Quantcast
Channel: EXOMKFANFICTION
Viewing all articles
Browse latest Browse all 317

SHINING STAR (Chapter 7)

$
0
0

shining-star-3

Main Cast : Park Ji Yeon – Kim Jongin – Byun Baekhyun

Support Cast : Park Chanyeol – Lee Jieun – Jung Soojung – Kim Joonmyeon

Genre : Life, Friendship, Romance, A Little bit Angst

Length : 7 OF ?

Author : Qisthi_amalia

Backsound : whatever what you want ^_^


-CHAPTER 7-

***

Jiyeon mengerjapkan matanya beberapa kali. Sebelum membukanya dengan perlahan.

“Kau sudah sadar ?”

Suara seseorang yang Jiyeon kenal membuatnya mau tak mau menoleh kearah samping .

“Sunbae..”

Baekhyun tersenyum kecil. Ia menarik nafas lega. “ Untunglah. Kau hampir membuatku mengidap penyakit jantung, Jiyeon .” Ucapnya.

Jiyeon kembali mengerjap bingung. “ Maksudnya ?

“Aku menemukanmu tak sadarkan diri di taman kota.”

“Sunbae yang menemukanku ?” Tanyanya tergagap.

Baekhyun mengangguk kecil. Kemudian tangannya terulur untuk menyentuh dahi Jiyeon .

“Kau masih demam, tidurlah.” Pelannya di ikuti senyuman samar yang bisa Jiyeon lihat sebelum Baekhyun kembali mengulurkan tangan dan menutup kelopak matanya dengan perlahan.

“Tutup matamu dan tidurlah. Jangan coba-coba untuk membukanya, arra !”

Jiyeon ingin berontak namun tubuhnya memang terasa amat lelah dan lemas. Bahkan untuk bertanya hal-hal lainnya ia merasa tenaganya tak akan cukup. Jadi yang ia lakukan hanya mengangguk kecil dan memejamkan mata sesuai perintah Baekhyun.

“Aku akan membangunkanmu saat makan malam nanti.”

***

Yoona menatap pintu kamar Jongin nanar. Sejak tadi sore Jongin menutup dirinya dikamar. Tak mau keluar sama sekali. Bahkan makanan malam bersama yang sudah di rencanakan Yoona hancur sudah. Sementara Joonmyeon asik dengan buku ditangannya.

“ Joonmyeon~aa, kau tahu adikmu kenapa ?”

Joonmyeon menggeleng ringan.

“Aissh, anak ini. Mengapa suka sekali membaca buku eoh ?” Tanya Yoona lagi sambil memukul kepala anaknya dengan majalah.

Joomyeon meringis. Merengut kesal kearah Yoona. “Omma, seharusnya kau bangga memiliki anak yang suka membaca seperti aku. Suatu saat karena hobiku ini aku pasti jadi penulis terkenal.” Ujarnya sambil menepuk dadanya penuh percaya diri.

Yoona mencibir kecil. “ Aigo~ lihatlah. Betapa percaya diri anak umma ini. Lupakan menjadi penulis terkenal, sekarang carilah calon menantu untuk umma dan berikan umma cucu.” Rancaunya lagi.

Joomyeon meletakan bukunya cepat lalu tersenyum lebar kearah Yoona.

“Calon menantu ?” Ulangnya dengan mata menerawang membayangkan sesuatu.

“Ya, tentu saja. umurmu semakin menua seiring berjalannya waktu. Umma tak mau mengurusmu seumur hidup umma.” Canda Yoona sambil menatap anaknya tajam.

Joomyeon kembali merengut. “ Aissh~ Aku juga tak mau hidup selamanya bersama umma. Tenang saja calon menantu akan segera datang !” Yakinnya sambil tersenyum lebar.

“Jeongmal ? Sekarang kau sudah punya yeojachingu ?” Tanya Yoona menggebu. Ia bahkan menggeser posisi duduknya hingga semakin menempel kearah Joonmyeon.

Joonmyeon mengangguk kecil lalu tersenyum.

“Bagaimana orangnya ? Cantikkah ? Baikkah ?” Tanya Yoona bertubi-tubi.

Joonmyeon semakin lebar tersenyum. “ Tentu saja. dia cantik, Baik dan sopan. Dan dia juga punya hobi yang sama denganku.” Papar Joonmyeon.

Yoona mengangguk bahagia. “ Cepatlah menikah kalau begitu.”

“Do’akan saja dia cepat lulus SMA omma !”

“MWO ? SMA ?”

***

Jieun kembali menghubungi nomor yang sama. Namun hasilnya tetap sama. Tidak aktif. Ia menghela nafas berat. Menjatuhkan tubuhnya begitu saja keatas tempat tidur.

“Kau dimana Jiyeon ~aa…” Gumamnya lirih.

