Quantcast
Channel: EXOMKFANFICTION
Viewing all 317 articles
Browse latest View live

Sweetest Disaster (Chapter 2-END)

$
0
0

SD

Title: Sweetest Disaster
Author: Ei-si.
Main Casts: Zhang Yixing/Lay EXO-M & OC
Support Casts: Lu Han & Xiumin EXO-M, Suho EXO-K
Genre: Romance, Drama
Rating: PG-17
Length: Twoshots
Disclaimer: I have none of the casts except OC and the plot.

© Ei-si. 2013

 

“Kau keberatan jika aku mengantarmu pulang?”

“T-tidak. Bukan maksudku begitu. Tapi, baiklah kalau kau me—”

“AWAS!”

Brug.

Hae Ra memejamkan matanya. Kejadian barusan rasanya cepat sekali terjadi, ia bahkan tidak tahu apa yang menimpanya sekarang. Yang ia tahu dirinya berada dalam dekapan seseorang, entah siapa itu. Berniat memastikan, Hae Ra membuka matanya perlahan dan dapat ia dengar suara hiruk-pikuk orang-orang sekitar berlari menghampirinya. Sesaat kemudian, Hae Ra merasa kepalanya seperti dihantam batu besar—pusing bukan main, kerongkongannya mengering, lidahnya kelu barang digerakkan sedikit pun kala ia melihat orang yang kini tengah mendekapnya erat.

“LAY!!!”

-

Hae Ra menggigit bibirnya keras. Berulangkali ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua akan baik-baik saja, tetapi tetap tidak bisa. Air mata yang menggenang di pelupuk matanya tak urung berhenti memutus aliran sungai kecil di pipi tirus gadis itu. Tiba-tiba Hae Ra merasakan suatu kehangatan menggenggamnya lembut.

Nan gwaenchana.”

Hae Ra sejenak tertegun. Tangan yang ada dalam genggamannya saat ini begitu hangat, pikirnya.

“Bagaimana bisa kau bilang baik-baik saja sementara tanganmu terluka seperti ini?” tanya Hae Ra masih terisak. Gadis itu sudah tidak peduli dengan supir taksi yang turut memerhatikannya yang sedang menangis melalui kaca spion tengah mobil—memandangnya dengan tatapan prihatin. Ia tak kuasa menahan kekhawatirannya. Terang saja, darah segar mengucur deras dari lengan kiri Lay akibat tertimpa papan reklame yang jatuh saat menolong Hae Ra tadi dan barusan ia bilang baik-baik saja. Benarkah?

“Ini bukan apa-apa. Aku bisa mengobatinya sendiri di rumah,” ucap Lay pelan. Ia terus memegangi lukanya yang terbalut saputangan untuk menghentikan pendarahan.

Sementara itu, Hae Ra berusaha memapah tubuh Lay memasuki rumahnya setelah turun dari taksi yang mengantar mereka. Hae Ra mendudukkan Lay di sofa ruang tamu sedangkan ia berlari masuk ke dalam berusaha mencari first aid yang bisa digunakan. Lay sudah tidak bisa menahan rasa sakit pada lengannya kala itu. Saputangan yang membalut lukanya bahkan sudah basah kuyup akibat rembesan darah yang juga menodai pakaiannya. Sungguh ia tidak kuat. Untung Hae Ra tidak memakan banyak waktu untuk menemukan obat yang dicari.

“Akh…” rintih Lay saat Hae Ra membuka balutan.

“Oh, Tuhan!” Hae Ra menutup mulutnya takut melihat keadaan Lay. Air matanya pun tak sungkan untuk kembali turun. Ia mendekat ke arah Lay berusaha membersihkan luka Lay dan mengobatinya.

Dalam hati Lay mengumpat, mengutuk rasa sakit yang luar biasa ia rasakan. Ia menengadahkan dan menyandarkan kepalanya di kepala sofa. Sesekali ia meringis menahan napas saat Hae Ra mengolesi cairan antiseptik di atas lukanya.

Lay membuka mata sedikit demi sedikit saat ia merasa lebih baik. Namun hal itu malah membuat jantung Lay serasa meronta ingin melompat keluar, napasnya tertahan ketika sekarang ia lihat wajah Hae Ra tepat berada di depan wajahnya. Lay tidak bergerak—begitu juga Hae Ra.

Mereka sama-sama diam di posisi masing-masing tetapi bisa Hae Ra yakini kini Lay berusaha menghilangkan jarak di antara mereka, dan benar. Sedetik kemudian, bibir Lay mendarat mulus di bibir gadis itu. Hae Ra mengejang, terpaku di tempatnya. Matanya membulat tak percaya. Darah berdesir kencang mengaliri seluruh sel tubuhnya, jantungnya berdentum keras seolah berkhianat untuk berdetak senormal biasanya, syaraf otaknya seperti tersengat listrik bervoltasi tinggi membuatnya tak mampu berpikir apa pun, badannya kaku tidak bisa digerakan. Sungguh ini di luar dugaannya.

Hae Ra sedang berusaha mencerna apa yang tengah terjadi ketika Lay melumat bibirnya lembut. Bibirnya memanjakan bibir Hae Ra, memberi tekanan pada objek yang kini tengah ia kecupi. Hae Ra memejamkan matanya kala kecupan ringan tersebut berubah menjadi hisapan nikmat di bibir atas dan bawahnya secara bergantian. Tangan Lay yang terbebas dari luka kini bergerak mengelus tengkuk gadis itu memperdalam ciumannya. Seolah kehilangan akal sehat, Hae Ra kini berani membalas perlakuan Lay, meletakkan tangannya di dada lelaki itu lalu merangkak naik menuju leher. Lay yang seakan diberi lampu hijau menggigit pelan bibir Hae Ra dan melesakkan lidahnya segera setelah Hae Ra membuka mulutnya. Lidah Lay dengan lihai menari-nari dalam mulut Hae Ra, ingin mengajaknya bermain dan sekali ia berhasil menemukan lidah Hae Ra, mereka saling membelit satu sama lain.

Memabukkan. Bagi Hae Ra ini memabukkan. Ini memang bukan kali pertamanya berciuman, tetapi gadis itu berasumsi bahwa perlakuan Lay benar-benar membuatnya ketagihan. Andai Hae Ra memang kehilangan akal sehatnya, bisa saja gadis itu meminta sesuatu yang lebih ketimbang hal ini. Ia baru sekali ini merasakan sensasi nikmat yang menggoda. Positif ini membuatnya gila.

Decapan demi decapan dari permainan keduanya memenuhi seisi ruangan. Hae Ra tak mampu lagi menahan desahan yang lolos saat kini tangan Lay bergerak turun menyusuri tubuhnya. Lay mengusap pinggang gadis itu dari balik mantel beludru dan kemeja yang dikenakannya, memberikannya sensasi yang menggelitik. Betapa senangnya Lay saat ini. Lukanya sudah tidak ia acuhkan lagi, yang ia rasakan hanyalah jutaan kupu-kupu menari dalam perutnya. Cukup lama mereka menikmati pautan bibir masing-masing sampai akhirnya Hae Ra tidak sengaja menekan lengan Lay yang terluka.

“Eungh…”

Mi-mianhae, Lay-ssi.” Hae Ra lantas menjauhkan dirinya dari Lay. Wajahnya merah padam mengingat apa yang baru saja mereka lakukan. Rasanya Hae Ra ingin menampar wajahnya sendiri karena begitu bodohnya ia melakukan hal tadi bersama Lay. Namun tak dapat dipungkiri, ia menikmati semua itu.

Hae Ra tiba-tiba bangkit dari duduknya, mengambil kantung belanjaan dan berkata, “Semoga lekas sembuh. Annyeong!”

Hae Ra berlari menuju pintu meninggalkan Lay yang memasang wajah bingung. Namun itu tak lama kala bibirnya mengukir senyum kecil di sana. “Sejak kapan kau membuatku jadi gila seperti ini, Ryu Hae Ra-ssi?”

-

Lu Han menyobloskan sedotan stripe ke kotak minuman dan menyodorkannya ke arah Hae Ra.

“Sudah empat hari ini kau diam saja—tidak seperti biasanya. Apa kau sakit?”

Hae Ra menggeleng pelan, diraihnya kotak minuman yang diberikan Lu Han tadi.

“Nilaimu menurun? Apa appa dan eomma-mu terlalu sibuk sampai tidak memerhatikanmu? Atau Hae Joon Hyung menjahilimu di rumah?” Lu Han menuntut beberapa pertanyaan.

Kembali hanya sebuah gelengan yang Hae Ra berikan menanggapi pertanyaan Lu Han. Dirinya kini memang berada di taman kampus sembari menunggu dengan jenuh mata kuliah selanjutnya, tetapi tentu tidak dengan hati dan pikirannya. Pikiran gadis itu melayang entah kemana, lebih tepatnya melayang memikirkan pria yang belakangan ini berhasil membuatnya gelisah. Apa yang nanti akan dilakukan Hae Ra apabila ia bertemu langsung dengan Lay setelah kejadian itu? Hae Ra mendesah berat.

“Apa ini ada hubungannya dengan Lay?” Pertanyaan yang barusan dilontarkan Lu Han membuat Hae Ra mendadak mendelik. “Omong-omong soal Lay,” Lu Han melanjutkan, “sudah beberapa hari ini aku tidak melihatnya.”

Hae Ra hanya diam memerhatikan apa yang akan dikatakan Lu Han selanjutnya. Semua topik pembicaraan mengenai lelaki itu selalu membuat Hae Ra mengalihkan perhatiannya dari hal lain.

Lu Han menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. “Padahal aku ingin berterima kasih padanya. Bahkan waktu aku ke kedai pun dia tidak ada,” lanjutnya sambil mendesah. “Min Seok bilang dia sakit.”

Jinjja?”

Eo. Ah, kanda!”

Eoddiga?”

“Ke kedai. Kau pasti—”

“Aku ikut!”

Hae Ra memegangi lengan kemeja Lu Han dengan tatapan memohon. Benar memohon karena ia ingin bertemu dengannya, paling tidak Hae Ra ingin mengetahui bagaimana keadaan Lay saat ini.

“Bukankah kau ada mata kuliah selanjutnya?” Bukannya menjawab, Hae Ra langsung bergegas meninggalkan Lu Han. “Ah, geurae. Dia pasti mengkhawatirkan namja-nya.”

-

Hae Ra berjalan di belakang Lu Han. Sedikit ia merutuki dirinya yang bodoh karena sudah empat hari terakhir ini ia memang selalu menolak ajakan Lu Han untuk pergi ke kedai itu. Alasannya? Singkat saja, ia tidak berani bertemu dengan Lay, lelaki yang sudah berhasil masuk ke ruang hatinya. Apalagi saat itu Lay mencium Hae Ra.

Nde. Arraseo, Min Seok-ah, aku akan segera ke sana!”

Hae Ra mengalihkan pandangannya melihat seorang pria dengan telepon genggam di ujung sana.

“Eh? Tutup?” Lu Han buka suara saat mereka menghampiri pria tersebut.

“Oh, Lu Han-ssi. Benar kami tutup karena aku harus ke rumah sakit sekarang juga.”

“Rumah sakit? Memangnya siapa yang sakit, Joon Myun-ssi?” Lu Han mengerutkan kening.

Joon Myun menggembok pintu depan kedai dan memasukkan kuncinya ke dalam saku celana. “Lay. Min Seok baru saja menelepon kalau dia menemukan Lay tidak sadarkan diri di rumahnya,” terang Joon Myun, “aku khawatir. Min Seok bilang tangan Lay terluka. Aku tidak tahu apa yang terjadi tapi ini sangat gawat!”

Hae Ra merasa persendian lututnya melemah. Ia ingin jatuh saat itu juga kala Joon Myun memberitahu tentang Lay pada mereka barusan. Joon Myun sendiri terlihat gelisah. Ia segera memberhentikan taksi yang lewat.

“Ah, Joon Myun-ssi, boleh kami ikut?” Lu Han menatap Joon Myun lekat meminta persetujuan. Joon Myun pun mengangguk.

“Jadi,” Lu Han buka suara sesaat setelah mereka berada dalam taksi, “tadi kau bilang ini sangat gawat. Sebenarnya ada apa?”

Joon Myun menghela napas berat, “Hemofilia.” Ia menundukkan kepalanya. “Lay mengidap hemofilia.”

Sontak Hae Ra membelalakkan matanya tak percaya, “H-hemofilia…?”

Majayo, Hae Ra-ssi.”

“Bagaimana bisa?” Lu Han ikut terkejut mendengarnya.

“Itu memang penyakit yang dideritanya sejak kecil. Ibunya pun menderita penyakit yang sama.” Joon Myun hendak meneruskan kembali ceritanya saat taksi mereka telah sampai pada tujuan.

-

Jeongmal kamsahamnida, Seonsaengnim.”

“Min Seok-ah!” teriak Joon Myun dengan napas terengah-engah, diikuti Hae Ra dan Lu Han di belakangnya. “Bagaimana?”

Min Seok sekali lagi membungkuk singkat pada dokter dan duduk di deretan kursi tunggu rumah sakit. Ia duduk gelisah sambil menautkan jemarinya, “Keadaannya tidak begitu baik, Joon Myun-ah. Dokter bilang Lay tidak membutuhkan waktu yang sebentar untuk penyembuhan lukanya.”

Joon Myun mengerang. Ia mengambil tempat duduk di sebelah Min Seok.

“Izinkan aku masuk ke dalam!” Hae Ra yang sedaritadi bungkam kini berucap. Belum sempat ketiga lelaki yang berada di sana merespon, Hae Ra telah mengambil langkah masuk ke kamar rawat inap Lay. Ia memutar kenop pintu, membuka dan menutupnya kembali dengan hati-hati.

Sungguh bukan ini yang Hae Ra harapkan. Melihat Lay terbaring di atas ranjang dengan selang infus yang menancap di punggung tangannya membuat dada Hae Ra sesak seakan terhimpit batu karang yang keras. Hae Ra mendekat, mengelus wajah Lay lembut. Sekuat tenaga ia menahan tangis tetapi apa daya, air matanya tetap memaksa turun.

“Entahlah, aku rasa aku akan—”

“Joon Myun-ssi, bisa kita bicara sebentar?” Hae Ra memotong pembicaraan Joon Myun ketika keluar dari kamar rawat Lay. Suaranya terdengar bergetar.

Nde?”

“Ada yang ingin kutanyakan. Kantin rumah sakit?”

Joon Myun menarik salah satu kursi dan duduk di hadapan Hae Ra. “Apa yang ingin kau tanyakan, Hae Ra-ssi?”

“Mengenai Lay.”

“Oh, itu…” Joon Myun membenarkan posisi duduknya. Ia kembali teringat akan ceritanya sewaktu dalam perjalanan menuju rumah sakit tadi. “Entah sejak umur berapa—aku tidak tahu, Lay mengidap hemofilia. Awalnya aku tidak tahu apa hemofilia itu, tapi baru kusadari saat dia membantuku memasak di dapur. Dia tanpa sengaja melukai dirinya sendiri sewaktu memotong sayuran. Kupikir itu hanya luka goresan kecil tapi lukanya tak kunjung sembuh. Baru kutahu kalau dia mengalami kelainan darah. Itulah sebabnya apabila dia terluka, pendarahannya sulit dihentikan.

“Tadi aku mengatakan kalau ibunya juga mengidap penyakit yang sama, kan? Memang benar, dari beliaulah Lay bisa dikatakan mewarisi penyakit itu. Ibunya meninggal saat melahirkan Lay—karena pendarahan hebat. Tak lama ayahnya menyusul. Lay sudah kuanggap seperti adikku sendiri. Oleh sebab itu aku selalu mengkhawatirkan dirinya. Berulangkali aku menasihati Lay agar menjaga kesehatannya, tapi bukan Lay namanya kalau dia menurut. Dia bahkan pernah bilang bahwa dia rela mengorbankan dirinya demi melindungi sesuatu yang berharga baginya.”

Diam. Tidak ada yang bicara setelah itu. Tidak ada pula tanggapan yang terlontar dari Hae Ra. Ya, benar. Hae Ra bahkan tidak mendengarkan dengan baik penjelasan panjang lebar Joon Myun. Ia terduduk lemas, kakinya lemah, dadanya sakit. Hanya air mata yang mengalir yang menjadi pergerakan di dirinya.

“Hae Ra-ssi, bisa aku meminta bantuan?” pertanyaan Joon Myun membuyarkan lamunan Hae Ra. “Tolong bantu menjaganya.”

-

Gadis itu mendesah berat, masih menenggelamkan kepalanya di atas meja. Ia sadar kalau dirinya saat ini bukanlah dirinya seperti sediakala yang biasanya ceria dan bersemangat. Ia juga tentu sadar bahwa hanya lelaki itu yang bisa membuat hati dan dirinya gundah seperti ini. Hanya Lay yang bisa.

Hae Ra menjambak rambutnya sendiri merasakan pening yang menghujam kepalanya. Ia meringis—kalut dan serba salah. Perasaan campur aduk pun menyeruak masuk mengobrak-abrik hatinya. Perasaan bingung harus bagaimana dan sikap seperti apa yang harus ia tunjukan saat ia bertemu dengan Lay nanti. Perasaan khawatir yang seolah mencekiknya melihat keadaan Lay yang memprihatinkan. Perasaan bersalah karena secara tidak langsung Hae Ra yang menjadi faktor utama mengapa Lay sekarang terbaring di rumah sakit. Semua itu terlalu sesak untuk dirasakannya.

“Apa yang telah kau lakukan, Lay-ssi? Kenapa kau membuatku seperti ini?” gumam Hae Ra, lebih ke dirinya sendiri.

“… dia rela mengorbankan dirinya demi melindungi sesuatu yang berharga baginya.”

Hae Ra mengangkat kepalanya cepat kala ia teringat kembali perkataan Joon Myun tempo hari. Berharga?

Hae Ra lantas menjambak rambutnya kembali frustasi. Bahkan ia berani sumpah ia belum pernah merasakan dirinya sekalut ini, apalagi karena seseorang. Hae Ra sendiri tidak yakin tetapi yang jelas selalu ada perasaan aneh juga melegakan tatkala dirinya berada di dekat Lay atau bahkan hanya dengan memikirkan lelaki itu saja jantung Hae Ra berdebar sangat cepat. Setiap kali ia mencari jawaban definisi atas perasaan apa yang ia miliki, ia selalu berujung pada satu kata.

“Ya Tuhan, aku mencintainya…”

Satu tetes lagi air mata yang tak mampu ia bendung. Hae Ra dengan tiba-tiba bangkit dan menyambar mantelnya berjalan keluar kamar.

-

Lay mengangguk semangat menanggapi perkataan suster yang sedang memeriksanya.

“Jaga kesehatanmu. Beristirahatlah yang banyak,” pesan suster tersebut sebelum berjejak meninggalkan ruangan. Lay kembali mengangguk dan tersenyum. Tak lama setelah itu, pintu kamar rawat Lay kembali terbuka, menampilkan sosok yang sangat ia rindukan. Senyum Lay pun mengembang.

“Hae Ra-ssi?”

“Apa kabarmu?” Hae Ra berjalan mendekat. Ia duduk di sofa samping ranjang Lay berbaring.

Lay bangkit dari tidurnya dan menyandarkan punggungnya di kepala ranjang. “Dirawat selama 8 hari tentu saja membuatku lebih baik. Sangat sangat baik,” katanya. “Mungkin lusa aku sudah bisa pulang.”

Hae Ra tersenyum. Ia melangkah dan duduk di sisi kanan ranjang Lay. Tidak ada lagi yang ia ucapkan, gadis itu hanya fokus mengupas apel merah dan menyuapinya ke arah Lay. Sembari menyuapinya dengan telaten, Hae Ra terus memerhatikan wajah Lay yang polos, sesekali tersipu merasa jengah mendapat pandangan seperti itu dari Hae Ra. Gadis itu menahan tawanya.

Lay mendesah. “Aku bosan. Aku ingin keluar sebe—”

“Jangan! Jangan lakukan apa pun. Kau tidak boleh banyak bergerak atau kau akan pendarahan lagi!”

“Eh?”

Hae Ra mengernyit, merutuki dirinya sendiri. Apa yang baru saja dikatakannya tadi?

“A-anu… A..aku… aku hanya tidak ingin sesuatu terjadi padamu. Aku sudah tahu semuanya,” ucap Hae Ra. Ia meletakkan sepiring potongan apel di atas nakas.

“Jadi, kau sudah mengetahui semuanya?” Hae Ra mengangguk lemah. “Dan kau mengkhawatirkanku, Hae Ra-ssi?”

“Lebih dari itu,” lirih Hae Ra. “Aku sangat mengkhawatirkanmu dan itu membuatku tersiksa…”

Detik itu juga Lay merengkuh tubuh Hae Ra ke dalam dekapannya. Sungguh, Hae Ra tidak pernah tahu kalau pelukan Lay bisa sehangat ini. Jika saja ia mengetahuinya lebih awal maka pelukan Lay akan menjadi sandaran favoritnya.

Mianhae,” lirih Lay, “maaf membuatmu khawatir.”

Hae Ra tidak merespon dengan kata, sebaliknya, ia membalas pelukan Lay lebih erat. Tak selang berapa lama Hae Ra melepaskan pelukan mereka, bukan karena ia merasa tidak nyaman, hanya saja lebih ingin mengetahui tentang sesuatu yang mengganjal selama ini.

“Lay-ssi,” panggil Hae Ra, “apa yang membuatmu menolongku saat itu?”

“Aku mencintaimu.”

Mata Hae Ra melebar. Ia lantas mendongak dan menatap lelaki di hadapannya lekat. Tidak terbayang pengakuan Lay bisa sampai membuat jantungnya menggelinjang di dalam sana, membuat serta rahang gadis itu kaku tak mampu ia gerakan untuk mengeluarkan sepatah kata pun. Hae Ra hanya bergeming. Mungkin kalau tepat di sampingnya terdapat jurang yang curam, ia lebih melompat ke dalam daripada harus mati kutu di depan Lay saking tidak ada apa pun yang bisa ia lakukan.

“Aku mencintaimu, Hae Ra-ssi,” ulang Lay. “Maaf, mungkin ini terdengar aneh, tapi… aku sendiri tidak yakin. Aku tahu kita hanya baru beberapa kali saja bertemu dan entahlah, aku hanya merasakan perasaan ini saat bersamamu,” lanjutnya, “hanya kau yang bisa membuatku seperti ini.”

“A-aku…”

Lay membelai pipi mulus Hae Ra dengan tangan kanannya. Ia mendekatkan wajahnya pada Hae Ra dan mengecup bibir gadis itu sekilas. “Kau berharga bagiku.”

‘Ternyata benar kata Joon Myun,’ batin Hae Ra senang.

“Jadilah kekasihku, Ryu Hae Ra.”

Lay menatap intens langsung ke dalam manik coklat milik Hae Ra. Tatapannya serasa menusuk, bukan dalam artian harfiah, tetapi menusuk ingin memasukinya lebih dalam. Kemudian ia mengambil sepotong kecil apel dari atas piring. “Ini,” katanya, “kalau kau menerima cintaku, suapi apel ini untukku.” Lay terdiam sejenak lalu melanjutkan, “Tapi jika kau menolakku, makanlah apel ini untuk dirimu sendiri.”

Kalang kabut. Hati Hae Ra kalang kabut. Bukan bermaksud untuk menolak, tetapi coba pikirkan, siapa yang tidak senang orang yang dicintainya ternyata memiliki perasaan yang sama dan secara terang-terangan mengutarakan langsung padanya. Namun Hae Ra sendiri tidak tahu harus bagaimana. Perlahan ia mengulurkan tangannya meraih potongan apel itu.

Lay menatap Hae Ra yang kini mengarahkan apel tersebut ke dalam mulutnya sendiri. Oh, hancur sudah harapan Lay. Tatapan Lay berubah sendu. Ia sudah tidak bisa mengharapkan apa pun lagi tetapi baru saja berpikir begitu ia menaikkan alisnya bingung. Hae Ra menggigit ujung potongan apel dan mengarahkan bagian ujung lainnya ke arah Lay. Lelaki itu tidak sadar saat Hae Ra tiba-tiba mendekat dan merengkuh tengkuknya. Ya, yang terjadi saat ini adalah mereka yang sama-sama menggigit bagian apel yang berada di mulut mereka masing-masing. Sampai habis, sampai mereka menelannya, sampai tidak ada yang tersisa, sampai bibir mereka kembali bertemu.

“Jadi,” ucap Lay saat melepaskan pautan bibir mereka, “kau menerimaku atau tidak?”

Hae Ra tersenyum. Sangat manis. “Masih belum jelas?”

Lay mengangguk polos, “Mengapa jadi kita berdua yang memakannya?”

“Aku, Ryu Hae Ra, menerimamu, Zhang Yi Xing, menjadi kekasihku,” ucap Hae Ra mendeklamasi. “Awalnya kupikir akan mendapat kesialan lain jika aku menerimamu.”

Lay mengernyit, “Maksudmu?”

Jjajangmyeon dan kaleng soda. Kau ingat?” Lay yang mengingat kejadian itu pun menunduk penuh penyesalan. Hae Ra yang melihat perubahan raut Lay menarik dagu lelaki itu dengan lembut dan berkata, “Tapi bagiku, kau adalah kesialan yang paling indah.”

Dan sekali lagi, bibir mereka bertemu.

Mereka terhanyut, sama-sama terbuai karena perlakuan masing-masing. Tak ayal mereka berdua saling menikmati rasa yang mengalir dari ciuman lembut dan hangat itu, berusaha menyampaikan dan merasakan perasaan kasih dari keduanya.

Saranghaeyo.”

Nado sa—”

Cklek.

“LU-LUHAN?!”

-Fin-

A/N: Any kinds of appreciation are very welcome J Thank you! Hihi ^^



SHINING STAR (Chapter 6)

$
0
0

shining-star-3

Main Cast : Park Ji Yeon – Kim Jongin – Byun Baekhyun

Support Cast : Par Chanyeol – Lee Jieun – Jung Soojung – Kim Joonmyeon

Genre : Life, Friendship, Romance, A Little bit Angst

Length : 6 OF ?

Author : Qisthi_amalia

Backsound : whatever what you want ^_^

CHAPTER 6-

 

***

Jongin membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Seulas senyuman terukir di bibirnya. Dadanya tiba-tiba terasa ringan, tak sesesak dulu lagi. kini ia merasa mampu menghadapi masa depan. Tak ada ketakutan seperti dulu lagi. tak ada keraguan seperti dulu lagi. kini semuanya akan baik-baik saja. baik-baik saja.

Ia meraih sebuah ukiran kayu disamping lampu diatas meja nakas. Di genggamnya ukiran itu dengan erat. Ia tersenyum.

“Gomawo. Aku berhutang padamu.” Gumamnya seraya memejamkan matanya.

***

Seperti sebelumnya. Baekhyun sudah setia berdiri di depan kelas Jiyeon . namun bedanya, kali ini ada Jieun  yang menemaninya. Gadis itu duduk di hadapan Baekhyun yang duduk dibangkunya sementara Jieun  duduk di bangku Soojung .

“Jadi, apa yang Jiyeon  sukai ?” Tanya Baekhyun antusias.

Jieun  tersenyum kecil. Sejak tadi Baekhyun terus bertanya tentang apapun yang Jiyeon  sukai dan tak ia sukai. Dalam hati ia meringis namun ia sudah berjanji bukan untuk membantu Baekhyun mendapatkan Jiyeon . jadi inilah resiko yang harus ia ambil. Membiarkan hatinya sakit.

“Yah, well..Banyak hal yang Jiyeon  sukai.” Ujar Jieun . Matanya menerawang mencoba mengingat apa saja yang sahabat kecilnya itu sukai.

Baekhyun memperhatikan Jieun  seksama. Bagaimana cara gadis itu mempoutkan bibirnya dengan satu tangan memegang pensil yang diketuk – ketukan pada pelipisnya. Kemudian bagaimana cara Jieun  berbicara dengan tempo cepat dan bagaimana cara gadis itu menarik bibirnya untuk tersenyum.

“Dia menyukai puzzle. Ia akan tahan bermain berjam-jam dengan tumpukan puzzle di hadapannya. Ia suka bermain air, makanya setiap liburan biasanya Jiyeon  akan berlibur ke pantai. Jiyeon  penyuka sunset juga, dan ia menyukai warna orange karena warna orange sama dengan warna sunset. “ Jieun  lalu tertawa kecil. “Jiyeon  sangat takut akan gelap dan juga petir. Ia benci sendirian dan keheningan. Ia lebih menyukai suara bising dan keramaian. Jiyeon  bilang suara bising lebih baik daripada hembusan angin kala kita sendirian. “ Jieun  lagi-lagi tersenyum. “Dia pribadi yang unik yang pernah kutemui dan dia sahabat terbaik yang ku punya.” Tegasnya.

Baekhyun masih menatap Jieun . Dan entah sejak kapan, pria itu sama sekali tak mendengarkan apa yang Jieun  katakan. Baekhyun lebih fokus memperhatikan setiap perubahan raut wajah Jieun . Ia akan tersenyum jika Jieun  tersenyum. Dan ia akan mengerutkan alis saat Jieun  terlihat merenung.

Jieun  yang menyadari sejak tadi Baekhyun sama sekali tak menanggapi ucapannya. Langsung menghentikan ucapannya dan memperhatikan Baekhyun.  Jieun  melambaikan tangannya di hadapan Baekhyun beberapa kali.

“Hei…kau baik-baik saja…” Ujarnya.

Baekhyun mengerjap. Satu kali…dua kali.. dan..

“Oh..ya aku baik-baik saja.” Ia berdehem kecil, matanya berputar mencoba mencari objek lain.

“Jadi, sekarang kau sudah tahukan apa yang Jiyeon  suka dan tak ia sukai…?” Tanya Jieun .

Baekhyun mengangguk kecil. “Ya. Kurasa..ya begitulah.” Ucapnya sedikit ragu.

Jieun  mengernyit. “Kau baik-baik sajakan ? “

Baekhyun mengangguk cepat. “Tentu saja. “ ujarnya sambil tertawa.

Bersamaan dengan tawa Baekhyun, Jiyeon  pun datang.

Baekhyun berdiri cepat dan berjalan menghampiri Jiyeon .

“Selamat pagi, Jiyeon ~aa..” Sapanya ramah dengan senyum seperti biasanya.

Jiyeon  mengangguk kecil. “Pagi Sunbae..” Sahutnya. Lalu berjalan melewati Baekhyun dan duduk di bangkunya.

“Pagi Jieun . “

“Pagi juga..” Ujar Jieun  dengan senyum riangnya.

“Kenapa kau duduk disitu ?”

“Tak ada.”

Jiyeon  mempoutkan bibirnya. “Jangan bilang kau akan pindah tempat.”

Jieun  tersenyum. “Kalau ia bagaimana ?”

Jiyeon  membulatkan matanya. “Ya. Andwe..!! Terus nanti aku dengan siapa ?”

“Kan masih ada Soojung  dan luna yang bisa duduk disampingmu.” Katan Jieun  lagi.

Jiyeon  menaruh tasnya cepat lalu menyilangkan kedua tangan didepan dada. “Shireo. Kaukan tahu aku sudah terbiasa duduk denganmu. Jadi sebelum aku mengamuk kau lebih baik cepat kembali kesini. “ Ancam Jiyeon

Jieun  tersenyum kecil. “Baiklah adik manisku yang cantik. Kau ini memang tak bisa jauh dariku yah.”

Jiyeon  tak menggubris. Ia hanya melihat Jieun  yang kemudian kembali duduk disampingnya. Senyuman lebar menghiasi wajahnya.

“Jangan lakukan hal itu lagi Jieun . Arraseo !”

Jieun  mengangguk. “Ya. Janji.”

Baekhyun yang memperhatikan adegan itu dibuat terdiam. Ia menatap Jiyeon  dan Jieun  bergantian. Setelah merasa cukup dengan kekagetannya Baekhyun pun berjalan cepat kearah Jiyeon .

“Kau tahu, apa yang kau lakukan barusan benar-benar kekanakan. “Guraunya sambil terkekeh.

Jiyeon  mengangkat bahu acuh.” Whatever. Aku hanya terbiasa seperti itu dan aku tak suka jika hal yang sudah terbiasa di ubah menjadi sesuatu yang lain.”

Baekhyun tersenyum kecil. “ Ayolah Jiyeon  kau sudah SMA. Maksudku kau bisa duduk berdampingan dengan siapa saja. yah, it’s oke jika kalian bestfriend, tapi tak berarti kau harus selalu melakukan segala hal dengan Jieun kan ?”

Jiyeon  terdiam. Menghela nafas sejenak. “Aku punya alasan mengapa melakukan hal itu dan aku pikir sunbae tak perlu tahu alasannya.” Ketusnya.

Baekhyun terdiam. Bagaimana cara Jiyeon  barusan menjawab dan bagaimana cara gadis itu menatapnya membuat Baekhyun tak mampu berkata apa – apa lagi.

Jieun  yang menyadari perubahan ekspresi Baekhyun langsung mengalihkan topic pembicaraan.

“Oke, Lupakan hal itu. “ Ucapnya lalu melanjutkan. “Jiyeon ~aa bagaimana rasa kue hasil ekperimen kita kemarin ?”

Mendengar kata kue dan eksperimen membuat Jiyeon  melupakan hal itu dan menatap Jieun  cepat.

“Kau tahu aku hampir muntah beberapa kali setelah memakan itu.”

Jieun  membulatkan mata dan menutup mulutnya ingin tertawa.

“Ya Tuhan aku menyesal pulang lebih awal. Seharusnya ku lihat dulu bagaimana ekspresimu ketika memakan kue dengan sejuta rasa itu, hha…” Dan mereka berdua tertawa menyisakan Baekhyun yang masih terdiam.

Dengan langkah sepelan mungkin Baekhyun berlalu dari sana.

***

Baekhyun menyandarkan tubuhnya pada batang pohon di pelataran parkir tepat di depan motornya. Ia menghela nafas dan menghembuskannya berat. Ia menunduk, membiarkan beberapa helai rambut menutupi pelipisnya.

Drrrt..Drrt…

Dengan malas Baekhyun mengelurakan ponsel dari saku celananya. Satu nama tertera dilayar ponselnya. Baekhyun menatap layar ponselnya nanar, tanpa ada niat untuk mengangkatnya. Membiarakan ponselnya terus berdering digenggamannya. Dan setelah deringan itu berakhir Baekhyun memasukan ponsel kedalam saku kembali.

Aku punya alasan mengapa melakukan hal itu dan aku pikir Sunbae tak perlu tahu alasannya

Kata-kata Jiyeon  tadi terus berputar diotaknya. Sebaris kalimat itu, tatapan mata itu dan bagaimana cara gadis itu mengucapkannya. Itu sama persis dengan seseorang yang juga pernah mengatakannya pada Baekhyun. Namun bedanya orang itu mengatakan kalimat yang berbeda. Seperti.

Aku punya alasan mengapa melakukan ini. Kau bukan siapa-siapa dan kau tak berhak mengetahui alasannya.

Baekhyun tertunduk. Selama ini sebaris kalimat itu yang membuatnya seperti ini. Sebaris kalimat itu yang selalu menghantui setiap malamnya. Sebaris kalimat itu yang membuatnya selalu terobsesi menjadi no. 1. Kenapa ? Karena jika kita menjadi no. 1 bukankah setiap orang akan selalu menatapmu dan menginginkanmu menjadi bagian dari hidup mereka. Bukannya diasingkan dan disebut sebagai ‘Bukan siapa-siapa’.

Ia tersenyum kecut. meraih ponselnya yang kembali berdering. Dengan satu gerakan cepat Baekhyun melempar ponsel itu ketengah jalan didepan tempat parkir. Membiarkan sebuah mobil meremukan benda mungil itu.

Baekhyun tertunduk. Menatap nanar sepasang sepatunya.

“Padahal aku anakmu. Apa kau masih bisa mengatakan jika aku ‘Bukan siapa-siapa’ ?”

***

Hembusan angin membuat beberapa kertas yang tergeletak di lantai itu berterbangan. Sementara seorang pria membiarkan tubuhnya berbaring diatas lantai beton yang lebih tinggi dari yang lainnya. Matanya memperhatikan ukiran kayu berbentuk bintang yang sejak tadi ia putar-putar diudara.

“Apa sebaiknya aku mengembalikanmu ?” Gumamnya pada diri sendiri.

Pria itu – Jongin tersenyum kecil. Membayangkan kejadian pertama kali ia dan Jiyeon  bertemu. Bagaimana ia membentak dan menyeret gadis itu hingga jatuh terduduk diatas lantai. Tanpa sadar Jongin tersenyum lebar.

“Apa saat itu aku terlalu kasar. “ Gumamnya lagi.

Lalu ia kembali mengingat kejadian saat di taman belakang gedung tua. Bagaimana Jiyeon  menceritakan segalanya dan bagaimana gadis itu mengomentari sikapnya. Jongin mengangguk kecil.

“Dia..Punya berbagai kejutan. “Sambungnya lagi.

Dan sebelum Jongin mengingat kejadian yang lainnya. Suara derit pintu membuatnya menoleh kearah pintu masuk dan melihat gadis itu – Jiyeon  sudah berdiri disana dengan dua gelas minuman dingin ditangannya.

“Sudah ku kira kau disini. “Ujarnya sambil tersenyum dan berjalan menghampiri Jongin yang masih terdiam.

“Mau apa kau kemari ?” Masih dengan sikap acuhnya Jongin bertanya.

Jiyeon  tersenyum kecil, duduk disamping Jongin dan menyerahkan satu botol minumannya pada Jongin.

“Aku hanya ingin mendengar kelajutannya ceritanya ?” Tanya Jiyeon  sambil membuka botol minumannya lalu meneguknya.

Jongin memperhatikan gadis itu seksama. “ Kelanjutan cerita ? Maksudmu ?”

Jiyeon  menyimpan minumannya pada beton pembatas lalu duduk menghadap Jongin. Membuat pria itu duduk tegap dan mundur beberapa centi.

“Bodoh. Maksudku ceritamu dengan ummamu.” Ujarnya tegas.

Jongin menatap Jiyeon  tak percaya. “Kau itu benar-benar tak punya sopan santun yah. Aku ini dua tahun lebih tua darimu. Bagaimana kau bisa memanggilku dengan sebutan aku kamu tanpa kata Sunbae.” Cerca Jongin sambil mendorong dahi Jiyeon  membuat gadis itu mempoutkan bibir dan mengelus dahinya.

“Kau pikir kau orang yang pantas di hormati, eoh ?”

Jongin menggertakan giginya lalu menatap Jiyeon  tajam. “Apa katamu ? Jadi kau pikir aku ini anak tak tau diri yang tak pantas dihormati begitu ?”

Jiyeon  balas menatap tajam Jongin. “Tentu saja. kau bahkan tak menghormati ibumu jadi untuk apa aku menghormatimu.”

Jongin kembali mendorong dahi Jiyeon . “ Aku sudah berbaikan dengannya. “Ucapnya pelan.

Jiyeon  tadinya hendak memprotes namun saat mendengar apa yang Jongin katakan barusan membuatnya langsung diam.

“Apa ? Kau seriuskan ?”

“Apa wajahku terlihat bercanda eoh ?”

Jiyeon  tersenyum lebar lalu memukul bahu Jongin berberapa kali.

“Woah ! Woah woah !! “ Histerisnya lalu bangkit cepat dan berdiri dihadapan Jongin yang meringis memegangi bahunya.

“Kau hebat….Sunbae…” Ucapnya lagi lalu mengacungkan kedua jempolnya.

Jongin tersenyum kecil. “ Tentu saja. kau baru tahu jika aku ini hebat eoh ?”

Jiyeon  menggidikkan bahu. “Kau terlalu percaya diri. Sebaiknya kutarik kembali ucapanku barusan.”

“YA ! Tidak bisa begitu !”Protes Jongin.

“Kenapa ?” Tanya Jiyeon  heran.

“Karena…” Jongin terdiam, tak mampu mengucapkan kata selanjutanya.

“Karena apa ?” Tanya Jiyeon  semakin penasaran.

Jongin menggaruk alisnya gugup. “ Ya…eum..Ka-karena kau memang harus memujiku. “ Tegasnya cepat.

Jiyeon  tersenyum kecil. “Apa kau melakukan itu karena aku ?” Tanya Jiyeon sambil tersenyum jahil .

Jongin membulatkan matanya dan menatap Jiyeon  tak percaya.

“Ya Tuhan. Lihatlah wajahmu yang mengerikan itu. kau tahu kau itu terlalu percaya diri.” Kata Jongin dengan seringai tipisnya.

Jiyeon  memberengut lalu menendang tungkai kaki Jongin membuat pria itu meringis.

“Aissh ! Kenapa menendangku. Dasar monster. !” Umpat Jongin.

Jiyeon  menjulurkan lidahnya kesal. “ Dasar otak udang !”

