adalah satu dari namja dan satu dari yeoja. Aku pun mulai bermain dengan para hyung serta Sehun. Dan seperti biasa, Suho hyung lah yang kalah. Di pihak Yeoja, tak kusangka noona lah yang kalah.
“Aaah..aku tidak mahir dalam permainan seperti ini.”, keluh Noona. Aku hanya tersenyum mengejek.
Suho POV
Seperti biasanya, aku selalu kalah dalam permainan ini. Entah kenapa, para dongsaengku kurasa punya trik untuk menang dalam permainan batu gunting kertas. Aku hanya pasrah dan menerima hukuman ini. Dari yeoja ternyata yang kalah adalah Jae Jae. Aku pun segera membantunya untuk mencuci piring bekas makan kami.
“Aahh..kau kalah ya Jae Jae.”, kataku menyapa.
“Hmm,,nde oppa. Aku benar-benar tidak berbakat kalau harus bermain batu-gunting-kertas. Permainan konyol.”, kata Jae Jae dengan wajah datar.
“ Hehehe..kalau begitu kita bernasib sama. Baiklah, sini aku bantu.”, jawabku sambil memindahkan piring-piring. Kami berdua mulai sibuk membersihkan piring-piring itu.
“Mungkin hanya perasaanku saja atau bagaimana ya oppa. Tapi kurasa sekarang dongsaeng mempunyai trik untuk bisa memenangkan permainan itu.”, Jae Jae membuka pembicaraan.
“ Ah, aku setuju sekali. Aku juga selalu kalah dalam permainan itu. Kita bernasib sama.”, jawabku.
“Emm,,ngomong-ngomong. Kau ini lahir tahun 92 bukan?” lanjutku.
“Nde, benar oppa. Eh, benar kan aku menyebutmu oppa?Hehe, karena kukira kau 91 line.”, jawabnya tersenyum.
“Iya, benar. Kau sebut aku oppa. Karena kau 92, maka Chaenyol dan Baekhyun itu chingumu. Kyungsoo, Sehun dan Kai adalah dongsaengmu. Kau di Korea sudah berapa lama Jae-ssi?”, jawabku lagi.
“Oh, jadi aku 92 line dengan Baekhyun dan Chaenyol?”, Jae Jae terkekeh. “Panggil saja aku dengan Jae-a oppa. Aku baru satu tahun di sini, jadi maaf kalau aku terkadang salah bicara.”
“Ngg, anni. Bahasa Koreamu bagus sekali, walaupun baru satu tahun kau di sini. Kau di sini melanjutkan studi bahasa? Menarik sekali.”
“Hahaha. Kamsahamnida oppa. Aku memang suka bahasa, bahasa apapun oppa.”
“Lalu kau tinggal di sini dengan siapa? Orang tuamu juga ikut ke sini?”
“Emm,,anni. Aku ke sini sendiri. Orang tuaku masih di Indonesia, dan aku tinggal di sini dengan Jonghyun oppa. Dia kukenal sewaktu kami bertemu di bandara, ternyata dia baik sekali. Mulai dari itu aku terus tinggal bersama Jonghyun oppa.”
“Hmm,,Jonghyun? Apa yang kau maksud itu Jonghyun member SHINee?”, tanyaku menyelidik. Tapi dia membalasku dengan senyuman saja. Aku bertambah penasaran, namun kualihkan ke topik lain.
“Ngg,,Jae Jae-ah, aku benar-benar penasaran. Selama ini aku hanya makan makanan Korea. Lain waktu kau mau memasakkan untukku sebuah makanan dari Indonesia? Aku ingin mencicipinya.”
“Oh? Jinjja? Kau ingin merasakan masakan Indonesia? Ah, aku senang sekali. Pasti, pasti aku akan memasakkan untukmu oppa. Setiap hari pun aku juga mau.”, jawab Jae Jae dengan wajah berseri-seri. Wajahnya dengan mata bulat, dan double eyes lid itu pun semakin cantik saja di mataku.
“Janji? Kau mau berjanji kan? Bagaimana kalau Sabtu depan?”, jawabku bersemangat.
“Hmm,,boleh. Tapi aku harus membeli bahan-bahannya dulu oppa.”, jawabnya tak kalah semangat.