Setelah mendengar kabar buruk jika Jiyeon pergi dari Chanyeol. Jieun langsung menelpon sahabatnya itu berulang kali. Ia bahkan mencari Jiyeon sepanjang hari di sekitar kota. Namun hasilnya nihil. Bahkan di taman bermain tempat mereka bersantai dulu, Jiyeon tak ada.

“Bagaimana ? Sudah aktif ?” Tanya Soojung – yang baru keluar dari arah toilet penuh harap. Namun gelengan kecil Jieun membuat ia kembali menghembuskan nafas berat.

Soojung pun ikut membaringkan tubuhnya di samping Jieun .

“Jika aku menjadi Jiyeon , kemana aku akan pergi yah ?” Jieun menggumam sendiri.

“Jieun ~aa..”

“Eum..” Gumamnya sambil berpikir.

“Bukankah sebelum Chanyeol Oppa mengatakan berita itu kau memberitahu kemana jiyeon pada Baekhyun Oppa..?”

Jieun lalu menggeser posisi kepalanya, hingga kini matanya dapat bertatapan langsung dengan mata bulat Soojung . Sejenak Jieun terdiam. Berbagai pertanyaan simpang siur di benaknya. Apa mungkin Jiyeon bersama Baekhyun ? atau Apa yang Baekhyun lakukan pada Jiyeon ?. dan tanpa menunggu pertanyaan apa lagi yang akan muncul. Jieun menyambar ponsel –yang tergeletak di sampingnya dan langsung menekan nomor Baekhyun.

Ia menggigit kuku-kuku tangannya gugup.

“Yobboseyeo….”

“ Sunbae, apa tadi sunbae ke taman kota ?”

“ Ne, Waeyo ?”

Jieun menahan nafasnya. “ Apa Jiyeon ada bersama sunbae ?”

Hening beberapa saat. Jieun bahkan dapat mendengar bunyi detak pada jarum jam. Sampai Baekhyun menjawab.

“Ya. Dia bersamaku.”

Dan jawaban sesingkat itu cukup membuatnya merasa sesak namun juga lega. Sesak karena Baekhyun memang menyempatkan diri menemui Jiyeon padahal sebelumnya ia sempat mengajak Baekhyun keluar tapi pria itu menolak dengan alasan sibuk. Dan lega karena ternyata Jiyeon ada bersama Baekhyun.

Dengan kekuatan yang masih ia miliki. Jieun tersenyum kecil. Menekan emosi dan perasaan egoisnya.

“Apa Jiyeon baik-baik saja ?” Tanyanya tulus.

“Ne. Dia baik-baik saja. hanya sedikit demam. Tenang saja aku akan merawatnya dan bisakah kau mengirimkan aku nomor keluarga Jiyeon ? Aku akan memberitahu mereka jika Jiyeon baik-baik saja bersamaku.” Ujarnya panjang lebar.

Jieun mengangguk pelan dan menjawab. “ Ya.” Dengan teramat pelan.

“Otte ?” Tanya Soojung penasaran.

Jieun diam. Meletakan ponselnya keatas tempat tidur perlahan dan kembali membaringkan tubuhnya yang tadi sempat bangkit saat menelpon Baekhyun.

“Jieun ~aa jangan diam saja. dia bersama Baekhyun Oppakan ?” Tanya Soojung lagi.

Jieun mengangguk kecil. Matanya menatap langit-langit kamarnya nanar. Ia merasa benar-benar lemas sekarang.

“Aku harus memberitahu Chanyeol Oppa.” Kata Soojung semangat. Namun sebelum ia mengeluarkan ponsel, Jieun menahannya.

“Baekhyun akan menghubunginya. Aku sudah mengirimkan nomornya.” Sambungnya lagi.

Soojung mengangguk paham, kemudian memasukan kembali ponsel dalam tasnya. Ia lalu beralih menatap Jieun yang memejamkan matanya erat. Soojung tersenyum kecut.

‘Kau pikir aku bodoh Jieun ~aa. Aku tahu kau menyukai Baekhyun Sunbae. Apa sekarang kau merasa sakit ?’

Dan Soojung memilih membalikan badan kearah Jieun , mengulurkan lengan dan memeluk tubuh sahabatnya erat.

Jieun berontak. “ Mwoya…?” Erangnya.

Namun Soojung tak menggubrisnya. “ Diam. Tidurlah.” Katanya.

Dan Jieun hanya diam. Membiarkan Soojung memeluknya. Setidaknya ia masih memiliki sahabat yang membuatnya merasa tenang kini.

***

“Duduklah. “

Kata itu terus keluar dari mulut Shinyeong berulang kali. Namun Chanyeol, yang sejak tadi terus berjalan-jalan tak menentu di teras rumahnya, sama sekali tak menggubris ucapan Shinyeong.