“Apa katamu ?”

“Otak udang. Kau itu pria yang memiliki otak sekecil udang.”

“WHAT ?”

“Lihatlah bagaimana caramu memperlakukan seorang gadis. Pertama kali kita bertemu kau bahkan menyeret dan membentakku lalu sekarang kau mengataiku. Kau itu tak punya otak jadi tak bisa menghargai orang lain walau hanya sedikit.” Papar Jiyeon  kesal.

Jongin terdiam beberapa saat namun tak lama ia pun tertawa. Tertawa sangat keras. Membuat Jiyeon  semakin kesal.

“Ya tuhan. Kau mau aku memperlakukanmu sebagai gadis…hahahah..Kau pikir tingkahmu seperti seorang gadis…ahahah…”

Jiyeon  kesal bukan main dan ia pun kembali menendang kaki Jongin.

“Lihat..lihatlah kau bahkan menendang kakiku dua kali. Kau pikir seorang gadis pantas melakukannya ?”

Jiyeon  terdiam. “ Tapi kau menyebalkan. Jadi aku melakukan itu.” Katanya membela diri.

Jongin menghentikan aksi tawanya. “ Ku pikir aku tahu kenapa Tuhan mempertemukan kita.”

Jiyeon  mengernyit. “ Maksudmu ?”

Jongin tersenyum kecil. “Waktu yang akan menjawabnya untukmu. “ Pelannya.

***

Baekhyun mengendarai motornya dengan kecepatan maksimal. Ini adalah kali pertama ia bolos dari sekolah. Kepalanya benar-benar terasa penat dan ia tak bisa lagi berpura-pura baik-baik saja di depan semua orang itu dan cara yang tepat sekarang ialah menjauh dan melarikan sejenak dari semua orang.

Motor merah itu menembus jalanan yang lengang. Tak perlu menunggu beberapa jam, hanya dalam hitungan menit motor Baekhyun sudah terparkir di depan sebuah gubuk di tengah hamparan padang ilalang. Baekhyun lalu turun dari motornya dan berjalan kearah gubuk tua itu. gubuk tua yang sudah bertahun-tahun menjadi tempatnya menyendiri. Sejak kecil jika ia merasa tak dibutuhkan, ia akan berlari kemari dan duduk digubuk ini seharian.

“Sudah berapa lama aku tidak kemari. “ Gumamnya pelan lalu duduk pada tempat duduk yang terbuat dari kayu yang ada di depan gubuk itu.

Menikmati hembusan angin dan tarian ilalang yang tertiup angin. Baekhyun tersenyum kecil.

“Ku pikir semua ini akan menjadi temanku kembali setelah ini.” Lanjutnya lalu membaringkan tubuhnya disana.

***

Irisan bawang dan paprika itu ia masukan kedalam wajan yang sebelumnya telah diisi irisan daging sapi yang sudah berwarna kecokelatan. Dengan telaten Yoona memasukan saus tiram kedalam wajan. Wajahnya begitu berseri. Ia begitu bahagia setelah kejadian kemarin dan hari ini ia berniat membuat makanan special untuknya, Jongin dan juga  Joonmyeon. Entah sudah berapa lama Yoona menunggu waktu ini. Saat ia bisa berkumpul, makan bersama dengan canda dan tawa di dalamnya. Dan setelah melewati beberapa luka kini ia bisa menyambut datangnya saat itu.

“Umma, kau masak apa ?” Tanya  Joonmyeon yang asik duduk di sofa yang letaknya memang berhadapan dengan dapur.

Yoona tersenyum. “ Makanan kesukaan adikmu.” Ucapnya.

Joonmyeon mengangguk paham lalu kembali tenggelam dalam buku tebal ditangannya. Tanpa Yoona sadari  Joonmyeon tersenyum kecil. Ia bahagia perang dingin itu telah usai dan gunung es itu kini telah mencair.

“ Joonmyeon jangan hanya membaca disana. kemarilah bantu umma “ Teriak Yoona dari dapur.

“Shireo. Aku tidak mau umma.”

“Ya  Joonmyeon akh…hei..hei..kau mau kemana, sebentar lagi adikmu pulang..” Yoona terus berteriak sementara  Joonmyeon dengan cepat meraih jaketnya dan berjalan kearah pintu keluar.

“Aku mau berkencan umma. Jangan menungguku.”

Dan pintu itu tertutup menyisakan Yoona yang menggeleng.

“ Anak itu. Tunggu… Berkencan ? “

***

Shinyeong tertawa mendengar Chanyeol yang sejak tadi membuat lelucon. Setelah menyelesaikan beberapa berkas yang menumpuk Shinyeong dan Chanyeol memilih untuk makan siang di sebuah café yang tak begitu jauh dari kantor. Sejenak menghilangkan penat dan menghirup udara musim panas seoul akan cukup menenangkan begitu pikir Chanyeol.

Dengan segelas lemon jus, sepiring spageti dan suasana café yang tenang sepertinya cukup membuat Chanyeol merasa lebih baik.

“Semalam Jiyeon  bertanya padaku “ Kata Chanyeol pelan.

Shinyeong yang menyadari arah pembicaraan Chanyeol seketika menghentikan aksi suapan es cream pada mulutnya.

“Lalu ? Apa yang dia katakan ?”

Chanyeol meletakan sendok dan garfu lalu menghela nafas. “ Aku pikir dia mulai mencurigaiku dan tahu jika ada sesuatu yang aku sembunyikan.”

Shinyeong mengangguk paham. “ Kau memiliki adik yang cerdas. “Ujarnya.

Chanyeol tersenyum kecil. “ Ya. Bisa dibilang begitu.”

Dan saat Shinyeong melihat senyuman itu. ia kini tahu apa yang akan membuat Chanyeol kembali tersenyum seperti tadi.

“Oke lupakan masalah itu sejenak. Sekarang ceritakan mengenai adikmu..!”

Chanyeol menoleh kearah Shinyeong lalu terkekeh pelan.

“Kau pintar mengalihkan pembicaraan dengan topik yang bagus.”

Shinyeong mengangguk bangga. “ Untuk itulah aku menjadi patner kerjamu Park Chanyeol.”

Chanyeol tertawa. “ Kau benar. “

“Baiklah, sekarang ceritakan tentang adikmu…”

Sebelum Chanyeol bercerita, ia lebih dulu menerawang dan membayangkan Jiyeon .

“Dia adikku yang sangat luar biasa….” Ucapnya lalu menceritakan segala hal tentang Jiyeon . shinyeong dibuat terkesima dengan kedekatan Chanyeol dan Jiyeon . Dan entah sejak kapan Shinyeong merasa jika ia pun akan menyayangi Jiyeon  jika ia bertemu dengan adik Chanyeol itu.

***

Jiyeon  membereskan buku dan beberapa alat tulis kedalam tasnya. Pelajaran telah usai dan hampir semua teman sekelasnya sudah pulang sejak beberapa menit yang lalu. Menyisakan dirinya, Jieun  dan Soojung  yang sejak tadi tersenyum. Wajahnya pun terlihat memerah beberapa kali. Membuat Jiyeon  dan Jieun  yang melihatnya khawatir.

“Soojung ~aa, kau baik-baik sajakan ?” Tanya Jieun  penasaran.

Soojung  yang ditanya seperti itu mengangguk cepat. “Tentu saja. memang aku kelihatan sakit yah ?” Tanyanya bingung.

Jiyeon  mengerutkan alisnya. “Kau terlihat, eum..seperti sedang demam. Pipimu memerah beberapa kali Soojung .” Jelasnya.

Soojung  yang mendengar itu sontak tertawa. Membuat Jiyeon  dan Jieun  mengerutkan alis tak mengerti. Dan mereka benar-benar yakin jika Soojung  sedang sakit.

“Sebaiknya kau cepat pulang dan minum obat Soojung . Penyakitmu menyeramkan.” Papar Jieun .

Soojung  menghentikan tawanya. Menghela nafas dan menatap kedua sahabatnya itu bergantian.

“Kawan-kawan aku bukan sedang sakit seperti yang kalian katakan. Tapi aku sedang fall in love alias jatuh cinta.”

Jiyeon  dan Jieun  berpandangan. Mereka membulatkan matanya dan berseru bersamaan.

“WHAT ?”

Soojung  tersenyum kecil dan mengangguk semangat.

“Kau jatuh cinta ? Siapa ? Maksudku dengan siapa ?” Tanya Jieun  kaget.

“Jadi sejak tadi kau senyum-senyum sendiri dan pipimu mendadak memerah karena jatuh cinta ?” Sambung Jiyeon .

Soojung  lagi-lagi mengangguk. “Tepat sekali. Dan kalian mau tahu siapa pria yang membuatku seperti ini ?”

Dengan mimik wajah penasaran Jieun  dan Jiyeon  menganggu bersama.

Soojung  tersenyum. Matanya menerawang terlebih dahulu. Membayangkan  Joonmyeon yang sedang tersenyum.

“Dia pangeran tidurku yang pernah ku katakan beberapa hari yang lalu.” Ucapnya menggebu.

Jiyeon  ternganga. “ Pria yang kau bilang takdirmu.”

Soojung  mengangguk.

“Yang kau temui di toko buku .” Sambung Jieun

lagi-lagi Soojung  mengangguk.

Jiyeon  dan Jieun  berpandangan. Menggeleng bersama, menatap Soojung  bersama dan berseru bersama juga.

“Oh My God.”

“Sepertinya putri kutu buku kita telah menemukan pangeran kutu bukunya.” Ujar Jiyeon  sambil tersenyum kecil.

Jieun  mengangguk setuju.

“Kalian mau bertemu dengannya ? Kebetulan besok dia akan menjemputku dan mengajak pulang bersama.”

Jieun  berpikir. “Siapa namanya ? Dan bagaimana orangnya ?”

Soojung  tersenyum lebar. Ia terlihat benar-benar bersemangat. “Namanya Kim Joonmyeon. Dia anak pertama dari dua bersaudara tapi aku belum tahu siapa adiknya. Ia bilang sih adiknya satu sekolah dengan kita dan adiknya adalah Sunbae kita.”

“Oh ya ?” Jiyeon  menyela.

Soojung  mengangguk. “Ya. Tapi sayang aku lupa menanyakan namanya.” Ia lalu tersenyum kecil.

“Lalu ?” Tanya Jieun  pensaran.

“ Joonmyeon Oppa orangnya baik. Dia pintar dan setiap kata yang ia ucapkan pasti mengandung makna. Maksudku dia benar-benar tipe orang bijaksana dan berpikiran dewasa.”

“Apa dia juga suka membaca dan berbicara tentang apa yang pernah Ia baca sepertimu, kepada orang lain ?” Tanya Jieun.

Soojung mengangguk cepat. “ Ya, kami memiliki banyak kesamaan.” Katanya dengan rona merah di pipi.

Jiyeon  tiba-tiba menepuk pelipisnya. “Ya Tuhan. Sepertinya kita akan membutuhkan penutup telinga jika bertemu dengannya.”

Soojung  di buat bingung. Sementara Jieun  terkekeh.

“Aku setuju. “

“Maksud kalian apa ?” Tanya Soojung  heran.

Jieun  dan Jiyeon  saling bertatapan dan tertawa. “Tidak apa-apa.” Ucap mereka.

Soojung  dibuat kesal. Lagi-lagi ia jadi bahan godaan dua anak kancil dihadapannya.

***

Pintu rumah megah itu terbuka. Menampilkan satu set sofa berwarna merah marun dengan meja kaca yang didalamnya terdapat Kristal berbagai warna. Sementara dibagian depan sofa tersimpan satu lemari dengan televise flat berukuran 39 inci. Lalu Sebuah lemari antik berbentuk persegi panjang dari kaca dengan berbagai gelas dan patung hiasan kecil yang mengisinya, dijadikan sebagai penghalang antara ruang tamu dan ruang keluarga.

Diambang pintu ruangan itu Baekhyun berdiri. Matanya mengawasi setiap inci dari rumahnya. Sepi dan Dingin. Itu yang ia rasakan pertama kali saat membuka pintu rumah itu. tak ada lagi kehangatan dan suara canda tawa seperti beberapa tahun sebelumnya. Baekhyun tersenyum kecil. Semua orang selalu memandangnya sebagai anak orang kaya yang bahagia. Dengan segala fasilitas yang akan selalu tersedia. Rumah megah. Berpuluh-puluh pelayan yang akan melayani permintaannya selama 24 jam dan uang yang banyak.

Tapi untuk apa semua itu, jika orang yang Baekhyun harapakan ada disampingnya ternyata tak pernah ada waktu untuknya. Untuk apa semua kemewahan ini jika semuanya terasa dingin dan tanpa nyawa. Yang ia Inginkan bukan semua kekayaan ini. Karena yang Ia inginkan adalah keluarga sederhana yang menyayanginya seperti dulu.

Dengan satu gerakan cepat Baekhyun membalikan tubuhnya. Niatnya untuk tidur dirumah ini menguap begitu saja. sepertinya tidur digubuk taman ilalang itu akan lebih menyenangkan, pikirnya.

***

Rencananya untuk berjalan-jalan terlebih dahulu dikawasan kota sepertinya tak membuat Jiyeon  menyesal. Ia tampak menikmati sinar matahari senja yang menyinari Seoul. Beberapa pejalan Oppai dengan berbagai barang belajaan ditangannya dan anak-anak kecil yang bermain ditaman kota. Suasana sore itu benar-benar menenangkan. Jiyeon  dibuat terpana dengan gugurnya beberapa helai daun kekuningan dari atas pohon yang ditanam berjajar disepanjang trotoar. Dedaunan berwana kuning itu berserakan di atas trotoar menyisakan hembusan angin pelan yang terasa hangat.

“Akh.. menyenangkan.” Gumamnya sambil merentangkan tangan.

Dengan langakah riang, Jiyeon  menyusuri trotoar. Namun belum beberapa langkah berjalan Jiyeon  menghentikan langkahnya. Ia menajamkan pengelihatannya. Mengerjapkannya beberapa kali dan menguceknya juga beberapa kali.

“Chanyeol oppa..” Pelannya.

Namun keningnya berkerut samar saat menyadari Oppanya itu memakai baju yang sama seperti beberapa malam yang lalu.

“Apa dia disuruh melakukan peran lagi.” Gumamnya sendiri.

Jiyeon  menyipitkan matanya. Dan tatapannya berhenti pada seorang wanita yang berjalan disamping Chanyeol. Wanita itu juga memakai baju wanita kantoran pada umumnya. Dan dari cara mereka berbincang seperti tak mungkin jika mereka sedang melakukan sebuah drama teather di pinggir jalan. Dan saat kedua orang itu berhenti di sebuah bangunan tinggi yang Jiyeon  yakini sebuah kantor, Ia dibuat terdiam.

Berbagai pertanyaan kini menghiasi benaknya. Dengan langkah pelan Jiyeon  melangkah. Langkah demi langkahnya berisi setiap pertanyaan yang akan ia ajukan pada Chanyeol yang masih tertawa di depan bangunan itu. dan tepat ketika Jiyeon  berhenti, Chanyeol menoleh. Matanya membulat lebar begitu pun dengan wanita disampingnya.

Jiyeon  tersenyum kecil. Ia tahu arti eskpresi itu dan ia tahu arti sikap Chanyeol saat ini.

“Jiyeon ~aa, sedang apa kau disini ?” Tanya Chanyeol gugup.

Jiyeon  tersenyum kecil. “Seharusnya aku yang bertanya seperti itu Oppa. Ditambah dengan baju yang kau kenakan saat ini.” Ujarnya.

Chanyeol terdiam beberapa saat dan saat ia hendak berkata, Jiyeon  menyelanya.

“Jangan katakan kau sedang melakukan sebuah peran.” Sela Jiyeon  cepat.

Telak. Chanyeol tak bisa berkata apa-apa lagi. ia tak mungkin mencari alasan lain lagi dan ia tak mungkin menutupi semuanya lagi. sementara Shinyeong yang berdiri disamping Chanyeol pun tak mampu melakukan apa-apa.

“Jiyeon , Oppa bisa menjelaskan semuanya.” Pelannya.

Jiyeon  mundur beberapa langkah kebelakang, saat Chanyeol berjalan mendekatinya. Dan itu membuat Chanyeol sakit. Ini sebuah penolakan.

“Selama ini Oppa membohongiku. Oppa bilang uang peninggalan umma dan Appa masih cukup untuk kita. Tapi kenapa Oppa berpakaian seperti ini dan bukannya kuliah jika semua itu benar ?” Ujarnya setengah berteriak.

Chanyeol diam. Namun matanya masih menatap sosok Jiyeon  yang berdiri dengan raut wajah kecewa dihadapannya.

“Aku benar-benar bodoh. Aku benar-benar bodoh karena membiarkan Oppa seperti ini sementara aku enak-enakan menghambur-hamburkan uang dirumah.” Dan air mata itu akhirnya jatuh. Membasahi kedua pipinya yang memerah.

Chanyeol menggeleng pelan. “Tidak. Bukan seperti itu Jiyeon .”

Jiyeon  menghela nafas. “ Selama ini aku memang selalu membuat masalah. Entah itu dengan umma, Appa bahkan sekarang Oppa.” Ia terisak. Membayangkan kembali masa lalunya yang menyakitkan.

Chanyeol ingin mendekat. Ia merasa sakit namun Jiyeon  justru melangkah mundur.

“Hentikan Jiyeon . jangan katakana hal itu lagi.” Pekik Chanyeol.

Jiyeon  tersenyum kecil. “Aku memang pembuat masalah. Ternyata yang dikatakan Appa selama ini padaku memang benar adanya. Jika aku ini hanyalah anak pembawa sial. Anak yang selalu membuat susah orang-orang disampingku. “ Jiyeon  tertunduk. Membiarkan air mata itu jatuh bergulir begitu saja.

Chanyeol hendak mengatakan sesuatu namun ia terlalu bingung ingin mengatakan apa.

“Ma’af. Ma’afkan aku Oppa. Ma’af jika selama ini aku selalu menyusahkanmu. Ma’af jika selama ini aku membebanimu dan ma’af karena selama ini aku selalu membuatmu merasa lelah. Mulai sekarang aku tak akan melakukannya lagi. “ Ujarnya

Chanyeol tak mengerti dengan arti ucapan itu. ia menatap Jiyeon  yang kini tersenyum kearahnya.

“Karena mulai sekarang aku tak akan muncul dihadapan Oppa lagi. Jadi, Oppa tak perlu susah-susah mencari uang. Pakailah uang yang umma dan Appa tinggalkan. Karena sejak awal uang itu hanya untuk Oppa bukan untukku.” Pelannya.

Chanyeol menggeleng cepat. “ Apa yang kau katakan Jiyeon  !”

“Aku menyayangimu Oppa…..” Jiyeon  tersenyum kecil, lalu melanjutkan. “Annyeong..” Dan ia berlari sekencang mungkin meninggalkan Chanyeol yang dibuat mati rasa.

“JIYEON ..JIYEON ~aa…” Ia berteriak sekencang mungkin namun Jiyeon  terus berlari. Dan Chanyeol hanya bisa jatuh terduduk, meluruh lunglai diatas trotoar. ia menunduk. ia menyesali segalanya. Jika saja ia jujur sejak awal, mungkin Jiyeon  tak akan sekecewa ini. Ia benar-benar merasa menjadi Oppa yang tak berguna. Oppa yang tak bisa menjaga adiknya sebaik mungkin. Chanyeol tahu bagaimana perasaan Jiyeon  saat ini. Ia tahu bagaimana rasa dibohongi oleh orang yang amat kau percayai. Dan rasanya akan amat sakit saat kau tahu jika ia berbohong untukmu. Tapi bukan itu maksud Chanyeol. Ia rela melakukan pekerjaan ini. Ia rela melakukannya bukan hanya untuk Jiyeon  tapi juga untuk dirinya.

***

Dibawah naungan rimbun pohon itu Jiyeon  terduduk. Ia menunduk dan terisak. Membiarkan semuanya mengalir. Mengobati sesak yang ia rasakan kini. Rasanya amat menghimpit, bahkan hanya untuk berkata saja ia merasa sulit. Seolah ada pisau kasat mata di dalam sana, yang akan menyayatnya jika ia bergerak sedikit saja. bukan hanya kecewa dan sakit karena Chanyeol berbohong. Tapi ia merasa menjadi adik yang tak berguna. Yang hanya bisa menyusahkan. Bahkan ia tak menyadari jika selama ini Chanyeol bekerja keras untuknya. Chanyeol bahkan merelakan impiannya sebagai sutradara hanya untuk bekerja di tempat itu dan lebih parahnya lagi Jiyeon  bahkan tak melakukan apapun.

“Mian..Mianhe Oppa…” Sesalnya.

Hembusan angin yang mengugurkan dedaunan itu tiba-tiba terasa menusuk bagi Jiyeon . ia merasa dingin disekujur tubuhnya. Membuatnya kembali gemetar. Jari-jemarinya saling betaut, dan tubuhnya semakin gemetar.

“Dasar anak pembawa SIAL ! Pergi saja kau ke neraka !!”

Jiyeon  menutup telinganya dan menggeleng. Rentetan kalimat itu kembali terngiang ditelinganya. Ia memejamkan matanya, namun dalam pejaman itu ia melihat wajah sang Appa yang penuh amarah dengan sebuah tongkat kayu ditangannya yang ia gunakan untuk menghantam tubuh mungil Jiyeon  kecil yang gemetar disana. isakan tangis itu. teriakan kesakitan itu dan caci maki itu kini berputar bagai kaset rusak dalam otaknya. Jiyeon  menggeleng semakin keras dan berteriak.

“Hentikan ! Hentikan Kumohon..” Ia terisak. Tubuhnya tak henti gemetar. Ia benci semua ini. Ia benci saat ia lemah dan dimonopoli oleh kejadian masa lalunya. Ia benci saat ia hanya bisa menangis dan gemetar seperti sekarang ini. Ia benci hidupnya dan ia benci dirinya sendiri.

Dan pada akhirnya, tubuhnya akan melemas dan Jiyeon  hanya bisa menyandarkan tubuhnya pada batang pohon. Kedua tangannya masih saling betaut. Tenaganya terkuras habis. Dengan tubuh yang masih gemetar ketakutan, dan mata terpejam. Ia membiarkan hembusan angin menemaninya senja itu.

.

.

.

Baekhyun menghentikan laju motornya di depan taman kota. Dengan satu gerakan cepat ia meloncat dari motor itu dan berlari tergesa kearah sebuah pohon oak tua di depan danau. Ia berjongkok disana. matanya membulat. Tak salah lagi.

“Jiyeon ~aa..” Pelannya.

Baekhyun dibuat meringis. Saat melihat tubuh itu gemetar sementara matanya terpejam. ia menyentuh pundak Jiyeon  pelan. Namun tak ada respon sama sekali. Dan tanpa menunggu lama lagi. di angkatnya tubuh Jiyeon  di punggungnya dan berjalan secepat mungkin mencari rumah sakit terdekat.

.

.

.

Jongin terdiam. Berdiri mematung di depan kawasan toko di dekat taman kota. Rencananya untuk mencari Jiyeon  yang Jieun  bilang sedang berjalan-jalan dikawasan kota musnah sudah. Ia tertunduk dan merasa konyol. Saat melihat Jiyeon  yang digendong Baekhyun disebrang sana. Dan ia salah mengartikannya. Dimata Jongin Jiyeon  sedang tertidur dan Baekhyun yang menggendongnya. Dan dimata Jongin mungkin saja Jiyeon  dan Baekhyun baru saja menghabiskan waktu bersama.

Niatnya untuk berterima kasih dan mengajak gadis itu jalan-jalan sepertinya sia-sia. Ukiran kayu yang sejak tadi ia genggam tiba-tiba saja membuat Jongin muak. Dengan satu gerakan cepat ia melempar Ukiran kayu itu kearah semak belukar. Ia tak mengerti mengapa perasaannya seperti ini. Ia bahkan merasa tak nyaman saat Jiyeon  berada dipangkuan Baekhyun bukan dirinya. Dan ia mendadak merasa bernafas benar-benar terasa sulit.

Dan lagi-lagi Jongin salah mengartikan. Ia mengambil kesimpulan jika apa yang ia rasakan kini adalah karena…Ia membenci Jiyeon

[TBC]


SHINING STAR (Chapter 7)

$
0
0

shining-star-3

Main Cast : Park Ji Yeon – Kim Jongin – Byun Baekhyun

Support Cast : Park Chanyeol – Lee Jieun – Jung Soojung – Kim Joonmyeon

Genre : Life, Friendship, Romance, A Little bit Angst

Length : 7 OF ?

Author : Qisthi_amalia

Backsound : whatever what you want ^_^


-CHAPTER 7-

***

Jiyeon mengerjapkan matanya beberapa kali. Sebelum membukanya dengan perlahan.

“Kau sudah sadar ?”

Suara seseorang yang Jiyeon kenal membuatnya mau tak mau menoleh kearah samping .

“Sunbae..”

Baekhyun tersenyum kecil. Ia menarik nafas lega. “ Untunglah. Kau hampir membuatku mengidap penyakit jantung, Jiyeon .” Ucapnya.

Jiyeon kembali mengerjap bingung. “ Maksudnya ?

“Aku menemukanmu tak sadarkan diri di taman kota.”

“Sunbae yang menemukanku ?” Tanyanya tergagap.

Baekhyun mengangguk kecil. Kemudian tangannya terulur untuk menyentuh dahi Jiyeon .

“Kau masih demam, tidurlah.” Pelannya di ikuti senyuman samar yang bisa Jiyeon lihat sebelum Baekhyun kembali mengulurkan tangan dan menutup kelopak matanya dengan perlahan.

“Tutup matamu dan tidurlah. Jangan coba-coba untuk membukanya, arra !”

Jiyeon ingin berontak namun tubuhnya memang terasa amat lelah dan lemas. Bahkan untuk bertanya hal-hal lainnya ia merasa tenaganya tak akan cukup. Jadi yang ia lakukan hanya mengangguk kecil dan memejamkan mata sesuai perintah Baekhyun.

“Aku akan membangunkanmu saat makan malam nanti.”

***

Yoona menatap pintu kamar Jongin nanar. Sejak tadi sore Jongin menutup dirinya dikamar. Tak mau keluar sama sekali. Bahkan makanan malam bersama yang sudah di rencanakan Yoona hancur sudah. Sementara Joonmyeon asik dengan buku ditangannya.

“ Joonmyeon~aa, kau tahu adikmu kenapa ?”

Joonmyeon menggeleng ringan.

“Aissh, anak ini. Mengapa suka sekali membaca buku eoh ?” Tanya Yoona lagi sambil memukul kepala anaknya dengan majalah.

Joomyeon meringis. Merengut kesal kearah Yoona. “Omma, seharusnya kau bangga memiliki anak yang suka membaca seperti aku. Suatu saat karena hobiku ini aku pasti jadi penulis terkenal.” Ujarnya sambil menepuk dadanya penuh percaya diri.

Yoona mencibir kecil. “ Aigo~ lihatlah. Betapa percaya diri anak umma ini. Lupakan menjadi penulis terkenal, sekarang carilah calon menantu untuk umma dan berikan umma cucu.” Rancaunya lagi.

Joomyeon meletakan bukunya cepat lalu tersenyum lebar kearah Yoona.

“Calon menantu ?” Ulangnya dengan mata menerawang membayangkan sesuatu.

“Ya, tentu saja. umurmu semakin menua seiring berjalannya waktu. Umma tak mau mengurusmu seumur hidup umma.” Canda Yoona sambil menatap anaknya tajam.

Joomyeon kembali merengut. “ Aissh~ Aku juga tak mau hidup selamanya bersama umma. Tenang saja calon menantu akan segera datang !” Yakinnya sambil tersenyum lebar.

“Jeongmal ? Sekarang kau sudah punya yeojachingu ?” Tanya Yoona menggebu. Ia bahkan menggeser posisi duduknya hingga semakin menempel kearah Joonmyeon.

Joonmyeon mengangguk kecil lalu tersenyum.

“Bagaimana orangnya ? Cantikkah ? Baikkah ?” Tanya Yoona bertubi-tubi.

Joonmyeon semakin lebar tersenyum. “ Tentu saja. dia cantik, Baik dan sopan. Dan dia juga punya hobi yang sama denganku.” Papar Joonmyeon.

Yoona mengangguk bahagia. “ Cepatlah menikah kalau begitu.”

“Do’akan saja dia cepat lulus SMA omma !”

“MWO ? SMA ?”

***

Jieun kembali menghubungi nomor yang sama. Namun hasilnya tetap sama. Tidak aktif. Ia menghela nafas berat. Menjatuhkan tubuhnya begitu saja keatas tempat tidur.

“Kau dimana Jiyeon ~aa…” Gumamnya lirih.

Setelah mendengar kabar buruk jika Jiyeon pergi dari Chanyeol. Jieun langsung menelpon sahabatnya itu berulang kali. Ia bahkan mencari Jiyeon sepanjang hari di sekitar kota. Namun hasilnya nihil. Bahkan di taman bermain tempat mereka bersantai dulu, Jiyeon tak ada.

“Bagaimana ? Sudah aktif ?” Tanya Soojung – yang baru keluar dari arah toilet penuh harap. Namun gelengan kecil Jieun membuat ia kembali menghembuskan nafas berat.

Soojung pun ikut membaringkan tubuhnya di samping Jieun .

“Jika aku menjadi Jiyeon , kemana aku akan pergi yah ?” Jieun menggumam sendiri.

“Jieun ~aa..”

“Eum..” Gumamnya sambil berpikir.

“Bukankah sebelum Chanyeol Oppa mengatakan berita itu kau memberitahu kemana jiyeon pada Baekhyun Oppa..?”

Jieun lalu menggeser posisi kepalanya, hingga kini matanya dapat bertatapan langsung dengan mata bulat Soojung . Sejenak Jieun terdiam. Berbagai pertanyaan simpang siur di benaknya. Apa mungkin Jiyeon bersama Baekhyun ? atau Apa yang Baekhyun lakukan pada Jiyeon ?. dan tanpa menunggu pertanyaan apa lagi yang akan muncul. Jieun menyambar ponsel –yang tergeletak di sampingnya dan langsung menekan nomor Baekhyun.

Ia menggigit kuku-kuku tangannya gugup.

“Yobboseyeo….”

“ Sunbae, apa tadi sunbae ke taman kota ?”

“ Ne, Waeyo ?”

Jieun menahan nafasnya. “ Apa Jiyeon ada bersama sunbae ?”

Hening beberapa saat. Jieun bahkan dapat mendengar bunyi detak pada jarum jam. Sampai Baekhyun menjawab.

“Ya. Dia bersamaku.”

Dan jawaban sesingkat itu cukup membuatnya merasa sesak namun juga lega. Sesak karena Baekhyun memang menyempatkan diri menemui Jiyeon padahal sebelumnya ia sempat mengajak Baekhyun keluar tapi pria itu menolak dengan alasan sibuk. Dan lega karena ternyata Jiyeon ada bersama Baekhyun.

Dengan kekuatan yang masih ia miliki. Jieun tersenyum kecil. Menekan emosi dan perasaan egoisnya.

“Apa Jiyeon baik-baik saja ?” Tanyanya tulus.

“Ne. Dia baik-baik saja. hanya sedikit demam. Tenang saja aku akan merawatnya dan bisakah kau mengirimkan aku nomor keluarga Jiyeon ? Aku akan memberitahu mereka jika Jiyeon baik-baik saja bersamaku.” Ujarnya panjang lebar.

Jieun mengangguk pelan dan menjawab. “ Ya.” Dengan teramat pelan.

“Otte ?” Tanya Soojung penasaran.

Jieun diam. Meletakan ponselnya keatas tempat tidur perlahan dan kembali membaringkan tubuhnya yang tadi sempat bangkit saat menelpon Baekhyun.

“Jieun ~aa jangan diam saja. dia bersama Baekhyun Oppakan ?” Tanya Soojung lagi.

Jieun mengangguk kecil. Matanya menatap langit-langit kamarnya nanar. Ia merasa benar-benar lemas sekarang.

“Aku harus memberitahu Chanyeol Oppa.” Kata Soojung semangat. Namun sebelum ia mengeluarkan ponsel, Jieun menahannya.

“Baekhyun akan menghubunginya. Aku sudah mengirimkan nomornya.” Sambungnya lagi.

Soojung mengangguk paham, kemudian memasukan kembali ponsel dalam tasnya. Ia lalu beralih menatap Jieun yang memejamkan matanya erat. Soojung tersenyum kecut.

‘Kau pikir aku bodoh Jieun ~aa. Aku tahu kau menyukai Baekhyun Sunbae. Apa sekarang kau merasa sakit ?’

Dan Soojung memilih membalikan badan kearah Jieun , mengulurkan lengan dan memeluk tubuh sahabatnya erat.

Jieun berontak. “ Mwoya…?” Erangnya.

Namun Soojung tak menggubrisnya. “ Diam. Tidurlah.” Katanya.

Dan Jieun hanya diam. Membiarkan Soojung memeluknya. Setidaknya ia masih memiliki sahabat yang membuatnya merasa tenang kini.

***

“Duduklah. “

Kata itu terus keluar dari mulut Shinyeong berulang kali. Namun Chanyeol, yang sejak tadi terus berjalan-jalan tak menentu di teras rumahnya, sama sekali tak menggubris ucapan Shinyeong.

“Tenanglah Chanyeol. Bukankah tadi temannya bilang Jiyeon bersamanya dan baik-baik saja.“ Lanjut Shinyeong.

Chanyeol menarik nafas kemudian menghembuskannya berat. Dengan langkah pelan ia berjalan ke arah Shinyeong dan mendudukan diri di samping patner kerjanya itu. Bahunya yang tadi tegap kini merosot jatuh. Kepalanya tertunduk dengan kedua lengan yang menumpunya. Ia memejamkan matanya erat. Dan menangis tanpa suara.

“ Aku mengulang kesalahan yang sama. “ Ujarnya pelan.

Shinyeong terdiam. Ia tak mampu berbuat apapun. Melihat Chanyeol yang seperti ini, cukup membuat semua kecerdasan yang ia miliki menguap begitu saja. bahkan hanya untuk mengatakan ‘ Semua akan baik-baik saja ‘ Ia tak bisa. Hanya tangannya yang terulur dan mengelus bahu Chanyeol.

“ Aku sama saja seperti Appaku.” Lanjutnya.

Chanyeol membiarkan semuanya mengalir. Ia bahkan tak perduli saat ia menangis di hadapan Shinyeong. Semuanya terlalu menghimpitnya. Segalanya terasa terlalu berat. Ia tak pernah membayangkan ini sebelumnya. Membayangkan jika Ia akan mengulang kesalahan yang sama. Kesalahan yang pernah Ayahnya lakukan dulu. Pada Jiyeon. adiknya.

“ Bahkan sekarang, bukan aku yang menemaninya saat masa lalu itu kembali merenggut harapannya. “

Chanyeol menekan dadanya yang terasa menghimpit. Walaupun Jiyeon hanya adik tirinya. Tapi Chanyeol tak pernah memperlakukannya berbeda. Ia menyayangi Jiyeon sebagaimana mestinya seorang kakak menyayangi adiknya.

“ Chanyeol~sshi, Apa yang membuatmu begitu menyayanginya ?” Tanya Shinyeong. Pertanyaan itu sejujurnya sudah bersarang beberapa hari di otaknya. Ia sebelumnya tak pernah melihat sebuah kasih sayang setulus ini. Tapi saat melihat Chanyeol dan Jiyeon, itu membuat Shinyeong merasa hangat. Saat melihat Chanyeol yang begitu menyayangi adiknya, membuat Shinyeong merasa jika ia menjadi Jiyeon, memiliki Chanyeol saja sudah cukup. Karena seorang kakak yang menyayangimu dengan segala yang ia miliki. Itu seperti kau memiliki dua nyawa yang amat berharga.

Mendengar itu Chanyeol mendongak. Menatap Shinyeong yang juga menatapnya.

“ Dulu, saat aku berumur 4 tahun aku sangat takut gelap. Aku akan berteriak dan mengigil ketakutan saat mati lampu. Namun saat Jiyeon terlahir, dan saat box bayinya umma simpan di kamarku, aku tak lagi merasa takut. Karena saat mati lampu, aku akan disibukan oleh tangisan Jiyeon dan aku yang harus mendiamkannya. Saat melihat Jiyeon kembali tertidur aku selalu merasa tenang. Dan sejak saat itu aku meminta umma dan appa untuk di satu kamarkan dengan jiyeon sampai kami berumur 12 tahun. Selama itu hanya Jiyeon yang tahu phobiaku. Dia akan menggengam tanganku saat aku ketakutan dan karena dia juga phobiaku menghilang. Aku selalu mensyukuri kelahirannya dan aku berjanji akan selalu di sampingnya apapun yang terjadi.” Paparnya.

Shinyeong tersenyum kecil. “ Kelahiran Jiyeon seperti keajaiban untukmu. Bukankah begitu ?”

Chanyeol tersenyum dan mengangguk. “ Emm, Dan aku tak tahu apa yang akan terjadi jika keajaiban itu menghilang.”

“ Karena dia adalah keajaiban, aku yakin dia akan kembali dengan sebuah keajaiban juga.” Ucap Shinyeong.

chanyeol menoleh, dan saat melihat kedua mata Shinyeong yang memberikan sebuah keyakinan. Ia pun tersenyum dan harapannya kembali muncul. Keberaniannya kembali datang. Dan ia pun kembali ingin menggapai.

“Kau benar. Sebuah keajaiban akan datang dengan keajaiban pula. “

***

Pagi itu Jongin sengaja tak langsung masuk ke kelasnya. Melainkan menunggu seseorang terlebih dahulu di depan koridor utama. Sejak tiga puluh menit yang lalu. Ia terus berdiri di tempat yang sama. Bersandar pada kayu peyangga. Dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada. Beberapa gadis menatapnya kagum. Namun ada juga yang sengaja menunduk karena takut. Tetapi kebanyakan dari mereka lebih memilih menatap Jongin terus menerus. Seolah namja itu punya aura kuat yang sulit dihindari.

Dari arah berlawan. Seorang gadis yang di anggap ‘Most Wanted’ datang. Ia tersenyum. Menebar pesona kekanan dan ke kiri. Mengibasakan rambutnya dengan anggun. Kemudian tersenyum tiga jari kearah salah seorang lelaki yang berdiri ternganga menatapnya. Membuat semua namja yang mengelilinginya di buat terpana. Namun tidak dengan Kim Jongin. Ia mengangkat bahu acuh. Lalu tatapannya kembali memperhatikan gerbang sekolah. Menunggu seseorang.

Nam Gyuri. Yeoja Most Wanted itu menyeringai. Selama ini hanya Jongin yang tak pernah menganggapnya ada. Dan hanya Kim Jongin yang menolaknya secara terang-terangan. Tentu ia tak bisa terima begitu saja. dan untuk mendapatkan perhatian Jongin ia akan melakukan apapun. seperti pagi itu. Saat ia berjalan seanggun mungkin kearah Jongin dan berdiri tepat di hadapan namja itu.

“Morning, Jongin~aa..” Sapanya basa-basi.

Jongin menatap Gyuri datar. “ Ya, pagi.” Katanya tanpa ekspresi.

Mendapat respon sedingin itu Gyuri tak menyerah.

“Kau terlihat sangat tampan pagi ini. “ Sambungnya dengan senyum andalannya. Namun sayang karena sepertinya Jongin sama sekali tak tertarik. Namja itu memilih menatap Gyuri sekilas lalu tersenyum sinis.

“Aku tahu. Bukankah karena hal itu juga kau menguntitku ?” Ujarnya.

Gyuri mengepalkan tangannya erat. Namun masih dengan senyumnya ia kembali menatap Jongin.

“Kau pandai bercanda Jongin~aa. Mana mungkin yeoja sepertiku menguntitmu, hha “ Katanya sambil terkekeh kecil.

Jongin menatap gadis di sampingnya datar. “Hmm, Nam Gyuri. Aku beritahu kau sesuatu. Siapa yang selama ini selalu mengikutiku kemana pun aku pergi ? Siapa yang selama ini mengirimiku cokelat berbagai bentuk saat valentine ? Dan siapa yang menyatakan cinta di taman belakang sekolah minggu kemarin padaku, Eoh ?”

Gyuri terdiam. Semua anak yang sejak tadi mengitari Jongin dan Gyuri kini menatap Gyuri dengan berbagai macam ekpresi.

Jongin terkekeh. Ia mendecakan lidahnya kemudian melanjutkan.

“Kau. Nam Gyuri. Dan apa tidak lucu saat kau mengelak jika kau bukan penguntitku ?” Telak. jongin menunggu. Menanti perlawan yeoja di hadapannya. Sejak awal Ia memang sudah tak suka melihat Gyuri. Sikap yeoja yang satu itu memang benar-benar luar biasa. Ia seperti ular. Berwajah dua.

