Quantcast
Channel: EXOMKFANFICTION
Viewing all 317 articles
Browse latest View live

CELEBRITY LOVE (Chapter 1)

$
0
0

Tittle : CELEBRITY LOVE (Chapter 1)

yy

Author : Dindong L.Kim (@adinda_elements)

Main Cast :

-          OH SEHOON

-          LEE HYO AKH (OC)

Support Cast :

-          BYUN BAEKHYUN

-          SEO SANG AKH (OC)

 

-          Akan bertambah sesuai chapternya

Genre : Romance ,Friendships, Comedy

Ratting : PG 16

Length : Chaptered

Disclaimer :

THIS FF IS MADE BY DINDONG L.KIM :D all cast hanya saya pinjam untuk dijadikan pemeran di FF ini. PLAGIATOR ?? JUST GO AWAY ^_^ AND SILENT READERS ?? kalian mau saya ngapain, agar kalian berhenti menjadi Silen reader ??

^_^ ALUR IS PURE MINE :)

Dindong Notes :

happy reading ajha ya ^^

Warning : Typo bertebaran (maklum saya juga manusia),, Cerita Gaje,, Alur juga kecepetan ^^

-Author Pov-

 “BRAK” pintu itu terbuka dengan tidak elitnya, menampakkan sesosok yeoja dengan senyum sumringah terukir di wajahnya.

Masih dengan senyuman, yeoja itu langsung berlari masuk ke dalam rumah minimalis berwarna biru muda. “LEE HYO AKH” teriak yeoja itu kepada yeoja lainnya yang sedang sibuk dengan adonan kue. Dengan jurus entah apa namanya, yeoja yang berperilaku tak seperti yeoja pada umumnya, langsung mendekati HYO AKH yang sedang mengaduk adonan kuenya.

“wae ??” balas Hyo Akh malas karena sudah bosan dengan sikap temannya yang satu ini

“coba kau tebak, coba kau tebak” jawab yeoja yang ditanya dengan antusias, padahal ia tidak sama sekali memberikan unsur jawaban di perkataannya –“.

“Baekhyun ??” lanjut Hyo Akh dan yeoja yang ada di depannya langsung mengangguk dengan heboh, seperti seekor kucing yang baru di belikan sebuah bola bulu >.<

“kenapa lagi dengan ‘pangeran’ mu itu ? SEO SANG AKH ?” ucap Hyo Akh dengan penekanan pada kata ‘pangeran’

“besok, besok, besok. Dia akan masuk sekolah” pekik Sang Akh dengan antusias. Hyo Akh tersenyum, ia tahu kebiasaan temannya yang sangat terobsesi dengan model remaja pria yang bernama ‘BYUN BAEKHYUN’. Hampir setiap hari Sang Akh selalu menceritakan semua berita tentang Baekhyun kepadanya, dan hampir hafal pula oleh Hyo Akh semua tentang Baekhyun. Tapi sayang, Hyo Akh bukanlah salah satu penggemar dari Baekhyun.

“oh, baguslah kalau begitu” dengan santainya, Hyo Akh menuangkan adonan kuenya ke dalam loyang cetakan kue dan segera memasukkannya ke dalam oven. 40 menit adalah waktu yang di set Hyo Akh pada ovennya.

“What the ? YA.!! Sebenarnya apa hobimu, eoh ?? Baekhyun yang tampannya tiada tara, selalu kau hiraukan. Aku heran, apa kau benar – benar yeoja asli ?? atau …..”

“Pletak” sebuah jitakan hangat diterima oleh Sang Akh dan dalang di balik itu semua adalah LEE HYO AKH.

“atau apa, eoh ? kau ini.!!” Sungut Hyo Akh setelah menjitak kepala Sang Akh

“bukankah aku benar ?? selama menjalin tali persahabatan denganmu, telingaku belum pernah mendengar curhatan tentang seorang namja. ” sahut Sang Akh setelah meredekan bekas jitakan yang diberikan Hyo Akh di dahinya.

“geurae. Tapi, bukan berarti kalau aku abnormal. itu semua karena, semua namja yang kulihat tak pernah menarik perhatianku. Termasuk, Pangeran baekhyunmu itu” seketika itu juga wajah Sang Akh menjadi merah padam dan di detik selanjutnya mereka berdua telah berlari kesana kemari.

Sang Akh yang tidak terima tentang pernyataan yang baru saja di ucapkan oleh sahabatnya langsung murka dan berusaha untuk mengejar Hyo Akh. Namun, bukan Hyo Akh namanya kalau tidak bisa lari dari amukan seorang Sang Akh.

-Celebrity Love-

-Lee Hyo Akh POV-

“Tipkkk” kumatikan alarm yang berbunyi. Oh GOD, it’s still 5 o’clock. Bolehkah aku menambah jam tidurku 1 jam lagi ?. kurasa tidak, karena aku tidak mau naga yang bersemayam di rumah ini menyemburkan api kemarahan melalui mulutnya.

Dengan malas, kutapaki lantai rumahku yang dingin ini dan segera masuk ke dalam kamar mandi, sekedar untuk membersihkan diri.

-Skip-

“Eonnie” panggilku kepada eonniku tercinta a.k.a naga, yang sedang duduk santai di sofa sembari menikmati acara gosip yang di tayangkan di sebuah stasiun televisi swasta.

“kau mau berapa ??” tanyanya to the point. Hehe, tau sekali dia kalau uang saku yang diberikan eomma sudah habis 2 hari yang lalu olehku.

“berikan aku secukupnya saja, untuk membeli bahan – bahan membuat kue” balasku dengan semangat sembari menadahkan tangan kananku dan beberapa saat kemudian, beberapa helai uang telah tertata rapi di atasnya.

“gomawo eonnie. Kau memang yang terbaik” eonniku tersenyum dan langsung mengibas – ngibaskan tangan kanannya di depanku, sebuah pertanda yang menyuruhku untuk segera berangkat ke sekolah.

“Hyo Akh” sahut eonniku ketika aku hendak keluar rumah.

“tolong katakan kepada Sang Akh. Cepat kembalikan kameraku, karena akhir pekan ini, Aku ingin pergi ke salah satu tempat wisata alami” lanjutnya dan aku hanya menganggukan kepala tanda mengerti.

“pergilah, nanti kau terlambat”

“nde, Annyeong eonnie” ucapku dan segera keluar dari rumah.

Setelah berada di luar rumah, aku baru mengingat satu kesalahan yang sangat fatal sedang kulakukan. Kalian tau apa ??

Tidak tau ??

Serius ??

Sedikitpun ??

Hmm, baiklah. Satu kesalahan yang telah kulakukan adalah, bahwasanya aku lupa memperkenalkan diri sendiri kepada kalian semua *Reader tumbang seketika / Hyo Akh ketawa ketjeh (?)*

Annyeong haseo yeorobun, Naneun Lee Hyo Akh imnida. Kalian bisa memanggilku dengan panggilan Hyo Akh. Sekarang aku sedang menimba ilmu di Swoollim High School kelas XII C. Sebenarnya jarak antara sekolah dan rumahku tidak terlalu jauh. Kalian mau tau berapa jaraknya ??

Jaraknya tidak lebih dari 1 km, makanya kedua orang tuaku menyekolahkanku disini bersama dengan eonniku yang juga sedang menimba ilmu di Universitas Kyunghee jurusan teknisi komunikasi. Sebenarnya sekolahku itu memiliki sebuah rahasia yang sudah diketahui oleh kalangan umum. Kalian mau tau apa rahasianya ?? kalau mau tau, jangan lupa RCL ne ??

“HYO” pekik seseorang dan dengan segera aku menolehkan kepalaku ke arah sumber suara. Dan benar sekali, lagi – lagi dia. Dengan cepat, kuselipkan kotak kecil yang sedari tadi ku pegang ke dalam saku rok ku, semoga saja penciumannya tidak setajam seperti biasanya.

“hari ini kau membuat apa ??” tanyanya

“ck, Seo Sang Akh. Kenapa hidungmu itu sangat bisa mendeteksi kue buatan ku, eoh ??” balasku kesal dan segera memberikan kotak kecil yang kuselipkan di saku rok ku, sementara ia hanya membalas dengan sebuah senyuman. Sungguh, yeoja yang pintar sekali berakting.

“Gomawo Hyo. Kau tau, semua kue buatanmu sangat enak. Bahkan eommaku selalu memuji setiap karyamu itu. Kenapa kau tidak mencoba untuk membuka sebuah toko kue ??” ucap Sang Akh dengan mulut yang di penuhi dengan kue cupcake buatanku. Yeoja ini kalau sudah menyangkut makanan, sungguh sangat berbeda dengan aslinya. Tapi, mau apalagi. Itulah Sang Akh. Si maniak makanan manis dan pecinta Baekhyun. Itulah ciri khas Seorang Seo Sang Akh.

“ya. Kau tau  kan. Eomma, Appa dan eonnieku tak pernah memberiku izin untuk mendirikan sebuah toko kue atau menyewa sebuah ruangan untuk di jadikan toko kue. Mereka baru akan memberiku izin, setelah aku lulus dari masa senior high school ini.” Sang Akhpun hanya membalas dengan anggukan kepala, setelah mendengar pernyataan yang keluar dari mulutku.

“HUAAAA >.< MEREKA DATANG” teriak seorang siswi yang berada di hadapanku dan Sang Akh sembari menunjuk ke arah kami berdua. Tidak, arah telunjuk siswi itu sebenarnya bukan mengarah ke kami. Melainkan ke arah yang ada di belakang kami. Karena penasaran, akupun menoleh dan mendapati kerumunan siswi – siswi disana. Siapa lagi yang datang ??, pikirku.

“HYAAA.!!! Itu itu itu…. itu Byun Baekhyun” ucap Sang Akh yang berada di sebelahku dengan histeris.  Yap, itulah Sang Akh. Semua yang menyangkut dengan baekhyun, pasti akan di tanggapinya dengan sikap yang berlebihan.

Lama kelamaan kerumunan siswi – siswi itu mulai mendekat ke arah kami –re : aku dan Sang Akh-. Mengelak ?? tentu saja akan kami lakukan. Namun na’asnya, pada saat kami hendak mengelak dari kerumunan siswi – siswi tersebut yang ada kami juga ikut tenggelam di dalam kerumunan siswi – siswi itu.

“Baekhyun-a, kau sungguh tampan hari ini”

“kenapa kalian berdua berwajah mirip seperti malaikat ??”

“beruntung sekali kedua orang tua kalian”

“NIKAHI AKU”

“Pacari aku”

“Ibuku telah memberikan restu kepada kita sehun-a”

“OH SEHOON.!!! AKU INGIN MELIHAT SENYUMMU.!!!”

Itulah Sekelebat teriakan – teriakan yang di lontarkan oleh siswi – siswi itu, sementara yang di teriaki hanya mengangguk sambil melambai – lambaikan tangannya  ditambah senyum manis yang menurutku adalah senyum palsu. Merasa sudah tidak tahan dengan semua kesesakan ini, aku ingin cepat – cepat keluar dari sini. Tapi…… kemana sahabatku itu ???

“permisi permisi… Miss Universe tahun 2018 ingin keluar. Tolong berikan jalan.!!!” Sebuah suara yang tidak asing tertangkap oleh indera pendengaran ku. Akupun hanya bisa menggeleng – gelengkan kepala, tatkala mengetahui siapa yeoja yang mengatakan dirinya seorang miss universe.

“Oh God.. aku harus mengeluarkan Sang Akh dari kerumunan ini, sebelum tingkahnya semakin menjadi – jadi” gumamku yang hendak menarik pergelangan tangan Sang Akh agar bisa pergi dari kurumunan para siswi ini.

Namun sayang, niat hanyalah niat. Pada saat tanganku sudah mencengkram tangan Sang Akh. Tiba – tiba seorang yeoja mendorong paksa agar bisa masuk ke dalam kerumunan ini dan menyebabkan cengkramanku terlepas. Parahnya lagi, karena dorongan yeoja itu. Sang Akh hampir terjatuh, namun….

“Gwenchana ???” tanya Namja berambut coklat kepirang – pirangan yang kuyakini bernama Baekhyun. Bukannya menjawab, Sang Akh hanya mematung, tatkala melihat kedua tangan Baekhyun yang melingkar di pinggangnya untuk menahannya agar tidak jatuh dari dorongan yeoja tadi. Melihat kejadian itu, kerumunan siswi – siswi yang berada di sekeliling baekhyun dan 1 namja lainnya semakin bertambah ribut.

Bahkan indera pendengaranku juga mendengar, beberapa pernyataan pedas yang ditujukan untuk Sang Akh. Oh, GOD. Aku harus menjauhkan Sang Akh dari baekhyun, sebelum kerumunan siswi ini semakin bertambah menjadi – jadi.

“PRIIITTTT” peluit Kang Saem membuat kerumunan para siswi itu menjadi diam. “Ini kesempatan” gumamku dan segera menarik tangan Sang Akh agar bisa menjauh dari kerumunan itu. Dengan sekuat tenaga, aku berlari meninggalkan kerumunan itu tanpa melihat ke arah belakang. Setibanya di lorong sekolah yang sepi, kulepaskan genggamanku dari tangan Sang Akh dan segera menghirup oksigen sebanyak – banyaknya.

“Neo..!! Gwenchana ???” tanyaku kepada Sang Akh, namun dia hanya diam.

“YAA.!! KAU KENAPA SEO SANG…..” Ucapanku terpotong karena mendapati seorang namja yang sedang mengambil oksigen secara tidak teratur. Sang Akh eodiya ?? pikirku

Kulihati lekuk wajah namja itu, sepertinya aku mengenalnya. Tapi siapa ??

Ku ketuk – ketukkan telunjuk tangan kananku ke arah daguku, menandakan kalau aku sedang berpikir. “kau” ucap namja itu sembari menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan dan hanya ku balas dengan tatapan penuh tanda tanya.

CUP

Sebuah bibir berwarna merah muda dan tipis milik namja itu telah berhasil menggapai bibirku. OMO, ini first kiss ku. Hyaaa >.< kenapa first kiss ku harus dengan namja yang tidak ku kenal ??. dengan sekuat tenaga, kudorong badan namja itu hingga terhempas ke dinding. Dia sedikit meringis namun beberapa saat kemudian, senyuman evil terlukis di wajahnya yang tampan itu. Cih, aku benci senyuman seperti itu.

“apa yang kau lakukan ??” bentakku penuh amarah

“OH SEHOON, bukankah nama itu tidak asing di telingamu ??” what the Hell ?? kenapa dia malah menyebut kan nama orang yang tidak ku kenal ?? memang siapa itu si Oh Sehoon ?? artiskah ?? bahkan aku tidak pernah melihatnya di stasiun tv manapun.

“aku tidak pernah tau dengan orang yang bernama seperti itu. Apa itu benar – benar nama orang ?? atau jangan – jangan itu adalah nama kue terbaru ??” tebakku asal dan namja itu langsung menyudutkanku. Mengurungku di antara tangan – tangan kekarnya, dan yang lebih sialnya, sekarang punggungku telah resmi menyentuh dinding. “DAMN” umpatku dalam hati.

Di dekatkannya wajah tampan miliknya ke wajahku. Hei, apa ia akan menciumku lagi ?? dengan cepat, ku alihkan pandanganku ke arah samping kanan, agar ia tidak bisa menciumku lagi.

“ini baru awal dari semuanya, nona” ucap namja itu tepat di telingaku. Dan sungguh, itu membuatku merasa geli.

“awal dari apa, eoh ?? kuharap, ini adalah pertemuan pertama dan terakhir kita..” ujarku dan langsung menginjak kakinya dengan keras.

Setelah merasa ada ruang untuk pergi, akupun berlari meninggalkan namja itu yang masih sibuk dengan kakinya yang baru saja ku injak. “jangan harap kita bisa bertemu lagi.!!!” Teriakku.

-Celebrity Love-

 “HYO AKH.!!!” Aku dikejutkan oleh suara cempreng nan khas milik Sang Akh. Dasar anak ini, kemana saja dia ?? kutatap ia dengan tatapan yang menyiratkan kalau aku sedang marah dengannya.

“kau ?? darimana saja kau, eoh ??” ketusku dan ia hanya tersenyum.

“bukankah yang pergi itu kau ?? dan kau juga yang menyeret sehun, kan ??” balasnya santai sembari memakan cupcake yang kubuat tadi. Tunggu, apa Sang Akh mengatakan sehun ?? sehun, OH SEHOON. Bukankah kedua nama itu hampir sama ??

“sehun itu siapa ??” pertanyaan itu keluar dengan mulusnya dari mulutku.

“sehun, Oh Sehoon. Apa kau benar – benar tidak mengenalnya ?? dia itu tampan, kaya, terkenal dan juga cerdas. Apa kau yakin tidak mengenalnya ??” Sang Akh menanyakan pertanyaan itu seolah – olah, aku adalah yeoja yang benar – benar tertinggal oleh dunia peremajaan (?)

“satu tambahan lagi. Dia juga namja yang kurang ajar” lanjutku dengan volume yang agak besar dan itu, membuat semua siswi yang berjalan melewatiku. Menatapku dengan sinis. Apa salahku ??

Seketika itu juga, Sang Akh langsung mencubitku di bagian pinggang. Dan jujur, cubitan Sang Akh itu sangat perih sehingga membuatku sedikit meringis kesakitan. “wae ??” tanyaku tak terima atas perlakuan Sang Akh.

“lebih baik kita teruskan saja pembicaraan ini di rumah. Aku tidak ingin kau di bully oleh fans – fans sehun” bisik Sang Akh dan sebuah anggukan adalah jawaban yang pas untuk ku lakukan.

“Cha~~ ayo kita ke kelas” lanjut Sang Akh dan langsung merangkul ku.

“Sang Akh” panggilku dan ia langsung menatapku. “bagaimana bisa kau pergi dari baekhyun ??” tanyaku dan ia hanya mengedipkan sebelah matanya.

“itu rahasia dan kau tidak boleh tau” aku memanyunkan bibirku tatkala mendengar jawabannya

-Celebrity Love-

 “YA.!! KEMBALIKAN PENAKU.!!!”

“JANGAN MENGGANGGUKU”

“apa kalian tahu berita terbaru tentang baekhyun ??”

“kau tau ?? OH SEHOON semakin hari semakin tampan saja”

“apa yang kalian perbincangkan ??”

“lebih terkenal siapa ?? baekhyun atau Sehun ??”

Ya, ya. Itulah beberapa keributan yang terjadi di kelasku. Kalian tau ? hari ini guru bahasa jepang kami sedang mengambil cuti dan itu menyebabkan kelas kami harus kosong dari guru. Semua siswa mulai mengeluarkan suaranya masing – masing dan menyebabkan kelas ini menjadi sangat ribut.

Sementara aku, sedari tadi mataku tidak lepas – lepasnya dari gedung bertingkat empat yang berada di samping kelasku. Oh, kalian mau tau rahasia besar sekolahku itu ??

Benarkah ??

Apa kalian masih ingin mendengarnya ??

Hmm, rahasia itu adalah. Ruangan belajar yang ada di sekolahku ini di bagi menjadi dua gedung. Gedung yang pertama dan bentuknya yang biasa – biasa saja adalah merupakan gedung tempatku menuntun ilmu sekarang ini dan gedung yeng satu lagi merupakan…..

Ehemm ehemm, merupakan gedung sekolah yang memang dibuat sebagus dan semegah mungkin, agar semua siswanya bisa nyaman berada disana. Kalian tau siapa saja, siswa yang ada di gedung itu ??

Mereka semua adalah selebritis. Tolong dicatat, bukan 1 atau 2 selebritis yang ada disana. Melainkan hampir seluruh selebritis yang berumur antara 15 – 18 tahun bersekolah di gedung itu. Sungguh amazing bukan ?? bahkan baekhyun yang digilai oleh Sang Akh juga berada di gedung itu. Maka dari itu, kebanyakan siswa di sini lebih memilih untuk sekolah disini karena mereka dapat bertemu dengan idola mereka.

Berbeda denganku yang memilih sekolah ini karena, sekolah ini hanyalah satu – satunya sekolah yang berada di dekat rumahku.

Kurasa penjelasan tentang sekolahku sudah tuntas, bukan ?? hmm, sepertinya aku harus berhenti menceritakan tentang sekolahku ini. Karena, guru matematika ku baru saja masuk ke dalam kelas.

-Celebrity Love-

 “HYO AKH.!!” Lagi – lagi suara itu. Aku tau siapa pemiliknya. Dengan sigap, aku langsung menatap yeoja yang baru saja memanggilku.

“hari ini kau pulang sendiri dulu, ne ??” balasnya dengan senyum sumringah dan langsung pergi meninggalkanku. Pasti dia akan menguntit baekhyun lagi. Dasar anak itu. Apa dia tidak punya pekerjaan lain, selain mengikuti segala sesuatu yang berbau baekhyun ??

“so, pulang sendiri ?? no problem” gumamku sembari mengeratkan sandangan tas punggungku dan langsung berjalan menuju gerbang sekolahku.

-Celebrity Love-

 “permisi, apa pewarna kuenya tidak ada yang berwarna coklat tua ??” tanyaku kepada salah seorang pegawai di supermarket ini dan ia menjawab dengan gelengan. Baiklah, tart rasa strawberry apa salahnya ?? dan aku langsung pergi menuju kasir supermarket ini untuk membayar semua barang belanjaanku.

Proses pembayaranpun telah selesai dan aku langsung pergi meninggalkan supermarket itu.

“Hmm, kurasa Sang Akh akan cinta dengan percobaanku kali ini” gumamku sembari melihat bahan – bahan membuat kue yang ada di dalam kantong plastik belanjaanku.

Karena terlalu asik melihati isi yang ada di plastik belanjaanku, akupun tak terlalu memperhatikan arah jalanku. Dan karena itu, sebuah tabrakan pun terjadi.

“aigoo, barang – barangku” ucapku penuh dengan nada khawatir karena melihat semua bahan yang baru ku beli tadi, jatuh berserakan seperti barang tak berguna di jalanan.

Pada saat aku hendak memunguti semua bahan – bahan itu, tiba – tiba sebuah tangan kekar yang datangnya entah dari mana langsung melingkar di tubuhku, menarikku ke dalam dada si pemilik tangan itu.

Ingin sekali rasanya memberontak agar bisa keluar dari pelukannya. Namun sayang, indera pendengarku telah mendengar bunyi – bunyian yang kuyakini ,kalau semua itu berasal dari kamera.

“kumohon. tolong aku dari kejaran para paparazzi ini” lirih si pemeluk (?) tepat di telingaku.

Tunggu, sepertinya aku mengenal suara ini. Tapi siapa ??

“dia siapamu ??”

“apa yang kalian lakukan disini ??”

“apa ini yeojamu ??”

Itulah pertanyaan – pertanyaan yang dapat di tangkap oleh indera pendengarku. Sepertinya, orang yang memelukku ini adalah seorang selebritis. Aku Cuma berharap, walaupun dia selebritis. Semoga saja dia tidak terlalu tua (?) >.<

“kumohon, jangan mengganggu acara kencan kami. Yeojaku sangat tidak ingin wajahnya dilihat oleh publik” ujar orang yang sedang memelukku dengan ramah dan di detik kemudian, ia langsung menarik pergelangan tanganku agar menjauh dari paparazzi – paparazzi itu.

YA.!! Apa yang dia katakan ?? yeojanya ?? sebenarnya siapa dia ??

 

-To Be Continued-

So, what do you think about this ff ??

Isilah kolom komentar setelah membacanya, supaya semangat saya untuk melanjutkan ff ini tidak pudar. Ok ??

Mianhae kalau banyak typo ^_^

See you~~



TRUE LOVE (Chapter 21)

$
0
0

true-love2

 

TRUE LOVE

                           

Tittle                : True Love (Chapter 21)

Author             : Jellokey

Main Cast        :

Kim Jong In (Kai of EXO)

Oh Sehoon (Se Hun of EXO)

Luhan (Lu Han of EXO)

Kim Joon Myun (Suho of EXO)

Kang Jeo Rin (OC)

Shin Min Young (OC)

Support Cast   :

Park Chanyeol (Chanyeol of EXO)

Kim Min Seok (Xiumin of EXO)

Choi Yoo Ra (OC)

and others

Length             : Chaptered

Genre              : Romance, Family, Marriage Life

Rating             : PG-17

Poster            : nanakim1266 (ARTCafe)

Pagi yang cerah. Sinar matahari berhasil masuk melalui celah gorden di kamar Min Young. Min Young terbangun. Mengerjapkan matanya beberapa kali mengumpulkan kesadarannya. Begitu sadar, ia merasakan nafas teratur Lu Han di lehernya. Min Young menoleh ke samping, tersenyum, merasa jahat. Kalau seperti ini benar yang dikatakan Sehun. Ia seperti istri yang selingkuh. Tapi buru-buru ia tepis mengingat apa yang dilakukan Sehun dengan Yoo Ra. ‘Beruntung sekali yeoja yang menjadi anaemu nanti, oppa. Oppa punya segalanya. Dari semua itu, cinta dan kasih sayang yang membuat oppa sempurna. Andai Sehun seperti oppa.’ Min Young melepas tangan Lu Han yang melingkar di pinggangnya dengan perlahan, takut membangunkan Lu Han. Min Young bangun dari tempat tidur dan membenarkan letak selimut Lu Han. Lalu pergi ke kamar mandi.

Setelah menyiapkan sarapan, Min Young kembali ke kamar, hendak membangunkan Lu Han, tapi ia tidak mendapati Lu Han di sana. ‘Oppa sudah bangun.’ Min Young menuju kamar Lu Han.

“Oppa ada di dalam?” Kata Min Young sambil mengetuk pintu kamar Lu Han.

“Ne.” Sahut Lu Han.

“Sarapannya sudah siap.”

“Chankkaman.” Lu Han membuka pintunya. Ia sudah memakai pakaian kantornya. Hanya saja, dasinya belum tersimpul. Min Young mengambil tas kerja dan jas dari tangan Lu Han. Meletakkan kedua benda itu di sofa ruang tamu lalu menuju ruang makan. Ia melihat Lu Han masih berdiri, kesulitan memakai dasinya.

“Oppa tidak bisa memakai dasi?” Min Young mengambil alih kegiatan Lu Han.

“Bisa, hanya saja tidak rapi.” Lu Han menatap Min Young yang fokus memasangkan dasinya. Bukankah mereka seperti suami istri?

“Tapi selama ini kulihat dasi oppa rapi.”

“Aku harus mengulang berkali-kali untuk memasang dasi yang rapi.”

“Selesai. Ayo sarapan.”

“Gomawo.” Lu Han tersenyum.

“Cheonma..”

“Setelah ini kau jangan mengerjakan apa pun. Pembantuku akan datang sekitar jam delapan nanti.” Kata Lu Han setelah menelan rotinya.

“Apa membereskan tempat tidur pun tidak boleh?”

“Tidak.” Jawab Lu Han tegas.

“Oppa, nan gwenchana. Masa melakukan pekerjaan yang ringan pun tidak boleh?” Min Young mengerucutkan bibirnya kesal.

“Tetap tidak, Young.”

“Arraseo.” Min Young menyerah.

“Aku berangkat, Young.” Kata Lu Han setelah meminum susunya. Lu Han berjalan menuju ruang tamu diikuti Min Young.

“Oppa, nanti aku kembali ke apartemen.” Lu Han tersentak. Ada perasaan tidak suka saat Min Young mengatakan itu.

“Mengambil barang-barangku.”

“Kau kembali bukan untuk berbaikan dengan Sehun?” Lu Han sedikit lega.

“Aku butuh waktu untuk sendiri, oppa. Aku rasa Sehun belum sadar dengan perbuatannya.”

“Kalau begitu aku akan mengantarmu.”

“Aku berangkat sendiri, oppa. Sehun belum berangkat ke kantor jam segini.” Tangan Min Young bergerak memakaikan jas, sedikit merapikan jas di tubuh Lu Han.

“Oppa tampan.”

“Kau baru sadar?” Goda Lu Han.

“Ani. Oppa memang tampan dari dulu.” Lu Han mengambil dompetnya. Mengeluarkan beberapa lembar uang.

“Igeo, kau membutuhkannya.”

“Aku hanya butuh sedikit.” Min Young hanya mengambil tiga lembar uang dari tangan Lu Han.

“Ambil saja.” Lu Han meletakkan sisa uangnya di tangan Min Young.

“Aku berangkat. Hati-hati di jalan, Young.”

 

——————

 

Benar dugaan Min Young. Sehun sudah berangkat kerja. ‘Kenapa apartemen berantakan seperti ini? Apa ahjumma tidak datang kemari lagi. Ahh.. Sudahlah. Aku ke sini hanya mau mengambil barang-barangku.’ Min Young memasuki kamarnya. Mengambil koper dari lemari, memasukkan pakaiannya ke dalam koper.

“Kau pulang?” Min Young tersentak mendengar suara Sehun. Ia berbalik dan mendapati Sehun berdiri di pintu balkon. Min Young kembali pada kegiatannya memasukkan pakaian ke koper.

“Selama ini kau di mana? Aku mencarimu ke rumah eommoni dan rumah Jeo Rin, tapi kau tidak ada di sana.” Sehun berjalan mendekati Min Young. Saat ini ia ingin sekali memeluk Min Young. Beberapa hari tanpa Min Young benar-benar membuatnya hancur.

“Kau pasti tahu aku di mana. Hari itu, aku keluar tanpa membawa apa pun. Dan aku beruntung karena Lu Han oppa menemukan.” Jawab Min Young tanpa berbalik.

“Mianhae. Waktu itu aku emosi.” Min Young tidak menanggapi Sehun.

“Youngie..” Sehun terfokus pada kegiatan Min Young.

“Kau mau ke mana?” Sehun tidak mau apa yang ia pikirkan menjadi kenyataan.

“Aku mau sendiri.” Min Young menutup kopernya.

“Maksudmu, kau.. mau pergi?” Min Young tidak menjawab. Sehun langsung memeluk Min Young yang membelakanginya.

“Mianhae.. Aku tidak bermaksud untuk menamparmu. Saat itu aku emosi. Jebal, gajima.” ‘Aegi, kau bisa mendengar suara dan merasakan pelukan appa? Mianhae.. Eomma seperti memisahkanmu dengan appa. Tapi ini demi kebaikan kita. Eomma tidak yakin bisa menjagamu kalau berada di dekat appamu.’

“Apa kau ingat? Dulu kau pernah berkata kalau kau tidak ingin memperlihatkan wajah marahmu padaku. Selama kita bersama aku sudah beberapa kali melihatnya. Tapi yang terparah kau marah lalu menamparku.” Min Young melepaskan pelukan Sehun.

“Aku cemburu, Youngie. Aku tidak mau perhatianmu terbagi apalagi dengan Lu Han.” Min Young tidak peduli kata-kata Sehun. Ia mengambil tas dan memeriksa barang-barangnya. Setelah merasa lengkap, ia menggeret kopernya keluar kamar.

“Youngie.. Jebal, gajimayo.” Min Young tetap tidak peduli.

“Tahukah kau bagaimana khawatirnya aku menunggumu pulang? Aku mengabaikan semuanya.” Teriak Sehun sambil mengikuti Min Young.

“Kau tidak perlu melakukan itu.” Habis sudah kesabaran Sehun. Ia menarik Min Young lalu menciumnya. Min Young membulatkan matanya, terkejut.

“Saranghae, saranghae..” Ucap Sehun disela ciumannya. Min Young memperhatikan Sehun yang memejamkan matanya. Perlahan mata Min Young terpejam, membalas ciuman Sehun.

“Jangan pergi..” Sehun memeluk Min Young.

“Biarkan aku sendiri, oppa.” Min Young balas memeluk Sehun. Merasakan hangat pelukan suaminya yang terakhir sampai ia kembali, sampai hatinya tenang.

“Saat aku kembali nanti, aku akan memberi kabar bahagia pada oppa.” Min Young melepas pelukan mereka. Ia menggeret kopernya kembali. Sehun tidak mengerti. Kenapa Min Young tidak memberitahu kabar bahagia itu sekarang?

“Kau tidak boleh pergi.” Sehun mencegah Min Young yang hendak membuka pintu apartemen. Ia mengambil koper Min Young.

“Aku minta maaf kalau aku berbuat salah padamu. Tapi sampai sekarang aku tidak tahu apa kesalahanku.” ‘Aegi, kau dengar kata-kata appa? Appa benar-benar bodoh.’ Min Young merebut kembali kopernya.

“Aku tidak akan melarangmu berhubungan dengan Lu Han. Tetaplah tinggal.” Bujuk Sehun.

“Singkirkan jauh-jauh pikiranmu yang beranggapan aku selingkuh dengan Lu Han oppa. Aku lebih dulu kenal dengannya daripada denganmu. Kau tidak bisa melarangku.” Min Young emosi.

“Oh Min Young! Bisakah kau mendengarkan kata-kata suamimu?!”

“Aku sakit, Sehun. Biarkan aku sendiri.” Min Young membuka pintu, ia terkejut mendapati Yoo Ra yang hendak menekan bel.

“Annyeong, Minyoung-ssi.” Yoo Ra tersenyum canggung. Mata Min Young berkaca-kaca. Yoo Ra berkunjung ke kediaman mereka. ‘Apa Yoo Ra kemari saat aku tidak ada?’

“Oh Min Young..” Panggil Sehun, berharap bisa mencegah Min Young pergi. Mereka baru menikah. Sehun tidak mau tinggal terpisah dari Min Young.

“Urus dia, Sehun.” Min Young berjalan cepat menggeret kopernya. Hatinya sakit melihat yeoja lain dekat dengan suaminya.

“Min Young!!” Sehun menatap tajam Yoo Ra yang menahan tangannya.

“Lepas, Yoo Ra! Min Young!!” Sehun sudah tidak melihat istrinya.

“Sudahlah, Sehun-ah. Buat apa kau mengejarnya? Dia meninggalkanmu, berarti dia bukan istri yang baik untukmu.” Sehun menghempaskan tangan Yoo Ra. Ia harus membawa Min Young kembali.

“Rumah tangga kalian hancur. Sebentar lagi aku yang akan menjadi nyonya Oh, Sehun.” Yoo Ra pergi. Tujuannya ke apartemen Sehun hanya ingin memastikan Min Young sudah kembali atau tidak. Dan hal yang membuat ia senang, Min Young tidak akan pernah kembali ke apartemen Sehun.

—————–

Sehun berjalan pelan menuju apartemennya. Ia seperti tidak bernyawa karena tidak menemukan Min Young.

“Sehun..” Sehun mendongak mendengar suara harabeojinya.

“Harabeoji.”

“Kau tidak ke kantor?” Tanya harabeoji yang melihat penampilan berantakan Sehun.

“Aku tidak enak badan, harabeoji.” Jawab Sehun lesu. Ia membuka pintu mempersilahkan harabeoji masuk.

“Apa Min Young ada?” Harabeoji ingin memastikan keadaan rumah tangga cucunya.

“Min Young.. Dia.. mengunjungi eommoni, harabeoji.” Jawab Sehun gugup.

“Kapan kalian memberi harabeoji cicit?” Sehun tersentak. Membuat harabeoji yakin kalau Sehun belum tahu Min Young mengandung anaknya.

“Kami belum bisa memberitahu harabeoji.” Pertanyaan harabeoji hanya menambah beban pikiran Sehun. Harabeoji pasti marah kalau tahu Min Young pergi. ‘Sebenarnya apa yang menyebabkan mereka bertengkar?’ Harabeoji bertanya dalam hati.

“Kalau begitu, harabeoji pulang. Ah.. Harabeoji lupa. Kalau Min Young pulang nanti, harabeoji mau kalian tinggal di rumah bersama kami.” Harabeoji tidak pernah setuju Sehun dan Min Young tinggal di apartemen.

“Kalau itu, sebenarnya aku sudah membeli rumah untuk kami tinggali, harabeoji.”

“Itu lebih bagus daripada kalian tinggal di apartemen seperti ini. Harabeoji pulang dulu.” Sehun mengantar harabeojinya sampai pintu lalu menutupnya. Bersandar di pintu memikirkan masalah yang saat ini menghampirinya.

“Ada apa denganmu, Min Young? Aku benar-benar tidak mengerti.”

 

——————-

 

“Kau sudah siap bekerja?” Kata Jeo Rin yang baru masuk ke kamar Kai. Menghampiri Kai yang masih memakai kemejanya. Jeo Rin mengancingkan kancing tangan kemeja Kai lalu berjalan menuju lemari, membuka laci, memilihkan dasi untuk Kai.

“Ne.” Kai menghampiri Jeo Rin.

“Aku gugup sekali. Seperti pertama kali bekerja.” Jeo Rin mengambil dasi biru yang ia kira cocok untuk kemeja putih Kai.

“Menunduklah. Aku tidak bisa memakaikan dasimu.” Kai meraih pinggang Jeo Rin, membuat Jeo Rin berjinjit. Ia menahan pinggang Jeo Rin agar tetap dalam posisi itu.

“Seperti ini lebih baik.” Jeo Rin memasang dasi Kai. Kai malah mencuri kesempatan menciumi pipi Jeo Rin. Bahkan ia tidak sadar kalau Jeo Rin sudah selesai memasang dasinya.

“Jongin-ah, bisakah kau hilangkan sikap mesum-mu?”

“Mesum?” Kai menatap Jeo Rin dengan alis bertaut.

“Setiap bertemu denganku, kau pasti menciumku.”

“Tapi kau tidak pernah menolak.” Wajah Jeo Rin memerah. ‘Aku memang tidak bisa menolak apa pun yang kau lakukan padaku.’ Kai mencium bibir Jeo Rin. Membuat Jeo Rin terkejut. Ia melumat bibir Jeo Rin sebentar.

“Ini untuk menghilangkan kegugupanku.” Kai tersenyum polos.

“Tenanglah. Nanti ada Xiumin yang membantumu.”

“Xiumin?” Satu lagi nama asing yang Kai dengar.

“Sekretarismu. Kajja, kita sarapan. Ini hari pertamamu kembali ke kantor, kau tidak boleh terlambat.”

 

——————-

 

“Yeoboseyo..”

“Yeoboseyo. Young, kau baik-baik saja?” Akhirnya Lu Han berhasil menghubungi Min Young.

“Aku baik-baik saja, oppa.”

“Bagaimana dengan Sehun?” Min Young terdiam cukup lama.

“Aku tidak di apartemen. Aku melakukan apa yang kukatakan pada oppa. Menenangkan diri.”

“Neo jigeum eodi?” Lu Han benar-benar mengkhawatirkan Min Young.

“Untuk sementara aku menginap di hotel, oppa. Aku belum menemukan tempat tinggal yang cocok.”

“Apa kau mau tinggal di rumahku? Aku baru membeli rumah beberapa bulan yang lalu.”

“Tidak apa-apa, oppa?” Min Young ragu.

“Tidak apa-apa. Kau mau?”

“ Ne, oppa.” ‘Tidak ada salahnya. Hanya sebentar.’ Batin Min Young.

“Aku akan menyuruh supirku menjemputmu. Kau menginap di mana?”

“Aku akan kirim pesan pada oppa.”

“Ne. Nanti setelah sampai jangan melakukan apa-apa. Biar pembantuku yang mengurus semuanya.”

“Ne, oppa.”

 

—————-

Other place

“Apa Min Young ada?” Tanya Sehun pada sekretaris Min Young.

“Tadi sajangnim telepon kalau sajangnim tidak masuk.” Sehun semakin frustasi.

“Beritahu saya kalau Min Young sudah masuk kantor.”

“Tapi, sajangnim..”

“Kenapa?” Suara Sehun datar menyadari jawaban yang tidak inginkan dari sekretaris Min Young.

“Sajangnim melarang kami para sekretarisnya untuk tidak memberitahu presdir.” Jawab salah satu sekretaris Min Young polos, yang lain menatapnya tajam.

“Kau harus memberitahuku.” Sehun meninggalkan ruangan sekretaris Min Young.

 

Sehun menghempaskan diri di kursi kerjanya. Memejamkan mata lalu memijit pelipisnya.

“Permisi, presdir.”

“Ada apa?!” Bentak Sehun tanpa membuka matanya. Membuat sekretarisnya takut.

“Lima belas menit lagi anda harus..”

“Batalkan semua meetingku hari ini.”

“Baik, presdir. Permisi, presdir.” Sehun membuang nafasnya berat. Detik berikutnya ia mengambil handphone, setelah menemukan kontak yang ia cari, ia menekan tombol hijau.

“Yeoboseyo. Kediaman keluarga Shin di sini. Ada yang bisa saya bantu?”

“Ini Oh Sehoon. Apa Min Young ada di sana?”

“Tidak, tuan. Nyonya Min Young tidak pernah kemari.”

“Kalau dia pulang tolong hubungi saya.”

“Ne, tuan.”

“Kau di mana, Youngie? Apa yang kau pikirkan sebenarnya?” Sehun menelepon Jeo Rin.

“Yeoboseyo..”

“Yeoboseyo. Jeorin-ah, apa kau bersama Min Young?”

“Tidak, oppa.”

“Kau tidak bohong kan?” ‘Mungkin Min Young menyuruh Jeo Rin untuk tidak memberitahukan keberadaannya padaku.’

“Ani. Memangnya ada apa, oppa?”

“Tidak ada apa-apa. Kalau Min Young menghubungi atau bertemu denganmu, hubungi aku, ne?”

“Ne, oppa.” Orang terakhir yang terpikirkan Sehun, Lu Han. Seharusnya Lu Han orang pertama, Sehun. Ia bangkit dari duduknya, berjalan ke luar ruangan. Seseorang muncul di hadapannya begitu ia baru selangkah keluar dari ruangannya.

“Sehun-ah, kau mau ke mana?” Emosi. Sudah cukup ia pusing dengan masalah rumah tangga yang ia sendiri tidak tahu apa penyebabnya. Kenapa harus muncul yeoja yang benar-benar ingin ia lenyapkan?

“Apa aku harus melenyapkanmu?” Sehun menatap Yoo Ra tajam.

“Apa maksudmu, Sehun-ah?” Tanya Yoo Ra sok polos.

“Bisakah kau tidak muncul di hadapanku?!” Bentak Sehun. Emosinya sudah di puncak. Semua sekretarisnya yang ada di ruangan itu menunduk. Takut. Wajah Sehun saat ini seperti ingin menelan Yoo Ra hidup-hidup. Dulu, sebelum Min Young datang ke kantor itu, semua bawahan Sehun takut padanya karena ekspresi dingin Sehun. Tapi setelah ada Min Young, Sehun berubah.

“Jangan pernah menginjakkan kakimu di kantorku lagi. Jangan pernah temui aku!” Semua sekretaris Sehun menatap pura-pura kasihan pada Yoo Ra setelah Sehun pergi.

“Jangan menatapku seperti itu!” Yoo Ra berlalu.

“Dasar wanita murahan.” Kata salah satu sekretaris Sehun.

“Hush.. Jaga bicaramu. Dia itu teman kuliah Presdir Oh.”

“Presdir Oh takkan memperlakukan temannya sekasar itu. Dia benar-benar tidak tahu malu. Penggoda suami orang.” Keempat sekretaris Sehun berkumpul membentuk forum gosip.

“Kalian tahu kenapa nyonya Oh tidak pernah kemari lagi?” Tiga sekretaris Sehun yang lain menggeleng.

“Karena nyonya Oh melihat presdir Oh dicium oleh wanita penggoda itu.”

“Jinjja?” Ketiga sekretaris itu terkejut.

“Jinjja. Aku juga melihat kejadian itu. Aku pasti cemburu kalau jadi nyonya Oh. Dan saat itu juga aku pasti menampar yeoja murahan itu. Kalian harus menjaga rahasia ini.” Entah apa lagi yang akan digosipkan sekretaris-sekretaris Sehun selanjutnya.

 

———————-

 

Lu Han langsung mengalihkan pandangan dari berkas yang dibacanya begitu mendengar pintu ruangannya dibuka.

“Sehun? Tumben kau kemari.” Lu Han berusaha senormal mungkin di depan Sehun. Ia bangkit dari duduknya, berjalan menuju sofa dan duduk di sana.

“Ada yang ingin kutanyakan padamu.” Sehun ikut duduk di sofa. Ia menatap Lu Han yang menunggu pertanyaan.

“Kau tahu di mana Min Young?” Tanya Sehun serius.

“Aku tidak tahu.” Jawab Lu Han bohong.

“Aku tidak tahu apa yang terjadi pada Min Young belakangan ini. Dia berubah sejak bertemu denganmu.” Sehun diam sebentar.

“Beberapa hari yang lalu kami bertengkar hebat. Aku menampar Min Young dan itu semua karenamu!” Lu Han berusaha menahan emosinya.

“Kau pasti juga cemburu sepertiku kalau melihat istrimu jalan dan berpelukan dengan namja lain. Apalagi namja itu temanmu sendiri!” Sehun menatap Lu Han tajam.

“Kau menyalahkanku?” Lu Han menatap Sehun tidak percaya.

“Aku tidak akan berkata seperti ini kalau kau tidak masuk diantara kami. Kau merusak rumah tanggaku, Lu Han!!”

“Apa kau benar-benar Oh Sehoon?” Lu Han tersenyum sinis.

“Kau menjadi sosok yang berbeda sekarang.”

“Aku tidak peduli! Min Young pergi, dia meninggalkanku. Beritahu aku di mana Min Young!!” Teriak Sehun frustasi.

“Aku tidak tahu. Kalaupun aku tahu, aku takkan memberitahumu.” Lu Han bangkit dari duduknya.

“Aku ada meeting penting.” Baru tiga langkah berjalan, Lu Han berhenti.

“Sepertinya menjadi perusak rumah tangga orang tidak buruk selama aku bisa membuat Min Young tersenyum. Kali ini aku akan benar-benar merebut Min Young darimu, Sehun. Sekalipun ada penghubung diantara kalian nanti.” Lu Han berucap pelan di kalimat terakhirnya. Sehun tidak dapat mendengarnya dengan jelas karena ia emosi.

 

—————–

 

“Di mana Min Young?” Tanya Lu Han pada pembantunya yang membukakan pintu.

“Nyonya Min Young sedang memasak di dapur, tuan.”

“Kenapa tidak kalian larang?” Pembantu Lu Han menunduk.

“Maaf, tuan. Tapi nyonya memaksa.” Lu Han pun langsung menuju dapur.