“Tenanglah Chanyeol. Bukankah tadi temannya bilang Jiyeon bersamanya dan baik-baik saja.“ Lanjut Shinyeong.

Chanyeol menarik nafas kemudian menghembuskannya berat. Dengan langkah pelan ia berjalan ke arah Shinyeong dan mendudukan diri di samping patner kerjanya itu. Bahunya yang tadi tegap kini merosot jatuh. Kepalanya tertunduk dengan kedua lengan yang menumpunya. Ia memejamkan matanya erat. Dan menangis tanpa suara.

“ Aku mengulang kesalahan yang sama. “ Ujarnya pelan.

Shinyeong terdiam. Ia tak mampu berbuat apapun. Melihat Chanyeol yang seperti ini, cukup membuat semua kecerdasan yang ia miliki menguap begitu saja. bahkan hanya untuk mengatakan ‘ Semua akan baik-baik saja ‘ Ia tak bisa. Hanya tangannya yang terulur dan mengelus bahu Chanyeol.

“ Aku sama saja seperti Appaku.” Lanjutnya.

Chanyeol membiarkan semuanya mengalir. Ia bahkan tak perduli saat ia menangis di hadapan Shinyeong. Semuanya terlalu menghimpitnya. Segalanya terasa terlalu berat. Ia tak pernah membayangkan ini sebelumnya. Membayangkan jika Ia akan mengulang kesalahan yang sama. Kesalahan yang pernah Ayahnya lakukan dulu. Pada Jiyeon. adiknya.

“ Bahkan sekarang, bukan aku yang menemaninya saat masa lalu itu kembali merenggut harapannya. “

Chanyeol menekan dadanya yang terasa menghimpit. Walaupun Jiyeon hanya adik tirinya. Tapi Chanyeol tak pernah memperlakukannya berbeda. Ia menyayangi Jiyeon sebagaimana mestinya seorang kakak menyayangi adiknya.

“ Chanyeol~sshi, Apa yang membuatmu begitu menyayanginya ?” Tanya Shinyeong. Pertanyaan itu sejujurnya sudah bersarang beberapa hari di otaknya. Ia sebelumnya tak pernah melihat sebuah kasih sayang setulus ini. Tapi saat melihat Chanyeol dan Jiyeon, itu membuat Shinyeong merasa hangat. Saat melihat Chanyeol yang begitu menyayangi adiknya, membuat Shinyeong merasa jika ia menjadi Jiyeon, memiliki Chanyeol saja sudah cukup. Karena seorang kakak yang menyayangimu dengan segala yang ia miliki. Itu seperti kau memiliki dua nyawa yang amat berharga.

Mendengar itu Chanyeol mendongak. Menatap Shinyeong yang juga menatapnya.

“ Dulu, saat aku berumur 4 tahun aku sangat takut gelap. Aku akan berteriak dan mengigil ketakutan saat mati lampu. Namun saat Jiyeon terlahir, dan saat box bayinya umma simpan di kamarku, aku tak lagi merasa takut. Karena saat mati lampu, aku akan disibukan oleh tangisan Jiyeon dan aku yang harus mendiamkannya. Saat melihat Jiyeon kembali tertidur aku selalu merasa tenang. Dan sejak saat itu aku meminta umma dan appa untuk di satu kamarkan dengan jiyeon sampai kami berumur 12 tahun. Selama itu hanya Jiyeon yang tahu phobiaku. Dia akan menggengam tanganku saat aku ketakutan dan karena dia juga phobiaku menghilang. Aku selalu mensyukuri kelahirannya dan aku berjanji akan selalu di sampingnya apapun yang terjadi.” Paparnya.

Shinyeong tersenyum kecil. “ Kelahiran Jiyeon seperti keajaiban untukmu. Bukankah begitu ?”

Chanyeol tersenyum dan mengangguk. “ Emm, Dan aku tak tahu apa yang akan terjadi jika keajaiban itu menghilang.”

“ Karena dia adalah keajaiban, aku yakin dia akan kembali dengan sebuah keajaiban juga.” Ucap Shinyeong.

chanyeol menoleh, dan saat melihat kedua mata Shinyeong yang memberikan sebuah keyakinan. Ia pun tersenyum dan harapannya kembali muncul. Keberaniannya kembali datang. Dan ia pun kembali ingin menggapai.

“Kau benar. Sebuah keajaiban akan datang dengan keajaiban pula. “

***

Pagi itu Jongin sengaja tak langsung masuk ke kelasnya. Melainkan menunggu seseorang terlebih dahulu di depan koridor utama. Sejak tiga puluh menit yang lalu. Ia terus berdiri di tempat yang sama. Bersandar pada kayu peyangga. Dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada. Beberapa gadis menatapnya kagum. Namun ada juga yang sengaja menunduk karena takut. Tetapi kebanyakan dari mereka lebih memilih menatap Jongin terus menerus. Seolah namja itu punya aura kuat yang sulit dihindari.