Gyuri tersenyum sinis. Ia menatap Jongin tajam. Baru kali ini ada yang menjatuhkannya di depan umum seperti ini. Dan ia bersumpah. Ia akan membalasnya. Dengan kekuatan dan keberanian yang tersisa. Gyuri mengangkat dagu dan balas menatap Jongin.

“Kau akan menyesal telah melakukan ini. Kim Jongin. “ Bisiknya tepat di telinga Jongin. Kemudian ia kembali berdiri tegap. Tersenyum ramah. Tangannya terulur dan membenarkan dasi Jongin yang melonggar. Dengan gerakan pelan. Gyuri membenarkan dasi itu dan menepuk bahu Jongin.

“Uri Jongin lucu sekali. Kau pandai sekali bercanda rupanya. Namun sayang aku tidak tertarik padamu. Jadi mana mungkin aku menjadi penguntitmu.” Ucapnya dengan intonasi yang lembut. Membuat Jongin tersenyum muak dan menatap Gyuri jijik.

“Whatever. Horse face. “ Bisik Jongin dan itu cukup membuat Gyuri geram. Namun gadis itu mengendalikan diri dan tetap tersenyum.

“Annyeong Jongin~aa. Ku harap suatu saat kau tidak berlutut di hadapanku. “ Katanya dengan seringai tipis. Lalu berlalu dari sana.

Jongin memutar bola matanya jengah. Dan ia sama sekali tak perduli dengan ucapan Gyuri. Apapun yang yeoja itu katakana. Ia tak pernah perduli.

Dan kembali dengan misi awalnya untuk menunggu seseorang. Jongin menegakan kembali posisi awalnya dan memperhatikan gerbang sekolah. Beberapa anak yang baru datang berlarian kearah sekolah. Jongin menunduk. melihat jam di pergelangan tangannya. lima belas menit lagi bel masuk berbunyi. Namun tanda-tanda kedatangan orang itu belum terlihat.

15 Menit kemudian.

Dan akhirnya Jongin menyerah. ia mengepalkan jemarinya dengan erat. Niat awalnya untuk tidak berprasangka buruk menguap begitu saja. Orang yang sejak tadi ia tunggu tak muncul. Dan begitu pun dengan Baekhyun.

“Kau melewatkan kesempatanmu, Park Jiyeon. “ Gumamnya sambil tersenyum sinis.

Dan Jongin pun berbalik. Memilih kembali ke dalam kelas.

Sebelum ia menyadari. Untuk apa ia melakukan semua ini. Sebelum ia menyadari. Mengapa ia harus marah ? Dan sebelum ia menyadari mengapa ia begitu tak suka mendengar kedekatan Jiyeon dan Baekhyun.

***

“Kau sudah baikkan ?”

Jiyeon mengangguk cepat. niat awalnya untuk berangkat sekolah pagi itu dilarang tegas oleh Baekhyun. Padahal setelah tidur nyenyaknya semalan. Ia merasa baik-baik saja. namun Baekhyun melarangnya dengan tegas dengan alasan tak ingin Ia sakit lagi.

“Bisakah aku pulang “ Pelan Jiyeon sambil memainkan selimut yang masih menutupi tubuhnya yang berbalut seragam sekolah.

Baekhyun menggeleng cepat. “ Tidak. Sebelum kau makan dan minum obatmu dulu.” Perintahnya.

“Tapi Sunbae..—

“Tak ada penolakan. Kau harus. Atau kau tak boleh pulang. “ Selanya cepat.

Jiyeon menghembuskan nafas berat dan mengangguk. “ Baiklah.”

Dan Baekhyun hanya tersenyum puas. Kemudian menyerahkan makanan untuk Jiyeon beserta obatnya.

“Aku akan ke sekolah dulu. Dan saat aku pulang nanti kau masih harus ada disini. Arraseo !”

Jiyeon mengangguk paham. “ Baiklah.”

Baekhyun kembali tersenyum. Kemudian membungkuk sejenak. Tangannya terulur dan mengacak rambut Jiyeon.

“Gadis manis.” Katanya.

Jiyeon terdiam. Dan entah mengapa ia merasa nyaman saat Baekhyun mengusak rambutnya barusan. Dan saat Baekhyun berlalu meninggalkannya. Menutup pintu kamar itu. Jiyeon tersenyum.

“Lagi – lagi Kau seperti kakakku.” Pelannya.

***

Soojung mencondongkan tubuhnya kearah jendela. Ia tersenyum kecil namun juga sedikit merasa miris. Tadi saat bel istirahat. Baekhyun datang kekelasnya dan mengajak Jieun bicara. Dan disanalah mereka. Di taman belakang. Tepat di belakang gedung sekolah. Dan dari kelas Soojung, Ia bisa melihat dua orang itu sedang duduk di bawah pohon Oak tua.

.

.

“Bagaiamana keadaan Jiyeon ?” Tanya Jieun memulai.

Baekhyun tersenyum kecil. “ Tenanglah. Kau terlihat begitu cemas. Dia baik-baik saja. “ Ucapnya.

Jieun mengangguk kecil. Ia berterima kasih pada Tuhan jika Jiyeon baik-baik saja. namun kini ia mulai bertanya. Mengapa justru kini dirinya yang merasa tak baik-baik saja ?

“Bagaimana bisa sunbae menemukannya ? Padahal aku juga sudah mencarinya berkali-kali di tempat itu ?” Tanya Jieun heran.

Baekhyun mengangguk. Matanya menerawang.

“Mungkin saat itu aku lebih dulu datang kesana. Jadi kau tak bisa menemukannya.” Jelasnya.

Jieun mengangguk. “ Ya. Sunbae benar. kenapa aku tak memikirkannya yah ?”

Dan Baekhyun pun ikut tersenyum saat melihat Jieun tertawa riang. Entah sejak kapan Ia menyukai tawa itu.

“Kau tahu mungkin saja aku ini penyelamatnya. Super heronya begitu. Bagaimana menurutmu ?”

Dan kali ini. Dengan cepat Jieun menghentikan tawanya. Menatap Baekhyun nanar.

“Super Hero ?”

Baekhyun tersenyum kecil dan mengangguk.

“Untuk Jiyeon maksud sunbae ?” Lanjut Jieun.

Baekhyun menatap Jieun. Dan ia kaget saat melihat mata gadis itu berkaca-kaca.

“Tentu saja. “ Pelannya, lalu melanjutkan. “ Kau baik-baik saja ?”

Jieun menunduk cepat dan mengangguk.

“Tentu saja aku baik-baik saja. “ Katanya. “ Aku senang Jika dia memiliki penyelamat. Seperti Sunbae. “ Ia mendongak dan tersenyum tepat kearah Baekhyun yang tengah melihatnya.

Baekhyun diam untuk beberapa saat. Ia merasa aneh. Dan ia merasa semua ini tak benar. namun ia tak mengerti. Ia tak tahu apa maksud semua yang berkecamuk dalam benaknya. Dan demi menutupi kebingungannya. Baekhyun mengalihkan.

“Apa kau mau menjenguknya nanti ?”

Jieun mengangguk. “ Tentu saja. aku juga akan mengajak Soojung nanti.”

Baekhyun tersenyum samar. “ Baiklah. Nanti akan ku beritahu Jiyeon jika kalian akan datang.”

***

Setelah bertemu Jieun dan Soojung. Jiyeon memilih untuk pulang sendiri dan menolak tawaran Baekhyun. Juga tawaran Soojung dan Jieun yang ingin menemaninya pulang. Ia lebih memilih sendiri. Dan memang saat ini ia menginginkan untuk sendirian. Dan di trotoar jalanan yang cukup ramai itu Jiyeon berjalan sendirian.

“Apa yang harus aku lakukan sekarang..” Pelannya.

Ia terlalu bingung. Kemana ia harus pergi sekarang. Tak mungkin ia kembali kerumah. Ia tak bisa membiarkan Chanyeol menderita karenanya lagi. dan ia juga tak mau membawa sial untuk Chanyeol.

“Apa aku berhenti sekolah saja..” Lanjutnya sambil menunduk.

Jiyeon terlalu fokus melamun. Ia bahkan tak sadar ada seseorang yang tengah berdiri beberapa meter di hadapannya. Dan saat seseorang itu berjalan mendekat. Berdiri beberapa senti dihadapan Jiyeon. barulah gadis itu menyadarinya.

Jiyeon yang posisinya saat itu masih menunduk. terlihat bingung. Ia memperhatikan sepasang satu hak tinggi berwarna merah di hadapannya. Ia kemudian mendongak dan dengan mata membulat jiyeon terhenyak.

“Hyerim Onnie..”

Wanita itu tersenyum sinis. “ Lama tak bertemu. Jiyeon~aa..” Katanya.

Jiyeon tiba-tiba merasa tak nyaman. Demi tuhan ia sama sekali tak berharap bertemu wanita ini sekarang. Dan demi tuhan ia benar-benar membutuhkan Chanyeol sekarang.

“Apa kabarmu. Adik kecilku yang pintar..” Hyerim berjalan mendekat dan Jiyeon melangkah mundur. Wanita itu tersenyum.

“Kenapa ? Kau masih takut denganku, honey.”

Jiyeon menggeleng cepat. “Kapan Onnie kembali ke Seoul ?” Tanya Jiyeon.

Hyerim menyilangkan kedua tangannya di depan dada. “ Sejak hari ini. Dan aku begitu beruntung. Di hari pertamaku ini aku bisa bertemu dengan malaikat manisku.” Gumamnya sambil tersenyum dan tangannya yang membelai rambut Jiyeon.

Jiyeon mundur beberapa langkah. Kedua tangannya mulai gemetar. Ia tak suka kehadiran wanita itu di hadapannya kini.

Dan Hyerim begitu jeli. Ia tahu saat kedua tangannya Jiyeon gemetar.

“Aigo. Sayang, apa kau ketakutan, eum ?”

Jiyeon diam. Ia tak bisa melakukan apapun. Bahkan saat Hyerim menuntunnya menjauh dari jalan raya dan duduk di ayunan taman bermain yang sepi.

“Duduklah honey, Onnie akan mengayunkan ayunanmu.” Katanya lembut.

Jiyeon semakin gemetar. Namun ia tak mampu menolak. Dan ia pun hanya bisa menurut dan duduk di ayunan itu. sementara Hyerim berdiri di belakang untuk mengayunkannya.

“Bagaimana kabarmu dan Oppamu itu ?” Tanya Hyerim memulai.

Jiyeon mengangguk kecil. Pegangan tangannya pada besi ayunan semakin kencang. Melihat itu Hyerim tersenyum puas. Dengan pelan diayunkannya ayunan Jiyeon.

“Kalian begitu enak yah. Bersenang-senang di Seoul sementara aku menderita di Gangnam.” Lanjutnya.

“Onnie, bukan begitu..” Sela Jiyeon pelan.

Hyerim menghentikan ayunannya dan mendelik. “ Bukan begitu. Lalu apa, eoh ?”

“Onn—

“Berhenti memanggilku onni. Aku muak mendengarnya.”

Dan dengan satu senatakan cepat. Hyerim mendorong ayunan itu dengan keras. Membuat Jiyeon terjatuh dan terduduk di atas pasir. Ia meringis. Sikunya terluka. Sementara Hyerim tertawa senang. Ia lalu berjalan mendekat kearah Jiyeon yang beringsut mundur.

“Aigo, gadis pembawa sial ini kesakitan rupanya.” Katanya lalu membungkuk dan memperhatikan wajah Jiyeon yang menunduk.

“Dasar Bitch ! Sialan kau !! Selama ini kau enak-enakan hidup sementara aku menderita di gangnam. Gadis pembawa sial. DASAR MENJIJIKAN !!!” Cacian – cacian itu terus terlontar dari mulut hyerim. Jiyeon menunduk semakin dalam. Puing-puing kenangan masa lalunya mulai menyatu dan kini berputar kembali bagai kaset rusak di otaknya.

Dan saat Hyerim menampar wajahnya. Kemudian menendang tubuhnya dan menginjak kakinya. Jiyeon hanya diam. Ia bahkan tak bisa menjerit. Seluruh tubuhnya mati rasa. Mati rasa. Oleh rasa sakit di masa lalu yang sangat sulit ia hapus.

“SIALAN ! BERENGSEK ! GADIS PEMBAWA SIAL ! KAU SEHARUSNYA DI NERAKA SEKARANG !!”

Cacian dan teriakan – teriakan keras itu terus Hyerim lontarkan dengan begitu semangat. Sementara Jiyeon. ia hanya bisa tersungkur dan berbaring diatas pasir dengan luka memar di beberapa bagian tubuhnya. Tubuhnya mengigil. Ia gemetar. Rasa sakit ditubuhnya tak sebanding dan perih di masa lalunya.

Pukulan dan umpatan kasar ini. Tak sebanding dengan apa yang ia dapatkan dulu. Bahkan ia nyaris mati dulu. Jika seseorang tak menyelamatkan hidupnya.

“Mati kau !! MATI SAJA KAU..Arghht~

Hyerim tersungkur jatuh. Saat sebuah balok kayu mengenai belakang kepalanya. Dan ia tak sadarkan diri begitu saja.

Jiyeon mengerjapkan matanya yang terasa berat. Samar – samar ia bisa melihat seseorang berdiri di depan sana. Dengan balok kayu ditangannya. Jiyeon mencoba menajamkan indra pengelihatannya. Namun nihil, padahal ia ingin melihat siapa orang itu. dan entah mengapa ia merasa orang itu terlihat sama seperti orang yang menyelamatkannya dulu. Dan seperti dulu juga. Ia tak bisa berbuat apa-apa. Pandangan matanya berkunang dan semuanya terasa gelap.

“Jiyeon~aa…Ya Park Jiyeon…!” Namja itu melempar balok kayunya begitu saja. beralih menghampiri Jiyeon dan mengangkat tubuh itu dengan cepat.

“Gadis monster…bertahanlah…”

***

Ruangan putih itu penuh oleh beberapa orang. Jieun dan Soojung yang duduk di sofa depan tempat tidur pasien, Baekhyun yang berdiri di samping sofa dan Chanyeol yang juga duduk di samping tempat tidur. Dengan lengannya yang menggenggam lengan Jiyeon erat.

Gadis itu masih tak sadarkan diri sejak tadi. Setelah keluar dari ruang ICU karena kondisi tubuhnya yang lemah dan tubuh yang kehilangan banyak darah. Jiyeon baru bisa di pindahkan ke ruang inap biasa.

Ruangan putih itu sepi. Hanya suara tetesan air inpusan dan mesin pendeteksi denyut jantung.

Chanyeol mengelus tangan Jiyeon pelan. Ia begitu merasa bodoh dan ceroboh. Ia bahkan tak tahu jika Jiyeon diserang orang asing hari ini. Dan saat gerakan kecil pada tangan Jiyeon terasa Chanyeol dengan sigap menegapkan bahunya.

“Oppa..” Ucap Jiyeon pelan.

Chanyeol mengangguk. “ Kau sudah sadar. Apa yang sakit ? Dimana yang sakit, eum ?” Tanyanya khawatir.

Jiyeon menggeleng kecil. “ Aku Baik-baik saja. “ Pelannya.

Jieun dan Soojung menatap sahabatnya itu khawatir. Dan begitu pun dengan Baekhyun.

“ Bagaimana bisa aku ada disini, oppa ?” Tanya Jiyeon. tiba-tiba saja ia teringat pada penyelamatnya saat itu.

Chanyeol menoleh cepat kearah Baekhyun. “ Oppa tak tahu. Temanmu Baekhyun yang memberitahu oppa pertama kali.”

Jiyeon menatap Baekhyun yang tengah tersenyum kearahnya. Ia mengernyit. Postur tubuh Baekhyun berbeda dengan orang yang samar-samar ia lihat saat di taman bermain tadi.

“Kau yang membawaku kemari ?” Tanya Jiyeon.

Baekhyun terdiam sejenak. Ia terlihat berpikir namun tak lama ia mengangguk.

“Ya. Aku yang membawamu kemari.”

“ Jadi kau yang menyelamatkanku ?” Tanya Jiyeon tak yakin.

Baekhyun mengangguk cepat. “ Ya. Itu aku.” Pelannya.

Jiyeon menghembuskan nafas kecewa. padahal ia berharap itu bukan Baekhyun. Namun apa yang bisa ia harapkan. Jadi yang ia lakukan ialah mengangkat wajah dan tersenyum.

“Terima kasih Sunbae. Aku tak tahu bagaimana jadinya kalau tak ada sunbae.”

Baekhyun mengangguk kecil. Sementara Jieun dan Soojung menatap namja itu penuh terima kasih. Begitu pun dengan Chanyeol.

“Sama-sama. Lain kali kau harus berhati-hati.”

Jiyeon mengangguk kecil.

“Jiyeon~aa..Baekhyun bilang kau tadi di serang seorang wanita, apa itu Hyerim ?”

Mengingat dan mendengar nama itu membuat Jiyeon kembali merasa tak nyaman. Melihat itu Chanyeol mempererat pegangan tangannya.

“Tak apa-apa. Oppa disini.”

Jiyeon menatap oppanya itu sendu. “ Ya, itu Hyerim onnie. Dia datang oppa…Dia datang lagi. aku takut.” Jiyeon meringis. Ia kembali gemetar. Chanyeol menatap adiknya nanar lalu menarik Jiyeon dalam pelukannya.

“Tenanglah. Aku akan menyelesaikan semuanya.”

“Andwe oppa. Dia sekarang lebih berbahaya. Aku takut menemuinya. Aku takut. Dan aku takut terjadi sesuatu lagi dengan oppa.”

Chanyeol tersenyum kecil. “ Tak apa. Semuanya akan baik-baik saja. percayalah. “

“Tapi oppa..—

“Jiyeon~aa. Dia bahkan melakukan kesalahan yang sama lagi. Dulu dia juga pernah hampir membunuhmu dan sekarang ia melakukan kesalahan itu lagi. jika saja Baekhyun tak ada disana saat itu oppa tak tahu apa yang akan terjadi padamu.”

Jiyeon menunduk. “ Tapi..—

Chanyeol tersenyum kecil. Mengelus kepala Jiyeon.

“Jangan seperti ini lagi Jiyeon. kau harus berusaha menghapus semuanya dan memulai masa depanmu. Dan oppa berjanji akan membantumu menghapus semua itu satu persatu.”

Jiyeon meringis. “ Oppa, ma’af. Ma’af atas kebodohanku kemarin. Aku benar-benar bodoh.”

Chanyeol menggeleng. “ Sssst~. Dengar. Oppa sudah melupakan hal kemarin. Oppa tahu itu juga salah oppa. Jadi ayo kita lupakan masalah kemarin. Arraseo.”

Jiyeon mengangguk kecil. “ Gomawo.”

Jieun dan soojung yang melihat itu tersenyum. “ Kami juga akan membantumu Jiyeon. jika wanita itu datang lagi. kami akan menjambak rambutnya hingga lepas. “ Papar Jieun menggebu dan diikuti anggukan keras Soojung.

Jiyeon tersenyum kecil begitupun Chanyeol.

“Dan aku akan berdiri sebagai penyelamatmu, Jiyeon~aa.” Sambung Baekhyun.

“Gomawo Jieun, Soojung , Sunbae dan oppa…” Pelan Jiyeon.

Jieun, soojung dan Baekhyun mengangguk. Sementara Chanyeol hanya mengusak rambut adiknya pelan.

“Dan Sunbae. Terima kasih sudah menyelamatkanku.”

Baekhyun terlihat ragu. Namun tak ayal dia mengangguk.

“Sama-sama.”

 

Dan dibalik pintu ruangan putih yang hangat itu. seseorang berdiri. Di depan jendela kecil yang mengarah langsung kearah tempat tidur itu, Ia terdiam. Melihat seseorang yang tengah tersenyum lepas disana. ia merasa tenang. Setidaknya walaupun Jiyeon tak tahu jika sebenarnya ia yang menyelamatkannya. Ia tak apa. Karena hanya melihat gadis itu baik-baik saja dan bisa kembali tersenyum. Itu cukup membuatnya baik-baik saja.

“Kau tahu Gadis monster. Aku tak tahu jika aku bisa begitu khawatir saat melihatmu memejamkan mata saat itu. dan aku pun tak tahu sejak kapan aku mulai menyukai bagaimana caramu tertawa.” Katanya tersenyum kecil. Lalu berlalu dari sana.

[TBC]


CONFUSED FEELIN’

$
0
0

kfTN7-tile_zpsb8cf892a-1_zps968ff5d8

Title : Confused Feeling

Author : @iamaleaa

Main Cast :

Sehun (EXO-K)
Sulli f(x)

Support Cast :

Kai (EXO-K)

Genre : Romance, Friendship

Rated : T

Length : Oneshoot

SEHUN POV

Akhirnya hari ini tiba juga, satu minggu telah berlalu sejak kami terakhir bertemu. Rasanya sulit sekali bertemu dengannya setiap saat. Semenjak lulus kuliah, aku disibukkan dengan pekerjaan kantorku. Hal ini hampir membuatku gila. Aku benar-benar merasa waktuku habis hanya untuk bekerja. Melelahkan, tapi aku bersyukur masih ada hari minggu, hari dimana aku masih bisa bertemu dan menghabiskan waktuku bersama sahabat terbaikku. Sahabat? Tidak. sebenarnya aku mulai menyimpan perasaan pada sahabatku itu sejak kami masuk Sekolah Menengah Atas, entah kapan tepatnya aku mulai merasa gadis yang aku kenal dari kecil itu tumbuh menjadi wanita yang sangat cantik.

Aku memarkirkan mobilku diparkiran tak jauh dari kedai coffe tempat kami berjanji untuk bertemu. Entah mengapa setiap kali kami akan bertemu hatiku terus saja berdetak tak karuan, ini bukan pertama kali kami bertemu tapi mengapa aku tak bisa bersikap biasa saja seperti dulu. Aku melihatnya sedang duduk sambil membaca novel cinta kesukaannya disamping jendela kedai itu, cantik sekali. Aku tersenyum meyakinkan diriku sendiri dan menghampirinya. Jantungku berdetak semakin kencang tak karuan….oh kumohon hentikan.

“ sepertinya kau sangat senang, senyuman diwajahmu cerah sekali “ kataku membuatnya berhenti membaca, lalu duduk dihadapannya

“ Sehun, kau mengagetkanku. Dan seperti biasa kau terlambat lagi “ ia tersenyum sambil melirik jam tangannya, senyum diwajahnya benar-benar membuatku gila

“ maaf, aku bangun kesiangan. Beritahu aku apa yang membuatmu tersenyum secerah itu, tidak seperti biasanya” Dia menggelengkan kepalanya, membuatku penasaran “ apa karena Kai??.”

“ akh..temanmu memang lucu, beberapa hari ini kami terus berhubungan. Dia selalu menelponku setiap hari sebelum tidur hanya untuk menceritakan hal-hal lucu padaku.”

“ jadi dia yang membuatmu tersenyum seperti ini, Kai??” seketika raut wajahku mengeras,aku cemburu, aku tak suka topik pembicaraan ini, aku juga bisa membuatmu tersenyum.

“ kau itu kenapa ? Bukan dia yang membuatku tersenyum seperti ini. Bukankah setiap saat aku memang selalu tersenyum, kau terkadang sangat aneh.” Ujarnya bingung

“ aku mau memesan minuman dulu, tunggu sebentar “ kataku berdiri sambil meninggalkannya menuju tempat kasir. Sulli bodoh, apa yang kau pikirkan saat ini? Tak bisakah kau membaca raut wajahku. Aku benci kau membicarakan pria lain selain aku. Apakah kau tak tau? Menyebalkan sekali. Kini perasaanku benar-benar tak karuan, kupikir minggu ini akan kita habiskan dengan bersenang-senang, tapi kau justru membuka pertemuan ini dengan topik mengenai pria lain. Aku kembali ke tempat sulli menungguku dengan membawa segelas moccacino, dan apa lagi yang kulihat, wajah apa itu? Kenapa kau melamun seperti itu.

SULLI POV

Sehun melangkahkan kakinya untuk memesan minuman, aku melihatnya berjalan membelakangiku. Perasaan khawatir melanda hati dan pikiranku, kenapa kau terlihat bersedih. Kumohon tersenyumlah jangan memperlihatkan wajah kaku seperti itu dihadapanku, kau tau aku sangat membenci wajahmu yang seperti itu. Aku bahkan tidak marah saat kau membuatku duduk berjam-jam menunggumu setiap kali kau datang terlambat seperti hari ini. Beritahu aku kenapa kau bersedih, jangan membuatku khawatir.

“ tadi kau tersenyum tak jelas, dan sekarang kau melamun “ katanya lagi mengagetkanku, air mukanya masih keras dan kaku, kumohon tersenyumlah

“ aku mengkhawatirkan seseorang “ aku hanya ingin mengatakan apa yang aku rasakan sekarang

“ khawatir? Apa yang membuatmu khawatir”  kini kulihat dia yang berganti cemas

“ bukan apa, tapi siapa” ujarku membenarkan, dia menatapku semakin cemas” kau yang membuatku khawatir “

“ aku ??”  Sehun terlihat bingung “ apa yang kau cemaskan dariku? Aku tidak apa-apa, aku sehat “

“ aku khawatir, sepertinya kau tidak suka bertemu denganku hari ini. Kau bahkan sama sekali tidak tersenyum padaku sejak kau datang tadi. Aku jadi terlihat bodoh senyum-senyum sendiri”

Pria dihadapanku kini tersenyum “ lihat, aku tersenyumkan, kupikir kau tersenyum seperti itu karena kau menyukai temanku. Aku tak suka”

“ aku tidak mau senyum dipaksakan seperti itu, kau memang  bodoh….” kataku sedikit kesal

sejujurnya aku suka melihat senyumanmu, tapi aku tidak suka dengan sifat bodohmu itu, kau selalu saja tidak bisa membaca pikiranku, kita sudah lama saling mengenal tapi kau tetap saja bodoh. Apa kau benar-benar tak tau?? Apa kau benar –benar tak tau siapa aku? Kau benar-benar tak tau bagaimana perasaanku? Atau hanya aku yang merasakannya? Aku menyukaimu Sehun, tidakkah kau menyukaiku juga?

Apa lagi yang harus aku tunjukkan agar kau dapat membaca pikiranku, aku bahkan sudah terang-terangan berkata bahwa aku ingin melihatmu tersenyum. Tapi kau tetap tak mengerti arti dari permintaanku, apakah kau selalu bodoh seperti ini? Aku ini wanita, aku ingin kau yang menyatakan perasaan padaku, bukan aku. Berapa lama lagi aku harus menunggu. Aku berdiri dihadapanmu hanya untuk menunggu kau berkata kau mencintaiku. Bodoh….

***

SEHUN POV

Sulli mengkhawatirkanku? Aku senang sekali mendengarnya. Dan aku bersumpah aku sama sekali tidak memaksakan senyumanku. Ini senyuman tulus yang hanya akan kuberikan padamu ssull, dan kini kau memintaku untuk menemanimu seharian penuh. Aku mau, tentu saja aku sangat mau menemanimu. Aku bahkan ingin bersamamu seperti ini terus menerus, menghabiskan waktu bersamamu adalah saat-saat yang sangat berharga bagiku. Saat –saat yang tak akan mungkin bisa kulupakan selamanya. Aku akan selalu mengenangnya sebagai memori terindah.

“ Sehun~a, ppali.. “ katanya padaku, sulli sudah berada dalam mobilku saat ini

“ sebentar, tidak perlu terburu-buru”  ujarku sambil menghela napas “ kita mau kemana??”

“ sekolah dasar kita, aku sangat ingin kesana. Aku ingin mengenang saat – saat kita masih kecil dulu” sulli terlihat antusias “ oh, tuhan ini sudah siang.. mau sampai jam berapa kita??” aku menggelengkan kepala melihat kelakuannya yang masih saja terlihat seperti anak kecil

Kenapa mesti terburu-buru, seharusnya kau tenang saja sulli~a, selama seharian ini aku pasti akan menemanimu, tidak peduli meskipun matahari tenggelam dan bulan menggantikannya. Aku akan terus bersamamu, kita nikmati saja waktu ini, pelan-pelan saja tidak perlu terburu – buru seperti itu.

Kau tahu, ini adalah waktu yang sangat berharga bagiku, jadi aku hanya ingin menikmatinya. Biarkan detik demi detik berlalu dengan indah, aku ingin sekali terus seperti ini bersamamu. Bahkan jika aku bisa menghentikan waktu, saat ini juga aku berharap waktu berhenti dan kita dapat melakukan apapun berdua tanpa khawatir oleh waktu. Arrgghh…terkadang aku ingin sekali kembali kemasa kita masih sekolah dulu, kemanapun kita selalu bersama, setiap saat dilewatkan bersama, tapi waktu membuatku menjadi seperti orang bodoh.

Kulirik sulli yang sedang memainkan ponselnya, ia sadar aku memandangnya lalu sulli kembali tersenyum kepadaku. Senyuman itu….aku bersumpah demi apapun aku akan selalu membuatmu tersenyum manis seperti itu, tidak akan kubiarkan sesuatu apapun terjadi padamu. Sulli~a , aku ingin sekali kita dapat bersama setiap saat, aku ingin menghabiskan hidupku hanya bersamamu. Aku ingin kau terus memberikan senyuman manis itu disaat aku sedih maupun bahagia. Ingin sekali aku mengatakan hal ini padamu, tapi aku masih belum cukup berani. Aku takut kau hanya menganggapku sebagai teman baikmu, aku takut kau akan menolak permintaanku.

***

SULLI POV

Aku kesal, kesal sekali padamu Sehun. menyetirlah dengan benar, naikkan sedikit kecepatan mobilmu. Kumohon, aku sangat ingin cepat sampai, aku ingin cepat-cepat mengenang saat saat kita baru masuk sekolah dasar. Saat-saat aku masih dapat bersamamu tanpa peduli akan waktu dan terus saja bermain. Aku ingin kita kembali ke masa itu, masa saat kita duduk bersama dibawah pohon oak besar disamping parkiran sepeda sambil menunggu kakakku datang menjemputku. Aku ingin mengenang saat kau yang masih ingusan mencoba melawan kakak kelas yang selalu saja menggangguku. Aku ingin semua kenangan itu kita lalui lagi. Aku ingin memotret semua tempat kenangan kita

Tapi kau terus saja melarangku untuk terburu-buru. Asal kau tau Sehun, aku hanya dapat bertemu denganmu satu minggu sekali dan aku mulai merasa kita semakin jauh, untuk itu aku memintamu buru-buru. Karena masih ada banyak hal yang aku ingin lakukan dan datangi bersamamu. Kumohon mengertilah aku.

“ Sehun~a, biarkan aku yang menyetir mobilmu??” tanyaku, dia melirikku

“ huh ??” katanya heran “ kenapa?, aku tidak lelah aku masih bisa membawanya dengan benar. Lagipula aku tidak ingin membuatmu repot” jawabnya dengan lembut

“ tapi kau terlalu pelan membawa mobilmu, aku ingin cepat sampai Sehun”

“ tidak bisakah kau bersabar, sebentar lagi kita sampai. Kumohon jangan terus menerus memintaku untuk buru-buru, tidak biasanya kau seperti ini. Biasanya kau selalu memintaku berhati-hati”

Itu dulu, tidak sadarkah kau aku sudah lama sekali tidak naik mobilmu ini, Sehun kau itu tidak peka atau memang bodoh sih? Ingin sekali rasanya aku memarahinya karena sifatnya yang bodoh itu. Aku tau sebentar lagi kita sampai, tapi apakah kita masih bisa mendatangi tempat lain jika kau terus saja pelan-pelan seperti ini. Kurasakan mataku memanas, tapi aku tidak boleh menangis, karena jika aku menangis aku bingung harus memberikan jawaban apa jika ia bertanya

Mobil Sehun memasuki gerbang sekolah dasar tempat kami bersekolah dulu, seketika rasa kesalku menghilang melihat pohon oak besar itu, aku kembali tersenyum, mengingat masa lalu. Sehun mengarahkan mobilnya kesudut lapangan sekolah, mungkin agar tidak mengganggu anak sekolah jika mereka istirahat bermain nanti. Mobil berhenti dan Sehun terlebih dahulu keluar untuk membukakan pintu mobilnya untukku.

“ kita sampai….” katanya tersenyum sambil membentangkan kedua tangannya. Kuraih tangannya kugenggam dan kuajak ia berkeliling sekolah. Aku rindu sekali tempat ini.

 ***

NONE POV

Bangunan Sekolah itu sama sekali tidak berubah, hanya suasananya yang sedikit berbeda. Keduanya berkeliling sekolah mencoba mengingat kejadian yang membuat mereka semakin dekat dulu, memasuki satu ruangan keruangan yang lain, mendatangi setiap sudut sekolah tanpa satupun yang mereka lewati.

“ Sehun~a, apa kau masih ingat saat kau dihukum berdiri didepan kelas karena kau memberikankan tugasmu padaku dan berkata kau belum mengerjakannya???” kata sulli saat mereka berdua berada dalam kelas menggambarnya dulu

Sehun mengangguk “ ya, aku masih ingat sekali, betapa polosnya kita saat itu”

“ tapi aku merasa bersalah sekali saat itu, kenapa kau harus melakukannya untukku. Seharusnya akulah yang dihukum bukan kau” kata wanita itu bersedih

Sehun memandangi wanita yang duduk disampingnya dan berkata lembut “ aku bersedia menggantikan segala kesulitan dan kesakitanmu. Aku tidak mau melihatmu susah apalagi sampai menangis saat itu”

“ kau membuatku semakin terlihat buruk, lagipula untuk apa kau menggantikan hukuman yang seharusnya jadi milikku itu??”

“ karena kau itu cengeng, kau pasti akan menangis terus menerus tanpa berhenti “ ejek Sehun, disambut cibiran dari Sulli

“hei… mau mengulang saat itu?? Aku ingin memotret kembali kenangan itu” tanya sulli antusias

“ mengulang?? Bagaimana caranya??” Sehun keheranan

“ kau berdiri disudut kelas sambil mengangkat sebelah kakimu dan biarkan kedua tanganmu memegang telingamu” gadis itu tersenyum sambil mengarahkan kamera yang dibawanya kearah sudut kelas

Sehun memenuhi keinginan gadis itu, entah mengapa dari mereka kecil hingga saat ini, Sehun sama sekali tidak dapat menolak apapun keinginan Sulli. Sulli terlalu berharga baginya, dan apapun yang ia lakukan ia hanya ingin membuat Sulli merasa bahagia. Membuat Sulli merasa nyaman saat terus bersamanya, tanpa perlu merasa takut hal buruk akan terjadi padanya .

***

SULLI POV

Aku kembali duduk dibawah pohon oak besar ini setelah 15 tahun berlalu. Kupandangi beberapa potret pohon oak ini, daun-daunnya semakin rindang dan batang pohonnya terlihat semakin kokoh, padahal umur pohon oak ini jauh lebih tua dibanding aku dan sehun. aku mengingat betapa senangnya aku duduk dibawah pohon ini setiapa kali istirahat dan menunggu kakakku menjemputku pulang sekolah dulu.

Kulihat sehun berlari menghampiriku dari arah lapangan, ia membawa kantung plastik hitam, sepertinya berisi minuman. aku tersenyum melihatnya. Sampai kapan aku harus menahan perasaanku. Aku ingin sekali berkata aku menyukai pria bodoh itu, tapi aku takut dan tidak memiliki keberanian. Aku ingin memastikan dahulu apakah ia memiliki perasaan yang sama denganku atau tidak

“ melamun lagi ???” tanya Sehun, aku menggeleng “ kau pasti haus, ini aku belikan kau minuman dingin”

Aku tersenyum sambil menerima sekaleng minuman isotonik darinya” terimakasih “

Beberapa saat kami terdiam, menikmati suasana tempat kami berada. Angin bertiup sepoi-sepoi, membuat suasana semakin sepi, kami berdua menutup mata mengingat semua kenangan yang pernah terjadi dalam hidup kami saat masih kecil. Dulu maupun sekarang aku sangat suka dengan tempat ini

Aku membuka mataku dan melihat sehun yang masih menutup matanya, kupandangi struktur wajahnya, aku sadar sehun semakin tampan, raut wajahnya keras, suara rendahnya, rambutnya yang tebal. Aku benar-benar jatuh hati padanya. Tuhan…aku mohon apa yang harus aku lakukan saat ini, haruskah aku berterus terang padanya tentang perasaanku. Perasaan yang sudah aku pendam selama ini, berkata padanya bahwa aku menyukainya semenjak dia menggantikanku mendapat hukuman dulu.

Kulempar pandanganku kearah lapangan besar dihadapan kami. Kami berdua berdiri ditempat yang sama tapi pikiran kami sama sekali terpisah dan entah kemana. Haruskah terus seperti ini? Benarkah harus seperti ini? Perasaanku campur aduk, aku ingin Sehun hanya melihatku, Sehun memang selalu perhatian padaku, tapi apakah aku boleh mengartikan perhatian itu sebagai rasa cinta.

Sehun membuka matanya, dan ikut memandangku yang sedang melamun “ sepertinya kau tidak menikmati tamasyamu bersamaku hari ini “

“ye ??” kataku tidak mengerti

“ ini ketiga kalinya aku memergokimu melamun seperti itu, apa kau tidak suka bersama denganku??” wajah Sehun terlihat serius, aku menggelengkan kepalaku lagi tanpa menjawabnya

“ boleh aku bertanya padamu??” kataku sambil melirik pria disampingku, ia menganggukan kepalanya “ apa yang kau pikirkan tentang aku ??”

***

SEHUN POV

Lagi-lagi aku melihatnya melamun, apa yang sebenarnya kau lamunkan,sweetheart. Apa kau tidak menikmati saat-saat bersamaku. Jangan membuatku merasa bersalah karena tidak dapat membuatmu bahagia. Aku memandangi sulli yang sedang melamun, sulli benar-benar sangat cantik, kulitnya putih, rambut panjangnya terurai rapi, bibirnya yang berwarna pink itu selalu saja menggodaku untuk dapat merasakan semanis apa jika aku mengecupnya, juga senyuman manisnya yang selalu membuatku berdebar. Aku ingin sekali kau menjadi milikku sull, tapi aku benar-benar takut kau tidak memiliki perasaan apa – apa padaku.

“ boleh aku bertanya padamu??” katanya sambil melirik kearahku, aku mengangguk “ apa yang kau pikirkan tentang aku??”

Pertanyaannya yang secara tiba-tiba membuatku bingung harus menjawab apa. Aku bingung apa ini pertanda dia juga menyukaiku atau ia hanya ingin tau saja bagaimana dirinya sebagai seorang sahabat. Jawaban seperti apa yang harus aku berikan.

“ kenapa diam Sehun, apakah aku seburuk itu sehingga kau tidak bisa menjawab pertanyaanku??” kulihat wajahnya bersedih, aku sama sekali tidak bermaksud seperti itu

“ kau tidak buruk, justru kau sangat cantik sull, aku juga sangat suka saat kau tersenyum, senyumanmu seakan membuat hari-hariku yang suram kembali berwarna” aku menjawab jujur pertanyaannya

“ kau bilang aku cantik dan kau suka saat aku tersenyum. Hanya itukah jawaban yang bisa kau berikan padaku? Jawabanmu seperti seseorang yang baru saja mengenalku, padahal kau mengenalku lebih dari 10 tahun. Aku sedikit kecewa”  gadisku terlihat semakin sedih

Tuhan, apa yang telah kukatakan, dia tidak suka dengan jawabanku bagaimana ini, apa yang harus kulakukan saat ini. Maafkan aku ssull aku sama sekali tidak bermaksud membuatmu kecewa tapi aku memang selalu berpikir kau itu cantik dan aku suka senyumanmu. Maafkan aku yang tidak  peka ini. aku mencintaimu ssull, aku ingin kau menjadi pendamping hidupku. Aku ingin sekali dapat mengatakan semua isi hatiku padamu. Tapi aku takut kau bertambah kecewa.

“ aku minta maaf sulli~a, aku tidak bermaksud membuatmu kece….” belum sempat aku melanjutkan perkataanku, sulli telah meraih lenganku dan tersenyum memintaku untuk mengantarnya pulang. Aku benar-benar sudah merusak hari ini. aku benci pada diriku yang naif ini, maafkan aku ssull, aku benar-benar tidak bermaksud membuatmu bersedih.

***

SULLI POV

Dengan penuh keberanian aku bertanya bagaimana penilaian Sehun tentangku selama ini. aku benar-benar takut mendengar jawabannya, aku merasa sangat cemas dengan apa yang akan ia katakan padaku. Dalam kecemasanku aku berharap semoga ia dapat memberikan sedikit saja petunjuk bahwa ia menyukaiku juga, menyukaiku lebih dari sekedar sahabat baiknya.