“Min Young!”

“Oppa? Oppa sudah pulang?” Min Young menyambut Lu Han dengan senyumannya.

“Kenapa kau tidak mendengar kata-kataku?” Dengan sendirinya pembantu-pembantu yang membantu Min Young pergi.

“Mianhae, oppa. Aku ingin memasakkan makanan kesukaan oppa sebagai rasa terima kasihku.”

“Kau tidak perlu melakukan itu. Kau belum sehat. Aku tidak mau terjadi apa-apa padamu. Biarkan pembantu yang memasak di rumah ini.” Lu Han menatap Min Young khawatir.

“Tapi..” Lu Han langsung menarik tangan Min Young keluar dari dapur.

“Kau sudah lihat kamarmu?”

“Ne. Kamarku di sebelah kamar oppa.”

“Besok kita ke dokter kandungan memeriksakan janinmu.”

“Ne, oppa.” Lu Han benar-benar menjaga Min Young.

 

—————–

 

Sebulan sudah Kai bekerja di perusahaan, ia mulai terbiasa dengan keadaan di kantor.

“Kai, ada orang yang ingin bertemu denganmu.” Kata Xiumin dari pintu.

“Nugu?” ‘Aku yakin kau tidak mengenalnya.’ Batin Xiumin.

“Kim Jeni.” Kai merasa asing dengan nama itu.

“Bagaimana? Kau mau menemuinya?”

“Ne. Biarkan dia masuk.”

“Kai! Bogoshipoyo..” Seorang yeoja langsung memeluk Kai yang baru ingin duduk di sofa. Kai terkejut dengan serangan tiba-tiba yeoja yang tidak ia kenal.

“Nuguseyo?”

“Aku sangat terkejut mendengar kabar kau menjadi pengusaha sukses begitu kembali ke Seoul.”

“Nuguseyo?” Tanya Kai lagi. Yeoja itu melepas pelukannya.

“Kau tidak mengingatku? Aku Kim Jeni. Teman sekelasmu di SHS. Aku tidak menyangka kau bisa sesukses ini mengingat bagaimana dirimu dulu. Kerjaanmu bermain dengan yeoja terus.” Yeoja itu tersenyum geli.

“Aku memang tidak mengenalmu. Aku tidak bisa mengingat masa laluku.” Ucap Kai polos.

“Mwo?” Jeni tidak percaya mengingat akting Kai yang selalu bisa menipunya dulu.

“Orang-orang bilang aku amnesia karena kecelakaan.” Baru Jeni percaya.

“Sayang sekali. Tapi aku bisa membantu agar ingatanmu kembali. Dulu kau bilang aku ahli dalam hal ini.” Kai memandang bingung Jeni yang tersenyum misterius. Dengan tiba-tiba Jeni mencium bibir Kai. Kai membulatkan matanya. Jeni melumat bibir Kai bergantian atas dan bawah. Kai menikmati ciuman Jeni walaupun bibir Jeni tidak semanis Jeo Rin.

“Jong-“ Jeo Rin terpaku di tempatnya. Ia melihat Kai berciuman. Kai langsung mendorong Jeni begitu mendengar suara Jeo Rin. Jeo Rin langsung berbalik begitu matanya bertemu dengan mata Kai.

“Jeorin-ah..” Kai tidak bisa mengejar Jeo Rin karena Jeni menahannya.

“Kau masih seperti dulu rupanya.” Jeni malah membimbing Kai untuk duduk di sofa.

“Semoga kau bisa mengingatku. Aku salah satu yeoja yang sering bermain denganmu, di sekolah maupun di club. Kau bilang aku good kisser.” Kai tidak mendengar ocehan Jeni. Yang ia pikirkan adalah Jeo Rin.

 

———————

 

Kai pulang dengan kecewa. Saat ia menjemput Jeo Rin di kantornya, Jeo Rin tidak ada, dia pulang lebih dulu. Ia memasuki apartemen dengan tidak semangat tapi detik berikutnya ia tersenyum karena mencium wangi masakan Jeo Rin. ‘Berarti Jeo Rin baik-baik saja bukan?’ Batinnya. Kai langsung menuju dapur, berjalan perlahan. Dan,

Greb!

Kai memeluk Jeo Rin dari belakang.

“Kenapa tidak menungguku?” Kata Kai setelah mencium pipi Jeo Rin. Jeo Rin diam. Kai salah. Jeo Rin marah padanya.

“Jeorin-ah, yang tadi siang tidak seperti yang kau pikirkan.”

“Lebih baik kau mandi. Sebentar lagi aku selesai memasak.” Ucap Jeo Rin dingin. Kai melepas pelukannya. Dengan lesu Kai berjalan menuju kamarnya.

 

—————–

 

Mereka makan dalam diam. Hanya dentingan sendok dan garpu yang terdengar di ruangan itu. Kai terus memandangi Jeo Rin dalam makannya. Ada sisi dirinya yang senang melihat Jeo Rin seperti ini. Kecemburuan Jeo Rin membuktikan kalau ia mencintai Kai. Kai tersentak mendengar suara deritan kursi. Dengan cepat ia mengikuti Jeo Rin ke dapur sambil membawa piring kotornya.

“Biar aku saja yang cuci piring.” Kata Kai yang tidak ditanggapi Jeo Rin. Kai menghela nafas.

“Yang tadi siang tidak seperti yang kau pikirkan. Aku tidak mengenalnya. Dia bilang namanya Kim Jeni, teman sekelasku saat di SHS. Aku tidak tahu kalau dia mau menciumku. Itu serangan tiba-tiba.” Jelas Kai.

“Dan kau menikmatinya.” Kai terdiam. Jeo Rin berpikir. ‘Yeoja itu memang tidak asing. Dulu aku sering melihatnya didekat Jongin.’ Jeo Rin sudah selesai mencuci piring. Ia meninggalkan Kai di dapur. Kai segera mengikuti Jeo Rin.

“Jeorin-ah, jangan seperti ini padaku. Jebal.” Kai menahan tangan Jeo Rin lalu menarik Jeo Rin ke dalam pelukannya.

“Mianhae.” Kai mencium puncak kepala Jeo Rin.

“Aku takut kau pergi dariku.” Suara Jeo Rin pelan. Ia balas memeluk Kai erat.

“Aku tidak akan melakukan itu. Sekalipun aku tidak mengingatmu, aku takkan melakukannya.”

 

TBC…


[FF EXO] The Letter (That Tree…)

$
0
0

6599485359_2e5726837a

 

 

 

Author : Lian Zhi

Twitter : @yunaanantha

Blog : http://mimifanficition.wordpress.com/

FB : Lian Zhi

Judul : The Letter (That Tree…)

Gender : Romance

Rating : General

Length : Drabble

Main Cast : Me [Huang Xian Li]

Wu Yi Fan [Kris Exo-M]

Annyeong Haseyeo^^
jeonun Lian-imnida.
Author baru disini. Kkkkk~
ehem… aku tak tau apa yang harus ku ucapkan sekarang…
well, hanya Enjoi it aja deh..
jangan lupa Commen OK**

————————————————————————————————-

Dear Wu Fan,
Ni hao? Kuharap kau baik-baik saja disana. Sudah sangat lama bukan…
Dibawah pohon maple ini, aku selalu menunggumu….

Menunggu kehediranmu…..

Menunggu Janji mu… Wu Yi Fan.

Kau berjanji akan datang, saat kau sudah terkenal nanti… tapi? Sampai sekarang kau belum datang juga.
huh…! Sampai kapankah aku harus menunggu kehadiranmu disini sendiri. Tepat diatas bukit belakang sekolah kita. Di pohon yang selalu kau katakan sebagai tempat paling bersejarah bagimu…

Kau tau aku aku sudah cukup lelah dengan semua ini…

Bolehkah aku pergi?
aku tahu aku bodoh, aku tak bisa menepati janjiku padamu. Namun tahu kah kau? Aku sudah bosan menunggumu disini, sendiri…

Kuharap keputusanku ini tak akan menyakitkanmu..
Kau Tampan, Mapan, Tinggi, Pintar.. oh! Kurasa “Perfect is You” kau bisa menemukan wanita yang lebih dariku. Aku hanya seorang mahasiswa kedokteran dan ehem.. anak dari pengusaha di London, yah hanya itulah kelebihanku. Tak cantik atau pun pintar, hanya wajah campuran China dan London saja yang membuatku agak berbeda dengan orang China pada umumnya…

Well, sebenarnya aku juga tak berharap begitu…
hufttt… sudah lah, tanganku terasa pegal menulis E-Mail sampah ini…
Seriously, ini sangat menyedihkan saat dimana aku muak dengan semua janji kosongmu.

So, dengan seluruh harga diri yang berada dalam diriku. Aku ingin meminta maaf jika pada saat kau telah kembali.. aku tak ada disini… dipohon ini untuk menghampiri dan memelukmu…..

I’m So Sick…

Aku sangat sakit saat melihat pohon ini…

Saat merasakan teduhnya pohon ini

Dan, saat mengingat semua kenangan indah kita dibawah pohon ini…

Aku tak tau harus berbicara apa lagi..
aku benar-benar kehabisan kata-kata…
aishh… baiklah, cuman satu kata yang ingin kuucapkan sekarang…

Wo Ai Ni

semoga Hidupmu bahagia…

U’R Ex- stupid Girlfriend
Huang Lian Xi


[FREELANCE] Love is Confusing, Right? (Chapter 1)

$
0
0

PhotoGrid_1379657338135

Love is Confusing, Right?

fans fiction present by. Jevinda Do

Main cast :

• Lee Hye Soo

• Hwang Ra Eol

• Do Kyung Soo

• Park Chan Yeol

Other cast :

• All member EXO

• DongHyun

• MiRa

• HyeMi

Genre : romance, school life

Rating: T

Disclaimer: Semua yang ada disini milik Tuhan dan keluarganya. Tentu juga milik SME. Kecuali eomma D.O dan appa Kris baby Tao juga. Mereka cuma milik saya #tepuktepukdada *abaikan*

Warning: typo dimana- mana~

n.b : sebenernya, cerita ini sebagian besar dari kehidupan asmara aku sendiri.. tapi apa dayaa ada sedikit yang aku ubah.. *curcol* dahhh

happy reading ^^

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Author POV-

“Ahh kita sekelas!” Pekik yeoja manis berkacamata itu kepada sahabatnya, RaEol.

“Ne, HyeSoo-ah.. Akhirnya sekelas lagi denganmu” Ujar RaEol antusias.

Mana disangka? Ketika mereka masuk Seoul International Senior High School ini mereka memang sekelas, tapi ketika naik kelas 11 kelas mereka pun terpisah. Dan sekarang? Tepat! Di kelas 12 mereka bersatu kembali.

“Hey, sebenarnya aku bosan sekelas denganmu, RaEol-ah.” Ucap HyeSoo tanpa dosa.

“Mwo? Aku juga begitu!” Pekik RaEol kesal.

“Ha? Lantas kenapa tadi kau begitu antusias?”

“Molla”

“Cih yeoja aneh.” Bisik HyeSoo.

“Yak Lee Hye Soo aku mendengarmu!! Tapi, aku senang bisa sekelas dengan Park Chan Yeol” Ucap RaEol.

“Hey, kau menyukainya? Omo!”

“Molla”

“Ish jinja kau sungguh menyebalkan!” Bisik HyeSoo lagi.

“Mwo? Lagi-lagi aku mendengarnya LEE HYE SOO!!” Teriak RaEol tepat di telinga HyeSoo.

Ya, begitulah keseharian dua insan ini. Selalu penuh dengan cekcokan. Meski begitu, HyeSoo sudah menganggap RaEol sebagai adiknya .

ChanYeol POV

Akhirnya aku sekelas dengannya. Sungguh aku menyukainya dan aku telah mengincarnya sejak aku kelas 11.

Bahkan aku sampai punya nomor handphonenya. Entah mengapa aku menjadi pengecut begini. Sebenarnya bukan pengecut, tapi aku sadar, HyeSoo adalah “mantan sahabat” Kim Eun Gi Yeoja yang sangat aku benci. Mantan sahabat? Sesuatu yang sangat konyol sebenarnya.

Tapi mau dikata apa lagi? Jelas-jelas Kim Eun Gi telah merusak hubungan HyeSoo dengan Kris gege. Aku tak tahu apakah dia masih punya urat malu dilehernya. Aku tidak menjamin. Sungguh aku membencinya. Jangankan bertemu dengannya. Mendengarkan namanya saja aku sudah muak.

#flashback#

“ChanYeol-ah.. Maaf aku tak bisa melanjuti ini semua.” Ujar SeRa yang berhasil membuyarkan konsentrasiku pada soal fisika yang sedangku kerjakan.

“Mwo?” Tanyaku bingung

“Aku tidak mencintaimu lagi.” Kini SoRa memperjelas kata-katanya.

Bagai petir di siang bolong. Sungguh aku tak menyangka. Kisah yang aku rajut berdua dengan SoRa kini kandas di tengah jalan.

“Apa maksudmu? Kau tak tau seberapa rasa cintaku kepada mu eoh? Jeongmal saranghae SoRa-ya”

Kurengkuh tubuh mungilnya. Kurasakan kemeja seragamku mulai basah dan tubuh mungilnya bergetar hebat.

 

 

Ada apa ini?

“Aku rasa, aku bukan yeoja yang pantas untukmu. Selamat tinggal.”

Kulihat tubuh kecil yang rapuh itu perlahan pergi meninggalkanku. Sungguh mataku menjadi panas, bulir-bulir itu tak bisa lagi menahannya.

Ya, kau tau? Yeoja gila bernama Kim Eun Gi itu yang meminta agar aku dan SoRa putus. Pabo nya lagi, SoRa lebih mementingkan sahabat gilanya daripada aku. Sungguh aku kecewa denganmu Kang SoRa.

#flashback end#

Author POV

Pagi itu, HyeSoo awali dengan duduk termenung di bangku kantin. Sudah satu bulan ia menjadi siswi kelas 12-3. Banyak kenangan yang terlintas di dalam kehidupannya ketika ia duduk di bangku kelas 10. Dan waktu terus berjalan seakan tak pernah berhenti.

Tanpa ia sadari sekarang ia telah menjadi siswi kelas 12. Dan, di kelas 12 ini pun banyak sekali peristiwa dan tentunya juga kenangan yang ia lewati. Banyak sekali kejadian yang sama sekali tak terduga.

“HyeSoo! Apa yang sedang kau lamunkan?” Sebuah suara lembut yang terdengar oleh HyeSoo.

“Aniyo , HyeMi-ah” jawab HyeSoo sambil tersenyum.

“Ani! Kau melamun sampai-sampai tak mengetahui kalau aku datang!” Oceh HyeMi sambil memonyongkan bibirnya.

“Masa sih? Hahaha mian chagi..” Canda HyeSoo sambil mencubit pipi HyeMi.

“Yak apa yang kau lakukan? Pipiku bisa hilang tingkat ke-chubby-annya!”

Sejenak HyeSoo terdiam, kemudian mengangkat alis sebelah kanannya

“Hei? Bahasa apa itu? Apakah semacam kudeta? Yang menjadikan kontroversi hati dan statusiasi kemakmuran? Hahhaaaa!” Oceh HyeSoo panjang lebar.

“Ish jinja kau membuatku kesal Lee Hye Soo! Kau mau ikut denganku tidak? Atau kau mau menunggu RaEol?”

“Seperti biasa. Aku mau menunggu RaEol.”

“Ya sudah. Bye”

“Ne”

HyeSoo POV

“HyeSoo-ah Ku duluan saja ke ruang IPS! Aku masih mengurusi mading ini. Jangan lupa sisakan bangku di sebelahmu untuk ku!” Suara nyaring itu memekakkan gendang telingaku.

“Ne arra. Jangan teriak di telingaku, ne? Jarakmu dengan jarakku hanya sejah 1meter.” ucapku kesal.

“Hehe mian chagi” Ucap RaEol sambil tersenyum kecut.

-Di ruang IPS-

“Di sebelahmu kosong? Boleh kan kalau aku duduk di situ?” Suara bass itu berhasil menghentikan lamunanku. Ya, kau tau siapa dia? Siapa yang tak mengenalnya kecuali aku? Awalnya ku tak mengenal siapa dia. Park Chan Yeol, namja berkulit putih, tampan, pintar, dengan tingginya 187cm, putra tunggal dari seorang pengusaha terhormat se-Seoul.

“Hello. Aku berbicara kepadamu HyeSoo-ssi”

“Mwo? Mian. Tapi ini tempat sahabatku” Jawabku sekenanya.

“Ah, mian. Bolehkah aku duduk di belakangmu?” Tanyanya lagi.

“Ne tentu saja” Jawabku sambil tersenyum.

Tak lama kemudian sahabatku, RaEol datang.

2 minggu kemudian

Author POV

-istirahat-

“Aku bingung dengan sikap ChanYeol padaku” Ucapku memecah keheningan.

“Wae?” Tanya RaEol penasaran.

“Molla. Ia terlihat aneh. Ia menitipkan pensil yang telah sedikit rusak ke tempat pensilku, setiap menit ia harus memeriksa ke tempat pensilku, memastikan apakah barang itu ada di tempat pensilku ada atau tidak. Kau tahu? Itu membuatku gila. Ia selalu duduk di dekatku, merangkulku, memainkan rambutku, dan memukul kepalaku. Hahhhhhhhhh” Oceh HyeSoo panjang lebar kepada empat sahabatnya -RaEol, HyeMi, MiRa dan DongHyun-

“Mungkin Park Chan Yeol menyukaimu” Ucap DongHyun histeris.

“Sssssssttttt tidak usah teriak-teriak DongHyun-ah! Kau mau uri HyeSoo ditindas oleh penggemar ChaYeol?” Potong RaEol sambil memasukkan sepatunya ke mulut DongHyun.

“Hmptt mihang RaHeoul-ah. Holong kefualkanh sefatohmfu dhalie mufutkuh.” Ucap DongHyun kesusahan.

“Yak kalian berdua kenapa sih? Buat malu sajaaa!! Jinja!” Omel MiRa kesal.

“Lama-lama akan ku jodohkan kau, DongHyun dan RaEol” Umpat HyeMi kesal.

“Shireo!!” pekik keduanya.

“Lihat, betapa kompaknya kalian. Neomu kyeopta! aigoo” Goda HyeSoo sambil mengeluarkan aegyonya.

“Terserah kau!” Lagi-lagi mereka

mengucapkannya bersamaan.

“Aigoooooo” Ucap HyeSoo, HyeMi, dan MiRa bersamaan.

Krriiiiinnnggggggggg

“ah, sudah ne.. aku duluan yaaaaa.. kajja RaEol!” Ucap HyeSoo sambil menarik tangan RaEol.

“Ne. Kajja!”

Saat itu juga, HyeSoo dan RaEol bertemu dengan ChanYeol di tangga.

“HyeSoo-ya. Kau sudah makan?” Tanyanya sambil tersenyum.

“Sudah. Wae?” Tanyaku singkat.

“Ani. Aku duluan yaa.”

“Ne”

“Jinja, namja aneh. Tapi aku menyukainya.”Komentar RaEol.

“Hah? Apa tadi kau bilang? Aigoooooooo. Kau mau kemanakan si DongHyun?” Tanya HyeSoo dengan tatapan jahilnya.

“Omo! Aku keceplosan. Sudah lah tak usah

dipikirkan. Dan kau. Jangan mencoba-coba menjodohkan aku dengan namja idiot plus autis itu!” Ucap RaEol tenang.

“Ne. Arra “

Hari ini begitu singkat, tak terasa bel pulang sudah berbunyi.

“Kajja RaEol” Ucap yeoja mungil itu kepada sahabat kesayangannya.

“Kau duluan, ne? Aku mau piket” Jawab RaEol.

“Ish jinja” Gerutu HyeSoo.

Anak tangga demi anak tangga ia turuni, langkahnya terhenti ketika ia melihat seorang namja dengan postur tubuh mungil untuk anak sebayanya, tapi cukup tinggi untuk bersanding dengan seorang yeoja seperti HyeSoo.

“Kau mau pulang bersamaku noona?” Tanya KyungSoo.

HyeSoo hanya tersenyum.

“Aigo! Uri eomma mengajak HyeSoo noona pulang bersama!” Histeris JongIn tepat di sebelah HyeSoo.

Refleks HyeSoo menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya yang mungil.

“Hey JongIn-ah. Pergi kau!” Usir KyungSoo.

“Ne, ne aku akan pergi. Bye! Selamat menikmati kencanmuu” Ucap JongIn dengan evil smirknya.

“Kajja kita pulang.” Ucap HyeSoo sambil menggengam tangan KyungSoo.

Dua insan itu langsung menuju tempat di mana mobil sport hitam nan mewah milik KyungSoo terparkir.

Setelah mereka meninggalkan tempat parkir, dari kejauhan, tampaklah seorang yeoja.

“Mian HyeSoo-ah. Naeun chuae Park Chan Yeol” Ucapnya lirih.

KyungSoo POV-

Jinja! Aku sangat senang hari ini. Bagaimana tidak? Akhirnya, di jok mobil sebelahku ini ada seorang yeoja yang sangat kucintai.

#flashback#

“Hey KyungSoo-ah. Kau ajak HyeSoo pulang ne? Kau menyukai HyeSoo kan?”

Blussshhhh

Kata-kata terakhir RaEol noona membuat wajahku memerah bak kepiting rebus.

“Baiklah. Ada apa dengan kalian? Kalian bertengkar?” Tanyaku

“Ani. Hanya saja ……”

#flashbackoff#

Tak sadar aku menyunggingkan senyumanmanisku.

“Kau tampak seorang namja gila” Ucapnya.

“Tapi aku menyukaimu noona” Ucapku spontan. Kulihat pipinya yang merah merona sekarang.

-hening-

“Yak kita sudah sampai.” Ucapku memecahkan keheningan.

“Kau mau mampir?”

“Ani. Lain kali saja ne noona? Tak apa kan?”

“Ne tak apa. Gomawo KyungSoo-ah”

“Ne noona” Jawabku sambil tersenyum.

Langsung kutancap gas menuju apertemenku.

ChanYeol POV-

Dimana dia? Huft aku hilangan bayangan tubuhnya.

“Mencari siapa hyung?” Tanya JongIn.

“Lee Hye Soo.” Jawabku singkat masih mengamati tangga yang biasanya digunakan HyeSoo untuk turun.

“Mwo? Tadi aku bertemu mereka. Aku kira mereka berkencan!” Ucap JongIn.

“Mereka?”

“Ne! Uri eomma dengan Lee Hye Soo.” Kini Baekhyun ikut-ikutan bicara.

“Aigoo.. Uri eomma sudah besar tenyataaaaa..” Komentar Kris sambil menunjukkan aegyonya.

Deg!

Seakrab itu kah mereka?

-Esoknya-

Author POV-

“Kau mau berlibur kemana HyeSoo-ah?” Tanya ChanYeol antusias.

“Molla. Pulau Jeju mungkin” Jawab HyeSoo sambil tersenyum.

“Yak. Bagaimana kau ini?” Ucap ChanYeol mengacak-acak rambut HyeSoo.

“Hentikan ChanYeol-ah! Kau merusak rambutku!” Bentak HyeSoo sambil memonyongkan bibirnya.

Dalam hati, HyeSoo hanya bisa tersenyum.

Jauh dilubuk hatinya, ada sedikit perasaan yang muncul untuk ChanYeol. HyeSoo

bimbang. Mengingat RaEol sahabatnya yang menyukai ChanYeol. Tapi, HyeSoo tak mengerti apa perasaan itu.

“HyeSoo, kau berkencan dengan KyungSoo?” Tanya ChanYeol. Matanya sendu, terlihat di sana bahwa ia sama sekali tak ingin melihat HyeSoo pergi dengan namja lain

“Ani. Wae? Jawab HyeSoo.

“Ku lihat kau kemarin pulang bersamanya.”

“Ia hanya mengantarku.”

“HyeSoo-ah………”

TBC

Hoho.. selesai jugaa chapter ini >< chapter selanjutnya mungkin ada sesuatu huahahhha #ketawabarengD.O yasudahhhhh dari pada aku ditimpuk, ditunggu komennya ne ^^


START: White start, black finish (PROLOG)

$
0
0

Tittle :

Start

White start, black finish

(PROLOG)

Story & Cover by :

Ichiyomanza

Main Cast :

Do Kyungsoo, Kim Jong In, Im Yonna

Family, Fantasy, Crime, Friendship, Mystery, Absurd (?)

Legth:

Short Story

Rating :

Teens

 COVER_START

DISCLAIMER :

FF ini adalah hasil pemikiran saya dan juga terinspirasi dari beberapa ff yang saya baca.

Cast milih tuhan YME.

Apabila ada fanfic yang sama plot-nya, sungguh itu kesamaan yang tidak disengaja.

Author’s Note:

Annyeong, maaf saya baru nongol (?). Saya memang author yang suka telat ngirim fanfic. Ini ff pertama aku yang aku publish disini. Yang lain masih dalam masa pertumbuhan (?). Karena aku masih amatiran jadi mohon saranya ne ^^ Oya boleh minta visit? Visit blog-ku ne http://allaboutmanza.wordpress.com

With Love –Ichiyomanza-

WARNING!!

AWAS! typo bertebaran! Saya harap readers sekalian bisa jaga diri(?).

AWAS! alur acak-acakan jadi perhatikan keteranganya(now/past)

 

//////START\\\\\

Now……

Author’s P.O.V

                Gadis mungil itu terpuruk di pojok kamarnya. Ia menekuk kedua lututnya dan meneggelamkannya diantara keduanya. Kedua tanganya melingkar di kedua kaki gadis itu. Sesekali iris mata gadis itu melirik kearah jendela, memastikan keadaan diluar.

                Gadis itu berambut panjang nan lurus. Ia sangat cantik bila rambutnya dikuncir seperti itu. Kesan kekanakan timbul dari pipinya yang chubby, dan cara matanya memandang sekeliling. Tak lupa bila gadis itu mem-putkan mulutnya. Siapapun pasti ingin mencubitnya. –Im Yonna- itu nama gadis itu. Gadis yang tengah terpuruk di sudut ruangan ber-cat merah muda yang mendominasi.

                Hari ini, tak ada seorang-pun yang ada dirumahnya. Yonna di rumah sendirian. Bukan karena Yonna takut dirumah sendiri hingga akhirnya gadis itu ‘mengurung’ diri di kamar. Tapi ia takut kalau orangtuanya tak bisa kembali lagi ke rumahnya dalam keadaan baik. Ia bukan seorang anak kecil yang rindu pada orangtuanya sehingga berjuta-juta pikiran aneh mendominasi otaknya. Yang membuat Yonna seperti ini adalah sesuatu yang kalian (jelas) tidak tau.

//////START\\\\\

                Kamar yang sempit, kecil dan sangat tidak layak disebut kamar. Tapi bagaimana bila ruangan seperti itu ditempati? Ruangan itu lembab akibat air yang merebes dari atap bangunan yang bocor, penuh dengan suara-suara tikus yang berlarian, decitan kayu-kayu tua yang menetupi hampir sebagian dinding ruang itu.

                Tergeletak ranjang tanpa kaki disana. Sebuah ranjang yang terbuat dari beberapa kapas kering yang dibalut seprai yang lembab. Jelas aku dan kamu sekalian tak mau tidur ditempat sedemikian rupa.  Tapi tidak dengan pria itu. Pria bernama Do Kyugsoo yang tengah berbaring sambil menatap langit-langit kamar yang basah. Sesekali Jongin menutup matanya bila air berhasil jatuh dari langir-langit kamar yang bocor dan menetes diwajahnya.

                Sungguh sudah biasa mungkin hingga pria tampan sepertinya mau bersahabat dengan yang sedemikian rupa. Ia melakukan semua ini adalah sesuatu yang kalian tidak tau.

//////START\\\\\

                “KIM JOG IN!”,  teriak Park songsaenim memperingatkan anak yang bernama Kim Jongin tersebut.

                “Eh n-ne, ada apa Park songsaenim”, jawab Jongin terbata-bata sambil mencoba membuat senyuman di wajahnya.

                “Kau! Jangan lihat jendela. Di tempat ini kau seharusnya fokus pada-ku!”, ujar Park songsaenim tegas.

                “N-ne mianhaeyo songsa….”, ucap Jongin lirih sambil menunduk dalam.

                Anak itu menatap jendela bukan karena dia malas untuk belajar pelajaran biologi yang notabene adalah pelajaran favoritnya. Hanya saja ada satu alasan yang sama seperti Yonna dan Kyungsoo. Alasan yang kalian tidak tau.

//////START\\\\\

Past…..

                “Kau tak pulang?”, tanya seorang anak perempuan lirih kepada anak laki-laki disampingnya.

                “Ehm…, aku ingin melihat-lihat sebentar” jawab anak laki-laki itu.

                “HEI! TEMAN-TEMAN!”, seru seorang anak kecil lagi sambil berlari kearah dua anak kecil terdahulu.Keduanya menoleh.

                “Wae?” tanya mereka bersamaan.

                “Kita harus berlari dari tempat ini, sebelum sesuatu terjadi pada kita!”, ujar anak itu, membuat kedua temanya mengerutkan kening.

TBC.


SOME MEMORIES

$
0
0

Annyeong chingu semua ^_^, hehheehe maaf saya author baru disini. Salam kenal, nama saya tianiexo umur 13 tahun chingu. Ini berapa ya saya buat ff oneshoot?

jadi para chingu yang sudah membaca mohon tinggalkan comment ya ^_^.

Selamat membaca !!!!!!!

BeFunky_FF SOME.jpg

TITLE: SOME MEMORIES

GENRE: ROMANCE,SAD,ANGST,HURT, DLL (CHINGU MOHON TENTUIN SENDIRI YA ^_^)

LENGTH: ONESHOOT

CAST: OH SEHOON AKA SEHUN EXO

HWANG SE RA AKA SERA (OC)

RAATING: G (UNTUK SEMUA UMUR)

AUTHOR: TIANIEXO

SUMMARY:    “AKU SUNGGUH TIDAK BISA MELUPAKAN MEMORI ITU…..”

 

                         “APAKAH KAU MASIH MENGINGATNYA?”

 

SOME MEMORIES

Hallo semuanya ^_^ hehehe perkenalkan namaku hwang se ra panggil saja sera, eo.

Apakah para chingu semua mau mendengarkan cerita saya?

Ya, ini salah satu dari sebagian banyak memori yang saya simpan. Memori ini entah kenapa sulit sekali hilang dari pikiran saya.

Memori yang terus melekat dalam pikiran dan hati saya terkadang muncul secara tiba tiba lalu sulit dilupakan.

Apakah kalian tahu memori itu apa? Kalau kalian tahu, tolong definisikanlah apa memori itu kepada saya, sebab menurut saya memori itu suatu moment atau pengalaman yang tidak pernah bisa dihilangkan dari pikiran seseorang kecuali karena suatu hal. Itu juga suatu saat memori itu pasti akan muncul kembali.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

“huuuahhh, capeknya!” aku meletakkan sebuah karung berisi beras ke dalam truk.

“sera, sudah cukup hari ini. Kau sudah sangat lelah, beristirahatlah. Biar ajjushi yang melanjutkannya” ucap ajjushi dongdae.

Nah, kalian tahu siapa ajjushi dongdae? Tepat! Ajjushi dongdae adalah majikanku, ya kalian tahulah aku bekerja sebagai kuli pengiriman beras. Tugasku mengangkut beras dari gudang ajjushi dongdae ke truk yang akan membawa beras beras itu.

“tapi, ajjushi…”

“sudahlah, pulang sudah. Nanti namja yang sedang menunggumu itu marah” ajjushi dongdae melihat seorang namja yang tengah berdiri bersandar pada sebuah mobil silver mewah.

Sehun????  Bagaimana ia datang ke sini? Batinku tak percaya. Selama ini aku merahasiakan tempat bekerjaku pada sehun.

Aku sebenarnya malu dan merasa tidak pantas menjadi yeojachingunya seorang oh sehun, namja pewaris tunggal perusahaan interior terbesar di Korea Selatan.

Aku heran kenapa dia bisa menyukaiku yang miskin ini, aneh. Tapi tak apalah toh aku juga mencintainya sangat sangat mencintainya.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

“sehun, kau sudah menunggu sangat lama?” aku menghampiri sehun.

“tidak, baru 20 menit aku disini” balasnya datar dan dingin.

“maaf, lain kali aku janji akan lebih cepat jangan marah, eo?” aku mulai membujuk sehun dengan mengeluarkan aegyoku padanya.

“kau sangat tidak cocok dengan aegyo, ayo masuk” sehun membukakan pintu mobil untuk sera.

“yaaaa, gagal” batinku. Nampaknya sehun sedang marah padaku, mungkin karena aku yang selama ini tidak jujur padanya.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

“jangan bekerja di tempat itu lagi” ucap sehun kepadaku. Kini kami sudah berada di sungai Han.

“wae, sehunnie? Itu tempat dimana aku bisa memenuhi kebutuhan hidupku sehari hari, mendapatkan uang” aku menatapnya.

“aku malu kau bekerja disitu, biar aku saja yang membiayai semua kebutuhanmu atau apabila perlu aku juga bisa membelikanmu sebuah apartemen” ujar sehun santai.

“aku tidak bisa sehunnie, aku tidak mau bergantung padamu. Aku tidak mau mendapat cap sebagai wanita matre yang hanya memanfaatkan harta namjachingunya. Aku ini sungguh mencintaimu dengan setulus hati bukan karena hartamu” aku bangkit berdiri lalu menatapnya kesal.

“aku juga sama serannie, tapi aku tidak suka kau bekerja kasar seperti itu aku tidak mau kau berdekatan dengan namja namja di sana” sehun juga bangkit dari tempat duduknya

“hahahhahaha, kau cemburu ya????” godaku pada sehun

“ani bukan begitu, tapi……” sehun kelihatan kebingungan, nampaknya dia tidak bisa berkata lagi. Ingin rasanya aku mencubit pipinya itu.

“tapi apa ha???? Sudah katakan saja kau cemburu……….” Aku mulai menggodanya lagi.

“iya aku menyerah! Aku memang cemburu saat kau tersenyum atau berjabat tangan dengan namja lain. Rasanya aku panas dan tidak terima, puas!!!!” sehun berteriak dengan suara agak keras.

“sehuunnie….” Aku tidak percaya ternyata sehun sangat mencintaiku.

Sehun pun mulai memperdekat jaraknya kepada ku, dia merangkulku dalam pelukannya.

“sharanghaeyo, aku mohon jangan bekerja di sana lagi ya?” sehun membisikkan kalimat tersebut kepadaku.

“baiklah…” aku mengangguk anggukkan kepalaku. Entah kenapa kalau saat seperti ini aku hanya bisa tunduk pada sehun.

Memori ini sangat ku ingat hingga sekarang.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Hari ini, aku membuatkan kue jahe setoples untuk sehun. Hari ini aku dan dia berjanji untuk bertemu di taman.

Saat sampai di taman, betapa terkejutnya aku ibu sehun ada disana. Namun sehun tidak ada. Kantong yang berisi kue jahe buatanku jatuh, sehinggah menyebabkan kue jahe yang ku buat berceceran.

“kau yang bernama hwang se ra?” panggil ibu sehun padaku.

“iya, ajjhunma” aku berjalan kearah ibu sehun berada.

“jauhilah sehun, pergilah dari kehidupannya. Aku akan memberikan berapapun uang yang kau minta. Sehun 2 hari lagi akan bertunangan dengan hayoung” ucap ibu sehun

Kalian tahu? Betapa hancurnya hatiku seperti di injak injak secara bergantian oleh beribu ribu gajah dan ditikam oleh jutaan pisau.

“aaa…aku aku” aku bahkan tidak bisa berkata apa apa lagi. Ingin rasanya aku menangis sebesar besarnya disitu. Tapi apa daya? Aku tidak bisa melawan.

Apakah ini takdir? Mengapa takdir ini menimpahku? Mengapa aku harus jadi begini? Aku bertanya Tanya pada diriku sendiri.

“jangan dekati sehun lagi atau kau akan menghancurkan masa depannya” ucap ibu sehun lalu pergi dari hadapanku.

Setelah ibu sehun pergi, kalian tahu? Aku terjatuh duduk, kaki ini sangat lemas seakan sulit menopang tubuhku. Aku menangis, air mata jatuh seperti hujan deras yang melandahku saat ini. Entah kenapa, hujan ikut turun saat ini.

Aku bangkit dari tempatku, pikiranku kosong. Aku tidak tahu harus pergi ke mana lagi, hinggah akhirnya aku sadar, kakiku ini membawaku ke depan rumahnya sehun.

Rumah yang mewah dan bertingkat dengan pagar yang menjulang tinggi di hadapanku. Meskipun hujan aku berusaha mencari selembar kertas dan bolpoin di sekitar jalan. Hingga aku menemukannya.

Aku segera berlari ke tempat yang teduh dan mulai menulis suatu kertas.

SEHUNNIE APA KABAR ^_^ INI AKU SERA. AKU SANGAT SANGAT MENCINTAIMU, SANGAT. SEMOGA KAU BISA MENERIMA HAYOUNG DALAM KEHIDUPANMU. AKU MERASA HAYOUNG BAHKAN LEBIH JAUH BAIK DARIKU.

AKU HANYA INGIN MENGATAKAN, “SHARANGHAEYO, NEOMU NEOMU SHARANGHAEYO. AKU AKAN TETAP MENCINTAIMU MESKIPUN KITA TAK DAPAT BERSAMA”. “ SERA”

 

Aku meletakkan kertas itu di sebuah kotak pos kecil yang tersembunyi di balik tembok pagar. Sehun yang membuatnya agar aku dan dia bisa saling mengirim surat secara rahasia. Aku menaruhnya di dalam kotak itu, kemudian menutupnya kembali.

“semoga kau membacanya sehunnie” ucapku lirih kemudian meninggalkan tempat itu.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Mulai dari itu aku tidak mengetahui kabar tentang sehun lagi sampai sekarang. Saat itu, besoknya aku langsung pergi ke rumah nenekku di Hunan,China.

Memori itu, sangat melekat di pikiranku. Saat bersamanya saat berpisah dengannya.

Hinggah saat ini, “aku sungguh tidak bisa melupakan memori itu……..”

“apakah kau masih mengingatnya sehun?”

^^^^^^^^^^^^^^^^^

Semakin aku mencoba melupakannya semakin muncul di pikiranku.

Apakah kalian juga pernah mengalami hal yang sama? Hal yang ingin dilupakan malah terus muncul dipikiran kalian.

Sama denganku, mungkin itu artinya suatu memori.

_________________________________THE END___________________________________________________

Haaaah, selesai de chingu. Maaf banyak kesalahan dan tidak adanya keselarasan. Tapi, terima kasih sudah mau membaca chingu ^_^

Jangan lupa tinggalkan comment ya!


This is a Great Hairstyle Hyung!!!

$
0
0

EXO_TEASER_12_SEHUN

Title : This is a great hairstyle hyung!!

Author : Baconyeojachingu

Main casts :

-          Oh Sehun EXO

-          Xi Luhan EXO

-          Other EXO’s member

Genre : Brothership, friendship, comedy, absurd, garing, deelel

Rated :G, tidak baik untuk anak di atas 17 tahun, karena tokoh dalam ff ini masih balita #plak

[FF ini udah pernah dipublish di exo fanfiction world, mohon jangan salah paham mengira ini plagiat]

A YO! READERDEUL!!! THE SOTOY AUTHOR IS BACK!! Masih ada yang ingat ff BaekYeol I am still a kids? Masih dong ya?

Nah, apa urusannya itu ff sama ff ini? ada dong! FF ini adalah side story dari ff I am still a kids. Seharusnya itu namanya sequel ya? Iya sih, seharusnya sequel. Tapi apa masih bisa disebut sequel kalo main cast nya udah ganti? Maka dari itu, menurut saya namanya lebih baik side story daripada sequel, hehehehhehe ^^ #gapenting

Karena waktu di I am still a kids kemaren banyak yang nyinggung-nyinggung soal HunHan, tiba-tiba aja di kepala saya muncul Bohlam jaman batu setengah redup kkkkkkkk~~~~ XDDDD  dan jadilah ff ini!! bagi yang belum baca I am still a kids monggo dibaca dulu, soalnya kan ini agak nyambung ke sana, tapi kalo gak mau juga ga papa, pasrah mah eike, hahahahahahaha XD. The last, always remember DON’T BE SIDERS, DON’T BE PLAGIATOR, AND DON’T BASH ME!!

BACONYEOJACHINGU PRESENT

ENJOY IT

d>.<b HunHan d>.<b

“My twin~~~~ kau mau mengganti warna rambutmu? Lalu bagaimana denganku?” Luhan merengek, memandang Baekhyun dengan puppy eyes andalannya.

“Apa sih hyung. Kau juga harus mengganti warna rambutmu. Warna pelangi sepertiku lebih bagus.” Kali ini Sehun.

“Bagus darimana? Rambut seperti kemoceng itu kau bilang bagus?” mata bulat D.O melotot sinis tidak setuju dengan opini Sehun.

“Kami pergi dulu ya, dah!!” semua mata mengalihkan pandangan pada Baekhyun dan Chanyeol yang kini sudah saling berangkulan dan melenggang meninggalkan dorm.

“Ya!! Kalian jangan lama-lama. Hari ini kita masih punya banyak jadwal!” Suho berteriak dan hanya dijawab oleh lambaian jempol Chanyeol dari ambang pintu masuk dorm.

Selepas Suho menyelesaikan ucapannya, Luhan malah tertawa terbahak-bahak. Mulutnya terbuka lebar, kalian harus yakin, kalian bisa memasukkan kepalan tinju Kris ke sana.

“HAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHA!!! Kenapa aku baru sadar kalau rambut Sehunie itu seperti kemoceng? Iya benar! D.O benar! Warna kemoceng yang kami buat waktu sd memang warna-warni persis rambut Sehunie, hahahhahahahahhahahahahahahahha XD”

“Kemoceng dari tali plastik kan hyung Ahahahahahhahahahahahaha XDDD”  Kai dengan nistanya ikut tertawa sampai-sampai hidung peseknya kembang kempis, Kris tertawa sambil menyemburkan api (?), mata bulat D.O hilang entah kemana, dan Sehun? Magnae cadel s itu hanya menatap datar pada hyungdeul nya.

Saat Sehun melangkahkan kakinya pergi, tiba-tiba saja tawa para member EXO menghilang sekejap. Mulut lebar Luhan terkatup rapat, lubang hidung Kai berhenti kembang kempis, api dari mulut Kris berganti dengan asap knalpot, mata bulat D.O tiba-tiba sudah kembali ke tempat semula. Mereka memiliki pemikiran yang sama, “Apa yang barusan tidak lucu?”

Mereka mengerjap lalu saling menatap heran. Detik berikutnya mereka mengangkat bahu masing-masing acuh lalu bubar dari TKP.

d>.<b HunHan d>.<b

                Suasana dorm EXO sedang dilanda keheningan. Pasalnya mereka baru saja pulang setelah seharian bekerja dari satu stasiun tv ke stasiun tv lainnya hingga kini sebagian besar dari member EXO lebih memilih beristirahat di kamar masing-masing.

Di ruang tv dorm EXO, hanya tersisa BaekYeol, Chen, Kai, Luhan, dan D.O.  BaekYeol asyik bermesraan melahap es krim rasa pisang kesukaan Chanyeol. Sejak insiden itu, Baekhyun dan Chanyeol sepakat untuk membeli es krim rasa pisang, padahal sebelumnya Baekhyun hanya mau makan es krim rasa strawberry. Yah begitu lah anehnya hubungan BaekYeol.

Chen asyik melantunkan lagu Baby don’t cry dengan suara cemprengnya yang melengking kemana-mana. Kai sibuk mengotak-ngatik channel tv, Luhan sedang berheboh ria dengan fan art HunHan yang begitu mengerikan menurutnya, dan D.O sendiri lebih memilih tidur di sofa dengan menutup wajahnya, sekalian menutup telinga menghindari polusi suara yang disebabkan oleh Chen.

Di tengah damainya ruangan itu, tiba-tiba seorang namja tampan berwajah sok cool keluar dari kamarnya. Baekhyun menoleh, “Eoh, Sehun-a, kau mau es krim?” sejak tadi Baekhyun sama sekali tidak menawarkan es krim nya pada siapa pun, dan kali ini ia menawari Sehun? Ada apa dengan Baekhyun?

“Lambut kemoceng nggak thuka makan eth klim.” Cadelnya kambuh bahkan sekarang bertambah dengan cadel r. Baekhyun hanya memandangnya cengo. “Apa yang dikatakannya? Ada yang bisa menerjemahkan untukku?” Baekhyun memandang satu persatu member EXO yang saat itu berada di TKP, dan semua orang hanya menatapnya datar, seolah tidak tertarik bahkan sekedar untuk menjawab ucapan Baekhyun.

“Sehunie coba lihat Fan-art hunhan ini lucu sekali, kkkkkkkk~~~” Luhan mengisyaratkan Sehun agar mendekat ke arahnya namun dengan pandangan yang masih fokus ke layar I-Pad nya.

“Fan alt? lambut kemoceng tidak tau apa itu fan alt..” Sehunie tidak menatap Luhan yang mendadak mendongak menatap Sehun  mendengar ucapannya itu. Walaupun cadel, Luhan mengerti dengan jelas apa yang dikatakan namja itu, karena bisa dibilang dia sudah terbiasa dengan bahasa cadel Sehun.

Mengabaikan Luhan yang masih menatapnya, sehun berjalan ke arah dapur, mengobrak-abrik isi kulkas dan mengambil sembarangan susu strawberry kotak yang ada di dalamnya. Baekhyun sang pemilik yang menyaksikan-yang kebetulan saat itu duduknya menghadap dapur hingga dapat melihat dengan jelas kegiatan Sehun di sana-dibuat terbelalak saat melihat susunya ditenggak tanpa permisi oleh si magnae.

“CADEL!!! ITU SUSUKU!!!” pekik Baekhyun yang langsung saja dihadiahi door prize berupa bantal terbang dari D.O eomma yang kebetulan sedang dilanda virus galau akibat Suho yang kini merebut posisinya sebagai eomma EXO.