“Baiklah, akan kutemani kau berbelanja bahan makanan. Sabtu depan setelah sarapan bagaimana? Pasti menyenangkan.”, kataku bersungguh-sungguh.
“Oke oppa. Sabtu depan aku akan membuatkan makanan terlezat untukmu.”
Kami terus berbincang-bincang selama kami menyelesaikan pekerjaan kami. Jae Jae, yeoja yang unik dan sangat lucu. Diam-diam terselip rasa ingin tahu yang luar biasa di hatiku untuk semakin mengenali yeoja ini.
—
5 hari kemudian…
Shin Jae Jae POV
Sudah lima hari aku tingal di dorm EXO K. Sedikit banyak aku sudah mengenal mereka. Tetapi hanya Kai yang menurutku orang yang paling aneh. Dia namja yang sangat aneh menurutku. Setiap hari selalu ada saja ulahnya untuk membuat kami bertengkar. Entah mengambil buku kuliahku, menyembunyikan sepatuku di atas almari, atau yang lain. Siang nanti EXO K akan rehearsal untuk penampilan mereka di Korean Open Concert. Tiba-tiba ponselku bergetar, ada sebuah pesan masuk.
Dari : Park Jun Hae
Jae-ah. Bagaimana kabarmu? Aku hanya ingin memberitahumu kalau kita dapat tugas membuat makalah dan dikumpulkan lusa. Kau tidak ingin terlambat mengumpulkannya kan? Ayo segera membuat, dan hari ini ada kuliah dadakan Profesor Lee Sang. Cepatlah jangan sampai melampaui pukul setengah sembilan pagi!
Kubaca pesan itu lalu menengok ke arah jam dinding. Hwaa!! Ini sudah jam 7 pagi! Dan aku belum mandi! Segera saja aku mengambil tas dan membereskan bukuku. Kemudian aku segera berlari ke kamar mandi. Sial, kamar mandi masih digunakan Kai.
“Kai!! Segera percepat mandimu! Aku ada kuliah dadakan hari ini! Aku harus segera berangkat! Ppali ppali!”, kataku sambil menggedor pintu kamar mandi.
“Yaa!! Jangan menggedor pintu noona! Aku baru mandi!”, jawab Kai.
“Yaa!! Ppali ppali Kai! Aku tidak ingin terlambat kuliah!”, jawabku kesal.
“Terserah aku dong! Kau ini mengganggu orang mandi saja! Sebentar lagi.” Jawab Kai setengah berteriak.
Aku mendengus kesal. Hah, kenapa juga aku tadi tidak mandi lebih dulu. Daripada aku duduk tidak ada kerjaan, aku pun segera berlari ke dapur untuk membuat sarapan untukku. Lumayan lah makan sandwich di pagi hari. Setiba di dapur aku langsung menyambar 2 pasang roti tawar, lalu dengan cepat kuisi dengan selada dan mentega. Aku pun mengocok telur lalu kugoreng. Saat sedang membuat sandwich kudengar langkah orang datang.
“Hmm..wangi sekali. Waah, noona. Sedang apa kau di sini? Kau membuat sandwich untuk kami?”, tanya orang itu yang ternyata Kyungsoo.
“O, ummm..mianhae Kyungsoo..aku membuat ini untukku sendiri. Aku baru saja mendapat pesan dari temanku kalau aku ada kuliah dadakan pagi ini. Kamar mandi sedang dipakai Kai. Jadi daripada aku diam tak melakukan apapun lebih baik aku membuat sarapan.”, jawabku
“Emm..tak apa-apa noona. Akan kubantu. Lebih baik kau mandi dulu saja. Akan kuselesaikan sandwichnya untukmu.”, tawar Kyungsoo ramah.
“Oh? Joengmalyo?”, jawabku dengan mulut terbuka. “Kamsahamnida Kyungsoo-ssi.”,
“Nde, chanmanaeyo. Sudah cepat sana. Nanti kau terlambat noona.”, jawabnya langsung meraih sandwich dari tanganku dan mulai menyelesaikannya.
Aku pun berlari menuju kamarku. Aku tiba di sana bersamaan dengan Kai yang keluar dari kamar mandi.
“Hyaaaaaa!!!”, aku berteriak terkejut dengan kehadiran Kai. Kai yang panik langsung menghampiriku dan menutup mulutku.