“kau tidak buruk, justru kau sangat cantik sull, aku juga sangat suka saat kau tersenyum, senyumanmu seakan membuat hari-hariku yang suram kembali berwarna” aku mendengar jawabannya, aku kecewa. Itu bukan jawaban  yang aku harapkan. Bagaimana mungkin kau yang telah bersamaku sedari kecil hanya dapat memberikan jawaban seperti itu?

Jawabanmu sama persis seperti semua orang yang baru mengenalku. Tidakkah aku memiliki sesuatu yang special dihatimu Sehun. kau sama sekali tidak memberikanku petunjuk bahwa kau juga menyukaiku. Mungkin aku memang salah mengartikan perhatianmu saja. Maafkan aku Sehun. ternyata bukan kau yang bodoh tapi akulah yang bodoh, aku tau kau tak bermaksud membuatku kecewa, tapi untuk saat ini aku sangat ingin sekali pulang kerumah. Aku ingin menangis didalam kamarku bukan dihadapanmu. Aku meraih lengannya, tersenyum dan memintanya mengantarkanku pulang

Aku melihat wajahnya yang khawatir selama ia menyetir, aku ingin sekali berkata jangan khawatir tapi rasanya mulutku terkunci rapat. Sekali lagi maafkan aku yang bodoh ini, aku memutuskan untuk berpura-pura tidur selama perjalanan pulang.

“ maafkan aku ssull….” aku mendengarnya mengucapkan maaf

***

SEHUN POV

Aku membuatnya bersedih, aku telah mengingkari janjiku sendiri untuk selalu membuatnya tersenyum. Aku marah pada diriku sendiri. Apa yang harus aku lakukan sekarang. Aku khawatir sekali, aku bahkan tak dapat menyetir dengan tenang. Rasannya ingin sekali menariknya kedalam pelukanku.  Bodohnya aku berkata seperti itu tanpa berpikir terlebih dahulu.

“ maafkan aku ssull…”kataku, meskipun percuma saja aku berkata. Karena Sulli tidak mungkin mendengarnya, ia tertidur dengan perasaan kecewa dan sedih. Dan semua itu aku yang telah menyebabkannya.

Aku menepikan mobilku, untuk sesaat aku terdiam, ragu untuk membangunkan Sulli yang tertidur. Baru saja aku akan membangunkannya, ponsel gadis itu bergetar, dan ia terbangun dengan sendirinya, menatapku sebentar lalu menatap layar ponselnya. Dia tersenyum, siapa yang berani membuatnya tersenyum selain diriku.

Kulihat Sulli menekan tombol answer diponselnya, “ yoboseyyo…” katanya memulai percakapan, dia kembali melirik padaku, dan berterimakasih padaku yang telah mengantarkannya pulang, sepertinya dia benar-benar marah padaku, biasanya dia akan memintaku untuk menemaninya minum kopi sebelum dia tidur.

“ aku baru saja pulang Kai~ssi” sesaat aku mendengar nama Kai disebutnya, sebelum ia menutup pintu mobil. Arrgghhh… aku benci keadaan seperti ini.

Aku masih belum meninggalkan halaman rumahnya. Aku takut. Aku takut ia akan jatuh cinta pada Kai jika aku terus berdiam diri seperti ini. aku tidak akan pernah rela Sulli menjadi milik pria lain. Aku mencoba meyakinkan diriku untuk mengambil keputusan terbaik saat ini juga. Aku memutuskan akan mengatakan perasaanku padanya sekarang juga. Tidak peduli dia menolakku sekalipun.

Aku turun dari mobilku dan berjalan menuju rumahnya, aku harus mengatakannya sekarang juga atau aku akan menyesal selamanya. Detak jantungku berdetak sangat kuat, peluh keluar dari pori-pori kulitku, arrghhhh….aku benar-benar takut ia tidak memiliki perasaan yang sama sepertiku. Sehun~a, kau pasti bisa, kau seorang Oh Sehun yang tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan. Aku menarik napas panjang, kembali meyakinkan diriku.

Dengan tangan yang gemetaran aku mengetuk pintu rumahnya, meski dengan perasaan cemas aku tetap memberanikan diriku. Lama Sulli tak membukakan pintu rumahnya, sudahkah ia tidur? Ya mungkin dia sudah tertidur, lebih baik besok saja aku kembali kesini dan menyatakan perasaanku. Tiba-tiba saja nama Kai muncul dipikiranku. Mungkinkah Kai masih menelponnya. Kali ini aku benar-benar tidak akan tinggal diam. Memikirkannya saja sudah membuatku kesal. Untuk apa aku mengenalkan Kai pada Sulli.

Aku kembali mengetuk pintu rumah Sulli, lagi..ia begitu lama membuka pintu rumahnya. Pikiranku mengenai Sulli yang tertawa karena Kai membuatku semakin cemburu. Aku terus menerus mengetuk pintu rumahnya.

“ sebentar….” kudengar suara Sulli, akhirnya ia merespon juga ketukanku. Tak lama kemudian ia membuka pintu rumahnya, dan melihatku dengan pandangan bingung “ Sehun~a, ada apa kau kembali lagi??”

“ aku memang belum pulang kerumah” kataku kemudian. Aku kembali gugup “ ada yang perlu aku katakan padamu sebelum aku menyesal” sulli semakin bingung dengan ucapanku

“ kalau begitu kita bicara didalam saja” sulli menyuruhku masuk, tapi aku menggeleng. Aku ingin mengatakannya sekarang juga

“ aku mencintaimu” kataku tanpa menunda-nunda waktu lagi, Sulli diam tak merespon. Aku jadi merasa bingung, apakah aku kembali membuat kesalahan. Sudahlah aku tidak mengerti masalah cinta, yang pasti aku sudah mengatakan perasaanku. Aku terduduk lemas dibawah pintu rumahnya. Pandanganku kosong.

Sulli ikut duduk disampingku, mungkin saat ini dia juga bingung dan akan segera menolakku. Kalau memang dia tidak memiliki perasaan yang sama seperti, aku sudah tidak peduli. Selama aku masih bisa menjadi sahabatnya aku masih bersyukur

“ boleh aku mendengar lagi apa yang kau ucapkan tadi??” sulli memecah keheningan diantara kami

“ tadi siang kau bertanya bagaimana pendapatku tentangmu. Aku tidak berbohong saat aku bilang kau itu cantik dan aku sangat menyukai senyumanmu. Mungkin kau benar pendapatku seperti orang yang baru saja mengenalmu, tapi orang yang baru mengenalmu tak akan pernah tau betapa berartinya senyuman itu untuk seorang Oh Sehun ini, senyumanmu seperti air untukku yang akan selalu menyejukkan hatiku, senyumanmu seperti lentera untukku yang akan selalu menerangi hatiku disaat aku benar-benar buta terhadap sekitarku. Kau sangat berarti bagiku Ssull. Taukah kau betapa aku sangat mencintaimu, selalu berharap jika setiap hari adalah hari minggu hanya karena aku ingin terus bersamamu. Aku bahkan menganggap diriku gila karena setiap detik waktuku hanya memikirkan kau. Dan kau juga harus tau betapa cemburunya aku saat kau menelpon Kai tadi, aku merasa menyesal telah mengenalkannya padamu. Kalian baru bertemu sekali tapi begitu cepat akrab. Itu membuatku takut Ssul. Sekarang aku tak akan peduli lagi jika kau menolakku. Yang perlu kau tahu adalah. Aku sangat mencintaimu. Dan aku ingin kau menjadi milikku selamanya.

Aku telah mengungkapkan semua yang ada dihatiku, sedikit lega kurasakan meskipun belum tau jawaban apa yang akan diberikan sulli padaku. Sulli kembali diam, belum menjawab. Sulli menyenderkan kepalanya dibahuku, kucium aroma harum dari rambut lembut panjangnya.

“ kau tau tidak” katanya memulai pembicaraan” kupikir selama ini aku bertepuk sebelah tangan. Aku menyukaimu sejak kau menggantikan hukumanku saat kita masih kecil dulu, dan kupikir kau itu begitu sangat bodoh karena aku selalu memberiku petunjuk jika aku menyukaimu, dan aku ingin kau membalas rasa sukaku tapi kau sama sekali tak merespon. Aku terus bersabar dan bersabar sampai akhirnya aku merasa kesal sendiri dengan sifat tidak pekamu itu”

“ jadi…kau juga mencintaiku??” aku begitu bahagia mendengar ucapannya, ia menganggukan kepalanya. Aku merangkulnya kedalam pelukanku. Bersama kami menikmati damainya malam. Meskipun tak banyak bintang dilangit, namun bulan masih menemani kami menghabiskan waktu

“  kau mau segelas kopi??” tawarnya kepadaku

Aku mengangguk “ itu yang aku tunggu dari tadi. Aku kesal kau tidak menawariku kopi sebelum aku pulang”

Sulli tersenyum. Senyumannya jauh lebih manis dari senyuman-senyuman yang pernah ia tunjukan selama ini. kau adalah milikku selamanya Ssull. Aku tidak akan pernah melepaskanmu untuk alasan apapun. Sulli melepaskan pelukanku dan berdiri, menjulurkan tangannya kepadaku. Dengan bahagia kusambut juluran tangannya.kami berdua pun masuk kedalam rumahnya

“ akh…aku lupa” kataku sambil menghentikan langkahku, Sulli berbalik dan memandangku bingung. Aku suka wajahnya yang seperti itu, terlihat sangat lucu dan semakin cantik, ku keluarkan ponselku dan aku melangkahkan kakiku semakin dekat pada Sulli, tanpa ragu lagi kini aku mencium bibir pink yang selalu menggodaku itu. Mata gadis dipelukanku ini membesar dan KLIIK. Aku berhasil mengabadikan ciuman pertama kami. Pipi Sulli memerah membuatku semakin menyukainya, belum pernah aku melihat pipinya semerah itu.

“  bukankah kau bilang kau ingin memotret semua kenangan yang terjadi pada kita berdua? Jadi jangan marah jika aku melakukan ini?” godaku pada Sulli yang masih terdiam ditempat “ aku baru tau kalau pipimu bisa melebihi merahnya kepiting rebus saat kau malu?” aku terus saja menggodanya

“ aku tidak jadi membuatkanmu kopi, lebih baik kau pulang sekarang saja” katanya tiba-tiba telah menguasai diri

Aku bingung “ wae??”

“ karena kau menyebalkan. Kupikir selama ini kau bodoh dan tidak peka tapi ternyata kau seorang ….” sulli terlalu malu melanjutkan perkataannya

“ aku seorang apa??” kataku penasaran

“ ani…lupakanlah..” katanya sambil masuk kedalam rumahnya “ kau mau pulang atau masuk dan minum kopi buatanku??” aku ikut masuk kedalam rumahnya

Aku tersenyum bahagia karena ternyata kami memiliki perasaan yang sama. Dan kami terlalu naif menyimpan perasaan masing-masing selama ini. betapa bodohnya aku yang telah dipermainkan cinta. Betapa tidak pekanya aku terhadap sikap Sulli yang selama ini terang-terangan mencoba mengungkapkan perasaannya. Tapi aku berjanji padamu Ssull bahwa aku akan menjadi satu-satunya pria yang akan selalu membuatmu seperti seorang puteri dan kau tidak akan pernah kubuat menangis ataupun kecewa padaku. Terimakasih telah memiliki perasaan yang sama terhadapku. Aku akan selalu mencintaimu, dan kumohon cintailah aku selamanya.

Drrrt…drrrtt…drrrrtttt…

Ponsel Sulli yang berada di meja bergetar, kulihat nama yang tertera dilayar. “Kai” lagi-lagi Kai. Untuk apa dia terus menelpon Sulli, Sulli sekarang adalah milikku.

“ ada telepon untukmu” kataku dengan nada kesal pada Sulli yang sedang membuatkanku kopi

“ dari siapa??”

“ Kai” kataku, dan dengan antusias Sulli mengangkat telpon darinya dan menghentikan kegiatannya membuatkanku kopi. Aku tidak pernah melihat Sulli merespon telpon secepat itu. Aku membelalakan mataku, sulli memandangku dengan pandangan –kenapa kau terlihat tidak suka-

“ jangan memandangku seperti itu, aku dan Kai hanya berteman. Lagipula aku harus berterimakasih pada Kai~ssi. Karena dia akhirnya pria bodoh yang saat ini bersamaku mengungkapkan perasaannya juga padaku” aku melihat Sulli tersenyum begitu manis padaku. aku pun ikut tersenyum. Terimakasih tuhan telah membiarkan kami mengungkapkan perasaan kami dan membiarkan kami bersama. Dan aku juga harus berterimakasih pada Kai. Karena rasa cemburuku pada dia akhirnya kini aku bisa mendapatkan wanitaku.

THE END


DON’T JUDGE ME (Chapter 3B)

$
0
0

Poster 3B - Don't Judge Me

Title
Don’t Judge Me

Author
Voldamin-chan

Length
Chaptered

Rating
PG-15

Genre
Romance

Cast
Kim Taeyeon

Lay (Zhang Yixing)

Kim Minseok

Cast
EXO and Girls’ Generation

Disclaimer
This story is mine, pure from my own imagination and all cast is belonge to their own but all my biased ^^

Recomendded Backsound
Ailee feat. Swing – My Love

 

Author Note

Don’t forget to RCL and enjoy the story

 

-Don’t Judge Me-

 

Rutinitas seperti ini sudah biasa dilakukan mereka berdua. Setiap kali Minseok datang memasak, Taeyeon yang mendapat bagian bersih-bersih. Maklum, Taeyeon tak begitu bisa memasak masakan berat dan mewah seperti Minseok. Mungkin hanya menggoreng telur atau memasak mi instan saja, jadi membiarkan Minseok sibuk dengan hobi memasaknya membuat Taeyeon bisa makan makanan enak hampir setiap hari. Taeyeon juga tidak merasa keberatan karena mereka berdua sudah mengenal sejak kecil dan sudah Taeyeon anggap seperti saudara sendiri. Begitulah pendapat sepihak dari Taeyeon yang tentunya jauh dari pendapat Minseok yang menganggapnya lebih dari sekedar seorang saudara. Sikap Taeyeon yang agak tertutup itu membuat dirinya tidak mempunyai begitu banyak teman. Hanya Minseok, Sooyeon dan namja itu.

 

Sejak Taeyeon ‘kehilangan’ kedua orang tuanya dan tinggal sendiri di apartemen ini, Minseok selalu datang untuk sekedar melihat keadaan Taeyeon dengan alasan ingin mengasah hobinya karena ibunya melarangnya mengotori dapur rumahnya sendiri. Sebelumnya Taeyeon juga pernah diminta tinggal bersama oleh ibu Minseok dan sekarang ia bisa tinggal disini setelah kerja keras Taeyeon meyakinkan Kim ajumma. Seperti mahasiswa pada umumnya dengan alasan ingin mandiri dan membiayai uang kuliahnya sendiri, Taeyeon bekerja part time di sebuah lembaga kursus musik di sekitar lingkungan apartemennya. Bukan bermaksud sombong, meskipun tak ada yang bisa menolak kegeniusan Taeyeon dalam hal musik, tapi ia tak bisa menutupi kecanggungannya untuk berinteraksi dengan orang yang ia anggap asing.

 

Sejak Taeyeon ‘kehilangan’ kedua orangtuanya, Taeyeon menutup diri pada orang asing dan tak mau bersosialisasi dengan orang lain yang tak pernah dikenalnya. Ia patut berterima kasih pada Minseok, Minseok lah yang merekomendasikan Taeyeon untuk bekerja disana, karena pemiliknya adalah teman Minseok sendiri, Jung Sooyeon yang lebih suka dipanggil sebagai Jessica. Ya, disanalah Taeyeon mengenal Jessica. Ah bukan, tepatnya Jessica seorang gadis hiperaktif dan sedikit pemaksa itu yang mendekati Taeyeon sampai akhirnya Taeyeon ‘terpaksa’ menambahkan Jessica dalam daftar temannya. Taeyeon pernah bertanya pada Jessica kenapa ia begitu keras kepala ingin berteman dengannya, Jessica hanya menjawab “Memangnya berteman perlu syarat ya? Hmm.. menurutku kau itu unik hehehe..”. Sampai sekarang Taeyeon tidak tahu bagian mana yang ‘unik’ darinya. Mungkin ini sebuah kebetulan, ia ingat dengan jelas dan dengan alasan yang sama pula namja itu bersikeras mendekatinya. Hasilnya mereka berdua bisa mendekati Taeyeon, namun dengan cara dan konteks yang berbeda.

 

Rasanya sudah lama sekali aku tidak melihatnya. Apa aku perlu menjenguknya ya? Mungkin akhir-akhir ini aku terlalu disibukkan dengan tugas yang diberikan Lee-saem, sampai aku lupa menjenguknya. Apa aku ajak Minseok juga? Ah, jangan! Nanti dia malah marah-marah lagi. Sudahlah biar aku sendiri saja yang menjenguknya setelah menemui Lee-saem. Taeyeon sibuk dengan pikirannya sendiri. Tiba-tiba saja ia teringat dengan namja itu.

 

“YA, Taeyeon perhatikan cucianmu! Lihat, bisa-bisa dapur kesayangku ini nanti banjir!” sontak Minseok membuat Taeyeon tersadar dari lamunan pikirannya sendiri dan menyadari bahwa air keran sudah hampir meluap memenuhi piring-piring yang masih belum selesai ia cuci.

 

“Astaga!” segera Taeyeon matikan keran airnya dan memindahkan piring-piring yang sudah bersih. “Ck.. Minseok-a sejak kapan dapurku jadi dapur kesayanganmu?”

 

“Sejak dulu. Memang dimana lagi aku harus menyalurkan bakatku. Kau bilang sendiri kan kalau bakat terpendamku selain dance ini tidak boleh dihilangkan. Lagipula kau jarang sekali memakai dapurmu, jadi ya ku manfaatkan saja. Gratis pula. Aku hanya perlu membayarmu dengan masakanku, kau sendiri yang menawariku. Bagaimana sih?” bantah Minseok sambil menggembungkan pipinya.

 

“Aish.. iya.. iya.. aku masih ingat. Kau ini cerewet sekali sih, hanya 1 kalimat pertanyaan kenapa harus sepanjang itu jawabannya. Dan lagi jangan menggembungkan pipimu seperti itu. Jessica akan selalu mengataimu ‘tembam’ kalau kau sok imut begitu.” Taeyeon sedikit sebal dengan sifat cerewet Minseok yang memang sudah tak bisa diubah lagi. Memang benar apa kata pepatah ‘buah tak jatuh jauh daripohonnya’, ibu dan anak sama-sama punya baby face dan cerewet. Dengan wajah baby face yang agak sedikit tembam itu, siapa yang menyangka kalau Minseok sudah berada di tahun terakhir kuliahnya.

 

“Oh iya, sore ini aku harus menemui Lee-saem di kampus. Kalau kau masih ingin melanjutkan mengasah bakatmu di ‘dapur kesayanganmu’ itu, silahkan saja tapi aku tidak bisa menemanimu hari ini.”

 

“Ha? Kau harus menemui Lee-saem di hari libur seperti ini?! Kenapa orang itu gemar sekali pergi ke kampus di hari libur begini sih, songsaengnim yang aneh. Untung saja orang itu tidak mengajar di kelasku, bisa terancam hari liburku.” Gerutu Minseok yang masih sibuk merapikan meja makan Taeyeon.

 

“Entahlah, katanya saem ingin menanyakan perkembangan proyek tugas dariku.” Jelas Taeyeon.

 

“Baiklah, kalau begitu aku akan mengantarmu saja. Sekalian aku juga ada janji bertemu dengan Kris dan Joonmyeon di dekat kampus.”

 

“Oke, kalau begitu tunggu aku 15 menit lagi. Aku akan siap-siap dulu.” Minseok membalasnya dengan anggukan beberapa kali. Minseok melihat Taeyeon melesat pergi ke kamarnya setelah meletakkan piring bilasan terakhir.

 

Minseok masih bertahan di ruang makan. Setelah ia pastikan Taeyeon masuk ke kamarnya, Minseok terduduk lemas. Ia rebahkan kepalanya di atas meja makan. “Ah, Sial! Kau pengecut, Minseok! Kenapa kau tak pernah berani bilang terang-terangan padanya. Kenapa kau tak belajar dari kesalahanmu dulu. Kau mau ia direbut lagi oleh orang lain lagi seperti waktu itu, hah? Argggh!” Minseok mengerang frustasi, mengacak-acak rambutnya kesal karena kebodohannya sendiri.

 

-Don’t Judge Me-

 

Gedung kampus memang sewajarnya sepi dihari libur, mungkin hanya segelintir orang yang masih mau menyibukkan dirinya sendiri disini selain penjaga kampus dan para cleaning service tentunya. Terlihat sebuah motor sport keluaran terbaru memasuki gerbang depan kampus besar ini. Pengendara motor itu berhenti tepat di samping gedung, tepatnya area parkir kampus.

 

Setelah membenarkan posisi gitar yang ia sampirkan di punggungnya, Lay segera meninggalkan area parkir menuju ruang dosen untuk menemui Lee-saem. Ia tidak mau dibilang tak disiplin dan berurusan yang lebih rumit lagi kalau tidak segera muncul dihadapan dosennya itu.

 

Lay sudah berdiri tepat di depan ruangan Lee-saem, tetapi niatnya untuk masuk ke dalam sana terhenti ketika ia mendengar dosennya sedang berbicara dengan sesorang di dalam. “Bagus, aku memang tak salah memilihmu. Kita gunakan konsep ini saja untuk pertunjukan musical nanti. Kau memang jenius Kim Taeyeon.”  Tunggu sepertinya ia pernah mendengar nama itu.

 

DEGH!

“Aish, kenapa lagi denganku? Akhir-akhir ini jantungku bereaksi berlebihan. Ck, kurasa aku perlu ke rumah sakit untuk meyakinkan jantungku baik-baik saja.” Lay menggerutu sambil memegangi dada kirinya.

 

“Selamat sore. Maaf mengganggu anda, Lee-saem.” Tanpa babibu, Lay segera masuk ke dalam. Bukannya tidak sopan, Lay hanya ingin segera menuntaskan janjinya dengan Lee-saem hari ini dan pulang secepatnya. Lay membungkukkan badannya sebagai tanda ia menghormati dosennya itu.

 

“Ah, Zhang Yixing. Kau sudah datang rupanya. Kemarilah.” Kedatangan Lay ternyata memang sudah dinanti oleh dosennya. Tanpa beranjak dari tempat duduknya, Lee-saem menyuruhnya untuk segera mendekat. Sesuai dengan instruksinya, Lay memperpendek jaraknya dan sekarang berdiri tepat di depan meja dimana disana berdiri sebuah balok kayu yang terukir dengan nama dosennya itu.

 

“Annyeonghaseyo.” Sekali lagi Lay memberi salam pada dosennya.

 

“Hahaha.. Tak usah terlalu seformal itu, Yixing. Oh, iya kenalkan gadis disampingmu ini adalah mahasiswi andalanku, Kim Taeyeon. Dan Kim Taeyeon, dia adalah keponakanku yang sangat berbakat, Zhang Yixing.” Setelah saling diperkenalkan oleh Lee-saem, keduanya saling membungkuk dan memberi salam.

 

“Annyeonghase.. Ah~ Kau…” sahut keduanya bersamaan.

 

-Don’t Judge Me-

 

Lay berjalan mengekor mengikuti gadis bernama Kim Taeyeon yang sekarang ada didepannya. Tentu saja Lay bukan seorang penguntit, ia terpaksa mengikutinya akibat pertemuannya di kantor pamannya tadi. Begitulah, mau tidak mau Lay mengakui bahwa Lee-saem yang notabene seorang dosen perfeksionis itu adalah pamannya sendiri. Lay malas untuk bercerita panjang lebar bagaiman dosennya itu bisa menjadi pamannya yang intinya adalah dari perkawinan keluarga tentunya.

 

Oh.. Kalian berdua sudah saling kenal rupanya? Bagus, kalau begitu tidak ada yang perlu dirisaukan lagi. Mulai sekarang aku mohon bantuan kalian berdua merancang konsep musical untuk proyek festival kampus akhir tahun ini. Aku percaya pada kemampuan dan bakat kalian berdua. Aku yakin kalian tidak akan mengecewakanku. Oke, 3 minggu lagi kita bertemu lagi dan  selamat bekerja.

 

Itulah yang terjadi di ruang Lee-saem 10 menit yang lalu. Tanpa menghiraukan pendapat Lay dan Taeyeon, Lee-saem secara sepihak memutuskannya begitu saja. Sebenarnya Lay ingin protes, tapi gadis di depannya ini hanya menanggapinya dengan anggukan yang secara tidak langsung menyetujui keputusan pamannya.

 

“Ck, ternyata ini alasan paman Lee mengajakku pindah ke Korea dan membiayai semua uang kuliahku. Seharusnya aku sudah tau kalau paman Lee tidak akan mungkin sebaik ini. Dan sekarang dia menyuruhku untuk bekerja berdua dengan gadis yang baru kukenal hanya untuk proyeknya sendiri? Hah~” Lay menghela napas panjang, meratapi kepolosannya sendiri karena begitu saja percaya pada pamannya yang perfeksionis itu. Selain itu, Lay tidak berani menentang perintah pamannya itu karena janji yang sudah mereka berdua sepakati. Lay tahu persis bagaimana watak pamannya dan menuruti kemauannya adalah satu-satunya cara supaya pamannya tidak melakukan hal-hal yang aneh padanya. Sekali lagi Lay menghela napas panjang.

 

“Maaf. Zhang Yixing-ssi, sepertinya kau keberatan untuk membantuku? Kalau kau memang keberatan, silahkan katakan langsung pada pamanmu itu.” ternyata helaan napas Lay agak keras sehingga Taeyeon dengan tidak sengaja menyadarinya. Taeyeon membalikkan tubuhnya menghadapi namja di depannya dengan menunjukkan kerutan di keningnya.

 

“Ah, maaf bukan begitu Taeyeon-ssi. Tenang saja, aku akan melakukan tugasku dengan baik. Oh, iya panggil saja aku Lay, nama China-ku memang agak susah untuk di ucapkan. Senang berkenalan denganmu dan semoga kita bisa bekerjasama dengan baik.” Lay mengulurkan tangan kanannya di depan Taeyeon, tak terkecuali senyuman lesung pipitnya juga ia tunjukkan.

 

Tanpa diduga Taeyeon menerima uluran tangan Lay dan balik menjabat tangannya.

 

DEGH!

DEGH!

DEGH!

 

Taenggoo-noona! Taenggoo-noona!

 

“Baiklah kalau begitu, kita akan mulai bekerja besok. Temui aku di perpustakaan pusat besok jam 10 pagi.” Ucap Taeyeon setelah membalas uluran tangan Lay sebagai tanda mereka berdua sepakat untuk bekerja dalam 1 tim.

 

“Taenggoo-noona?” tiba-tiba kata-kata asing itu begitu saja keluar dari mulut Lay. Lay masih tidak melepas tangan Taeyeon, malah menatap yeoja didepannya dengan tatapan menerawang.

 

“Maaf, Lay-ssi. Apa kau mengatakan sesuatu barusan?” tanya Taeyeon berusaha meyakinkan apa yang baru saja ia dengar dari namja di depannya ini.

 

“Ah, maaf. Oke, jam 10 di perpustakaan pusat. Aku akan tepat waktu.” Lay segera melepaskan jabatan tangannya seraya ia sadar dari sekilas lamunannya tadi.

 

“Maaf, Aku harus pergi ke suatu tempat jadi tidak bisa mulai bekerja denganmu hari ini. Sampai jumpa besok, Lay-ssi” sekilas Taeyeon membungkukkan badannya sebelum ia resmi meninggalkan Lay sendirian disana. Lay masih berdiri terdiam ditempatnya. Ia menatap yeoja itu berjalan menjauh dan kini sudah lenyap di balik gerbang kampus. Lay perlahan menutup kedua matanya sembari memijit pelipis dengan jari-jari tangannya.

 

“Taenggo-noona? Siapa dia? Astaga, hari ini aku merasa aneh dengan diriku sendiri. Sepertinya aku butuh istirahat. Lebih baik aku pulang sekarang dan tidur.”

 

No one could replace you

I will give you all of me

Nothing is more precious than you to me

since you’re my everything

 

 

-Don’t Judge Me-

To be continued


My Love Will Protect You

$
0
0

my-love-will-protect-you

 

Title : My Love will Protect You
Genre : Sad,Romance,Angst
Rating : PG 13
Lenght : Oneshoot

Main Cast :
-Park Chanyeol
-Kim Nana
-Other

 

Backsong : EXO *Baby Don’t Cry*

 

Disclaimer : FF ini murni dari pemikiran saya.Bagi yang tidak suka biasnya saya jadikan cast,lebih baik tidak usah di baca.ff ini juga sudah pernah saya post di blog EXO saya,yaitu http://exofanfictionindonesia.wordpress.com/

Cuap-Cuap Author : Annyeong haseyo memberdeul ^^ . Saya Author baru di sini keke~ Perkenalkan saya Heena Park,dan ini adalah FF Pertama yang saya publish di Blog ini .. Enjoy this FF ^^

 

NO BASHING!!

 

NO PLAGIARISM!!

 

Don’t Be A SILENT READERS !

 

 

My Love will Protect You ==>

 

 
12 Maret 2011

 

Kim Nana POV

 

Dinginnya angin begitu menusuk kulitku.Sudah 1 jam aku duduk di sini,di bangku bewarna coklat yang terletak tepat di bawah pohon sakura.Ku peluk erat tas lenganku dan berharap bisa sedikit menghangatkan tubuhku.Berkali-kali ku tengok jam tangan kecil bergambar snoppy ini.

Orang-orang dengan riangnya berlalu lalang melewatiku bersama keluarga dan pasangan mereka masing-masing,menyenangkan sekali—

Terkadang aku iri pada mereka,ingin sekali bisa melakukan hal seperti itu dengan kekasihku.Tapi ku rasa itu hanya mimpi,kekasihku adalah orang yang sibuk.Bahkan saking sibuknya,ia sering terlambat ketika akan berkencan,seperti sekarang ini.Tapi tak apa,aku yakin dia pasti datang.

 

Kim Nana POV END

 

*****

 

Park Chanyeol POV

 

Ku tengok jam dinding di ruang kerja-ku,jarum jam menunjukkan pukul 20.00 KST.Ku rebahkan sebentar tubuhku di sofa panjang dan ku longgarkan sedikit dasiku untuk membuatku lebih releksCringg…Tiba-tiba ponselku berbunyi “Siapa yang mengirimkan pesan padaku ? Apa dia tidak tau bahwa aku sangat lelah ? Menyebalkan sekali” Gerutuku seraya meraih ponsel yang ku letakkan di meja samping sofa .

“Oppa..jika kau sudah selesai,segeralah datang kemari ..Saranghae” Yakk..pabo! Bagaimana kau bisa lupa Park Chanyeol? Bodoh sekali!! Aku harus segera pergi.
Segera aku berdiri dan menyahut (?) mantel coklat yang ku gantung di dekat pintu ruang kerjaku.Ku rasa ini sudah ke-sekian dan sekian kalinya aku membuatnya menunggu,hassh..semoga dia tidak marah.

 

Park Chanyeol POV END

 

*****

 

Author POV

 

Lelaki itu berlari menuju mobilnya,dengan cepat ia segera melajukan mobil Audi R8 miliknya menuju ke sebuah taman di pusat kota Seoul.Berkali-kali ia menghela nafas dan mengacak-acak rambutnya sendiri sambil berharap gadisnya belum pergi.
Ia parkirkan mobilnya dan segera turun mencari sosok Kim Nana,matanya menatap sudut taman.Seingatnya terakhir kali ia berjanji akan menemui gadis itu di sana,tepat di bawah pohon sakura. Yak,benar..di sana.

Chanyeol berlari ke arahnya,matanya menatap lekat-lekat sekitar pohon itu namun tak ada siapapun di sana.Sepertinya gadis itu memutuskan untuk pulang—

 

Author POV END

 

Park Chanyeol POV

 

Ku lihat sekitar bangku ini,di mana dia? Mengapa tidak ada siapapun? Apa dia sudah pergi? Bodoh Park Chanyeol,ini semua salahmu.!! Mengapa kau bisa lupa? Bodoh.

Ku hempaskan tubuhku di bangku taman sambil mengusap wajahku yang sudah terlihat sangat buruk ini.Sudah seharian aku bekerja,dan malam ini? Seharusnya malam ini aku berkencan dengannya,dan itu pasti bisa membuatku fresh kembali.Tapi apa? Dia sudah pulang,dan ini karena aku yang terlambat! Bodoh.

“Oppa..kau kah itu?” Seseorang menepuk pelan pundakku “Chagiya..? Kau masih di sini?” Ku lihat sosok Kim Nana yang sekarang sedang berdiri tepat di depanku sambil membawa dua gelas kopi hangat di tangannya.Ia tersenyum “Tentu saja,bukankah aku sudah berjanji untuk menunggumu? Kau tak kedinginan? Ini untuk oppa” Jawabnya seraya menyodorkan segelas kopi lalu duduk di sampingku.

“Udara dingin sekali ne oppa” Sambungnya lagi,ia menyesap kopinya sedikit demi sedikit.Ku lepas mantelku dan ku berikan kepadanya “Pakailah”. Nana mendesah “Anio..nanti oppa kedinginan” Jawabnya dan melepas mantelku.

Ku genggam tangannya “Mianhae chagiya..aku terlambat lagi”

“Gwechanna..melihat oppa datang saja aku sudah senang”.Aku tau sebenarnya dia kecewa padaku.Aku tau sebenarnya dia kesal padaku,tapi mengapa? Mengapa ia tidak mengatakannya saja padaku? Aku tak apa,aku tak apa menerima tamparan bahkan pukulan darinya,asalkan dia tidak menyembunyikan perasaannya hanya untuk menghiburku.

“Oppa sudah makan?” Suaranya yang begitu halus membuatku tersadar dari lamunan sesaatku.Ku gelengkan kepalaku sambil mengatakan bahwa aku belum makan.Ia berdiri dan menggandeng tanganku untuk bangkit “Bagaimana kalau kita makan saja? Oppa pasti lapar” Ajaknya seraya tersenyum,ku anggukkan kepalaku dan memper-erat genggaman kami,lalu berjalan pergi.

 

Park Chanyeol POV END

 

 

OoOoO

 

 

13 Maret 2011

 

Author POV

 

Sinar matahari masuk melalui celah-celah jendela sebuah kamar ber-cat kuning.Seorang gadis masih tertidur lelap di balik selimut tebal nan halus miliknya.Ia dekap erat guling kesayangannya.Tiba-tiba jam weker kecil di meja samping ranjang gadis itu berbunyi dan membuatnya terbangun,bahkan hampir melompat karena kaget.

“Aish..menyebalkan sekali” Gerutunya lalu bangkit dan berjalan menuju ke kamar mandi dengan mata yang masih mengantuk.Itu terlihat sangat jelas—

45 menit berlalu,gadis itu telah berdandan rapi,ia ikat rambutnya dan tak lupa high hels menghiasi kakinya.Ia raih tas lengan kecil di samping lemari dan segera keluar dari dalam kontrakkannya.Sebuah mobil terlihat sudah terpakir rapi di halaman kontrakkannya,dan seorang pria ber-jas hitam terlihat berdiri di samping mobil itu sambil menyilangkan ke-dua tangannya dan dengan pandangan lurus ke bawah.

Gadis itu berjalan menghampirinya “Oppa..Ada apa?” Tanyanya tak mengerti.Lelaki itu menengok “Ah..chagiya..kau mengagetkanku saja…anio..tidak ada apa-apa..aku hanya ingin mengantarmu ke kantor,apa itu salah?”

Gadis itu mengibaskan tangannya “Anio..hanya saja..”

“Yak sudah cukup..kita lanjutkan mengobrolnya di jalan,ku rasa ini sudah mulai siang.Apa kau mau mendapatkan omelan dari bosmu yang galak itu?” Ujar Chanyeol cepat.Nana menyibir “hash..Anii…baiklah ayo berangkat”

 

*****

 

“Nana-ah…tumben kau datang sepagi ini?” Tegur Park Gyuri yang tiba-tiba datang menghampiri Nana.Mereka berdua memang telah bersahabat sejak pertama kali mendaftar menjadi penyiar di salah satu saluran radio terkemuka di Seoul.Nana mengangkat wajahnya “Gyuri unni..ku kira siapa..mmm..hari ini Chanyeol oppa mengantarku,jadi aku bisa datang lebih awal” Jawabnya singkat

Gyuri menaikkan alisnya “Kelihatannya kalian semakin dekat saja,oh..ku fikir sudah saatnya kalian untuk menikah” Celoteh Gyuri begitu saja.Nana membelalakkan matanya “Mwo? Menikah? Anio..kami masih sangat muda untuk itu..usia kami masih 20 tahun”

“Yak Nana..ku fikir menikah muda juga tidak ada salahnya..Kalian sudah begitu cocok” Tambah Gyuri lagi,Nana menngeleng “Anio..menikah memerlukan banyak persiapan..selain uang..kami juga harus sudah siap lahir dan batin..Aku belum siap untuk itu”
“Ah..nde..mmm..sepertinya sebentar lagi aku harus siaran..aku ke dalam dulu ne” Ujar Gyuri.Nana mengangguk dan melambaikan tangannya pada Gyuri.

 

Author POV END

 

Kim Nana POV

 

Ku masukkan tanganku ke dalam saku celanaku sambil berjalan pelan menuju ke samping kantor.Hash.. aku lapar sekali,tadi belum sempat sarapan.Ku langkahkan kakiku menuju kantin dan benar…di sana terlihat banyak sekali makanan,ku lihat  bibi Jung sedang menggoreng sesuatu.Aku berjalan mengampirinya “Annyeong bibi..apa hari ini ada menu spesial?” Tanyaku pada bibi Jung.Hampir setiap hari aku sarapan di sana,bukan karena aku tidak bisa memasak,tapi karena aku sering bangun kesiangan dan hari ini? Persediaan bahan makanan di kulkas telah habis,termasuk mie instan dan semacamnya.

Bibi Jung menengok dan menatapku,kemudian ia tersenyum “Nana..mm..bagaimana kalau kue beras?” Jawabnya seraya mengangkat beberapa kue beras di hadapanku.Aku mengangguk “Baiklah..aku mau” Jawabku lalu duduk di salah satu meja yang kosong dan terletak tidak jauh dari tempat bibi Jung berdiri sekarang.

 

Kim Nana POV END

 

Author POV

 

Nana terlihat sangat menikmati sarapannya di temani bibi Jung yang duduk di sampingnya,mereka berdua terlihat seperti ibu dan anak.Bibi Jung telah menganggap Nana sebagai anaknya sendiri.Ia berkata bahwa Nana adalah anak yang sangat baik dan mau berteman dengan siapapun.Selain itu Nana adalah orang yang mau bekerja keras,ia adalah anak yang mandiri.Ke-dua orang tuanya telah bercerai sejak ia berusia 5 tahun,tak lama setelah itu ibunya meninggal dan ayahnya? Tidak diketahui keberadaannya.Nana memiliki seorang adik laki-laki yang berusia 2 tahun lebih muda darinya yang sekarang masih duduk di bangku SMA.

Adiknya tinggal di Mokpo bersama dengan neneknya,sedangkan Nana.Ia memilih untuk tidak melanjutkan kuliah dan bekerja,mau bagaimana lagi? Nana adalah tulang punggung keluarga,ia tidak bisa membiarkan neneknya yang sudah berusia lebih dari 60 tahun itu bekerja siang dan malam hanya untuk menghidupinya.Hingga ia putuskan untuk merantau ke Seoul dan mencari pekerjaan di sana.

Walaupun baru satu tahun di Seoul,Nana telah memiliki banyak orang yang menyayanginya.Chanyeol,Gyuri,Bibi Jung,Park Chorong,dan orang tua Chanyeol.Ke-dua orang tua Chanyeol tidak pernah mempermasalahkan status sosial Nana yang berbeda 180 derajat dari mereka.Menurut mereka,Nana adalah gadis yang cocok untuk anak lelalki satu-satunya dalam keluarga mereka itu,bahkan mereka sempat memaksa Chanyeol untuk segera melamar Nana.

 

*****

 

Nana melirik sebentar jam tangannya lalu bangkit dan membayar sarapannya kemudian berjalan masuk ke dalam kantornya karena sebentar lagi ia harus segera siaran menggantikan Park Gyuri.

 

 

OoOoO

 

 

Chanyeol menatap lekat layar laptopnya sedangkan tangannya sibuk beradu dengan keyboard.Sesekali ia arahkan pandangannya ke berkas tebal dengan cover (?) bewarna hijau tua yang terdiri dari beberapa tumpukkan.Terkadang ia juga membolak-balik berkas tersebut dan kembali mengetik.