Dari arah berlawan. Seorang gadis yang di anggap ‘Most Wanted’ datang. Ia tersenyum. Menebar pesona kekanan dan ke kiri. Mengibasakan rambutnya dengan anggun. Kemudian tersenyum tiga jari kearah salah seorang lelaki yang berdiri ternganga menatapnya. Membuat semua namja yang mengelilinginya di buat terpana. Namun tidak dengan Kim Jongin. Ia mengangkat bahu acuh. Lalu tatapannya kembali memperhatikan gerbang sekolah. Menunggu seseorang.

Nam Gyuri. Yeoja Most Wanted itu menyeringai. Selama ini hanya Jongin yang tak pernah menganggapnya ada. Dan hanya Kim Jongin yang menolaknya secara terang-terangan. Tentu ia tak bisa terima begitu saja. dan untuk mendapatkan perhatian Jongin ia akan melakukan apapun. seperti pagi itu. Saat ia berjalan seanggun mungkin kearah Jongin dan berdiri tepat di hadapan namja itu.

“Morning, Jongin~aa..” Sapanya basa-basi.

Jongin menatap Gyuri datar. “ Ya, pagi.” Katanya tanpa ekspresi.

Mendapat respon sedingin itu Gyuri tak menyerah.

“Kau terlihat sangat tampan pagi ini. “ Sambungnya dengan senyum andalannya. Namun sayang karena sepertinya Jongin sama sekali tak tertarik. Namja itu memilih menatap Gyuri sekilas lalu tersenyum sinis.

“Aku tahu. Bukankah karena hal itu juga kau menguntitku ?” Ujarnya.

Gyuri mengepalkan tangannya erat. Namun masih dengan senyumnya ia kembali menatap Jongin.

“Kau pandai bercanda Jongin~aa. Mana mungkin yeoja sepertiku menguntitmu, hha “ Katanya sambil terkekeh kecil.

Jongin menatap gadis di sampingnya datar. “Hmm, Nam Gyuri. Aku beritahu kau sesuatu. Siapa yang selama ini selalu mengikutiku kemana pun aku pergi ? Siapa yang selama ini mengirimiku cokelat berbagai bentuk saat valentine ? Dan siapa yang menyatakan cinta di taman belakang sekolah minggu kemarin padaku, Eoh ?”

Gyuri terdiam. Semua anak yang sejak tadi mengitari Jongin dan Gyuri kini menatap Gyuri dengan berbagai macam ekpresi.

Jongin terkekeh. Ia mendecakan lidahnya kemudian melanjutkan.

“Kau. Nam Gyuri. Dan apa tidak lucu saat kau mengelak jika kau bukan penguntitku ?” Telak. jongin menunggu. Menanti perlawan yeoja di hadapannya. Sejak awal Ia memang sudah tak suka melihat Gyuri. Sikap yeoja yang satu itu memang benar-benar luar biasa. Ia seperti ular. Berwajah dua.

Gyuri tersenyum sinis. Ia menatap Jongin tajam. Baru kali ini ada yang menjatuhkannya di depan umum seperti ini. Dan ia bersumpah. Ia akan membalasnya. Dengan kekuatan dan keberanian yang tersisa. Gyuri mengangkat dagu dan balas menatap Jongin.

“Kau akan menyesal telah melakukan ini. Kim Jongin. “ Bisiknya tepat di telinga Jongin. Kemudian ia kembali berdiri tegap. Tersenyum ramah. Tangannya terulur dan membenarkan dasi Jongin yang melonggar. Dengan gerakan pelan. Gyuri membenarkan dasi itu dan menepuk bahu Jongin.

“Uri Jongin lucu sekali. Kau pandai sekali bercanda rupanya. Namun sayang aku tidak tertarik padamu. Jadi mana mungkin aku menjadi penguntitmu.” Ucapnya dengan intonasi yang lembut. Membuat Jongin tersenyum muak dan menatap Gyuri jijik.

“Whatever. Horse face. “ Bisik Jongin dan itu cukup membuat Gyuri geram. Namun gadis itu mengendalikan diri dan tetap tersenyum.

“Annyeong Jongin~aa. Ku harap suatu saat kau tidak berlutut di hadapanku. “ Katanya dengan seringai tipis. Lalu berlalu dari sana.

Jongin memutar bola matanya jengah. Dan ia sama sekali tak perduli dengan ucapan Gyuri. Apapun yang yeoja itu katakana. Ia tak pernah perduli.

Dan kembali dengan misi awalnya untuk menunggu seseorang. Jongin menegakan kembali posisi awalnya dan memperhatikan gerbang sekolah. Beberapa anak yang baru datang berlarian kearah sekolah. Jongin menunduk. melihat jam di pergelangan tangannya. lima belas menit lagi bel masuk berbunyi. Namun tanda-tanda kedatangan orang itu belum terlihat.