“Noona!! Kenapa kau berteriak seperti itu? Teriakanmu itu bisa mengagetkan seluruh orang di rumah ini!”, kata Kai panik lalu melepas tangannya. Aku yang menyadari teriakanku sangat kencang, kemudian berbicara dengan merendahkan volumeku.
“Yaa!! Bagaimana aku tidak terkejut? Kau keluar dengan seperti itu!”, jawabku sambil menunjuk ke arahnya. “Cepat pakai bajumu!!”, perintahku sambil menutup mata. Jujur saja, aku memang sangat terkejut tadi. Tiba-tiba Kai keluar dengan tubuh topless, memamerkan absnya.
“Oh,,haha. Kukira ada apa. Bukannya kau suka dengan pemandangan seperti ini?”, jawabnya terkekeh.
“Yaa!! Kau ini bicara apa! Cepat pakai bajumu sekarang juga!”, aku berkata tetap masih menutup kedua mataku dengan tangan.
“Iya,iya. Aku pakai baju sekarang. Sudah, buka matamu dan cepat mandi sana!”, jawab Kai sambil tertawa.
Aku membuka tanganku, dan benar saja, kai sudah memakai baju. Aku bisa bernafas lega. Langsung saja aku mengambil baju dan handukku lalu segera masuk ke kamar mandi. Setelah 15 menit aku pun keluar. Kulihat Kai duduk di atas tempat tidurnya sambil menyeringai.
“Kenapa kau melihatku begitu?”, tanyaku merasa aneh dengan pandangannya.
“Tak apa-apa noona. Kau ada kuliah hari ini?”, tanyanya.
“Nde, kuliah dadakan. Dan aku sudah hampir terlambat gara-gara kau.”, jawabku kesal.
“Haha. Kuliahmu kan nanti jam setengah sembilan. Ini baru pukul setengah delapan noona.”
“Kim Jong In-ah. Kau tahu kan? Jarak tempat ini ke kampusku berapa jauh? Aku harus menaiki subway selama setengah jam.”, jawabku melotot.
“Haha, kau semakin cantik kalau sedang melotot.”, Kai terkekeh.
Aku tidak mempedulikannya. Langsung kusambar tas dan sepatuku, kemudian berlari ke lantai bawah untuk mengambil bekal sandwichku tadi.
“Noona. Ini bekalmu. Sudah kusiapkan. Hati-hati di jalan.”, kata Kyungsoo sambil menyerahkan kotak makanan berisi sandwich kepadaku.
“Kamsahamnida Kyungsoo. Aku pergi dulu.”, jawabku sambil melambaikan tangan. Kotak makanan itu langsung kumasukkan ke dalam backpackku.
Aku melangkah tergesa-gesa karena takut terlambat. Tapi baru 100 meter aku melangkahkan kaki keluar dari dorm, aku merasa ada yang membuntutiku. Benar saja, setelah kutengk ke belakang ada yang membuntutiku. Orang itu sangat tidak asing, Kai. Aku mendengus kesal.
“Ya!!Kai-ah! Kenapa kau membuntutiku?”, tanyaku kesal.
“Aku tidak membuntutimu noona. Aku hanya ingin berjalan-jalan mencari makanan.”, jawabnya sambil menyeringai. Dia pun mempercepat langkahnya dan mulai menyusulku. Kini aku dan Kai berjalan beriringan.
“Kalau begitu kenapa kau mengikutiku? Lebih baik kau makan di dorm saja. Kyungsoo tadi sudah menyiapkan sandwich untuk kalian semua.”, jawabku.
“Ah, aku tidak mau makan sandwich. Aku ingin makan makanan yang lain.”, sergahnya enteng.
“Dan kau yakin akan pergi dengan penampilan seperti itu?”, aku bertanya dan menghentikan langkahku. Namja itu memakai jaket tebal dengan kaos putih di dalamnya, memakai jeans biru dan sepatu warna putih. Sederhana, namun terlihat cocok dengan posturnya yang tinggi. Kai yang melihatku berhenti ikut menghentikan langkahnya.