Gagang pintu terlihat berputar,terlihat sosok Park Jungsu yang tidak lain dan tidak bukan adalah ayah dari Park Chanyeol,lelaki setengah baya itu berjalan menghampiri anaknya lalu duduk di sofa samping meja kerja Chanyeol “Bagaimana hubunganmu dengan Nana?” Park Jungsu menatap lurus-lurus ke arah Chanyeol,sudah lama ia tidak mendengar berita tentang hubungan putranya dan Nana.

Chanyeol menghela nafas,ia hentikan aktifitasnya (?) Lalu tersenyum pada sang ayah “Baik-baik saja,hanya saja kami tidak terlalu sering bertemu” Jawabnya seraya bangkit dari kursi dan berjalan ke arah ayahnya kemudian duduk di samping lelaki itu.

Jungsu mendesah berat lalu menyilangkan kedua lengannya “Kau ini,jangan terlalu sering berhadapan dengan pekerjaanmu.Luangkanlah waktu untuk Nana” Omelnya lalu menepuk pelan pundak Chanyeol “Ajaklah dia kencan malam ini” Sambung Jungsu.

Chanyeol mendecakkan lidahnya dan memandang tumpukkan berkas di meja kerjanya lalu kembali menghadap ayahnya “Kemarin kami telah berkencan” Jawabnya.

“Benarkah? Kemana?” Jungsu mengankat alisnya

“Di Restaurant,kami makan malam bersama” Jawab Chanyeol polos.Jungsu menggelengkan kepalanya “Itu bukan berkencan,lihat bukankah sebentar lagi jam makan malam? Berhentilah bekerja dan ajak dia berkencan,setidaknya buatlah dia senang”

Chanyeol tersenyum tipis lalu berdiri dan mengambil ponsel di meja kerjanya,ia buka kontak telfon lalu mengirimkan sebuah pesan untuk Nana.

 

******

 

Tidak berbeda dengan malam kemarin,malam ini juga terasa begitu dingin.Seorang gadis berjalan di trotoar dengan tangan yang di masukkan ke saku jaketnya,tiba-tiba terdengar ponselnya berbunyi,dengan cepat Nana merogoh tas lengannya lalu berhenti sebentar dan membaca sebuah pesan masuk dari Chanyeol “Chagiya… kau sekarang di mana? Oppa akan menjemputmu”

Nana tersenyum,tidak perlu waktu lama untuk membalasa pesan Chanyeol,setelah itu ia duduk di halte bus dan menunggu sang kekasih datang.

Samar-samar terlihat mobil Audi R8 yang sedang berjalan pelan,Nana mulai berdiri dan berjalan menuju pinggir halte bus.Mobil itu berhenti tepat di depan Nana,perlahan kaca mobil turun dan terlihat Chanyeol sedang duduk di kursi pengemudi,lelaki itu melambaikan tangannya lalu membukakan pintu untuk sang kekasih.

Chanyeol mengamati sang kekasih yang sedang memasang sabuk pengamannya “Mmm..bagaimana kalau kita pergi ke N Seoul Tower,tunggu..sepertinya bermain Ice Skating di Grand Hyatt Hotel juga menyenangkan”

Nana tersenyum tipis “Terserah oppa saja”

“Baiklah,kalau begitu kite pergi ke N Seoul Tower saja dulu,detelah itu bermain ice skating” Ujar Chanyeol yang sesekali menengok menatap kekasihnya,Nana mengangguk dan menyetujui ajakkan Chanyeol.

 

Author POV END

 

Park Chanyeol POV

 

Ku lajukan mobilku menuju N Seoul Tower,ku fikir akan sangat romantis jika malam hari berada di sana dengan Nana,sesekali ku lirik kekasihku.Dia terlihat sangat cantik jika tersenyum dan aku sangat menyukainya,tapi ku lihat dia beberapa kali mengambil tissue,sepertinya dia terserang flu.Apalagi jika di ingat beberapa hari ini udara sangat dingin.Ku matikan AC mobil dan berharap dia tidak terlalu kedinginan.Ketika mobilku terhenti di lampu merah,ku lingkarkan syal bewarna coklat pada Nana,syal ini adalah pemberiannya beberapa bulan lalu dan syal ini selalu ku bawa kemanapun aku pergi.

30 menit berlalu,kami telah sampai di N Seoul Tower,ku lihat menara sudah bermandikan oleh indahnya lampu yang bewarna-warni.Ku gandeng Nana dan ku ajak dia masuk,awalnya kami hanya berjalan-jalan saja hingga akhirnya kami memutuskan untuk menulis nama kami di sebuah gembok dan memasangnya di salah satu sudut N Seoul Tower,banyak yang percaya bila sepasang kekasih memasang gembok cinta di tempat tersebut cinta mereka niscaya akan abadi karena gembok tersebut melambangkan cinta sepasang kekasih.

 

Park Chanyeol POV END

 

Kim Nana POV

 

Chanyeol oppa menulis nama kami di atas gembok lalu menggantungnya,menyenangkan sekali.Sudah lama kami tidak berkencan seperti ini.Setelah itu,ia mengajakku untuk menaiki Cable Car berdua.Melihat pemandangan Kota Seoul dari atas sini,membuat hati terasa tenang.Apalagi jika bersama dengannya,Park Chanyeol..Orang yang ku cintai.

Ku gosok-gosokkan kedua tanganku,tiba-tiba Chanyeol oppa menggenggam erat kedua tanganku dan perlahan-lahan ia semakin mendekat.Aku bisa mendengarkan debar jantungnya,aku bisa merasakan setiap hembus nafasnya,dan aku bisa merasakan rasa canggung yang menderanya.Ia dekatkan bibirnya ke bibirku,dan di saat inilah ku pejamkan mataku.Ku rasakan lembutnya bibir Chanyeol oppa yang menempel di bibirku sekarang,ia peluk erat tubuhku,sangat erat—

 

Kim Nana POV END

 

Park Chanyeol POV

 

Ku lepaskan tautan bibir kami berdua,ku belai lembut pipinya dan ku kecup keningnya.Nana tersenyum padaku dan itu membuatku begitu bahagia.

Pintu Cable Car terbuka,ku genggam erat tangan Nana dan ku ajak dia segera turun,ku fikir sekarang saatnya untuk pergi bermain ice skating di Grand Hyatt Hotel sekalian makan malam..Arghh lapar sekali,sepertinya Nana-pun juga begitu.

 

Park Chanyeol POV END

 

 

OoOoO

 

 

Author POV

 

Chanyeol dan Nana terlihat duduk berhadapan di salah satu meja di Grand Hyatt Hotel.Mereka tengah asik melahap makanan masing-masing sambil mengobrol kecil dan sesekali tersenyum.

Mereka berdua bangkit dan berjalan menuju ring ice skating,tetapi sebelumnya mereka meminjam sepatu ice skating dan tak lupa membayar karcisnya.Beberapa kali mereka terliah berdansa kecil di sana.Chanyeol memegang pinggang Nana,dan gadis itu melingkarkan kedua tangannya di leher Chanyeol,sungguh pemandangan yang romantis sekali.Beberapa orang terlihat mengamati mereka,bahkan ada yang sempat mengabadikan moment tersebut.

Hari semakin malam,mereka memutuskan untuk berhenti dan pulang.Jalanan juga terlihat semakin sepi,Chanyeol mengemudikan mobilnya sedikit kencang dari biasanya,tiba-tiba di pertigaan secara tak di duga munculah sebuah truk yang melaju dengan cepat juga.Mobil Chanyeol yang sedang melaju kencang itu tidak menyadari akan kehadiran truck besar bewarna silver itu.Tak bisa dihindari lagi,sebuah kecelakaan terjadi pada mereka.

Nana bahkan terlempar dari mobil dan jatuh terguling-guling di jalanan,sedangkan Chanyeol,ia terhimpit besi mobil.Tidak berbeda jauh,truck itu malah terlihat oleng ke kanan dan salah satu pria tertindas oleh badan trusk.Mereka semua terluka parah,bukan tapi salah satu dari mereka telah meninggal.

 

Author POV END

 

*****

 

Kim Nana POV

 

Ku gerakkan perlahan tanganku,ah..sakit sekali..Sekitarku gelap,tapi aku bisa merasakan aroma Rumah Sakit.Apa ini? Aku berada di Rumah Sakit? Benarkah? Tapi mengapa di sini begitu gelap? Aku tidak bisa melihat apapun..Siapa yang mematikan lampu? Mengapa gelap sekali?

Ku dengar suara pintu terbuka,tapi aku tetap tak bisa melihat “Chagiya..kau tidak apa-apa? Mianhae..” Suara ini? Aku tau..ini adalah suara Chanyeol oppa,dia memeluk dan mencium keningku…aku bisa merasakannya,tapi menagapa? Mengapa aku tetap tidak bisa melihatnya? Apa aku..?? Tidak..tidak mungkin..Aku tidak mungkin buta!!

 

Kim Nana POV END

 

Park Chanyeol POV

 

Ku peluk erat tubuhnya,sungguh aku tidak percaya bahwa penglihatannya telah rusak..Tidak..Ini tidak mungkin !! Aku tidak perduli lagi pada kakiku yang terluka ini,aku tidak perduli ! Yang aku perdulikan hanya Nana..Bagaimana bisa ini terjadi? Mengapa harus dia? Mengapa bukan aku saja?

 

Park Chanyeol POV END

 

OoOoO

 

Park Chorong POV

 

Aku berjalan bersama dengan nenek dan adik laki-laki Nana unni,mereka terlihat cemas sekali.Ingin rasanya ku jelaskan bahwa Nana unni tidak bisa melihat lagi,tapi aku tak sanggup..Wajah polos mereka begitu membuat dadaku sesak.Chanyeol oppa,ya..apalagi dia..Bagaimana dia bisa mengatakan hal ini pada keluarga Nana unni? Apa dia bisa? Apa dia sanggup melihat Nana unni dan keluarganya hancur? Tuhan..tolong bantu mereka.

Ku lihat amma dan appa sedang duduk di ruang tunggu bersama dengan Gyuri unni,tapi di mana Chanyeol oppa? Mengapa dia tidak ada? Ku hampiri mereka ber-3 dan amma langsung memelukku.Amma terisak dalam pelukkanku dan aku bisa merasakan betapa sedihnya amma sekarang,amma sangat menyayangi Nana unni,begitu juga appa.

Perlahan nenek Nana unni mendekat dan menanyakan apa yang terjadi.Semua terdiam,mereka hanya menangis dan menangis,begitu pula aku.Aku tidak tau apa yang bisa ku lakukan.Nenek Nana Unni menggoyang-goyangkan tubuh appa,amma,dan juga Gyuri unni.Tapi mereka masih menangis,sekarang? Apa aku harus memberitahu pada nenek Nana unni? Apa aku harus melakukannya?

 

Park Chorong POV END

 

*****

 

Park Chanyeol POV

 

Aku masih menemaninya dalam tangis.Ia menangis tapi tetap tersenyum.Ia hanya memeluk tubuhku begitu erat dan sesekali meneteskan air mata.Ku naikkan tubuhku di ranjang tidurnya dan ku biarkan ia menyandar di dadaku.Ku belai lembut rambutnya,jujur..Aku ingin menangis..Mengapa bukan aku saja yang buta? Mengapa harus dia? Mengapa harus kekasihku? Kekasihku yang malang.

 

Park Chanyeol POV END

 

Kim Nana POV

 

Ku sandarkan kepalaku di tubuh Chanyeol oppa,sungguh aku bisa merasakan betapa sedihnya dia.Aku tau sekarang dia pasti menyalahkan dirinya sendiri,tidak!! Tidak seharusnya begitu..Aku tidak marah..Aku tidak apa jika harus seperti ini..Aku tidak menyalahkannya..

 

Kim Nana POV END

 

 

OoOoO

 

16 Maret 2011

 

Author POV

 

3 Hari sudah Nana berada di rumah sakit,Setiap hari Chanyeol selalu datang menjenguknya,begitu juga para sahabatnya.Nenek dan adiknya juga selalu berada di sampingnya.

“Nana-ah..Mianhae” Suara serak Kim Tae He terdengar begitu pelan,perempuan setengah baya itu mengelus pipi Nana yang pucat,sungguh ia sangat sedih..Ia tidak sanggup melihat cucunya seperti ini..Ia tidak sanggup melihat cucu yang biasanya ceria tiba-tiba menjadi lebih pendiam..Dunianya gelap.

“Anio nek..Aku tidak apa-apa..Nenek jangan khawatir..Setelah keluar dari Rumah Sakit,aku akan segera masuk kerja” Gumam Nana “Anio nuna,aku tidak akan membiarkan nuna bekerja lagi! Aku adalah satu-satunya laki-laki dalam keluarga kita ! Seharusnya aku yang bekerja mencari nafkah” Kim Jong In , adik Nana, ia tiba-tiba menyela perkataan kakaknya.
Nana mendesah “Jong In-ah..nuna tak apa..Nuna masih bisa bekerja” Jawabnya yakin.Jong In berjalan menghampiri kakaknya,lalu memegang pundaknya “Nuna..ku mohon..Biarkanlah aku..”

Tiba-tiba pintu bergerak,terlihat Chanyeol dan adiknya berjalan masuk.Nana mengerutkan keningnya “Nek..siapa yang datang?” Tanyanya polos.Chanyeol membelai rambut panjang kekasihnya “Aku..aku dan adikku” Jawabnya pelan.

“Oppa…” Nana mendongakkan kepalanya,dan dilanjutkan dengan Chanyeol yang mengecup kening gadisnya “Oppa punya berita baik untukmu chagiya…” Jong In memiringkan kepalanya dan menatap Chanyeol “Berita baik? Berita baik apa hyung?” Tanyanya penasaran
Chanyeol tersenyum tipis “Dokter bilang,Nana bisa segera operasi..Sudah ada donor mata untuknya” Jawab Chanyeol “Benarkah? Mataku?”

“Ne chagiya…Rumah Sakit sudah mendapatkan mata yang cocok untukmu dari bank donor..Dokter bilang dalam waktu dekat ini kau bisa melaksanakan operasi”

Nana menutup mulutnya dengan sebelah tangannya,begitu juga Tae He.Mereka terlihat bahagia,seisi ruangan itu terlihat bahagia.

 

OoOoO

 

20 Maret 2011

 

Seorang gadis telah berbaring di ranjang menggunakan pakaian bewarna biru muda.7 orang lainnya terlihat berdiri mengelilinginya.Dokter dan suster telah masuk ke dalam kamar rawat Nana,ia dorong Nana menuju ruang operasi,sedangkan ke-tujuh orang itu menunggu di luar.

Chanyeol menghela nafas,ia memeluk erat ke-dua orang tuanya dan Park Chorong,adik perempuan kesayangannya.Lelaki itu menatap satu-persatu keluarganya,ibunya terlihat menangis.Bukan,bukan hanya ibunya.Tapi semuanya,bahkan Chanyeol juga menangis.

 

*****

 

4 jam berlalu,para suster telah membawa keluar seorang gadis dari dalam ruang operasi.Gadis itu ia tempatkan ke dalam ruang ICU.Sang dokter menemui keluarganya dan mengatakan bahwa operasi hari ini berjalan sangat lancar.Mata gadis itu sebentar lagi akan bisa melihat seperti dahulu kala.

 

Author POV END

 

OoOoO

 

 

22 Maret 2011

 

Kim Nana POV

 

Hari ini,sebentar lagi dokter akan segera membuka perban di mataku.Ingin segera aku melihat dunia seperti dulu lagi,ingin rasanya aku melihat Chanyeol oppa dan kaluargaku,begitu juga dengan teman-temanku.

Ku dengar langkah seseorang memasuki kamar rawatku,bukan..bukan satu orang,tapi banyak sekali.Ku harap Chanyeol oppa ada di antara mereka.Sudah 2 hari dia berada di Paris untuk menyelesaikan pekerjaannya.Semoga hari ini dia datang dan menyaksikanku bisa melihat lagi.

Perlahan dokter membukaa perban yang melingkar di mataku,perban yang membuatku tidak bisa melihat.Ku buka mataku perlahan-lahan..Rasanya seperti siluet,sakit sekali.Dokter menyuruhku untuk membuka lebih pelan,dan aku mengikutinya.

Samar-samar,ku lihat beberapa orang mengelilingiku.Nenek,Jong In,Chorong,Gyuri unni,amma dan appa Chanyeol oppa,dan juga dokter beserta suster.Lalu ? Di mana Chanyeol oppa?

Nenek memelukku,memelukku sangat erat,bahkan aku hampir tidak bisa bernafas,nenek menangis dalam pelukkanku.Ku gerakkan mulutku dan bertanya “Di mana Chanyeol oppa?” Tanyaku dengan suara serak.Nenek melonggarkan pelukkannya,ia terdiam.Ku lihat orang-orang di sekitarku juga terdiam,mereka membisu.Sampai akhirnya “Dia masih di Paris,ia akan segera pulang” Gumam amma Chanyeol oppa sembari mengusap lembut rambutku.
Aku mengangguk tanda mengerti,akhir-akhir ini Chanyeol oppa memang sibuk sekali,bahkan aku sering kasian melihatnya.

 

OoOoO

 

 

25 Maret 2011

 

Hari ini,3 hari sudah aku menunggu Chanyeol oppa,tapi ia tak kunjung datang.Bodoh! Ada apa dengan laki-laki itu? Mengapa ia sama sekali tidak menjengukku? Apa dia memiliki gadis lain? Awas saja kau Park Chanyeol!! Aku pasti akan memukulmu nanti!

Tubuhku terasa kaku,mungkin jika aku jalan-jalan sebentar bisa membuatnya sedikit releks.Ku langkahkan kakiku keluar dari kamar,ku lewati koridor rumah sakit.Tiba-tiba mataku tertuju pada ruangan dokter Choi.

Dia bernama Choi Siwon,dokter muda yang telah meng-operasiku.Pintu ruangannya sedikit terbuka.Ku lihat nenekku dan appa Chanyeol oppa sedang duduk di depan dokter Choi.Mereka kelihatanyya sedang membicarakan sesuatu,apa aku harus menguping? Oh tidak Nana,jangan…

“Kita harus memberitahu Nana,bagaimanapun dia harus tau!” Ku dengar dokter Choi menyebut-nyebut namaku,ada apa ini? Apa terjadi sesuatu padaku? Ku dekatkan telingaku pada daun pintu “Tapi bagaimana jika dia tidak sanggup menerimanya?” Kali ini nenekku yang berbicara,seisi ruangan menatap nenekku bingung.Appa Chanyeol bangkit dan memasukkan tangannya ke dalam saku celana “Aku juga,sekarang bukan saat yang tepat untuk memberitahu semua ini”

“Tapi tuan Park,kita juga tidak bisa menutupi hal ini” Balas dokter Choi.appa Chanyeol oppa mendesah berat dan mengangkat alisnya “Lalu? Apakah kita harus mengatakan bahwa selama ini Chanyeol tidak sedang berada di Paris? Apa kita harus jujur bahwa Chanyeol sudah meninggal? Apa kita harus mengatakan bahwa Chanyeol telah mendonorkan matanya pada Nana karena donor mata yang sebelumnya telah rusak? Bagaimana dengan perasaan Nana nanti?Bagaimana jika ia tidak sanggup menerima semua ini?”

Apa? Benarkah yang aku dengar tadi? Apa yang mereka maksud adalah Chanyeol oppa kekasihku? Apa yang mereka katakan tadi? Chanyeol oppa mendonorkan matanya padaku? Tidak..Tidak mungkin..

 

Kim Nana POV END

 

Author POV

 

Gadis itu terjatuh di lantai,ia menangis,ia tak tau apalagi yang bisa ia lakukan selain menangis.Ia menutup mulutnya dengan telapak tangan kanannya,ia terisak.

“Nana..” Gumam neneknya,perempuan setengah baya itu memeluk cucunya yang sedang menangis. “Nek..benarkah yang ku dengar tadi? Benarkah bahwa Chanyeol oppa sudah meninggal? Mengapa kalian tidak memberitahuku? Mengapa..” Gadis itu semakin terisak,dokter Choi dan tuan Park mencoba menenangkannya.

“Mianhae..kami tidak ingin membuatmu sedih” Gumam Park Jungsu “Kalian jahat,mengapa kalian membiarkan Chanyeol oppa mendonorkan matanya untukku? Percuma aku bisa melihat jika tidak ada Chanyeol oppa,lebih baik aku buta selamanya”

“Nana-ah..jangan berkata seperti itu,Chanyeol bisa sedih jika kau berkata seperti itu.Aku yakin Chanyeol sudah memikirkannya matang-matang,dia percaya ini bisa membuatmu bahagia” Gumam dokter Choi

“Tidak..Chanyeol oppa salah,bagaimana bisa dia mengira aku akan bahagia? Jika segala yang aku inginkan telah pergi dan tak akan pernah kembali..dia adalah kebahagiaanku..dia adalah salah satu alasanku untuk bertahan hidup” Gadis itu memukul-mukul lantai Rumah Sakit.

 

Author POV END

 

Kim Nana POV

 

Aku histeris,aku sangat histeris..Aku tidak bisa menerima semua ini..Mereka semua mencoba menenangkanku,tapi itu percuma..Perasaanku sakit,mengapa mereka tega membohongiku dan menganggap seolah-olah semuanya baik-baik saja?

Pandanganku kabur..Kepalaku pusing..Tubuhku lemas..perasanku bercampur aduk..Aku tidak bisa lagi..Aku tidak bisa.. “Nana-ah..Nana-ah…sadarlah..Nana-ah..”

 

 

OoOoO

 

20 Maret 2012

 

Aku berdiri di atas jembatan ini,ku tatap aliran air yang begitu tenang dan dingin.Mungkin,jika aku terjun ke dalamnya tubuhku akan membeku dan segala masalah dan bebanku juga akan ikut membeku.Aku tidak akan merasakan apa-apa lagi..

Satu hentakkan saja..Aku akan tercebur ke dalamnya “Unni..!!” Terdengar suara Chorong,aku menengok dan melihat dia sedang melambaikan tangannya.Aku tersenyum,dia berjalan ke arahku “Kita jadi berangkat?” Tanyanya padaku,aku hanya tersenyum kecil dan mengangguk.

1 jam perjalanan,kami telah sampai di taman pemakaman,ku hela nafas panjang-panjang dan berjalan mengikuti Chorong dari belakang.Hari ini,tepat setahun Chanyeol oppa telah tiada,dan hari ini .. adalah pertama kalinya aku akan melihat makamnya.

Sebelum ini,aku belum pernah datang mengunjunginya..Aku belum siap dengan kenyataan bahwa dia telah tiada,tapi sekarang? Ku harap aku telah bisa menerimanya.Ku lihat Chorong berdiri di samping sebuah batu nisan sambil tersenyum padaku.Aku melihatnya,Park Chanyeol..nama itu tergores di batu nisan tersebut.

Dadaku sesak..Nafasku tercekat..Aku tidak percaya ini benar-benar makam Chanyeol oppa.Lelaki yang sangat ku cintai,lelaki yang selalu hadir di setiap keseharianku..Lelaki yang selalu tersenyum untukku,lelaki yang selalu membuatku merasa beruntung hidup di dunia..Lelaki yang selalu memberiku kekuatan dikala aku terjatuh..Lelaki yang selama ini ku anggap sebagai Kebahagiaanku..

Aku menghela nafas panjang,lalu duduk dan membelai batu nisan itu,batu nisan kekasihku. “Hai oppa” Aku tercekat,mengeluarkan kata-kata seperti itu,kata-kata yang seolah-olah semuanya baik-baik saja.Aku menengok pada Chorong,dia tersenyum lalu berjalan menjauh dariku.

“Bagaimana kabar oppa? Sudah lama kita tidak bertemu bukan? Terakhir kali kita bertemu ketika aku akan memasuki ruangan operasi..Aku ingat saat itu kau menggenggam tanganku begitu erat,kau bahkan berkata bahwa tidak ingin melepaskan genggaman itu..”

“Oppa..jika aku tau bahwa itu adalah terakhir kalinya kau akan menggenggam tanganku..Aku pasti tidak akan melepaskannya..Sungguh..Oh ya oppa,apa kaau ingat ketika kita sedang di Namsan tower? Kau menulis nama kita di gembok dan memasangnya di salah satu sudut bukan? Kau bilang pasangan yang melakukan itu,cintanya akan abadi..”

“Lalu,kau ingat ketika kita sedang bermain ice skatting? Kau mengajakku berdansa di sana..Hhh..Menyanangkan sekali….Hingga pada akhirnya mobil kita..mobil yang kita naiki menabrak truck..”

“Aku tidak tau..Oppa..jika aku tau waktu itu adalah kencan terakhir kita..Aku pasti tidak akan ingin pulang..Aku pasti akan mengajakmu untuk lebih lama berkencan..”

“Oppa..jujur..ketika pertama kali mengetahui bahwa aku tidak bisa melihat lagi..Aku sangat hancur..Aku merasa hidupku sudah tak berarti..Tapi kau datang,kau memelukku..dan pada saat itu..Kekuatan yang menghilang seolah datang kembali..Kau membuatku merasa lebih baik”

“Hari demi hari aku hidup dalam kegelapan..tapi kau selalu datang dan membawakanku secerca sinar kehidupan..Aku ingat ketika kau tiba-tiba datang dan mengatakan bahwa aku sudah bisa di operasi..Aku bahagiasekali..sungguh…tapi mengapa oppa? Mengapa kau tidak memberitahuku bahwa ternyata donor mata untukku rusak? Mengapa kau lebih memilih untuk menggantikannya?”

“Awalnya aku mengira bahwa kau pergi ke Paris untuk urusan bisnis..Tapi suatu hari..Aku tidak sengaja..Aku benar-benar tidak sengaja mendengar percakapan dokter Choi,nenek,dan Jungsu ahjussi..mereka menyebut-nyebut nama kita..dan aku putuskan untuk mendengarnya..”
“Tiba-tiba Jungsu ahjussi mengatakan bahwa kau sudah meninggal,dia berkata bahwa kau telah mendonorkan matamu untukku..aku marah oppa,aku marah..Aku marah pada diriku sendiri..Bagaimana bisa aku membiarkan kekasihku mengorbankan hidupnya untukku? Bagaimana bisa? Saat itu,aku tidak tau lagi apa yang harus aku lakukan..Aku rapuh..aku merasa bahwa hidupku telah berakhir..Sekitarku menjadi gelap..Segelap perasaanku saat itu..”

“Berhari-hari aku menangis..aku tidak ingin keluar kamar sampai kau yang menyuruhku untuk keluar..Tapi apa? Kau tidak pernah datang..Sungguh,aku masih tidak percaya bahwa kau telah pergi..Aku berharap semua itu hanya lelucon..Hingga akhirnya..saat ini,aku benar-benar melihat kenyataan..Kenyataan yang berkata bahwa itu memanglah benar..”

“Oppa..hari ini saja..biarkanlah aku menangis di atas tempat persemayaman tubuhmu..Aku berjanji..hanya untuk hari ini saja..Biarkanlah aku mengingat masa lalu kita..Masa-masa dimana kita selalu bersama dan bahagia..Biarkan aku menangis oppa..dan setelah hari ini..Aku berjanji..Aku tidak akan menangis lagi..dan aku pasti akan hidup seperti dulu..Aku akan tersenyum,aku akan bekerja,dan aku akan menjadi Nana yang dulu…Nana yang selalu mencintai Park Chanyeol…Selamanya..”

 

 

 

*END*

 

 

Hehehe,gimana ? Ancur banget ya >< Mian kalo Typo bertebaran ^^ Tapi janji deh,nanti di FF aku selanjutnya pasti akan lebih baik lagi kekek~


MoccaciLOVE ( 1/2 )

$
0
0

moccacilove

 

 

Title : MoccaciLOVE

Author : Heena Park

Length : TwoShoot

Genre : Comedy,Romance

Ratting : PG

Poster by  Ayuieo || Ayri Cafe

 

Main Cast :

-Do Kyungsoo

-Park Hyun Ri

 

Backsong :

-La Cha Ta *f(x)

-White Winter  *Kim Bum Soo feat Lena Park*

 

Cuap-cuap Author  : Helo para readers kece,hehehe…Heena Park kembali hadir menemani hari anda :D Kali ini saya datang dengan sebuah FF yang dikhususkan untuk bang D.O *apacoba* *watdepak* Oh ya,sebenernya ni FF Oneshoot ,tapi karena saya kira terlalu panjang.Akhirnya saya jadiin TwoShoot *plak

 

Disclaimer : FF ini adalah murni milik saya ! Di larang keras melakukan Plagiarsm terhadap FF ini ! Jika melanggar,barbel Agung Hercules melayang huakakakka~.Dan FF ini sudah pernah saya share di http://exofanfictionindonesia.wordpress.com/

 

 

====>

 

 

 

Dalam Kopi ,Ada Cinta

 

Aneh bukan ? Namun itulah kenyataannya—Pria itu,aku jatuh cinta padanya.Pada kopinya.Bukan,bukan kopi buatannya.Tapi kopi yang ada di kedainya.Moccacino—Aku sangat menyukainya.

Dia,lelaki tampan dengan senyuman yang begitu manis dan menyejukkan hati.Sungguh,menyenangkan bila berlama-lama dengannya.Seolah segala masalah hilang bagitu saja—Tunggu,dahulu awalnya aku berfikir bahwa berlama-lama dengannya adalah suatu bencana.Hahaha,bodoh.

Namun,sekarang aku benar-benar sadar.Segala hal tentangnya—Senyumnya,suaranya,gerakkannya,nafasnya dan semuanya—Aku yakin bahwa dia yang terbaik.

Mr.Moccacino-ku , Do Kyungsoo.

 

 

OoOoO

 

Flashback

 

 

“Terima kasih,jangan lupa datang kembali” Ujar ahjumma di toko roti itu padaku.Aku membungkuk dan meng-iyakan perkataannya.Sungguh perkataan yang sangat familiar yang dikatakan oleh semua penjual.

Aku berjalan di trotoar sembari memainkan plastik kecil bewarnya putih di tanganku.Ku ayunkan plastik kecil bertuliskan Toko Roti yang baru saja ku datangi tadi.Sebenarnya,aku tidak ingin membeli roti namun ku lihat toko roti ahjumma tadi sepi sekali,jadi aku mencoba masuk dan merasakan , apakah rotinya seburuk itu ? Hingga tidak ada yang datang ? Entahlah—

Sepertinya enak jika menyantap roti ini sambil menikmati secangkir moccacino hangat,apakah ada kedai kopi di sekitar sini ? Ku harap ada.Tiba-tiba mataku menangkap sebuah kedai kopi yang terletak di pinggir jalan raya.Tak butuh waktu lama untuk ke sana,aku hanya tinggal menyeberang jalan dan masuk ke dalam kedai tersebut.

Sebuah kedai kecil yang lumayan indah.Tertulis nama K-Coffee di kedai tersebut.Entah apa artinya,bisa saja Korean Coffee,atau-pun yang lainnya.Baiklah Hyun Ri, hentikan pemikiran tak jelas itu.Sama sekali tidak penting membicarakan apa arti dari huruf K pada K-Coffee tersebut.

Lebih baik sekarang aku membuka daftar menu dan mulai pesan.Aku tidak ingin berlama-lama.Akhirnya ku putuskan untuk memesan secangkir moccacino.Hei, bukankah tadi aku ke sini memang untuk membeli itu ? Bodoh sekali.

Tak lama kemudian pesananku-pun datang,oh senangnya bisa meminum moccacino hangat di saat udara sedingin ini.Aku meniup-niup pelan moccacino-ku dan mengeluarkan sebuah roti yang tadi aku beli di toko ahjumma yang tak jauh dari sini.Ku buka bungkus roti itu dan hendak memasukkannya ke dalam moccacino sebelum tiba-tiba seseorang mengambil moccacinoku dan menariknya dengan cepat

Aku terkejut melihat perlakuan orang itu,tak terima aku-pun berdiri dan menanyakan apa maksudnya “Mian,apa maksud anda mengambil moccacino milik saya?”

Orang itu membungkuk “Maaf nona,tapi sepertinya moccacino ini bukan milik anda,seharusnya moccacino ini adalah milik orang yang diseberang sana” Ujar orang itu tak mau kalah.

Aku membuang roti di tanganku ke lantai “Hei tuan ! Kau tidak bisa mengambil ini begitu saja untuk diberikan kepada orang lain.Lagipula ini sudah menjadi milikku sekarang”

“Maaf nona,ini sudah menjadi peraturan di sini bahwa yang pertama memesan harus di dahulukan” Ujar lelaki itu lagi,ia sepertinya tak mau kalah.Lagipula,siapa dia ?

“Tuan,bagaimanapun ini sudah menjadi milikku,lagipula apa susahnya menunggu moccacino baru ? Hah ! dan kau,tuan ini siapa ? Berani sekali berlaku seperti ini kepada saya ? Saya bisa mengadukan tuan pada manager kedai kopi ini”

Orang itu tertawa kecil “Silahkan saja anda adukan”  Ujarnya santai.Hei,apa lelaki ini menantangku ? Baiklah kalau begitu.

Aku segera memanggil salah satu pelayan di sana dan menyuruhnya memanggil manager dari kedai tersebut.Namun,pelayan itu tak bergerak.Ia menatap orang aneh yang membawa moccacinoku tadi.Apa ? Apa maksudnya ? Apa lelaki itu ?

“Manager kedai ini,dia di depan nona” Ujar pelayan itu padaku.

Apa ? Bagaimana mungkin ? Jadi orang aneh ini ? Dia manager kedai kopi ini ? Ah sial !!!! Pantas saja dia tak takut sama sekali ketika aku akan mengancam untuk mengadukannya pada manager kedai ini.Ternyata ialah pemiliknya.

“Jadi ?” Orang itu mendekatkan kepalanya padaku,ia menatapku puas.Seolah-olah ia telah menang dari suatu lomba,argh..menyebalkan.Bisakah aku menjambakknya ? Bisakah aku menendangnya ? Bisakah aku memukulnya ?

“Baiklah nona,anda harus mematuhi peraturan ini.Jadi duduklah dan tunggu moccacino anda yang sebenarnya,dan saya akan mengantarkan moccacino ini pada pemilik yang sebenarnya” Sambungnya lagi lalu pergi.

Apa ? Menunggu lagi ? Awas kau , aku pasti akan membunuhmu! Argh~

Tidak,aku tidak mau menunggu lagi.Lebih baik aku pergi saja.Apa-apaan ini ? Kenapa orang semenyebalkan dia bisa memiliki kedai kopi ini ? Apakah pembeli di sini tidak merasa sebal padanya ? Atau mereka yang telah kebal ? Hah bodoh.

Tidak ada pilihan lain,daripada aku malu dan merasa kesal berada di sini.Lebih baik aku pergi.Lelaki berjabatan manager itu benar-benar membuat moodku hilang.Siapa ? Siapa namanya tadi ? Hah,tidak penting.

Akhirnya aku-pun berjalan pergi.Ku lihat orang aneh tadi menatapku dari jauh sambil menahan senyum di wajahnya.Hei,tak usah kau sembunyikan seperti itu ! Aku tau kau sedang tertawa melihatku kesal seperti ini ! Menyebalkan sekali lelaki itu,jangan sampai aku bertemu dengannya lagi.

Setelah lumayan jauh dari sana,ku rogoh saku-ku dank u ambil ponselku.Tiba-tiba aku teringat bahwa tas-ku masih tertinggal di kedai tadi.Pantas saja rasanya ringan sekali ketika aku berjalan ! Hash bodoh sekali kau Park Hyun Ri.Bagaimana bisa begini ? Aku tidak mungkin kembali ke sana,dan membuatku malu karena bertemu dengan si manager menyebalkan itu.Tidak,tidak,dan tidak.

Huft~ Bagaimana sekarang ? Aku memutar otakku dan tiba-tiba saja ponselku berdering.Ku lihat nama Eun Bi ahjumma tertera di sana,segera ku angkat telepon darinya dan mulai berbicara panjang lebar.

“Yoboseo ahjumma…ne..aku akan segera menuju rumah ahjumma..hanya saja….”

 

Hyun Ri POV END`

 

*****

 

Kyungsoo POV

 

Aku mengamati gadis itu pergi meninggalkan kedai kopiku,sungguh aku ingin tertawa karena ekspresinya begitu lucu.Namun,kasian juga dia.Mungkin dia malu dan aku yakin dia pasti mengutukku di dalam hatinya.

Semakin lama,ia semakin tak terlihat.Ia mulai menghilang dari padanganku.Lucu sekali hari ini,aku belum pernah mendapati pembeli seperti itu sebelumnya.Sangat lucu—

“Tuan..” Tiba-tiba salah seorang pelayanku datang dan membawa sebuah tas lengan wanita bewarna krem. “Ada apa ?” Tanyaku padanya.

“Saya menemukan ini di meja nomor delapan belas.Sepertinya milik nona yang baru saja pergi tadi” Nona yang baru saja pergi ? Apa yang dia maksud? Pasti benar.

“Biar aku yang bawa,kau kembalilah bekerja” Jawabku seraya mengambil tas lengan itu darinya lalu masuk ke dalam ruanganku.Sesampainya di dalam,ku hempaskan tubuhku ke sofa dan kusandarkan pundakku ke sandaran sofa.Ku lihat tas lengan itu sebentar.Apa aku harus membukanya ? Tapi itu tidak sopan.Hei,tak apa.Lagipula aku hanya ingin memastikan apakah ini benar-benar milik gadis yang tadi.

Tak mau berlama-lama akhirnya aku membuka tas lengan itu.Ku lihat ada dompet,sisir,kaca,sapu tangan,beberapa lembar kupon dari sebuah kedai kopi lain , dan sebuah body lotion.Ternyata seperti inilah tas wanita.

Ku ambil dompetnya dan ku cari kartu identitasnya.Oh tidak..ini dia,sungguh.Bolehkah aku tertawa sekarang ? Gadis ini begitu lucu.Ia berfoto di KTP dengan rambut yang ia kucir di atas,sambil memasang senyum yang begitu manis.Ah~ Lucu sekali.

Ku lihat pada kolom nama,Park Hyun Ri—Nama yang bagus.Jadi itu namanya ? Nama si gadis aneh dan lucu tadi ? Tunggu dulu.Dia tadi pergi dengan ekspresi seperti itu.Aku tidak yakin ia akan kembali dan mengambil tas ini jika ia tersadar bahwa tas lengannya tertinggal.Dia pasti tidak sudi menginjakkan kaki ke kedai milikku lagi.Benar,benar bisa ditebak.

Sudahlah,lebih baik ku fikirkan saja ini nanti.Sekarang waktunya untuk bekerja Do Kyungsoo.Ingat,bekerja.Aku mencoba fokus terhadap pekerjaanku.Namun,apa ini ? Mengapa gadis itu masih saja terbayang-bayang olehku ? Bukan,aku tidak jatuh cinta dengannya.Hanya saja ekspresinya yang lucu membuatku terbayang-bayang dan selalu ingin tertawa ketika mengingatnya.Lucu bukan ? Aku tau.

Empat jam berlalu,para karyawanku sudah mulai membereskan kedai kopi ini.Ku ambil mantelku dan tak lupa tas lengan gadis itu lalu beranjak pergi untuk pulang ke rumah.Perjalananku ke rumah memakan waktu sekitar empat puluh menit.Sedikit jauh memang,tapi tak masalah.

Sampai di rumah ku parkirkan mobilku di dalam garasi dan turun.Ku tekan bel pintu berkali-kali karena memang aku tak terlalu suka membawa kunci rumah,hahaha.Lagipula jika aku membawa kunci rumah,bisa-bisa kunci itu hilang.Aku tidak terlalu suka membawa benda-benda kecil seperti itu.

Lama sekali pintu terbuka,kemana mereka semua ? Kenapa sepi sekali ? Haruskah aku mendobrak pintu ini ? Oh tidak,aku takkan membiarkan tubuhku terluka hanya karena tak bisa masuk ke dalam rumahku sendiri.Baiklah,mungkin aku harus mengetuk pintu.Bisa saja bel rumahku rusak sehingga mereka yang berada di dalam rumah tidak mendengarku sama sekali.

Klek…

Seorang gadis muda membukakan pintu,dia memakai piyama dan sandal rumah dengan boneka angry birds di ujungnya.Ia terlihat menguap beberapa kali sambil menutupinya dengan tangannya.Gadis ini?

“Kau..” Ujarku tergagap sambil menunjuk gadis itu

“Eh..kau…” Gadis itu tiba-tiba saja membelalakkan matanya.Matanya terlihat merah,sungguh aku tau bahwa ia sedang mengantuk.

“Ke..kenapa kau ada di sini ?” Tanyaku lagi

“Jadi kau tinggal di sini ? Ah~”

“Eh,kenapa kau malah bertanya balik padaku?”

“Ada apa di luar?” Tiba-tiba suara ammaku terdengar menengahi kami.Benar,tak lama kemudian ammaku ke luar dan menghampiri kami berdua.Dia terlihat sedikit shock melihat Hyun Ri memelototkan matanya kepadaku.