“HUWAAAAAAA….. CHANNIE… SI CADEL MEMINUM SUSUKU.. EOTTEOKKHAE??? HUWAAAAAA..” Baekhyun merengek berguling-guling di lantai. Chanyeol yang melihat soulmate nya itu dalam keadaan yang mengkhawatirkan segera mendekat membujuk Baekhyun sebisanya. Bahkan ia memarahi Sehun karena dia membuat Baekhyun menangis.

“Hei Oh sehun kenapa kau meminum susu Baekkiku? Dasar! Ayo sekarang minta maaf.”

“Pelit thekali kau hyung! Thuthunya juga mathih ada. Lagipula, lambut kemoceng kan tidak pelnah minum thuthu.” Chanyeol memandang Sehun dengan ekspresi siap menangis. Pasalnya dia sama sekali tidak mengerti maksud perkataan Sehun. Thuthu? Apa lagi itu thuthu? Tampaknya Chanyeol harus membeli kamus bahasa cadel setelah ini.

“Sudah Baekki jangan nangis lagi, nanti bagaimana kalau Channie belikan susu yang lebih besar.”

Tangis Baekhyun sedikit mereda mendengar bujukan Chanyeol, “Sebesar apa?” tanyanya dengan bibir yang mengerucut lucu.

“sebesarrrrr iniii” Chanyeol membentuk persegi yang amat besar dengan kedua tangannya membuat Baekhyun segera terduduk dengan wajah yang sudah kembali cerah.

“Jeongmal?” Chanyeol mengangguk mmebuat Baekhyun bertepuk tangan girang berkali-kali.

“Oh iya, dari tadi aku mendengar Sehun terus mengatakan rambut kemoceng, siapa yang dimaksudnya?” kali ini Chen sudah berhenti melengkingkan suaranya. Ia beralih mengajukan sebuah pertanyaan pada siapa saja yang mau menjawab.

“Memangnya hyung tidak lihat thiapa yang lambutnya thepelti kemoceng?” Selesai dengan ucapannya Sehun masuk ke dalam kamar, membanting pintu kamar kuat.

Chen melongo heran. Sedetik kemudian dia malah terbahak-bahak sambil memegangi perut kecilnya. Dia berguling-guling di lantai saat menyadari siapa rambut kemoceng yang dimaksud. Tangannya memukul-mukul lantai lebih heboh, lubang hidungnya terbuka dan tertutup dalam tempo yang cepat, mulutnya terbuak lebar, hampir saja ludahnya berhamburan di sudut bibirnya.

“Apa itu lucu Channie?” Baekhyun melirik Chanyeol dengan ekor matanya. Dan namja tinggi di sebelah Baekhyun itu pun hanya mengedikkan bahunya pertanda tidak tau. Baginya, tawa Chen sekarang ini kedengaran lebih mirip dengan ringkikan kuda kawin lari -_-

“Mungkin dia sedang mencoba untuk homoris hyung.” Ucap Kai dengan pandangan yang masih fokus pada televisi.

Di tengah perbincangan member EXO itu, Luhan termenung dengan pemikirannya. Apa Sehun marah karena Luhan telah menertawai rambutnya itu? Sejak tadi Sehun terus saja mengungkit-ungkit masalah rambut kemoceng, apa mungkin Sehun marah?

Masih berkutat dengan pikirannya, tiba-tiba Sehun keluar lagi dari kamarnya. Ia melemparkan sebotol air mineral yang langsung ditangkap Chen saat itu juga, “Minumlah, kalau hyung thudah lelah meneltawai thi lambut kemoceng.” Ucapnya lalu emnutup pintu lagi.

Chen melongo mendengar ucapan Sehun barusan. Tawanya yang meledak-ledak terhenti, mendadak kepalanya dipenuhi berbagai pertanyaan yang entah apa.

Luhan tersadar. Ia segera bangkit dari duduknya, berjalan menuju kamar, dan masuk ke dalam. Di sana, ia melihat Sehun sedang berbaring telungkup dengan kepala yang dilesakkan ke dalam bantal. “Sehunie~~~ kau sedang apa?” sapa Luhan bermaksud meramah-ramahkan diri.

“Maaf ya, thi lambut kemoceng tidak mau diganggu.” Ucapnya tanpa melihat ke arah Luhan. Ia kukuh memejamkan mata, tidur.

“Eoh Sehunie marah ya?”

“Nggak kok. Thi lambut kemoceng gak thuka malah-malah. Thi lambut kemoceng olangnya thabal, buktinya walaupun diejek hyungdeulnya dia tetap tidak malah pada hyungdeulnya.” Luhan mengulum bibirnya mati-matian menahan tawa. Menurutnya tingkah Sehun sekarang sungguh aneh. Apa masih ada tingkah seorang berumur hampir dua puluh begini?

“Eum, ya sudah, kalau begitu aku pergi sama Xiumin hyung dulu ya, dia mengajakku minum buble tea, hehe.” Luhan berjalan pelan, lalu melirik lagi ke arah Sehun untuk melihat reaksinya, namun nihil. Namja itu tetap dalam posisinya semula, tak bergeming sedikit pun. Luhan mempoutkan bibirnya sebal, bibirnya bergumam tidak jelas lalu menutup pintu. Minum buble tea dengan Xiumin? Semuanya bohong. -_-

d>.<b HunHan d>.<b

                Hari ini adalah hari kedua Sehun bersikap aneh. EXO baru saja sampai di dorm pukul sebelas malam setelah mengikuti semua jadwal yang begitu padat. Mereka tentu sangat kelelahan, tapi tidak dengan Luhan. Lelahnya ia kesampingkan, karena sekarang ia sedang fokus pada Sehun. Satu hari ini, yang ada di kepalanya hanya Sehun, Sehun, dan Sehun. Namja itu bersikap cuek padanya, namun saat ditanya apakah dia sedang marah atau kesal, dia selalu menidakkan.

Sehun selalu mengungkit-ngungkit kata ‘rambut kemoceng’ dalam setiap ucapannya, baik itu pada Luhan maupun pada member lain. Luhan mulai berpikir bahwa Sehun marah padanya karena dia menertawakan rambut Sehun saat D.O mengejeknya dengan sebutan rambut kemoceng.

Luhan duduk termenung di sofa ruang tengah dorm. Beberapa member sudah masuk ke kamar mereka masing-masing. “Kau kenapa  hyung??” Luhan mendongakkan kepalanya, menatap D.O yang tengah berdiri dengan nampan di tangannya.

“Ya, kebetulan sekali. Sini kau!” Luhan mengisyaratkan agar D.O mendekat, dan D.O pun yang tidak tahu menahu hanya meletakkan nampannya di meja lalu duduk tepat di samping Luhan.

Luhan memandang D.O penuh dengan pengintimidasian. Matanya disipitkan dengan ekor yang mendelik tajam membuat D.O kebingungan. Menurutnya, dia sama sekali tidak punya salah apa pun pada Luhan hingga dia sendiri merasa tidak layak mendapatkan tatapan tidak nyaman begitu dari Luhan.

“Kau tau, gara-gara kau Sehun marah padaku.”

Mata bulat D.O makin bulat mendengar tudingan Luhan terhadap dirinya. “Kenapa kau menyalahkanku?”

“Memangnya bukan kau yang menyebut Sehun rambut kemoceng?”

“Iya itu memang aku. Jadi kenapa dia marah padamu??”

“Karena ucapanmu, aku jadi menertawakannya babo!!”

“Itu masalahmu. Aku tidak menyuruhmu tertawa. Selamat malam tuan Xi.” D.O hanya mengangkat bahunya tidak peduli lalu bangkit dari duduknya. Sementara Luhan hanya menatapnya cengo.

Namun belum sempat D.O beranjak jauh dari tempatnya, Luhan segera ikut berdiri. Ia berdiri tepat di depan D.O hingga namja yang lebih pendek daripadanya itu menghentikan langkahnya. Dengan cepat Luhan merebut nampan di tangan D.O membuat namja bermata bulat itu menatapnya heran. “Aku tidak mau tau. Kau harus tanggung jawab!”

D.O memutar bola matanya bosan. Setelah posisinya sebagai eomma direbut Suho, belum lagi dia harus membersihkan dorm, memasak, dan meladeni setiap member yang merengek setiap waktu, dan sekarang Luhan malah meminta pertanggung jawaban atas apa yang tidak pernah D.O lakukan. apa D.O tidak bisa tenang barang sehari saja?

“Pokoknya eomma harus cari jalan keluar supaya Sehunie mau bicara lagi sama Hannie..” D.O menatap tidak percaya pada Luhan dengan puppy eyes yang menghiasi wajah imutnya. Bibirnya mengerucut, matanya berkaca-kaca membuat naluri keibuan D.O bangkit.

“Ya sudah, kita akan cari jalan keluarnya.” D.O tersenyum manis ke arah Luhan, sangat berbeda jauh dengan sikapnya di awal tadi.

Kedua mata Luhan membulat sempurna. Dia melompat-lompat riang lalu memeluk D.O erat. Sangat erat bahkan sampai-sampai D.O memukul kepalanya karena kehabisan nafas. Luhan tau, kalau D.O sudah turun tangan maka semuanya akan selesai. Dia percaya D.O. Dia yakin D.O bisa mengubah semuanya seperti semula.

“Sekarang bangunkan semua penghuni dorm kecuali Sehun.” Perintah D.O yang hanya diangguki semangat oleh Luhan. Dia bergegas masuk dari kamar satu ke kamar lainnya untuk melaksanakan perintah D.O tadi.

d>.<b HunHan d>.<b

                Hari masih sangat pagi. Bahkan matahari belum muncul di peraduannya. Jam yang tertempel di dinding baru saja menunjukkan angka 4.30 KST, namun member EXO sudah berbuat rusuh di dorm mereka. Semuanya dipaksa bangun oleh D.O dan Luhan hanya untuk melaksanakan rencana bodoh mereka. Kris-salah satu member yang paling sulit bangun-terus menguap sambil tidur bersandar di pundak setiap orang yang berdiri di sampingnya. Alhasil, semua member menjauh dari Kris, selain karena kepalanya yang berat, juga semua member EXO menghindari salivanya yang meleleh dari sudut bibir Kris. Catat, walaupun dia tampan, tapi tentu salivanya juga bau dan menjijikkan.

Chanyeol terus menguap karena semalam dia sama sekali tidak bisa tidur. Baekhyun memasang pemanas dengan suhu maksimal di kamar mereka. Bahkan dia sudah melepas kaos nya, namun sama sekali tidak mempan.

D.O masih berkoar-koar di depan semua member EXO, namun tak ada satu pun diantara mereka yang tertarik untuk mendengarkan. Semuanya sibuk untuk mencuri-curi waktu memejamkan mata. Namun..

“Maka dari itu, aku ingin kita semua mengganti warna rambut seperti Sehun.”

“MWO????” semua mata yang ada di ruangan itu terbuka lebar. Bahkan Kris yang sudah hampir sampai di alam mimpinya, segera kembali secepat kilat. Mereka mulai mengumpat pelan, merutuki ucapan D.O barusan. Mereka memang tidak mendengar ucapan D.O sebelumnya, mereka juga tidak tau kenapa mereka harus mengganti warna rambut, namun tetap saja mereka tidak setuju kalau harus mengganti warna rambut seperti Sehun. Bukankah kemarin D.O mengatakan rambut sehun rambut kemoceng? Lalu kenapa sekarang malah menyuruh member EXO mengganti rambut menjadi seperti itu?

“Yang benar saja! Bagaimana mungkin kau meminta kami mengganti rambut dengan warna tali plastik seperti itu.” Ucapan Chen diangguki semua member kecuali D.O dan Luhan.

“Makanya dengar dulu aku sampai selesai.” D.O menggertak giginya membuat bisikan-bisikan di antara para member terhenti.

d>.<b HunHan d>.<b

                Sehun menguap berkali-kali. Ia berjalan keluar kamar dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka. Ia menggaruk rambut warna-warninya hingga makin berantakan. Dorm terasa sepi. Sehun menghentikan langkahnya sebentar, berusaha mengumpulkan kesadaran di depan pintu kamarnya.

Ia menguap lagi, dan kali ini ia mengikuti instingnya untuk berjalan menuju dapur. Perutnya sudah menggelar konser tunggal di dalam perut mungil Sehun, lapar dan dahaga membuatnya berinisiatif untuk segera menuju meja makan.

“Kau yakin kan warnanya akan hilang?” Sehun menghentikan langkahnya saat tak sengaja mendengar sebuah suara yang berasal dari dapur. Ia yakin itu adalah suara magnae EXO M, Tao.

“Tenang saja, kalau terkena air warnanya pasti hilang.” Kali ini suara D.O.

“Ayo, semuanya cepat ke meja makan.”

Sehun mengambil langkah mundur saat mendengar suara Suho. Sehun terus mundur sampai tubuhnya benar-benar tersembunyi di balik dinding yang membatasi ruang makan dan ruang tengah. Sehun diam sejenak di tempatnya, otaknya memproses kalimat-kalimat yang baru saja dia dengar. Selanjutnya, ia melongokan kepala ke ruang makan dan seketika itu juga mata sipitnya melebar sempurna. Semua hyungnya berambut warna-warni sekarang. Ada apa ini?

Sehun menegakkan tubuhnya seperti semula. Detik berikutnya, Sehun mengambil langkah maju masuk kembali ke ruang makan. Ia memasang ekspresi biasa seolah-olah dia tidak mendengar apa pun tadi.

“Pagi Sehun!!!” semua hyungnya menyapa Sehun bersamaan, mereka memasang wajah seimut mungkin seperti instruksi D.O. Bahkan Kris berhasil mngekspresikan wajah imut setelah berlatih mati-matian tadi.

Sehun diam. Hanya berdehem pelan sebagai balasan dari hyungdeulnya lalu mengambil posisi duduk di tempat yang kosong. Di samping kirinya ada Kai dan di samping kanannya ada Suho. Sehun tidak mempedulikan tatapan semua orang yang tertuju padanya. Ia menyumpit lauk ke mangkuknya lalu memulai sarapannya dalam keheningan.

Hyungdeulnya masih menatap Sehun yang mulai memasukkan suapan demi suapan nasi ke dalam mulutnya. Semua berlangsung dalam keheningan sebelum  Kai memutuskan untuk buka suara lebih dulu. “Hei kau tidak bisa lihat kami mengganti warna rambut kami?”

Sehun mendongak sejenak. Melihat kepala Kai datar lalu kembali berkutat pada makanannya. “Memangnya aku tidak punya mata?”

Kai mencibir kesal ke arah Sehun. Kai mulai menikmati sarapannya diikuti oleh member lain, namun Luhan kembali bersuara hingga perhatian member lain tersita lagi.

“Ya, Oh Sehun. Ternyata rambut warna warni begini tidak terlalu buruk. Aku terlihat tampan dengan gaya rambut ini.” Sehun menatapnya masih datar lalu berujar, “Baru tau ya?”

Chanyeol menundukkan kepalanya dalam. Pasalnya, Chanyeol sangat mudah tertawa hanya karena hal-hal kecil termasuk kejadian barusan. Dia menahan tawa hingga bahunya bergetar. Namun dengan cepat, Baekhyun segera mendaratkan sendok makan ke kepala pelangi Chanyeol hingga namja jangkung itu mengaduh kesakitan.

“Apa kau masih marah pada kami? Apa hatimu begitu sakit saat dikatai rambut kemoceng? Sesakit itukah?” D.O menatap lekat ke arah Sehun, sementara orang yang dimaksudnya hanya menatap datar ke arahnya.

“Sudahlah Sehun-a. Maafkan kami ya? Toh, sekarang kau sudah bisa lihat sendiri, si rambut kemoceng bukan hanya kau. Kami semua juga rambut kemoceng, jadi jangan marah lagi ya?” Suho merangkul pundak Sehun berusaha beramah tamah.

“Thebenalnya aku nggak malah lho hyung.”

“Mwo?”

“Aku juga akan maafin hyungdeul. Tapi..”

“Tapi apa..” hyungdeulnya berteriak bersamaan membuat Sehun terpaksa menutup telinganya. Ia mengambil segelas air putih yang ada di atas meja makan, lalu..

BYUURR..

Kai terpaksa menutup matanya saat Sehun menumpahkan segelas air itu ke kepalanya. Semua member EXO terlonjak kaget dengan perlakuan Sehun.

“Rasakan! Siapa suruh kau tertawa paling keras weeek!!” Sehun memeletkan lidahnya lalu bangkit dari kursi menghindari Kai yang nampaknya sedang murka.

“YAA!!! KEMARI KAU OH SEHUN!!” Kai berteriak heboh masih dengan matanya yang tertutup, bahkan sangat pedih karena sekarang pewarna rambutnya mengalir masuk ke mata. Luntur karena terkena air. “Aish, jinjja, mataku sakiiiitt” Kai merengek heboh membuat suasana panik seketika. D.O segera berlari mengambil handuk sementara member lain mengerubungi kai. Sang tersangka Sehun hanya berdiam di pintu dapur dengan tatapan puas.

“AWAS KAU OH SEHUUUNNN!!!” Kai masih berteriak heboh saat D.O mulai mengelap wajahnya dengan handuk basah.

“Aigo eotteokhae? Apa Kai akan mati?”

PLAK!!

Chanyeol meringis kesakitan saat kepalanya dihantam pukulan dari sembilan orang. Baekhyun yang melihat soulmate sejatinya teraniaya segera memicingkan mata pada semua member. “JANGAN SAKITI CHANNIE-KU!!!!!” Teriaknya heboh namun tak direspon oleh member lain. Mereka lebih sibuk mengurusi Kai yang berderai air mata.

“Dan kau Luhan hyung! Kalau kau tak mentlaktilku thekalang juga, aku tidak akan memaafkanmu.” Sehun berdiri sambil melipat tangan di dada.

Luhan membulatkan matanya tak percaya. “T..Tapi Kai..”

“Kau lebih memilih Kai?”

“Aniyo.” Luhan menggeleng cepat. “Mianhaeyo Kai. Aku pergi dulu.” Luhan segera menghambur ke arah Sehun.

“Kami pergi hyung!!!” Sehun merangkul pundak Luhan lalu menariknya paksa.

“YA!!!!! KALIAN CEPAT PULANG! KITA MASIH PUNYA BANYAK JADWAL!!” Seperti biasa ini suara Suho.

“Hyung, kurasa kau bisa menggantikan manager hyung!” ucap Tao malas lalu ikut meninggalkan dapur.

“Dasar leader tidak modal. Padahal kan itu kalimatnya kemarin pada kita.” Baekyeol menatap sinis ke arah Suho lalu pergi.

“YAAAAAAA!!!!”

END

Mian, saya lagi bad mood sumpah!!! Ini pasti jelek bgt deh ff nya. Maaf ya, maaf #bow.

Tapi seperti biasa, kalau uda terlanjur baca mbok ya dikomen toh, hehe. The last, sorry for typo. Saya gak mood buat baca ulang, hehe.

 

 


(un)HAPPY NEW YEAR !

$
0
0

cry-girl-sad-tears-teddy-bear-Favim.com-115022_large

|| Author : shikshinstrange||Genre : Romance(?) and Sad(!)||Rating : T (Teen)||Length : Ficlet||Main cast : Park Han Ra (OC) ; Oh Sehun (EXO-K) ||

Disclaimer : The casts belong to Allah SWT. I just have the plot and tittle. credit poster : Favim.com

A/N : First of all, aku ingin mengucapkan terima kasih karena telah diterima menjadi salah satu author di sini :D I will work hard ! /bow/ By the way, ini sebenarnya adalah ff yang cukup lama sudah saya buat. Enjoy it ! Don’t be SILENT READER , please ! Happy Reading~

———————–00————————–

This is UNhappy new year ever after !

========

Hanra’s POV

“Dasar nappeun namja Sehun itu! Dia itu pacarku atau bukan,sih ? Dia mengajak aku ke sungai Han untuk melihat kembang api di malam tahun baru ini, tetapi dia malah tidak menjemputku. Babo!” gerutuku sendiri di kamar sambil menata rambut dan merapikan pakaianku.

Iya, benar. Malam ini adalah malam tahun baru. Sejujurnya, aku tidak begitu suka dengan tahun baru. Tahun baru seharusnya terjadi di musim panas atau musim semi atau musim gugur saja. Pokoknya selain musim dingin.

Apa enaknya merayakan tahun baru di musim dingin? Rasa dingin menggelayuti seluruh tubuh. Terlebih lagi, perayaan tahun baru dilakukan pada malam hari. Benar-benar menyebalkan. Lebih baik menghangatkan badan di rumah dan menonton film atau drama di televisi ditemani teh hangat atau kopi dan beberapa snack ringan.

Sebenarnya, Sehun sudah tahu kalau aku tidak suka pergi ke luar rumah di malam tahun baru seperti ini. Tetapi, entah apa yang sedang dipikirkannya hingga dia mempunyai ide seperti ini.

Aku hanya bisa pasrah. Karena bagaimana pun juga, Sehun adalah orang yang spesial bagiku.

Setelah aku rasa penampilanku sudah cukup, aku segera menuju pinggir jalan besar untuk naik taksi. “Eomma, appa, aku pergi dulu! Annyeong.”pamitku pada kedua orangtuaku.

Untung saja jarak dari rumahku menuju jalan raya tidak terlalu jauh jadi aku tidak takut kedinginan. Beruntungnya aku. Segera setelah aku sampai di pinggir jalan raya ada sebuah taksi yang sedang menurunkan penumpang. Langsung saja aku naik taksi itu.

Selama perjalanan ke daerah sungai Han, aku menghela nafas berkali-kali. Supir taksi yang sedang menyetir pun hanya bisa melirikku dari kaca spion tanpa bisa berkomentar apa-apa. Astaga, dingin sekali. Awas saja nanti kalau aku sudah bertemu Sehun. Dia akan aku cueki. Huh, salah sendiri tidak mau menjemputku.

“Nona, sepertinya sedang ada kemacetan,”ujar si supir taksi tiba-tiba. “Sepertinya terjadi kecelakaan beruntun.”

“Ah, benarkah? Apakah ini sudah cukup dekat dengan lokasi tujuan saya?”ujarku dengan formal.

“Iya, Nona.”

“Baiklah, saya akan turun di sini saja. Berapa tarifnya?”

“8.000won, Nona.”

“Ah, geurae. Ini dia. Gamsahamnida, ahjussi.”
Cheonmaneyo. Maaf saya tidak bisa mengantar sampai tempat tujuan. Hati-hati terhadap dingin, Nona.”
Ne. Anda juga, ahjussi.”jawabku. Aku segera turun dari taksi.

Aku merasa penasaran tentang apa yang terjadi di kemacetan itu. Walaupun sudah jelas bahwa kemacetan itu disebabkan kecelakaan beruntun. Hanya saja, aku sangat penasaran dengan keadaan TKP itu.

Sudah banyak orang yang berkerumun di sana. Namun ada satu kerumunan yang sangat padat dan membentuk sebuah lingkaran seperti biasa. Entah kenapa, aku memiliki perasaan buruk tentang apa yang dikerumuni itu. Namun, hasrat penasaranku yang sangat tinggi berhasil mengalahkan perasaan buruk yang mempengaruhiku beberapa saat.

Aku mencoba melihat ke pusat perhatian orang-orang itu. Tapi sayangnya badanku terlalu pendek di barisan paling belakang itu. Aku pun mencoba untuk merangsek ke barisan paling depan. Akhirnya aku berhasil berada di barisan paling depan. Tapi…

DEG!

Jiwaku terguncang melihat pemandangan di depan mataku ini. Terdapat sebuah sepeda motor yang kondisinya sudah cukup parah dan seorang pemuda yang terkapar tak berdaya. Dia terluka sangat parah dan sedang diatasi oleh beberapa perawat.

Pemuda itu mengingatkanku kepada seseorang. Sepeda motor itu, helm itu, dan jaket itu sama persis seperti milik seseorang yang aku kenal. Dengan keberanian penuh, aku dekati pemuda itu. Tentu saja!

“Sehun…”ucapku lirih.

Aku berdiri mematung beberapa meter dari pemuda yang kuterka-terka adalah Sehun itu. Dengan langkah terseok-seok aku pun mendekati tubuh Sehun yang tergolek lemah.

Kutatap tubuh lemah itu. Aku jatuh bersimpuh. Disitulah aku mulai menangis sejadi-jadinya.

“Kau jahat! Teganya kau tinggalkan aku sendirian. Aku sudah bilang padamu bahwa aku paling benci merayakan tahun baru. Kenapa kau tidak mau mendengarkanku? Kalau sudah begini apa yang harus aku lakukan?” aku benar-benar kacau. Suaraku parau dan aku semakin lunglai.

Seorang perawat disampingku menepuk pundakku dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Aku masih termenung. Mencoba menelaah hal ini sungguh sulit. Tubuh Sehun telah diangkat ke dalam ambulans. Namun aku sengaja tidak mengikutinya ke rumah sakit karena aku sedang tertarik pada sebuah boneka beruang coklat yang berukuran cukup besar–tergeletak tak terlalu jauh dari motor Sehun.

Boneka itu tergeletak tak jauh dari tempat tubuh Sehun tadi. Aku pegang boneka itu lalu aku peluk boneka itu dengan sangat erat. Air mataku berhasil lolos dari bendungan pelupuk mataku lagi.

Boneka itu. Aku pernah memintanya pada Sehun saat kami sedang jalan-jalan bersama. Boneka ini cukup mahal bagi kantong anak sekolah seperti Sehun. Aku yang notabene termasuk yeoja yang pengertian, waktu itu segera membawa Sehun menjauh dari boneka itu. Aku takut nantinya dia menjadi menyesal kepadaku.

Tak kusangka, boneka itu sekarang berada di pelukanku. Aku tahu, pasti Sehun berkorban cukup banyak untuk boneka ini. Aku dengar Sehun akhir-akhir ini bekerja paruh-waktu, tapi aku tidak tahu untuk apa dia sampai-sampai bekerja paruh-waktu. Tak kusangka dia rela bekerja keras demi sesuatu untukku—yang bahkan sudah aku lupakan.

“Gomawo, Sehun-aJeongmal mianhae selama ini aku sudah merepotkanmu. Semoga kau baik-baik saja di sana, Sehun-aSaranghaeyo.”ucapku sambil menangis di bahu boneka itu.

“Tapi Sehun-a, kenapa kau justru membuatku semakin membenci tahun baru?”batinku. This is UNhappy new year ever after.

———— T H E E N D ————



MY BIAS!!!!! WELCOME TO MY HOME!!!!!!

$
0
0

Annyeong ^_^

Ff ini hasil pemikiran saya

Mohon maaf kalau nggak enak,agak eror,typo beredar dan sebagaimana macamnya

Tidak usah basa basi lagi

SELAMAT MEMBACA !!!!!!!!!

BeFunky_m.jpg

Apa yang terjadi kalau biasmu datang kerumahmu?

TITLE: MY BIAS!!!!! WELCOME TO MY HOME!!!!!!

GENRE: ROMANCE,FRIENDSHIP,DLL (CHINGU BISA TENTUIN SENDIRI KAN? ^_^)

LENGTH: SEQUEL

RAATING: G (UNTUK SEMUA UMUR )

CAST : BIASMU DI EXO DAN KAMU

SUB CAST: TERSERAH CHINGU ^_^

AUTHOR: TIANIEXO

SUMMARY:

 IBUMU MEMPUNYAI SEORANG TEMAN LAMA YANG SANGAT AKRAB DARI KOREA, RENCANANYA DIA AKAN DATANG BERSAMA ANAKNYA KE RUMAHMU

APA REAKSIMU JIKA ANAK TEMAN IBUMU ITU ADALAH BIASMU?????

 

              MY BIAS!!!!! WELCOME TO MY HOME!!!!!!

 

Hari ini sepulang sekolah kamu langsung pulang ke rumah, karena capek kamu tidak jadi ikut belajar kelompok yang diadakan kelasmu sepulang sekolah.

Sesampainya di rumah kamu langsung memasuki kamar untuk beristirahat tanpa mengucapkan sepatah katapun kepada orang tuamu.

Saat kamu sedang tidur baru 15 menit, terdengar suara teriakkan ibumu yang hampir membikin telingamu tidak bisa mendengar. Ibumu berteriak tepat di telingamu.

“(namamu) ayo bangun!!!!!! Masa siang siang jam 12 ini kau sudah tidur? Cepat bantu ibu!!!!” teriak ibumu.

“mama, aku lagi capek ni. Biarkan aku tidur ya?” kau kembali ke posisi tidurmu sambil memeluk bantal.

Ibumu memukul lenganmu, “ayo bangun, kita akan kedatangan tamu jauh dari Korea”

“apapapapapapapapa???? KOREA?” kamu langsung bangkit dari tempat tidurmu, namun wajahmu murung dan kembali tidur lagi.

“coba saja yang datang adalah (biasmu di exo), aku akan sangat senang” kamu kecewa.

“teman akrab ibu saat SMA akan datang bersama anaknya dari Korea, mereka mau berkunjung sekaligus menginap di rumah ini”

“menginap di sini???? Rumah sederhana ini???? Mama nggak bercanda kan?” kamu kaget, dalam batinmu pasti teman ibumu dari Korea itu kaya, dia datang ke rumah kamu yang terkesan biasa biasa saja apalagi dengan anaknya. Apa tanggapan mereka nantinya????

“iya mereka nginap disini, mereka akan dating jam 7 malam nanti”

“masabodoh dengan itu, kalau (biasmu di exo) datang baru aku peduli” kamu tidur kembali.

“heiii, jangan tidur lagi, bantu ibu, mempersiapkan segala yang dibutuhkan. Kamu mau mereka member kesan buruk terhadap rumah kita?”

Kamu langsung bangun dari tidurmu, ”baiklah mama, aku akan bantu” kamu bangkit dari tempat tidurmu langsung membantu ibumu.

 

JAM 6 SORE

 

“akhirnya selesai” kamu bernapas lega. Ibumu datang menyodorkan segelas jus kesukaanmu.

“minumlah, setelah itu kau mandi. Lagi 1 jam mereka akan datang”

 Sementara kamu  meminum jusmu itu, ibumu mandi. Setelah ibumu selesai mandi, kamu juga mandi.

Selesai kamu mandi, kamu bergegas ke kamarmu untuk memilih baju yang pas dan sedikit memakai bedak. Jika seorang tamu datang, harus berpenampilan baik bukan begitu kan???

Tiba tiba terdengar suara ketukan pintu. Kamu bergegas keluar kamarmu untuk membukakan pintu. Namun, ibumu sudah lebih dahulu membukakan pintu.

“akhirnya kau datang, sudah lama sekali. Aku rindu denganmu” suara ibumu yang terdengar bahagia dan lantang.

Kamu menghampiri ibumu. Ibumu sedang berpelukan dengan seorang wanita yang umurnya sama dengan ibumu.

“apakah itu anakmu, cantik sekali” teman ibumu menghampiri kau.

“ghamsahanida ajjhunma” kau berbicara dalam bahasa Korea. Mungkin karena seorang fans KPOP makanya kau bisa berbahasa Korea.

“tidak perlu susah susah pakai bahasa Korea, bibi juga tahu bahasa Indonesia”

“oo, eh. Bibi perkenalkan namaku (namamu)” kamu membungkukkan diri, lalu memasang senyummu sebagus mungkin.

“kau cantik sekali, nama bibi Jungah. Panggil saja bibi Jung” teman ibumu itu tersenyum padamu.

“eh, iya iya bibi” kamu membalas dengan seyuman lagi.

“tunggu, dimana (nama biasmu)” teman ibumu itu melihat lihat keluar rumah.

“(nama biasmu di exo) ayo kesini, berkenalan dengan bibi dan anaknya” ucap teman ibumu itu menggunakan bahasa Korea.

Kau mengerti artinya, dan itu membuatmu kaget. Soalnya nama yang disebutkan adalah nama biasmu di exo. Namun kau mengeleng gelengkan kepalamu.

“nah, ini anak bibi” teman ibumu itu memperkenalkan anaknya.

Kamu yang sedari tadi menundukkan kepalamu itu, lalu mengangkatnya.

Kamu sangat sangat terkejut namun tidak bisa berteriak. Kamu hanya membulatkan matamu dan membuka mulutmu lebar lebar.

Ternyata anak dari teman ibumu itu adalah biasmu di exo!!!!!! .

“perkenalkan namaku(nama biasmu di exo)” ucap sang biasmu di exo dalam bahasa Korea sambil tersenyum.

Kamu hampir saja mencair di situ, karena senyum mematikan dari biasmu itu.

“nama….na…ma…nam…nama…namaku, namaku (nama koreamu)” kamu juga memperkenalkan diri dalam bahasa Korea tapi kamu  tidak dapat tersenyum saking gugupnya berhadapan dengan biasmu di  exo.

“senang berkenalan denganmu” kamu mengutuk dirimu sendiri karena mengucapkan kata kata tersebut. Kamu sudah tahu itu biasmu, masih saja cerobo. Seharusnya kamu bersikap anggun agar memberikan kesan baik. Namun, karena dirimu yang supel jadi ya begitulah…….

Kamu melihat biasmu dari atas sampai ke bawah, kamu berkali kali mencubit tanganmu sendiri, memastikan ini mimpi khayalan atau kenyataan. Saat kamu merasakan sakit, kamu tahu itu kenyataan.

“neo, gwenchana?” biasmu menatapmu sambil melambai lambaikan tangannya di depan wajahmu.

Kamu sadar.”gwenchana, gomawo” kamu masih terlihat sangat gugup.

Dalam hatimu, kamu merasa senang sekali. Kalau begini, kamu akan rajin membantu ibumu. Kamu merasa bahwa kamu orang yang paling beruntung di dunia ini. Bagaimana mungkin, biasmu di exo akan menginap di rumahmu selama 2 minggu!

Dalam hatimu, kamu memikirkan apa yang terjadi selanjutnya.

 

^^^^^^^^^^^^^^^^

 

Hehehehee, selesai chingudeul chapter 1 nya. Maaf kalau nggak sesuai selera.

Terima kasih sudah mau membaca, tinggalkan comment ya? ^_^


(OneShoot) Rainbow Of Love

$
0
0

Cover ff Rainbow of love_副本123

 

Tittle : Rainbow Of Love
Author : Hayati (Hayati Yeoja ExoticShawol   /@noya_siinoor)
Genre : Romance and School Life
Type : oneshoot
Main Cast : Do Kyung Soo a.k.a Kyung Soo
Choi Eun Hae a.k.a Eun Hae
Other Cast : Kim Jong Dae a.k.a Jong Dae
Byun Baekhyun a.k.a Baekhyun

 

 

Rainbow of Love

 

 

Author PoV
Unik dan menarik, satu hal yang membuat penasaran adalah sosoknya yang berbeda dari wanita seusianya kebanyakkan. Tipe gadis yang periang dan murah senyum itu memiliki karisma dan inner beauty nya terpancar.. Tak ada yang memungkiri kenyataan itu karena ini bukan pendapat Kyung Soo saja melainkan pendapat para sahabatnya juga. Dan menurutnya, Eun Hae tipe gadis yang cerdas serta memiliki multi talenta.
“Namaku Kyung Soo”. Pernah terlintas dalam benaknya akan berkenalan dengannya sambil mengulurkan tangan menyebut namanya. Namun tak pernah tercapai, mungkin karena banyak faktor lain.
Kyung Soo PoV
Sama sekali aku tak pernah berbicara dengannya, apakah dia sombong? Sama sekali tidak. Tapi… jangan sampai juga dia menyangka aku yang sombong, jangan. Itu sangat tidak adil. Inilah sifatku yang sedikit terkesan kurang peduli, tapi bagaiumanapun juga jangan salah mengartikan semuanya. Aku pernah baca sebuah buku, orang yang memiliki sifat seperti itu biasanya tipikal orang yang ingin setia. Sama adanya sepertiku.
Karena aku punya prinsip sendiri. Satu prinsip yang berbeda, aku tidak akan menukar harga diri lekakiku dengan label “norak” yang terkesan berlebihan didepan mereka. Aku tidak akan menukar wibawaku. Jadi menurut mereka aku terkesan judes dimata para gadis. Itu lah gambaran mereka tentang diriku. Tetapi saat melihat Eun Hae,sulit bagiku untuk tidak tersenyum padanya walaupun sedikit.sampai akhirnya aku tak dapat memungkiri persaanku sendiri, Eun Hae selalu ada dalam benakku setiap waktu. Atau mungkin karena aku terlalu mengaguminya.
Author PoV
Kyung Soo berusaha menepis semua keindahan tentang Eun Hae. Berusaha bagaimana melupakan Eun Hae mungkin mnejadi ujian terberat yang pernah ia alami. Untuk mengalihkan semua pikirannya, Kyung Soo mencoba resep makanan baru. Menghilangkan Eun Hae dari benaknya lewat memasak.
“Eun Hae… lagi lagi Eun Hae, kenapa selalu dia?” Kata Kyung Soo yang menghela napas panjang sesat kemudian melanjutkan memasaknya.
Hari mulai berganti minggu dan bulan. Meski berat Kyung Soo tak pernah memikirkan lagi tentang Eun Hae. Seorang penari latar yang cantik membbuat aku tak bisa berkonsentrasi. Semakin Kyung Soo memikirkannya maka ia semakin dirundung penderitaan yang panjang.

Tak ada pilihan lain.. selain melupakan Eun Hae. Banyak yang mencari perhatiannya, dan para teman-teman Kyung Soo sering memanggilnya “Gadis Idaman” atau “Dewi fortuna”. Biarlah mereka berargumen sendiri. Tidak ada yang salah, jika semua siswa di SMA Gamseong mengganggap kalau Eun Hae itu bagaikan mutiara yang terpendam diantara ribuan kerikil yang berserakan disana.

Anak jurusan vokal berkumpul di aula, Kyung Soo,Jong Dae dan Baekhyun duduk bersebelahan samabil memahami materi improvisasi nada yang benar. Mereka bertiga sekarang berdiri di depan dinding kaca samping pintu masuk. Tak berapa lama kemudian sekelompok anak-anak kelas 2 Bahasa melintas, tentu saja disana ada Eun Hae dan keempat teman gang cantiknya Soo Hyun, Jae In, Hyo Ji, Ah Ri berjalan untuk mengambil beberapa peralatan yang akan dijadikan alat untuk pementasan drama.
“Kyung Soo, lihat. Mereka cantik-cantik ya!” Bisik Baekhyun.
“Apalagi Eun Hae” sahut pelan Jong Dae pada Kyung Soo.
“Lumayan”. Ucap Kyung Soo.
“Apa? Lumayan kamu bilang?” Tanya Baekhyun yang terkejut, hingga ia setengah berteriak..
Seisi ruangan aula menoleh kearah Baekhyun dan sekelompok anak kelas 2 Bahasa itu pun juga ikut tertuju pada mereka bertiga.
“Apa kamu minus Kyung Soo?” Tanya kembali Jong Dae dengan nada yang pelan sambil mennggaruk kepala karena malu akibat suara Baekhyun tadi.
“Santai saja, tidak usah seperti itu. Malu tidak, makanya kalau di aula jangan berisik!” Tukas Kyung Soo pada Baekhyun dan Jong Dae.
Baekhyun hanya diam tak berkutik. Gang cantik itu senyum-senyum pada mereka bertiga.

Kyung Soo PoV
Eun Hae?Aku membenarkan penilaian Baekhyun dan Jong Dae tentang sosok gadis cantik yang saat ini dengan mata kepalaku sendiri berada dihadapanku. Gawat! Semua yang telah aku lakukan bisa-bisa gagal untuk melupakan Eun Hae.

Author PoV
“Gawat!” Ucap Kyung Soo.
“Apanya yang gawat, Kyung Soo!” Tanya Baekhyun dengan ekspresi bingung.
“Apa kau…” Sahut Jong Dae yang langsung dipotong Kyung Soo.
“Tii.. Tidaak… Maksudku gawat.. gawat kalau kitatidak paham materi ini”. Jawab Kyung Soo yang sedikit panik mencari alasan untuk menutupi perasaannya.
“Ah! Begitu.” Kata Baekhyun.
“Aku tak percaya.” Ucap Jong Dae yang merasa aneh dengan sikap Kyung Soo saat itu.

Skip >>>

Keesokkan harinya di kelas…

“Kemana aja sih kalian bertiga? Di cariin dari tadi juga”. Tanya Jong In pada Baekhyun, Jong Dae dan Kyung Soo.
“Memangnya kenapa?” Tanya Kyung Soo kembali.
“Aku barusan dapat undangan dari panitia Festival nanti.” Jawab Jong In.
“Untuk apa?” Tanya Kyung Soo.
“Tak biasanya mereka mengundang kita di acara itu.” Sahut Baekhyun yang bingung.
“Mana aku tahu, baca saja sendiri”. Jawab Jong In.
“Oh! Terima kasih ya”. Ucap Kyung Soo pada Jong In.
Setelah Jong In menjauh dari mereka bertiga barulah Kyung Soo membuka surat itu.
Panitia Festival mengundang dalam rapat bersama untuk membicarakan agenda hiburan. Dalam memeriahkan Festival, kami mengundang kalian bertiga untuk tampil di acara itu tanggal 18 September 2013. Kalau kalian bertiga bersedia, hubungi personalia kami.
“Bagaimana menurut kalian?”
“Sebaiknnya…”
“Sebaiknya kita ambil saja tawaran ini.”
“Iya, hitung-hitung menambah pengalaman kita nanti.”
“Baiklah… Kalau begitu akan aku hubungi badan personalia mereka”. Ucap Kyung Soo yang bergegas menelepon.
Setelah Kyung Soo menelepon badan personalia tersebut. Mereka bertiga kembali kekelas. Dan saat yang bersamaan loceng bertanda istirahat telah selesai pun terdengar.
TEETTT….TEEETTTTT……

Auhtor PoV

Dalam perjalanan menuju kelas Kyung Soo, Baekhyun dan Jong Dae di panggil keruang guru oleh guru vokal yang mengajari mereka.

“Hyung..” Teriak Sehun anak kelas satu memanggil mereka bertiga.

Mereka bertiga berbalik dan menatap Sehun dengan amat dalam.

“Ada apa?” Tanya Jong Dae.

“Aku hanya disuruh menyampaikan kalau kalian dipanggil oleh Dong Guk Sesangnim di ruangannya”. Jawab Sehun yang terburu-buru.

“Baiklah!” Jawab Kyung Soo.

Sehun lekas pergi menjauhi mereka. Antara kesal dan bingung itulah yang dirasakan mereka, antara menemui Dong Guk Sesangnim atau pergi ke kelas.

“Ayo, kita ke kelas!” Ajak Kyung Soo.

“Sebaiknya kita menemui Dong Guk Sesangnim”. Jawab Baekhyun dengan nada setengah tinggi.

“Aahh! Kalian ini bertengkar lagi. Zaman modern begini masih bingung”. Kata Jong Dae dengan santai.

“Maksud kau?” Sahut Kyung Soo dan Baekhyun secara bersamaan.

“Hmm… Apa kalian tidak punya ponsel? Tunggu sebentar aku mau kirim pesan dulu pada Hye Ri”.

Baekhyun dan Kyung Soo merasa malu dengan sikap mereka berdua yang seperti kekanakan. Ditambah dengan sikap bodoh meraka yang seperti manusia purba yang tinggal di pedalaman. Seakan-akan pekerjaan yang berat itu selalu di anggap berat, padahal zaman semakin maju dengan gadget- gedget yang dilengkapi dengan fitur-fitur canggih.

”Sudah, kita bisa langsung ke ruangan Dong Guk Sesangnim.” Ucap Jong Dae yang dengan sigap menarik kedua tangan Kyung Soo dan Baekhyun.

Skip >>>

 

Didepan ruang Dong Guk Sesangnim.

Tok.. Tok.. Tok…

“Permisi sesangnim”. Kata Baekhyun.

“Silahkan masuk.” Sahut Dong Guk Sesangnim.
“Ada apa sesangnim mencari kami bertiga?” Tanya Kyung Soo penasaran.

“Aku sudah mendengar tentang kalian diundang dalam acara festival nanti.” Kata Dong Guk sesangnim seperti seorang polisi yang mengintrogasi penjahat.

“….” Kyung Soo, Jong Dae, dan Baekhyun diam terkejut.

“Tampilkan yang terbaik nanti.” Ujar Dong Guk sesangnim kembali.

“Tentu saja sesangnim”. Sahut Baekhyun.
“Kami akan berusaha semaksimal mungkin”. Kata Jong Dae.

“Kami tidak akan menyi-nyiakan kesempatan ini”. Kata Kyung Soo.

“Kalau begitu, apa kami bisa kembali ke kelas?” Tanya Jong Dae.

“Ah! Tentu saja. Kalian bisa kembali sekarang”. Sahut Dong Guk Sesangnim dengan sedikit senyuman menghiasi bibirnya.

“Kami permisi sesangnim”. Saht mereka bertiga sambil membungkukkan badannya.

Dengan perasaan yang jauh lebih damai dari sebelumnya mereka bertiga keluar dari ruangan Dong Guk Sesangnim.

“Senang rasanya untuk hari ini”. Ucap Baekhyun dengan gembira.

“Yah, semua seakan memberi kejutan pada kita hari ini”. Ujar Jong Dae dengan santai.

“Yang terpenting sekarang, kita harus benar-benar fokus dalam mempersiapkan vokal untuk acara ini”. Kata Kyung Soo dengan tegas.

“Sekarang ayo kita pergi ke kelas”. Ajak Baekhyun.

Mereka bertiga pergi menuju kelas dengan raut wajah berseri-seri. Mungkin matahari kalah saat itu.

Skip >>>

 

Mata pelajaran berganti, dan Dong Guk sesangnim yang masuk….

Hi, Class… Hm.. Apa kalian sudah mendengar berita?” Kata Dong Guk sesangnim.

“Berita apa?” tanya salah satu siswa.

“Kyung Soo, Baekhyun dan juga Jong Dae diundang dalam acara Festival minggu depan”.

“Izin bicara” Ji Hoo menyela “Kenapa Cuma mereka?” lanjutnya.

“Terima kasih untuk pertanyaannya. Untuk memperjelas lagi, mereka bertiga diundang sebagai bintang tamu Festival.”. Jawab Dong Guk sesangnim.

“Apa tidak ada pendaftaran untuk mengikuti festival itu?” Sahut Dae Hyun.