15 Menit kemudian.

Dan akhirnya Jongin menyerah. ia mengepalkan jemarinya dengan erat. Niat awalnya untuk tidak berprasangka buruk menguap begitu saja. Orang yang sejak tadi ia tunggu tak muncul. Dan begitu pun dengan Baekhyun.

“Kau melewatkan kesempatanmu, Park Jiyeon. “ Gumamnya sambil tersenyum sinis.

Dan Jongin pun berbalik. Memilih kembali ke dalam kelas.

Sebelum ia menyadari. Untuk apa ia melakukan semua ini. Sebelum ia menyadari. Mengapa ia harus marah ? Dan sebelum ia menyadari mengapa ia begitu tak suka mendengar kedekatan Jiyeon dan Baekhyun.

***

“Kau sudah baikkan ?”

Jiyeon mengangguk cepat. niat awalnya untuk berangkat sekolah pagi itu dilarang tegas oleh Baekhyun. Padahal setelah tidur nyenyaknya semalan. Ia merasa baik-baik saja. namun Baekhyun melarangnya dengan tegas dengan alasan tak ingin Ia sakit lagi.

“Bisakah aku pulang “ Pelan Jiyeon sambil memainkan selimut yang masih menutupi tubuhnya yang berbalut seragam sekolah.

Baekhyun menggeleng cepat. “ Tidak. Sebelum kau makan dan minum obatmu dulu.” Perintahnya.

“Tapi Sunbae..—

“Tak ada penolakan. Kau harus. Atau kau tak boleh pulang. “ Selanya cepat.

Jiyeon menghembuskan nafas berat dan mengangguk. “ Baiklah.”

Dan Baekhyun hanya tersenyum puas. Kemudian menyerahkan makanan untuk Jiyeon beserta obatnya.

“Aku akan ke sekolah dulu. Dan saat aku pulang nanti kau masih harus ada disini. Arraseo !”

Jiyeon mengangguk paham. “ Baiklah.”

Baekhyun kembali tersenyum. Kemudian membungkuk sejenak. Tangannya terulur dan mengacak rambut Jiyeon.

“Gadis manis.” Katanya.

Jiyeon terdiam. Dan entah mengapa ia merasa nyaman saat Baekhyun mengusak rambutnya barusan. Dan saat Baekhyun berlalu meninggalkannya. Menutup pintu kamar itu. Jiyeon tersenyum.

“Lagi – lagi Kau seperti kakakku.” Pelannya.

***

Soojung mencondongkan tubuhnya kearah jendela. Ia tersenyum kecil namun juga sedikit merasa miris. Tadi saat bel istirahat. Baekhyun datang kekelasnya dan mengajak Jieun bicara. Dan disanalah mereka. Di taman belakang. Tepat di belakang gedung sekolah. Dan dari kelas Soojung, Ia bisa melihat dua orang itu sedang duduk di bawah pohon Oak tua.

.

.

“Bagaiamana keadaan Jiyeon ?” Tanya Jieun memulai.

Baekhyun tersenyum kecil. “ Tenanglah. Kau terlihat begitu cemas. Dia baik-baik saja. “ Ucapnya.

Jieun mengangguk kecil. Ia berterima kasih pada Tuhan jika Jiyeon baik-baik saja. namun kini ia mulai bertanya. Mengapa justru kini dirinya yang merasa tak baik-baik saja ?

“Bagaimana bisa sunbae menemukannya ? Padahal aku juga sudah mencarinya berkali-kali di tempat itu ?” Tanya Jieun heran.

Baekhyun mengangguk. Matanya menerawang.

“Mungkin saat itu aku lebih dulu datang kesana. Jadi kau tak bisa menemukannya.” Jelasnya.

Jieun mengangguk. “ Ya. Sunbae benar. kenapa aku tak memikirkannya yah ?”

Dan Baekhyun pun ikut tersenyum saat melihat Jieun tertawa riang. Entah sejak kapan Ia menyukai tawa itu.

“Kau tahu mungkin saja aku ini penyelamatnya. Super heronya begitu. Bagaimana menurutmu ?”

Dan kali ini. Dengan cepat Jieun menghentikan tawanya. Menatap Baekhyun nanar.

“Super Hero ?”

Baekhyun tersenyum kecil dan mengangguk.

“Untuk Jiyeon maksud sunbae ?” Lanjut Jieun.

Baekhyun menatap Jieun. Dan ia kaget saat melihat mata gadis itu berkaca-kaca.

“Tentu saja. “ Pelannya, lalu melanjutkan. “ Kau baik-baik saja ?”

Jieun menunduk cepat dan mengangguk.