“Hyun Ri,ada apa ?” Tanyanya pada Hyun Ri.Baiklah,kenapa amma harus menyebut nama Hyun Ri dahulu ? Bukankah aku anaknya? Huft

“Mwo ? Aniya..tidak ada apa-apa ahjumma” Jawab Hyun Ri.Benar-benar berbeda dari apa yang ku fikirkan,ku kira Hyun Ri akan menceritakan panjang lebar kejadian tadi sore pada ammaku ternyata tidak.Ia sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda untuk mengatakan itu dan malah mencoba untuk masuk ke dalam rumah.

“Mian ahjumma..Hyun Ri masuk dahulu ne” Ujarnya.Amma mengangguk dan membiarkan Hyun Ri masuk ke dalam rumah.Apakah gadis itu menjauhiku ? Tentu saja.

“Kyungsoo” Amma menyiku lenganku.Aku menatapnya dengan tatapan tak mengerti “Ne ?”

“Gadis tadi,dia anak teman perempuan amma.Dia akan tinggal di sini untuk beberapa minggu,ku harap kau tidak keberatan” Ujar amma padaku.Aku menggeleng “Tentu saja tidak”

“Bagus,kalau begitu besok kau bisa berkenalan dengannya.Kelihatannya ia lelah sekali hari ini” Sambung amma lagi.Aku mengangguk dan masuk ke dalam rumah bersama amma.Ku langkahkan kakiku menaiki tangga,namun amma tiba-tiba saja menyelaku “Kyungsoo,kau mau ke mana ?” Tanya amma padaku.

Aku tak mengerti akan pertanyaannya , tentu saja aku ingin ke kmar.Seolah mengerti apa yang sedang ku fikirkan.Amma tiba-tiba saja kembali berkata “Oh tidak,jangan bilang kau mau ke kamar.Mulai sekarang kau tidur bersama dengan hyungmu karena kamarmu akan dipakai oleh Hyun Ri sampai ia pulang nanti”

“Mwo ?” Aku tak bisa menyembunyikan perasaan kagetku.Apa-apaan ini ? Bagaimana mungkin amma memberikan kamarku pada Hyun Ri ? Hei,di sana banyak barang pribadiku.

“Ta..tapi amma..”

“Sudah,sekarang menuju ke kamar hyungmu dan segeralah mandi.Ku harap dia tidak keberatan berbagi kamar denganmu” Ujar amma kemudian masuk ke dalam kamarnya.Dan aku ? Bagaimana mungkin aku tidur dengan Kyungmin hyung ? Bisa-bisa aku di suruh tidur di bawah.Hah~

Mana mungkin Kyungmin hyung mau berbagi kamar denganku ? Amma benar-benar..arghhh~

 

Kyungsoo POV END

 

OoOoO

 

Hyun Ri POV

Pagi telah menjelang,ku gerakkan tubuhku perlahan dan turun dari ranjang di dalam kamar lelaki menyebalkan kemarin.Hah,penat sekali melihat fotonya yang berada di dalam kamar ini.Merusak pemandangan saja—

Ku ambil handuk dan masuk ke kamar mandi , untuk apa ? Pasti untuk mandi.Mana mungkin aku masuk ke kamar mandi untuk menonton TV.Tak lama aku telah selesai mandi.Lalu aku turun dan berjalan menuju ke dapur.Namun ketika sampai di ruang tamu,aku melihat sesosok penampakkan.Bukan,sebenarnya bukan penampakkan.Tetapi sosok lelaki menyebalkan kemarin.Aku lebih suka memanggilnya dengan sebutan penampakkan.

Eh,dia tidur dengan lucu.Aku belum pernah melihat lelaki semanis ini sebelumnya , sungguh.Apa ? Apa yang ku katakana tadi ? Hei , Park Hyun Ri berhentilah memikirkan yang tidak-tidak—Ingat dia itu orang yang menyebalkan.

Tiba-tiba mataku mendapati sebuah tas lengan bewarne krem.Benar,itu milikku yang ketinggalan di kedai kopi kemarin.Jadi dia yang membawanya sekarang ? Aku harus segera mengambilnya sebelum ia terbangun dan membuat masalah baru.

Pelan , pelan saja Park Hyun Ri.ambil tas-mu pelan-pelan..sangat pelan..pelan..lebih pelan lagi Park Hyun Ri..

Klep (?)

Yak,ada apa dengan lelaki ini ? Kenapa ia memegang tangannku ? Hash menyusahkan saja.Ku gunakan tangan kiriku untuk mendorong tangan kananku yang digenggam oleh lelaki ini.Namun apa? Dia malah menyeretku ke dalam pelukkannya.Hei,bodoh dia tidur di sofa dan aku bisa terjatuh jika harus berdua dengannya di sofa seperti ini.

Ah~ Dia memelukku dengan erat.Sekurus itukah aku ? Sampai ia menganggapku sebagai guling ? Hah.Aku mencoba memberontak.Namun lelaki ini dalam keadaan tidur seperti ini saja masih tetap bisa memelukku dengan erat.Oh God~

Aku mencoba mengambil remote di meja dengan tanganku sebisanya.Akhirnya remote itu-pun telah berada di genggamanku dan akan segera ku gunakan untuk memukulnya,hahahaha.

Dag!

Lelaki itu terbangun,ia membelalakkan matanya kaget lalu melepaskan pelukkannya begitu saja dan di saat itulah aku merasa tubuhku terbentur ke lantai

“Aw..” Rintihku.

“Kau ? Apa yang kau lakukan padaku ?” Tanyanya

Bodoh,bukankah aku yang seharusnya berkata seperti itu ? Kenapa sekarang terbalik ? Menyebalkan sekali.

“Kyungsoo..” Terdengar suara dari Eun Bi ahjumma,dan lelaki bernama Kyungsoo itu terkaget,ia terpeleset dan jatuh tepat di atas tubuhku.Sial,untung saja dia tidak terlalu berat.Tapi,hei ! Dia berada di atas tubuh perempuan

“Eh,apa yang sedang kalian lakukan ?” Tiba-tiba saja Eun Bi ahjumma dan Kyungmin oppa sudah berada di depan kami.Oh tidak,mereka pasti mengira yang bukan-bukan . Do Kyungsoo !

Lelaki itu cepat bangkit dari tubuhku,aku-pun juga ikut bangkit dan duduk “Ahjumma..oppa..kami,kami tidak melakukan apapun” Ujarku tergagap

“Ne,tadi aku tidak sengaja terpeleset dan mengenainya” Sambung lelaki disampingku.

“Apakah tadi itu mimpi ?” Ujar Eun Bi ahjumma “Aniya amma,itu bukan mimpi” Sahut Kyungmin oppa.Ah~ apa yang sedang mereka fikirkan ?

“Amma..hyung ! berhentilah berfikir yang tidak-tidak” Lelaki itu berkata dengan nada yang lebih tinggi “Sudahlah,aku ingin sarapan dulu” Sambungnya lalu pergi.

Enak sekali dia langsung meninggalkanku begitu saja.Eh tunggu,kenapa tas lenganku juga ikut ia bawa pergi.Hei ! Apa dia mencari masalah denganku?. Aku langsung terbangun dan mengejarnya ke dapur.Sungguh,aku tau bahwa sebenarnya Eun Bi ahjumma dan Kyungmin oppa merasa aneh dengan sikapku dan sikap si lelaki aneh.Biarlah,apa perduliku—Sekarang yang paling penting adalah aku harus segera mengambil tas lenganku.

Lelaki itu berdiri di depan jendela di samping dapur sambil menatap kolam renang,ia menatap tas lenganku.Kenapa dia menatapnya seperti itu ? Jangan-jangan ?

Srekkk

Ku rebut tas lenganku darinya,percayalah padaku sekarang lelaki itu sedang memasang tampang bodoh dan polosnya seolah ia tak tau apa-apa.Lama dia diam akhirnya lelaki itu mulai berkata “Eh kau..”

“Apa ? Apa ? Ini milikku,kau mau protes seperti kemarin ?”

Lelaki itu tertawa hambar mendengar perkataanku.Memang ada yang lucu ? Apa aku salah berkata-kata ? Ku rasa tidak.

“Oh,jadi karena itu kau membenciku ?” Tanyanya geli.Aku terkekeh mendengar pertanyaannya yang sama sekali tidak masuk dalam pembicaraan sebelumnya “Apa ? Aku tidak membencimu” Ujarku “Hanya sedikit merasa kesal padamu” Sambungku dengan intonasi yang sangat pelan.Mungkin ia tidak mendengarnya.

“Apa ?” Dia mendekatkan kepalanya padaku,ku dorong tubuhnya agar menjauh “Jangan mendekatiku” Ujarku dengan bodohnya.Alhasil lelaki itu-pun semakin tertawa—Park Hyun Ri,bodoh sekali kau ini !

Aku menengok dan melihat Eun Bi ahjumma dan Kyungmin oppa mulai memasuki dapur.Segera aku duduk di kursi meja makan dan mengabaikan si lelaki aneh bernama Do Kyungsoo itu.Tak lama kemudian si lelaki aneh itu-pun juga duduk,ia duduk di sampingku.Apa dia sengaja? Hah ?!

 

*****

 

“Eh..aku tidak mau,kenapa kau terus memaksaku” Ujarku pada Kyungsoo yang masih menari-narik tubuhku menujuku ke kedai kopinya.Bodoh sekali lelaki itu,ia menceritakan kejadian kemarin kepada ibunya dan ibunya menyuruhku untuk ikut dengan lelaki ini ke kedai kopi miliknya sebagai permintaan maaf tentang hal yang kemarin telah terjadi.”Aduh,kau ini..Lepaskan tanganku” Rontaku lagi.

Akhirnya lelaki ini melepaskan tanganku di depan meja yang sempat ku dudukki kemarin.Apa dia sengaja ? Mau mempermalukanku lagi ? Aku akan memukulnya kalau sampai ia melakukan itu.

Berbeda dengan apa yang aku fikirkan,tiba-tiba salah satu pelayannya datang dan membawakan segelas moccacino hangat di cangkir yang sama persis dengan kemarin.Apa ini ? Hash~

“Minumlah” Ujarnya padaku,ia mengambil moccacino tersebut dari nampan dan ia berikan padaku.Aku tidak langsung mengambilnya,aku menatapnya sambil menyipitkan mata. “Ayolah,kau takut aku menyampurkan racun di dalamnya? Bukan aku yang membuatnya,jadi jangan khawatir” Sambungnya

Apa ? Jadi jika ia yang membuatnya,ia akan menyampurkan racun di dalamnya? Awas kau Do Kyungsoo !

“Jadi nona,kau mau meminumnya atau akan yang akan memasukkannya ke mulutmu ?”

Aku mengerjap,lelaki ini benar-benar menyebalkan.Segera ku ambil moccacino darinya dan ku sesap perlahan,oh nikmatnya~

“Baiklah,kalau begitu sekarang kau sudah tidak memiliki alasan untuk membenciku bukan ?” Ucapnya lagi.Dia tersenyum dengan manis.Oh God~ Apa yang ku fikirkan ? Manis? Manis? Sudah dua kali aku berkata bahwa dia manis.Apa aku sudah mulai gila ?.Tak ingin pipiku memerah,segera ku alihkan pandanganku darinya “Aku tidak membencimu.Sudah ku bilang,aku hanya sedikit kesal..Sudahlah,aku mau pergi.Aku ingin memotret” Ujarku lalu meninggalkan cangkir kosong di meja.Aku berjalan ke arah jalan raya lalu berhenti dan berbalik kebelakang sebentar “Terimakasih untuk moccacinonya” Ujarku lembut,lalu tersenyum padanya.

Tunggu ? Tersenyum ? Sejak kapan aku tersenyum kepadanya ? Ku pukul-pukul kecil kepalaku.Park Hyun Ri.Kenapa kau sepolos itu ? Kenapa kau tersenyum padanya ? Kau tidak boleh tertarik padanya.Ingat itu.

 

 

Hyun Ri POV END

 

Kyungsoo POV

 

“Aku tidak membencimu.Sudah ku bilang,aku hanya sedikit kesal..Sudahlah,aku mau pergi.Aku ingin memotret” Ujarnya padaku,lucu sekali ekspresinya.Ia terlihat salah tingkah,bibirnya ia manyunkan seperti anak kecil lalu menaruh cangkir dan beranjak pergi.

Aku hanya melihatnya berjalan menjauhiku.Tiba-tiba ia berbalik—Caranya berbalik seolah ia ragu.Mungkin dia sedang sedikit berfikir saat itu.Namun akhirnya ia lakukan juga.Dia tersenyum,cantik sekali,lalu berkata “Terimakasih untuk moccacinonya” Senyumnya,rasanya aku ingin terbang sekarang.Gadis ini tersenyum dengan begitu manis.

Tak lama,ia lalu berbalik dan benar-benar berjalan pergi dan aku ? Aku-pun juga masuk ke dalam ruanganku di kedai ini.K-Coffee.Kalian tau ? K-Coffee itu berarti Kyungsoo Coffee.Sangat mudah di tebak bukan ?

Ku hempaskan tubuhku di kursi,dan ku buka laptopku.Ku cari nama gadis itu di internet.Rupannya ia cukup terkenal sebagai seorang photographer.Beberapa karyanya terlihat muncul di google.Ku amati sebuah foto.Seorang gadis sedang duduk di antara lebatnya rumput ilalang.Foto itu di ambil dari samping bawah,dan sang gadis sedang mendongak menatap langit yang berawan.Di saat itulah aku sadar,bahwa dia memotret dirinya sendiri.Sungguh indah,ia memang sangat berbakat.

Namun,tak berangsur lama aku mengamati karya-karyanya.Teringat bahwa aku harus fokus terhadap pekerjaan.Akhirnya ku tutup jendela internetku dan mulai mengerjakan hal lainnya.

Ku lihat dari jendela malam telah datang,ku tengok jam di dinding yang ternyata telah mengarah pada pukul 21 KST.Sudah malam,waktunya aku untuk pulang.Sebenarnya , hari ini aku harus lembur tapi tiba-tiba saja rasanya aku malas.

Drrttt..

Ponselku bergetar,ku amati sebentar dan segera ku sahut ponselku itu.Ku tekan tombol terima dan taruh di telinga “Yoboseo” Ujarku dengan nada agak heran.Tumben sekali amma menelfonku malam-malam begini.

“Kyungsoo~ah…kau di mana ?” Jawab amma dengan nada yang terdengar bingung.Aku memandangi sekitar dan menjawab “Di Kedai,bukan tapi di ruanganku yang berada di kedai,wae amma?”

“Hyun Ri…Dia belum pulang ! Amma sudah coba menghubunginya,tapi ternyata ponselnya tertinggal di kamar.Amma takut dia tersesat,ini adalah pertama kalinya dia ke Seoul” Gumam amma dengan nada serius.Benar,Hyun Ri baru pertama kali datang ke Seoul.Sebelumnya gadis itu tinggal di Paris,dan ia ke Seoul adalah untuk memotret.Seperti tadi yang ku katakana,ia adalah seorang photographer.

“Mwo ? Baiklah,biar aku yang mencari Hyun Ri” Jawabku khawatir.Hash..gadis itu ada-ada saja,kemana dia ? Kenapa malam-malam seperti ini belum pulang ?

Setelah ku tutup telfon dari amma,segera ku ambil mantelku dan aku berjalan menuju ke mobil.Ku tancap gas dan ku jalankan mobilku tanpa arah,karena Hyun Ri bisa berada di mana saja,atau jangan-jangan dia telah tersesat sampai ke luar kota ? Ya Tuhan..

 

Kyungsoo POV END

 

*****

 

Hyun Ri POV

 

Oh God..di mana aku sekarang ? Bodoh kau Park Hyun Ri,bagaimana bisa kau tersesat sampai ke tempat ini ? Lagipula,bagaimana jika aku sudah berada di luar Seoul ? Ponsel ? Oh tidak,aku lupa membawa ponsel..Ya Tuhan..

Aku berjongkok di pinggir jalan sambil menutup mukaku dengan kedua telapak tanganku,aku menangis terisak seperti anak kecil yang hilang dari rumah.Bedanya,aku tersesat dan anak kecil itu hilang.Ah sudahlah—Jalanan sangat sepi,tidak ada kendaraan yang melintas sama sekali.Bagaimana caranya aku bisa pulang sekarang ? Aku sama sekali tak tau arah jalan menuju rumah ahjumma.

Puk..

Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku.Sungguh,jantungku sekarang berdebar lebih cepat.Bagaimana jika dia orang jahat ? Bagaimana jika dia hantu ? Bagaimana jika dia ?

“Park Hyun Ri ?”

Suara itu ? Aku melepaskan kedua telapak tanganku dari wajahku,ku lihat seorang lelaki sedang berdiri di sampingku sambil memasang wajah bingung.Lelaki itu ?

“Kyungsoo oppa” Ujarku ,aku berdiri dan memeluk lelaki itu sambil menangis tersedu-sedu.Aku tidak tau lagi harus berkata apa.Yang aku tau sekarang hanyalah,dia datang dan dia menyelamatkanku

 

Hyun Ri POV END

 

Kyungsoo POV

 

Deg!

Jantungku berbedar dengan kencang begitu gadis itu memelukku,ia menangis dalam pelukanku.Aku bisa merasakan rasa lega di dadanya setelah bertemu denganku—Bukan,bukan seperti itu.Maksudku setelah bertemu dengan orang yang ia kenal di Seoul.

Aku tak tau harus melakukan apa sekarang,mungkin lebih baik aku membalas pelukkannya dan membiarkan dia merasa lebih tenang sedikit.Ya,begitu lebih baik.

Setelah ku rasa ia cukup tenang,ku longgarkan pelukkanku dan bertanya padanya “Kau baik-baik saja ? Apa ada yang terluka?”

Dia menggeleng dan masih menangis seperti anak kecil “Tidak..aku tidak apa-apa” Jawabnya manja.Aku mengerti rasa takut dalam dirinya.Bagaimanapun ia adalah seorang perempuan,aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri jika hal ini terjadi lagi padanya.

Hei tunggu,kenapa aku harus menyalahkan diriku sendiri ? Memang dia siapaku ? Kekasihku ? Ibuku ? Tentu saja bukan.Tapi,tadi dia memanggilku oppa.Hahaha,kejadian ini ternyata sedikit menguntungkan juga bagiku.

“Bisakah kita pulang sekarang?” Tanya Hyun Ri,aku mengangguk dan melepas mantelku kemudian ku pakaikan ke tubuhnya.Aku tau dia pasti sangat kedinginan.Lalu kami masuk ke dalam mobil dan pulang.

 

Kyungsoo POV END

 

TO BE CONTINUED


Intuition (Chapter 5)

$
0
0

Intuition

Author : @ghinaga

Cast :

Luhan (Exo-M)
Lee So Hee (OC) / You
Suho / Kim Joon Myeon (Exo-K)
Oh Sehun (Exo-K)
Ji Yeon (T-Ara)
Se Na (OC)
Lee So Hyun (OC)

Genre : Sad, Romance, Friendship

Length : Multi-Chapter

Rating : Teen

A/N : anyeong ^^ mian kelamaan yah readers ? soalnya kemaren author harus focus sama TO.. tapi, sekarang TO-nya udah beres kok ^^ oh, iya disini ada moment-nya Luhan sama So Hee lho~ soalnya kemaren ada yang minta moment mereka.. so, let’s to the story ! happy reading~

 

~oOo~

I.N.T.U.I.T.I.O.N

~oOo~

Semua telah kembali seperti semula. Dimana So Hee bisa kembali beraktivitas seperti saat dimana ia bisa melihat. Namun, sesuatu terjadi. Ayah So Hee, Tuan Lee, jatuh sakit. Sehingga So Hee sebagai anak tertua, harus menggantikan posisi ayahnya sebagai presdir sementara Tae San Group.

Tae San Group merupakan perusahaan turun-temurun. Pertama kali dirintis oleh kakek So Hee. Sebuah perusahaan yang memiliki cabang di berbagai bidang. Dimana ribuan pekerja mempertaruhkan hidupnya pada Tae San.

Memang terasa begitu mendadak. Walaupun So Hee memanglah seorang gadis yang cerdas dan pandai berargumen, namun diusianya yang masih muda dan belum memiliki banyak pengalaman ia harus menjabat sebagai presdir sementara.

 

Rapat direksi hari ini, cukup membuat So Hee kelelahan. Apalagi, dia harus menyelesaikan proyek yang ia kepalai sebelum menjabat sebagai presdir sementara.

Tapi, bagaimanapun juga So Hee tetaplah seorang gadis muda yang membutuhkan kasih sayang.

 

Tok..tok..

 

“masuk..” kata So Hee yang masih sibuk memeriksa beberapa laporan keuangan Tae San.

“nuna !” panggil seorang anak laki-laki sambil berlari kearahnya.

So Hee mengangkat kepala, membuat matanya dapat melihat sosok dongsaeng dan eomma-nya yang sedang berjalan menghampirinya.

So Hyun langsung menyerbu kakaknya. “nuna.. nuna tidak lupa ‘kan ?” tanya So Hyun yang masih memeluk erat So Hee.

“iya, aku tidak lupa..” kata So Hee seraya melepas pelukkannya lalu tersenyum pada eomma-nya.

“apa kami mengganggumu ? kau tampak lelah, So Hee.” tanya eomma.

So Hee menggeleng pelan. “hari ini ‘kan ulang tahun So Hyun.. tentu aku harus merayakannya tanpa rasa lelah, bukan ?”

So Hyun tersenyum pada nuna-nya yang sedang mengacak-acak rambutnya itu.

“kalau begitu, ayo berangkat !”

 

~oOo~

I.N.T.U.I.T.I.O.N

~oOo~

 

Tae San Department Store~

“selamat sore, presdir..” kata seorang pegawai sambil membungkukkan badannya pada So Hee.

“jangan panggil aku presdir. Sekarang aku sama dengan pemebeli lainnya.”

Pegawai itu hanya tersenyum, lalu pergi meninggalkan mereka untuk menggambilkan sepasang sepatu yang diinginkan So Hyun.

“Luhan masih datang ke rumah sakit ?” tanya So Hee datar pada eomma-nya.

“iya. Ternyata dia itu perhatian sekali, ya ?”

“o, ya eomma. Sampai saat ini, masih ada pertanyaan yang mengusik pikiranku. Dan itu benar-benar membuatku tak dapat berkonsentrasi.”

“apa ?”

“siapa yang mendonorkan mata ini untukku ?”

 

~oOo~

I.N.T.U.I.T.I.O.N

~oOo~

 

Kututup keran air itu setelah mencuci bersih kedua telapak tanganku. Kupandangi bayangan diriku yang ada di cermin besar.

“Joon Hee.. jadi, ini mata Joon Hee ?”

 

Kulangkahkan kakiku keluar dari toilet yang ada di Tae San Departement Store. Tak kusangka, aku menangkap sesosok namja yang tak lain adalah Suho !

“Suho-oppa ?” panggilku agak ragu. Dan benar saja, namja berjas hitam itu menoleh lalu tersenyum hangat padaku.

 

Café~

“bagaimana keadaanmu sekarang ?” tanya Suho padaku. Tatapannya masih hangat. Ini membuatku semakin bersalah, apalagi setelah mendengar cerita panjang lebar dari eomma.

“aku baik-baik saja..”

“syukurlah.. aku ikut senang. Tapi, kudengar Tuan Lee dirawat ?”

“eung.. appa jatuh sakit, sehingga sekarang aku harus menggantikan posisinya untuk sementara.”

Deeerrtttt.. *bunyi macam apa ini ?? -,-*

Kurasakan ponselku bergetar. Kuraih ponselku, lalu membeca pesan yang baru saja masuk ke inbox-ku.

“ada apa ?” tanya Suho agak khawatir begitu melihat raut wajahu yang berubah cepat.

“tidak.. hanya sms tidak penting.” Jawabku lalu tersenyum untuk mengalihkan.

“oh..” katanya sembari menganggukan kepalanya.

“O, ya.. Suho-oppa,”

“ne ?”

“lain kali, kau harus ajak aku bertemu Joon Hee !”

 

~oOo~

I.N.T.U.I.T.I.O.N

~oOo~

 

“kau kemana saja, sih ?” tanya eomma khawatir.

“nuna ! jangan mendadak menghilang begitu, dong !” tambah So Hyun.

“maaf..maaf.. tadi aku tak sengaja bertemu Suho-oppa. Lalu, kami bicara sebentar.” Jawabku sembari duduk di kursi kosong.

Sesaat keheningan terjadi.

“ya sudah, nuna cepat makan ! nanti keburu dingin.”

“iya-iya..”

Baru saja So Hee menyentuh sumpitnya, ponselnya bergetar. Seseorang dengan ID, Sehun mentelponnya.

 

“eung, Sehun-ah.”

 

“So Hee-ah, apa Luhan ada bersama mu ?”

 

“tidak..” jawab So Hee agak ragu.

 

“ahh, bagaimana ini ? sekarang aku ada di rumahnya tapi dia tidak ada disana. Ku telpon tapi tidak di angkat.”

 

“be..benarkah ?”

 

“hah~ yasudah, maaf sudah mengganggumu malam-malam begini So Hee ! aku akan kembali mencari Luhan.. mungkin dia masih dikantor.”

 

“ne..”

 

Mendadak pikiran So Hee menjadi kabur. Luhan. Baru saja Suho bercerita padanya tentang Luhan yang selalu menungguinya ketika di rumah sakit, dan sekarang Sehun mentelponnya.

 

Haruskah aku kembali pada Luhan ?

 

“So Hee ? apa yang terjadi ?” tanya eomma.

“eomma, So Hyun ! aku minta maaf. Aku tidak bisa ikut makan malam bersama kalian. Mungkin aku akan pulang terlambat. Nanti, aku akan menyuruh supir menjemput kemari. Oke ? aku pergi dulu, ya ?”

“nuna !” panggil So Hyun. Namun, yang ia lihat hanyalah punggung nuna-nya yang semakin lama semakin jauh hingga akhirnya menghilang.

 

~oOo~

I.N.T.U.I.T.I.O.N

~oOo~

 

Aku mempercepat langkahku. Dan mungkin sekarang aku bukan berjalan lagi tapi berlari. Aku tak peduli dengan orang-orang yang memperhatikanku dan melayangkan tatapan seperti aku ini ‘orang aneh’, aku tak peduli dengan tatanan rambutku yang mungkin sudah acak-acakan tak karuan karena berlari dan tertiup angin malam. Karena yang kupedulikan sekarang adalah dia.

Akhirnya aku sampai. Aku mengatur tempo napasku yang tersenggal-senggal sambil mengedarkan mataku kesekeliling mencari sosok namja itu. Apa yang ada didalam pikirannya ? ini sudah malam, cuaca tidak menundukung, udaranya juga dingin. Untuk apa dia masih menungguku disini ??!

Mataku terhenti disatu titik. Aku segera berjalan dengan langkah cepat kearah namja itu.

Ia terus menggosokkan telapak tangan ke lengannya. Lalu, ia memeluk dirinya untuk menghangatkan badan. Sepertinya ia menyadari seseorang tengah berjalan menghampirinya. Ia menoleh kearahku yang sedang berjalan dengan wajah cemas kearahnya. Ia menggerakkan badannya menghadapku sesaat setelah ia yakin sosok yang ia lihat adalah aku.

Kulihat ia tersenyum padaku. Dan kini aku menghentikan langkahku tepat dihadapannya. Aku menatap matanya penuh kekhawatiran, sepertinya sudut mataku mulai basah.

“akhirnya kau datang..” katanya sambil membalas tatapanku dengan hangat. Aku mengalihkan pandanganku darinya, untuk menutupi sudut mataku yang sudah basah. Aku menyeka air mataku yang baru saja menetes secepat mungkin.

“apa yang kau lakukan ??!!!” kataku sambil menatap matanya. Aku berusaha menguatkan hatiku agar tidak menitikan air mata dihadapannya. “kenapa kau masih menungguku ?!”

 

Tidak, aku tidak boleh menangis !

 

Luhan memandangku dengan tatapan tanda tanya. Ia seolah tak mengerti apa yang kuucapkan.

Aku kembali mengatur deru napasku. Aku berusaha menahan hatiku, menahan emosiku agar aku tidak menitikan air mata dihadapannya.

“..aku tahu kau pasti akan datang.” Kata Luhan dengan lembut dan polos.

Bibirnya sudah pucat. Wajahnya juga seperti tak sanggup lagi menahan dinginnya angin malam. Tapi, ia masih tersenyum padaku ?

“kau !”

 

Brruukkk..

 

Luhan jatuh tersandar ketubuhku. Aku segera menahan tubuhnya yang cukup berat bagiku.

Aku menghela napas saat aku menyadari dia telah melewati batas kekuatannya. Aku memeluknya. Memeluknya dengan hangat..

 

~oOo~

I.N.T.U.I.T.I.O.N

~oOo~

 

So Hee membaringkan tubuh Luhan dengan hati-hati di kasur king size milik Luhan. Sampai sekarang So Hee masih ingat alamat rumah Luhan. Ia mengatur napasnya, So Hee pasti kesulitan membopong Luhan kekamarnya. Mengingat dimalam hari tak ada pelayan dirumah Luhan.

Luhan tampak pucat, bulir-bulir keringat terlihat jelas membasahi lehernya. So Hee semakin tak tega meninggalkan Luhan seorang diri.

Setelah melepas outwear-nya, So Hee menggulung lengan bajunya lalu membuka kaus kaki Luhan. Ia segera menyelimuti Luhan yang tampak kedinginan. Setelah dirasa posisi tidur Luhan cukup nyaman, So Hee segera keluar dari kamar Luhan. Menuruni tangga menuju dapur. Menyiapkan air serta handuk untuk mengkompres Luhan yang tubuhnya cukup panas.

So Hee meletakan mangkuk kaca itu di meja kecil tepat disamping tempat tidur. So Hee pun duduk ditepi kasur tepat disamping Luhan. So Hee mulai memasukkan handuk kecil itu kedalam mangkuk berisi air, memerasnya, lalu meletakkannya didahi Luhan.

Malam sudah larut, dan So Hee masih setia menunggui Luhan yang sedang mengigau karena suhu tubuhnya yang begitu panas. Sepertinya dia demam.

So Hee mengangkat handuk yang tadi ia pakai mengompres dari dahi Luhan. Kini berganti telapak tangannya yang menyentuh dahi Luhan. Ia bisa merasakan suhu tubuh Luhan.

 

~oOo~

I.N.T.U.I.T.I.O.N

~oOo~

“emm..”

Aku mulai membuka mataku. Tunggu, kenapa aku tidur di kasur ?

Aku mengucek mataku, lalu memastikan keadaan. Kurasakan seorang namja tengah memelukku dengan erat dan hangat, seolah tak ingin melepaskanku.

Aku sedikit terkejut. Tapi, aku segera mengontrol refleksku. Aku tak mau membangunkannya yang sepertinya sedang tertidur pulas.

Aku kembali tidur seperti posisi semula saat aku baru bangun. Kupandangi wajah namja yang sedang tertidur menyamping sambil memelukku itu.

Perlahan, kugerakkan telapak tanganku hingga menyentuh dahinya. Aku pun menghela napas lega, saat aku tahu suhu tubuhnya sudah kembali normal.

Aku terdiam. Tak tahu apa yang harus kulakukan.. aku ingin memperbaiki posisi tidurku agar lebih nyaman, tapi—

“jangan banyak bergerak..” kata Luhan. Aku terkejut. Dia sudah bangun ??

Aku membulatkan mataku, terdiam sejenak dan “hei !”

Dia semakin mengeratkan pelukkannya padaku. “sudah kubilang jangan banyak bergerak, kan ?”

Aku mengerutkan dahiku. Aku segera mengurai pelukkannya dan berusaha untuk bangun. Tapi, gagal. Saat aku sudah terduduk ia malah menarikku hingga aku jatuh menimpa tubuhnya. Ia kembali memelukku.

“sebentar saja..” bisiknya ditelingaku. Entah mengapa aku tak bisa melawan. Mungkin karena aku merasa tak tega melihatnya. Atau sebenarnya aku masih menyukainya ?

Sepertinya sudah 5 menit kami berada dalam posisi seperti ini. Hingga akhirnya aku mengurai pelukkannya dan duduk tepat disamping Luhan.

“kau sudah merasa baikkan ?” tanyaku. Kini ia memandangku dengan hangat.

“eung..”

“baguslah.. mau sarapan ? kubuatkan, ya ?”

Aku pun bangkit dari tempat tidur. Tapi, baru saja aku bangkit Luhan sudah menahanku dengan cara menggenggam tanganku. Aku pun membalikkan badan, memandang Luhan yang kini sedang berusaha bangkit.

“terima kasih..” kata Luhan pada akhirnya.

“untuk apa ?”

“everything..”

Aku tersenyum. Ia pun segera bangkit dan berdiri dihadapanku sambil menggenggam kedua tanganku.

“terima kasih kau sudah datang menemuiku. Terima kasih kau sudah menjagaku semalaman. Terima kasih..terima kasih kau masih mencemaskanku..”

Aku megalihkan pandanganku untuk menutupi rasa maluku. “..aku tak ingin ada orang yang sakit karena diriku..”

“jadi.. rasa bersalah, ya ?”

Kini aku menatapnya. Menatap Luhan yang sepertinya mengharapkan diriku. Aku pun segera mengalihkan pembicaraan.

“mau pesan apa untuk sarapan ? aku sedang berbaik hati, jadi akan kubuatkan..”

“hm..?”

“mau bubur ?”

“boleh pesan yang lain ?”

“tentu..”

 

Deg !

 

Apa yang dia lakukan ??! dia menciumku ???!

Setelah puas, ia mengakhiri ciuman lembut itu. Aku sendiri masih membeku dengan mata membulat karena perbuatannya.

Dia tersenyum padaku. “terima kasih. Kau koki yang paling hebat. Kau bisa memberikan semua pesanan pelangganmu dengan baik..”

“kau—”

“hihi, ah tidak-tidak. Hanya Luhan satu-satunya pelangganmu !”

 

~oOo~

I.N.T.U.I.T.I.O.N

~oOo~

 

So Hee meletakkan panci berisi sup yang masih panas dengan uap yang masih mengepul jelas dimeja. Luhan memperhatikan setiap gerak-gerik bahkan tetesan keringat yeoja yang ia sukai itu dengan seksama. Setelah semua makanan tersaji dimeja, So Hee pun duduk dikursi tepat disebrang Luhan.

Luhan pun mengambil sendoknya lalu mengacungkannya seperti anak kecil. So Hee tersenyum kecil melihat tingkah Luhan apalagi wajah baby face-nya sangat mendukung.

Jiwa keibuan So Hee muncul, ia segera mengambilkan lauk dan menaruhnya dimangkuk nasi Luhan. Luhan pun memandangi So Hee dalam-dalam.

“hei ! jangan memandangiku seperti itu..” kata So Hee lalu memutuskan tatapannya dan Luhan. Ia menggigit bibirnya. Luhan memperhatikan So Hee yang menggigit bibirnya lalu berkomentar.

“jangan gigiti bibirmu terus, nanti—”

Luhan memandang So Hee seperti ia telah menyadari sesuatu, “jangan-jangan itu first kiss mu, ya ?” lanjutnya.

So Hee ingin mengomel pada Luhan, tapi ia segera menahannya karena memang itu kenyataannya. Luhan yang telah mengambil first kiss-nya.

“pipimu memerah. Wah, jadi benar itu firstkiss mu ? wah, seharusnya,” So Hee kini memandang tajam Luhan yang mulai berkomentar, ia kira Luhan akan minta maaf karena mengambil first kiss-nya tanpa izin, tapi—

“aku melakukannya lebih panas lagi.. haha.”

So Hee mengerutkan dahinya sambil menyipitkan mata pada Luhan dan menatapnya dengan tatapan intimidasi. So Hee benar-benar malu sekaligus marah..

Luhan menahan tawanya, lalu segera menyeruput kuah sup untuk mengalihkan rasa ingin tertawanya.

“hm~ masakanmu enak.. sudah lama aku tidak makan masakan rumah.” komentar Luhan lalu menyendokkan nasi kemulutnya.

Entah mengapa So Hee tak bisa marah. Ia malah merasa lega setelah mendengar candaan Luhan.

“o, ya. Semalam aku mentelpon orang tuamu, tapi tak diangkat. Apa sudah ganti nomor ?” tanya So Hee memecah suasana.

Luhan menurunkan sendoknya, raut wajahnya berubah drastis. “ah, apa orang tuamu tidak cerita ?”

So Hee hanya menggeleng tak tahu. “cerita apa ?”

Luhan menghela napas, seolah mengumpulkan kekuatan untuk melanjutkan pembicaraan. “mereka sudah meninggal..”

So Hee terdiam membeku dengan mata membulat dan hati yang seolah terhempas.

“satu tahu yang lalu, mereka meninggal dalam kecelakaan pesawat saat akan kembali ke Korea..” lanjut Luhan dengan pelan.

“ah, aku..”

“tidak apa-apa..” Luhan meletakkan sendoknya, lalu beranjak dari meja makan sambil berkata, “aku ke kamar mandi dulu..”

So Hee hanya bisa melihat bagian belakang tubuh Luhan yang terus berjalan menjauhi dirinya menuju kamar mandi. Ia juga kehilangan nafsu makannya. Rasa bersalah lagi-lagi menggelayuti hatinya.

 

~oOo~

I.N.T.U.I.T.I.O.N

~oOo~

Luhan sedang terdiam memandang jauh dari balkon kamarnya. Ia menopang tubuhnya dengan memegang handrail balkon. Ia terus memandang sekelilingnya dengan tatapan sedih. Ia seperti lelah, seperti tersakiti, seperti terpuruk, seperti seseorang yang telah kehilangan sesuatu, seperti seseorang yang telah jatuh dan terhempas jauh kedalam lubang tak berdasar. *akibat author berlebihan*

Terdengar suara pintu terbuka. Tapi, Luhan tak menghiraukannya. Ia tetap memandang jauh entah kemana.

“Luhan ?” panggil So Hee dengan hati-hati sambil menyembulkan kepalanya di pintu. Ia kemudian berjalan masuk saat mengetahui Luhan tak menjawabnya, ia pun menghampiri Luhan yang sedang merenung dibalkon.

“katanya mau ke kamar mandi, kenapa kau malah ada disini ?” tanya So Hee membuka pembicaraan. Ia berharap bisa mencairkan suasana.

So Hee berdiri tepat disamping Luhan, kini ia juga memandang jauh seperti Luhan seolah ingin menemani Luhan agar ia tak kesepian. So Hee melirik Luhan, ia melihat raut wajah Luhan yang tak biasa, penuh beban.

“you can share with me..” kata So Hee membuka pembicaraan. Kini ia memandangi Luhan dengan tangan kiri yang ia letakkan di handrail.

“what can I share with you ?”

“everything..”

Luhan tersenyum kecil sambil memandang So Hee. Kini ia berbalik menghadap So Hee.

“I need you.. can you always stay beside me ?”

So Hee terdiam. Ia tak tahu bagaimana harus menyikapinya.

“..I can’t promise. But I’ll try it for you.”

“hm.. jadi, aku tetap sendirian.”

“what did you say ? you’re not alone !”

Luhan menghela napasnya. Kemudian berlalu meninggalkan So Hee masuk kedalam kamarnya. So Hee hanya memperhatikan tingkah Luhan tanpa berkomentar. Luhan pun menjatuhkan tubuhnya di kasur, seperti ia juga menghempaskan semua bebannya.

“I wanna sleep.. you can leave me.”

So Hee mengerutkan dahinya, lalu menghampiri Luhan yang sedang menikmati kasur empuknya.

“hei ! kau belum makan ! masa mau tidur lagi ? nanti kalau kau sakit bagaimana ??!”

“biarlah..” Luhan memejamkan matanya seolah ingin masuk kedalam alam mimpinya.

So Hee menghela napas sambil melipat tangannya didada. “ayo makan ! aku tak mau mengurusimu terus tahu !”

“justru aku ingin terus sakit, agar kau terus berada disampingku.. menjagaku.”

So Hee membelalakan matanya. Sepertinya pipinya memerah, tapi ia berusaha menutupinya. “apa yang kau inginkan agar kau mau makan ??”

Luhan tak menghiraukan pertanyaan So Hee. Ia malah semakin larut dalam tidurnya.

“if you wake up, and take your breakfast.. I’ll kiss you.”

Luhan segera bangun dan duduk ditepi kasurnya. Ia sangat bersemangat saat mendnegar penawaran So Hee. Tapi, saat ia bangun ia hanya melihat So Hee yang berlalu begitu saja meninggalkan kamarnya.

“Ya ! where is my kiss ??!”

 

~oOo~

I.N.T.U.I.T.I.O.N

~oOo~

 

“sepertinya sekarang aku harus pulang..” kata So Hee sambil menaruh piring terakhir yang ia cuci. Ia kemudian melepas apron oranye yang ia pakai.