“Memangnya ada yang salah dengan penampilanku noona?”, tanyanya sambil melihat ke arahnya sendiri. Dari wajahnya dapat terbaca “Sepertinya baik-baik saja”
“Anni. Tidak ada yang salah. Tapi apa kau yakin pergi tanpa menutupi wajahmu? Kau ingin di jalan nanti semua fansmu datang dan mengeroyokmu? Hmm?”, jawabku sambil melipat kedua tanganku di depan dada.
“Ah, benar juga katamu Noona. Baiklah, kupakai ini saja.”, jawabnya sambil merebut topi di kepalaku, kemudian meneliti topi itu dan memakainya.
“Ya! Kenapa kau ambil tanpa permisi? Aiish..kau ini. Topi saja tidak cukup. Apa kau tidak membawa masker?”
“Tidak noona. Atau aku ambil dulu ke dorm?”
“Ah, terlalu lama. Pakai punyaku saja!”, jawabku sambil mencari masker di tasku. Setelah kutemukan segera kuserahkan pada Kai. Sebuah masker warna hitam dengan corak tengkorak warna putih. Dia menerimanya sambil meneliti masker itu lagi.
“Semua barang-barangmu memang harus bermerk JJ ya? Bahkan masker sekalipun?”, tanyanya sambil memakai masker.
“Ye. Bukan hanya masker, gelang pun juga. Sudah, kajja! Aku sudah hampir terlambat. Aku pun mempercepat langkah menuju subway.
—
Kuliah yang diberikan profesor Lee Sang sudah selesai. Aku pun berjalan ingin menuju ke taman untuk memakann sandwich yang kubawa tadi. Tiba-tiba kurasakan ponselku bergetar. Panggilan masuk dari nomor yang belum kukenal. Lalu segera kuangkat.
“Yoboseyo. Nuguya?”, jawabku.
“Ya! Noona. Segeralah ke kantin kampusmu. Aku tadi makan di sini, dan lupa membawa uang. Kau bisa kemari kan?”, jawab orang di seberang telepon. Aku segera bisa mengetahui warna suara orang itu.
“Kai-ah. Bisa tidak sih kau sehari tidak menyusahkanku? Kenapa juga kau makan tidak membawa uang?”, jawabku kesal.
“Hahaha. Kutunggu kau di sini noona. Kajja.”, jawab Kai sambil menutup telpon.
“Tap..tapi..”. Kalimatku terputus karena Kai menutup telepon. Kuambil nafas panjang lalu segera menyusul Kai ke kantin kampusku. Beberapa menit kemudian aku tiba di kantin itu. Kulihat Kai duduk masih menggunakan topi, namun maskernya diturunkan. Melihatku datang, dia melambaikan tangan. Segera kudekati tempat duduknya, kemudian duduk di hadapannya.
“Kau ini kenapa selalu menyusahkan aku? Kenapa juga kau malah ke sini?”, tanyaku penuh selidik.
“Hehehe..aku tadi tergesa-gesa noona, sampai aku lupa membawa dompet. Aku pinjam uangmu dulu noona.”, jawabnya sambil tersenyum, menatapku.
“Haish, kau ini. Tapi dari mana kau tahu nomor telponku? Aku kan tidak membagikannya pada siapapun di dorm.”, aku bertanya penasaran, sambil mengeluarkan kotak bekal yang diberikan Kyungsoo tadi pagi.
“Umm..kau lupa noona. Dulu kan kau mengirim form dan ada nomor teleponmu. Hehe. Wah, kau bawa apa noona? Sepertinya enak.”, jawab Kai langsung menyambar sebuah sandwich dari kotak makanan yang kubuka.
“Ya!! Kau ini kebiasaan ya! Suka menyerobot milik orang lain tanpa permisi! Engg,eh. Katamu kau sudah makan? kenapa makan lagi? Dan katanya kau tak suka sandwich?”, tanyaku curiga.
“Ah, biar saja noona. Sandwichnya enak sekali. Kau yang membuatnya noona?”, Kai balik bertanya sambil mengunyah sandwichnya.
“Hah. Bisa-bisa aku jadi darah tinggi karena kau Kai. Semua pertanyaanku bahkan tak kau jawab. Ini yang membuatkan Kyungsoo tadi pagi. Baik juga dia mau menyiapkan bekal untukku.”, jawabku tersenyum, lalu mulai mengunyah sandwich di depanku ini.