“Joon Myeon?” Ujar ong Guk sesangnim menunjuk Joon Myeon.

“Saya selaku anggota panitia festival mewakili panitia ingin mengatakan kalau pendaftaran terakhir jum’at ini. Dan kami telah menyebarkan brosur tentang ini, jadi yang tidak mengetahuinya bisa baca di mading sekolah.”

“Joon Myon, apa kamu ikut sebagai pengisi acara?”

“Kalau aku ikut atau tidaknya, ada pengaruhnya buat kalian?” Ucap Joon Myeon mencairkan suasana, akhirnya seisi kelas tertawa ringan. Lalu joon Myeon menjawabnya kembali “Sepertinya tidak, aku takut sewaktu acara berlangsung nanti akan terjadi bentrok waktu.”

“Bagus-bagus!” Sahut anak-anak nyaris bersamaan.

Bel pertanda pualng sekolah telah bergumam dengan keras memenuhi seantera sekolah. Waktu seakan cepat berjalan, pembelajaran menjadi nyaman dan tanpa berasa dilalui. Namun, bagi Baekhyun dan Jong Dae hari ini belum berakhir, mereka berdua harus mengikuti acara rapat untuk festival nanti.

“Sebaiknya kita menuju ruang rapat.”

“Semoga saja kita tidak terlambat”.

“Tapi jam berapa sekarang?” Ucap Jong Dae yang melirik pada jam tangan di sebelah tangan kanannya.

“Ya sudahlah, ini rapat penting. Jangan banyak protes!”

“Kyung Soo saja tidak ikut. Jadi kau saja ya.. yang mewakili kita bertiga.”

“Dia sedang tidak sehat, sedangkan kau… Ayo!” Kata Baekhyun yang merangkul pundak Jong Dae dan menariknya ke ruang rapat.

Rapat dimulai, semua ketua seksi memberikan nama-nama peserta yang mendaftar dan juga nama-nama yang diundang untuk memeriahkan acara festival nanti yang akan dikirim dan semua sudah siap. Rapat ditutup kemudian agenda selanjutnya penetapan para peserta yang jadwal latihannya telah diatur.

Skip >>>

Keesokkan harinya…

Cahaya sang mentari bergitu indah, memantulkan sinarnya pada sebuah kaca yang diam. Baekhyun dan Joon Myeon berada diantara Eun Hae dan keempat teman gang-nya didepan mading. Pengumuman perihal acara festival telah diterpampang disana. Kyung Soo yang melihat ddari jauh tak tahu apa yang mereka diskusikan, tampak serius mereka berbincang. Namun saat diperhatikan baik-baik seperti ada ekspresi penolakkan dari Eun Hae, beberapa kali gadis itu menggelengkan kepalanya. Sementara Baekhyun bersama Joon Myeon masih berbicara serius bahkan tampak seperti memohon. Dan apa yang mereka bicarakan saat itu yang ada dalam benak Kyung Soo.

Aku dan Jong Dae pergi berjalan terlebih dahulu menuju ruang vokal.

“Kyung Soo, apa kau sudah memilih lagu-lagu yang aku rekomendasikan  malam tadi?”

“Sudah! Ini print out lirik lagu yang akan kita nyanyikan nanti.”

Baekhyun tergopoh-gopoh berlari dan dengan panik dan berkata “Kyung Soo mana Kyung Soo?”

“Ada apa Baekhyun? Masuklah dahulu!” Jawab Kyung Soo dengan wajah datar.

“Gawat! Gawat banget!” Ucap Baekhyun sambil mendekati Kyung Soo.

“Maksudmu?” Tanya Jong Dae penasaran.

“Huh..huh… Eun Hae dan siswi kelas bahasa bersedia ikut pementasan drama nanti”. Kata Baekhyun berbisik diantara Kyung Soo dan Jong Dae, ia khawatir kalau Eun Hae dan yang lain mendengarnya.

Kyung Soo PoV

Aku tersenyum.. Ini bukan barita buruk namanya, justru sebaliknya. Ini adalah berita yang spesial bagi Baekhyun. Hm.. aku baru sadar kenapa dia mau membantu joon Myeon membujuk mereka ikut pementasan drama di depan mading tadi. Lihat saja ekspresi wajahnya seperti anak kecil yang baru mendapatkan mainan baru. Senang sekali. Aku memakluminya, karena Baekhyun sangat mencintai Jae In, teman Eun Hae satu gang.

 

Author PoV

Hari “H” semua persiapan menjelang acara sudah sembilan puluh persen. Kyung Soo, Baekhyun dan Jong Dae telah mempersiapkan penampilan mereka ini sebulan yang lalu sebelum mendapat undangan acara ini. Karena memang hanya tinggal pemantapan dan menyesuaikan panggung, waktu tiga hari cukup bagi mereka bertiga menguasai panggung. Sedangkan teman-teman yang lain juga semua sudah siap.

Untuk pementasan drama. Eun Hae dan teman-temannya yang berperan penting dan juga termasuk Kyung Soo dan Baekhyun yang mengisi back song dalam pementasn nanti. Dari kemarin sore sampai tadi malam glady resik sangat mengesankan.

“Bagus. Hanya persiapan mental yang sepuluh persen sisanya”. Begitulah kata Hye Mi sesangnim, guru kesenian yang membidangi kesuksesan pementasan drama. Beliau juga sekaligus mentor Kyung Soo dalam bidang seni lukis. Dan kekurangan yang perlu diperhatikan untuk lukisan Kyung Soo adalah pemberian efek vigneting pada sisi-sisinya untuk memberikan kesan lebih menarik dari perpaduan warna.

Tak tanggung-tanggung pembukaan festival malam hari ini di halaman sekolah, dihadiri oleh ketua yayasan dan istrinya dan segenap jajarannya, Luar biasa ramai, sebagian panitia sibuk mengatur parkir, umbul-umbul dan lampu sorot memeriahkan acara tersebut. Acara ini memang selalu jadi event yang paling bergengsi dalam menonjolkan bakat masing-masing. Setelah pembukaan usai langsung penampilan Kyung Soo, Baekhyun, dan Jong Dae, dan setelah itu para siswa lainnya..

Kyung Soo PoV

Huff rasanya panas dingin akan disaksikan ribuan tamu. Mereka bersorak sorai dari penampilan demi penampilan tersebut. Penampilan kesatu, dan kedua telah usai. Makin kencang berdebar jantung ini. Sabar-sabar. Santai! Semua akan baik-baik saja aku membesarkan hati. MC menyuarakan di depan stage hiburan.

 

Author PoV

“Baik hadirin yang kami hormati acara semakin seru tampaknya maka tiba saatnya penampilan 3Boys Flower, berikan tepuk tangan yang meriah!!!”

Ok giliran kami yang adu kebolehan.

Kyung Soo PoV
Gebrakan awal adalah saat mereka memasuki panggung.. Benar kataku semua penonton tepuk tangan dan ada yang menjerit histeris, dengan wajah yang seolah membunuh itu kami mampu menghipnotis penonton. tanpa membuang kesempatan satu persatu kami keluarkan suara dan kemampuan kami dalam menyani. Suara penonton hiruk pikuk gagap gempita tak kami hiraukan yang kami fokuskan adalah memberi yang terbaik dalam kesempatan itu. Sempat sekilas aku melihat Eun Hae dengan gaun jingga yang amat menawan berteriak “Ayooo… Kyung Soo!” bagiku teriakkan Eun Hae merupakan suplay energi luar biasa dan senyumnya menerangi hatiku melebihi lampu sorot. Aku makin semangat.

Auhtor PoV

Penoton semakin riuh, setelah Kyung Soo, Baekhyun, dan Jong Dae menunjukan secara maksimal suara dan penampilan, semakin bergaya diri Kyung Soo ada Eun Hae disana.

Mereka berhasil malam ini. Kyung Soo terkecoh senyum Eun Hae, hingga Baekhyun mendorong Kyung Soo, ia terpental menahan sakit. Nafasku sesak sekali ”Awas Kyung Soo!!” suara Eun Hae jelas. Di dekat ku ada sebuah sorot lampu maut yang tergeletak disampingku. Rasa cinta ini menghilangkan semua rasa sakit daridorongan Baekhyun tadi.

Kali ini merupakan penampilan yang spektakuler, Kyung Soo, Baekhyun dan Jong Dae pemenangnya. Salam penghormatan mengakhiri penampilan mereka dengan Standing Uplous segenap para undangan dan para penonton yang tak henti-henti. Kyung Soo senang bukan buatan. Ekspresi diri yang dahsyat!
Saat turun dari panggung, Kyung Soo membuka ponsel ada pesan masuk nomor baru.
“Keren penampilanmu malam ini” dalam pesan tersebut.

Skip >>>

Di dalam kamar sebelum tidur..

Setiap hari akan ada kompetisi selama seminggu. Sementara Kyung Soo harus  memaksimalkan untuk penampilannya besok, melukis. Cat dan kain kanvasnya kupilihkan yang terbaik sengaja pesan dari luar Seoul. Kontras lukisan dan warna gelap terangnya harus diseimbangkan. Vigneting harus pas sesuai arahan dari Hye Mi sesangnim kemarin.

Skip >>>

Keesokkan harinya…

Kyung Soo PoV

Hari ini aku melukis harus maksimal, waktu lima jam kupergunakan dengan baik dari jam delapan pagi sudah mulai sampai jam satu siang. Banyak penonton yang juga hadir disini, teman-teman, dan semua yang telah memberi support tak henti-hentinya. Akhirnya selesai juga. Dan syukurnya semua berjalan lancar.

Author PoV

 
“Kyung Soo…” Panggil Baekhyun.

“Hai, bagaimana hari ini?”

“Berjalan lancar. Kalian dari mana?”

“Aku Cuma mau kasih tahu. Nanti malam Eun Hae akan tampil lagi, aku sporter yang paling berpengaruh untuk kesuksesan Eun Hae” Ucap Baekhyun membanggakan diri sendiri.

“Hmm.. Mulai narsis lagi kan, memang siapa kamu?”

“Terakhir aku tahu itu nomor Eun Hae tadi sore, dia sms lagi “Aku harap kamu datang Kyung Soo”. Papar Kyung Soo pada kedua temannya.

Kyung Soo PoV
Siapa sangka nomor telepon yang dulu aku idamkan, malah kali ini tanpa aku yang memintanya ia telah menyapaku terlebih dahulu, bahkan setelah penampilan malam itu Eun Hae selalu mengirim pesan singkat. Ada saja alasan dia untuk bisa ber-sms-ria denganku. Ah, kacau misiku benar-benar gagal. Tapi jujur aku senang. Malam ini penampilan Eun Hae, aku yakin Eun Hae akan menunjukkan talenta besarnya dalam olah pentas seni drama

Author PoV.

Baekhyun yakin Jae In begitu elok malam ini. Dan saatnya dia membalas rasa malu yang tempo hari membuat Baekhyun ingin katakan sejujur-jujurnya perihal perasaannya itu. Sementara Jong Dae, wanita idamannya adalah Soo Hyun, dia yakin Soo Hyun-lah orang yang tepat. Dan rencananya sama dengan rencana Baekhyun. Rasa cinta itu akan ia utarakan malam ini juga.

Sementara Kyung Soo? Begitulah terkadang sikap cowok, susah-susah gampang untuk ditebak. Dan tidak semua pria bisa mengutarakan perasaannya, buktinya Kyung Soo harus memikirkan matang akan hal ini. Dan ia tak tahu apakah ia termasuk kualifikasi di antara sekian banyak tipe pria yang menjadi idaman Eun Hae. Meski hampir 2 tahun Kyung Soo menyukai Eun Hae dan terkadang muncul tenggelam dalam hatinya, tapi jujur Eun Hae adalah cinta pertamanya yang masih gelap.
“kenapa tidak dia balas? Pokoknya kamu harus datang. Titik!” Upps.. sms Eun Hae yang tadi juga belum Kyung Soo balas.

Lima menit kemudian.
“Aku tak janji datang, Eun Hae” Jawab Kyung Soo

Skip >>>

Malam penutupan festival

Kyung Soo PoV

 Cover ff Rainbow of love_副本123

Kugunakan lagi baju terbaikku pada malam penutupan ini, tak cukup tiga puluh menit di depan kaca, menghabiskan waktu tujuh menit untuk menyisir rambut.. Rambut adalah mahkota terpenting bagi para pria, jadi tidak boleh asal-asalan. Wajahku? Ah, ok lah.

 Cover ff Rainbow of love_副本123

Author PoV

Kali ini malam penutupan yang menentukan, Eun Hae dan temannya menjadi pembuka malam itu, baginya serasa ada yang hilang, tapi apa?

“Oh ya Eun Hae…. aku tak melihatnya dimana dia sekarang?”. Tanya Baekhyun.

“Jangan-Jangan-jangan Eun Hae menipuku supaya aku datang tapi ia tidur dCover ff Rainbow of love_副本123i rumah. Apa dia tiba-tiba sakit, atau mungkin dia lupa dialognya. Ah amat sangat mustahil, dia sudah profesional dalam urusan itu. Tapi kemana dia?”Ucap Kyung Soo. Sesaat kemudian ponselnya berbunyi sms dari Eun Hae.
“Dari tadi kamu mencari siapa?” Tanya Eun Hae.
“Maksudmu?” Kyung Soo pura-pura tak paham
“Ah! mengaku sajalah, terus kenapa kamu celingak-celinguk begitu? Hihi”. Kata Eun Hae sedikit mencairkan suasana.
Kyung Soo jadi malu, rupanya sejak tadi Eun Hae memperhatikannya, tapi dimana dia? Di kursi depan sana sekumpulan penari dan pemain drama lainnya, Kyung Soo tak dapat mengenali wajah mereka satCover ff Rainbow of love_副本123u persatu.
“Memangnya Eun Hae dimana?” Tanya Baekhyun.

“Apa warna kostum yang dia di pakai?” Tanya Jong Dae penasaran.
“Hmm.. Kalian ini mau tau aja apa mau tahu banget? Lihat saja nanti pas dia tampil, ok?”
“ok. Lah kalau begitu”.

 “Perasaanku mulai nervous lagi.” Bisik Jong Dae.

“Jangan terlalu tegang”. Jawab Baekhyun.

“…” Kyung Soo hanya diam.Cover ff Rainbow of love_副本123

Kyung Soo, Baekhyun dan Jong Dae duduk bersebelahan di belakang pemain drama dan penari. Pembawa acara memanggil peserta nomor urut tampil satu, itu artinya Eun Hae maju terlebih dahulu. Mengurangi rasa penasaran pandangan kami tak lepas dari segerombolan orang yang duduk di depan diantara para penari tersebut. Eun Hae dan temannya berdiri untuk maju. Wow.. Kyung Soo berdecak dalam hati, “aku hampir tak mengenalinya, Eun Hae menggunakanCover ff Rainbow of love_副本123 kostum biru bermotif bunga-bunga halus mengkilat, sulaman benang berwarna silver kemerlapan semakin menantang cahaya lampu sorot, diselipkan rangkaian bunga mawar terbuat dari kain kuning di atas songket berwarna emas hingga menyerupai putri-putri kerajaan”.

Bahkan Kyung Soo masih tak percaya kalau dia adalah Eun Hae, semacam putri raja yang jarang keluar istana apalagi berjemur panas. Cantik sekali dia malam ini Kyung Soo rasa Cinderella dari negeri dongenCover ff Rainbow of love_副本123g pun akan minder berada di dekatnya.

Agena demi adegan itu mereka peragakan tanpa sedikitpun rasa canggung dan dia sangat yakin dengan penampilannya.Mereka menampilkan sebuah drama  90’an dengan gaya modern , biasanya ditampilkan dengan alat musik tradisional gayageum, kali ini musik pengiringnya orgen dan rytem.

 Cover ff Rainbow of love_副本123

Para undangan dan pengunjung sangat menikmati keindahan seni draCover ff Rainbow of love_副本123ma yang dilahirkan tahun 90’an yang mengurat nadi ini hampir tak tersentuh lagi oleh generasi sekarang. Pesan moral dari setiap adengan adalah sebuah ajaran makna keluhuran seseorang yang melekat erat dengan kehidupan. Tepuk tangan penonton mengakhiri penampilan Eun Hae dan yang lainnya.

Usai penampilan Eun Hae dan Kyung Soo pergi ke ruang pameran lukisan, Eun Hae ingin melihat karya Kyung Soo.

“Bagus! Ternyata kamu orang yang serba bisa yah” puji Eun Hae.

“…” Kyung Soo hanya tersenyum.Cover ff Rainbow of love_副本123

Kyung Soo dan Eun Hae jalan berdua mengelilingi berbagai pameran dan juga bazar buku di festival itu. Kemudian mereka minum jus alpukat bahkan mereka tak memperdulikan kostum yang masih dipakaniy. Eun Hae bertanya benyak hal terutama penampilannya tadi, Kyung Soo hanya katakan semuanya bagus. Eun Hae tersenyum semakin cantik. Detak jantung Kyung Soo berdegup kencang nyaris tak dapat bicara, bingung seperti orang buta memegang gajah, lidahnya kelu dan berat. Di depan Eun Hae, Kyung Soo adalah rakyat jelata yang menghadap putri istana.
“Eun Hae” Kata Kyung Soo yang mencoba serius.
“Ya?”
“Hm..” Kyung Soo deg-degan “Dalam hidup ini apa yang tak kamu harapkan hilang darimu?” Lanjutnya setelah berfikir sejenak.
“Pelangi” Jawab Eun Hae.Cover ff Rainbow of love_副本123
“Alasannya?” Kata Kyung Soo.
“Karena pelangi adalah sebuah ungkapan agung sang pencipta, dimana ia baru muncul setelah hujan terkadang badai, dan disambut dengan sinar matahari maka akan memantulkan cahaya, pelangi merupakan fenomena optik dan meteorologi yang menghasilkan spektrum cahaya. Issac Newton adalah orang pertama yang menyelidiki hal ini, aku menyukainya karena pelangi memilki falsafah yang amat dalam bagiku”
Kyung Soo mendengarkan secara seksama menjelajahi cakrawala kecerdasan Eun Hae tentang pelajaran eksak, padahal ia sastra tidak belajar tentang IPA. Sementara dari jauh MC terus memanggil para peserta yang belum tampil satu persatu. Mereka berdua terbuai oleh suasana yang langka ini, bisa berbicara seperti itu dengan Eun Hae adalah hal yang penting bagi Kyung Soo. Tak penting bagi mereka berdua tentang penampilan mereka sebelumnya. Dunia serasa milik mereka berdua yang lain cuma mengungsi..
“Dalam hidup ini suka dan duka seumpama sepasang kekasih yang tak pernah mungkin terpisahkan, pelangi juga memberikan warna keindahan pada dunia. Aku ingin menjadi pelangi yang memberikan keinCover ff Rainbow of love_副本123dahan dalam kehidupan sekitar, tidak untuk diri sendiri saja tapi untuk banyak manusia. Dan aku yakin semua manusia pasti menyukai pelangi”. LCover ff Rainbow of love_副本123anjut Eun Hae.

Kyng Soo hanya mengangguk. Apapun yang diungkapkan Eun Hae benar adanya. Memang begitulah kehidupan yang terkadang suka dan duka akrab menghampiri kita.
“Kalau kamu Kyung Soo, apa yang tak ingin hilang dalam kehidupanmu?”
“Cinta” kata Kyung Soo simpel. Tampak Eun Hae bertanya-tanya dengan alasan yang akan Kyung Soo berikan nanti.
“Ya, cinta” kata Kyung Soo lagi.
“Bisa beri alasan kenapa cinta?”
“Cintaku padamu, Eun Hae. Dan pandangan matamu sudah menjelaskan semua itu!”
“…” Eun Hae nyaris tak dapat bicara, air mukanya cerah malu.
“Menurutmu kalau aku cinta padamu apakah itu sebuah kesalahan?” Tanya Kyung Soo dengan ragu-ragu.
Eun Hae menggeleng sambil membenarkan posisi duduknya yang sedikit salah tingkah.
“Eun Hae, aku mencintaimu”
Tak berapa lama setelah pengakuan cinta Kyung Soo terlontarkan, Eun Cover ff Rainbow of love_副本123Hae mengangguk pelan sambil tersenyum simpul, senyum termanis yang pernah Kyung Soo saksikan.
“Aku juga mencintaimu Do Kyung Soo”.

                                                                                                    Cover ff Rainbow of love_副本123        -END-


[FREELANCE] Salt & Wound (Chapter 3)

$
0
0

Salt%20And%20Wound%203-Poster%201-Home%20EditionTitle : Salt And Wound

Author : NadyKJI

Genre : Romance, Rearrange Married, Hurt/Comfort, School Life

Length : Chaptered

Rating : PG

Main cast:

  • Kim Jong In – Kai
  • Eun Syu Rie (OC)
  • Soon

Other : Jung Eun Chae (OC), Chen, Sehun, D.O, Chanyeol, Luhan (will be added)

Disclaimer : FF ini murni ide-ide khayalan author yang kelewat tinggi, dilarang meniru dengan segala cara apapun, jika tidak ff ini tidak akan dilanjutkan lagi. Terima Kasih.

Author’s Note :

Hai-hai! Ehehe sudah Chapter 3 jugaaaaa…

Yak setelah lama…

JENG JENG!!! Hahahahah!

Author mempersembahkan chapter 3 dari Salt and Wound ini. Mihihi, ini sok resmi sekali ya? Ya sudahlah…

Author pamit dulu ya, kehabisan kata-kata >_< #deep bow (?)

Sampai bertemu di chapter berikutnya!

HAPPY READING~

Comment, kritik, dan saran diterima sebagai tempat koreksi untuk author ^^

___

-:Syu Rie:-

Aku terbaring lemas di ranjang – sepertinya demam. Hari ini hari Kamis. Aku memutuskan untuk tidak bersekolah secara keadaanku yang tidak mendukung. Kulirik jam, menunjukkan pukul tiga sore hari. Sekitar sejam yang lalu kudengar suara pintu di buka dan menutup – kupastikan itu Kai yang baru pulang.

Ting… Tong…

Aku tetap terbaring.

Ting… Tong…

Ish, aku bangun dengan malasnya. Sedikit pening, aku terdiam sejenak. Kenapa tidak namja menyebalkan itu saja yang membukakan pintu?! Aku turun dengan hanya mengenakan kaos krem dan celana pendek.

Cklek,

Aku membuka pintu rumah, di baliknya ada 5 orang namja – sepertinya teman Kai.

“Hah?!” Seorang yang tertinggi dan terdepan, sedikit kaget.

“Ini rumah Kai?” ia bertanya.

“Ne.”

“Kau siapa?” Seorang yang bermata bulat besar bertanya.

“Bukan siapa-siapa. Tunggu kupanggilkan Kai, kalian masuk saja.”

Aku buru-buru berjalan ke atas, bagaimana ini?! Masa aku harus berkata kalau aku ini istrinya! Harusnya aku tidak membukakan pintu, tunggu saja namja menyebalkan itu yang turun. Seperti yang sudah sudah, penyesalan hanyalah penyesalan.

Aku berhenti di depan pintu itu. Menghela nafasku, kenangan terakhir ke kamar ini tidaklah baik.

Tok.. Tok..

Kuketuk pintu tersebut, tidak ada jawaban.

Tok.. Tok..

“Kai, ada temanmu yang datang!” aku sedikit berteriak.

Cklek.

Namja itu muncul di hadapanku, memakai kaos biru tua.

“Siapa?”

“Molla. Mereka berlima. Mereka menanyakan kalau ini rumahmu atau bukan, kukira temanmu.”

“Eoh…”

Ia langsung keluar,

“Tapi siapa yang memberitahu alamat ini?”

Namja itu berguman meninggalkanku.

-:Kai:-

Aku bergegas turun, pikiranku masih berpikir. Bukankah aku menyuruh mereka tidak ke rumahku untuk sementara. Tapi mengapa sekarang mereka tahu alamatku yang ini?!

“Kai!”

Chanyeol yang pertama melihat kedatanganku memanggil, membuat yang lainnya ikut mendongak dengan wajah meminta penjelasan. Aku hanya tersenyum hambar menghampiri mereka.

“Ada apa sebenarnya?” Luhan yang pertama bicara.

“Siapa gadis itu?” D.O yang bertanya.

Aku meremas tanganku, aku lupa Syu Rie yang membukakan pintu.

Semuanya masih menunggu penjelasanku.

“Dia.. istriku.” Aku menjawab masam.

“Bagaimana bisa?” Chanyeol meminta penjelasanku.

“Tunggu…,” Sehun menyela, “Apakah ini ada hubungannya dengan aku dan Chen yang kau suruh membawa mobilmu ke ‘pesta pernikahan rekan kerja ayahmu’?” ia membentuk tanda kutip di udara.

“Yeah..”

Kali ini aku tidak bisa berbohong lagi.

Aku buru-buru bicara sebelum ada mulut yang bertanya lagi.

“Lihat, ini bukan kemauanku, abeoji yang menentukannya. Sekarang aku yang bertanya… Dari mana kalian mendapat alamat ini?”

“Dari eommamu. Kami tadi ke rumahmu. Kami melihatmu uring-uringan belakangan ini. Lagipula kau tidak memberikan alasan yang pasti.”

Aku hanya menganggukan kepalaku medengar penjelasan Chen.

“Ehm, kau tidak mengenalkan kami pada istrimu hah?” Chanyeol memecah keheningan.

“Tidak penting.”

“Namanya Syu Rie. Ia berada di kelasku dan Kai. Murid baru.” Sehun tiba-tiba memberi penjelasan.

Aku memutar bola mataku.

“Jadi, tidak ada alasan lagi kan kalau kami ingin berkumpul di rumahmu?” D.O mengangkat alisnya.

“Eoh.”

Kalah telak aku dengan kelima temanku ini.

-:Author PoV:-

‘Apa yang kau beli?’

‘Aku tidak makan…’

‘Pelajaran tadi membosankan ya?’

‘Woah, sudah mengantri lagi.’

Suasana kantin sangat gaduh, telinga Syu Rie yang mendengarnya berdenging. Gadis itu berjalan sendiri mencari meja yang kosong. Di tangannya hanya ada sebotol soda, ia tidak nafsu makan. Demamnya belum sembuh – tapi ia sekolah karena tadi pagi ia sudah merasa baikan.

“SYU RIE!”

Ia menoleh ke arah suara tersebut – bukan suara Eun Chae. Suara beberapa namja bersamaan memanggilnya. Akhirnya ia mendapati mereka, duduk di meja ujung kantin. Kai dan teman-temannya yang kemarin. Syu Rie sudah yakin akan berjalan lagi, namun seorang namja menahannya. Menarik tangannya ke arah meja tersebut. Tangan namja itu masih memegang nampan makanan – sepertinya ia baru saja selesai membeli makanan. Karena masih lemas dan sedikit pusing Syu Rie hanya menurut mengikuti – ia tidak ada tenaga sama sekali untuk melawan.

“Good job, Luhan!”

Jadi namja ini bernama Luhan…batin Syu Rie.

“Duduklah.”

D.O menyuruh Syu Rie duduk – tepat di depan Kai.

Melihat dirinya tidak akan bisa pergi, Syu Rie memilih duduk.

“Sehun. Kita sekelas.”

Setelah semuanya duduk, Sehun memilih untuk memperkenalkan diri. Lalu di lanjut dengan yang lainnya. Syu Rie hanya mengangguk tersenyum.

Di depannya Kai menatap Syu Rie dingin, kembali mengernyit melihat senyum palsu Syu Rie.

“Syu Rie, jadi bagaimana rasanya tinggal bersama Kai?”

Syu Rie yang medengar pertanyaan Chanyeol langsung membeku.

“Mereka sudah mengetahuinya…” Kai tiba-tiba bersuara, seakan membaca pikiran Syu Rie.

“Ya, seperti tinggal sendiri.”

Syu Rie menjawab seadanya. Lagi pula ia tidak memiliki alasan apapun untuk berbaik hati membuat namja di depannya itu menjadi malaikat.

“Woah, kau pergi ke mana saja Kai?” Sehun yang duduk di sebelah Kai, menyikut namja itu.

“Dia juga hanya mengurung diri di kamarnya…” Kai menjawab datar.

Seketika kelima orang yang tidak mengerti bagaimana keadaan Kai dan Syu Rie menggelengkan kepala. Baru saja Chanyeol akan berbicara lagi, namun dihentikan Luhan dengan tatapan tajam. Luhan yang melihat aura tidak enak menguar dari Syu Rie dan Kai memutuskan untuk menghentikan percakapan tersebut.

“Jadi kau ikut ekstrakulikuler apa? Sudah memilih?” Chen bertanya ringan, memecah keheningan.

“Belum. Aku bahkan tidak tahu ada apa..”

“Jjinja? Kau harus tahu di sekolah kita ini banyak sekali ekstrakulikuler.” Chanyeol yang tidak percaya mencondongkan badannya ke arah Syu Rie, membuat Syu Rie sedikit mundur.

_

Istirahat baru saja berakhir, Syu Rie terpaksa berjalan ke kelas dengan serombongan namja. Ia berjalan agak di belakang, langkahnya sedikit oleng, ia merasakan badannya panas, matanya sudah ingin menutup. Perlahan ia berjalan sedikit mendekati dinding, menyandarkan tubuhnya agar tidak terjatuh.

Sementara itu di depan, kelima namja itu terus bercanda dan tertawa. Sedangkan Kai yang berjalan bersama mereka hanya mendengarkan.

“Siang ini ayo bermain basket di lapangan.” Suara riang Chanyeol mengusulkan.

“Ayo!” D.O, Chen,Sehun,dan Luhan mengiyakan.

Kai masih saja diam tidak memperhatikan apapun.

“Kai? Kau ikut tidak?” D.O yang berjalan paling dekat dengan Kai mencoba menyadarkan namja itu.

Seketika Kai mendongak, baru saja mulutnya membuka akan memberikan jawaban.

Trang!

Semua mata menoleh, keenam namja yang berjalan di depan langsung menghentikan langkahnya. Kai yang berjalan paling belakang bersama D.O langsung membalikkan badannya.

Syu Rie, gadis itu sudah terduduk lemas. Tangan kanan gadis itu mengeluarkan cairan merah pekat. Kai yang kaget otomatis menghampiri TKP tersebut. Ia berlutut di depan Syu Rie, tangan kanan gadis itu terluka parah oleh pecahan vas yang gadis itu senggol. Darah yang keluar sangat banyak, cukup untuk membuat genangan darah. Pikiran Kai tidak berjalan lancar, ia masih diam.

D.O yang melihat Kai masih terdiam di depan Syu Rie memutuskan menghampiri namja itu. Begitu sampai ia menepuk pundak Kai.

“Kai, bawa dia ke rumah sakit!”

-:Kai:-

Aku berjalan menuju parkiran, tanganku membopong Syu Rie. Perban yang di pakaikan suster UKS sebagai pertolongan pertama cukup untuk menghentikan pedarahan luka di tangan gadis itu.

Cih, menyusahkan.

D.O berjalan bersamaku. Aku dan dia sudah mendapat izin untuk keluar dari suster UKS. Aku sudah membaringkan Syu Rie di bangku belakang, beranjak ke kursi pengemudi.

Aku menatap aneh ke arah D.O yang berada di depan pintu kemudi. Aku maju meraih pintu mengabaikannya.

“Aku saja yang mengemudi.”

Tangannya menghalangiku, melihat tatapan seriusnya aku melemparkan kunci mobilku. Lagipula aku tidak berminat – kelewat malas mungkin. Kalau saja Syu Rie bukanlah yah.. istriku, bagaimanapun eomma dan appa pasti akan mengkhawatirkannya. Jadi di sinilah diriku, meminta izin keluar sekolah untuk mengurusinya.

-:Author PoV:-

Bau antiseptik menyengat hidung Syu Rie. Membuatnya sedikit tidak nyaman, bola matanya bergerak-gerak gelisah dari balik matanya yang menutup. Membuat seorang namja yang sendari tadi menunggui gadis itu bersiaga.

Kriet..

“Kai, ini kubawakan kopi.”

D.O muncul dari balik pintu, tangan kirinya menyodorkan  sekaleng kopi.

Kai mengelengkan kepalanya, “Aku tidak suka.”

D.O mengedikkan bahunya cuek, ia bersender di dinding ruangan.

Ia tidak suka kopi?, batin Syu Rie yang kesadarannya mulai kembali.

Tangannya bergerak sedikit, membuka matanya perlahan.

“Bwo neongeoya?” Syu Rie mencoba bangkit.

*(Apa yang kau lakukan?)

“Sudah pasti menemanimu, babo.” Kai menjawab sinis.

“Mworago?”

“Amootaanya.”

*(Bukan apa-apa)

Kai menoleh pada D.O, “D.O panggilakan dokter dan kita bisa pulang, mungkin…”

“Ne.”

D.O keluar, meninggalkan Kai dan Syu Rie yang diam canggung.

Pikiran Syu Rie berputar tidak mengerti. Sudah sejak perjalanan pulang ia hanya diam melamun. Di pikirannya hanya ada satu pertanyaan ‘Kenapa Kai mau membawanya ke rumah sakit?’ dan pertanyaan itu sudah bercabang menjadi berbagai pertanyaan lain dan spekulasi. Bukankah Kai jelas-jelas tidak menyukainya…

 ‘Bwo neongeoya?’

 ‘Sudah pasti menemanimu, babo.’

‘Mworago?’

‘Amootaanya.’

Bukannya tidak mendengar, hanya saja ia ragu. Sekarang percakapan itu terus berulang di kepalanya. Ada apa sebenarnya dengan Kai, menyebalkan, dingin, lalu sekarang namja itu malah mau repot-repot mengantarnya ke rumah sakit?!

_

SRAK.. SREK… BRAK…

Syu Rie membongkar seisi kamarnya sampai ke bagian-bagian pojok. Debu-debu berterbangan akibatnya. Membuatnya bersin-bersin, tapi ia tetap mencari benda itu. Ya, ponselnya. Ia sebenarnya tidak berminat dengan ponselnya. Dari awal ia bahkan sudah lupa dengan benda itu… Sampai eommanya yang kalut karena mendapat kabar tentang tangannya, memaksanya untuk mencari ponsel sialan tersebut.

“YA! Ke mana???” teriaknnya frustasi.

Tangan kanannya menggapai benda terdekat yang bisa diraih, setelah mendapatkannya tangannya tanpa ampun mengayun… membuat benda tersebut melayang.

BRAK!

Sebuah novel mendarat manis setelah menabrak dinding kamar.

Mata Syu Rie sudah sedikit panas, terasa di dadanya gelegak kemarahan, jengkelnya.

Ponsel sial?! Ke mana sih?

Di kamar sebelah…

BRAK!

Kai yang sedang memejamkan matanya menikmati musik terbangun kaget. Dilihatnya sekeliling kamarnya, tidak ada benda yang jatuh. Berpikir sebentar…

Ck, gadis itu… Apalagi?

Ia langsung bangkit, mencampakan MP3nya di ranjang.

“Bwo neongeoya?!”

Kepalanya melongok dari pintu kamar Syu Rie. Yang pertama menyergap indra penglihatannya adalah keadaan kamar yang berantakan – walaupun isinya sedikit dan Syu Rie yang sedang bersila. Gadis itu terlihat frustasi, rambutnya berantakan.

“MENCARI PONSEL SIALAN!”

Ia berjengit, terlihat sekali nada frustasi dan kasar dari teriakan gadis itu. Hanya sebuah ponsel dan dia semenyedihkan itu?

Kai melangkahkan kakinya cepat menghampiri Syu Rie. Ditariknya pergelangan tangan Syu Rie – memaksa gadis itu bangkit.

“Sirreo!”

Syu Rie mencoba menarik tangannya.

“Ish, IKUT!”

Kai menyeret Syu Rie menuju garasi.

“Mau kemana?” Syu Rie bertanya.

“Membeli ponsel. Apalagi? Kalau kamarmu yang setengah kosong sampai kau acak-acak seperti itu dan tidak ketemu pasti ponselmu sudah pasti hilang.”

“Piryeopchana!”

*(Tidak usah)

“Ppali! Sebelum aku berubah pikiran.”

Mata Kai menunjukkan pemaksaan. Masih memberengut Syu Rie berjalan mendekati mobil.

Detik berikutnya mobil sudah melaju di bawah cahaya keemasan langit sore.

“Kenapa kau melakukan ini?”

Setelah keheningan yang lumayan lama akhirnya Syu Rie bertanya juga. Sudah cukup dengan otaknnya yang pusing dengan sikap labil Kai dan kepalanya yang berdenyut pening.

Kai yang sedang menyetir bingung dengan pertanyaan Syu Rie, ia hanya memandang aneh Syu Rie.

“Begini… Pertama bertemu kau dingin, lalu terakhir kali kau jelas-jelas membenciku. Tapi hari itu kenapa kau mau repot-repot membawaku ke rumah sakit? Dan sekarang kenapa kau bahkan peduli dan mengantarku untuk membeli ponsel hah?”

Eh? Ada apa dengannya? Kai bingung sediri dengan pernyataan gadis di sebelahnya itu.

“Otakmu rusak ya?” ia hanya menjawab Syu Rie sinis.

“Andwae! Jawab!”

“Ck, sudah kubilang, aku tidak membencimu. Rumah sakit? Kau pikir kalau bukan aku siapa lagi? Abeojie jelas akan membunuhku jika bukan aku yang membawamu. Sekarang aku mengantarmu, tidak ada alasan, hanya ingin.”

“Gojimal..”

“Terserah padamu.”

Kai keluar dari mobil, ternyata mereka sudah sampai. Syu Rie hanya bisa mengikuti Kai dengan setengah berlari.

_

“Ne eomma…”

Syu Rie melempar ponsel barunya ke ranjang. Ia memilih untuk duduk di bawah bersandar pada ranjang.

“Huh, aneh sekali…”

Sampai sekarang ia tidak mengerti apapun. Kai – namja, suaminya itu tidak tertebak. Kehidupannya menjadi rumit setelah menikah. Lebih mudah saat ia masih dengan eomma dan appa, turuti semuanya dan selesai. Sedangkan sekarang saat sudah di pastikan namja itu membencinya dengan mudahnya ia menjawab tidak membencinya. Akan lebih mudah dengan namja itu bilang bahwa ia membencinya dan ia akan menjauh – selesai.

-:Kai:-

Ck…

Sejak teman-temanku tahu kalau Syu Rie adalah istriku, mereka selalu mengajak gadis itu untuk makan siang bersama selama 2 hari ini.

Dari posisiku aku berhasil melihat Syu Rie, gadis itu di hampiri seorang yeoja. Kalau tidak salah itu teman sebangkunya. Kulihat ia menepis tangan yeoja tersebut. Aku mengernyit.  Detik berikutnya Chanyeol dan Chen sudah menariknya ke meja kami seperti biasa. Ia tidak menolak lebih memilih ikut dan meninggalkan yeoja itu. Kenapa dia tidak pergi bersama yeoja itu saja?! Seketika aku merasa terganggu dengan hal itu. Bukankah lebih baik aku dan dia tidak sering bertemu saja. Ketiga orang itu berjalan mendekat.

BRAK

Aku berdiri memukul meja, membuat isi meja sedikit bergetar. Ketiga orang yang baru datang itu terlonjak kaget, sedangkan yang sudah duduk bersamaku sudah melotot kaget.

“Wae?” D.O yang berada di sebelahku mengangkat alisnya, membiarkan garpu spagetinya berhenti di udara, menunggu jawabanku.

“Kau!” aku menatap Syu Rie.

-:Syu Rie:-

“Apa yang kau lakukan hah? Kenapa tidak bersama yeoja teman sebangkumu saja daripada di sini? Kau menganggu.”

Apa yang dia katakan?

Aku merasakan mataku melebar, membelalak kaget menatap Kai yang menunjukku dengan telunjuknya. Tatapan matanya yang biasa terlihat mengantuk dan tidak peduli kini manatapku tajam. Sehingga diriku dengan manisnya berdiri kaku, seakan kakiku baru saja dipaku ke lantai. Mulutku sudah membuka ingin memberikan balasan, tapi tidak ada satu kata pun yang terpikirkan.

“Hah… ada apa sih? Duduklah.”

Aku merasakan tanganku ditarik ke bawah. Menandakan kalau aku harus diminta untuk duduk. Aku melirik sekilas.

“Tidak… tidak usah. Gomawo Chen.”

Perlahan aku merasakan genggaman Chen melemah, dan terlepas begitu saja. Aku menatapnya sekilas, kulihat kepasrahannya. Sepertinya ia akan memberikan aku pilihan. Terdiam sejenak aku menatap satu per satu wajah yang berada di meja. Kebanyakan hanya menatap bingung, pasrah, tapi… aku kembali merasakan diriku lumpuh begitu menatap wajah Kai.

Aku yang tadinya sudah memilih ingin angkat kaki…

“Hmft, sudah mengerti? Pergi.”

HEGH.

Dan mendengar kata-kata itu dari mulutnya, ceh. Harga diriku dan egoku yang tidak beralasan menyuruhku untuk tetap bertahan dan duduk. Maka aku duduk. Perlahan menatap Kai sengit aku duduk di samping Chen, dan bisa aku lihat senyum tipis merekah di wajahnya. Wajah teman-temannya juga tidak jauh berbeda, sepertinya puas dengan apa yang aku lakukan. Aku tidak mengerti. Yang aku mengerti adalah tatapan memusuhi dari Kai – ya aku tahu aku mencari masalah dengan memilih duduk. Tapi sudah terjadi dan rupanya aku juga tidak terlalu menyesali keputusanku. Daripada tidak ingin mencari masalah, aku lebih penasaran. Cukup aku menjadi orang yang suram belakangan ini sehingga tidak memperhatikan sekelilingku dan Kai. Sedikitnya aku harus kembali pada diriku.

_

“Kau menarik.”

“Ne?”

Aku menoleh ke arah D.O yang berjalan di sebelahku dalam perjalanan ke kelas.

“Kau tahu, biasanya Kai bisa saja menyeret yeoja yang ngotot sepertimu.”

Aku menatap namja bermata bulat itu dengan mataku yang melebar.

“Ia akan menarik tangan yeoja itu agar pergi. Dengan kasar.”

D.O melanjutkan kalimatnya dengan penekanan pada kata kasar.

“Benarkah?” aku berkata lirih.

Mendengar penuturan D.O cukup membuatku membayangkan bagaimana jika tadi Kai menyeretku berdiri, aku bahkan bisa membayangkan dia akan mempermalukanku. Mengingat ia pernah menamparku, aku pikir ia tidak akan segan-segan.

“Pastinya. Aku mengenalnya terlalu baik. Hehe, tapi jangan takut. Ia tidak akan sekeras itu padamu, bagaimanapun kau itu istrinya dan tanggung jawabnya. Ehem, maaf jika kau tidak suka dengan, ya… tapi itu kenyataanya.”

Aku melihat D.O berdehem.

“Ahaha, gwaenchana. Kenyataanya seperti itu.”

TO BE CONTINUE…


[FREELANCE] (Lightheaven’s Story) Officially Missing You

$
0
0

lightheaven456871(Lightheaven’s Story) Officially Missing You

Author :: Seara Sangheera

Cast :: Byun Baekhyun of EXO, Hwang Sera (OC)

Support cast :: Rest Member of EXO, Min Chaerin (OC), Kim Mirae (OC), Park Jaehyun (Ulzzang) and Porsche ^0^

Lenght :: Oneshoot

Genre :: Romance, little bit sad, little bit funny

Rating :: PG-15

Disclaimer :: Fanfict ini adalah hasil dari kerja keras neuron di otak kanan author sendiri, jadi mohon jangan diplagiat yaaa…

August 21st, 2013 – 21.07 KTS

“Mwo?!!”

“Mianhae. Jalmothaeseoo~”

Sera menggeram marah. “Ya!! Byunbaek!! Neo Jugeosipheo?!”

“Sera-chan, aku sungguh tidak bermaksud, ini darurat. Jadwal rekaman reality show Xiumin hyung molor jadi manajer meminta aku—“

“Ya!! Kau tau berapa jam aku menunggumu?”potong Sera. “Dan kau bilang kau tidak jadi datang?! Neo jincha—”Sera mengacak rambutnya frustasi. “YA!! Napeun nom!!”

Suara Baekhyun semakin terdengar memelas,“Ahhh, eonjeoragooo? Aku tidak bisa menolak permintaan manajer hyung.”

“Geurae! Pacaran saja sana dengan manajer hyung-mu itu!!”

“Ayolah, Sera-chan… aku janji akan mengganti kerugianmu hari ini, ne? Jebal. Marahnya udahan ya??”bujuk Baekhyun.

Sera mendesah pelan. Ponsel yang menjadi alat penghubungnya dengan Baekhyun yang sekarang berada digedung KBS Radio serasa menghangat karena ia genggam kuat-kuat. Sera kesal. Marah. Ingin memukul kepala Baekhyun.

Tapi apa daya, boro-boro memukul, bertatap muka saja tidak bisa. Sudah lebih dari 2 bulan, sejak EXO sibuk promosi Wolf-nya dan selang beberapa minggu comeback lagi dengan Growl, Baekhyun dan Sera belum pernah bertemu langsung. Yang bisa mereka lakukan setiap hari hanya saling berkirim pesan, berbicara lewat telepon atau video call.

Mau bagaimana lagi, Baekhyun yang notabene adalah member boyband terpanas di Korea saat ini—EXO—amat sangat terlalu sibuk hingga tidak sempat melakukan apapun untuk dirinya sendiri. Yang Baekhyun lakukan setiap hari, seolah-olah hanya untuk hidupnya sebagai member EXO, sedangkan untuk kehidupan pribadinya, ia tak sempat.

Sera sendiri mau tidak mau harus menanggung akibatnya, Baekhyun—sang pacar—tidak ada waktu untuk menemuinya. Ini bukan pertama kalinya Sera menunggu Baekhyun selama berjam-jam hanya demi mendapat kabar dari Baekhyun kalau ia tidak jadi menemui Sera.

Hari ini, sesuai perjanjian dengan Baekhyun 3 hari yang lalu, tepat pukul 19.00 KTS, Sera memarkirkan mobilnya didepan gedung SM. Baekhyun bilang, schedule-nya agak longgar, jadi mereka bisa bertemu 3-4 jam sebelum jadwal Baekhyun latihan bersama member-member lain. Sera menunggu didalam mobil.