“Tentu saja aku baik-baik saja. “ Katanya. “ Aku senang Jika dia memiliki penyelamat. Seperti Sunbae. “ Ia mendongak dan tersenyum tepat kearah Baekhyun yang tengah melihatnya.

Baekhyun diam untuk beberapa saat. Ia merasa aneh. Dan ia merasa semua ini tak benar. namun ia tak mengerti. Ia tak tahu apa maksud semua yang berkecamuk dalam benaknya. Dan demi menutupi kebingungannya. Baekhyun mengalihkan.

“Apa kau mau menjenguknya nanti ?”

Jieun mengangguk. “ Tentu saja. aku juga akan mengajak Soojung nanti.”

Baekhyun tersenyum samar. “ Baiklah. Nanti akan ku beritahu Jiyeon jika kalian akan datang.”

***

Setelah bertemu Jieun dan Soojung. Jiyeon memilih untuk pulang sendiri dan menolak tawaran Baekhyun. Juga tawaran Soojung dan Jieun yang ingin menemaninya pulang. Ia lebih memilih sendiri. Dan memang saat ini ia menginginkan untuk sendirian. Dan di trotoar jalanan yang cukup ramai itu Jiyeon berjalan sendirian.

“Apa yang harus aku lakukan sekarang..” Pelannya.

Ia terlalu bingung. Kemana ia harus pergi sekarang. Tak mungkin ia kembali kerumah. Ia tak bisa membiarkan Chanyeol menderita karenanya lagi. dan ia juga tak mau membawa sial untuk Chanyeol.

“Apa aku berhenti sekolah saja..” Lanjutnya sambil menunduk.

Jiyeon terlalu fokus melamun. Ia bahkan tak sadar ada seseorang yang tengah berdiri beberapa meter di hadapannya. Dan saat seseorang itu berjalan mendekat. Berdiri beberapa senti dihadapan Jiyeon. barulah gadis itu menyadarinya.

Jiyeon yang posisinya saat itu masih menunduk. terlihat bingung. Ia memperhatikan sepasang satu hak tinggi berwarna merah di hadapannya. Ia kemudian mendongak dan dengan mata membulat jiyeon terhenyak.

“Hyerim Onnie..”

Wanita itu tersenyum sinis. “ Lama tak bertemu. Jiyeon~aa..” Katanya.

Jiyeon tiba-tiba merasa tak nyaman. Demi tuhan ia sama sekali tak berharap bertemu wanita ini sekarang. Dan demi tuhan ia benar-benar membutuhkan Chanyeol sekarang.

“Apa kabarmu. Adik kecilku yang pintar..” Hyerim berjalan mendekat dan Jiyeon melangkah mundur. Wanita itu tersenyum.

“Kenapa ? Kau masih takut denganku, honey.”

Jiyeon menggeleng cepat. “Kapan Onnie kembali ke Seoul ?” Tanya Jiyeon.

Hyerim menyilangkan kedua tangannya di depan dada. “ Sejak hari ini. Dan aku begitu beruntung. Di hari pertamaku ini aku bisa bertemu dengan malaikat manisku.” Gumamnya sambil tersenyum dan tangannya yang membelai rambut Jiyeon.

Jiyeon mundur beberapa langkah. Kedua tangannya mulai gemetar. Ia tak suka kehadiran wanita itu di hadapannya kini.

Dan Hyerim begitu jeli. Ia tahu saat kedua tangannya Jiyeon gemetar.

“Aigo. Sayang, apa kau ketakutan, eum ?”

Jiyeon diam. Ia tak bisa melakukan apapun. Bahkan saat Hyerim menuntunnya menjauh dari jalan raya dan duduk di ayunan taman bermain yang sepi.

“Duduklah honey, Onnie akan mengayunkan ayunanmu.” Katanya lembut.

Jiyeon semakin gemetar. Namun ia tak mampu menolak. Dan ia pun hanya bisa menurut dan duduk di ayunan itu. sementara Hyerim berdiri di belakang untuk mengayunkannya.

“Bagaimana kabarmu dan Oppamu itu ?” Tanya Hyerim memulai.

Jiyeon mengangguk kecil. Pegangan tangannya pada besi ayunan semakin kencang. Melihat itu Hyerim tersenyum puas. Dengan pelan diayunkannya ayunan Jiyeon.

“Kalian begitu enak yah. Bersenang-senang di Seoul sementara aku menderita di Gangnam.” Lanjutnya.

“Onnie, bukan begitu..” Sela Jiyeon pelan.

Hyerim menghentikan ayunannya dan mendelik. “ Bukan begitu. Lalu apa, eoh ?”

“Onn—

“Berhenti memanggilku onni. Aku muak mendengarnya.”

Dan dengan satu senatakan cepat. Hyerim mendorong ayunan itu dengan keras. Membuat Jiyeon terjatuh dan terduduk di atas pasir. Ia meringis. Sikunya terluka. Sementara Hyerim tertawa senang. Ia lalu berjalan mendekat kearah Jiyeon yang beringsut mundur.