“Ha? Kyungsoo hyung yang membuatkanmu? Haish.”, kata Kai berhenti mengunyah dan meletakkan sandwich di meja. Kemudian dia mulai meminum soft drink di depannya dengan cepat.
“Katamu tadi enak? Kenapa malah berhenti makan?”, tanyaku dengan mulut penuh.
“Kau ini noona. Jangan bicara kalau mulutmu penuh. Telan dulu. Ini minum untukmu.”, kata Kai menyeringai, lalu menyerahkan sekaleng apple juice untukku. Setelah berusaha keras mengunyah sandwich dan menelannya, aku pun minum jus yang diberikan Kai.
“Apple juice? Dari mana kau tahu aku suka apple juice?”, tanyaku serius.
“Engg..Umm..hanya asal tebak saja. Sudah, habiskan dulu makananmu. Uangmu mana noona? Biar aku yang bayarkan minuman ini.”, jawabnya agak gelagapan, kemudian meminta uang kepadaku. Akhirnya aku berikan uang 15ribu won padanya untuk membayar minuman itu.
“Emm, Kai. Kau ada rehearsal jam berapa?”, tanyaku pada Kai setelah dia kembali ke meja tadi.
“ Jam 1 siang noona. Tempatnya di sekitar Busan. Memang kenapa?”, jawabnya sambil duduk.
“Ah? Jinjja? Jam 1 siang? Ayo segera bergegas! Kita bisa terlambat nanti!”, kataku panik sambil melirik arlojiku. Jam 12.15. dan perjalanan ke sana kira-kira 45 menit. Belum lagi perjalanan untuk jalan kaki. Haduh! Sial!
—
Di tempat rehearsal
3 menit sebelum rehearsal…
Suho POV
Manager hyung terus mondar-mandir. Dia sedang bingung, gelisah karena sampai sekarang Kai belum muncul. Padahal rehearsal 3 menit lagi akan dimulai. Dia terus menelepon Kai, namun sepertinya tidak berhasil. Member yang lain pun ikut gelisah karena Kai belum datang, padahal dia adalah main dancer EXO K. Aku berusaha menenangkan member lain, walaupun sebenarnya hatiku lebih gelisah dari yang bisa mereka bayangkan.
“Sudahlah, tenanglah teman-teman. Aku yakin sebentar lagi Kai akan datang.”, kataku dengan nada sebiasa mungkin, agar mereka bisa tenang.
“Tapi sebentar lagi kita tampil hyung. Sebenarnya kemana perginya Kai tadi?”, tanya Baekhyun yang terlihat agak kesal.
“Sudahlah, kalian langsung menuju panggung saja dulu! Nanti Kai akan kusuruh untuk segera menyusul kalian. Oke!”, kata manajer hyung pada kami.
Kami pun menurut saja, dan dengan langkah berat kami beranjak ke panggung. Tiba-tiba ada orang yang memanggilku dari belakang. “Suho hyung! Suho hyung!”. Aku segera menoleh, dan kulihat Kai telah datang sambil berlari-lari. Nafasnya terengah-engah. Tak lama setelahnya, kulihat Jae Jae juga berlari-lari.
“Minum ini dulu. Atur nafasmu! Ayo kita segera ke panggung!”, kataku sambil menyodorkan sebotol air minum pada Kai. Aku merasa kasihan padanya.
“Kamsahamnida hyung. Baiklah.”, jawab Kai dengan nafas terengah-engah, kemudian meminum air yang kuberikan tadi. Kamii pun segera beringsut ke panggung untuk melakukan rehearsal. Aku sempat melirik ke arah Jae Jae dan mendapati dia sedang bersama manajer hyung. Mereka berhadap-hadapan dan membicarakan sesuatu, namun aku tidak tahu apa.
—
Shin Jae Jae POV
Setelah kami turun di stasiun pemberhentian, kami segera berlari menuju tempat rehearsal. Di perjalanan aku terus memarahi Kai.
“Kenapa kau tak pernah mendengarkanku? Aku sudah bilang tadi untuk tidak mengikutiku, tapi kau nekat! Dan kau tahu apa akibatnya sekarang? Kau terlambat untuk melakukan rehearsal!”, aku berkata pada Kai sambil berlari-lari.
“Hehehe. Mianhe noona. Lain kali aku akan mendengarkanmu. Kajja! Kita sudah hampir sampai!”, jawabnya enteng.