Berkali-kali mencoba menelepon dan meng-sms Baekhyun tapi tidak ada jawaban. Sera berusaha sabar menunggu. 1 jam… 2 jam… hampir saja ia akan melajukan mobilnya pergi dari SM karena kesal, ponselnya berdering. Dimulai dari permintaan maaf bertubi-tubi, Baekhyun akhirnya membatalkan janji bertemu karena ia harus menggantikan Xiumin menjadi guest star di SUKIRA. Lagi-lagi, Sera kalah dari tuntutan pekerjaannya Baekhyun.

Resiko punya pacar artis dan resiko menjadi pacar yang disembunyikan dari mata publik. Sera sering berpikir kalau dirinya sekarang jadi seperti istri simpanan, dan fans-fans Baekhyun adalah istri sah Baekhyun. Sungguh posisi yang aneh.

Sera menyandarkan tubuhnya kekursi mobil, menatap jauh kejalanan didepannya. “Aku sudah bosan marah-marah karena hal ini. Taruhan deh, pasti besok-besok akan terulang lagi…”katanya lelah.

“Mianhaee…”

“Ck, aku juga sudah bosan mendengar permintaan maafmu…”cibir Sera.

Terdengar suara desahan panjang dari seberang. “Aku sungguh tidak mau seperti ini.”

“Ara. Tapi mau bagaimana lagi kan?”

“Akan lebih bagus jika aku punya hak menentukan jadwalku sendiri.”

“Eo. Pasti akan sangat menyenangkan jika itu bisa terjadi…”

“Nee. Eo, Sera, aku sudah dipanggil. Kau akan mendengarkan acara radio-ku kan?”

“Mwoya? Jangan berharap terlalu tinggi, Byun Baekhyun. Kau lupa kalau hari ini kau sudah mengecewakanku, eo?!”

“Aighoo, kau malas mendengar suaraku?”

“Ne. Aku kan sedang ngambek.”jawab Sera terang-terangan.

Baekhyun tertawa, “Arasseo-arasseo. Hati-hati pulangnya ya? Jangan melampiaskan marahmu dengan mengebut…”

“Hmm. Ara…”Suara Sera melunak. “Kau juga, jangan lupa makan malam dan jangan memaksakan diri kalau lelah. Kalau manajer Tak Youngjun dan sekutunya yang menyebalkan itu memarahimu, marahi saja balik.”

Baekhyun lagi-lagi tergelak mendengar perkataan gadisnya yang manis itu. “Mana bisa begitu, Sera-chann…”

“Ck. Ne. Nee. Mana ada manajer yang kalah ma artisnya? Bye, Baekhyun-a!”

“Bye, Sera-chann…”

Sambungan telepon putus. Perlahan Sera menjauhkan ponsel dari telinganya dan sejenak memandangi benda persegi panjang tersebut.

“Yayaya, kekecewaan yang berulang-ulang. Entah sampai kapan akan begini terus…”gumam Sera sambil melempar asal ponselnya kekursi mobil disebelahnya.

So lucky to have you…

So lucky to be your love, i am…hmm.

Alunan lagu lucky—lagu baru dialbum repackage EXO—mengalun dari perangkat audio canggih didalam mobil Sera. Gadis cantik blasteran Korea-Jepang itu tersenyum kecut.

“Geurae. Kau memang beruntung punya pacar yang super pengertian seperti aku, Byun Baekhyun!”

-

-

-

22.12 KTS

“Mungkin akan lebih mudah jika kita tidak dipertemukan sejak kita kecil…”

Sera mendesah panjang saat pikiran itu terlintas dibenaknya.

Bukan tanpa alasan Sera berpikiran seperti itu. Ketidakhadiran Baekhyun adalah penyebabnya. Bagi Sera, Baekhyun bukan hanya sekedar pacar untuknya. Laki-laki itu adalah orang yang memulaskan warna didalam sejarah hidup seorang Hwang Sera. Tanpanya dunia Sera tak ubahnya dunia yang monochrome, bahkan nyaris hitam.

Karena itu Sera begitu bergantung pada kehadiran sosok itu, dan Sera tidak menyangka akan begitu tersiksa karenanya.

Ingatan Sera tertarik jauh kemasa lalu.

Bagi Sera bergaul dengan orang lain bukanlah hal yang semudah Baekhyun lakukan. Sera gadis yang canggung, kaku, tidak sensitif dan sangat gengsian. Hanya orang-orang yang dekat dengannya yang tahu betapa manja, lucu dan manisnya gadis itu.

Sera sangat sulit beradaptasi ditempat baru. Jika Baekhyun hanya butuh kurang dari 1 tahun untuk menyatu dengan member-member EXO dan bahkan dekat dengan sunbae-sunbaenya. Sera butuh waktu setidaknya 2 tahun untuk menyesuaikan diri saat ia masih trainee di SM. Itupun Sera hanya akrab dengan beberapa orang dari ratusan trainee. Gadis itu beruntung memiliki wajah dan suara diatas rata-rata hingga mudah ditandai keberadaannya oleh sunbae dan trainernya.

Sera tidak merasa butuh siapapun, apalagi hanya untuk sekedar menjadi teman. Kebutuhan itu sudah dipenuhi oleh seseorang. Baekhyun selalu menarik Sera kewilayah pergaulannya. Baekhyun beranggapan bahwa temannya adalah juga teman Sera. Sifat Baekhyun yang begitu ceria dan hiperaktif membuatnya disukai semua orang, dan Sera yang selalu disamping Baekhyun terkena pula imbasnya.

Selama bertahun-tahun Sera hidup bersama Baekhyun. Rumah berdekatan, orang tua mereka bersahabat akrab, sekolah yang selalu sama sejak TK dan hampir selalu kemana-mana berdua bahkan saat keduanya sudah memiliki pacar. Sera begitu membutuhkan Baekhyun dan laki-laki itu sangat memperdulikan Sera.

Sera tahu banyak hal yang Baekhyun lakukan demi dirinya. Saat masih sekolah, Baekhyun sering sekali memohon pada Wakasek Kesiswaan hanya agar dibolehkan pindah kelas kekelas Sera. Laki-laki itu khawatir karena Sera tidak bisa bergaul dengan teman-teman sekelasnya dan nampak pendiam dikelas.

Baekhyun juga yang mendaftarkannya di Fancafe VIP saat Baekhyun tahu Sera mengidolakan BIGBANG. Baekhyun yang mendorongnya untuk berkumpul dengan para VIP agar Sera punya banyak teman. Walaupun akhirnya, laki-laki itu begitu menyesali tindakannya karena Sera menjadi sangat fanatik dan sering kabur bersama teman-teman VIP’nya keluar kota bahkan keluar negeri.

Dan sudah menjadi rahasia umum, geng 92liners yang dibuat Baekhyun saat SMA adalah untuk Sera. Geng itu beranggotakan tujuh orang dan mereka mendirikan Klub Penghibur yang sangat populer di Jungwon High School. 92liners dan Klub Penghibur adalah tempat yang Baekhyun ciptakan agar Sera memiliki masa-masa yang indah saat SMA. Hingga sekarang 92liners malah sudah memiliki banyak sekali member, Sera jadi punya banyak sekali teman berkat Baekhyun.

Baekhyun tahu, masa SMA ditahun 2008 itu adalah masa yang terberat bagi Sera. Sera mengalami kecelakaan parah. Karena kecelakaan itu Sera gagal debut bersama Amber dkk dan f(x) yang semula 6 orang akhirnya hanya debut berlima. Masa-masa itu bagai nightmare untuk Sera dan Baekhyun lah yang dengan segala cara mengembalikan warna-warni dikehidupan Sera.

Sera begitu bergantung pada Baekhyun. Walau sulit mengakuinya, laki-laki itu hampir merupakan segala-galanya bagi Sera….

Selama begitu banyak kebersamaan yang Sera lalui bersama Baekhyun sejak ia kecil, Sera tidak pernah membayangkan akan ada tembok besar yang menghalanginya menemui Baekhyun seperti ini. Tembok besar itu tidak lain dan tidak bukan adalah status Baekhyun sebagai member EXO. Sera tahu, buruk baginya jika beranggapan demikian, karena EXO adalah impian Baekhyun. Tapi ia tidak bisa mengusir rasa bencinya jika Baekhyun lagi-lagi tidak bisa ia temui karena pekerjaannya. Baekhyun dulu selalu ada untuknya, tapi sekarang tidak lagi.

Ketika Baekhyun akhirnya memutuskan masuk sebagai trainee di SM dan mulai jarang pulang kerumah, Sera berusaha menghibur dirinya dengan keyakinan bahwa suatu hari nanti ia akan terbiasa tanpa Baekhyun disisinya. Setelah selama bertahun-tahun satu sekolah dengan Baekhyun dan memiliki lingkup pergaulan yang sama dengannya, akhirnya Sera akan sendirian menjalani kehidupan barunya di kampus sebagai mahasiswa.

Namun, kenyataannya berbeda.

Sudah hampir 3 tahun, tapi semua masih terasa berat bagi Sera. Ia tidak pernah terbiasa. Di kampus Sera tidak punya banyak teman, ketika kelas selesai yang dicarinya adalah Jaehyun, Chaerin atau Mirae—member 92liners—yang sama-sama kuliah di Seoul National University, dan Sera berusaha mati-matian menyibukkan dirinya dengan ikut berbagai macam kegiatan kampus, magang, dan semakin aktif di fandomnya—V.I.P. Tapi tetap saja, setiap kali membuka tirai pintu balkonnya dipagi hari, Sera masih saja tertegun, ketika melihat pintu balkon kamar seberang yang tertutup rapat. Ia merindukan laki-laki cerewet dan usil yang tinggal  dikamar seberang kamarnya itu. Sangat rindu.

“Kau ini kenapa? Berhenti minum, Hwang Sera~! Kau minum 3 kaleng soda seperti orang kesetanan. Memangnya perutmu tidak kembung apa?”

Suara omelan bernada sinis membuyarkan lamunan Sera.

“Untuk apa kau mengurusi perutku!”balas Sera ketus. Bibirnya menyesap cairan terakhir yang ada dikaleng lalu membuang kaleng itu sembarang. Laki-laki yang duduk disamping Sera melotot kesal melihatnya.

“Ya! Mana ada mahasiswa pecinta alam yang membuang sampah sembarangan seperti itu, huh? Ambil!”

Sera merengut, tapi gadis itu turun juga dari kap mobilnya untuk mengambil kaleng bekasnya tadi. “Aish, seharusnya aku tidak mengajakmu tadi. Chaerin-ahhh, nawa palli!! Aku bisa gila kalau terlalu lama berdua dengan pria phsyco ini!!”teriak Sera pada seorang gadis yang sedang duduk direrumputan agak jauh dari tempat Sera berada. Gadis itu, yang Sera panggil Chaerin,  menoleh. Ditelinga kanannya menempel ponsel keluaran terbaru, Chaerin tertawa dan melambai.

“Nanti yaaa~. Aku masih bicara dengan dongsaeng-ku…”

“Aish, jincha. Dasar brother complex…” Sebuah kaleng melayang dan menimpuk kepala Sera. “Ya! Park Jaehyun!!”

“Siapa yang kau bilang phsyco, hah?”

“Kau!”balas Sera. Sera mengambil kaleng yang barusan membuat kepalanya nyut-nyutan. Park Jaehyun sialan, kaleng soda yang dia lempar tadi masih belum dibuka!! Pantas, sakit sekali.

“Ya! Aku kan meminta kau untuk menjemputku distudio dan membawaku pulang. Bukannya menculikku dan Chaerin ketempat ini!”protes Jaehyun, laki-laki tampan yang merupakan salah satu member 92liners. Begitu pula dengan gadis bernama Chaerin itu. Dia dan Min Chaerin adalah ulzzang terkenal di Korea.

“Memangnya aku supir, seenaknya kau suruh-suruh…”balas Sera.

“Baekhyun juga sering menyuruh-nyuruhmu menjemputnya…”

Kalimat terakhir Jaehyun tadi sukses membuat Sera kesal. Dipukulnya kepala laki-laki itu tanpa ampun.

“Ya!! Sakit, babo!”

“Rasakan!”

“Kalau kau kesal karena tidak jadi kencan, jangan lampiaskan ke-aku dong!!”

“YA!!!”

Jaehyun buru-buru lari menghindar. “Mwo? Mau memukulku lagi??”

“Ckckck, kalian benar-benar akrab. Baekhyun bisa cemburu jika melihat kau dan Jaehyun, Sera-chan.” Chaerin yang sudah menyelesaikan urusan dengan dongsaeng tercintanya—Min Yonggi—atau mungkin orang-orang lebih familiar dengan name stagenya—Suga, berjalan menghampiri Sera dan duduk dikap mobil.

“Mwo? Jangan mengatakan hal yang menjijikkan, Chaerin-a…”kata Sera sebal.

“Hmmm, kau benar akan ikut kami untuk pemotretan? Bukannya kau sudah cukup sibuk dengan kegiatanmu di Biro Psikologi dan direstoran?”tanya Chaerin mengalihkan pembicaraan.

“Dia sedang butuh uang…”Jaehyun yang pertama menjawab. “…dan sedang butuh pengalihan perhatian.”

“Aniya… tabunganku habis. Uang terakhir kupakai untuk album Seungri oppa. Padahal sebentar lagi Jiyong oppa juga comeback. Dan BIGBANG akan tur di Jepang. Aku keteteran dan butuh uang segera. Jadi aku terima saja tawaran Jaehyun untuk jadi model freelance…”

“Bukan karena merindukan Baekhyun dan butuh pelampiasan?”

Tenggorokan Sera tersumpal. Bibirnya mengatup rapat sebelum akhirnya berhasil menjawab. “Kenapa aku harus merindukannya, setiap hari kami saling menelepon. Bahkan 3 X sehari, seperti minum obat…”

“Tapi obatnya tidak manjur, pahit pula rasanya…”sindir Jaehyun.

Pipi Sera merona. Untung lampu taman dipinggir sungai Han itu tidak terlalu terang, jadi Sera tidak perlu merasa khawatir  ketahuan memerah karena malu.

Bagi orang-orang yang mengenal Baekhyun dan Sera, mereka adalah dua orang yang telah bersahabat sejak mereka baru menginjak usia lima tahun dan sekarang menjajaki hubungan baru sebagai pacar. Baekhyun dan Sera memulai hubungan itu dengan sebuah komitmen untuk menjadi pacar yang baik. Tidak ada kata cinta terucap dari bibir masing-masing. Tapi siapapun tahu, hubungan mereka selalu lebih dari sahabat, bahkan kata cinta pun nampaknya masih belum cukup menggambarkan seberapa kuat keterikatan mereka.

“Hhhh, aneh sekali melihat Sera tanpa Baekhyun. Apa jadwal EXO sebegitu padatnya sampai dia tidak sempat menemuimu selama berbulan-bulan?”tanya Chaerin.

Sera mengangguk.

Baekhyun kadang mengirimi Sera draft jadwal-nya dan jadwal itu benar-benar sulit diterima nalar manusia. Karena itu Sera sering sekali menanyai Baekhyun ‘apa kau tidur cukup hari ini? berapa jam?’, ‘apa kau makan tepat waktu?’, ‘apa jadwalnya tidak terlalu kejam? Kau bisa mati kecapekan!’, dsb. Berulang-ulang. Dan jawaban Baekhyun yang selalu bilang bahwa ia bisa mengatasinya dan menikmati pekerjaannya malah membuat Sera semakin cemas dan mengomel panjang lebar. Karena itu, dia begitu ingin bertemu dengan pria itu untuk melihat keadaannya secara langsung.

“Aighoooo, kasian sekaliii…”Jaehyun mengusap-usap kepala Sera dengan tatapan prihatin yang dibuat-buat, membuat Sera jijik melihatnya. Dihadiahinya teman yang paling menyebalkan dalam hidup Sera itu sebuah tonjokan telak diperut.

“Aighooo, sakit ya?? Kasihaaan…”balas Sera sambil tersenyum puas sekali melihat Jaehyun kesakitan.

“YA!!! Adududuh….”

Chaerin menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kedua temannya yang tidak pernah akur itu.

“Jadi, besok kau datang untuk siapa ke MCountdown? Besok Seungri Comeback kan??”

Mendengar salah satu dari lima nama lelaki pujaannya disebut, Sera langsung mengangguk-angguk bersemangat sekali. “Aku mau lihat Seungri Oppa!!!”

“Eyyyy, lalu bagaimana dengan Baekhyun?”

Sera menelengkan kepalanya tidak mengerti. “Memang Baekhyun kenapa?”

“Ya!”sembur Chaerin. Sera ini pura-pura bego atau bego beneran, eh? “Kau tidak menonton perform EXO besok?”

“Ahhh, itu… Seminggu yang lalu aku sudah bilang pada Baekhyun. Selama oppa-oppaku comeback, aku akan mendukung mereka. Tidak mungkin aku melihat EXO perform, apa kata teman-teman VIP-ku nanti? Bisa-bisa mereka mengira aku berkhianat dan pindah fandom…”

“Mwo? Baekhyun tidak marah?”

“Eiy, tentu saja dia marah. Marah besar malah. Aku didiamkan selama 2 hari.”

“Ckckck, tapi akhirnya dia pasti mengalah…”

“Eo. Kau kan tahu bagaimana Baekhyun. Dia tidak akan menang melawanku, hehe…”

“Hmmm, kau tidak bisa melihatnya langsung, gwaenchana??”

Sera terdiam beberapa saat. Sebenarnya hal itu juga lah yang mengganggu pikirannya akhir-akhir ini. Kenapa juga EXO comeback bersamaan dengan comeback Seungri oppa?? Jika begini, Sera tidak sanggup memilih.

“Tentu saja. Aku bisa melihat Baekhyun saat encore. Paling besok EXO menang lagi…”jawab Sera menyembunyikan perasaannya.

-

-

-

August 23rd, 2013

Dua hari kemudian, di Gedung KBS…..

Baekhyun mengatupkan bibirnya rapat. Jika matanya bisa mengeluarkan laser, wajah gadis yang sedang ditatapnya itu pasti sekarang sudah berlubang. Diatas stage Music Bank dan ditonton oleh ratusan pasang mata, Baekhyun berusaha menentramkan hatinya. Ahhh, kemarin Sera juga tidak datang untuk melihat performnya di Mcountdown, Baekhyun sempat kecewa dan sebal dibuatnya. Tapi ternyata itu lebih baik daripada melihat gadis itu sekarang.

Sambil mengacung-ngacungkan crown lightstick kebanggaannya dan meneriakkan nama seseorang, Hwang Sera nampaknya abai sama sekali dengan tatapan tajam Baekhyun. Padahal tubuh kecilnya yang terhimpit-himpit kerumunan orang disekitarnya benar-benar membuat Baekhyun cemas dan ingin sekali menarik gadisnya itu keatas panggung yang lebih lapang.

“Seungri oppaaaaa!! Seungri oppa!!”teriak Sera bersemangat sekali. Mau tak mau Baekhyun cemburu juga pada orang yang memakai setelan jas rapi berwarna abu-abu disebelahnya.

Hari ini, Baekhyun dan Chanyeol didapuk menjadi MC Special Mubank untuk mewawancarai Seungri BIGBANG dan Sunmi. Seungri Comeback dengan album barunya, sedangkan Sunmi debut solo. Dan Sera datang bersama Chaerin, Mirae dan Jaehyun untuk menonton.

Baekhyun sebenarnya sudah hapal tingkah laku Sera jika fangirling-nya kumat—seperti sekarang—tapi bukan berarti ia sudah bisa berdamai dengan hal itu. Tingkah Sera benar-benar membuat mata Baekhyun iritasi melihatnya. Apalagi sekarang, Baekhyun kesal sekali. Padahal Baekhyun ada juga distage ini, kenapa Sera sama sekali tidak melirik padanya??

Hooo, chamkkaman… dia melirik.

Sera sedang melihat kearahnya.

Buru-buru Baekhyun memasang senyum dan hendak melambaikan tangan. Laki-laki itu sepertinya lupa kalau dia sedang ditatap ratusan fansnya. Tapi belum sempat tangannya tuntas terangkat, Sera melengos dan kembali lagi menatap Seungri. Aighooo… ingin sekali Baekhyun melepas sepatunya untuk menimpuk kepala Sera. Gadis itu benar-benar menyebalkan.

Tapi, sayangnya Baekhyun tidak sadar. Sebenarnya Sera selalu curi-curi pandang melihatnya. Gadis itu merasa resah karena tiba-tiba dadanya bergemuruh tidak keruan. Ia lampiaskan itu dengan meneriakkan nama Seungri sekeras-kerasnya. Selama proses interview berlangsung, bukan Seungri yang ia tatap, tapi Baekhyun.

Saat EXO perform dan Sera diluar bersama para VIPs, Sera bercanda dan mengobrol heboh sekali dengan teman-temannya untuk mengalihkan perhatian. Jaehyun yang hari itu ikut menonton Seungri karena ia juga VIP, sengaja Sera goda agar mereka bertengkar dan Sera lupa pada apa yang ada didalam studio Music Bank sana.

Saat encore, akhirnya Sera bisa melihat lagi laki-laki itu. Rasa resah itu hadir lagi. Kenapa ia hanya bisa melihat dari jauh seperti ini? Padahal dulu Baekhyun selalu ada dalam jangkauannya. Tapi kini, Baekhyun terasa semakin jauh dan jauh seiring bertambahnya kepopuleran EXO. Sera kesal. Apalagi saat dilihatnya Baekhyun yang tersenyum menanggapi seorang fans yang dari tadi heboh sekali meneriakkan namanya.

“Aku tahu kau cemburu. Tapi tatapan matamu itu berlebihan. Kau seolah-olah akan memenggal kepala fans Baekhyun itu dengan samurai!”kata Jaehyun yang ada disamping Sera. Mirae yang mendengar itu tertawa.

Sera yang sudah capek bertengkar, hanya menghadiahi Jaehyun tatapan benci lalu kemudian kembali menatap stage didepannya.

EXO menang dan Sera bisa melihat Encore mereka. Chaerin dan Mirae sudah heboh sekali meneriakkan nama Kris dan Luhan. Apalagi saat member-member EXO membentuk lingkaran dan berputar-putar seperti anak TK. Sera ikut-ikutan berteriak. Dia bukan fans EXO, tapi tidak ada salahnya random meneriakkan nama-nama mereka. Toh, Sera kenal member-member EXO secara personal. Tapi entah kenapa ia enggan sekali meneriakkan nama Baekhyun jika sedang menonton EXO seperti ini. Ya, Sera akan meneriakkan semua nama member EXO kecuali nama Baekhyun. Sera malah usil meneriakkan nama-nama member BIGBANG yang membuatnya langsung dihadiahi death glare dari fans EXO.

“Besok ke Inki, kan?”tanya Chaerin. Rekaman Music Bank sudah usai. Sera, Mirae, Chaerin dan Jaehyun berjalan beriringan didepan gedung KBS. Mereka berniat mampir sebentar dicafe sekitar gedung.

“Tentu saja,”jawab Sera. “Jae, kau besok ada pemotretan kan?”

Jaehyun yang ditanya menoleh. “Ani. Besok aku free…”

“Aisssh, waeyooo??”Sera nampak kesal.

“Ya!! Apa maksud pertanyaanmu tadi? Kau tidak ingin aku ikut menonton!!”

“Eo!”

Jaehyun melotot siap memukul kepala Sera, tapi gadis itu sudah keburu bersembunyi dibelakang tubuh Mirae.

“Besok kita berangkat bersama-sama saja, ya? Aku ada siaran pagi, jadi kalian tunggu saja dikampus, nanti aku jemput disana!”Mirae yang bekerja sebagai DJ di SBS Radio disela-sela kesibukan kuliahnya, menawarkan tumpangan yang langsung disambut seruan setuju dari Chaerin, Sera dan Jaehyun. Walaupun sebenarnya mereka punya mobil masing-masing, kecuali Chaerin yang tidak bisa menyetir, tapi lebih asyik jika berangkat bersama-bersama dalam satu mobil.

Tiba-tiba terdengar suara histeris dan puluhan gadis yang kebanyakan masih berseragam sekolah itu berlarian menuju satu titik yang tepat berada dihadapan Sera dkk. Ho? Siapa yang keluar dari gedung KBS?

“EXO!! Itu EXO!!!”

Teriakan-teriakan berasal dari seluruh penjuru halaman depan gedung KBS dan member-member EXO yang satu persatu keluar dari gedung membuat kerumunan orang itu makin menggila.

Sera yang berdiri diam menyaksikan, tiba-tiba merasakan tubuhnya ditubruk kencang dari belakang. Ia jatuh tersungkur dengan lutut terlebih dulu menghantam tanah dengan keras. Tersangka yang menabrak Sera, kabur begitu saja menyatu dengan kerumunan fans-fans EXO.

“Ya!!”teriak Chaerin marah. Mirae dan Jaehyun buru-buru membantu Sera berdiri.

“Ahhh, appo…”rintih Sera sambil memegangi lututnya yang berdarah.

Jaehyun berjongkok, melihat luka Sera. “Aigho, darahnya banyak sekali, Sera-chan. Kau bisa berjalan? Kita cari tempat duduk dulu, aku akan mengobati lukamu…”kata Jaehyun dengan nada khawatir.

Tapi, Sera tidak menggubrisnya. Ada hal lain yang menarik perhatian Sera.

Disana, ditengah kerumunan itu, Baekhyun menoleh. Bukan kearah Sera tapi kearah seorang fans yang heboh sekali ingin menyentuh pria itu. Chanyeol yang ada dibelakangnya memegangi lengan Baekhyun dan mereka berdua akhirnya masuk kedalam mobil.

Entah kenapa Sera ingin menangis. Bukan karena sakit dilututnya tapi karena dadanya yang terasa sesak. Ia kecewa sekali dan tiba-tiba merasa begitu terabaikan. Dia butuh laki-laki itu sekarang, tapi kenapa sulit sekali mewujudkan keinginannya itu. Pertahanan yang ia bangun selama ini runtuh begitu saja. Sudah dua bulan, bagaimana bisa laki-laki itu bertahan tanpa dirinya?

Jaehyun yang heran karena tidak menerima jawaban, mendongak. Ia sejenak tertegun melihat ekspresi Sera dan matanya kemudian ikut melihat kearah pandang Sera. Laki-laki itu kemudian berdiri. Ia melingkarkan tangannya kekepala Sera dan menutup mata Sera dengan telapak tangannya.

“Kkaja! Kita pergi dari sini…”kata Jaehyun lembut sambil memapah Sera.

Mirae dan Chaerin yang heran melihat sikap Jaehyun, tertegun saat melihat air mata mengalir di pipi Sera yang tidak tertutup tangan Jaehyun. Kedua gadis itu saling berpandangan sebelum akhirnya mengikuti Jaehyun dan Sera dari belakang.

Tanpa sepengetahuan Sera dkk, seseorang menatap punggung mereka yang menjauh dan hilang dari pandangan. Perasaan orang itu sama kacaunya dengan perasaan Sera. Ia kecewa, bingung, marah dan putus asa pada dirinya sendiri. Ia menyesal. Kenapa disaat gadis itu terjatuh, ia tidak bisa mengulurkan tangan dan menolongnya. Padahal selama ini dialah satu-satunya orang yang berada disisi gadis itu dan menjadi tempat gadis itu bersandar. Seharusnya bukan Jaehyun yang tadi menolong Sera dan memapah gadis itu, tapi dirinya.

Sesaat tadi Baekhyun hampir saja menerobos kerumunan orang yang berdesakan disekitarnya saat melihat Sera jatuh. Tapi, Chanyeol yang ada dibelakangnya dan kebetulan melihat hal yang sama dengan Baekhyun, buru-buru memegangi lengan Baekhyun, membuat laki-laki itu tersadar. Dia sekarang member EXO, orang-orang disekitarnya ini adalah fansnya. Ia tidak boleh tiba-tiba menyibak kerumunan hanya demi menolong seorang gadis yang terjatuh. Hal yang sebenarnya bukan hal yang istimewa itu, bisa menjadi bencana jika itu dilakukan oleh seorang idola seperti Baekhyun.

“Telpon dia, Baekhyun-a. Tanyakan bagaimana keadaannya. Sepertinya lukanya serius, melihat jalannya agak terpincang dan harus dipapah seperti itu…”kata Chanyeol yang duduk disamping Baekhyun.

Baekhyun menggeleng. “Tidak bisa, ada manajer hyung didalam mobil…”

Chanyeol melihat kearah manajer Noh Youngmin, Im Hyunkyun, dan dua orang staf yang duduk dibarisan depan van yang mereka tumpangi. Baekhyun benar, tidak bijaksana menelepon Sera disaat manajer mereka ada didekat mereka, karena masalah Baekhyun yang berpacaran dengan Sera hanya member-member EXO dan salah satu manajer mereka—Lee Seunghwan—yang tahu. Itulah mengapa, Baekhyun tidak bisa leluasa menemui Sera diluar karena ia harus merancang seribu alasan lebih dulu, dan Sera juga tidak bisa datang lagi kedorm mereka karena EXO tinggal bersama dengan para manajer.

Baekhyun yang duduk dipojok dekat jendela, menyandarkan punggungnya kekursi mobil dan memejamkan matanya.

Chanyeol ikut menyandarkan tubuhnya. “Kau bisa meneleponnya saat kita balik ke SM. Hari ini kita sepertinya akan latihan hingga malam…”katanya.

Baekhyun menghela napas dalam dan menghembuskannya dengan berat. Chanyeol yang menoleh kearahnya melihat mata Baekhyun yang terpejam rapat dan keningnya sedikit mengeryit. Chanyeol jadi ikut sedih melihat Baekhyun seperti itu.

-

-

-

Sayangnya, sampai hari berganti Baekhyun tidak menemukan waktu yang tepat untuk menelepon Sera. Selesai tampil di Music Bank, Baekhyun dkk harus syuting acara lain sampai lewat tengah malam, dan pukul 3 pagi mereka baru sampai didorm. Jadwal latihan hari itu terpaksa dibatalkan. Padahal mereka perlu latihan untuk perform Growl versi ber-6 karena sekitar 2 minggu lagi mereka selesai promosi di acara musik dan EXO-K EXO-M harus memenuhi jadwal mereka yang terpisah sebelum bertemu lagi untuk perform di MTV Music World Stage di Malaysia.

Baru besoknya, setelah menyelesaikan jadwal fanmeeting, tampil di Inkigayo dan wawancara hari ini, EXO kembali ke SM untuk latihan. Sudah pukul 20.10 KTS saat akhirnya mereka break istirahat dan Baekhyun ada kesempatan menelepon Sera. Tidak ada pelatih dan manajer lain kecuali Lee Seunghwan yang menunggui, keadaan aman.

“Yoboseyo, Baekkie?”Suara Sera yang sangat Baekhyun hapal menyapanya dari seberang telepon.

“Neo gwaenchana?”tanya Baekhyun tidak sabar.

“Na? Wae?”

“Aku kemarin melihatmu jatuh didepan gedung KBS. Aku melihatmu dipapah oleh Jaehyun. Apa lukamu parah?”

Sejenak hening. Tidak ada jawaban dari seberang.

“Sera-chan? Kau mendengarku?”

“E-eo… daijoubu. Nan gwaenchana,”suara Sera sedikit bergetar saat menjawab tapi Baekhyun tak menyadarinya. “Jae mengobati lukaku dan sekarang sudah jauh lebih baik. Ternyata orang menyebalkan itu ada gunanya juga…”

Baekhyun tertawa. “Ya! Kata-katamu kasar sekali. Jaehyun calon dokter, tentu saja dia berguna…”

“Aku sering lupa kalau dia itu calon dokter. Aighooo, tidak cocok sekali dengan kepribadiannya. Ah!! Benar. Appa dan Yuki-Haru juga dokter. Mereka tidak lebih baik dari Jae…”

“Yaaa~! Sera-chan… Bagaimana bisa kau mengatai appa dan oppa-oppamu seperti itu?”Baekhyun tergelak.

“Eiy, kau juga pasti berpikiran sama. Appaku itu wife complex dan kedua oppa-ku itu bukan hanya wajahnya yang sama, sifatnya juga sama-sama mengerikan. Aighooo…”

Baekhyun tersenyum. Wife complex? Aaaah, dia jadi ingat ejekan Jongin beberapa hari lalu. Anak hitam itu mengatainya Sera complex.

“Sera-chan, maafkan aku ya?”

“Maaf kali ini untuk apa?”

“Maaf karena tidak bisa lagi selalu berada disisimu. Seharusnya bukan Jaehyun yang menolongmu dan mengobati lukamu kemarin, tapi aku. Aku terus-terusan berpikiran seperti itu….”ujar Baekhyun.

“Mmmm, sejujurnya…”Sera berdeham. “Aku juga berpikiran hal yang sama, Baekhyun-a. Mmm, kau ingat, kalau tidak salah waktu itu kita selesai menonton BIGBANG yang promosi Tonight di Inkigayo, aku mengalami hal yang hampir sama kan? Aku terjatuh saat ingin melihat oppadeul yang keluar dari gedung SBS. Saat itu kau yang menolongku, kau menggendongku, membawaku keklinik karena kakiku terkilir, dan kau juga merelakan uang sakumu selama seminggu untuk membawaku pulang dengan taksi. Aku mengingat itu semua kemarin saat jatuh. Dan, sejujurnya, itu membuatku sangat sedih…”kata Sera berterus-terang.

Baekhyun memejamkan matanya untuk meredakan perasaan sesak didadanya mendengar kata-kata Sera.

“Geundae…”Sera menaikkan nada suaranya. “….kau tidak perlu mencemaskanku karena aku baik-baik saja. Jangan merasa bersalah seperti itu. Kau membuatku tambah sedih, aro?”

Baekhyun tersenyum. “Mm. Aku tidak mungkin tidak mencemaskanmu, Hwang Sera. Apa yang bisa kau lakukan tanpaku, eo?”

“Ya! Kau meremehkan aku? Aku bisa melakukan semuanya. Bekerja sajalah dengan baik sebagai idola, tidak usah memikirkan aku.”

“Bagaimana mungkin aku tidak memikirkanmu, kau pacarku.”

“Ohhh, benar. Aku adalah pacar yang sudah dua bulan tidak kau tengok.”

“Yaaa~. Kau kan tahu aku sibuk…”

“Ne. Ne. Arasseo. Aku juga sibuk sekarang… Ah iya! Hari Minggu nanti aku akan ke Jeju bersama Chaerin dan Jaehyun.”

“Wae?”

“Aku mendapat pekerjaan sebagai model freelance.”

“Bukannya kau sudah bekerja di kampusmu dan direstoran pacar kakakku? Kenapa kau bekerja lagi ditempat lain, eo? Bagaimana jika kau kecapekan dan jatuh sakit?”

“Mau bagaimana lagi? Aku butuh uang segera.”

“Uang? Buat apa?? Ya!! Jangan bilang buat BIGBANG lagi!”

“Memangnya buat apa kalau bukan buat BIGBANG…”gumam Sera.

“Ya!! Hwang Sera!!”

“Aishhh, aku sudah pernah jadi model freelance, jadi kau tidak perlu cemas. Aku akan pulang senin pagi jadi kuliahku dan pekerjaanku tidak akan terganggu. Aku bisa mengatur waktu dengan baik kok…”

“Memangnya buat apa lagi sih?”

“Membeli album Jiyong oppa.”

Baekhyun memijit pelipisnya. Gadisnya ini benar-benar….

“Aku akan membelikannya untukmu…”

“Mwo?”

“Aku akan membelikannya untukmu! Batalkan rencanamu ke Jeju.”

“Semua?”

Baekhyun mengerutkan alisnya. “Memangnya kau mau beli berapa?”

“Aku sudah pre-order 5 album…”

“MWO??? Buat apa kau beli album sebanyak itu!!!”bentak Baekhyun kesal. Chanyeol yang sedang tertawa karena lelucon Chen sampai terdiam mendengar suara keras Baekhyun. Sehun yang sedang berusaha menyobek bungkus keripik kentangnya menjengit kaget dan membuat isinya tumpah kepangkuannya. Tao nyaris tersedak pizza yang sedang ia kunyah.

“Jangan berteriak!! Aku biasanya juga beli segitu…”

“Kau tidak pernah membeli album EXO!”

“Buat apa aku beli album EXO kalau kalian semua mengirimiku album, eo?? Aku bahkan punya 17 album XOXO…”

“Pacarmu itu member EXO bukan BIGBANG!!”

“Benar! Kau memang pacarku. Tapi aku istri Jiyong oppa, dia member BIGBANG!!”

“YAA!!!”

Chanyeol, Xiumin, Kai, Chen dan Sehun menggeleng-geleng mendengar Baekhyun marah-marah. Luhan, Kris dan Tao hanya memandang Baekhyun dengan tatapan aneh. Kemarin saja wajah Baekhyun sendu sekali karena memikirkan Sera, sekarang setelah bisa berbicara dengan pacarnya itu malah bertengkar lagi—bertengkar lagi. Manajer Lee tertawa dengan mulut penuh keripik kentang, menurutnya Baekhyun itu lucu sekali kalau sedang sewot seperti itu.

“Aishhhh… baiklah, aku akan membelikan semuanya. Kau tahu aku sekarang banyak uang. Itu tidak seberapa,”kata Baekhyun setelah akhirnya capek bertengkar dengan Sera.

“YA!! Jangan pamer!”

“Kekeke~. Neon boe?”

“Biasa, aku sedang didepan laptop, mengerjakan laporan praktikum yang tidak ada habisnya. Eh, hari ini jadwalmu padat sekali ya? Kau tidak mengirimiku pesan seharian ini.”

“Kenapa memangnya? Kau merindukanku? Ingin bertemu denganku?

“Mwoyaaa? Tentu saja tidak!”

“Ck, padahal aku merindukanmu. Neomu neomu bogoshipo…”kata Baekhyun lembut dengan senyum merekah dibibir. Kris dan Luhan yang melihatnya, nyaris muntah.

Chanyeol dan Chen beraksi. “Euuuu~~~euuu~”sorak duo 92liners itu, menggoda Baekhyun. Suho dan Xiumin tertawa.

“Nan bogoshipo, Sera-chan!”Kai memegang lengan Sehun dan berkata dengan suara lembut dan wajah sendu dibuat-buat.

Sehun membalas dengan menempatkan kedua tangannya dipipi Kai. “Na ddo, bogoshipo, Baekhyun-aaa. Saranghaeee…”

Pemandangan yang menjijikkan itu membuat member-member EXO terpingkal-pingkal. Manajer Lee juga ikut menyumbang tawa sampai keluar airmata.

Baekhyun sebal. “Haisssh, berisik!!”umpatnya sambil melempar sepatunya kearah Sehun dan Kai. Sehun dengan tangkas menghindar, dan sepatu Baekhyun dengan telak mendarat di wajah Kris yang ada dibelakang Sehun.

Menjadi korban salah sasaran, urat marah Kris berdenyut karena wajah tampannya ternistakan. Kris mengambil sepatu Baekhyun dan dengan langkah-langkah panjangnya, laki-laki itu berjalan menuju jendela dan ‘tuing’ melemparkan begitu saja sepatu Baekhyun keluar. Fans-fans yang berkerumun dibawah histeris melihat Kris muncul dijendela dan lebih histeris lagi saat melihat sepatu yang melayang turun dan jatuh ketanah.

“Ya~~ Hyungg!!”Baekhyun lemas melihat sebelah sepatunya sudah lenyap diserbu fans. Kris tidak peduli dan berlalu begitu saja menuju kerumunan member EXO yang bersorak-sorai karena ulah tak terduga Kris.

Baekhyun manyun. Tapi dia kemudian teringat dengan ponselnya, buru-buru ia melekatkan lagi ponsel ketelinganya. “Hwang Sera? Kau masih disana?”

Hening. Tidak ada jawaban.

“Sera-chan??”

“Mm…”

“Kau mendengarku?”

“Na ddo…”

“Na ddo??”Baekhyun bingung. “Na ddo mwo?”

Sera terdiam sejenak, dan kemudian dengan suara yang nyaris tidak terdengar gadis itu berkata,”Na ddo bogoshipo…”

Tubuh Baekhyun membeku.

“Aku ingin sekali bertemu denganmu, Baekhyun-a…”

-

-

-

Sera mendesah pelan. Ponsel yang tergeletak disebelahnya sudah sejak setengah jam lalu diam tidak bersuara. Sudah setengah jam lalu pembicaraannya dengan Baekhyun usai, tapi Sera masih termenung ditempatnya.

Akhirnya dia mengatakannya juga….

“Ukhh… aku malu sekali…”keluh Sera sambil memeluk lututnya.

Seekor anjing yang duduk disebelahnya, memandang Sera dengan tatapan mata bertanya. Hewan berbulu itu menggonggong pelan lalu menyusupkan hidungnya kebelakang kuping Sera. Gadis itu menoleh dan tersenyum, dipeluknya anjing Malamute Alaska yang lebih besar dari tubuhnya itu. Anjing kesayangan Sera hadiah dari Baekhyun saat Sera ultah ke-19, Sera usil menamainya dengan nama ‘Porsche’.

“Baekhyun-a… Setelah aku mengaku padamu kalau aku rindu, kau harus menemuiku, aro?! Kalau tidak aku akan membakar dorm-mu dan memastikan kau terpanggang didalamnya…”ujar Sera sadis sekali sambil menangkupkan tangannya dikepala Porsche dan memandang tepat kemata anjing itu, seolah-olah dia sedang bicara dengan Baekhyun. Porsche menyalak sekali. Sera tersenyum dan mengusap-usap kepala Porsche penuh sayang.

Mata Sera kemudian terarah kepintu balkonnya yang terbuka, dari sana bisa terlihat kamar yang tertutup dan gelap diseberang sana. Satu malam lagi, tanpa Baekhyun.

Gadis itu kemudian memutuskan untuk naik ketempat tidurnya dan tidur, mood untuk mengerjakan tugas laporannya sudah hilang tak berbekas. Setelah menutup pintu balkon lalu menyalakan perangkat audionya dan memutar lagu pengantar tidur, Sera bergelung dengan nyaman dibawah selimut. Berharap ia bermimpi indah hari ini. Mimpi bertemu Baekhyun? Eiii, lebih bagus mimpi bertemu Jiyong oppa…

Malam sudah melewati puncaknya saat seseorang membuka pintu kamar Sera dan perlahan masuk kedalam. Porsche yang menyadari kehadiran seseorang dikamar majikannya itu terbangun dan langsung mendirikan kepalanya.

“Ssst, jangan berisik, Porsche… Ini aku…”

Tentu saja Porsche mengenali siapa orang yang mengendap-endap masuk kekamar Sera itu, dia adalah laki-laki yang dulu membawanya dari pet-shop dan memberikannya kepada seorang gadis yang dengan penuh kasih sayang merawatnya hingga besar seperti sekarang.

Byun Baekhyun—laki-laki itu—memeluk Porsche singkat dan mengusap-usap bulunya.

“Aighoo, kau sudah besar sekali. Kau rindu padaku, eo?”Porsche menggeram lirih sebagai jawaban. Baekhyun tersenyum. “Ckckck, aku heran bagaimana bisa kau dan Sera tidur dengan suara berisik ini?”bisik Baekhyun kemudian, mengomentari musik pengantar tidur Sera yang sangat tidak lazim. Gadis itu selalu memutar lagu-lagu band visual-key Jepang—The Gazette—setiap kali akan berangkat tidur. Sera punya darah Korea dan Jepang yang kental ditubuhnya. Selain maniak BIGBANG, Sera ini juga maniak sekali dengan manga, anime dan The Gazette. Walaupun taraf kemaniakannya tidak separah pada BIGBANG.

Baekhyun kemudian beranjak dan duduk dipinggir ranjang tempat Sera tidur. Ada kelegaan luar biasa saat Baekhyun melihat wajah gadisnya itu. Jemari lentiknya perlahan menyusuri rambut hitam Sera yang halus dan matanya tidak puas-puas mengagumi kecantikan Sera. Akhirnya, perasaan rindu Baekhyun terobati.

“Aku tahu aku cantik sekali, tapi jangan memandangiku seperti itu, Byunbaek…”

Baekhyun tertawa. “Kau pikir aku tidak tahu kau pura-pura tidur, eo?”

Sera membuka matanya dan memasang raut cemberut. Ia memang sudah terbangun sejak pintu kamarnya dibuka oleh Baekhyun dan diam-diam mengintip siapa orang yang masuk kedalam kamarnya. Baekhyun tentu tahu betapa sensitifnya Sera saat gadis itu tidur. Tapi, ia sengaja mengendap-endap karena Sera tidak bangun dan terus pura-pura tidur.

“Apa yang kau lakukan, huh? Menyelinap kekamar seorang gadis seperti itu. Ya! Byun Baekhyun, ini masih jam 3 pagi…”omel Sera. Ia sudah duduk bersila dihadapan Baekhyun dengan wajah kusut dan mata merah.

“Katanya kau ingin bertemu denganku…”

Wajah Sera memanas, teringat pengakuannya pada Baekhyun semalam. “Y-ya! Tapi bukan berarti kau harus datang pagi-pagi buta seperti ini. Eh… kenapa kau masih memakai eyeliner?”

Baekhyun tersadar. “Ahhh… aku lupa menghapusnya…”

“Ya! Jangan bilang kau langsung kesini setelah menyelesaikan jadwalmu…”

“Mmm, yah, memang seperti itu. Setelah meneleponmu tadi aku pergi untuk pemotretan majalah. Kau bisa bayangkan, aku melakukan pemotretan ditengah malam…”

“Byun Baekhyun! Kau…”Sera sejenak kehilangan kata-kata. “Kau seharusnya pergi tidur, bukan malah kesini!”

“Aku kesini untuk pergi tidur…”

“Mwoo?”

“Dan sekaligus bertemu denganmu. Sekali dayung, 2 pulau terlampaui…”

“Kau bisa menemuiku lain waktu saat senggang!”

“Aku tidak sabar menunggu waktu senggangku yang entah kapan!”

“Pakai waktu senggangmu yang sedikit itu dengan bijaksana, Baekkie!”

“Besok aku harus kebandara dan terbang ke luar negeri. Jadwalku setelah itu benar-benar padat. Aku tidak akan bisa pergi kalau belum bertemu denganmu. Ini benar-benar membuatku gila, aro?”