“Aigo, gadis pembawa sial ini kesakitan rupanya.” Katanya lalu membungkuk dan memperhatikan wajah Jiyeon yang menunduk.

“Dasar Bitch ! Sialan kau !! Selama ini kau enak-enakan hidup sementara aku menderita di gangnam. Gadis pembawa sial. DASAR MENJIJIKAN !!!” Cacian – cacian itu terus terlontar dari mulut hyerim. Jiyeon menunduk semakin dalam. Puing-puing kenangan masa lalunya mulai menyatu dan kini berputar kembali bagai kaset rusak di otaknya.

Dan saat Hyerim menampar wajahnya. Kemudian menendang tubuhnya dan menginjak kakinya. Jiyeon hanya diam. Ia bahkan tak bisa menjerit. Seluruh tubuhnya mati rasa. Mati rasa. Oleh rasa sakit di masa lalu yang sangat sulit ia hapus.

“SIALAN ! BERENGSEK ! GADIS PEMBAWA SIAL ! KAU SEHARUSNYA DI NERAKA SEKARANG !!”

Cacian dan teriakan – teriakan keras itu terus Hyerim lontarkan dengan begitu semangat. Sementara Jiyeon. ia hanya bisa tersungkur dan berbaring diatas pasir dengan luka memar di beberapa bagian tubuhnya. Tubuhnya mengigil. Ia gemetar. Rasa sakit ditubuhnya tak sebanding dan perih di masa lalunya.

Pukulan dan umpatan kasar ini. Tak sebanding dengan apa yang ia dapatkan dulu. Bahkan ia nyaris mati dulu. Jika seseorang tak menyelamatkan hidupnya.

“Mati kau !! MATI SAJA KAU..Arghht~

Hyerim tersungkur jatuh. Saat sebuah balok kayu mengenai belakang kepalanya. Dan ia tak sadarkan diri begitu saja.

Jiyeon mengerjapkan matanya yang terasa berat. Samar – samar ia bisa melihat seseorang berdiri di depan sana. Dengan balok kayu ditangannya. Jiyeon mencoba menajamkan indra pengelihatannya. Namun nihil, padahal ia ingin melihat siapa orang itu. dan entah mengapa ia merasa orang itu terlihat sama seperti orang yang menyelamatkannya dulu. Dan seperti dulu juga. Ia tak bisa berbuat apa-apa. Pandangan matanya berkunang dan semuanya terasa gelap.

“Jiyeon~aa…Ya Park Jiyeon…!” Namja itu melempar balok kayunya begitu saja. beralih menghampiri Jiyeon dan mengangkat tubuh itu dengan cepat.

“Gadis monster…bertahanlah…”

***

Ruangan putih itu penuh oleh beberapa orang. Jieun dan Soojung yang duduk di sofa depan tempat tidur pasien, Baekhyun yang berdiri di samping sofa dan Chanyeol yang juga duduk di samping tempat tidur. Dengan lengannya yang menggenggam lengan Jiyeon erat.

Gadis itu masih tak sadarkan diri sejak tadi. Setelah keluar dari ruang ICU karena kondisi tubuhnya yang lemah dan tubuh yang kehilangan banyak darah. Jiyeon baru bisa di pindahkan ke ruang inap biasa.

Ruangan putih itu sepi. Hanya suara tetesan air inpusan dan mesin pendeteksi denyut jantung.

Chanyeol mengelus tangan Jiyeon pelan. Ia begitu merasa bodoh dan ceroboh. Ia bahkan tak tahu jika Jiyeon diserang orang asing hari ini. Dan saat gerakan kecil pada tangan Jiyeon terasa Chanyeol dengan sigap menegapkan bahunya.

“Oppa..” Ucap Jiyeon pelan.

Chanyeol mengangguk. “ Kau sudah sadar. Apa yang sakit ? Dimana yang sakit, eum ?” Tanyanya khawatir.

Jiyeon menggeleng kecil. “ Aku Baik-baik saja. “ Pelannya.

Jieun dan Soojung menatap sahabatnya itu khawatir. Dan begitu pun dengan Baekhyun.

“ Bagaimana bisa aku ada disini, oppa ?” Tanya Jiyeon. tiba-tiba saja ia teringat pada penyelamatnya saat itu.

Chanyeol menoleh cepat kearah Baekhyun. “ Oppa tak tahu. Temanmu Baekhyun yang memberitahu oppa pertama kali.”

Jiyeon menatap Baekhyun yang tengah tersenyum kearahnya. Ia mengernyit. Postur tubuh Baekhyun berbeda dengan orang yang samar-samar ia lihat saat di taman bermain tadi.

“Kau yang membawaku kemari ?” Tanya Jiyeon.