Aku hanya bisa diam, karena nafasku seperti hampir habis. Tapi aku berusaha untuk terus berlari menembus kerumunan orang. Dan akhirnya kami sampai di backstage, Kai pun memanggil Suho oppa yang terlihat akan segera ke panggung. Aku pun berhenti berlari. Sambil berusaha menarik nafas, ku atur detak jantungku. Baru saja aku istirahat, manajer oppa datang kepadaku dan menatapku dengan pandangan kesal.
“Kau ini bagaimana? Apa yang kau pikirkan? Kau tahu kan kalau hari ini Kai akan melakukan rehearsal? Kemana saja kau ajak Kai?”, tanyanya dengan wajah kesal. Aku berusaha mengatur nafas untuk menjawab pertanyaannya.
“Chongsoehamnida ajusshi. Memang aku yang salah karena mengajak Kai sampai dia telat begini.”, jawabku merasa bersalah. Aku pun menunduk.
“Jangan kira karena kau sekarang menjadi pasangan Kai, kau dengan seenaknya mengajak Kai kemana saja! Ingat, Kai itu punya jadwal yang padat! Dan hari ini kau hampir mengacaukannya!”, teriak manajer kepadaku.
Aku hanya bisa terdiam menunduk, dan hanya berulang-ulang menjawab dengan meminta maaf. Entah berapa menit manajer oppa memarahiku. Dia terus-terusan memarahiku, aku pun hanya diam saja.
“Baiklah. Lain kali kejadian seperti ini jangan sampai terulang lagi. Aku tidak akan memaafkanmu kalau kau berulah seperti ini lagi.”, kata ajusshi pada akhirnya setelah memarahiku habis-habisan. Dan kembali, aku hanya bisa meminta maaf dan menunduk. Setelah ajusshi berlalu, aku pun terduduk. Tak terasa air mataku berlinang.
“Ini memang salahku. Harusnya sejak tadi pagi aku menyeret Kai untuk tidak mengikutiku tadi.”, gumamku sambil menangis.
—
D.O POV
Setelah Kai datang, kami langsung bergegas menuju panggung untuk persiapan rehearsal. Aku masih dapat melihat Jae Jae noona berlari-lari di belakang Kai, nafasnya tersengal-sengal. Lalu kulihat manajer hyung menghampirinya, sepertinya dengan wajah kesal. Itu hal terakhir yang bisa kulihat, karena aku ditarik oleh Suho hyung untuk segera pergi. Pikiranku masih berkecamuk dengan keadaan noona. Namun sebisa mungkin aku berkonsentrasi dengan rehearsal ini.
Setelah berada di atas panggung, ternyata rehearsal kami belum dapat dimulai karena terjadi kerusakan kecil pada mic Kai. Aku pun meminta waktu pada produser untuk permisi sekitar 5 menit, dan aku diizinkan. Sesegera mungkin aku berlari ke belakang panggung.
“Noona, kau tidak apa-apa?”, tanyaku sedikit khawatir dengan keadaan yeoja di hadapanku ini. Sebelumnya kulihat manajer hyung berlalu dari hadapan noona dengan wajah kesal.
“Umm..umm..aku tidak apa-apa.”, jawabnya tergagap, mengusap wajahnya tetapi tak berani mendongak untuk melihatku.
“Kau menangis noona?”, tanyaku hati-hati. Aku tahu saat ini dia sedang menyembunyikan air matanya di hadapanku. “Katakan padaku apa yang telah terjadi padamu noona.”
“Tidak ada apa-apa, hanya..aku hanya ..emm..mataku kemasukan debu kyungsoo-a.”, jawabnya dengan suara bergetar. Kali ini dia berani menatapku.
“Kau tak perlu menyembunyikan ini noona. Aku tahu kau pasti dimarahi oleh manajer hyung karena dia kira kau yang membuat Kai terlambat bukan?”, tanyaku lebih serius. Dan pertanyaanku itu sukses membuat dia terkaget.
“Wae..wae..darimana kau tahu?”, tanyanya heran.
“Hanya menebak. Dan ternyata benar kan.”
“Engg..kenapa kau di sini? Kau tak seharusnya di sini. Cepat kembali ke panggung.”, usirnya dengan wajah khawatir.