Sera menghela napas panjang dan menghembuskannya pelan. “Ini juga sulit bagiku…”

Baekhyun mengusap kepala Sera penuh sayang. “Kau benar-benar seperti tonik bagiku. Aku merasa hidup lagi setelah melihatmu…”

Sera manyun. “Gombal!”

Baekhyun tertawa.

“Bagaimana lukamu?”tanya Baekhyun sambil menengok lutut Sera yang dipasangi handiplast besar.

“Lumayan, sudah tidak terasa sakit lagi,”jawab Sera. Gadis itu kemudian teringat sesuatu. “Ngomong-ngomong, bagaimana kau bisa kesini?”

“Lee Seunghwan hyung yang mengantar dan Haru hyung yang membukakan pintu rumahmu…”

“Haru? Pasti tidak gratis…”

Baekhyun tertawa kecil. “Aku hanya harus menanggung biaya service mobilnya, kudengar ia baru saja menabrakkan mobil appa-mu.”

Sera membulatkan matanya. “Biayanya mahal, babo…”

“Tenang saja, uang bukan masalah asal aku bisa bertemu denganmu…”

Sera menyipitkan matanya. Baekhyun benar-benar sudah gila. “Kau pikir aku akan membiarkanmu tidur disini?”

“Tentu saja.”

“Ya! Mana boleh…”

“Wae? Dulu kita setiap hari tidur bersama.”

Sera memukul kepala Baekhyun kesal. “Ish! Itu kan saat kita SD.”

“Apa bedanya dengan sekarang? Aish, kenapa aku dipukul…”Baekhyun mengucek bekas pukulan Sera.

“Tentu saja beda…”

“Mwo? Apa bedanya…?”

Sera mengatupkan bibirnya rapat, bingung bagaimana harus menjawab.

“Karena sekarang kita bisa melakukan hal yang ‘lebih’ jika tidur bersama?”tebak Baekhyun sambil menurunkan nada suaranya dan memandang tepat kemata Sera. Wajah Sera langsung merah padam mendengar kata-kata Baekhyun.

Bukk.

“Akh! Kenapa aku dipukul lagi?!”

“Dasar yadong!”umpat Sera kesal setelah melancarkan pukulan kekepala Baekhyun. Gadis itu dengan wajah masih merah padam, beranjak dari tempat tidur dan menuju lemarinya untuk mengambil kaos bersih dan handuk kering. Sera suka memakai kaos pria yang kebesaran ditubuhnya, karena itu dia punya banyak dilemari.

“Mandi sana, kau bau keringat tauk!”kata Sera sambil melemparkan kaos dan handuk itu ke Baekhyun. Baekhyun tersenyum senang dan melangkah menuju kamar mandi yang ada dikamar Sera. Bukankah ini artinya Sera mengijinkannya tidur dikamarnya malam ini??

Selesai mandi, Baekhyun mendapati Sera sudah bergelung lagi dikasurnya sambil memeluk tubuh besar Porsche. Baekhyun kira Sera sudah terlelap, tapi gadis itu langsung beranjak bangun setelah mendengar suara langkah Baekhyun.

“Kau lapar tidak?”tanya Sera.

Baekhyun menggeleng sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. “Aku sudah makan…”

“Sini kukeringkan…”Sera menarik Baekhyun agar duduk dihadapannya. Baekhyun menurut dan membiarkan Sera mengucek-ngucek rambutnya dengan handuk. Porsche nampaknya tidak mau mengganggu, anjing itu turun dari ranjang lalu bergelung tidur dikarpet.

Setelah rambut Baekhyun dirasa sudah kering, Sera mengambil cleanser dari meja riasnya lalu memberikan treatment sederhana pada wajah Baekhyun.

“Kau sekarang artis besar, kau harus rajin merawat wajahmu…”

“Arasseo…”ujar Baekhyun. Mata laki-laki itu tak lepas dari wajah Sera yang berada cukup dekat dengan wajahnya.

“Sera?”

“Hm?”

“Kau serius tidak akan menontonku diacara musik selama Seungri dan G-Dragon Sunbae comeback?”

Sera mengangguk mantap. “Serius sekali…”

“Ya! Apa kau tidak merasa bersalah padaku? Kau lebih suka menonton orang lain daripada pacarmu sendiri.”

Sera menaruh cleansernya dinakas sebelah tempat tidur, sebelum akhirnya menjawab,“Aku ini fans BIGBANG, Baekhyun-a. Tapi, bukan berarti aku tidak mendukungmu. Hanya saja aku sedang memerankan diri sebagai fans yang setia. Itu komitmenku saat mendaftar di fancafe BIGBANG dulu. Kau punya banyak fans, jadi kehadiranku tidak akan berpengaruh kan? Kau hanya harus tahu kalau aku juga akan selalu mendukung EXO.”

“Aku benar-benar berpikir betapa sempurna jika kau juga adalah fans EXO. Jadi, aku bisa selalu melihatmu saat perform dipanggung…”

“Aku tidak mau. Wae? Karena aku pacarmu, bukan fans-mu. Kau pasti tidak tahu betapa kesalnya aku melihat banyak gadis meneriaki-mu, memanggilmu oppa dan mengatakan cinta padamu. Lalu kau mau aku melakukan hal-hal yang sama seperti mereka itu? Shireo. Aku berbeda. Aku pacarmu, bukan fansmu. Aku akan melakukan hal yang tidak bisa mereka lakukan…”

“Hal yang tidak bisa mereka lakukan? Seperti apa?”tantang Baekhyun.

“Seperti ini!”

Sera mendekatkan tubuhnya kearah Baekhyun dan mengecup bibir Baekhyun singkat. “Itu. Hanya aku yang bisa.”

Mata Baekhyun mengerjap merasakan sensasi singkat dibibirnya. Kemudian senyum pria itu merekah. “Ya! Hwang Sera. Aku tidak tahu kau seagresif itu…”

“Heish… Kau tidak lihat pipiku merah padam, huh?”

“Ya! Kau tidak melakukan hal seperti itu dengan pacarmu yang dulu kan?”

“Mwoya? Kau yang pertama…”Sera mengalihkan pandangannya karena malu.

“Dan satu-satunya?”Baekhyun menyentuh dagu Sera, meminta gadis itu untuk memandangnya.

“Hmmm, untuk itu, akan aku pertimbangkan…”Sera tersenyum manis sekali.

“Kalau begitu, boleh satu kali lagi?”

Sera menaikkan alisnya. “Satu kali lagi apa?”

Baekhyun tiba-tiba mendekatkan wajahnya hingga Sera terlambat bereaksi. Sebelum bibirnya dan bibir Sera melekat, Baekhyun memamerkan smirknya sambil berbisik. “Kisseu…” dan kemudian bibir pria berwajah manis itu melumat bibir Sera lembut.

Sera yang terkejut, memejamkan matanya erat. Tubuhnya menegang dan kepalanya terasa kosong sementara jantungnya memukul-mukul kuat dadanya. Berapa kali dia berciuman dengan Baekhyun? Tapi efeknya masih sama mendebarkannya seperti saat ciuman mereka yang pertama.

Lumatan Baekhyun semakin lama semakin terasa kasar dan menuntut. Sera meremas lengan Baekhyun saat pria itu memperdalam ciuman mereka. Tubuh Sera perlahan terdorong kebelakang dan akhirnya terbaring ketempat tidur dengan Baekhyun berada diatasnya.

“Baek…mmmh…”gumam Sera disela lumatan-lumatan bibir Baekhyun dibibirnya. Alarm dikepala Sera berbunyi, saat Baekhyun mulai menelusupkan jemarinya dibalik kaos Sera. Dengan sigap Sera menahan tangan Baekhyun dan menatap tajam mata pria itu.

Baekhyun melepas ciumannya dan membalas tatapan Sera. Senyum nakal terulas dibibir tipisnya. “Ups. Aku terlalu bersemangat rupanya…”ujarnya santai. Sera mendengus kesal. Fans-fans Baekhyun pasti sudah tertipu mentah-mentah dengan wajahnya yang seperti anak SD itu. Padahal kelakuan Baekhyun benar-benar berbahaya, selalu saja membuat Sera berantakan seperti ini.

“Lebih baik kau tidur…”Sera mengambil salah satu bantalnya dan beranjak turun dari tempat tidur. Baekhyun memegangi tangannya.

“Kau mau kemana?”

“Aku akan mengambil kasur lipat dan tidur dengan Porsche dibawah. Kau pasti lelah sekali kan? Jadi aku mengijinkanmu untuk tidur ditempat tidurku…”jawab Sera.

“Ya! Shireooo! Kita tidur saja berdua disini…”

“Ish, kau tahu kan alasan kenapa kita tidak boleh tidur ber—“kalimat Sera terputus saat tiba-tiba tubuhnya ditarik kuat oleh Baekhyun hingga terjatuh ketempat tidur. “Ya! ByunBaek!! Apa yang kau lakukan?!”

Baekhyun buru-buru membekap bibir Sera. “Ssst, nanti paman dan bibi terbangun…”

Sera berontak. “Hmph, ya! Kau…”

“Kubilang kita tidur bersama malam ini…”Baekhyun menahan tubuh Sera dengan memeluknya erat kedadanya dan menaruh kakinya diatas kaki Sera. Sera mencoba lepas, tapi tubuhnya yang lebih kecil dari tubuh Baekhyun segera kehilangan tenaga.

“Kau tidak mau melepaskanku, huh?”tanya Sera dengan nada marah.

“Shireo! Malam ini aku ingin tidur seperti ini…”

“Andwae! Aku tidak percaya padamu…”

“Aku janji tidak akan berbuat hal-hal yang anehh…”

“Sesaaak…”keluh Sera tapi Baekhyun malah mengeratkan pelukannya. “Ya! Byun Baekhyun…”

“Sera-chan, nyanyikan aku sebuah lagu…”kata Baekhyun tidak peduli dengan protes Sera.

“Ya! Ishhh, Shireo! Lepas…”

“Kau mau aku bungkam, eo?”ancam Baekhyun.

Sera yang tahu maksud dari kata-kata Baekhyun buru-buru menutup mulutnya dan mengontrol tubuhnya agar diam. Ukh. Sesak. Gerahh. Bagaimana dia bisa tidur kalau begini?

“Nyanyikan sebuah lagu…”pinta Baekhyun lagi. “Tapi jangan lagunya Gazette atau Bigbang,”tambahnya.

Sera mengerutu sebal. Tapi akhirnya toh dia menyanyi juga. Dengan suara pelan dan intonasi yang begitu terjaga. Suara indah Sera mengalun.

Kang Seung Yoon – Stealer. Lagu kesukaan Sera.

Nae mam moreun cheok hadeon niga,

(You used to pretend not to know my heart)
Itgo sipeotdeon niga, akka naje naega

(I used to want to forget you)
Deolkeonggeorineun beoseueseo saranghandago sorichyeosseul ttae

(But before during the day)
(When I suddenly shouted that I love you on the bus)

Appa miso jieumyeo naui soneul jabeumyeo
Ireoke malhaejwosseo

(You put on a fatherly smile and held my hand as you said)
“babo gateun Hwang Sera nado neoreul saranghae”
Geurigon kiseuhaesseo

(“Hwang Sera, you fool, I love you too” then you kissed me)

 

“Kisseu?”Baekhyun menginterupsi.

“Eo! Kisseu.”Sera menyusupkan kepalanya kedada Baekhyun.

Baekhyun tersenyum geli. “Aighooo…”

Saranghal su isseoseo jinjja jota

(It’s so good that I can love you)
Neoman boge haneun mamdoduk

(You’re a heart stealer, who only makes me look at you)

michige mandeuneun mamdoduk

(You’re a heart stealer, who makes me go crazy)

Gidaril su isseoseo haengbokhaetda

(I was happy that I could wait for you)
Neoraneun doduk.. Doduk.. Doduk.. Cham jota

(A stealer, stealer, stealer called you… I like you so much)

Baekhyun tersenyum dan sejenak kemudian suara Sera semakin hilang terseret kealam mimpinya.

Sera yang merasakan napas Baekhyun berubah semakin teratur dan lembut menduga pacarnya itu pasti sudah terlelap. Sera pun ikut memejamkan matanya.

“Ya! Byun Baekhyun… Bisakah kita seperti ini untuk selamanya?”ujar Sera dengan suara pelan. “Tentu tidak bisa ya? Hidupmu bukan hanya berputar pada duniaku saja ya? Arasseooo… Na jeongmal araseoyo…”

Airmata Sera mengalir disela-sela kelopak matanya yang menutup. Dia sadar sekali posisinya yang sulit. Sebagai pacar yang disembunyikan, menanggung perasaan rindu karena sulit bertemu adalah hal yang harus Sera terima dengan lapang dada.

Hingga pada akhirnya, Sera merasa dirinya telah beradaptasi dengan sendirinya. Tidak perlu satu hari penuh Baekhyun ada disisinya, hanya beberapa jam, dan selama waktu itu mereka bisa mengekspresikan seluruh perasaan yang selama ini ada dihati mereka.

Saling mencintai dengan penuh.

Suatu hari nanti pasti akan tiba saatnya Sera menjadi tempat Baekhyun pulang. Tidak perlu sembunyi-sembunyi. Tidak perlu menunggu persetujuan orang lain. Tidak perlu rindu yang terlalu menumpuk hingga mengambil tindakan nekat.

Hanya karena ingin bertemu. Hanya karena ingin melihat wajah satu sama lain dan merasakan sentuhan satu sama lain. Maka mereka bisa bertemu. Dimanapun. Kapanpun.

Sera tersenyum dan mengeratkan pelukannya ditubuh Baekhyun. Dalam hati kecilnya, gadis itu mengikrarkan janji. Ia akan setia dan akan menahan semuanya hingga hari itu tiba.

“Jaljayo Baekhyun-a…”

-

-

Kkeut~!

 

Waaah, terima kasih sudah berjuang membaca sampai ending!!

Mianhae, jika ada bagian-bagian cerita yang janggal terutama soal kegiatannya EXO dan sistem broadcasting disana. Yahhh, aku belum pernah ke Korea dan belum pernah ketemu EXO jadi cuma bisa pake ilmu sok tahu dan browsing random di Eyang Google…

RCL juseyooo~!!!!


[FREELANCE] Puzzle of My Heart

$
0
0

PoMYTitle : Puzzle of My Heart

Author : NadyKJI

Genre : Song Fic

Length : One Shot

Rating : PG

Maincast: Find it in the story.

Disclaimer : FF ini murni ide-ide khayalan author yang kelewat tinggi, dilarang meniru dengan segala cara apapun. Terima Kasih.

Author’s Note :

Xixixi, hello.

Author kembali bersama dengan Salt and Wound Chapter 3  dan sebuah songfic #lagi, wkwkwkkw #dzing.

Di tunggu comment kritik dan sarannya ya ^^

Selamat jalan (?)

Sampai bertemu kembali pada chapter 3 yaa!

Last, disarankan membaca ff ini dengan mendengar lagu Puzzle of my heart – Westlife.

Happy Reading~

See you soon!

___

“Baek!”

Aku memejamkan mataku, merasakan wangi perfume yang dipakainya menyergap indra penciumanku. Wangi yang menyenangkan itu, wangi yang tidak bisa dideskripsikan dengan  benar tapi begitu menyenangkan untukku. Aku berbalik dan mendapatinya sedang berlari ke arahku, dengan rambutnya yang hitam kecoklatan. Senyum yang selalu menghiasi wajahnya. Aku tersenyum ke arahnya, menutup buku yang sedang aku baca.

“Apa yang sedang kau lakukan?”

Aku ingin segera membuang buku yang ada ditanganku ini. Tidak ingin ia melihatnya, namun terlambat. Senyumku langsung berubah absurd ketika keningnya berkerut seketika.

“Hmm, buku cara menarik hati pujaan hatimu? Hahahha, dari mana kau dapatkan buku absurd ini, Baek?”

“Hash, dari seorang Park Chanyeol.” Aku mengacak-acak rambutku.

“Biar aku melihatnya!” katanya sambil merentangkan tangannya untuk menjangkau buku yang sudah aku campakkan ke meja.

“Andwae!” aku menahan tangannya, menyebabkan kulitku langsung bersentuhan dengannya, dan aku merasa perutku akan meledak karena perasaan senang yang berlebihan.

“Ya! Tidak adil!” ia memberengut kesal ke arahku, menarik tangannya dan menggembungkan pipinya.

“Semua itu adil Kwon Cho Yi.” Aku mengucapkan namanya dengan puas.

“Ya! Rasakan kau!”

Tiba-tiba saja Cho Yi sudah menyerangku, mencekik leherku dengan tangannya. Selama satu menit penuh kami bergulat, ia sangat keras kepala. Setelah mencoba mencekikku dia mencoba menggelitikku. Sungguh gadis yang terlalu aktif, tapi aku menikmatnya. Setiap aku bersentuhan dengannya, semuanya terasa berada pada tempatnya, seakan-akan seperti itu harusnya.

_

Aku memandang buku yang tadi aku permasalahkan dengan Cho Yi. Buku yang dengan konyolnya berjudul ‘cara menarik hati pujaan hatimu’ dari seorang Park Chanyeol. Sahabatku yang otaknya tidak terlalu pada tempatnya itu dengan usilnya memberikan buku bodoh itu sebagai hadiah ulang tahunku. Tapi lebih bodoh lagi diriku yang membacanya sekarang. Namun, semua itu karena Park Cho Yi.

Aku masih mengingat saat pertama kali kami bertemu. Masa-masa yang menyenangkan. Ketika ia tidak sengaja melemparkanku buku dari jendela kelas karena salah sasaran. Aku masih mengingat Cho Yi yang langsung berlari turun tangga dan meminta maaf kepadaku dan menjelaskan kalau ia sebenarnya ingin melemparkannya pada namja bernama Tao yang baru saja membuatnya dihukum karena namja itu menyembunyikan buku PRnya. Sebuah sihir ketika aku berjabat tangan dengannya aku langsung merasakan ada sesuatu yang lengkap dari diriku.

Setelahnya aku langsung mencarinya di setiap sudut sekolah, dan ketika menemukannya di kelas Chanyeol, aku langsung mengajaknya bicara. Mengikutinya sebanyak yang aku bisa seperti orang bodoh, tapi yang terpenting karena itu pula aku menjadi dekat dengan Cho Yi.

Satu hal yang membuatku resah, aku sudah menginjak kelas 3 senior high school yang paling utama 1 minggu lagi acara kelulusan. Dan aku masih tidak bisa menyatakan perasaanku pada Cho Yi, aku bahkan merasa diriku tidak menyita perhatian seorang Kwon Cho Yi. Mungkin aku hanya seorang sahabat di matanya. Aku selalu merasa ia tidak memiliki perasaan untukku. Mengingat ia yang suka bercerita kalau namja yang disukainya – ya, disukainya, dengan sangat bodoh tidak menyadari perasaannya. Aku sampai sekarang tidak mengetahui siapa namja itu dan Cho Yi tidak membiarkanku mengetahuinya. Terkadang ketika aku memaksa bertanya pipinya akan memerah. Sungguh, aku merasa sangat kacau.

_

Sudah lima hari aku berpikir keras bagaimana cara agar aku dapat menarik perhatian Cho Yi. Tapi nihil! Semuanya tidak ada yang terpikir. Sampai upaya putus asaku membaca buku bodoh ‘cara menarik hati pujaan hatimu’ pun tidak membuahkan hasil.

“Byun Baekhyun!”

Aku menoleh dari kegiatan berjalan bolak-balik ala setrikaan dan mendapati seorang Sung Young Mi berada di ambang pintu. Wajahnya agak berkerut marah.

“Apa yang kau lakukan di ruangan ketua osis hah?”

U-oh, aku lupa kalau Young Mi sang wakil ketua osis sangat tidak suka jika ruangannya kupakai tanpa izin. Dan kenapa pula bisa kupakain tanpa izin? Tentu saja karena sang ketua osis itu tidak lain adalah Chanyeol. Jadi aku bisa melakukan apapun yang aku suka.

“Biar, ini ruangan Chanyeol dan bukan milikmu. Aku sahabatnya dan dia membiarkanku melakukan apapun yang aku mau!” aku membela diriku sengit.

“YA! Dasar namja babo! Keluar!”

Yang dapat aku lihat selanjutnya adalah buku accounting milik osis yang besar itu melayang ke arahku, aku yang tidak ingin terkena resiko patah leher langsung menghidar berlari keluar ruangan.

“YA! Yeoja gila!” aku melindungi kepalaku.

“Ish neo – s.. Annyeong Chanyeol.”

Aku terdiam dan mendongak beberapa saat kemudian. Seperti yang dikatakan Young Mi di sana ada Chanyeol. Yang membuatku membelalakkan mata adalah keberadaan seorang Cho Yi di sebelahnya. Tapi menyedihkannya, wajah Cho Yi terlihat tidak menyenangkan. Wajahnya menatapku datar, tanpa menaruh curiga apapun aku menyapanya.

“Cho Yi, ada apa?” tanyaku menghampirinya. Tanganku sudah berada di udara ingin merangkulnya – salah satu modusku agar bisa selalu dekat dengannya.

“Tidak apa-apa.”

“Kau yakin?” Aku mendekatkan wajahku padanya.

“IYA! TIDAK APA-APA! AKU TIDAK APA-APA! HANYA MELIHAT NAMJA YANG AKU SUKA MENCARI PERHATIAN SESUAI ISI BUKU BODOH ‘CARA MENARIK HATI PUJAAN HATIMU’ PADA YEOJA LAIN!”

Detik berikutnya aku terdiam, melihat punggung Cho Yi yang menjauh dengan langkah cepat. Otakku yang mendadak berkerja di bawah standar layak tidak menemukan jawaban apapun.

“Tok tok tok? Apakah Byun Baekhyun ada di rumah?”

Aku menoleh dan mendapati Chanyeol yang berkata dengan nada datar.

“Wae?” aku menjawabnya dan masih bisa merasakan wajahku yang melongo – bukannya bagimana, tapi benar, aku masih bisa merasakkan otot wajahku yang membentuk raut wajah melongo.

“Haish! Kau tidak menyadari ya?” Chanyeol memutar bola matanya.

“Apa?”

“Kwon Cho Yi terbukti menyukaimu, dia cemburu…”

“EH?!”

“Hash… makhluk idiot ini… ‘Iya! Tidak apa-apa! Aku tidak apa-apa! Hanya melihat namja yang aku suka mencari perhatian sesuai isi buku bodoh ‘cara menarik hati pujaan hatimu’ pada yeoja lain.’”

Aku mendengar Chanyeol yang berbaik hati memberikan siaran ulang perkataan Cho Yi padaku.

Recieving…..

Searching……

Processing….

Downloading…

.

.

.

.

Finishing…

.

.

DONE!

“YAHU!!!! KWON CHO YI MENYUKAIKU!”

_

Aku membaca kertas yang baru saja diberikan Chanyeol padaku dengan amat sangat teliti. Setelah aku mengetahui fakta bahwa Cho Yi menyukaiku tetap saja aku tidak mendapatkan kemudahan apapun di samping sedikit rasa ringan pada ketidakpercayaan diriku yang berkurang. Cho Yi masih marah atau cemburu atau salah paham padaku.

“YA! Bacon! Jangan melamun! Mau tidak kau memanfaatkan kesempatan itu!” Chanyeol memukul bahuku.

“Menyanyi untuk perpisahan?” kataku sembari mengusap-usap bahuku.

“Betul! Nyanyikan satu lagu untuk Cho Yi!” Chanyeol bersemangat sekali mendukungku untuk hal ini. Terlihat dari nada bicaranya yang sangat excited.

“Kau yakin?”

PLAK.

“Tentu saja! Sana cari lagu dan aku sudah menunjukku sebagai perwakilan saat rapat osis tadi pagi.”

“YA! PARK CHANYEOL! ITU NAMANYA PEMAKSAAN!” aku mengambil penghapus white board yan ada dalam jangkauanku ingin melemparkannya pada tubuh jangkung itu.

Blam.

Sayangnya pintu sudah tertutup dan sasaranku hilang sudah dari peredaran. Aku mendudukkan diri di salah satu kursi beroda di ruang musik – ya RUANG MUSIK! Dengan hebatnya Chanyeol seperti sudah merencanakan semuanya. Dengan kesal aku menyalakan tape yang terdiam manis diatas meja. Langsung saja sebuah lagu mengalun. Awalnya aku hanya mendengarkan asal, tapi begitu mencapai chorus aku memberhentikan lagu itu sebentar. Berubah pikiran kemudian mengulang lagu itu dari awal. Setelah 2 kali mengulang lagu itu aku mengangguk-angguk puas.

_

Aku meremas tanganku gugup dari bangkuku. Berlatih dalam hitungan 2 hari bukanlah hal yang mudah. Apalagi ini menyangkut urusan pribadi – urusan perasaanku yang sedang mengacau. Sekarang hal baru menghantuiku, bagaimana kalau Cho Yi sudah tidak menyukaiku dan malah membenciku? Dan ketika aku mengungkapkannya pada Chanyeol dan juga Minseok-hyung mereka menertawakanku. Minseok-hyung adalah kakak sepupu jauhku, ia adalah namja terbijaksana yang pernah aku kenal walaupun tidak untuk urusan cintanya yang gagal.

“Ya, mari kita beri tepuk tangan pada Byun Baekhyun! Yang mau bersukarela menyanyikan lagu penutup untuk acara kita hari ini…”

Degh!

Perkataan kepala sekolah langsung membuatku terlonjak dari bangkuku dan dengan berjalan dengan amat perlahan menuju panggung.

Dak.

Sial! Aku menoleh ke belakang dan mendapati Chanyeol yang duduk di barisan paling luar dengan kaki panjangnya baru saja menendang kakiku. Tunggu… ini barisan kelas Chanyeol berarti…

Aku melihat Kwon Cho Yi disana. Menatapku dengan pandangan yang tak terbaca.

“Ehem..”

Kepala sekolah berdehem melalui micnya, menandakan diriku yang harus bergegas ke panggung. Membuang tatapanku dari Cho Yi aku berjalan ke atas panggung dan menerima mic dari kepala sekolah yang sudah tersenyum lagi padaku.

Musik mulai mengalun, aku mengambil nafas panjang dan memejamkan mata.

It’s the way she fills my senses

It’s the perfume that she wears

I feel I’m losing my defences

To the colour of her hair

Aku kembali mengenang masa-masa dimana aku selalu dapat merasakan kehadirannya hanya dengan mencium aromanya – hidungku yang terlalu peka, seluruh indraku yang selalu menantikannya….

“And every little piece of her is right

Just thinking about her

Takes me through the night?”

… yang selalu terasa pas dan benar jika berada di dekatku. Yang membuatku memikirkannya, sampai melupakan waktu. Sampai terbawa mimpi. Dengan konyol aku bermimpi Cho Yi yang selalu berada di sampingku dengan senyum cerahnya.

“Every time we meet

The picture is complete

Every time we touch

The feeling is too much

She’s all I ever need

To fall in love again

I knew it from the very start

 

She’s the puzzle of my heart”

Aku menatapnya dari atas panggung. Aku bisa melihat matanya sedikit terbelalak. Tanpa menghiraukan kalau aku sedang menyanyi untuk seluruh hadirin aku beranjak turun. Bukankah aku hanya menyanyi demi Cho Yi? Peran ini hanya membantuku saja.

“It’s the way she’s always smiling

That makes me think she never cries

I feel I’m losing my defences

To the colour of her eyes”

Dalam banyak langkah yang terasa singkat aku sudah berada di bangku deretan kelas Chanyeol. Aku bisa melihat Chayeol yang mengacungkan jempolnya dan aku yang tersenyum sekilas padanya. Hanya sekilas – aku tidak ingin dianggap menyimpang karena interaksi ini.

“And every little piece of her is right”

Aku tersenyum menatap Cho Yi, aku sudah berada didepan kursinya. Aku bisa merasakan betapa terkejutnya Cho Yi karena aku menghampirinya. Aku menggapai lengannya.

“Every time we meet

The picture is complete

Every time we touch

The feeling is too much

She’s all I ever need

To fall in love again

I knew it from the very start”

Aku menariknya menuju panggung. Awalnya disela-sela nyanyianku aku merasakan Cho Yi yang kaku dan bersikeras duduk. Tapi syukurlah akhirnya ia mau berdiri menururti bimbinganku, walaupun dengan wajah awkward.

“Like a miracle she’s meant to be

She became the light inside of me

And I can feel her like a memory

From long… ago”

Aku bernyanyi semakin bersemangat, kali ini mengajaknya sedikit berdansa denganku dari atas panggung. Dengan kikuk ia berusaha menyamaiku.

“Every time we meet

The picture is complete

Every time we touch

The feeling is too much

She’s all I ever need

To fall in love again

I knew it from the very start”

Perlahan aku bisa merasakan senyum tertarik mulai dari ujung bibirnya. Sepertinya ia mulai mendapatkan apa yang ingin aku sampaikan. Aku mohon, Kwon Cho Yi….

“Every time we meet

The picture is complete

Every time we touch

The feeling is too much”

Aku membuatnya menengadahkan tangannya, dengan tangan kiriku yang kaku, aku mencoba menulis sesuatu di sana. Hal tersulit yang harus aku lakukan, karena aku sedang mengerjakan 4 hal sekaligus. Pertama menyanyi, kedua menarik perhatian Cho Yi, ketiga menulis, dan terakhir aku harus membuat perasaanku tersampaikan.

“Every time we meet

The picture is complete

Every time we touch

The feeling is too much

She’s all I ever need

To fall in love again

I knew it from the very start

She’s the puzzle of my heart”

Aku menyelesaikan laguku dengan sempurna. Tepuk tangan memang menyambutku tapi aku harus melakukan sesuatu yang lebih penting lagi.

“Ehem…”

Semua orang menatapku begitu juga dengan Cho Yi. Aku bisa melihat Chayeol dari bangku penonton sana agak menunjuk-nujuk ke arah yang ditunjukknya dan mendapati jejeran guru – well, lupakan dulu saja.

Aku menunduk sedikit dan membisikkan sesuatu pada Cho Yi yang langsung dijawab dengan anggukkan.

“Kwon Cho Yi…. aku menyukaimu, saranghae!”

Lalu aku dan Cho Yi langsung berlari dari panggung langsung menuju pintu keluar aula. Aku berlari sembari tersenyum juga di susul dengan tawa kebahagiaanku, CHO YI MENGGENGGAM TANGANKU!

_

“Kwon Cho Yi, aku akan mengatakan sesuatu sesudah ini, dan kau harus menjawabnya. Detik ketika aku sudah menyelesaikan kalimatku kita langsung berlari keluar dari sini. Dan jawabanmu tunjukkanlah dengan genggam tanganku untuk IYA dan berlari tanpa menggenggam tanganku untuk TIDAK.”

Kwon Cho Yi – yeojaku, yeojachinguku, puzzle of my heart!

_

~END~


[Vignette] ONE AND ONLY

$
0
0

sekai recit

ONE AND ONLY

written by ellenmchle

Main Cast: EXO’s Kai [Kim Jongin] & Oh Sehun // Support Cast: Some members of EXO // Genre: Friendship, fluff // Length: Vignette // Rating: T // Disclaimer: The plot is completely mine.

Awalnya Jongin tidak pernah percaya akan keberadaan sahabat sejati di muka bumi ini hingga ia bertemu dengan Sehun yang tampan, baik hati dan rajin menabung.

Jongin ingat betul. Saat itu ia baru berusia sekitar tujuh tahun ketika Tao—musuh abadinya—dengan bangga memamerkan beberapa anak seusia mereka sebagai sahabat baiknya tepat di hadapan Jongin yang sedang menyantap bekal makan siangnya di kantin—seorang diri.

“Kau lihat? Mereka adalah sahabatku. Sahabat sejatiku. Kau pasti iri kan karena tidak ada yang mau menjadi sahabatmu? Bahkan teman saja kau tidak punya. Menyedihkan.” seperti biasa setelah memamerkan sesuatu yang dimilikinya, Tao—si panda dari negeri tirai bambu—akan melemparkan senyuman kemenangannya. Dan jika sudah seperti itu Jongin hanya bisa menundukkan kepalanya—menatap lantai yang seakan-akan siap menampung air matanya setiap saat jika dibutuhkan.

Dengan ransel Donald duck yang ukurannya lebih besar dari tubuhnya, Jongin berlari pulang ke rumah dengan air mata yang hampir membanjiri setiap jalanan yang ia lewati hingga menuju rumah. Untungnya rumah Jongin memang berjarak tidak jauh dari sekolah. Mungkin hanya membutuhkan waktu 3 sampai dengan 4 menit untuk sampai sekolah begitu juga sebaliknya dan mungkin hanya membutuhkan waktu 2 menit jika berlari—seperti halnya yang dilakukan Jongin.

Tanpa melepas sepatu dan ranselnya, Jongin berlari menuju kamar ibunya yang berada di lantai atas. Untung saja saat itu ibunya memang sedang berada di rumah. Bayangkan jika tidak. Bisa-bisa Jongin menangis sampai tidak mengeluarkan suara seperti yang pernah dialaminya saat umur lima tahun. Jongin memang terkenal cengeng. Dan fakta itulah yang membuat ia sering di-bully oleh anak-anak seumurannya. Tidak. Mungkin bukan hanya anak-anak seumurannya saja karena Jongin juga pernah di-bully Chanyeol dan Baekhyun—si kembar yang beda rupanya—yang umurnya dua tahun lebih tua dari Jongin.

Eomma, kenapa tidak ada yang mau berteman dan bersahabat denganku?” Jongin semakin memperkeras tangisannya saat ia berhasil memeluk ibunya.

Ironis memang. Jongin bahkan tidak mengetahui alasan mengapa tidak ada satupun di antara anak-anak seumurannya yang mau berteman apalagi bersahabat dengannya. Jongin cukup menggemaskan dengan kedua bola matanya yang hitam, bulat dan cukup besar, pipi yang sedikit berisi, bibir yang tebal walaupun ia memiliki kulit yang sedikit gelap. Ia tidak pernah berbuat onar apalagi mem-bully anak-anak seumurannya, ia juga sangat penyanyang terlebih pada ibu dan anjing-anjing peliharaannya. Jongin juga tidak pernah iri melihat anak-anak seumurannya yang selalu diantar dan dijemput oleh kedua orangtua mereka dengan mobil-mobil mewah walaupun Jongin tidak bisa menyembunyikan kesedihannya setiap kali melihat begitu banyak ayah yang datang ke sekolahannya. Kadang Jongin ingin menangis saat mengingat kembali kenyataan bahwa ia terlahir dan tumbuh tanpa seorang ayah.

“Karena mereka belum sadar bahwa Jongin adalah anak yang baik hati dan sangat menyenangkan.”

Ibu Jongin melepaskan pelukan anak satu-satunya itu.

“Dengarkan eomma baik-baik. Suatu saat nanti Jongin pasti akan bertemu dengan seseorang yang bisa Jongin panggil dengan sebutan teman atau bahkan sahabat. Mungkin sekarang belum saatnya saja. Percayalah pada eomma, Tuhan pasti memberikannya suatu saat nanti.”

Dan Jongin akhirnya berhenti menangis. Ia masih terlalu polos untuk tidak mempercayai kata-kata ibunya sendiri.

Namun haruskah kita ikut mempercayai kata-kata ibu Jongin?

Saat itu Jongin baru memasuki tingkat pertama di sekolah menengah pertama. Joonmyun—anak terkaya di sekolahnya—menjadi teman pertamanya di sekolah. Awalnya Joonmyun sendiri yang memanggil Jongin sebagai temannya, bahkan teman baiknya setelah Jongin sudah berbaik hati menemaninya melewati setiap kegiatan mereka di sekolah. Hari demi hari berlalu dan mereka selalu bersama setiap kali di sekolah.

Jongin sangat bahagia. Melebihi kebahagiaannya saat anjing-anjingnya melahirkan dengan selamat atau saat ibunya membelikannya ransel baru bergambar spongebob. Jongin tidak menyangka bahwa ia benar-benar sudah mendapatkan seorang teman. Dan orang itu adalah Kim Joonmyun.

“Joonmyun, ini untukmu. Oya, kau mau menemaniku ke perpustakaan?” Jongin menyodorkan sebotol minuman rasa apel yang sengaja dibelinya untuk Joonmyun saat di kantin.

Joonmyun terlihat tidak senang dengan kehadiran Jongin. Ia menatap Jongin dengan begitu sinis. Untuk pertama kalinya sejak mereka bertemu.

“Aku tidak mau!” Joonmyun menyingkirkan tangan Jongin dari hadapannya dengan kasar. Botol yang malang itu pun akhirnya ikut tersingkir hingga harus rela mendarat di atas aspal yang kotor.

Jongin cukup terkejut. Dalam hati ia bertanya-tanya apakah ia telah melakukan kesalahan? Kenapa Joonmyun jadi seperti itu? Namun Jongin berusaha menepis pikiran negatifnya dan dengan bodohnya ia tesenyum di saat-saat seperti itu.

“Kau tidak suka rasa apel ya?” tanya Jongin sungguh terlihat seperti seorang idiot.

“Aku bisa membelikan rasa jeruk jika kau mau. Atau mungkin kau mau rasa anggur, melon, st—“

“Aku tidak mau berteman denganmu lagi!”

Jongin serasa ditampar bolak-balik oleh tangan raksasa, ditimpuk dengan batu-batu raksasa, diceburkan ke kolam raksasa dan akhirnya dibuang ke dalam jurang di mana raksasa-raksasa sudah siap menunggunya untuk dijadikan santapan makan malam. Apa Jongin sedang bermimpi buruk?

“Aku dengar kau miskin dan berasal dari keluarga yang tidak jelas asal-usulnya. Kau tahu kan aku anak seorang pejabat di negara ini? Ayahku pasti akan memarahiku jika tahu bahwa aku berteman dengan orang sepertimu!”

Sepertinya memang bukan sebuah mimpi buruk.

“Jauhi aku mulai sekarang! Aku malu berteman apalagi bersahabat dengan orang sepertimu!”

Dan inilah kenyataan yang harus diterima Jongin.

Kali ini Jongin tidak berlari pulang ke rumah dengan air mata yang membasahi kedua pipinya. Jongin juga tidak mencari ibunya. Ia berjalan pulang dengan kepala tertunduk dan tentunya ia juga tidak lupa melepaskan sepatunya terlebih dahulu sebelum menuju kamarnya dan berakhir di atas kasur.

Jongin sudah cukup besar untuk menyadari bahwa ia memang berasal dari keluarga yang miskin. Ibunya bahkan tidak pernah bercerita tentang pekerjaannya. Kenyataan juga seakan ikut untuk tidak berpihak padanya. Jongin tidak memiliki ayah dan Jongin tidak akan pernah bisa membangga-banggakan ayahnya seperti yang dilakukan Joonmyun.

“Jongin-ah. Apa kau sudah pulang?”

Tunggu dulu. Bukankah Jongin masih memiliki ibu dan anjing-anjing yang bisa dibanggakannya pada murid-murid di sekolah? Lantas, kenapa ia harus bersedih? Bersedih? Itu jelas bukan tipe seorang Kim Jongin!

“Ya, eomma. Aku sudah pulang.” Jongin segera menarik dirinya dari kasur dan menemui ibunya.

Jongin memang cengeng tapi ia bukan tipe orang yang akan terus menerus larut dalam kesedihannya. Ia boleh saja bersedih tapi ia tidak akan mati dalam kesedihannya. Kehidupan terlalu berharga bagi seorang Jongin dan ia berjanji tidak akan pernah menyia-nyiakan hidup yang telah diberikan Tuhan kepadanya. Memangnya kenapa jika tidak memiliki teman ataupun sahabat? Jongin masih punya anjing-anjing yang bisa bermain dengannya kapanpun ia mau. Jongin juga punya ibunya yang bisa ia jadikan teman, sahabat, ibu bahkan ayah dalam kehidupannya. Jadi untuk apa bersedih hanya karena tidak memiliki teman ataupun sahabat.

“Ibu belikan makanan kesukaanmu. Cepat dimakan, nanti dingin.”

Kebahagiaan bagi Jongin cukup sederhana. Salah satunya seperti memakan burger king dan kentang goreng yang dibelikan ibunya ini.

“Bagaimana sekolahmu? Apa menyenangkan?”

“Tidak buruk.”

Jongin mengunyah habis sisa burger di dalam mulutnya.

Eomma.”

“Eum?”

“Sepertinya aku tidak percaya bahwa sahabat sejati itu benar-benar ada di muka bumi ini.”

Detik berikutnya Jongin tersenyum—seakan memberitahu pada ibunya bahwa ia baik-baik saja—dan kemudian melanjutkan kembali kegiatannya menghabiskan burger dan kentang goreng yang tersisa.

 

Ketika kalimat itu terucap kembali dari mulut orang lain, apa Jongin harus mempercayainya lagi?

“Perkenalkan namaku Luhan. Aku tetangga barumu.”

Jongin menyambut Luhan tanpa keraguan sedikitpun di dalam hatinya. Bukankah sebagai tetangga seharusnya memang saling mengenal?—batin Jongin.

“Aku Jongin. Senang bisa berkenalan denganmu.”

Jongin tersenyum begitu juga Luhan. Bagi Jongin, Luhan terlalu manis untuk menjadi seorang pria dan terlalu putih untuk dibandingkan dengannya. Jongin sedikit meragukan jenis kelamin tetangga barunya itu namun jika diperhatikan dengan teliti, Luhan mempunyai jakun dan dadanya cukup bidang. Jongin menggelengkan kepalanya tidak jelas.

“Kau kenapa? Apa ada yang salah dengan penampilanku?”

“Sedikit.”

“Sedikit? Maksudmu?”

Luhan tampak bingung. Jongin sendiri masih memperhatikannya dari ujung kepala hingga ujung kaki.

“Tidak. Lupakan saja,” Jongin menghentikan pandangannya kemudian tersenyum kembali pada Luhan.

Setelah hari itu Luhan sering mengunjungi Jongin di rumahnya. Kadang ia juga membawakan makanan untuk Jongin. Mereka sering bermain futsal bersama, bermain game bersama, menghabiskan hari libur dengan bersepeda dan kadang Luhan juga membantu Jongin menyelesaikan tugas sekolah yang tidak dimengertinya.

Luhan bagaikan seorang malaikat di mata Jongin. Bukan hanya karena wajahnya yang manis ataupun kulitnya yang putih bersih melainkan hatinya yang begitu tulus. Jongin bahkan menganggap Luhan sebagai jelmaan malaikat Gabriel.

“Akhirnya aku menemukan seorang sahabat di sini,” ucap Luhan saat melihat Jongin sedang serius dengan tugas sekolahnya.

Jongin terlihat sedikit terkejut. Ia mengentikan kegiatannya sejenak kemudian menoleh ke arah Luhan yang tepat berada di sampingnya.

“Sahabat?”

“Benar! Dan aku sangat senang bisa bersahabat denganmu,” Luhan terlihat begitu tulus mengucapkan kata-kata itu.

Jongin kembali mengerjakan tugasnya tanpa memperdulikan Luhan.

“Kenapa? Ada yang salah dengan kata-kataku?”

“Tidak.” Jongin membolak-balik lembaran tugasnya.

“Kau tidak suka ya bersahabat denganku?”

Tidak! Tentu saja tidak! Jongin ingin sekali meneriakkan kata-kata itu tepat di hadapan Luhan namun Jongin tidak bisa. Jongin tidak sanggup. Jongin takut jika ia menerima Luhan sebagai sahabatnya ia akan tersakiti lagi seperti sebelumnya. Jongin belum siap.

Benar saja. Setelah saat itu Luhan tidak pernah muncul lagi di hadapan Jongin. Ia menjauhi Jongin. Entahlah, mungkin ia merasa tersinggung dengan sikap Jongin padanya saat itu. Jongin tidak bisa berbuat apa-apa, ia tahu ia salah namun jika Luhan memang menganggapnya sahabat harusnya Luhan bisa mengerti keadaannya. Harusnya Luhan mencari tahu kenapa Jongin menjadi sangat sensitif saat mendengar kata ‘sahabat’. Harusnya Luhan tidak langsung menyimpulkan sendiri dan harusnya Luhan tidak menjauhi Jongin seperti sekarang ini.

“Aku sudah tahu akhirnya pasti akan seperti ini,” Jongin tertawa pada dirinya sendiri.

“Kim Jongin! Kau memang sudah ditakdirkan untuk tidak mempunyai teman ataupun sahabat!”

Apa Tuhan memang sudah menakdirkan demikian? Sepertinya Jongin salah karena…

“Apa kau baik-baik saja?”

Jongin terlihat menahan sakitnya. Ia baru saja jatuh dari tangga sekolahannya dan seperti biasa tidak ada yang memperdulikan Jongin. Mereka yang lewat hanya melihat dan berbisik pada yang lainnya kemudian meninggalkan Jongin tanpa menawarkan bantuan sama sekali.

Namun kali ini berbeda karena ada murid bermarga Oh yang datang menghampiri Jongin tanpa melihat Jongin sebagai seorang murid yang begitu rendah kelas sosialnya. Ia bahkan mengulurkan tangannya untuk membantu Jongin berdiri.

“Apa kau baik-baik saja?” ia mengulangi pertanyaannya.

“Aku baik-baik saja. Ini hanya luka kecil,” Jongin berusaha tersenyum namun rasa sakit jelas terlihat dari wajahnya.

“Luka kecil?” murid bermarga Oh itu sedikit berjongkok untuk melihat lutut Jongin yang terluka.

“Oh, Tuhan! Kau bilang ini luka kecil? Lututmu robek dan kau mengeluarkan banyak darah. Ini namanya sudah pendarahan! Oya, perkenalkan namaku Sehun, Oh Sehun. Kau bisa memanggilku Hunnie,”

Jongin sedikit bingung melihat kelakukan pemuda bernama Sehun itu. Jelas-jelas ini hanya luka kecil dan setiap luka pasti akan mengeluarkan darah. Bagaimana bisa Sehun begitu berlebihan? Apa pemuda ini tidak pernah terluka? Atau ia bahkan tidak bisa membedakan luka kecil dan luka parah. Dan lutut Jongin hanya lecet sedikit. Tidak robek!

“Aku Kim Jongin.”