“kenapa ? aku masih ingin kau disini..” balas Luhan lalu mendekat kearah So Hee.

“dari kemarin aku belum mandi.. lagipula aku juga belum bilang kalau aku disini pada eomma..”

“hmm~”

So Hee menepuk pundak Luhan, “tenang nanti aku akan kesini lagi..”

“o, ya.. semalam saat kau tidur ada seseorang yang mentelponmu.”

“eung ?”

“dia seorang namja. Tenang saja.. aku tidak melihat ID-nya kok.”

“jadi kau mengangkat telpon untukku tanpa meminta izin dariku ??!”

“hei, hei.. habis semalam kau tidur lelap sekali, sih.. aku tak mau membangunkan mu.”

So Hee menyipitkan matanya pada Luhan. Ia pun segera beranjak menuju lantai dua untuk mengecek ponselnya.

Beberapa menit kemudian..

“Luhan.. aku pulang dulu, ya ?” kata So Hee pada Luhan.

“eung..” jawab Luhan tak bersemangat.

“nanti aku main lagi kesini..”

“hm..”

“huh~ kau kenapa, sih ? jangan seperti orang yang tak punya harapan !”

“hm~ baiklah. Janji ya nanti kau main lagi kesini ?”

So Hee menganguk, melangkahkan kakinya keluar dari rumah Luhan. So Hee melambaikan tangannya pada Luhan dan Luhan pun membalasnya. Kini aku kembali sendirian..

 

~oOo~

I.N.T.U.I.T.I.O.N

~oOo~

 

A/N : *lagi-lagi author muncul* bagaimana ? don’t forget to leave your comment guys ! hehe, buat yang punya pertanyaan silakan bertanya~ *kaya di sekolah aja deh* oh, iya author galau mau beresin ini di chapter berapa.. jadi, kasih tahu author okay readers sekalian mau ceritanya panjang atau berakhir di chapter 6 ^^ bye bye, see you next chapter

 



SHINING STAR (Chapter 8)

$
0
0

shining-star-41

Main Cast : Park Ji Yeon – Kim Jongin – Byun Baekhyun

Support Cast : Park  Chanyeol – Lee Jieun – Jung Soojung – Kim Joonmyeon

Genre : Life, Friendship, Romance, A Little bit Angst

Length : 7 OF ?

Author : Qisthi_amalia

Backsound : whatever what you want ^_^

 

-CHAPTER 8-

***

Didepan sebuah toko yang sudah tutup sejak beberapa jam lalu itu. seorang namja asik menunduk. sebenarnya jika kau lihat dari dekat ia tengah mengobrak-abrik sesuatu. Di antara semak belukar itu. Jongin terlihat sibuk. Dengan tangannya yang sudah kotor dengan tanah ia masih terlihat bersemangat.

“Kemana ukiran kayu itu..” Gumamnya masih dengan sebelah tangan yang menggali tanah dan tangan lain yang menyingkarkan rerumputan tinggi yang tumbuh liar disana.

“Aisshh ! Dimana aku melemparnya. “ Desahnya frustasi.

Dan sebelum ia berhasil menemukannya. Sebuah motor berhenti tepat di belakangnya. Seseorang turun dari motor itu . kemudian berjalan menghampiri Jongin yang masih asik mencari sesuatu. Dengan satu tepukan pelan di bahunya. Jongin menoleh.

“Hai, kawan apa yang kau lakukan disana ?” Tanya Baekhyun sambil tersenyum tipis.

Jongin mendelik. Ia beringsut bangkit. Menepuk-nepuk celananya yang kotor dan membersihkan tangannya juga.

“Ada apa kau kemari ? “ Tanya Jongin datar.

Baekhyun tersenyum kecil. “ Kali ini aku ingin berterima kasih padamu. “

Jongin mengernyit. “ Berterima kasih ? Maksudmu ?”

Senyuman dibibir Baekhyun semakin mengembang. Dengan langkah pasti ia semakin melangkah mendekati Jongin dan merangkul bahu namja itu.

“Karenamu. Sekarang Jiyeon menganggapku sebagai penyelamatnya. “ Pelannya tepat di telinga Jongin.

Mendengar itu Jongin terkekeh sinis. Melepaskan rangkulan Baekhyun cepat.

“Kau selalu hidup dengan penuh kebohongan Byun Baekhyun. Dan sekarang kau bangga di sebut sebagai penyelamat sementara orang itu bukan kau ?”

Baekhyun mendecakan lidahnya. “ Aku tak perduli. Toh jika aku menjadi orang jujur, tak akan ada yang memperdulikanku. “ Ujarnya.

“Dulu. Aku juga merasakan hal yang sama sepertimu.” Katanya.

Baekhyun menoleh cepat kearah Jongin. “ Aku tak butuh nasehatmu Kim Jongin.”

Jongin terkekeh. “ Siapa juga yang mau mensehatimu. Aku hanya ingin memperingatkan. “ Sambungnya.

“Apa maksudmu dengan memperingatkan ?”

“ Sebelum kau benar-benar kehilangan segalanya karena kebohonganmu ini. Aku peringatkan kau untuk segera berubah. Sebelum semua orang benar-benar membencimu. Dan mengatakan..Kau bukan siapa-siapa !”

“BRENGSEK !!”

Jongin tersungkur jatuh. Saat baekhyun meninju pipinya cukup keras. Ia menyeka ujung bibirnya yang berdarah. Namun Jongin tak membalas. Ia bahkan tersenyum.

“Semua kepuasan ini hanya sementara kawan. Aku juga pernah merasakannya.” Tegas Jongin.

Baekhyun semakin geram. Ia lalu menarik baju Jongin dan memaksa namja itu untuk berdiri.

“Tutup mulut busukmu itu, atau aku akan benar-benar menghancurkan Jiyeon ditanganku.” Ancamnya dengan matanya yang menatap Jongin nyalang.

Jongin tersenyum kecil. “ Aku tak akan marah jika kau menghinaku dan menyiksaku seperti apa pun. Tapi jika kau berani menyentuh dia. Sedikit saja. aku tak akan pernah mema’afkanmu. “ Kata Jongin tajam.

Baekhyun melepaskan Jongin keras. Lalu tersenyum kecil.

“Look. Aku memang pintar. Tak salah memilih umpan. “ Ujarnya bangga.

“Kim Jongin, bersiaplah untuk menjadi nomor 2. “ Sambungnya lagi lalu berjalan menghampiri motornya dan menaikinya. Namun sebelum Baekhyun melesat dari sana. Jongin berseru.

“Tak masalah dianggap nomor 2 oleh orang lain. Asal selalu menjadi nomor satu untuk orang yang ku sayangi itu sudah cukup. “ Ujarnya dengan senyuman.

Baekhyun terdiam. Ia tak bisa menyela. Ucapan Jongin barusan bagaikan anak panah yang mengenai sasaran. Dan sasaran itu adalah titik merah kecil. Hatinya. Yang selama ini berusaha ia tutupi dengan kebencian dan rasa egois.

Dan dengan segala hal yang berkecamuk disana. Baekhyun lebih memilih menghindar. Ia masih belum ingin menyerah sekarang. Dan ia masih belum ingin mema’afkan semua orang yang menyia-nyiakannya dulu. Jadi yang ia lakukan hanya tersenyum sinis. Menyalakan mesin motornya. Dan melesat dari sana. Menyisakan Jongin yang masih berdiri di depan toko.

“Aku berharap kau tidak terlambat. Seperti aku. “

***

Jiyeon membenarkan posisi selimut di tubuhnya. Ia tersenyum kecil saat Jieun menyuapinya bubur bersama Soojung yang bercerita tentang kekasihnya yang bernama Joonmyeon. Ia merasa terhibur kini. Ditemani sahabat-sahabatnya yang begitu baik dan menyayanginya.

“Ngomong-ngomong Chanyeol oppa kemana ?” Tanya Jieun

Jiyeon mengunyah bubur di mulutnya, menelannya kemudian menjawab.

“Tadi pagi dia sudah berangkat ke kantornya. Katanya ada hal penting.”

Jieun hanya mengangguk.

“Oh yah Jiyeon. apa yang kau lakukan saat di rumah Baekhyun sunbae ? Dia tidak macam-macamkan ?” Tanya Soojung dengan mata menyelidik.

Jiyeon terkekeh kecil. “ Aku tidak melakukan apapun Soojung~aa. Dia baik. Buktinya kemarin dia juga menyelamatkankukan.”

Soojung mengangguk paham. Sementara Jieun tak menanggapi.

“Tapi anehnya aku selalu merasa jika bukan dia yang menyelamatkanku.” Pelan Jiyeon dengan mata menerawang. Ia kembali teringat seseorang yang berdiri di depannya saat di taman bermain. Postur tubuh orang itu sangat berbeda dengan Baekhyun. Tapi ia juga tak bisa mengelak. Toh Chanyeol sendiri mengatakan jika Baekhyun yang memberitahunya. Jadi bagaimana bisa ia mengelak.

“Mungkin itu hanya perasaanmu saja Jiyeon. “ Kali ini Jieun berkomentar.

“Tidak Jieun. Aku yakin. Dari postur tubuh orang yang menyelamatkanku sangat berbeda dengan Baekhyun sunbae.” Elak Jiyeon penuh keyakinan.

Jieun menghela nafas. Menaruh mangkuk bubur ke atas meja kemudian melanjutkan.

“Saat itukan kau sedang dalam keadaan tidak sadar Jiyeon. jadi bagaimana bisa kau tahu jika itu bukan Baekhyun sunbae ?” Tanya Jieun.

Jiyeon menggeleng. “ Entahlah. Aku hanya merasa itu bukan Baekhyun.”

“Sudahlah. Lagian mana mungkin Baekhyun sunbae berbohong.” Tegas Jieun.

Jiyeon mengernyitkan alis bingung melihat ekpresi Jieun. Dan saat Jiyeon melirik Soojung meminta pendapat. Soojung hanya tersenyum kecil lalu mengangkat bahu.

“Aku tahu kau fans Baekhyun sunbae. Tapi kenapa yah aku merasa kau terlalu membelanya “ Goda Jiyeon sambil tersenyum kecil.

Mendengar itu pipi Jieun sontak memerah. Dengan gerak reflex ia menggeleng cepat dan berbicara tak jelas.

“Aniyo. Kata siapa aku menyukainya ? Aku sama sekali tak menyukainya, sungguh. Aigo ! Kau ini ada-ada saja.” Paparnya tak karuan.

Jiyeon semakin menaikan salah satu alisnya sambil menyeringai.

“Jieun~aa, aku tak bilang bahwa kau menyukainya loh. Justru barusan kau yang mengaku sendiri.”

Telak. dan Jieun hanya terdiam.

“Lebih baik kau jujur pada kami Jieun.” Komentar Soojung.

Jiyeon menimpali dengan anggukan setuju. Sementara Jieun hanya mencuatkan bibirnya dan menghembuskan nafas berat.

“Baiklah. Aku jujur. Tapi kalian jangan menggodaku.” Katanya.

Jiyeon mengangguk lalu langsung menegapkan posisi bahunya. Begitu pun dengan Soojung yang begitu semangat ingin mendengar.

“Sebenarnya aku sudah menyukai Baekhyun sunbae saat pertama kita masuk Chungdam. Dari situ aku mulai mencari tahu tentangnya. Dan aku semakin dekat dengannya saat dia mendekatimu Jiyeon. Aku semakin senang bisa dekat dengannya. Tapi sepertinya anganku untuk menjadi seseorang yang special untuknya tak akan terwujud.” Ujarnya sambil menunduk.

Jiyeon mengernyit. “ Kenapa begitu ?”

Soojung enggan berkomentar. Karena ia sudah tahu semuanya.

Jieun tersenyum kecil. “ Karena yang ia sukai bukan aku. Tapi kau Jiyeon~aa..”

Mata Jiyeon membulat. “ Apa ? Aku ?”

Jieun mengangguk. “ Ya. Dia menyukaimu. Dia menyukai segalanya tentangmu. Setidaknya itu yang ku tahu tentang alasannya menyukaimu.” Tegasnya.

Jiyeon menatap Jieun penuh rasa bersalah.

“Jieun~aa. Sungguh aku sama sekali tak tahu. Dan aku tak memiliki perasaan apapun pada Baekhyun sunbae.” Pelan Jiyeon sambil mengelus bahu Jieun.

Jieun mengangkat wajahnya dan dengan senyuman cerianya dia seolah berkata ‘ Tak apa’. Namun Jiyeon terlalu hapal ekpresi itu.

“Aku baik-baik saja Jiyeon. jika Baekhyun sunbae bahagia, aku pun begitu. Tak apa jika aku tak bisa memilikinya. Asal melihatnya tersenyum saja aku sudah bahagia. Sungguh.” Paparnya.

Soojung menunduk. dan Jiyeon menggeleng.

“Aniyo. Aku tak ingin Jieunku seperti ini. “

“Maksudmu ?”

Jiyeon tersenyum. Menarik lengan Jieun dan menggenggamnya erat.

“Dengar Jieun~aa. Aku tak ingin kau menyerah sebelum kau bertindak. Jadi jangan pernah berkata kau baik-baik saja jika kau tak suka. Jangan berkata semuanya akan baik-baik saja jika kau tak yakin. Dan jangan berkata kau bahagia jika kau merasa sesak.” Ucapnya penuh semangat.

Soojung tersenyum kecil.

“Jadi aku ingin kau bertindak. Bertindak untuk mendapatkan hati Baekhyun sunbae. Aku yakin perlahan-lahan dia akan melihat kearahmu. Karena seseorang yang pantas untuknya hanya seorang Lee Jieun dan bukan Park Jiyeon. arraseo !” Tegasnya menggebu,

Soojung mengangguk setuju. “ Hwaiting !!” Ujarnya sambil meninju udara.

Jieun terkekeh. Menatap kedua sahabatnya haru.

“Kalian tahu. Aku adalah manusia beruntung karena bisa bertemu kalian.” Katanya.

Jiyeon mengangkat dagu. “ Tentu saja. Iyakan Soojung. ?”

Dan soojung pun mengangguk. “ That’s right Honey “

Dan ketiga sahabat itu pun berpelukan ^_^

***

“Sunbae, Boleh aku bertanya sesuatu ?”

Baekhyun mengangguk kecil. Jieun yang duduk disampingnya menghela nafas sejenak.

“Eum, Apa yang menyelamatkan Jiyeon itu benar-benar Sunbae ?” Pelannya.

Baekhyun menaikkan alisnya lalu beralih menatap Jieun yang kini juga tengah menanti jawabannya. Ia menghela nafas berat. Tersenyum kecil.

“Kenapa ?”

“Eoh ?”

“Maksudku kenapa kau bertanya seperti itu ?” Lanjutnya.

Jieun tersenyum kecil. “ Aniyo. Hanya saja aku ingin memastikan. Soalnya Jiyeon mengatakan jika dia merasa itu bukan sunbae.” Paparnya.

Baekhyun terdiam sejenak.

“Ternyata memang akan seperti itu. “ Pelannya nyaris seperti bisikan.

Jieun tak mengerti. Ia menatap Baekhyun penuh Tanya. Berlanjut membulatkan matanya saat Baekhyun tiba-tiba saja menoleh dan wajahnya hanya berjarak beberapa centi saja darinya. Jantungnya berdebar. Bahkan kini ia takut jika Baekhyun bisa mendengar detak jantungnya yang malang. Dan Ia benar-benar merasa jika bernafas ternyata sulit saat kau merasa tidak percaya diri atau gugup.

“Apa kau percaya padaku ?” Tanya Baekhyun masih dengan posisi yang sama. Dan hal itu membuat Jieun dapat merasakan hembusan nafas Baekhyun di kedua pipinya. Ia mengerjapkan matanya berulang kali lalu mengangguk kecil.

“Tentu saja…”

Mendengar itu Baekhyun tersenyum lebar. Kemudian menarik kepalanya dan kembali pada posisi semula.

“Setidaknya ada yang masih mau mempercayaiku.” Pelan Baekhyun.

Jieun terdiam. Ia tak mengerti arti ucapan itu.

“Sunbae…Boleh aku bertanya lagi ?” Tanyanya.

Tanpa menunggu apapun lagi Baekhyun mengangguk.

“Bolehkah…–

Jieun diam sejenak. Menghembuskan nafasnya yang sempat tertahan. Kedua lengannya saling bertaut erat. Namun tak sampai 30 detik Ia kembali melanjutkan.

“Bolehkah, jika aku mencoba untuk menjadi orang yang selalu kau lihat.”

Baekhyun menoleh cepat. dan saat ia menoleh. Ia bertemu dua bola mata hitam milik Jieun. Yang berpedar, berwarna bening dan entah mengapa Baekhyun merasa itu mata tercantik yang pernah ia lihat.

“Jieun~aa..” Bisik Baekhyun tak mengerti.

Jieun tersenyum kecil.

“Sebelum kau benar-benar memiliki seseorang atau dimiliki seseorang. Bisakah, Bolehkah aku mencoba untuk menjadi seseorang yang akan berada di hatimu ?” Lanjut Jieun.

Baekhyun semakin diam. Ia tak mengerti. Apa saat ini yang Jieun tengah katakan padanya. Satu sisi ia merasa ini salah namun di sisi lain ia merasa jika ini sangat benar.

“Jieun. Bukankah kau tahu jika aku menyukai Jiyeon ?”

Jieun mengangguk kecil. “ Aku tahu. Tapi aku mohon ijinkanlah aku untuk mencoba. Jika hal itu menganggumu nanti. Aku berjanji akan menghentikannya. Dan jika hal itu membebanimu hingga membuatmu lelah nanti. Aku berjanji akan pergi jauh darimu.” Ujar Jieun sambil menunduk.

Baekhyun memperhatikan gadis di sampingnya dengan serius. Ia tak mengerti mengapa hatinya begitu senang ketika Jieun mengatakan hal itu. namun berbeda dengan pikirannya yang mengatakan jika semua ini salah dan ia harus mencegah Jieun melakukan hal itu. tapi ia tak mampu mengatakan apapun. jadi yang Baekhyun lakukan adalah. Beringsut bangkit. Menghela nafas. Menatap langit senja yang terasa berbeda sore itu. menatap Jieun yang masih menunduk dengan kedua tangan yang bertaut. Lalu pergi, berlalu tanpa kata dari tempat itu.

Bersamaan dengan itu. Jieun tersenyum getir.

“Apa ini sebuah penolakan. “ Gumamnya pilu.

Ia menghela nafas. Menengadahkan kepalanya menatap langit. Menahan sesuatu yang terasa panas di matanya dan akan segera keluar jika ia tak menengadah.

“Padahal aku belum memulainya. “ Sambungnya lagi.

Tangannya lalu terulur. Dan berhenti di dada kirinya. Menekannya beberapa kali. Rasanya sesak. Dan itu…Sakit.

***

Wanita berumur 27 tahun itu merapatkan jaket yang membukus tubuh mungilnya. Sepatu hak tinggi berwaran putih gading membalut kakinya yang indah. Rambut panjangnya ia urai. Dan dengan kacamata hitam yang menutupi luka yang terlukis di mata kirinya. Dengan salah satu ujung bibir yang ia angkat. Ia menyeringai. Kedua tangan ia lipat di atas dada. Dan dengan anggunnya ia berjalan di lantai bersih, di gedung tinggi berlantai 8, bernama Seoul Hospital.

“Aku akan membalas semuanya.” Gumamnya pelan.

***

Chanyeol mengusak kepala Jiyeon pelan. Lalu beralih mengecup kening adiknya itu.

“Oppa, meeting itu penting yah ? Kenapa malam-malam begini ?” Rengek Jiyeon sambil menarik jas cokelat yang membalut tubuh Chanyeol.

Chaneyol terkekeh. Mengelus kepala Jiyeon lalu beralih meraih tas di atas meja.

“Jiyeon~aa…Meeting kali ini sangat penting. Ini menyangkut kinerja oppa selama beberapa bulan ini. Jika meeting ini berjalan sukses, oppa akan di promosikan jadi wakil direktur utama.” Chanyeol menjelaskan. Sementara Jiyeon masih mengeruncutkan bibirnya kesal. Bayangkan, bagaimana rasanya tinggal di kamar rumah sakit sendirian. Itu menyebalkan bukan.

“Tapi—

“Ssssst, Tenang saja pulang nanti oppa akan belikan bunga tulip untukmu, otthe ?”

Kerutan itu berubah menjadi senyuman. jiyeon bertepuk tangan kecil.

“Yakso ?”

Chanyeol mengangguk. “ Yakso, adik kecilku yang cerewet..”

Dan Jiyeon hanya diam. Membiarkan Chanyeol kembali mengusak kepalanya. Melambaikan tangan dan berlalu dari kamarnya.

.

.

Sepeninggal Chanyeol. Jiyeon memilih berbaring. Merapatkan selimut agar menutupi tubuhnya.

“Sebaiknya aku tidur saja. “

***

Senyuman masih terlukis jelas di wajahnya. Dengan langkah pasti Chanyeol memasuki lift. Ia yakin meeting kali ini ia akan berhasil. Tangannya lalu terulur. Menekan angka 1 dan lift itu pun berjalan.

Chanyeol tak henti bersiul. Menghentakan sebelah kakinya. Ia begitu bersemangat. Karena tadi Shinyeong juga mengatakan jika ia optimis Chanyeol akan berhasil. Ditambah kondisi Jiyeon yang membaik, ia merasa ini akan menjadi hari yang paling mengesankan.

TING

Drrrt Drrrt…

Deting pelan lift berbunyi bersamaan dengan ponsel di sakunya yang bergetar. Chanyeol merogoh saku dan menempelkan ponsel ketelingannya.

“Yobboseyeo, Shinyeong~aa..” Sapanya pada seseorang di sebrang sana. Ia tersenyum kecil.

Namun senyumannya perlahan-lahan memudar. Karena bersamaan dengan keluarnya ia dari lift, seseorang dengan jaket hijau toska masuk kedalam lift. Chanyeol memperhatikan wanita itu dengan seksama, ia bahkan tak mendengarkan apa yang di katakan Shinyeong di sebrang sana.

Dan saat wanita itu masuk kedalam lift, Chanyeol diam berdiri di depan Lift yang masih terbuka. Wanita itu membalikan badan dan kini wajahnya tepat menghadap Chanyeol. Chanyeol masih berdiri disana. mengernyitkan alis karena wanita itu menunduk. namun matanya membulat saat kepala wanita itu terangkat. Matanya menatap Chanyeol tajam dengan bibir menyeringai. Pintu Lift itu perlahan tertutup dan Chanyeol masih mengernyitkan alisnya. Ia merasa mengenal wanita itu, tapi ia tak mengingat siapa dia. Dan saat Lift itu benar-benar tertutup, Chanyeol masih belum mengingatnya.

“Chanyeol~sshi….Chanyeol~sshi…Kau masih disana…”

Cahnyeol tersadar saat mendengar suara lengkingan Shinyeong disebrang sana. Ia lalu membalikan badannya dan tak begitu memikirkan wanita tadi lagi. dengan langkah pasti ia berjalan kearah pintu keluar.

“Ya, Shinyeong. Ma’af tadi ada sedikit gangguan. Kenapa ?”

Shinyeong menggerutu disana. “ Kau ini, kebiasaan. Aku hanya ingin mengatakan cepatlah datang dan ingin bertanya bagaimana keadaan Jiyeon..”

Chanyeol tersenyum kecil. Namun perlahan senyumannya memudar…

Jiyeon…Jiyeon…Jiyeon…

“HYERIM “ Pekiknya cukup keras. Membuat banyak orang yang ada di lobi rumah sakit menatapnya heran. Dan tanpa menunggu lama Chanyeol memasuk ponsel kedalam saku dan berlari kearah Lift.

“SIAL !!” Ia menggerutu kesal saat tak ada pintu Lift yang mau terbuka.

“Ayolah…ayolah…..kumohon…” Desahnya frustasi…

Dan saat melihat tak ada tanda-tanda Lift akan terbuka, Chanyeol memilih berlari kearah tangga darurat. Menuju lantai 5. Ia tak perduli dengan kakinya yang akan kram atau tubuhnya yang akan lelah. Karena yang memenuhi otaknya kini adalah…Jiyeon.

“Jiyeon~aa bertahanlah, berjuanglah, lawan dia,,,oppa mohon…”Gumamnya dalam hati..

***

Tok Tok Tok

Jiyeon mengerjapkan matanya yang belum terlelap sepenuhnya.

“Siapa ?” Teriaknya sambil mencoba untuk duduk.

Namun hening. Tak ada jawaban. Dan tak ada tanda-tanda jika seseorang akan masuk keruangannya.

 

Tok…Tok…Tok..

Suara ketukan itu kembali terdengar. jiyeon menaikan bahunya untuk melihat seseorang yang terlihat berdiri di depan pintu kamarnya.

“Siapa disana ?” Teriaknya lagi.

Namun sama sekali tak ada sahutan dari sana. Jiyeon berusaha menghilangkan pikiran buruknya dan mencoba berpikir positip. Ia lalu meraih ponselnya cepat dan menekan nomor dengan asal.

Saat knop pintu bergerak pelan. Jiyeon mulai merasa gemetar. Suara tunggu di ponselnya belum juga berhenti, menandakan seseorang yang Jiyeon panggil belum mengangkat telponnya.

Dan saat pintu itu berderit pelan, terbuka sedikit demi sedikit. Jiyeon semakin merapatkan selimut agar menutupi tigaperempat tubuhnya. Jiyeon terus menatap pintu masuk. Perlahan, ia bisa melihat sepasang sepatu hak tinggi berwarna putih gading disana. dan saat pintu itu terbuka lebar. Jiyeon terlonjak.

“Masih mengingatku ?” Ujar seorang wanita di ambang pintu dengan senyum tipisnya.

Jiyeon menggeleng pelan. Masih dengan ponsel yang menempel di telinganya ia berharap.

“Ayolah…angkat…angkat kumohon..” Bisiknya pelan..

“Hallo..”

Dan Jiyeon merasa ini seperti keajaiban. Saat seseorang disana mengangkat telponnya. Namun sebelum Jiyeon menjawab sapaan itu, wanita itu – Hyerim menarik tangan Jiyeon membuat ponselnya terlepas begitu saja. jiyeon memekik, menahan sakit yang mendera pergelangan tangannya yang masih di perban.

“Aww..Onnie…Appo..” Ringis perlahan.

Hyerim tersenyum kecil. Dan malah semakin mencengkram pergelangan tangan Jiyeon. membuat luka yang belum sembuh itu kembali terbuka dan mengeluarkan darah segar.

Jiyeon menggeleng semakin kuat. Itu benar-benar sakit. Tapi Hyerim tak berniat melepaskannya sedikit pun. Ia malah tertawa seperti orang gila dan menjambak rambut Jiyeon keras.

“Kau tahu, Ini semua tak sebanding dengan apa yang oppamu lakukan padaku.” Gumamnya sambil menyeringai tipis tepat di hadapan wajah Jiyeon.

“Onnie, jebbal. Sadarlah onnie…kumohon..” Kata Jiyeon disela isak tangisnya.

Namun hyerim malah tersenyum lebar dan kini mendudukan diri diatas kaki Jiyeon yang juga di perban akibat Luka tergores serpihan kayu.

Jiyeon meringis kembali.

“Kumohon onnie, ini sakit. Berhentilah…aku mohon…onnie kumohon..” Jiyeon terus memelas. Berharap wanita di hadapannya bisa membuka hati dan menghentikan aksi gilanya. Namun Hyerim sama sekali tak mendengar. Ia bahkan menganggap teriakan dan isakan jiyeon sebagai lagu terindah yang pernah ia dengar.

“Berhenti ? Kau bilang berhenti. Jangan bermimpi Park Jiyeon. Kau pikir karena siapa aku di masukan kepenjara dan disekap selama 3 tahun di Gangnam. Itu semua karena dirimu dan oppamu. Kau pikir aku akan melepaskan dirimu sekarang ? TAK AKAN…Aku justru akan membunuhmu..” Katanya sambil tertawa lebar dan bahkan terbahak-bahak.

Jiyeon menggeleng semakin keras.

“Onnie, andwe…jebal onnie. Aku mohon !!”

Hyerim tertawa. Kemudian beralih menarik tubuh Jiyeon agar turun dari ranjang. Jiyeon hanya menurut. Ia tak mampu melakukan apapun. tubuhnya sudah terasa remuk. Darah di lengannya tak henti mengalir. Dan luka di kakinya serasa terbuka kembali. Ia hanya bisa terduduk dengan tubuhnya yang diseret paksa hyerim menuju jendela.

“Chanyeol oppa…huks…tolong aku..” Bisiknya pelan.

Jiyeon memejamkan matanya saat Hyerim mendorong tubuhnya kearah jendela. Ia memejamkan matanya erat. Ia tak mau mati dengan cara seperti ini.

“Buka matamu brengsek ! Lihatlah pemandangan indah di luar sana, indah bukan…dan akan lebih indah jika kau terjun bebas dari sini..” Gumam Hyerim sambil tertawa.

Jiyeon meronta. Dan dengan kekuatannya yang masih tersisa Jiyeon mendorong tubuh Hyerim yang ada di belakangnya. Dan itu berhasil membuat wanita itu terjatuh. Jiyeon menggunakan kesempatan itu untuk berlari dari sana. Namun belum juga beberapa langkah Hyerim sudah mencengkram kakinya dan menjambak rambutnya. Ia lalu merogoh sesuatu dari saku jaketnya dan itu sebuah pisau lipat.

“Onnie, apa yang akan kau lakukan…” Desah Jiyeon frustasi…Ia benar-benar bingung harus bagaimana.

“Aku akan menyayat lehermu sayang…” Katanya sambil membelai pipi Jiyeon dan meletakan pisau itu tepat di atas nadi leher Jiyeon.

“Jika kau berani bergerak sedikit saja, pisau ini akan mengakhiri hidupmu..” Sambungnya lagi.

Jiyeon tak bisa apa-apa. Ia hanya bisa membiarkan air matanya jatuh bergulir begitu saja. membiarkan Hyerim melakukan apapun yang ia inginkan. Ia bahkan tak mengerti mengapa Hyerim yang dulu ia sayangi kini begitu membencinya dan hampir membunuhnya.

“Onnie, mengapa kau begitu membenciku ?” Tanya Jiyeon akhirnya..

Hyerim mendecakan lidahnya. Menatap Jiyeon tajam.

“Kau mau tahu ?” Tanyanya dengan nada sinis. Dan Jiyeon mengangguk kecil.

“Karena dirimu hidupku menderita, karena dirimu pernikahanku hancur dan karena dirimu orang yang ku cintai membenciku.” Paparnya sambil menangis.

Jiyeon tersenyum kecil.

“Berarti aku ini pembawa sial untuk Onnie ?” Sambung Jiyeon.

Hyerim tak menjawab.

“Jika dengan aku mati itu bisa membuat onnie bahagia. Bunuh saja aku onnie. Toh aku hidup saja aku sudah menyusahkan banyak orang, appaku, ummaku, onnie juga kakakku…” Jiyeon tersenyum kecil. Membiarkan tetesan air mata kembali membasahi pipinya.

Hyerim terdiam. Cengkram kuat di pisau itu melonggar.

“Appa bilang aku orang yang pantas tinggal dineraka. Apa jika aku mati aku akan tinggal dineraka, onnie ?” Kata Jiyeon lagi.

Hyerim tak menjawab.

“Jawab aku onnie. Apa jika aku mati semua orang akan bahagia…? Padahal…huks…padahal aku sangat menyayangi mereka. Aku menyayangi appa walau dia membenciku. Aku mencintai umma walau ia meninggalkanku, aku menyayangi oppa dan aku menyayangi onnie walau onnie berbuat seperti ini padaku. Apa aku akan tetap di benci dan tak di inginkan walau aku membalas kebencian kalian dengan kasih sayangku ?” Buliran air mata itu semakin banyak, membasahi pipi Jiyeon yang menirus.

Hyerim semakin terdiam. Pegangan pisau itu semakin melonggar…melonggar dan akhirnya lepas begitu saja. ia kemudian terduduk jatuh. Dan meluruh lunglai di atas lantai itu. tepat membelakangi Jiyeon yang kini menunduk dan terisak.

Hyerim menatap nanar lantai di hadapannya. Ia menarik kedua lengan dan menutupi wajahnya. Ia menangis. Meraung dan tertunduk disana. bersama Jiyeon yang masih tak bisa berbuat apapun. semua ini terasa menghimpitnya. Menekan titik emosional dan psikisnya. Ia merasa jika semua ini semu namun terasa amat nyata.

.

.

.

BRAK !!

Pintu kamar itu kembali terbuka. Di depan sana Chanyeol mengatur nafasnya yang hampir habis. Dengan kedua kaki yang terasa mati rasa ia masih berusaha kuat dan berjalan kearah Jiyeon.

“Jiyeon~aa, Gwenchana ?”

Jiyeon mengangguk kecil. Ia terisak dan menyurukan diri kedalam pelukan Chanyeol. Disana dia menangis dan menumpahkan segalanya. Segalanya yang selama ini ia pendam sendiri. Tentang betapa perih semuanya. Tentang betapa sakit saat masa lalu itu kembali menghampirinya dan tentang betapa ia merindukan semuanya akan kembali seperti semula.

Chanyeol tak mampu menjawab. Ia hanya diam. Dan memeluk Jiyeon dengan erat. Kemudian tatapannya beralih pada kedua tangan Jiyeon yang berdarah dan kaki Jiyeon yang kembali membengkak. Dengan kekuatan yang masih tersisa ia lalu mengangkat tubuh Jiyeon dan membaringkannya keatas tempat tidur. Lalu Chanyeol pun berlari keluar dan memanggil dokter dengan keras. Ia lalu kembali berjalan tergopoh-gopoh kearah ranjang Jiyeon.

“Apa wanita itu datang lagi ? Apa dia yang melakukan semua ini padamu ?” Tanya Chanyeol.

Jiyeon mengangguk.

“Apa dia menyakitimu lagi ?”

Jiyeon mengangguk lalu menggeleng.

“Apa maksudmu ?”

Jiyeon diam. Ia tak menjawab atau memberikan respon. Karena matanya kembali berkunang dan semuanya gelap.

.

.

Chanyeol membaringkan tubuhnya di atas sofa. Setelah di periksa dokter dan lukanya di perban kembali. Jiyeon di beri beberapa suntikan lalu terlelap tidur. Chanyeol masih terpekur ditempat yang sama. Matanya memperhatikan keadaan sekitar dan saat ia melihat ada sesuatu yang berkilau di bawah kasur, Chanyeol bangkit dan meraih benda itu.

“Pisau..” Gumamnya.

Ia lalu menimang-nimang pisau itu. tak ada yang mencurigakan. Tak ada bekas darah atau apapun.

“Apa ini miliki Hyerim ?” Gumam Chanyeol.

“tapi kenapa ia tak melakukan apapun jika ia memang kemari “ Sambung Chanyeol lagi. ia bukannya berpikiran jiyeon akan di tusuk pisau itu. hanya saja, untuk apa wanita itu datang jika hanya untuk membuat luka kecil di tubuh Jiyeon. bukankan wanita itu amat membenci Jiyeon ? Tapi mengapa hanya melakukan ini ?

Chanyeol semakin bertanya-tanya. Ia di buat bingung. Dan detik itu juga ia berjanji tak akan meninggalkan Jiyeon lagi.

***

Wanita bermantel hijau toska itu berjalan pelan dengan nafas terengah. Ia menekan dadanya kuat dan semakin kuat. Nafasnya terengah dan ia menangis tanpa suara.

“Mian….mianhe…” Gumamnya berulang kali.

Dengan sekuat tenaga ia kembali menekan dadanya yang terasa sakit dan amat sesak. Ia menyesal. Demi tuhan ia menyesal.

Dan seseorang yang sejak tadi mengikuti wanita itu tak bisa tinggal diam lagi. dengan gerakan cepat orang itu berjalan kearah Hyerim dan menarik mantel wanita itu. membuat tubuh Hyerim dengan paksa menghadap seorang lelaki di depannya.

“Siapa kau ?” Tanya Hyerim dengan suara serak.

Lelaki itu memperhatikan Hyerim seksama.

“Kau yang menyakiti Jiyeon tempo harikan ?” Tanya lelaki itu.

Hyerim mengangguk. “Iya itu aku. Kenapa ? Mau membunuhku ? Mau menyiksaku ?”

Lelaki itu terkekeh. “Aku bukan orang setolol itu.” Katanya.

Hyerim tersenyum getir. Ia lalu kembali menangis.

Lelaki itu menatap Hyerim dengan tatapan bingung.

“Apa kau berniat menyakiti Jiyeon lagi ? HAH ?”

Hyerim menggeleng kecil.

“Lalu apa yang kau lakukan tadi di kamar Jiyeon ?”

Hyerim terisak. Kemudian beralih menatap lelaki dihadapannya.

“Awalnya aku memang berniat membunuhnya. Tapi…tapi…

Ia tak mampu melanjutkan ucapannya lagi. karena Hyerim lebih dulu jatuh dan terduduk di depan lelaki itu. lelaki itu menatap Hyerim kasihan.

“Kau tahu. Seharusnya kau berterima kasih. Setelah kejadian kemarin dia bahkan tak melaporkanmu kekantor polisi.”

Hyerim memperhatikan lelaki di hadapannya dengan seksama.

“Bukankah kau yang menyelamatkan Jiyeon kemarin ?”

Lelaki di depan hyerim diam. “Bukan urusanmu.” Katanya pendek.

“Mengapa kau begitu membencinya ?” Sambung lelaki itu bertanya.

Hyerim menghela nafas berat. “ Aku tak ingin menceritakannya padamu. Jika kau ingin dengar, dengarlah dari Jiyeon. dia akan menjawabnya dengan jujur dan benar. “

“Apa maksudmu ?”

Hyerim tersenyum kecil. Ia lalu bangkit berdiri.

“Jagalah dia untukku, Sampaikan ma’afku padanya dan katakan juga jika aku berterima kasih padanya.” Ujar Hyerim lalu berlalu dari hadapan lelaki itu.

Lelaki itu masih berdiri disana. ia terdiam dan tak mengerti.

“Gadis monster….Kau memang penuh kejutan. Kau bahkan membuat orang yang membencimu beralih menyayangimu.”

***

Di atas tempat tidur king size itu Baekhyun terduduk. Ia terdiam. Merenung. Semuanya kini berkecamuk dalam benaknya. Mulai dari konflik yang selama ini mengendap otaknya, Kim Jongin, Jiyeon dan sekarang Lee Jieun. Semua itu kini berbaur. Bersatu. Membuat Baekhyun merasa amat penat.

Dari awal. Sebenarnya Ia tak pernah mempermasalahkan posisi. Ia tak perduli ia menjadi nomor berapa. Sejujurnya. Ia hanya ingin di perhatikan. Ia hanya ingin memiliki seorang teman. Yang bisa membuat harinya yang terasa kosong menjadi lebih berwarna. Dan saat melihat Jongin. Ia mendapatkan itu. saat berurusan dengan Kim Jongin. Ia merasakan semua itu. walau ia melakukan dengan cara yang salah. Namun dimata Baekhyun semua ini terasa benar. ia hanya tak lagi mengerti. Seperti apa yang benar dan seperti apa yang tidak benar.

“Aku harus seperti apa..” Bisiknya pelan.

Ia bergerak pelan. Membaringkan tubuhnya dan mulai memejamkan matanya. Bersamaan dengan itu. suara derit pintu terdengar. Baekhyun terhenyak, namun mempertahankan posisinya. Seseorang dari arah pintu mendekat. Ia lalu duduk di sisi tempat tidur Baekhyun. Sebelah tangannya terulur. Mengelus rambut Baekhyun pelan. Dan dengan pelan juga setetes air mata jatuh dari pelupuk matanya. Orang itu tersenyum kecil. Kemudian mengecup pelipis Baekhyun sekilas.

“Mian..” Gumamnya singkat. Dan setelah itu ia kembali bangkit dan berjalan keluar. Setelah sebelumnya menyelimuti tubuh baekhyun.

Sementara diatas tempat tidur itu baekhyun Menahan nafasnya yang terasa sakit. Ia mengepalkan kedua tangannya kuat. Dan tanpa ia sadari ia menangis.

***

Jongin berdiri di depan kamar rawat Jiyeon. Ia memperhatikan Jiyeon yang masih tertidur di dalam kamar itu. Perlahan tangannya terulur dan meraih gagang pintu. Pintu itu terbuka pelan dan tertutup dengan pelan juga. Jongin berdiri di depan pintu sambil terdiam. Ia kemudian berjalan kearah sisi tempat tidur Jiyeon dan berdiri disana.

Matanya jeli. Menatap perinci wajah damai Jiyeon yang tengah tertidur. Ia tersenyum kecil. Ia tak tahu. Sejak kapan ia merasa jika ia akan merindukan wajah ini. Ia tak tahu. Sejak kapan ia mulai menyukai saat-saat ia bisa bersama Jiyeon dan berdiri sedekat ini. Dan ia tak tahu. Entah sejak kapan ia bisa merasa tenang walau hanya melihat Jiyeon.