“Sudahlah, kau tak perlu cemas denganku. Pasti kau mengakui bahwa kaulah yang telah menculik Kai dan membawanya ke sini terlambat kan? Padahal Kai lah yang mengikutimu noona.”
“Ha? Darimana kau tahu Kai mengikutiku?”
“Tadi pagi saat aku menyiapkan sarapan aku bertemu Kai dan dia bilang ingin pergi denganmu.”
“O..ooo..”
“Kau tidak apa-apa kan noona? Manajer hyung memang selalu berkata dengan gaya seperti itu. Jangan kau masukkan ke dalam hati. Dia begitu karena kepeduliannya yang besar pada kami.”
“Gwenchanaeyo. Aku tidak apa-apa. Arasso. Aku paham dengan manajer oppa.”
“Engg..baiklah aku akan kembali ke panggung noona. Uljima noona.”, kataku sambil segera berlalu. Kalimat terakhir yang kuucapkan terdengar agak menggantung, namun sepertinya noona mendengar.
“Mmm..Nde Kyung..Kyungsoo-a.”, itu jawabannya terakhir yang dapat kudengar. Aku segera bergegas menuju panggung.
Kai POV
Lelah sekali rasanya badanku setelah rehearsal tadi. Bagaimana tidak? Setelah aku berlari-lari di jalan tiba-tiba langsung ke panggung dan melakukan rehearsal. Tapi tak apa, karena salahku juga yang terlambat datang. Mengingat kejadian itu pikiranku langsung tertuju ke noona. Dan aku pun langsung bergegas ke belakang panggung untuk mengetahui keadaan noona. Ternyata noona masih di sana.
“Ya, noona. Kau masih di sini.”, sapaku saat bertemu dengannya. Namun ada yang agak aneh, matanya terlihat agak sembab, seperti habis menangis. “Kau..kau tidak apa-apa kan noona? Apa yang terjadi?”, kataku dengan nada khawatir.
Dia hanya menjawab dengan mengangguk, lalu tersenyum. Kemudian dia membagikan jus kaleng pada semua member. “Kalian pasti lelah. Aku traktir kalian jus.”
Kata-katanya itu langsung kami sambut dengan semangat. Kami membuka jus yang kami pegang masing-masing. Lalu Baekhyun hyung berceletuk,”Wah, asik sekali kalau tiap hari kita ditraktir begini. Gamsahamnida Jae Jae. Oh iya, kau akan melihat penampilan kami di panggung nanti kan?”. Semuanya langsung menyahut dengan senang dan mengajak noona.
“Ngg..sepertinya aku tidak bisa Baekhyun. Aku ada tugas kuliah yang harus segera kukumpulkan. Menyebalkan sekali di saat hampir liburan seperti ini aku harus mengerjakan tugas.”, jawabnya sambil menggeleng, lalu membuang nafas panjang. “Siapa diantara kalian yang pandai berbahasa Inggris? Aku perlu bantuan untuk mengerjakan tugas ini.”
Mendengar pernyataan itu kami tersenyum. “Baekhyun hyung sepertinya adalah yang terbaik untuk bahasa Inggris, noona. Kau minta dia ajari saja noona.”, jawab Sehun sambil tersenyum.
“Nde, benar! Baekhyun jjang! Bahasa Inggrisnya luar biasa!”, komentar Chaenyol hyung dengan suara keras. Baekhyun hyung sebagai orang yang ditunjuk malah tertawa garing dan terlihat malu-malu. “Ah, kalian ini. Aku tidak sepandai itu.”
“Jinjja? Baiklah Baekhyun-a. Kau nanti malam tidak ada acara kan? Jadi kau bisa membantuku untuk menyelesaikan tugas ini.”, jawab noona dengan wajah berseri-seri.
“Ehm, arasso. Tapi aku punya satu syarat. Kau harus datang dan melihat penampilan kami setelah ini. Ara?”, jawab Baekhyun hyung sambil mengacungkan jari kelingkingnya. “Arasso, aku janji.”, jawab noona menyambut dengan kelingkingnya juga. Kini kelingking keduanya saling bertautan.