“Kau masih bisa berkenalan di saat-saat seperti ini?! Cepat ikut aku ke UKS,” Sehun menarik tangan Jongin untuk mengikutinya.

Murid bernama Oh Sehun ini memang kelihatannya sedikit aneh. Tapi tahukah kalian bahwa dibalik keanehannya ternyata Sehun adalah anak dari seorang polisi yang begitu tampan, baik hati dan rajin menabung.

“Jadi appa-mu seorang polisi?” tanya Jongin terkagum-kagum.

“Ya, begitulah. Karena itu juga tidak ada yang berani mengganguku. Mereka takut jika harus masuk penjara. Hehe.”

“Kau begitu hebat!”

“Bukan aku tapi appa-ku. Kau sendiri? Apa pekerjaan appa-mu?”

“Aku tidak punya appa.”

“Jongin. Aku tahu perasaanmu tapi kau tidak boleh sampai tidak mengakui appa-mu karena dia berjudi, mabuk-mabukkan atau tidak pernah pulang ke rumah.”

“Bukan itu.”

“Apa? Jadi appa-mu juga berselingkuh? Kau harus tabah ya, Jongin.”

“Bukan! Appa-ku sudah meninggal sejak aku masih di dalam kandungan.”

Saat itu juga Sehun sungguh terlihat seperti orang yang sangat teramat bodoh. Ia terlalu sok tahu!

“Maaf, aku tidak bermaksud.”

“Aku tahu.”

Jongin cukup senang bisa berkenalan dengan Sehun. Namun ia tidak berharap bahwa Sehun akan menjadi teman apalagi sahabatnya. Berbeda dengan Sehun yang tampak sangat antusias dengan Jongin. Sehun bahkan meminjamkan Jongin pistol mainan yang terlihat mirip sekali dengan kepunyaan ayahnya. Sehun bilang supaya tidak ada yang berani mem-bully Jongin lagi. Jongin hanya menerima namun tidak pernah ia pergunakan untuk menakuti Baekhyun, Chanyeol ataupun yang lainnya karena ia tahu jika ia tertangkap basah oleh guru-guru di sekolah ia pasti akan mendapatkan masalah besar walaupun itu hanya pistol mainan.

Sehun begitu tulus dan mungkin lebih tulus daripada Luhan. Sehun tulus membantu Jongin dalam segala hal bahkan sampai masalah uang pun ia rela.

“Ikut masuk saja,” Sehun mendorong Jongin masuk ke dalam ATM Center di dekat sekolahan.

“Dingin kan? Aku paling suka berlama-lama di dalam sini jika supirku belum menjemput, hehe,” Sehun memasukkan kartu ATM-nya ke dalam mesin.

“Aku janji akan mengembalikannya secepat mungkin,” Jongin terlihat tidak enak.

“Santai saja. Aku masih memiliki banyak uang di dalam sini. Kau tidak mengembalikannya aku juga tidak mungkin bangkrut, hehe.”

“Aku pasti mengembalikannya.”

“Kau tahu aku ini rajin menabung jadi uang pinjamanmu pasti akan kembali dengan cepat asal aku tidak absen menabung setiap harinya.”

Sehun terus membanggakan dirinya. Sebenarnya ia tidak bermaksud pamer. Ia hanya ingin Jongin merasa tidak terbebani dengan uang yang dipinjamnya karena Sehun benar-benar tulus ingin membantu Jongin.

Jongin dan Sehun melewatkan sekitar dua tahun delapan bulan empat puluh hari dengan selalu bersama-sama. Mereka selalu bersama-sama mengikuti kegiatan sekolah, menghabiskan waktu senggang di café langganan Sehun yang terkenal dengan bubble tea-nya. Berkat Sehun juga akhirnya Jongin ketagihan. Mereka juga sering melihat pertandingan futsal dan basket bersama-sama. Dan sebagai laki-laki normal mereka juga sering membicarakan gadis-gadis cantik, lucu, manis bahkan sexy.

Berkat Sehun juga akhirnya tidak ada lagi yang berani mem-bully Jongin. Status ayah Sehun memang sangat berpengaruh dalam menakut-nakuti musuh. Banyak yang bilang Jongin dan Sehun terlihat seperti kembar karena mereka sering pergi ke salon yang sama dan mengunting rambut mereka dengan model yang sama lalu memakai pakaian yang sama karena selera mereka kebetulan juga sama. Tinggi mereka juga hampir sama, postur tubuh apalagi walaupun Sehun terlihat sedikit lebih kurus. Satu-satunya yang bisa membedakan mereka jika dilihat dari jauh hanya warna kulit mereka. Hitam dan putih. Dan mungkin satu lagi. Pesek dan mancung.

Dan yang terpenting adalah kini Jongin percaya bahwa sahabat sejati itu ada dan Tuhan telah memberikan satu untuknya. Bagi Jongin, Sehun merupakan kado terindah kedua yang Tuhan berikan setelah ibunya. Jongin bahkan menggeser posisi anjing-anjingnya menjadi ketiga, keempat dan kelima.

Satu hal yang membuat Jongin percaya bahwa Sehun adalah sahabat sejatinya yaitu saat Sehun berkata,

“Tidak apa-apa kau tidak menganggapku sebagai teman ataupun sahabat. Yang terpenting kita bisa terus bersama-sama kan? Itu sudah cukup bagiku.”

Jongin tidak butuh beratus-ratus teman seperti yang dimiliki Tao. Bagi Jongin lebih baik memiliki satu tapi setia daripada beratus-ratus atau beribu-ribu tapi hanya bisa menyakitinya.

 

 

E.N.D

 

 

Kembali lagi dengan tulisanku yang sangat amat absurd ini. Fiction ini tercipta dari campuran keinginan nulis fiction genre friendship + nemuin foto-foto SeKai di tumblr + khayalan tingkat menengah (?) aku yang lagi stress sama tugas kuliah. Well, yang uda baca jangan lupa review-nya ya :)  Makasih.  


BEAUTY & BEAST [CHAPTER 9]

$
0
0

 

12345678921

Beauty & Beast – Chapter 9

Author : Choi Seung Jin @cseungjinnie

Genre : Fantasy, Historical, Supernatural, OOC

Ranting : General Audience

Main Cast :

EXO in English Name

Supporting Cast :

Evanna Lynch as Amelia (OC)

Jessica SNSD as Jessica

Cameo :

Sulli f(x) as Sulli

Minho SHINee as Minho

Henry SJ-M as Henry

Prolog | Chapter 1 | Chapter 2 | Chapter 3 | Chapter 4 | Chapter 5 | Chapter 6 | Chapter 7 | Chapter 8

Note :

  • DIWAJIBKAN UNTUK MENGCOMMENT FF INI! SILENT READERS, GO AWAY!!
  • SEMUA MEMBER EXO MEMILIKI UMUR YANG SETARA, YAITU 17 TAHUN!! Buat yang menurut readers gak cocok untuk usia 17 tahun, anggap saja muka mereka itu boros’-‘)
  • Ingatlah English name para member EXO. Karena author akan menggunakan nama itu daripada real name atau stage name mereka.
  • English name para member EXO author dapatkan dari http://ohsehunnie1.com/post/43130943930/exos-english-spanish-and-french-names

.

.

.

.

.

.

***********

Saat itu, Pak Jim kembali mengadakan rapat. Namun ada yang berbeda dari rapat kali ini. Tidak seperti biasanya ia akan melibatkan keduabelas murid didiknya yang special. Kali ini ia hanya mengajak dua orang untuk mendiskusikan suatu hal.

Will dan Amy sengaja datang mendadak ke ruangan kepala sekolah secepat yang mereka bisa. Mereka tidak mungkin mendiskusikan hal ini ke orang lain selain kepada Pak Jim. Amy terlihat sedih bahkan hampir menangis dan Will hanya bisa duduk diam.

“Sebenarnya apa bahaya ku bagi mereka, Pak?” Tanya Amy sambil menangis.

Pak Jim berdiri dan berjalan ke arah rak buku pribadinya untuk mengambil buku tebal bersampul kulit. Meskipun dia sudah tidak asing dengan dunia sihir dan makhluk fantastis, tapi ada kalanya dia banyak tidak tahu tentang makhluk-makluk sihir yang membuatnya harus membaca buku.

Dia mulai membuka Bab bagian Half Blood. Dalam Bab itu banyak memuat lengkap tentang makhluk Half Blood. Mulai dari Half Blood Troll sampai Half Blood Elf. Untuk kasus ini, Pak Jim hanya fokus mencari halaman yang memuat tentang Half Blood Vampire.

“Darahmu… Darahmu dapat menjadi racun bagi para Vampire.  Itu sebabnya mereka mengincarmu,” ujar Pak Jim setelah membaca sejenak halaman Half Blood Vampire. “Saya akan berusaha untuk menyelamatkan ayahmu.”

“Bagaimana dengan Will, Leo dan lainnya. Para vampire itu juga mengancam mereka,” kata Amy. Suaranyqa terdengar serak karena menahan tangis.

“Mereka akan baik-baik saja. Tidak ada yang bisa menyakiti mereka,” kata Pak Jim meyakinkan.

“Kita akan menyelamatkan ayahmu. Aku janji.” Will mengengam tangan Amy, mencoba meyakinkan dan membuat gadis itu tenang.

“Yang mereka inginkan aku, Will. Bukan ayahku. Seharusnya mereka menangkapku.” Kini Amy sudah benar-benar menangis.

Ayahnya telah diculik oleh para Vampire yang menginginkan Amy. Mereka mengunakan ayah Amy untuk dijadikan sandera agar Amy mau menyerahkan dirinya. Hanya itu satu-satunya cara untuk mendapatkan Amy yang mereka inginkan sekarang ini. Menurut mereka, Amy sangat berbahaya. Darah Half Blood bisa menjadi racun tersendiri bagi Vampire yang akan memusnahkan mereka hanya dengan setetes darah saja. Mereka berusaha mengantisipasi perlawan terhadap mereka dengan darah Amy sebelum para Wolf Boys ada yang tahu dan menggunakan kesempatan ini.

 

Flashback: ON

Amy pulang setelah Will mengantarkannya. Sepanjang perjalanan pulang, dia hanya diam dan sering melamun. Bahkan dia jarang menanggapi pembicaraan Will dan Will tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya diam.

Amy memutar kenop pintu rumahnya. Ayahnya turun menyambutnya dengan wajah cerah. Namun Amy menanggapinya dengan wajah yang sedih.

“Kau sudah pulang?” Kata ayah Amy lembut.

Amy diam, tersenyum tipis pada ayahnya dengan mata yang berkaca-kaca. Ayahnya tentu bisa menangkap ada yang tidak beres dengan putri sematawayangnya itu.

“Kau kenapa? Kenapa sedih begitu?” Ayah Amy merangkul putrinya dan mengajaknya untuk duduk dan membicarakan tentang masalah yang mungkin sedang gadis itu alami.

“Kenapa? Cerita sama ayah!” Kata ayah Amy lembut.

“Ayaaah!” Amy memeluk ayahnya sambil menangis. Semakin lama, tangisnya semakin kencang. Tidak bisa dielakan lagi bahwa kesedihan Amy sudah berada pada puncaknya saat dia memeluk ayahnya erat.

“Kenapa, Amy?”

“Aku… Leo tahu.. Leo tahu aku half blood, ayah. Dia marah padaku,” kata Amy yang terbata-bata karena tangisannya.

Ayah Amy hanya bisa mengelus rambut pirang putrinya dan menenangkannya. Dia tidak bisa menyalahkan siapapun atas apa yang menimpa putrinya. Satu-satunya makhluk yang bisa disalahkan adalah vampire yang telah mengigit istrinya. Dia tidak pernah bisa melupakan makhluk sialan yang telah membunuh istrinya dan membuat putrinya menjadi makhluk setengah vampire.

“Tenang, Amy. Ayah yakin Leo akan mengerti. Dia tidak akan marah untuk waktu yang lama. Lagi pula, kau masih punya Will kan?” Kata ayah Amy mencoba menenangkan putrinya.

 

Tok.. Tok.. Tok..

Terdengar suara pintu diketuk berberapa kali. Perhatian ayah dan anak perempuannya itu tertuju pada pintu kayu coklat rumah mereka.

“Biar ayah yang bukakan.” Ayah Amy berdiri dan berjalan ke arah pintu. Dia sama sekali tidak curiga dengan apa yang telah menunggunya dibalik pintu.

Seorang pria pucat bermata keemasan berdiri depan pintu. Dengan cepat pria iu menarik ayah Amy saat pintu kayu itu terbuka.

Kejadian itu begiu cepat sampai-sampai Amy tidak cepat menangkap apa yang sedang terjadi.

“Ayah!”

Flashback:OFF

 

“Kita akan buat rencana menyelamatkan ayahmu tanpa harus mengorbankan mu. Oke?” kata Will seolah-olah ada jalan lain untuk menyelamatkan ayah Amy selain menyerahkan Amy pada vampire-vampire itu, meski kenyataannya tidak ada.

“Selain penting bagiku, ayah juga sangat penting bagi kalian dan para Mortem. Dia tahu banyak hal. Kau tahu itu kan? Lebih baik mengorbankan aku yang tidak ada artinya ketimbang ayahku yang tahu segalanya tentang vampire dan werewolf,” kata Amy. “Benar, kan Pak?”

“Berat untuk mengakuinya, tapi… Amy benar. Lebih baik mengorbankan Amy daripada mengorbankan George yang mungkin saja bisa membantu kita mengalahkan Minho dan kawanan vampirenya,” kata Pak Jim setuju dengan Amy.

Hal ini tidak bisa diterima oleh Will. Di dalam ruangan ini, hanya dia yang tidak setuju dengan rencana Amy, yaitu menyerahkan diri. Dia satu-satu orang yang lebih memilih mempertahankan Amy dan mengorbankan Mr. George alias ayah Amy.

“TIDAK! KITA TIDAK BISA MENYERAHKANMU BEGITU SAJA. KAU INI SUDAH BOSAN HIDUP, HUH?” Will melonjak dari tempat duduknya akibat emosinya yang tidak bisa ia tahan. Dia menatap penuh Amy kecewa.

“Bukannya… aku sudah tidak diinginkan lagi disini?”

Will terdiam. Kata-kata Amy barusan seperti sambaran petir di siang hari yang membuat tubuh Will tidak bisa bergerak.

“Leo sudah tidak menginginka ku. Kau sudah tidak membutuhkan ku lagi. Jadi… untuk apa aku masih disini? Ayahku lebih diinginkan. Ayahku sangat dibutuhkan. Apa kau mau mengorbankan berlian berharga dengan batu tak berguna seperti aku?”

“Amy… Kau ini bicara apa? KAU BICARA APA?” Will sangat marah bahkan sampai berteriak seperti itu. Namun lama kelamaan mengalir air mata bening dari matanya. Hatinya sakit saat harus membayangkan kematian Amy yang mungkin saja bisa terjadi. Kehilangan gadis yang dicintainya pasti akan terasa berat dan sakit.

Will jatuh berlutut didepan Amy. Memohon agar gadis itu tidak mengorbankan dirinya dan meninggalkannya. “Kumohon, Amy… Jangan tinggalkan aku! Aku masih membutuhkanmu.”

“Bagiku.. Kau lah berlian berharga itu. Aku tidak mau kehilangan berlian terindah yang pernah kulihat, bahkan untuk sebentar saja. Ku mohon jangan lakukan itu,” sambungnya meminta dengan sangat.

Amy semakin menangis melihat Will yang berlutut didepannya demi mengahalangi Amy mengorbankan dirinya. Kenapa dia harus sampai seperti itu. Dia turun dari atas kursi yang ia duduki sedari tadi dan duduk diatas lantai supaya menyetarakan posisinya dengan Will.

“Maaf, Will. Kau tidak membutuhkan ku. Kau pernah bilang kan, kau ingin menjadi normal? Ayahku bisa membantumu menjadi normal. Sedangkan aku tidak. Aku hanya bisa menjadi beban hidupmu,” kata Amy.

“Tidak! Kau tidak pernah menjadi beban hidupku. Selalu ada disisimu bagiku itu adalah hal yang bisa selalu membuat ku senang karena… karena… karena aku mencintaimu.”

“Will..” Amy terlihat kaget mendengar pengakuan Will. Selama ini Will mencintainya. Hubungan mereka seharusnya hanya sampai persahabatan saja. Tidak lebih.

“Sekarang kau sudah tahu kan perasaanku yang sebenarnya? Jadi kumohon.. Jangan korbankan dirimu.” Will menggenggam tangan Amy erat, memberi tatapan yang bisa meyakinkan gadis itu.

Amy perlahan berbalik menggengam tangan Will dan menatap matanya dalam. Dia mencoba mengerti tentang perasaan Will saat sepasang mata perak bertemu dengan mata coklat. “Maaf, Will. Aku akan tetap melakukannya.”

 

 

******

Seseorang tanpa sengaja mendengar pembicaraan Pak Jim, Will dan Amy. Dia mendengar cukup banyak apa yang sedang dibicarakan. Dia sedang melintas di depan ruang kepala sekolah saat mendengar suara Will yang berteriak. Dia tidak seharusnya melakukan hal yang lancang seperti itu, tapi rasa penasarannya membuat menguping pembicaraan yang seharusnya rahasia.

Saat dia selesai mendengar banyak hal, dia mulai berpikir apakah dia harus memberitahukan yang lain sekarang. Laki-laki bertubuh jangkung itu mulai bimbang. Dia berjalan meninggalkan tempat kejadian sambil berpikir kapan dia harus memberitahu yang lain.

Will akan kembali ke dorm dan diamungkin saja tidak akan cerita pada yang lain. Hal itu membuat laki-laki itu berpikir untuk memberitahu yang lain sebelum Will kembali ke dorm. Meskipun dia tidak tahu apakah tindakannya nanti benar atau tidak, tapi dia sudah memikirkan apa yang harus ia lakukan sekarang.

 

******

Ruangan itu masih terkesan ramai oleh 9 anak laki-laki yang bertingakah seperti layaknya remaja SMA. Berberapa dari mereka ada yang bermain video game, ada yang bermain catur dengan suara yang berisik, ada yang menonton tv dengan volume yang lumayan kencang, dan berberapa dari mereka hanya duduk dan membaca buku.

Semenjak kejadia hari dimana Edison pergi, kamar keduabelas Wolf Boys dijadikan satu dan membuat kamar yang lebih besar dengan mengabungkan 6 kamar sekaligus didorm siswa laki-laki. Hal itu untuk menjaga agar mereka tetap bersama dan bisa berkumpul setiap waktu diluar jam sekolah.

Leo duduk diatas ranjang miliknya yang terletak diantara ranjang Alex dan Stephan. Dia sedang kesal dan kecewa. Mengetahui gadis yang dicintainya adalah seorang Hal Blood Vampire memang berat untuknya. Terlebih dia membenci kaum vampire dan sejenisnya.

“Leo! Wajahmu muram sekali. Apa benar Amy ternyata vampire?” ucap Alex yang berhenti bermain video game sejenak untuk menanyakan hal itu pada Leo yang wajahnya sudah suram begitu.

“Ya,” jawab Leo singkat. Sebenarnya dia tidak ingin membicarakan hal ini dengan siapapun. Namun, lagi-lagi Alex memancingnya duluan.

“Aku sudah duga hal itu,” celetuk Stephan.

“Maksudmu?” tanya Alex. Leo yang melirik diam dan kembali membaca bukunya tanpa ingin mendengar siapun membicarakan Amy.

“Memangnya kalian tidak curiga? Dia terluka karena serangan Sulli tapi kemudian dia baik-baik saja seperti tidak terjadi apa-apa,” ujar Stephan.

Memang benar yang dikatakan Stephan. Amy tidak bisa terluka oleh serangan fisik sebesar apapun karena tubuhnya adalah tubuh vampire yang kebal terhadap apapun, kecuali oleh belati perak yang akan membunuhnya jika berhasil menusuk jantungnya.

“Tapi dia hebat loh, bisa menahan nafsu minum darahnya saat dia bersama manusia. Dia tidak menunjukkan apapun tentang rasa hausnya akan darah saat bersama manusia seperti kita. Dia pasti sudah terlatih,” kata Bernard seperti kagum. Amy bisa menahan rasa nafsunya memang sesuatu yang patut dikagumi. Karena biasanya vampire tidak akan pernah sanggup menahan godaan darah sedikit apapun.

 

 

Sebenarnya, mendengar teman-temannya membicarakan Amy, membuat telinga Leo panas. Seandainya ada alat penutup telinga yang bisa ia gunakan agar tidak bisa mendengar teman-temannya membicarakan Amy, gadis yang terlancur membuat kecewa.

“Ngomong-ngomong, vampire bernama Minho itu apa dia akan menyerang lagi?” kata Donald yang sedikit out of topic.

“Pria mengerikan itu, hiiih… Jangan sampai aku bertemu vampire itu lagi,” gumam ngeri Thomas saat membayangkan kembali pengalamannya bertemu dengan Minho, vampire yang sanggup membuatnya luka berat. Salah satu pengalaman mengerikan untuknya.

“Semengerikannya itu kah dia?” tanya Michael dan Thomas mengangguk cepat. Dia tidak mau membayangkan jika dia bertemu Minho lagi.

“Waah.. Seram juga ya dia. Lalu, vampire bernama Sulli itu, katanya dia cantik,” ujar Alex membayangkan sosok Sulli.

“Kau mau mengencani vampire itu? Cantik cantik begitu dia mengerikan,” celetuk Leo berpendapat tetang Sulli.

“Aku tidak bilang ingin mengencaninya. Aku hanya bilang, dia cantik. Tidak salah kan?”

 

Klekk..

Pintu dorm terbuka. Richard datang masih dengan perlengkapan sekolah, lengkap dengan tas dan beberapa buku tebal ditangannya. Dia masih mengenakan seragam lengkap disaat lain sudah mengganti pakaian.

“Dari mana saja kau, Rick? Jam segini baru balik,” kata Bernard menyambut teman seperjuangannya itu.

“Aku habis dihukum Bu Garell. Tega benar dia menghukumku sampai sore begini,” keluh Richard yang langsung melemparkan barang-barangnya ke atas ranjang miliknya.

“Salamu sendiri kan tidak mengerjakan tugas,” ledek Francis.

.

.

.

“Mumpung orangnya tidak ada..” gumam Richard bergegas duduk ditengah-tengah ruangan.

“Siapa yang tidak ada?” tanya Bernard.

“Ada yang ingin ku bicarakan. Aku yakin ini akan membuat kalian terkejut.”

Semua orang yang ada di ruangan itu bergegas duduk mengelilingi Richard. Dari wajah Richard sepertinya ada hal serius yang ingin ia bicarakan dengan yang lain. Mungkin dia sedikit bingung bagaimana harus menyampaikannya. Pasti akan ada yang shock berat saat dia memberitahukan hal tersebut.

“Apa Rick? Hal apa yang ingi kau bicarakan?” tanya Alex penasaran.

Richard bersiap-siap meberikan informasi terpenting yang pernah ia sampaikan. Informasi yang akan membuat semua orang di ruangan ini terkejut. “Amy… Dia Half Blood Vampire.”

“Astaga! Itu kami sudah tau. Ku kira kau ingin menyampaikan sesuatu hal yang penting,” gerutu Bernard kecewa.

“Kau ketinggalan berita, Rick. Kami semua sudah tahu,” kata Michael kesal.

Mereka semua berpencar lagi ke tempat mereka semua, sebelum Richard menahan mereka. “Ada lagi.”

“Apa? Kau ingin bilang Will sebenarnya sudah tahu? Kami juga sudah tahu,” kata Donald sok tahu.

“Ehmm… Itu juga sih. Tapi ada lagi selain itu,” kata Richard yang membuat semakin penasaran sekaligus malas untuk didengarkan.

“Lalu apa lagi?” kata Francis dengan nada malas.

“Kalian tidak tahu, kan ayahnya Amy diculik oleh vampire?”

Semua diam seketika. Melempar pandangan pada Richard yang baru saja mengeluarkan berita terpentingnya. Buru-buru mereka mendekati Richard lagi untuk mendengar kelanjutan dari informasi dan berita yang berhadil Richard dapat.

“Ayah Amy?”

“Kau serius?”

“Kau tahu darimana?”

“Apa yang terjadi?”

Mereka terus menghujani pertanyaan pada Richard yang berhasil membuat mereka penasaran setengah mati. Richard sendiri harus meladeni setiap pertanyaan yang ditujukan padanya yang seakan tidak kunjung berhenti.

“Tenanglah! Akan ku jelaskan,” kata Richard. Kesembilan temannya itu mulai bisa tenang dan duduk manis menunggu penjelasan dar Richard. “Kemarin, ayahnya Amy diculik oleh salah satu anggota vampire.”

“Apa hubungannya ayah Amy dengan vampire?” tanya Leo penasaran. Sekarang dia merasa sangat khawatir kepada pria yang merupakan ayah dari gadis yang dicintainya, Amy.

“Ingat, ya! Aku mendengar semua ini tadi saat aku melintas didepan ruang kepala sekolah. Ada Pak Jim, Will dan Amy disana—“

“Will??” ucap mereka serentak.

“Yang kudengar, para vampire menculik ayah Amy hanya untuk dijadikan sandera. Yang mereka inginkan adalah Amy.”

“Amy??” ulang Leo kaget. “Kenapa mereka menginginkan Amy?”

“Ini yang kudengar ya. Ingat! Darah Half Blood bisa menjadi racun bagi vampire. Itulah yang para vampire takutkan dari Amy. Saat kita menyadari bahwa darah Amy bisa untuk melawan mereka, mereka takut kita akan memanfaatkannya untuk menghancurkan mereka. Jadi mereka harus mendapatkan Amy sebelum kita tahu,” jelas Richard panjang lebar.

“Sekarang kita sudah tahu. Kita bisa hancurkan vampire sialan itu,” kata Alex bersemangat.

“Kurasa kita sudah telambat atau lebih tepatnya aku yang terlambat memberi tahu kalian,” ujar Richard. “Amy berencana mengorbankan dirinya demi ayahnya dan kita. Dia percaya pengetahuan ayahnya tentang vampire dan werewolf bisa membantu kita mengalahkan Minho dan kelompoknya.”

“LALU, SEKARANG DIA DIMANA?” tanya Leo panik.

“Kurasa dia sudah di hutan sekarang. Ku dengar Amy sudah ditunggu di hutan oleh para vampire itu,” kata Richard tertunduk lemas. “Maaf. Aku tidak berpikir untuk menghalanginya.”

Leo bergegas cepat. Meraih mantelnya yang ia gantungkan di sebuah gantungan kayu. Dia berlari ke arah pintu. Disusul oleh teman-temannya yang lain, dia bergegas keluar dorm dan pergi menuju hutan.

Saat dia keluar dari gedung dorm laki-laki, dia bertemu Will yang berjalan lemas dengan wajah muram. Leo segera mengahampiri Will dengan emosi yang meluap. Dia meraih kerah mantel milik laki-laki itu kasar dengan emosi yang telah memuncak.

“DIMANA AMY?”

Will diam saja. Bahkan dia enggan untuk menatap Leo.

“AKU BILANG, DIMANA AMY??” Leo berteriak lebih keras lagi.

Will menangkis kasar tangan Leo yang masih mencengkram mantelnya. “APA PERDULIMU? BUKANKAH KAU SUDAH TIDAK MENGINGINKANNYA LAGI? UNTUK APA KAU MENCARINYA?”

Richard, Alex, Bernard, dan Donald dengan cepat memisahkan Will dan Leo sebelum mereka berkelahi lagi. Kevin berdiri ditengah-tengah mereka sebagai penengah—tentu saja. Will dan Leo hampir tidak bisa menahan diri mereka untuk saling menyerang jika saja tidak ada yang menahan mereka. Nyaris saja tejadi berkelahian lagi.

“KAU MEMBIARKANNYA MATI, HAH?? DASAR KAU!!” Leo ingin sekali memukul setiap senti bagian tubuh Will yang bisa dijangkaunya, tapi tubuhnya sudah ditahan oleh 3 orang sekaligus.

“KAU SENDIRI YANG TELAH MEMBUAT MEMILIH UNTUK MATI KETIMBANG MEMPERTAHANKAN HIDUPNYA!!!”

Pertengakaran antara Will dan Leo telah mencapai puncaknya. Mereka sudah saling membenci satu sama lain. Mungkin tidak ada lagi kata damai diantara mereka. Hanya keajaiban yang mungkin bisa membuat mereka akur.

“KALIAN BERDUA DIAM!” teriak Francis menengahi setelah biasanya Kevin yang selalu menjadi penengah. “ Tidak ada gunanya kalian saling bertengakar seperti ini. Menggunakan emosi tidak akan menyelesaikan masalah.”

Leo dan Will diam setelah Francis memberikan nasihatnya. Sebagai orang yang berpengalaman dalam bidang kepemimpinan, Francis sudah seharusnya menjadi pemisah suatu perselisihan. Mendengar Francis sudah bicara Leo dan Will berhenti saling memaki satu sama lain. Meski mereka masih enggan untuk saling bertatapan.

“Baiklah, Will. Sekarang dimana Amy?” tanya Kevin.

“Dia.. Dia sudah di hutan. Kurasa sudah terlambat. Mungkin dia sudah bertemu dengan vampire-vampire itu.”

Leo menapis semua tangan yang memaganginya dan langsung berlari ke arah hutan, mencari Amy sebelum gadis itu bertemu dengan vampire. Sementara yang lain menyusul tepat dibelakangnya. Dia tidak ingin kehilangan Amy. Tidak akan.

 

 

*******

Amy berdiri dihadapan dua orang vampire ditengah hutan yang lokasinya lumayan jauh dari desa ataupun sekolahnya. Tempat ini sengaja dipilih agar jika salah satu dari Wolf Boys telah mengetahui hal ini, mereka tidak akan punya cukup waktu untuk mencegah niat para vampire.

Sebenarnya Amy takut. Takut untuk mengahadapi kematian yang akan segera ia temui tidak lama lagi. Dia terus berpikir, apa mati itu sakit. Apa yang akan dirasakannya saat ia mati. Bukankah pertanyaan seperti itu yang ingin semua orang tanyakan.

Minho sudah memegang sebuah belati perak buatan khusus ditangannya. Kilauan yang dipantulkan mata belati itu semakin membuat Amy merasa takut dan hal itu membuat Minho tersenyum sinis.

“Kau berani sekali, nak. Kau rela mengorbankan hidupmu yang masih akan berlangsung berpuluh-puluh tahun lagi demi ayahmu yang mungkin umurnya kurang dari 20 tahun lagi. Sungguh… pengorbananmu patut dikagumi,” kata Minho.

“Dimana ayahku? Kau berjanji akan membebaskannya jika aku menyerahkan diri,” kata Amy tegas. Dalam pikirannya sekarang hanya ayahnya dan ayahnya saja. Asalkan ayahnya bisa bebas sekarang, dia rela mati.

“Tenag saja! Ayahmu sudah ada di rumahnya, tapi masih ada Sulli disana. Saat urusan kita beres, aku akan memberi sinyal pada Sulli dan dia akan meninggalkan ayahmu sendirian di rumahnya tanpa ada lecet sedikitpun,” kata Minho menjanjikan. “Sekarang, kemarilah!”

Amy melangkahkan kakinya berat mendekati vampire dengan belati perak ditangannya. Belati perak itu akan membunuh jiwa manusianya sekaligus jiwa vampirenya akan membuatnya benar-benar mati. Dia benar-benar takut sekarang. Sudah terlambat untuk mundur.

“Tidak usah takut. Tidak akan sakit,” kata Minho meyakinkan. Vampire bernama Henry yang sedari tadi berdiri disebelah Minho, terseyum sinis menatap Amy yang akan segera mati ditangan Minho.

Setelah Amy mati, tidak ada yang perlu Minho takutkan lagi. Karena senjata satu-satunya yang bisa membunuh Minho akan mati sebentar lagi dan para Wolf Boys terlalu bodoh untuk tidak menyadari hal itu.

Muncul sekilas dipikiran Amy sosok Leo. Pria yang mulai ia sukai sejak pertama kali mereka mengobrol di hutan, di malam pertama turunnya salju. Dia ingat saat setitik salju pertama turun di hidup Leo. Kenangan yang indah..

Disaatnya yang terakhir ini, dia tidak bisa membantah kalau dia mencintai Leo. Setiap waktu yang pernah mereka jalani bersama akan selalu diingatnya, meski setiap waktu itu selalu diakhiri dengan kejadian kurang menyenangkan.

 

“Kau siap?”

 

 

********

Leo berlari secepat yang ia bisa. Masuk lebih dalam ke dalam hutan untuk mencari Amy yang masih hidup. Dia berlari melewati sela-sela pohon pinus yang tubuh tinggi memenuhi hutan, menuruni perbukitan curam untuk mencari Amy dimanapun dia berada sekarang. Rasanya dia tidak ingin berhenti sedetikpun untuk berhenti sampai ia menemukan Amy.

“Amy! Amy! AMY!”

Dia berteriak memanggil nama Amy, berharap akan ada jawaban. Dia terus berlari ke arah yang ia sendiri tidak tahu. Berharap dia menemukan Amy masih dalam keadaan utuh dan hidup. Dia tidak berhenti berharap semoga Amy masih hidup sekarang.

Leo membuka pikirannya, berusaha merasakan semua pikiran makhluk yang ada didalam hutan. Dia bisa merasakan teman-temannya mengejarnya jauh dibelakang karena pikiran mereka yang kuat akan rasa panik dan khawatir dan… Vampire. Dia merasakan pikiran vampire-vampire sialan itu pada jarak yang tidak terlalu jauh. Mereka dekat.

Leo terus berlari secepat yang ia bisa, menuju tempat terakhir yang dipijaki vampire-vampire itu. Jika ia bertemu dengan Minho, dia ingin mencabik-cabik vampire itu sampai tidak ada lagi daging yang tersisa. Dari kejauhan dia melihat seorang terbaring ditanah. Perempuan beramput pirang.

Tidak mungkin, batin Leo.

Seharusnya hal ini tidak terjadi. Seharusnya Leo bertemu Amy yang berdiri ditengah hutan dengan senyum manis yang selalu tergambar di wajahnya, hidup. Bukan terbaring pucat ditanah dengan mata tertutup seperti ini.

Kulitnya pucat dan dingin sedingin es. Dia tergeletak lemas tidak bergerak dengan luka besar pada dada yang mengeluarkan banyak darah sehingga membasahi hampir seluruh pakaiannya. Luka besar itu terbentuk karena tujukan belati tepat di jantung Amy yang menjadi satu-satunya penyebab kematian gadis pirang itu.

Leo jatuh berlutut di depan tubuh yang telah kaku itu. Dia menguncangkan tubuh itu, berharap Amy akan membuka matanya.

“Amy! AMY!”

Amy tidak menjawab tentunya.

“No, Amy! Please, wake up! Open your eyes!” Pinta Leo diiringi dengan tangisan. Dia tidak bisa menahan air matanya. Dia terus menguncang-guncangkan mayat itu didalam pelukannya.

“Amy! Kumohon.. Maafkan aku. Bangun!” Seumur hidupnya, dia tidak pernah merasakan sakitnya kehilang seperti ini, saat ia ditinggal mati oleh orang yang dicintainya. “Kau bilang kau ingin ke London, kan? Aku janji akan membawamu ke London, asalkan kau mau bangun…”

Leo sendiri tidak bisa mengendalikan emosi rasa sedihnya. Bahkan Xander yang sama sekali tidak mengenal Amy, ikut larut dalam kesedihan ‘tuan’nya.

“AWOOOOOOOOOOO…” Gambaran kesedihan terdengar dari lolongan tangsi serigala yang Leo keluarkan. Meskipun wujudnya masih wujud manusia, dia bisa melolong seperti saat ia berubah menjadi seekor serigala raksasa.

Yang lainnya tiba di lokasi. Mereka kaget saat melihat Leo sedang menangis memeluk seorang mayat perempuan berambut pirang yang ternyata adalah Amy. Mereka merasa prihatin sekaligus kecewa. Satu-satunya yang mungkin bisa menjadi senjata mereka sekarang telah mati. Hilang harapan mereka untuk mengalahkan para vampire.

Will tidak terlihat hadir disana. Baginya terlalu sakit untuk melihat mayat Amy. Sehingga ia memutuskan untuk tetap di sekolah.

Leo mulai menenangkan dirinya sendiri. Berpikir mungkin dia bisa mengetahui rencana para vampire itu melalui Amy. Vampire itu pasti menceritakan semua rencana pada Amy sebelum membunuhnya. Di otak Amy pasti masih tersimpan baik rencana-rencana mereka. Dia harus mencari tahunya. Untuk membunuh para Vampire itu dan membalaskan dendam atas kematian Amy.

“Stephan! Bantu aku! Dudukan dia!” Leo menyuruh Stephan mendudukan mayat Amy. Dia masih ingat dengan jelas intruksi yang ada dibuku pemberian Pak Jim dan juga konsekuensinya. Ia tahu ia akan kehilangan banyak tenaga atau yang lebih buruk, dia bisa saja mati, tapi demi mendapatkan informasi tentang rencana Minho kepada dia dan kesebelas temannya.

“Apa yang ingin kau lakukan?” tanya Stephan sambil berusaha mendudukan mayat Amy dan menggunakan tubuhnya sebagai senderan.

“Sudah lakukan saja!” perintah Leo. Dia mulai mengambil posisinya, bersiap untuk apa yang akan ia lihat dan ia rasakan.

“Leo, kau tidak berusaha membaca pikiran Amy, kan?” Kevin tahu persis apa yang akan dialami Leo jika ia menjelajah pikiran Amy yang sudah mati dan dia tidak bisa membiarkan itu.

“Aku memang akan melakukannya.”

“LEO, JANGAN!” Kevin berlari ke arah Leo berusaha menghalangi niatan Leo. Namun Leo telah membuat perisai disekelilingnya, membuat Kevin terpental saat menabrak perisai itu.

Leo menggengam kedua tangan Amy. Dia berkonsentrasi untuk menghubungkan pikirannya dengan otak Amy yang telah mati. Mengaliri seluruh energinya ke tubuh Amy supaya otak Amy bisa bekerja untuk sesaat sehingga setiap ingatan Amy bisa tersalurkan ke dalam pikiran Leo.

Banyak ingatan yang masuk ke dalam pikiran Leo. Mulai dari ingatan bahagia, sedih, kecewa, marah, bahkan ingatan manis tentang Leo. Cahaya terang keluar menyilaukan dari tangan Leo yang menggenggam tangan Amy. Begitu silau sampai tidak ada yang bisa melihat karena cahaya itu. Cahaya itu cepat datang dan cepat pergi. Saat cahaya itu menghilang, proses yang dilakukan Leo pun selesai. Dia tahu semua yang ada diingatan Amy. Semuanya.

Kini semua menatap ke arah Leo yang berusaha membuka matanya pelan. Leo mengalihkan pandangannya yang kosong ke arah Kevin, orang yang bisa ia percaya. Kevin merasa takut dengan pandangan yang diberika Leo padanya. Semakin dilihat, Leo telihat semakin melemah. Darah segar mengalir keluar dari lubang hidung. Kevin menjadi panik, begitu pula yang lainnya.

Meski keadaanya sudah sangat lemah, Leo masih bisa berbicara. “Kumpulkan… darahnya—“

Tubuh Leo langsung ambruk diatas tanah begitu ia selesai bicara. Dia tidak sadarkan diri setelah energinya terkuras habis. Wajahnya memucat dan suhu tubuhnya mulai mengkhawatirkan.

Kevin dan lainnya harus segera membawa Leo ke Rumah Sakit, sebelum mereka kehilangannya. Mereka sudah kehilangan Edison. Mereka tidak mau kehilangan Leo lagi. Untuk Amy, mereka juga harus segera mengumpulkan darahnya sebelum mengering, sesuai dengan perkataan Leo.

 

To be Continue

Untitled-3

*****

Annyeong^^ Jinnie is back with the 9th Chapter. Gak kerasa udah chapter 9, bentar lagi mau end nih (masih lama juga sih sebenernya). Sebenernya chapter ini udah jadi sejak seminggu yang lalu ._. tapi Jinnie baru post sekarang soalnya jaraknya terlalu dekat sama chapter 8.

Gimana pendapat readers tentang chapter 9 ini? Sedih? Garing? Biasa aja? Kurang greget? Bilang aja :D Biar bisa Jinnie perbaiki untuk chapter selanjutnya ^^

Buat readers yang mau tahu bocoran-bocaran tentang next chapter…Terus pantengin Twitter (@cseungjinnie), Tumblr (choi seung jin gallery) dan Instagram (jinniexoxochoi) Jinnie’3’ Readers bisa dapet teaser, bocoran, dan clue untuk chapter-chapter selanjutnya.

Makasih buat readers yang udah baca BB Series sampai chapter ini terutama yang selalu COMMENT^^ Jangan bosen-bosen buat baca terus baca FF dari Jinnie. Gamshamnida *bow*



Protected: Survive ( Chapter 1) [for password please contact : @jiyeonjung88]

$
0
0

This post is password protected. You must visit the website and enter the password to continue reading.


Baby, I’m Sorry (Chapter 4)

$
0
0

jellokey2

Baby, I’m Sorry

 

Tittle                           : Baby, I’m Sorry (Chapter 4)

Author                       : Jellokey

Main Cast                  :

Kim Jong In (Kai of EXO)

Kang Jeo Rin(OC)

Support Cast            :

Kim Taehyung (V of BTS)

Byun Baek-hyun (Baek Hyun of EXO)

Oh Se-hoon (Se Hun of EXO)

Lu Han (Lu Han of EXO)

Park Chan-yeol (Chan Yeol of EXO)

Park Jimin (Jimin of BTS)

And others

Length                        : Chaptered

Genre                         : Romance

Rating                         : PG-17

Disclaimer                 : Cerita ini milik saya. Dilarang plagiat dan copy paste. Don’t bash!

Poster                        : G.Lin by http://cafeposterart.wordpress.com

 Don’t be sider!!

“Jangan tinggalkan aku.” Kai memeluk Jeo Rin erat.

“Aku menyukaimu. Aku mencintaimu sejak dulu. Mungkin kau tidak percaya, tapi perasaan anak-anak tidak pernah bohong, Jeolin.” Jeo Rin mengelus punggung Kai. Apa Kai sungguh-sungguh?

“Jangan tinggalkan aku lagi. Sudah cukup kau membuatku menunggu.” Lirih Kai.

“Aku tidak akan ke mana-mana. Aku tidak meninggalkan Korea lagi. Ayo masuk ke kelas.” Jeo Rin mendorong Kai. Ia berjalan di depan Kai. ‘Bukan itu maksudku, Jeo Rin. Kalaupun kau tidak di Seoul, aku pasti bisa menemukanmu. Aku sudah dewasa sekarang. Aku bisa pergi ke tempat di mana pun kau berada. Aku ingin kau terus di sampingku. Menjadi milikku. Hanya milikku seorang.’ Kai terus menatap punggung Jeo Rin.

 

—————–

 

Kai langsung menghampiri Jeo Rin begitu bel pulang sekolah berbunyi.

“Kita pulang bersama.” Kata Kai pada Jeo Rin yang sedang memasukkan buku dan alat tulisnya ke dalam tas.

“Aku ada rapat, Kai.” Jeo Rin memakai ranselnya.

“Aku akan menunggumu.”

“Aku pulang dengan Taehyung.” Kai menatap tajam Jeo Rin karena menyebut nama Taehyung.

“Mulai sekarang kau berangkat dan pulang sekolah denganku, Jeo Rin.”

“Tapi−“

“Aku tidak mau tahu. Kau harus selalu bersamaku.” Kalimat itu membuat Jeo Rin bungkam. Ia berjalan keluar kelas. Meninggalkan Kai yang sibuk dengan pikirannya.

 

—————-

 

Sudah empat puluh menit Kai berdiri di samping pintu ruang rapat kesiswaan. Terkadang Kai mengetukkan sepatunya di lantai, meniup poninya karena bosan menunggu Jeo Rin. ‘Lama sekali. Apa yang mereka rapatkan sih?’ Kai menganggap anggota kesiswaan hanya sekelompok siswa yang sok sibuk. Ia tidak mengerti apa tujuan mereka melakukan rapat yang hampir setiap hari dilaksanakan. Kai berjongkok. Ia benar-benar bosan. ‘Kenapa Jeolinku harus menjadi sekretaris ketua?’ Kai mendesah berat.

“Hei, apa yang kau lakukan di sini?” Kai mendongak. Mendapati Chanyeol sedang menatapnya.

“Aku menunggu Jeo Rin.” Kai berdiri.

“Apa rapatnya sudah selesai?”

“Sudah.” Satu per satu anggota kesiswaan keluar dari ruang rapat. Chanyeol sudah berlalu. Kai memfokuskan pandangannya di pintu, menunggu Jeo Rin keluar.

“Kau menunggu Jeo Rin?” Tanya Jimin yang baru keluar.

“Ne. Kenapa dia lama sekali?” Sudah banyak anggota kesiswaan yang melewatinya.

“Di mana Jeo Rin?” tanya Kai lagi.

“Dia bersama ketua. Aku duluan ya.” Jimin meninggalkan Kai yang terpaku.

“Bersama ketua?” Kai langsung masuk ke ruang rapat. Tangannya terkepal melihat Taehyung memeluk Jeo Rin dari belakang. Jeo Rin sedang menyusun kertas bahan rapat mereka tadi.

“Kim Taehyung, jauhkan dirimu dari Jeo Rin!” Suara Kai keras. Dia benar-benar mengingat nama Taehyung. Namja yang berani mendekati yeojanya. Kali ini ia tidak akan tinggal diam. Taehyung hanya menoleh. Memberikan seringaiannya pada Kai. Dan yang membuat Kai sakit, Jeo Rin sama sekali tidak berusaha melepaskan diri dari Taehyung. Ia fokus pada kertas.

“Keluar! Kau bukan anggotaku.” Ucap Taehyung dengan wajah datarnya. Panas, Kai berjalan menuju Jeo Rin dan Taehyung, menarik Jeo Rin, membuat kertas yang Jeo Rin susun berserakan.

“Kim Jongin!” Jeo Rin marah. Ia menatap Kai tajam.

“Ayo pulang!” Kai menarik Jeo Rin.

“Lepaskan aku!” Kaki Jeo Rin menapak kuat di lantai. Tidak mau Kai berhasil menariknya.