Baekhyun terdiam sejenak. Ia terlihat berpikir namun tak lama ia mengangguk.

“Ya. Aku yang membawamu kemari.”

“ Jadi kau yang menyelamatkanku ?” Tanya Jiyeon tak yakin.

Baekhyun mengangguk cepat. “ Ya. Itu aku.” Pelannya.

Jiyeon menghembuskan nafas kecewa. padahal ia berharap itu bukan Baekhyun. Namun apa yang bisa ia harapkan. Jadi yang ia lakukan ialah mengangkat wajah dan tersenyum.

“Terima kasih Sunbae. Aku tak tahu bagaimana jadinya kalau tak ada sunbae.”

Baekhyun mengangguk kecil. Sementara Jieun dan Soojung menatap namja itu penuh terima kasih. Begitu pun dengan Chanyeol.

“Sama-sama. Lain kali kau harus berhati-hati.”

Jiyeon mengangguk kecil.

“Jiyeon~aa..Baekhyun bilang kau tadi di serang seorang wanita, apa itu Hyerim ?”

Mengingat dan mendengar nama itu membuat Jiyeon kembali merasa tak nyaman. Melihat itu Chanyeol mempererat pegangan tangannya.

“Tak apa-apa. Oppa disini.”

Jiyeon menatap oppanya itu sendu. “ Ya, itu Hyerim onnie. Dia datang oppa…Dia datang lagi. aku takut.” Jiyeon meringis. Ia kembali gemetar. Chanyeol menatap adiknya nanar lalu menarik Jiyeon dalam pelukannya.

“Tenanglah. Aku akan menyelesaikan semuanya.”

“Andwe oppa. Dia sekarang lebih berbahaya. Aku takut menemuinya. Aku takut. Dan aku takut terjadi sesuatu lagi dengan oppa.”

Chanyeol tersenyum kecil. “ Tak apa. Semuanya akan baik-baik saja. percayalah. “

“Tapi oppa..—

“Jiyeon~aa. Dia bahkan melakukan kesalahan yang sama lagi. Dulu dia juga pernah hampir membunuhmu dan sekarang ia melakukan kesalahan itu lagi. jika saja Baekhyun tak ada disana saat itu oppa tak tahu apa yang akan terjadi padamu.”

Jiyeon menunduk. “ Tapi..—

Chanyeol tersenyum kecil. Mengelus kepala Jiyeon.

“Jangan seperti ini lagi Jiyeon. kau harus berusaha menghapus semuanya dan memulai masa depanmu. Dan oppa berjanji akan membantumu menghapus semua itu satu persatu.”

Jiyeon meringis. “ Oppa, ma’af. Ma’af atas kebodohanku kemarin. Aku benar-benar bodoh.”

Chanyeol menggeleng. “ Sssst~. Dengar. Oppa sudah melupakan hal kemarin. Oppa tahu itu juga salah oppa. Jadi ayo kita lupakan masalah kemarin. Arraseo.”

Jiyeon mengangguk kecil. “ Gomawo.”

Jieun dan soojung yang melihat itu tersenyum. “ Kami juga akan membantumu Jiyeon. jika wanita itu datang lagi. kami akan menjambak rambutnya hingga lepas. “ Papar Jieun menggebu dan diikuti anggukan keras Soojung.

Jiyeon tersenyum kecil begitupun Chanyeol.

“Dan aku akan berdiri sebagai penyelamatmu, Jiyeon~aa.” Sambung Baekhyun.

“Gomawo Jieun, Soojung , Sunbae dan oppa…” Pelan Jiyeon.

Jieun, soojung dan Baekhyun mengangguk. Sementara Chanyeol hanya mengusak rambut adiknya pelan.

“Dan Sunbae. Terima kasih sudah menyelamatkanku.”

Baekhyun terlihat ragu. Namun tak ayal dia mengangguk.

“Sama-sama.”

 

Dan dibalik pintu ruangan putih yang hangat itu. seseorang berdiri. Di depan jendela kecil yang mengarah langsung kearah tempat tidur itu, Ia terdiam. Melihat seseorang yang tengah tersenyum lepas disana. ia merasa tenang. Setidaknya walaupun Jiyeon tak tahu jika sebenarnya ia yang menyelamatkannya. Ia tak apa. Karena hanya melihat gadis itu baik-baik saja dan bisa kembali tersenyum. Itu cukup membuatnya baik-baik saja.

“Kau tahu Gadis monster. Aku tak tahu jika aku bisa begitu khawatir saat melihatmu memejamkan mata saat itu. dan aku pun tak tahu sejak kapan aku mulai menyukai bagaimana caramu tertawa.” Katanya tersenyum kecil. Lalu berlalu dari sana.

[TBC]



Viewing all articles
Browse latest Browse all 317

Trending Articles