“Baiklah Jae Jae, kami pergi dulu. Ada sesuatu yang harus kami kerjakan dulu. Nanti kami ke sini lagi.”, jawab Suho hyung dan menarik satu-persatu member untuk mengikutinya. Aku masih tak beranjak dari tempatku.
“Noona, katakan padaku. Apa kau tadi menangis?”, tanyaku serius padanya dan menatapnya dengan penuh arti. Pertanyaaku membuatnya kaget dan dan balas menatapku, namun tak bersuara apapun. Entah berapa lama kami bertatapan seperti itu.
—
Jae Jae POV
“Aah..kenapa begitu sulit Jae Jae? Bahasa Inggrisku tidak sebagus yang kau kira.”, kata Baekhyun sambil membolak-balik kamusku. Bibirnya mengerucut, seperti bingung, dia pun mulai menggaruk-garuk kepalanya. Aku hanya terkekeh melihatnya begitu.
“Hehe..sebenarnya aku ingin meminta bantuanmu untuk membenarkan bahasa Koreaku ini. Aku kan baru belajar juga, jadi banyak yang salah. Kalau ada yang mengerti bahasa Inggris kan setidaknya ada yang mengetahui maksudku, jadi dapat membenarkan kalimat yang kubuat.”, jawabku sambil tersenyum.
“Aaahh..arasso. tapi sepertinya kalimat yang kau buat sudah benar. Hmm,, memangnya kau selalu bertanya begini jika mengerjakan tugas?”, tanyanya manggut-manggut.
“kalau dulu sebelum aku ke sini aku selalu dibantu oleh Jonghyun oppa. Tapi kalau di sini aku tidak tahu harus minta bantuan siapa lagi. Terimakasih mau membantuku.”, jawabku
“Chanmanaeyo. Apa Kai sudah benar-benar tertidur? Sepertinya dia kelelahan. Kasihan sekali maknae itu.”, kata Baekhyun sambil memandangi Kai yang sudah tertidur. Kami memang belajar di kamarku dan Kai. Kai juga ikut membantuku mengerjakan tugas tadi. Tapi mungkin karena bosan, dia memilih untuk tidur.
“Nde, sepertinya dia sudah tidur. Sepertinya sudah malam, lebih baik kau segera istirahat.”, kataku pada Baekhyun yang menguap.
“Ngg,, chakkaman. Aku hanya ingin bertanya. Benarkah tadi siang kau menculik Kai? Dan karena itu manajer hyung memarahimu?”, tanya Baekhyun penasaran.
“Ah, wae? Kenapa kau masih membahas itu lagi? Nae gwenchanaeyo Baekhyun-ah.”, jawabku sebisa mungkin menyembunyikan masalahku.
“Ya! Kau tak perlu membohongiku Jae Jae. Aku tahu semuanya. Kai mengikutimu ke kampusmu tadi sampai akhirnya Kai terlambat rehearsal. Dan manajer hyung menyangkamu kau yang mengajak Kai bukan?”, lanjut Baekhyun.
“Hhhh, nde, kau benar. Tapi kau berjanji jangan sampai Kai tahu masalah ini, aku tak mau dia merasa bersalah pada manajer.”, jawabku kalah.
Baekhyun hanya menjawab dengan berakting mengunci rapat-rapat bibirnya dengan kunci, kemudian kuncinya dibuang. Aku melihat itu tersenyum “Gomawo, Baekhyun-ah.”
“Haha. Arasso. Aku mau istirahat dulu. Selamat tidur Jae Jae.”, kata Baekhyun bangkit dari duduknya, kemudian mengacak rambutku.
“Nde, cepat tidur sana. Dan semoga mimpi indah.”, aku pun tersenyum sambil mengantar Baekhyun ke pintu kamar.
“Tenang saja, aku nanti akan memimpikanmu Jae Jae.”, jawabnya sambil menyeringai. “Annyong”
Aku tertawa. Kurasakan rasa kantuk mulai menyerangku. Segera kututup pintu agar aku segera bergegas tidur. Saat aku membalikkan badan, sontak aku kaget karena Kai sudah berdiri di hadapanku dengan tatapan aneh. Heran. Kaget. Atau marah. Atau ekspresi apa aku tak mampu membacanya.
-TBC-
How?How?Jelek?Lucu?Atau gimana?Pokoknya semua ditunggu komennya ya!!
Gomawo *bow with Kai&Lay*