“Lepas! Kau merusak pekerjaanku!” Jeo Rin menghempaskan tangan Kai.

“Aku tidak peduli. Ayo pulang!” Kai menarik tangan Jeo Rin lagi.

Plak!

Kai menatap Jeo Rin tidak percaya sambil memegang pipi kirinya, bekas tamparan Jeo Rin. Sedangkan Taehyung tersenyum. Ia sangat mengenal Jeo Rin. Jeo Rin akan sangat marah kalau ada orang yang merusak pekerjaannya. Walaupun hal itu sepele. Seperti yang baru saja dilakukan Kai.

“Aku menggunakan ketelitianku untuk menyusun kertas itu agar tidak terlipat dan kotor. Dan kau membuatnya sia-sia karena kertas itu berserakan di lantai.” Jeo Rin yakin kertas yang ia susun tadi kotor terkena debu di lantai.

“Kau menamparku karena kertas? Kertas itu sangat berharga rupanya.”Kai tersenyum sinis. Baru kali ini dia bertemu orang seperti Jeo Rin. Maksud Kai, Jeo Rin yang sekarang berbeda dengan Jeo Rin yang ia kenal dulu. Jeo Rin-nya berubah.

“Jeo Rin, kertas ini tidak kotor atau pun terlipat.” Ujar Taehyung sambil mengumpulkan kertas.

“Hentikan, Hyungie. Biar dia yang mengumpulkan.” Kai tidak mengerti Jeo Rin. Dia bisa sangat lembut pada Taehyung tapi kenapa dengannya tidak?

“Cepat kumpulkan kertas-kertas itu. Jangan membuatnya terlipat atau pun kotor.” Perintah Jeo Rin.

“Kau anggap apa aku, Jeo Rin? Kau mempermalukan namjachingumu di depan selingkuhanmu.” Ucap Kai dingin. Ia menatap tajam Jeo Rin. Lidah Jeo Rin keluh, ia tidak bisa membalas ucapan Kai. Apa ia terlihat sedang berselingkuh? Yeojachingu hanya status, ia tidak menyukai Kai. Lebih tepatnya belum menyadari perasaannya.

“Jangan bermimpi, Kim Jongin. Jeo Rin tidak menyukaimu.” Taehyung menyeringai pada Kai.

“Jinjja? Oh, aku lupa. Dia hanya menganggapku teman masa kecilnya.” ‘Kai tahu?’ batin Jeo Rin. Tapi, Jeo Rin bingung dengan perasaannya.

“Bersenang-senanglah dengan Taehyung, Jeo Rin. Kalau kau mau, ajak dia ke rumah agar aku kenyang melihat kalian bermesraan.” Kai pergi setelah mengucapkan kata-kata tajam itu.

“Apa maksudnya, chagi?” Taehyung tidak mengerti.

“Aku tinggal di rumah Kai.” Ucap Jeo Rin pelan. Perasaannya sakit mendengar kata-kata Kai.

“Mwo?!”

“Orangtuanya teman appaku, Hyungie. Aku sudah pernah bilang padamu.” Jeo Rin menatap Taehyung.

“Tapi kau tidak bilang tinggal dengan Kai.” Jelas sekali Taehyung cemburu. Ia berpikir Jeo Rin akan menyukai Kai karena mereka tinggal bersama.

“Aku juga baru tahu setelah menginjakkan kaki di rumahnya. Jangan berpikir negatif. Bantu aku mengumpulkan kertas-kertas ini.” Taehyung menghela nafas lalu membantu Jeo Rin.

 

—————–

 

Jeo Rin ragu membuka pintu rumah Kai. Dia merasa bersalah karena menampar Kai. Mungkin berlebihan, tapi Jeo Rin memang tidak suka ada orang yang merusak pekerjaannya. Jeo Rin menghela nafas lalu membuka pintu. Ia akan minta maaf pada Kai nanti. Jeo Rin berjalan pelan menuju tangga. Ia berhenti di anak tangga ketiga karena melihat Kai yang terburu menuruni tangga dengan tas ransel di punggungnya.

“Jongin-ah.” Jeo Rin terkejut karena Kai melewatinya begitu saja. Biasanya Kai menyapa atau menjawab panggilannya. Jeo Rin mendesah berat, merasa bersalah.

 

—————-

 

“Wow! Lihat siapa yang datang.” Kai menangkap nada mengejek Baekhyun begitu ia membuka pintu kamar Lu Han.

“Kau bilang tidak mau bergabung dengan kami.” Ucap Lu Han. Baekhyun dan Sehun menginap di rumah Lu Han sejak dua hari yang lalu. Mereka juga mengajak Kai tapi ditolak. Alasannya, Kalian tidak punya kegiatan yang lebih manly dari itu? Seperti yeoja saja.

“Istriku selingkuh.” Kai melempar ranselnya pada Baekhyun yang sedang berkaca. Ia baru selesai memakai eyeliner.

“Kalau sampai Min Young tidak memuji eyelinerku malam ini, aku akan merebut istrimu, Hitam.” Baekhyun berkaca lagi. Dia bernafas lega karena eyelinernya sudah kering sebelum tas Kai mengenai wajahnya.

“Istrimu yang mana, Kai?” Tanya Sehun setelah Kai duduk diantaranya dan Lu Han.

“Kang Jeo Rin! Memangnya istriku ada berapa?!” Kai emosi.

“Kapan kau menikah? Lucu sekali. Baru kali ini aku mendengar anak SMA menikah.” Kai menatap Sehun tajam. ‘Bagus, Oh Sehoon. Terus pancing aku marah. Kau bisa menjadi korban pelampiasanku.’ Batin Kai jahat.

“Sebentar lagi aku akan mengirim undangan pernikahanku ke rumahmu, Sehun. Tunggu saja.” Kai melipat tangannya di dada.

“Ya! Jeo Rin selingkuh dengan siapa, Kkamjong?” Tanya Baekhyun setelah menyimpan cerminnya.

“Jangan pura-pura tidak tahu. Ketua di sekolahmu.” Jawab Kai malas.

“Kim Taehyung maksudmu? Bukannya kau yang merebut Jeo Rin dari kembaranku?” Kai menatap Baekhyun marah.

“Dengar, ya. Jeo Rin milikku. Aku hanya mempertahankan apa yang memang mutlak milikku. Dan satu lagi, Taehyung bukan kembaranmu. Berhenti mengkhayal, Bacon. Kalian beda marga.” Baekhyun terdiam karena tiga kalimat terakhir Kai. Tersinggung. Mereka sangat mirip.

“Haah.. Aku bingung.” Sontak Lu Han, Sehun, Baekhyun memperhatikan Kai.

“Kenapa Jeo Rin tidak bisa manis seperti Min Young?” Kai menerawang, mengingat perlakuan Jeo Rin padanya.

“Kai.” Sehun menggeram.

“Jangan salah paham, Sehun-ah. Aku hanya iri. Kenapa kalian selalu mesra?” Sehun tersenyum penuh arti.

“Baek, ayo pergi. Jomblo seperti kita tidak ada gunanya di sini.” Kata Lu Han.

“Kajja, kita ke kamar Min Young.” Ajak Baekhyun pada Lu Han.

“Ya! Jangan temui Minyoung-ku!” Kai langsung menahan Sehun yang hendak menyusul Baekhyun dan Lu Han.

“Sehun-ah, tolong beritahu trikmu. Aku bisa mati kalau terus-terusan melihat Jeo Rin bersama Taehyung.” Kai memelas.

“Simpel, Kai. Kami saling menyukai. Aku tidak punya trik apa pun.” Sehun menepuk pundak Kai lalu beranjak menuju kamar Min Young. Kai termenung.

“Apa Jeo Rin tidak menyukaiku?”

 

——————

 

“Chagi, Sabtu ini kita nonton, ya?” Kata Taehyung setelah menelan burgernya. Ia terus berceloteh tanpa berpikir Jeo Rin mendengarnya atau tidak.

“Setelah nonton kita menikmati sore di Sungai Han,…..” Jeo Rin hanya fokus pada dua hal, milkshake yang sedang ia minum dan Kim Jongin yang duduk semeja dengan seorang yeoja. Kai juga menatap Jeo Rin. Sekilas Jeo Rin melihat Kai menatapnya tajam lalu tatapan itu berubah menjadi sendu.

“Oppa!” Suara centil dari yeoja yang bersama Kai terdengar oleh Jeo Rin. Kai langsung mengalihkan pandangannya pada yeoja yang bersamanya. Selama satu minggu ini Kai tidak berada di rumah. Jeo Rin tidak tahu Kai menginap di mana. Perasaan bersalah terus menghinggapi Jeo Rin. Dan satu lagi yang Jeo Rin tidak mengerti, ia merasa kehilangan Kai. Ada yang kurang kalau dalam satu hari Jeo Rin tidak melihat Kai di rumah.

“Chagi?” Taehyung menggerakkan tangannya di depan wajah Jeo Rin, membuat Jeo Rin tersadar.

“Ne?” Jeo Rin menatap Taehyung.

“Kau tidak mendengarkanku.” Taehyung menatap Jeo Rin kecewa.

“Mian. Aku hanya merindukan eomma. Sabtu ini kita nonton?” Jeo Rin hanya menangkap itu.

“Ne. Setelah itu kita-“ Taehyung berhenti karena Jeo Rin mencium pipinya.

“Arrayo. Kita kencan?” Pertama kali Jeo Rin menggunakan kata kencan pada Taehyung.

“Kau mau kencan denganku?” Tanya Taehyung tidak percaya. Hubungan mereka tanpa status.

“Ne. Kau senang?” Jeo Rin tersenyum.

“Eum. Gomawo.” Kai hanya bisa mengepalkan tangannya melihat dua orang yang sedang ia perhatikan sekarang.

 

—————–

 

Jeo Rin bingung mau melakukan apa. Dia tidak punya pr, pekerjaan kesiswaannya juga tidak ada. Ia beranjak dari tempat tidur, teringat sesuatu. Kai tidak ada di rumah. Bagaimana keadaan ikan Kai? Jeo Rin melangkahkan kakinya menuju kamar Kai. Ia mendapati kamar Kai yang rapi begitu membuka pintu.

“Kalian baik-baik saja?” Ucap Jeo Rin sambil membungkuk, melihat ikan di aquarium.

“Tuan kalian pergi entah ke mana. Sudah seminggu.” Mata Jeo Rin menangkap tabung kecil bertuliskan ‘makanan Nemo’. Ia mengambil tabung itu, membuka penutupnya lalu menaburkannya di atas air. Kelima ikan badut Kai langsung berenang ke atas dan memakan butiran-butiran kecil berwarna cokelat yang terapung di air.

“Kalian pasti lapar sekali.” Jeo Rin memperhatikan ikan-ikan itu.

“Tapi, mana di antara kalian yang bernama Nemo? Kalian mirip semua.” Jeo Rin bingung, hanya sebentar. Sekarang ia tersenyum memandangi para Nemo yang makan dengan cepat.

“Apa yang kau lakukan di kamarku?” Jeo Rin menegakkan tubuhnya karena suara itu. Ia mendapati Kai berdiri di hadapannya begitu berbalik.

“Kai..”

“Apa yang kau lakukan?” Kai menatap Jeo Rin tajam.

“Aku hanya memberi makan ikan-ikanmu. Mereka kelaparan.” Jawab Jeo Rin.

“Nemo, kalian baik-baik saja?” Kai mengalihkan pandangannya ke aquarium.

“Mian, aku melupakan kalian.” Kai memandangi ikan-ikannya khawatir. Jeo Rin takjub melihat Kai. Ternyata ia penyayang hewan.

“Kai, mianhae.” Kini Kai menatap Jeo Rin dengan alis bertaut.

“Mianhae? Untuk apa?”

“Karena aku menamparmu.” Jeo Rin menunduk. Kai mendengus. Tamparan Jeo Rin tidak sakit di pipinya, tapi di hatinya. Kai ingat betul senyuman mengejek dari Taehyung saat Jeo Rin menamparnya.

“Pergilah. Aku sudah memaafkanmu.” Kai melewati Jeo Rin menuju tempat tidur dan duduk di sana. Jeo Rin masih mematung di tempatnya. Ia merasa Kai belum memaafkannya.

“Bisakah kau keluar? Aku mau istirahat.” Apa yang dilakukan Kai sekarang benar-benar membuat Jeo Rin terkejut. Kai membukakan pintu untuknya. Mengusirnya. Hal yang tidak pernah Jeo Rin duga. Kai selalu memperlakukannya dengan baik.

“Tunggu apa lagi?” Sebenarnya Kai ingin memeluk Jeo Rin. Ia sangat merindukan yeoja itu. Tapi ia harus menahan diri. Mengikuti saran Baekhyun untuk sedikit dingin pada Jeo Rin.

“Jongin-ah..” Jeo Rin menatap Kai. Tatapan memohon. Ia masih ingin melihat Kai.

“Aku lelah, Jeo Rin. Biarkan aku istirahat.” Perlahan Jeo Rin melangkahkan kakinya. Ia berhenti tepat di depan Kai. Kai menaikkan sebelah alisnya. Ia bingung melihat Jeo Rin yang malah menutup pintu kamar.

“Jeo.. Jeolin.” Kai gugup karena Jeo Rin menghimpitnya. ‘Apa ini? Saran Baekhyun membuat Jeolin-ku jadi agresif. Jeo Rin tidak boleh agresif, cukup aku saja yang agresif!’ Jerit Kai dalam hati. Nafas Kai memburu merasakan kulitnya bersentuhan dengan kulit Jeo Rin. Jeo Rin merasa aneh. Apa yang ia lakukan sekarang diluar kendalinya. Pikirannya tidak menginginkan apa yang terjadi sekarang. Jeo Rin memeluk Kai.

“Jeolin..”

“Kenapa kau meninggalkanku sendiri di rumah?” Kai semakin bingung. Apa Jeo Rin sedang bermanja padanya?

“Bogoshipo..”

“Mwo?” ‘Apa aku sedang bermimpi? Tidak. Aku bisa mendengar sorakkan Nemo dari aquarium.’ Batin Kai bersorak. ‘Thanks, Baek. Aku tidak menyangka orang yang tidak pernah pacaran sepertimu ahli dalam hal ini.’

“Wae? Aku tidak boleh merindukanmu? Aku yeojachingumu.” Ucap Jeo Rin pelan di kalimat terakhirnya.

“Aku juga merindukanmu.” Kai balas memeluk Jeo Rin.

“Kau pergi dari rumah karena marah padaku?”

“Ani. Aku ada bisnis dengan teman-temanku.” Bohong Kai. Kai kecewa karena karena Jeo Rin melepas pelukan mereka.

“Aku senang kau kembali. Kau boleh istirahat.” Kai mencegah Jeo Rin yang hendak membuka pintu.

“Kau tidak mau menemaniku?” Jeo Rin menggeleng.

“Aku juga mau istirahat. Kita bisa istirahat bersama.” Kai tersenyum polos.

“Tidak. Kita bukan anak-anak lagi, Kai.” Jeo Rin membuka pintu. Kai mendesah berat.

“Paling tidak Jeo Rin sudah mengakui dirinya sebagai yeojachinguku.”

 

—————–

 

“Morning!” Sapa Kai pada Jeo Rin yang sedang sarapan.

“Morning. Tumben tidak terlambat?” Jeo Rin menyodorkan roti selai cokelat pada Kai yang duduk di sebelahnya.

“Aku tidak mau membuatmu malu dan aku tidak mau dihukum.” Jeo Rin mengangguk. Ia fokus pada rotinya.

“Yeobo.” Jeo Rin menoleh dan mendapati Kai tersenyum penuh arti padanya.

“Morning kiss.” Jeo Rin menggeleng.

“Ayolah. Satu menit saja.” Kai memaksa.

“Ya!!”

“Kau bilang mau jadi yeojachingu yang manis.” Kai mengerucutkan bibirnya seperti bebek. Jeo Rin menghela nafas.

“Geurae. Tapi di pipi.”

“Shirreo. Aku maunya di bibir.” Ucap Kai manja.

“Ya sudah kalau tidak mau.” Kai menahan Jeo Rin yang hendak beranjak.

“Aku mau. Ia merapatkan kursinya ke kursi Jeo Rin,” mengambil handphone dari saku celananya.

“Poppo.” Jeo Rin pun mencium pipi Kai dan,

Klik!

Kai melihat puas foto yang baru saja ia ambil. ‘Upload ke sosial media tidak ya?’ Batin Kai. Ia membuka akun me2day-nya. Walaupun ia membenci Taehyung, tapi mereka berteman di me2day. Tentu saja Kai punya tujuan. Ia ingin tahu apa yang Taehyung lakukan melalui akunnya. Like stalker. Dan hal itu sangat memuakkan. Taehyung selalu membuat status tentang Jeo Rin. Semuanya berhubungan dengan Jeo Rin.

Proses penguploadan foto dengan title With my Jeo Rin. I love you, baby! ^^ sukses.

Kai menyeringai. ‘Kena kau, Kim Taehyung.’ Kai yakin Taehyung melihat foto itu. Si ketua selalu update status setiap pagi.

“Kai, aku duluan.” Kai tersentak. Ia memasukkan handphonenya ke saku celana lalu meminum susunya dalam sekali teguk.

“Chagi, tunggu aku!” Kai mengejar Jeo Rin.

“Kita berangkat bersama.” Jeo Rin mengangguk. Ia menoleh pada Kai.

“Bersihkan bibirmu setelah makan atau minum, Kai. Jangan seperti anak-anak.” Jeo Rin mengambil tissue-nya lalu membersihkan sisa susu yang ada di bibir atas Kai.

“Kau hanya boleh melakukan ini padaku.” Kai menahan tangan Jeo Rin. Ia menatap Jeo Rin serius.

“Ne.” jawab Jeo Rin setelah lama bertatapn dengan Kai.

“Ayo berangkat.”

 

——————-

 

Kai terus menggenggam tangan Jeo Rin menuju kelas mereka. Tugas Jeo Rin yang seminggu lagi berjaga di gerbang sekolah kini digantikan oleh Jimin. Kai yang memaksa. Dengan alasan, namja-namja yang terlambat itu pasti ketagihan terlambat karenah yang jaga di gerbang yeoja cantik sepertimu. Hanya aku yang boleh menikmati kecantikanmu, chagi. Jeo Rin menyetujuinya karena malas berdebat dengan Kai. Kai punya sejuta alasan kekanakan yang dapat membuat Jeo Rin bungkam.

“Kita pasangan ter-hot di sekolah ini, baby. Mengalahkan Sehun dan Min Young.” Jeo Rin tidak mempedulikan Kai. Kelas mereka sudah dekat. Ia bisa melihat Taehyung berada di depan kelasnya, menatapnya dan Kai tajam. Sementara itu, Kai tersenyum dengan sangat manis. Ia merasa sudah menjadi namja sempurna karena bisa berjalan beriringan dengan Jeo Rin menuju kelas mereka, ditambah Taehyung tidak akan mengganggu Jeo Rin lagi.

“Pagi, ketua! Apa kau sedang menyambutku? Ah.. Kau tak perlu melakukannya. Tapi, terima kasih. Aku cukup terharu.” Ucap Kai begitu mereka berdiri di hadapan Taehyung. Tatapan tajam Taehyung tidak berpengaruh padanya.

“Kang Jeo Rin, apa-“

“Kau ada urusan dengan yeojachinguku? Kau bisa membicarakannya melalui aku.” Ucapannya yang dipotong Kai membuat Taehyung kesal. Ia tidak ada urusan dengan Kai. Ia hanya butuh penjelasan dari Jeo Rin.

“Apa maksud foto ini?” Taehyung tidak bisa menahan diri. Ia menunjukkan foto yang tidak ingin ia lihat dari me2daynya pada Jeo Rin.

“Itu-“

“Bukankan sudah jelas? With my Jeo Rin. I love you baby! Apa kau tidak tahu artinya?” Lagi-lagi Kai memotong ucapan orang. Taehyung mengabaikan Kai. Satu hal yang ia yakini, Kai licik kalau menyangkut Jeo Rin.

“Baiklah. Sepertinya kau tidak tahu artinya. Bersama Jeorinku-“

“Diam!!” Taehyung menarik tangan kiri Jeo Rin. Membuat Jeo Rin berdiri di sampingnya.

“Singkirkan tanganmu dari Jeo Rin, Taehyung!” Kai menarik tangan kanan Jeo Rin. Bisa kalian bayangkan posisi Jeo Rin? Dua namja sedang memperebutkannya dan saling melemparkan tatapan tajam. Jeo Rin terlihat santai walaupun mereka jadi pusat perhatian sekarang, bahkan murid di kelasnya keluar melihat kejadian langkah itu. Tapi ketahuilah, di dalam hati Jeo Rin mengumpat kesal karena tindakan kekanakan dua namja populer di sekolahnya.

“Bisa kalian lepaskan aku?” Ucap Jeo Rin datar, masih menahan emosinya. Ia tidak mau image-nya hancur seperti saat ia menggebrak meja Kai. Yeoja galak.

“Kim Jongin, Kim Taehyung.” Desis Jeo Rin. Dua namja itu masih beradu pandang. Tidak mempedulikan Jeo Rin yang kesal.

“Ya!!” Jeo Rin menghentakkan tangannya. Tapi apa yang terjadi? Genggaman tangan kedua namja itu tidak lepas. Membuat Jeo Rin memperhatikan mereka bergantian.

“Kim Taehyung, lepas!” Jeo Rin menatap lekat Kai yang baru saja berucap datar. ‘Namja ini kalau sedang marah menyeramkan juga.’ Batinnya.

“Kau yang lepas! Jeo Rin milikku!” Kai tersenyum sinis karena ucapan Taehyung.

“Milikmu? Aku rasa kau bermimpi. Jeo Rin milikku. Dia yeojachinguku!” Ucap Kai penuh penekanan.

“Tapi dia tidak menyukaimu.” Taehyung menyeringai.

“Cukup!!” Teriak Jeo Rin. Ia tidak mau jadi pusat perhatian dengan kejadian memalukan seperti ini.

“Lepaskan aku!” Percuma. Genggaman mereka di tangan Jeo Rin semakin erat.

“Kami tinggal serumah.” Jeo Rin mengumpat dalam hati karena ia jadi topik pembicaraan sekarang. Tinggal dengan Kai. Orang pasti berpikir yang tidak-tidak tentangnya.

“Aku tahu.” Balas Taehyung tenang.

“Geurae? Baguslah. Kami sering mengerjakan pr bersama.” Kai berusaha memanasi Taehyung.

“Aku tidak peduli.” Taehyung masih tenang.

“Jinjja? Bagaimana dengan ini? Kami pernah mandi bersama.” Bang! Taehyung merasa iblis cinta menembakkan peluru panas menembus hatinya. Sakit. Kai menyeringai karena genggaman Taehyung lepas.

“Kim Jongin!” Kai tersenyum pada Jeo Rin yang menatapnya tajam.

“Wae, yeobo? Itu benar. Aku sudah merasakan lembutnya kulitmu. Kita sudah saling menyentuh.” Ucap Kai tanpa beban.

“Hyungie, Kai bohong. Kami tidak pernah melakukan itu.” Taehyung menyentak tangan Jeo Rin yang menahannya.

“Hyungie..” Taehyung sudah pergi. Jeo Rin menatap Kai sengit.

“Akhirnya tidak ada pengganggu dalam hubungan kita.” Kai tersenyum lebar.

“Aku membencimu, Kim Jongin.”

 

TBC…

Sikap si Jeo Rin itu aku terinspirasi dari temanku. Dia teliti banget. Tapi aku lebihin dikit. Gk sampe nampar orang lah. Komen juseyo ^^


[Ficlet] Baby, Don’t Cry (KaiStal)

$
0
0

tumblr_mvceesvojv1ru4k9ho1_500

Baby, Don’t Cry

written by ellenmchle

 

Cast: EXO’s Kai [Kim Jongin] & f(x)’s Krystal [Jung Soojung] // Genre: Fluff // Length: Ficlet // Rating: T // Disclaimer: The plot is completely mine.

 

Entah itu tangisan kebahagian ataupun kesedihan aku selalu ingin ikut meneteskan air mata jika yang menangis adalah kau, Kim Jongin.

 

READ THIS


Ravens The Chinese Danger [Prolog]

$
0
0

Ravens

Ravens The Chinese Danger [乌鸦 中国的危险] [Prolog]

Author

 Choi Seung Jin @cseungjinnie

Genre

Action, Crime, Multicultural, OOC

Main Cast

Kris Wu / Wu Yi Fan  吴亦凡 || Xi Lu Han 西鹿晗 || Huang Zi Tao 黄子韬 || Lay / Zhang Yi Xing 张艺兴 || Xia Zi Liu 侠字刘 (OC)

Other Cast

Kim Joon Myun || Moon Eun Jin (OC) || Park Chan Yeol || Kim Min Seok || Oh Se Hun

Some will appear soon

Disclaimer:

It’s all not mine but storyline and OC.

****

Banyak orang salah menilai tentang kami. Tentang siapa kami, apa pekerjaan kami, apa yang kami lakukan, tentang mengapa kami ada di tempat kecil yang disebut bumi ini.

Mungkin kalian sudah sering melihat kami muncul di layar TV kalian. Sekelompok bocah yang suka membuat onar dan meresahkan berberapa negara di Asia.

Jangan karena kalian melihat berita tentang kami di TV, kalian langsung mencap kami mafia terkejam di dunia.

Jangan karena kalian melihat kami membunuh, merampok atau meledakkan suatu tempat, kalian langsung memanggil kami teroris.

Kalian tidak tahu siapa kami.

Kalian tidak tahu apa yang kami lakukan.

Kalian tidak tahu apapun tentang kami.

Kami tidak seperti yang kalian pikirkan. Kami berbeda. Kami bukanlah mafia atau teroris sekalipun.

Kalian hanya belum tahu yang sebenarnya.

****

Oriental Luxury Hotel, London

Seperti malam-malam sebelumnya, kegiatan Oriental Luxury Hotel berjalan seperti biasa. Setiap hari pastilah ada konglomerat yang menyewa salah satu kamar mahal bintang lima yang disediakan hotel itu.

Sebuah mobil Mercedes-Benz hitam berhenti tepat didepan lobby hotel itu. Seorang pria jangkung dengan pasangannya yang cantik melangkah keluar dalamnya.

Sang pria terlihat tampan dengan setelah jas hitam yang terlihat serasi dengan si wanita yang mengenakan dress hitam bermaksud menunjukan lekukan tubuhnya yang indah.

Seorang valet parkir menghampiri pria itu menawarkan jasanya memarkirkan mobil mewah itu. Setelah menyerahkan kunci mobilnya pada si valet parkir, pria jangkung itu berjalan melingkarkan tangannya pada pinggang ramping si wanita dan memasuki hotel.

Pasangan itu bertemu seorang bellboy di pintu masuk yang besar itu. Tampaknya mereka bertiga sudah saling mengenal sebagai costumers dan pelayannya.

“Welcome, Mr. and Mrs. Wu.” Mereka saling berjabat tangan disertai terselipnya sebuah key card ditelapak tangan pria yang dipanggil Mr. Wu itu.

Diiringi senyuman tipis, pria itu beranjak pergi ke arah lift menuju lantai dimana kamar mereka berada.

Bellboy tadi berjalan dengan tujuan sebuah pintu menuju tangga darurat. Setelah memastikan tidak ada yang mengikutinya, dia segera masuk melalui pintu bertuliskan ‘Emergency Exit’ itu. Dia menaiki anak tangga satu persatu dengan langkah yang tidak terlalu cepat.

Satu demi satu seragam bellboy-nya ia tanggalkan. Bersamaan dengan menemukan sebuah tas tersembunyi di tangga lantai ketiga yang berisikan pakaian selanjutnya.

Lay tiba di lantai ketujuh dengan setelan tuxedo mewah dan mantel mahal yang tentunya sangat berbeda dari seragam bellboy yang ia kenakan berberapa menit lalu. Dengan sebuah kacamata yang ia kenakan, akan menyamarkan wajahnya dari penampilan yang sebelumnya.

Dia berjalan bagaikan miliuner muda lainnya, menelusuri lorong hotel dengan sikap angkuh yang wajar. Dia melanjutkan acting singkatnya dan berpapasan dengan pria gemuk yang sudah cukup berumur, menghisap cerutu dengan seorang wanita dewasa yang seksi.

Lay meneruskan langkahnya sambil terus mengawasi pria barusan. Setelah perbedaan jarak antara mereka dirasa cukup, Lay berbalik arah—berpura-pura bahwa telah mengambil jalan yang salah dan mengikuti pria tadi secara diam-diam.

Pria gemuk itu masuk ke sebuah kamar bernomorkan 712. Berbekal keycard yang ia miliki, Lay masuk ke kamar 713 yang pastinya bersebelahan dengan kamar pria tadi. Setelah mendapat lokasi yang tepat, tanpa ragu, Lay mengeluarkan ponselnya dan memencet speed dial nomor 1.

Nada sambungnya tidak terlalu lama. Memang si penerima telepon harus tetap menyiagakan ponselnya, jika panggilan dari Lay akan masuk.

“Dia sudah didalam,” kata Lay singkat dan langsung menutup teleponnya.

 

 

Beralih ke pria bernama Mr. Wu dan pasangannya Mrs. Wu, mereka berdua menapakkan kaki mereka di lantai 8 hotel. Kris menuntun pasangannya ke sebuah kamar setelah ia mendapat telepon konfirmasi dari salah satu rekannya.

Kamar 823 adalah kamar yang mereka pilih sebagai tempat melakukan pekerjaan mereka yang paling pas.

“Next time, I don’t wanna use Wu anymore,” gerutu si wanita kesal saat memasuki kamar 823 itu.

“Come on, Liu. This is your first time to using Wu as your surname,” kata Kris dengan nada bergurau.

“Yeah. And I’ll make sure it would never happen again,” kecam Liu dengan nada yakin.

Kris terkekeh pelan. Sementara Liu menatapnya sinis. Hubungan antara bos dan anak buah ini memang tidak selalu berjalan baik, tapi mau bagaimanapun mereka harus tetap fokus pada pekerjaan mereka.

Liu beralih ke lemari pakaian yang didalamnya ada setelan baju yang sudah disiapkan sebelumnya. Dia mengganti pakaiannya disitu dan begitu saja tanpa perduli Kris akan melihatnya atau tidak.

“Nice,” gumam Kris pelan dengan mata tertuju pada bentuk tubuh Liu yang indah.

Liu dapat mendengar Kris meski dia sudah berbisik pelan dan langsung melemparkan tatapan sinisnya lagi.

Selesai dengan pakaiannya, Liu bersiap-siap di tempatnya sampai ada konfirmasi selanjutnya.

Liu yang berberapa menit lalu adalah seorang Xia Zi Liu, pasangan Kris Wu yang cantik dan berpenampilan glamour, sekarang berpenampilan seperti petugas medis rumah sakit Inggris. Dengan seragam petugas yang ia kenakan, sosok Liu sudah tidak tampak lagi.

Klakk..

Pintu kamar hotel itu terbuka dan Lay masuk begitu saja tanpa perlu menunggu izin dari Kris.

“We’re ready,” ucapnya.

Konfirmasi sudah didapat, saat menjalankan pekerjaan.

Kris menekan speed dial nomor 3 di ponselnya dengan tujuan kontak bernama Luhan.

“Luhan, kau dan Tao siap diposisi. Ada mayat yang harus dibawa,” kata Kris memberi intruksi pada lawan bicaranya yang bernama Luhan.

Kris memberi isyarat pada Liu dengan menganggukan kepalanya.

Liu, yang mengerti maksud Kris, langsung mengeluarkan sebuah kantung hitam besar yang tidak lain adalah kantung mayat. Dia mengelarkan kantung itu di lantai dengan resletingnya yang terbuka.

Selanjutnya adalah menghilangkan jejak. Lay sibuk memasangkan berberapa mainan kecilnya di sudut-sudut ruangan. Satu demi satu benda-benda itu telah dipasangkan dan kini telah aktif. Setelah ia rasa selesai, Lay mulai menungkan cairan merah diatas tuxedo mahalnya dan kemudian meminum pil yang akan membuatnya terlihat pucat seperti orang mati untuk sementara waktu.

Kamuflase Lay yang ketiga sudah sempurna. Sekarang yang harus ia lakukan adalah berbaring masuk ke dalam kantung mayat dan tentu saja berpura-pura menjadi mayat.

“Ready?” Kata Kris. Lay dan Liu mengangguk cepat tanda yakin.

Kris mengeluarkan sebuah kotak hitam kecil dari dalam saku jasnya. Sebuah kunci pekerjaan mereka kali ini.

 

BOOOOOOOOOMMM

 

Ledakan terjadi di kamar 712 setelah Kris menekan tombol merah yang ada dikotak kecil itu. Api berkobar besar—keluar melalui jendela yang menandakan bahwa siapapun yang ada di kamar itu pastilah sudah mati karena sebuah bom yang dipasang di kamar itu telah meledak. Guncangan kencang menggetarkan hotel mewah itu dan menimbulkan banyak kepanikan.

Lay memulai aktingnya sebagai mayat. Kris ikut berpura-pura sebagai kerabat dari Lay yang terluka akibat ledakan. Sedangkan Liu akan memulai aktingnya saat Luhan datang membawa ranjang dorong.

Kris dan Liu menarik Lay keluar dari kamar 823 sambil menunggu Luhan tiba 5 menit lagi.

 

*****

Sebuah ambulance datang berbaur dengan ambulance lain yang bertujuan untuk menyelamatkan korban ledakkan. Salah seorang petugas medis berwajah oriental turun dari kursi penumpang dan mengeluarkan ranjang dorong dari dalam ambulance.

Penampilan Luhan sangat meyakinkan sebagai seorang petugas medis, sehingga ia bias lolos dari deretan polisi yang ada di lobby hotel. Dengan langkah setengah berlari, Luhan naik ke lantai 8 menggunakan lift menuju tempat dimana rekan-rekannya berada.

Luhan sampai ditempat dimana ada seorang petugas medis yang sedang membantu pria terluka dengan sebuah kantung berisi mayat disalah satu lorong. Dibantu Liu, dia memindahkan kantung mayat itu ke atas ranjang dorong.

Mereka bertiga—ditambah Lay yang sedang  menjadi mayat—bergegas ke lantai dasar dan segera keluar hotel untuk memasukan Lay ke dalam ambulance.

Dengan penyamaran yang sempurna, mereka bereempat dengan mudah melewati selusin polisi yang ada di lobby hotel yang tengah sibuk mengevakuasi korban dan mulai merazia setiap orang yang keluar hotel. Meski salah satu polisi memeriksa kantung mayat yang terilihat mencurigakan dan polisi itu hanya mendapati mayat penuh darah yang terlihat wajar.

Tao, sebagai supir ambulance mulai menjalankan mobil hasil curiannya itu setelah memastikan bahwa semua rekan-rekannya sudah masuk. Dengan kecepatan yang wajar, lagi-lagi dengan mudah mereka melewati barisan mobil patrol dan sekelompok tim gegana yang berjaga di depan hotel.

“Okay, Lay. Now use your toys,” perintah Kris yang membuat Lay keluar dari kantung mayat yang pengap itu.

Kembali sebagai Lay yang masih hidup, dia mengeluarkan ponselnya untuk melakukan tugas terakhir pada misi ini. Biasanya akan disebut sebagai ‘pembersihan’.

“Lain kali, jangan suruh aku yang jadi mayatnya,” keluh Lay. Tanpa aba-aba langsung dari Kris, dia menekan sebuah tombol dari ponselnya yang mengirim isyarat sebagai pemicu bom kedua.

 

BOOOOOOOMMMM

 

Bom kedua meledak di kamar 823. Bom itu kembali memporak-porandakan hotel itu. Proses pembersihan pun dilakukan untuk membersihkan jejak mereka yang pernah ada disana. Hilangnya jejak mereka di hotel itu akan lebih mempersulit polisi untuk menemukan mereka dan membuat mereka hilang seperti tak pernah ada. Tak ada lagi yag tersisa.

 

 

****

South Korea Police Departement

Ada berberapa orang yang berkumpul diruangan itu. Duduk memutari sebuah meja kotak di tengah ruangan. Seorang Inspektur muda, tiga orang detektif, dan seorang agen penyidik.

Mereka semua terfokus pada satu kelompok yang sudah melakukan banyak kasus dalam kurun waktu 3 tahun. Mereka baru bisa mengambil alih kasus ini setelah mendapat izin tertulis dari presiden Korea Selatan. Sekelompok polisi yang dipercaya dapat menangi kelompok yang paling sulit diringkus oleh polisi manapun. Mereka adalah Inspektur Kim Joonmyun, Detektif Letnan Moon Eunjin, Detektif Letnan Park Chanyeol, Detektif Kopral Kim Minseok, dan Agen Oh Sehun.

“Inilah yang akan kita hadapi,” kata Joomyun—atau yang lebih akrab disapa Inspektur Suho—seraya menyusun 5 buah foto diatas sebuah meja dihadapannya.

Empat orang lainnya mengamati foto-foto itu satu persatu dan mencoba mengingat setiap orang yang ada di foto itu.

“Mereka menyebut diri mereka Ravens. Mereka identik dengan pakaian serba hitam seperti burung gagak disetiap aksi mereka,” ucap Joonmyun mulai menjelas orang-orang yang ada difoto. “Mereka semua warga negara Cina, tapi wilayah kerja mereka sudah menyebar hampur di seluruh Asia.”

“Lay,” kata Suho menunjuk foto yang paling kiri. “Nama asli Zhang Yi Xing. Lulusan terbaik fakultas kedokteran. Pekerjaan terakhir sebelum diketahui masuk Ravens adalah seorang dokter muda disebuah rumah sakit di Cina. Memegang peran sebagai ahli komputer dan ahli kimia sekaligus perakit bom. Bom-bom buatan Ravens adalah ciptaannya.”

“Dokter?” Celetuk pria bernama Chanyeol diiringi kekehan kecil seperti meremehkan.

“Kau tidak akan pernah menduga perkerjaan mereka sebelumnya, Chanyeol-ssi,” ujar Suho.

Dia pun beralih pada foto berikutnya. “Huang Zi Tao. Diketahui sebagai anggota termuda Ravens. Ahli bela diri lulusan fakultas teknik mesin. Riwayat prestasi membuktikan bahwa kemampuan bela dirinya sudah mencapai tingkat master.”

Beralih dari foto Lay, kini perhatian mereka tertuju pada foto seorang laki-laki tinggi berambut hitam yang dipanggil Tao. Pria pemilik kantung mata besar dan hitam yang terlihat seperti mata panda. Tatapannya terlihat sangat kejam, seakan-akan tidak ada kebaikan darinya.

Berikutnya adalah foto satu-satunya wanita dari kelima anggota Ravens. Wanita dengan rambut panjang kecoklatan dan berbadan ramping. Tatapannya tajam saat itu, seperti mata elang yang tertuju pada mangsanya.

“Xia Zi Liu. Seorang wanita mantan tentara Cina yang berhenti 2 tahun setelah menjadi bekerja sebagai tentara angkatan darat. Dia salah satu lulusan akademi militer terbaik. Dia mengerti segala macam senjata dan cara menggunakannya. Seperti keahliannya, Liu memegang peran sebagai ahli senjata dan seorang penembak jitu.”

Berikutnya adalah pria disebelah Liu. “Xi Lu Han. Mantan pembalap F1 yang berhenti setelah kecelakaan 3 tahun lalu yang menghancurkan karirnya dan seperti yang kita tahu, sekarang bergabung dengan Ravens.”

Pria yang ditunjuk sebagai Xi Lu Han memiliki perawakan yang berbeda dari anggota lain. Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia adalah seorang anggota mafia atau teroris sekalipun. Jika diibaratkan seperti iblis berwajah malaikat.

Berikutnya akan menjadi pusat perhatian. The Leader of the Ravens. Pria jangkung dengan perawakan dingin. Wajahnya terlihat misterius dibalik tampangnya yang rupawan.

“Kris Wu. Kebangsaan Cina-Kanada. Lahir dengan nama Li Jia Heng atau lebih dikenal dengan Kevin Li di Kanada sebelum akhirnya menganti nama menjadi Kris Wu atau Wu Yi Fan,” kata Suho. “Dia adalah anak seorang kepala polisi di Kanada. Setelah ayahnya gugur dalam tugas, dia mulai membentuk Ravens secara bertahap sampai sekarang. Kemungkinan dia mengalami trauma sepeninggalan ayahnya.”

Sambil menaruh 5 file diatas meja dengan label berbeda, Suho menjelaskan berberapa hal penting tentang Kris dan Ravens.

Ravens adalah kelompok—yang biasa disebut mafia oleh para polisi—yang telah melakukan banyak kasus sejak kemunculan pertama mereka 3 tahun lalu. Mereka sudah membunuh sekitar 200 orang yang terdiri dari berbagai kalangan, merampok sedikitnya 50 bank dunia dan meledakkan sejumlah tempat termasuk sebuah hotel baru-baru ini. Ravens terdiri dari 5 orang anggota. Kris, Luhan, Liu, Tao dan Lay. Ravens identik dengan pakaian serba hitam seperti burung gagak. Selain sebutan Ravens, mereka sering disebut juga The Chinese Danger. Karena mereka terdiri dari 5 orang warga Cina dan mereka sangat berbahaya. Setiap anggota memiliki peran penting dalam kelompok. Menjadikan mereka kelompok yang terkalahkan.

“Wilayah jajahan mereka sudah mencapai seluruh Asia dan sebagian wilayah Eropa. Pembunuhan, pembantaian, perampokan di sejumlah bank ternama di dunia, dan aksi terakhir mereka ada meledakkan sebuah hotel di Inggris,” ungkap Suho seraya menaruh berberapa file tambahan di atas meja.

“Apa FBI atau CIA tidak turun tangan?” Tanya pria berwajah bulat bernama Minseok.

“Selagi mereka belum menyentuh wilayah Amerika, FBI ataupun CIA tidak akan turun tangan,” jawab Suho.

“Seperti yang kalian tahu, Oriental Luxury Hotel di London meledak karena bom dua minggu yang lalu. Ledakan terjadi 2 kali. Pertama di kamar 712, kemudian di kamar 823. Dugaan awal mengarah pada Ravens. Karena berberapa orang saksi mengatakan mereka melihat berberapa orang Cina mencurigkan berpakaian serba hitam.

“Setelah dicocokan dengan CCTV yang tersebar disekitar hotel, Ravens ada di lokasi kejadian sesaat sebelum ledakan dan setelah ledakan.” Joonmyun kembali meletakkan screenscap CCTV yang peroleh dari pemerintah Inggris.

“Foto ini diambil 30 menit sebelum ledakan terjadi,” jelas Suho menunjukkan foto dimana Kris dan Liu baru saja keluar dari sebuah mobil mercedes-benz.

“Yang ini, diambil 24 menit setelah ledakan. Seseorang yang diduga Luhan keluar dari salah satu ambulance.” Berikutnya adalah foto dimana Luhan keluar dari ambulance dan sedang mengeluarkan ranjang dorong.

“Dan yang terakhir berberberapa menit setelahnya.” Tampak di foto itu, Kris bersama 2 petugas medis yang terlihat seperti Luhan dan Liu dan mendorong sebuah kantung mayat memasuki sebuah ambulance.

“Bagaimana dengan korban meninggal?” Tanya Eunjin disela kesibukannya membaca profil Kris yang menarik perhatiannya.

“Satu-satu korban adalah pria dan pasangannya yang menginap di kamar nomor 712, tempat meledaknya bom. Mereka adalah Thomas Houdson dan Kelly Jackson. Tuan Houdson adalah pejabat bank di Inggris yang baru-baru ini diketahui sudah mengkorup sejumlah uang,” jawab Suho panjang lebar.

Untuk sekali lagi, Suho mengeluarkan sebuah amplop yang berisikan foto-foto terbaru. Foto-foto top secret yang sangat eksklusif.

“Foto-foto ini diambil sekitar seminggu lalu di Haneda International Airport, Tokyo,” kaya Suho yang meletakkan berberapa foto yang menunjukkan Ravens sedang berada di sebuah airport. “Jadi kemungkinan besar mereka semua masih ada di Tokyo.”

“Jadi, kita pergi ke Tokyo?” Kata Minseok.

“Kita ke Tokyo,” ulang Suho mantap.

 

Next: Chapter 1

 

*****

Annyeong^^ Jinnie is here. Jinnie kembali dengan FF baru. Sebenarnya ini project FF lama, tapi baru bisa dipost sekarang ._. Jinnie kangen bikin FF Action /? Jinnie gak tahu mau ngomong apa sekarang. Jinnie mau tanya pendapat aja tentang FF ini^^

Jangan lupa comment ya^^ Oh iya… Minggu depan Jinnie ada UAS nih ._. Jadi mohon doa nya ya biar nilai Jinnie bagus^^

By the way, EXO mau comeback looooh *gak nyambung*


[!!!] Notice for Author Freelance

$
0
0

Berhubung form yang biasa digunakan untuk mengirimkan FF Freelance sedang tidak bisa digunakan karena telah melebihi batas maximum maka dari itu mulai dari hari ini dan seterusnya kami telah memutuskan untuk tidak menggunakan fasilitas form online lagi. Jadi bagi Author Freelance yang ingin mengirimkan FF silahkan kirimkan langsung ke adm.exomkfanfiction@gmail.com dengan format:

SUBJECT: [FF Freelance] – Title/Judul  (mis: [FF Freelance] Love (Oneshot), [FF Freelance] Love (Vignette), [FF Freelance] Love (Chapter 1), [FF Freelance] Love (Chapter 2), dsb)

(tuliskan di kotak penulisan email DAN JUGA di dalam document (microsoft word) FF yang akan dikirim)

Title:

Author:

Main Cast:

Support Cast:

Genre: 

Rating: 

Length: [Drabble/Ficlet/Vignette/Oneshot/Twoshots/Chaptered]

Disclaimer:

*Semua wajib diisi kecuali Support Cast, jika memang tidak ada cukup berikan tanda (-)

WAJIB MELAMPIRKAN POSTER/COVER FF (.jpg/.jpeg/.png)

Bagi yang belum jelas silahkan tinggalkan komentar di postingan ini :)

admin of exomkfanfiction


Viewing all 317 articles
Browse latest View live