Sebelah tangannya terulur. Mengusak rambut Jiyeon perlahan.

“Cepatlah sembuh.” Katanya pelan.

Dan Jongin tak tahu. Hal apa yang menariknya hingga kini ia membungkuk dan mengecup kening Jiyeon perlahan. Dan saat ia kembali menegakan tubuhnya, Jongin terpekur sendiri. Terdiam dengan berbagai pertanyaan yang terus berputar-putar di otaknya, tentang.

‘Mengapa aku begitu perduli dengan gadis yang satu ini ?’

***

Matanya mengerjap dan membuka pelan. Lalu mulai menyapu setiap sudut ruangan putih itu.

‘Tak ada yang aneh’ Pikirnya.

Tapi Jiyeon merasa hal aneh dengan dirinya. Tangannya kemudian terulur dan berhenti di dada kirinya. Berdetak. Dan itu sangat cepat. ia belum pernah merasakan hal ini sebelumnya.

‘Ada apa denganku ‘ Gumamnya lagi.

Masih dengan posisi tangan di atas dada. Jiyeon menerawang. Jika ini gejala penyakit Jantung. Mengapa ia tak merasakan sakit. Ia justru merasakan kebalikannya. Rasanya damai dan ia mendadak bahagia. Serasa ada kupu-kupu yang berputar-putar di hatinya. Rasanya hangat dan hangat itu menjalar ke seluruh tubuhnya.

Pelan namun pasti tangannya bergerak lagi dan berhenti di atas pelipisnya.

“Apa Chanyeol oppa tadi mencium keningku ?” Tanya pada diri sendiri.

Jiyeon kemudian bergerak kecil untuk melihat kearah sofa. Dan Chanyeol masih tertidur disana. rasanya tak mungkin jika Chanyeol yang melakukannya. Karena ia merasa jika rasa hangat kecupan itu masih terasa.

Tanpa sadar ia tersenyum kecil. Ia berdoa jika semua ini mimpi. Ia tak akan pernah terbangun lagi. dan jika semua ini nyata. Entah mengapa ia berharap orang yang melakukannya adalah penyelamatnya. Orang yang samar-samar ia lihat saat kejadian itu.

“Gomawo…” Bisiknya sambil tersenyum dan kembali memejamkan matanya.

 

‘Terima kasih…Terima kasih karena telah hadir dalam hidupku.’

 

[TBC]


[PO] Luhan Neverland Baseball Jacket

MoccaciLOVE (2/2)

$
0
0

moccacilove

 

 

Title : MoccaciLOVE

Author : Heena Park

Length : TwoShoot

Genre : Comedy,Romance

Ratting : PG

Poster by  Ayuieo || Ayri Cafe

 

Main Cast :

-Do Kyungsoo

-Park Hyun Ri

 

Backsong :

-La Cha Ta *f(x)

-White Winter  *Kim Bum Soo feat Lena Park*

 

Cuap-cuap Author  : Helo para readers kece,hehehe…Heena Park kembali hadir menemani hari anda :D Kali ini saya datang dengan sebuah FF yang dikhususkan untuk bang D.O *apacoba* *watdepak* Oh ya,sebenernya ni FF Oneshoot ,tapi karena saya kira terlalu panjang.Akhirnya saya jadiin TwoShoot *plak

 

Disclaimer : FF ini adalah murni milik saya ! Di larang keras melakukan Plagiarsm terhadap FF ini ! Jika melanggar,barbel Agung Hercules melayang huakakakka~.Dan FF ini sudah pernah saya share di http://exofanfictionindonesia.wordpress.com/

 

 

====>

 

 

 

Author POV

 

Jam menunujukkan pukul 08.00 KST.Hyun Ri terbangun dari tidurnya,ia mengamati sekitar sebentar lalu mengalihkan pandangan pada dirinya sendiri.Gadis itu mengerjap tak percaya—Bagaimana mungkin ia masih menggunakan mantel Kyungsoo ? Jadi kemarin malam—Setelah ia sampai di rumah,tidak.Dia bahkan tidak sadar kalau telah sampai di rumah.Yang ia ingat adalah,terakhir kali ia sedang berada di mobil dan entahlah—

Apa Kyungsoo yang telah menggendongnya ke kamar ?

Hyun Ri menggeleng pelan,dia bangkit dan mandi kemudian menuju ke dapur untuk sarapan,sepertinya hari ini ia harus memotret lagi.Namun , kali ini ia sudah menge-check ponselnya agar tak ketinggalan seperti kemarin.

Sungguh,kemarin gadis itu benar-benar sangat takut dan bingung.Namun,untung saja di saat-saat terakhir—Saat-saat ia mulai putus asa tepatnya,ternyata Kyungsoo muncul dan membawanya kembali ke rumah.

Hyun Ri berjalan ke dapur,ia menggunakan celana jeans  panjang,sebuah kaos bewarna biru muda,sebuah syal bewarna pink,dan tas lengan yang biasa ia gunakan.Tak lupa kamera menggantung di lehernya.Gadis itu tersenyum kepada Eun Bi dan Kyungmin yang sedang asik menyantap sarapan.

Hyun Ri mengambil roti dan mengolesinya dengan selai.Ia merasa aneh pagi ini,rasanya tidak lengkap.Tiba-tiba saja ia teringat kepada Kyungsoo.Benar,lelaki itu tidak ada.

Hyun Ri mengkerutkan keningnya “Ahjumma,di mana Kyungsoo oppa ?” Tanyanya penasaran.Eun Bi tersenyum kecil “Dia berada di halaman belakang,mungkin sedang member makan ikan.Kalau kau ingin menemuinya,temui saja.Tapi habiskan dulu sarapanmu sayang” Ujar Eun Bi.

 

Author POV END

 

Hyun Ri POV

 

Di halaman belakang ? Baiklah,aku akan menghampirinya.Segera ku habiskan sarapanku dan berdiri untuk pergi menemui Kyungsoo.

“Hyun Ri~ah..” Tiba-tiba saja Eun Bi ahjumma memanggilku,aku menengok dan menaikkan alis “Ne ahjumma?”

Eun Bi ahjumma menyunggingkan senyum penuh misteri sambil berkata “Dia lelaki yang baik dan menyenangkan,percayalah” Ujarnya.Aku menaikkan alis tanda memerlukan penjelasan,namun sepertinya Eun Bi ahjumma tidak ingin berkata-kata lagi.Akhirnya akupun pergi ke halaman belakang.

Ku lihat seorang lelaki sedang melempar makanan ikan ke dalam kolam.Lelaki itu menggunakan kaos bewarna abu-abu dan celana jeans panjang.Tumben sekali,apa dia tidak ke kedai ?—Aku menghampirinya dan berdiri di sampingnya.

“Tidak ke kedai ?” Tanyaku mengawali pembicaraan.Lelaki itu menengok,ia memasukkan tangannya ke dalam saku  “Tidak,aku sedang malas ke kedai” Jawabnya sambil memandangi sekitar

“Eh ? Kau tidak takut jika terjadi sesuatu di sana?”

“Tidak,aku yakin karyawanku bisa mengatasinya”

“Baiklah”

“Ngomong-ngomong,tumben sekali kau mau berbicara denganku.Apa ada sesuatu?”

“Eh,tidak..Aku..Aku hanya ingin minta maaf soal beberapa hari yang lalu,maksudku saat aku ..eh” Lelaki itu menarikku dan merangkulku “Lupakan saja,lagipula itu hanya masa lalu bukan ? Ngomong-ngomong kau mau pergi memotret?” Tanya Kyungsoo padaku.

Aku mengangguk “ Ne,wae?”

“Boleh aku ikut?”

Aku memiringkan kepalaku mendengar pertanyaannya.Apakah kejadian kemarin membuatnya takut membiarkan aku keluar sendiri? Atu dia disuruh ibunya ?

“Aku tidak di suruh oleh amma,aku hanya ingin melihatmu memotret” Ujar Kyungsoo seolah ia bisa membaca fikiranku “Jadi bagaimana?”

Tidak ada pilihan lain,aku mengangguk dan pergi bersamanya.

Kami pergi menggunakan mobil Kyungsoo.Ia bertanya padaku ingin pergi ke mana,dan dengan cepat aku menjawab bahwa ingin pergi ke Namsan Tower,ku fikir memotret di sana pasti sangat indah bukan? Tapi dia berkata bahwa Lebih indah pemandangan di sana jika malam hari.

Baiklah,tak apa.Aku akan menunggu sampai malam untuk melihat keindahannya,dan sekarang ? Hei,dia mengajakku menuju kedainya.Apakah ia akan menraktirku secangkir Moccacino lagi ?

“Baiklah nona,sepertinya secangkir moccacino cocok untukmu” Ujar Kyungsoo.Aku tertawa kecil,sepertinya ia telah tau bahwa aku sangat menyukai moccacino.Ia mengarahkan matanya ke samping dan aku mengikutinya.Ku lihat seorang pelayan telah berdiri di samping kami sambil membawa dua cangkir Moccacino,hmmm..yummy

Ia mengambil ke-dua cangkir moccacino tersebut dan ia berikan satu untukku,aku menghirup sebentar aroma moccacinonya,sungguh menggoda.Sungguh,ini adalah moccacino paling enak yang pernah aku minum,selain itu—Di sini juga adalah Kedai Kopi terbaik yang pernah ku datangi,suasanya,lingkungannya,pelayannya,dan…managernya.

Eh ? Apa ? Manager ? Tidak,tidak..Apa-apaan kau ini Park Hyun Ri ? Jangan berfikir yang tidak-tidak.Berhenti berkhayal.

“Kau tidak apa-apa ?”

Aku mengerjap mendengar pertanyaan Kyungsoo.Sepertinya ia merasa heran karena aku sempat melamun dan menggeleng beberapa kali.

“Eh,aniya..aku baik-baik saja” Ujarku cepat.Ia tersenyum padaku

Hei ! Jangan tersenyum,kau ingin membuatku mati beku di sini ? Kau tak tau betapa merahnya pipiku jika kau tersenyum seperti itu bukan ? Sudah,hentikan omong kosong ini Park Hyun Ri.Sekarang,minum moccacinomu dan jangan pandang lelaki itu,Ok.

Tak lama kemudian,Kyungsoo mengajakku pergi ke sebuah Taman.Beberapa anak kecil terlihat bermain di sana.Walaupun udara sangat dingin,tapi tak masalah.Mereka terlihat sangat gembira.

“Pemandangan yang indah,anak-anak kecil itu—Kau mau memotret mereka?” Tanya Kyungsoo tiba-tiba.Bodoh,aku baru menyadarinya.Ini sebuah pemandangan yang indah,kenapa aku tidak memotretnya sejak tadi ? Ku angkat kameraku dan mulai memotret sekumpulan anak kecil yang sedang bermain itu.Lalu terlihat seorang kakek dan nenek yang sedang duduk berdua di bangku Taman.

Aku memandang Kyungsoo,dia tersenyum kepadaku.Apa dia tau yang ku maksud ?

Tiba-tiba saja Kyungsoo menarik tanganku menghampiri pasangan lanjut usia tersebut.Ia membungkuk member salam di depan kedua orang tadi dan aku mengikutinya.Ia berkata pada pasangan tersebut,apakah mereka mau di foto? Dan mereka bersedia.

Aku berjalan agak menjauh dari mereka dan mulai memotret,awalnya aku hanya memotret pasangan tersebut,namun tiba-tiba muncul ide di otakku.Ide yang sedikit gila,namun sepertinya menyenangkan.

Aku meminta tolong,seseorang yang sedang berjalan di belakangku—Benar,aku meminta ia untuk memotretku dan pasangan tadi,tentu saja aku juga mengajak Kyungsoo.

Aku dan Kyungsoo berdiri di belakang pasangan tadi.Mereka masih duduk di bangku taman sambil tertawa bersama,sedangkan aku dan Kyungsoo membentuk tangan kami membentuk huruf V dan tersenyum lebar..

Chesse…

Satu foto bersama telah diambil.Walaupun hasilnya tidak sebagus potret’an photographer professional,tapi fot ini sungguh istimewa—Seolah-olah kami benar-benar hanyut di dalamnya,tersenyum begitu manis dan tanpa beban.Ini gila,tapi aku sangat menyukainya.

Setelah itu,Kyungsoo mengajakku untuk berbelanja di Myeong-dong,dan sekali lagi.Aku menemukan banyak sekali objek untuk di potret.Kegiatan jual-beli,orang-orang yang melintas,dan hal lainnya.Ini sungguh menyenangkan,sangat menyenangkan.

Kami berjalan-jalan dan mampir di beberapa toko di sana,Kyungsoo menggandeng tanganku.Ia bilang,agar aku tidak hilang , hehe,lucu sekali.Tapi aku menyukai ini.Caranya memperlakukanku,caranya tersenyum,aku menyukai itu.

Kami berlari kecil,seperti anak-anak yang sangat bahagia.Ia tersenyum begitu lebar padaku.Kami membeli kue beras,meminum soda,memotret diri sendiri,dan satu lagi—Ini adalah bagian terindah yang aku suka.Ia memberikanku sebuah gelang berbentuk cangkir kopi.Dia benar-benar..argghh~ Aku tak bisa mengungkapkannya.

Finally,akhirnya kami pergi ke Namsan Tower.Sekali lagi,ia menggandeng tanganku.Bolehkah aku terbang sekarang ?

Saat sedang berjalan,Kyungsoo menarikku ke suatu tempat.Tidak,kami masih berada di arena Namsan Tower.Dia mengajakku mendekat dengan para musisi yang disewa oleh direktur untuk bernyanyi di sana.Kyungsoo melepaskan genggaman tangannya dari tanganku dan berjalan lebih dekat dengan mereka.Ia berbicara dengan mereka,entah apa yang mereka bicarakan.Tapi tiba-tiba orang yang duduk di bangku vocal itu berdiri dan digantikan oleh Kyungsoo.

Sang gitaris mulai memtik gitarnya,dan apa ini ? Kyungsoo ? Lelaki itu bernyanyi ? Benarkah ?

“This song,is specially from Park Hyun Ri..Enjoy this song,girl

Aku membelalakkan mataku begitu Kyungsoo mengucapkan kalimat tadi,bagaimana mungkin ? Kyungsoo ? Bernyanyi? Special untukku ? Aku ? Park Hyun Ri ? Apakah ini mimpi ? Cepat bangunkan aku sebelum aku benar-benar bisa jatuh cinta padanya.

 

geu rae yo geu dae ma eum, na eh geh da ga wa joo gil ba rae yo

geu dae ae seul peun ,noon bit sok eh nae ga deul uh ga gil ba rae yo

an dae get jyo nae mam eul, geu rut geh swip geh bat ah jool soon up get jyo

ha ji man geu dae moon eul yul go nal bat ah joo gil ba rae yo

mant eun nal deul eul geu dael wi hae ,po gi hal soo it suh yo

so joong han gun geu dae ha na bboon in gul ee hae hal soo it na yo

soo mant eun nae sa ram ee byul dae uh geu dae gyut eh ji kyuh jool ggeh yo

po geun han bam geu dae wa ham ggeh jam deul go ship eun de

boo jok han geh mant ji man mo deun gul geu dae eh geh deu ril teh ni

nae sa rang boo di nae jak eun ggoom eul bat ah joo gil ba rae yo

mant eun nal deul eul geu dael wi hae po gi hal soo it suh yo

so joong han gun geu dae ha na bboon in gul ee hae hal soo it na yo

soo mant eun nae sa ram ee byul dae uh geu dae gyut eh ji kyuh jool ggeh yo

po geun han bam geu dae wa ham ggeh jam deul go ship eun de

boo jok han geh mant ji man mo deun gul geu dae eh geh deu ril teh ni

nae sa rang boo di nae jak eun ggoom eul bat ah joo gil ba rae yo

go ma wuh yo nae mam eul bat ah joon geu dael wi hae nan sal ggeh yo

geu dae mo seup ee bit ba rae jyuh do geu dael sa rang hal ggeh yo

geu dael sa rang hal ggeh yo geu dael sa rang hal ggeh yo

 

Confession By KangTa

 

Lelaki ini,ia membuat pengunjung berkumpul dan mendengarkannya bernyanyi,sungguh—Aku belum pernah merasa sebahagia ini sebelumnya.Aku ingin menangis,aku begitu bahagia.Aku merasa sangat dihargai olehnya.Dia benar-benar baik dan sopan,Oh God

Dia berdiri dan membungkuk begitu mendengar para pengunjung bertepuk tangan,dan aku ? Hei jangan bercanda.Sekarang yang bisa kulakukan hanya takjub,takjub,dan takjub.Kyungsoo berjalan menghampiriku.Ia tersenyum padaku dan berkata “Kau menyukainya?”

Aku menutup mulutku,lalu melompat melingkarkan lengaku di lehernya.Ia sedikit terkejut,namun ia cepat beradaptasi.Ia memegang punggungku dan membalasa pelukkanku “Bodoh,kau hampir saja membuatku menangis Kyunsoo”

“Menangis ? Apakah penampilanku jelek ?”

Bodoh sekali lelaki ini , aku melonggarkan pelukkanku “Bukan,bukan jelek..Kau tau ? Penampilanmu tadi,adalah penampilan bernyanyi terindah yang pernah ku lihat..dan aku sangat,sangat,sangat,menyukainya”

Kyungsoo tertawa “Aku tau,sepertinya para pengunjung memandangi kita.Bagaimana kalau kita cepat naik ke menara sebelum ini menjadi heboh” Ujarnya sambil mengacak-acak pelan rambutku.Aku membalas perkatannya dengan mengangguk

Kami mulai naik ke Namsan Tower,saat ini masih sore.Rencananya kami akan melihat matahari terbenam dari Namsan Tower,bukankah itu hal yang indah?

Sebentar lagi,matahari akan segera terbenam.Kyungsoo berdiri di pinggiran Tower sambil menyandar melihat matahari.Ku langkahkan mundur kakiku beberapa langkah,ku angkat kameraku dank u potret dia diam-diam.Ku harap dia tidak keberatan,aku hanya ingin menyimpan foto ini sebagai kenang-kenangan.Itu saja.

 

OoOoO

 

Dua minggu berlalu,hari ini aku harus kembali ke Paris.Memulai kehidupan lamaku,tanpa Kyungsoo di sampingku tentunya—Mengapa waktu terasa begitu cepat saat aku bersamanya ? Apakah ada yang salah dengan waktu ? Kenapa seperti ini?

Aku memakai sweater bewarna krem,topi bewarna hitam,celana jeans bewarna abu-abu,dan kaca mata.Aku berjalan menuruni tangga,ku lihat Kyungsoo,Kyungmin oppa,dan Eun Bi ahjumma sudah bersiap mengantarku ke Bandara.

Kyungsoo menghampiriku,ia membantuku membawa koperku yang sebenarnya tidak terlalu besar dan memasukkannya ke bagasi mobil.Aku duduk di kursi belakang bersama Kyungsoo , Kyungmin menyertir san Eun Bi ahjumma duduk di sampingnya.Keadaan di mobil sedikit canggung,bukan,bukan semuanya.Hanya antara aku dan Kyungsoo saja.

Satu jam berlalu,kami telah sampai di Bandara,ternyata pesawat tujuan Paris sudah mendarat di Bandara.Mereka mengantarkanku sampai ke pintu masuk.Aku memeluk Eun Bi ahjumma dan juga Kyungmin oppa,bagaimanapun mereka sudah sangat membantuku dua minggu ini.

Tiba-tiba Kyungmin oppa dan Eun Bi ahjumma meninggalkan aku dan Kyungsoo.Apa yang sedang ada difikiran mereka ? Aneh sekali—

Ku lihat Eun Bi ahjumma dan Kyungmin oppa telah menghilang,sedangkan Kyungsoo masih terpatung di depanku.Entah,apa yang harus ku lakukan sekarang.

Aku juga terdiam,aku hanya mengamatinya.Tiba-tiba lelaki itu menarikku dalam pelukkannya,ia memeluk tubuhku begitu erat,seolah mengatakan “Jangan pergi,kumohon”.Tanganku menjadi kaku,sungguh.Aku tidak pernah merasa kaku seperti ini sebelumnya.

Ku pejamkan mataku,aku hanya ingin merasakan pelukkan ini,merasakan hangatnya,merasakan sesuatu yang seolah melengkapi hidupku.Kyungsoo mendekatkan bibirnya ke telingaku,aku bisa mendengarkan deru nafasnya yang tak teratur itu.Degub jantungnya jang begitu kencang,namun tubuhnya terlihat lemah.

Ia membuka mulutnya,dengan perlaha berkata “Berjanjilah padaku,bahwa kau akan tetap seperti ini,selamanya”

Aku menyipitkan mataku,aku tak mengerti apa yang ia katakan.Namun belum sempat aku bertanya,pemberitahuan bahwa pesawat tujuan Paris akan segera berangkat telah terdengar.Kyungsoo mendorong pelan tubuhku untuk masuk,dan terakhir kali.Biarlah aku menatapnya,sebentar saja.

Selamat Tinggal,Do Kyungsoo

 

OoOoO

 

Paris,aku sudah tiba di tempat itu.Rasanya rindu sekali pada kota ini,sudah dua minggu aku tidak berada di sini.Sampai di rumah,mom sedang berdiri di depan pintu dan sepertinya sedang menunggu kedatanganku.Ia tersenyum lebar ketika melihatku datang bersama taksi.

Aku keluar dari taksi dan seketika mom dengan cepat memelukku dan aku menenggelamkan diriku dalam rasa hangat pelukkan itu.

“Selamat datang kembali di rumah,bagaimana perjalanmu sayang?” Ujar mom padaku—Aku tersenyum kecil “Menyenangkan”

Mom mengelus rambutku dan mengajakku masuk ke dalam rumah,kami berbincang-bincang kecil hingga akhirnya mom menyebut-nyebut soal Eun Bi ahjumma dan keluarganya “Apakah kau diterima dengan baik di Korea?”

Aku mengangguk “Sangat baik,aku menyukai mereka semua” . Tiba-tiba ponselku bergetar,ku rogoh saku ku dan ku keluarkan benda kecil itu.Kyungsoo ? Dia mengirim pesan untukku? Dengan cepat aku berkata pada mom bahwa aku ingin segera istirahat.

Sampai di kamar,segera ku buka pesan ini.

“Sudah sampai?” Pesan Kyungsoo untukku

“Tentu saja,jangan khawatir aku sampai dengan selamat”

“Aku tau”

“Lalu ?”

“Tidak,ngomong-ngomong kapan kau akan ke Seoul?”

“Kau bercanda ? Entahlah,aku tak tau..Apa kau sudah mulai merindukanku?”

“Mungkin”

“Eh ?”

“Sudah,lupakan,sana kau tidur”

Lelaki itu,hobby sekali ia mengalihkan pembicaraan.Tapi tak apalah,memang aku harus segera tidur.Toh,aku juga sudah kelelahan karena perjalanan panjangku dari Korea sampai ke Paris.

*****

 

Hari-hari setelah kembali ke Paris ku lalui seperti biasa,seolah kehidupan hanya abu-abu.Sepi sekali jika tidak ada lelaki itu.Hei ! Park Hyun Ri , kau merindukannya ? Oh tidak..

Tapi,ku fikir merindukannya juga tak terlalu buruk.Lagipula,sudah hampir satu tahun aku tidak bertemu dengannya,dan dia juga sepertinya sedang sibuk,dia sangat jarang menghubungiku.Menyedihkan sekali bukan ? Aku tau.

“Hyun Ri~ah” Aku mendengar sebuah suara memanggilku,ternyata mom.Dia masuk ke dalam kamarku dan duduk di sampingku “Apa yang sedang kau fikirkan dear ?” Sambung mom padaku.

“Aniya,tidak ada yang aku fikirkan mom” Jawabku

“Benarkah ? Sebenarnya mom ke sini ingin menawarkan sesuatu kepadamu”

“Apa?”

“Kau masih ingat bukan rumah nenekmu di Korea ? Mom fikir,kau mau menempati rumah nenekmu di sana..Tapi,jika kau tak mau..”

“Mwo ? Ah aku mau tinggal di sana,ku fikir aku sangat menyukai Korea.Aku menyukai Negara Kelahiranku dan Negara tempat ayah dilahirkan”

Mom memelukku “Mom tahu,mom akan siapkan segalanya dear~” Ujar mom,lalu keluar dari kamarku.

Benarkah ? Benarkah mom akan membiarkan aku tinggal di Korea ? Aku memang lahir di Korea,dan dad juga berasal dari Korea,namun semenjak dad meninggal , mom mengajakku pindah ke Paris,benar.Mom berasal dari Paris dan Eun Bi ahjumma,dia adalah tetangga mom waktu di Korea.

Dua hari berlalu,hari ini aku akan pergi ke Korea.Apakah ini hanya mimpi ? Ku harap tidak ! Hei, Kyungsoo oh tidak,maksudku Korea aku akan segera datang !

 

Hyun Ri POV END

 

OoOoO

 

Kyungsoo POV

 

Hari apa sekarang ? Hari kerja ? Oh God..rasanya malas sekali aku bekerja hari ini.Ini hari Ulang Tahunku,tapi semua terasa biasa saja dan gadis itu juga tak pernah muncul di depanku.Apa dia tak tau ? Sebenarnya aku merindukannya.Sangat merindukannya,baiklah ini adalah pengakuan terlarang.

Sudahlah Do Kyungsoo,mungkin memang lebih baik kau pergi ke Kedai,siapa tahu kau bisa menemukan hiburan di sana .Apa hiburan ? Hiburan macam apa yang ada di sana ? Tidak ada sama sekali bukan.

Ku parkirkan mobilku di tempat biasa,lalu berkeliling Kedai yang sebenarnya tak terlalu besar ini.Tiba-tiba salah satu karyawanku menghampiriku,ia berkata bahwa terjadi kesalahan dalam memberikan kopi seperti yang pernah terjadi pada..Oh berhentilah memikirkannya Do Kyungsoo.

Karyawanku menunjuk seorang pria di meja nomor dua puluh tiga—Pria dewasa yang sepertinya berusia akhir dua puluhan.Aku berjalan menghampirinya dan membungkuk sopan.

“Mian tuan,sepertinya ini bukan kopi anda,kopi ini milik seorang gadis yang sedang berada di dekat bunga itu” Ujarku padanya.Ia mengelak “Maaf,tapi pelayan tadi sudah memberikan ini padaku,anda siapa?”

“Saya manager di sini,jadi saya mohon agar anda bersedia memberikan kopi itu pada gadis yang di sana”

“Tidak,ini sudah menjadi milik saya”

“Tapi tuan..”

“Tuan,ini sudah menjadi peraturan di sini bahwa yang pertama memesan harus di dahulukan.” Tiba-tiba sebuah suara menyela perkataanku,aku mengetahui suara ini.Aku mengenalnya,sungguh—

“Tuan,lebih baik kau mengikuti kata pria ini saja,kau tau ? Dulu aku pernah dipermalukan karena kejadian ini,sungguh” Sambung gadis itu.Ia lalu tersenyum dan mengambil secangkir kopi yang berada di depan lelaki tadi,dan lelaki tadi sama sekali tak berkutik.

Gadis itu menengok padaku “Jadi,siapa pemilik kopi ini?” Tanyanya,aku terdiam.Sungguh,apakah ini benar-benar terjadi ? Apakah dia benar-benar datang ?

“Tidak…Han In,kemari !” Teriakku pada salah satu karyawan yang sedang berada tak jauh dariku,ia menghampiriku dan gadis ini “Tolong berikan ini pada nona di dekat bunga itu” Ujarku,ia mengangguk mengerti—dan sekarang ? Aku menarik tangan gadis di sampingku dan mengajaknya masuk ke dalam ruanganku.

“Aduh..kenapa kebiasaanmu sama sekali tak berubah eoh?” Rontanya agar aku melepaskan pegangan,aku tidak menjawabnya.Aku dan dia berhenti di balik pintu,dengan cepat ku tarik tubuhnya agar tenggelam dalam pelukkanku.

“Bodoh,aku sangat merindukanmu,kau tau itu?” Aku masih memeluknya,bahkan aku membelai rambutnya yang panjang terurai.Gadis ini,kenapa dia baru datang ?

“Aku tahu,makanya aku datang untuk menemuimu” Jawabnya sambil bergurau.Aku mencubit hidungnya yang mancung dengan pelan dan kembali memeluknya.Hei,Do Kyungsoo kenapa kau tidak bisa mengontrol dirimu sendiri?

“Aku akan tinggal di Korea” Ucapnya tiba-tiba,ku longgarkan pelukkan kami dan ku sipitkan mataku “Kau?”

“Ne,mom memperbolehkanku untuk tinggal di rumah nenekku—Rumah itu kosong,karena nenekku-pun tinggal di Paris bersama mom,kau mau mengantarku ke sana?” Jawabnya.

“Aku ? Tentu saja” Ujarku senang.Apa yang tidak untukmu Park Hyun Ri ?

Segera ku ambil mobilku,aku tak ingin membuatnya menunggu terlalu lama.Gadis itu berdiri di depan Kedai,ia tersenyum lebar.Sepertinya ia juga sedang bahagia sepertiku,sungguh—

Aku melihatnya masuk ke dalam mobilku,lucu sekali.Tingkahnya masih sama seperti tahun lalu,sama sekali tak berubah,seperti yang ku harapkan.Hyun Ri menunjukkan jalan menuju rumah neneknya padaku.Lumayan jauh,butuh waktu sekitar empat puluh menit untuk sampai di sana.Sebuah rumah dengan halaman yang besar,bunga-bunga yang menghiasi sekitarnya,dan sebuah kolam ikan di samping rumah,indah sekali—

Ia berjalan keluar dari mobil,sungguh,gadis itu menggandeng tanganku untuk berjalan bersamanya.Kami berdiri di samping kolam,air mancur terlihat indah mengairi kolam tersebut,beberapa ikan mas berenang dengan indah di dalamnya.Bukankah ini tempat yang sempurna untuk hidup bersamanya ?

Hei,Do Kyungsoo apalagi yang kau fikirkan ? Berhentilah berfikir yang tidak-tidak .

“Bukankah ini tempat yang indah” Celetuknya tiba-tiba padaku.Aku mengangguk dan menaikkan tanganku merangkulnya “Ini akan jadi lebih indah,jika kita hidup bersama” Bodoh Do Kyungsoo,apa yang kau katakan?

“Eh ?”

“Mwo ?” Tanyaku seolah tak mengerti.Hyun Ri memegang keningku “Kau sakit ? Tidak..kau tidak panas,apa ada yang..?”

Chupp~

Bodoh Do Kyungsoo,kau kelepasan lagi ! Hei,kenapa kau tidak bisa mengontrol dirimu sendiri ? Ah,bodoh..

“Mian..” Ujarku padanya.Ia masih terlihat kaget karena aku tiba-tiba mengecup bibirnya.Kyungsoo kau benar-benar bodoh !

“..Gwe..chan..na” Ujarnya sedikit kaku,apa dia sedang salah tingkah ? Mungkinkan dia ? . Mungkin sekarang adalah saat yang baik,ya benar.Sekarang.

Aku menunduk di depannya,ku genggam salah satu tangannya bagaikan pangeran yang ingin melamar sang putri.Sepertinya ini terlalu ku dramatisir,tapi tak apalah.

“Hyun Ri~ah..mungkin ini bukan saat yang tepat,maksudku…aku sama sekali tak mempersiapkan apapun….aku hanya berada di depanmu dengan tangan kosong”

Hyun Ri mengkerutkan keningnya,aku tau ia ingin agar aku segera melanjutkan perkataanku.Baiklah,Do Kyungsoo.Jangan jadi pengecut.

“Sekarang,aku,Do Kyungsoo…yang sedang berada di depanmu ini,tanpa membawa hadiah apapun untukmu,tanpa setangkai bunga mawar atau sebatang coklat..Hanya ditemani oleh segumpal keberanian yang tiba-tiba saja datang dan menyeruak dalam tubuhku,membuatku berani untuk bertanya … … Maukah kau menjadi kekasihku ?”

Bagus Do Kyungsoo,kau berhasil mengatakannya.Kau hebat Do Kyungsoo,sangat hebat . Hyun Ri membelalakkan matanya begitu mendengar pertanyaanku.Pipinya memerah seperti tomat,aku tau.Saat ini jantungnya pasti sedang melompat tak karuan di dalam sana.

Tiba-tiba saja gadis itu menitikkan air mata,ia menutup mulutnya dengan tangan kananya dan terisak pelan.Apa aku salah ?

Aku berdiri dan memeluknya,seharusnya tadi aku tidak mengatakannya.Apa dia shock ?

“Hyun Ri~ah…mianhae jika kata-kataku..”

“Sssttt” Hyun Ri meletakkan jari telunjuknya di bibirku,ia masih menangis namun perlahan ia tersenyum “Bodoh,kau tidak bersalah..Tidakkah kau mengerti bahwa aku sedang menangis karena terharu ? Kau tau betapa bahagianya aku saat ini?”

“Ja..jadi ?”

“Aku mencintaimu Do Kyungsoo,sangat mencintaimu..dan alasanku kembali ke Korea,salah satunya adalah kau”

Gadis ini ? Dia..bolehkah aku memeluknya sekarang ? Ya,boleh..aku pasti boleh memeluknya—Ku tarik kembali tubuhnya dalam pelukkanku.Aku memeluknya begitu erat.Se-erat cintaku padanya.Park Hyun Ri.Kekasihku—

“Oh ne, oppa..Saengil Chukkae hamnida” Ujar Hyun Ri padaku lalu mengecupku,gadis ini nakal sekali kekekek~.

 

Kyungsoo POV END

 

 

Flashback END

 

 

 

END


KY_Krisyaegi Be My Fate : “EXO FAMILY” (Chapter 1)

$
0
0

1989_127338974093404_500474117_nAuthor : Muriza  (@yaegiKris_wu93)

Main Cast  :

  • * Wu Yi Fan (Kris EXO M)
  • Cho yaegi
  • Cho kyuhyun SJ

Support Cast  : Oh SeHun, all Member EXO, J (manager EXO), Cho Ha Sun (ahjumma)

Length : Chaptered

Genre : Comedy & Romance

Rating : General

Disclaimer : Anyeonghaseyo chingudeul.. ini FF pertamaku .. Deep bow buat admin blog ini yang mau publish FF ku. Semoga kalian semua suka dengan FF ku ^^. FF ini berchapter.. di tiap chapter nya bakal banyak KY moment (kris yaegi)..FF ini menceritakan perjalan hidup Kris dengan gadis yang ia cintai, bakal banyak tantangannya juga (nanti author bikin sequel sequel nya deh)  disini aku masukin beberapa cast dari K-Idol , seperti Sj , dll. Maaf jika banyak typo bertebaran, dan semua yang ada dalam cerita ini murni hasil karya ku..ini terinspirasi dari imajinasiku sendiri . FF ini juga pernah aku publish di FANPAGE FACEBOOK https://www.facebook.com/pages/Fan-Fiction-EXO-KRIS/550847568266334?ref=hl  & di blog http://exodeul.wordpress.com/. Plagiat OUT!!

 Mian jika ada tokoh favorit kalian yang berkarakter “bad” disini, ini semua hanya fiksi. Happy reading ^o^

Jangan Lupa RCL nya ya J

“Yaegi~ya Yaegi-ya , Ireona (bangun) apa kau tidak bekerja?” Ha Sun ahjumma membangunkan  Cho yaegi. Cho yaegi adalah anak angkat nya,dia yang membantu Ha Sun untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan bekerja sambil kuliah.

“Eo ahjumma, Na ireonaso (aku bangun) ne,aku kerja tapi nanti sore” yaegi bangun sambil menggosok gosok matanya. Dia lalu bangun dan sarapan bersama Ha Sun ahjumma,mereka hanya tinggal berdua saja di Busan. Dikarenakan Ha Sun sudah terlalu lelah bekerja, jadi beberapa bagian pekerjaan diberikan ke yaegi. Mereke bekerja sebagai Pembantu Dorm Dorm K-Idol *wuuaah *_*

______XXXXXX_______

“Aigooo, aku malas sekali balik ke Seoul , Kuliah ku masih libur panjang, tapi jika aku tidak membantu Bibi, itu tidak mungkin.” Yaegi mendesis seraya duduk dibangku halaman belakang sambil memberi makan itik itik Ha Sun ahjumma. Tak lama…

RINGTONE MIDI KYUHYUN SJ_HOPE IS A DREAM THAT DOESN’T SLEEP berdering, dering HandPhone milik yaegi, walaupun sudah berpisah dengan Kyuhyun tapi dia masih memakai Ringtone namja itu.

“Yeobseyo, Eo na-ya (halo,ini aku)” yaegi mengangkatnya.

“Yaegi-a, jangan terlambat untuk datang, ara?”

“ne arata, aku akan datang tepat waktu J oppa, Khopjongmal (jangan khawatir)” J oppa adalah saudaranya Ha Sun ahjumma, dan ia sangat menyayangi yaegi, yaegi sudah seperti yodongsaengnya sendiri.

“Aku dengan susah payah memberi mu pekerjaan ini, jadi jangan malas, kau akan bekerja di Dorm SM juga sama seperti dulu”

“Bwoheyo? Yak oppa, Shiro. Nanti aku akan berjumpa lagi dengan Kyuhyun, ah Shiro”

“Yak Yak ! apa-apaan kau ini, aku belum selesai bicara ! aku tidak akan menaruh mu di Dorm SJ lagi,tapi kau akan bekerja di Dorm EXO, kau tau EXO kan?aku manager Grup itu”

“Eo ara, geure Hallkaeyo (ok aku datang)” jawab yaegi datar.

“Geure, nanti aku hubungi lagi, aku di bandara sekarang, EXO M sedang ada di Korea, Gidariseyo.”

Bip .. Sambungan terputus.

 “EXO? sampai Kim Nana tau aku bekerja di Dorm EXO, aku pasti akan disuruh minta tanda tangan nya mereka, yeoja itu gila sekali pada EXO, Aigooo terlepas dari Park So rim yang gila dengan SJ sekarang ada lagi -_-“ yaegi membatin.

________XXXX_______

 

“Ahjumma, aku pergi ne. Bibi jika mau ke Seoul Hubungi aku, nanti ku jemput, jangan pergi sendiri ara?”

“ne,arasseo yaegi-ya, kau hati-hati. Rajin lah bekerja jangan mengecewakan  oppa mu itu.

“nee, Sajangnim” yaegi berkata sambil memberi hormat seperti tentara

“kau ini jika diingatkan selalu seperti itu, yasudah pergilah nanti kau ketinggalan kereta”

“ne Ahjumma, halkaeyo”

 

 

SEOUL ___ EXO’S DORM

Yaegi berjalan sambil memegang secarik kertas yang  bertuliskan alamat dorm EXO. “apakah ini apartemennya? Ah tidak salah lagi, benar Pongpyu Apartment, lantai 11.”

Setelah yakin dengan alamat dan dorm yang dituju, yaegi langsung melesat ke lantai 11 dan memasuki dorm itu, passwordnya telah dikirim oleh J oppa melalui sms.

“Aigoo, berantakan sekali, apa semua Dorm Boy Grup seperti ini” yaegi  berdesis pelan  sendirinya

Mereka selalu datang untuk membersihkan dorm ketika K-Idol sedang tidak berada ditempat, jika tidak ada jadwal yang padat saja akan bertemu.

Yaegi membereskan semuanya, mulai mengepel, menyapu,mencuci piring , dan membersihkan setiap sudut ruang dan kamar-kamar, tapi ada satu kamar yang terkunci, yaegi pun tidak memperdulikannya,mungkin saja kuncinya dibawa.

Hingga kamar yang terakhir, sepertinya ruang khusus menyimpan wardrobe, seperti biasa bekerja di dorm-dorm lain, jika sudah sampai kamar terakhir, yaegi langsung menghidupkan handphonenya dan melakukan dance cover K-POP. Yaegi suka mengcover semua lagu lagu K-POP termasuk EXO_MAMA.

 

 

*Urin deo isang nuneul maju haji anheulkka
Sotonghaji anheulkka
Saranghaji anheulkka
Apeun hyeonsire dasi nunmuri heulleo
Bakkul su itdago bakkumyeon doendago malhaeyo MAMA, MAMA

 

Yaegi mengcover dengan sangat baik, dia telah menghafal setiap detil dari gerakan dan sangat menikmatinya tanpa menyadari ada sepasang mata yang mengintipnya.

 

_______XXXXXX_______

 

*Urin deo isang nuneul maju haji anheulkka
Sotonghaji anheulkka
Saranghaji anheulkka
Apeun hyeonsire dasi nunmuri heulleo
Bakkul su itdago bakkumyeon doendago malhaeyo MAMA, MAMA

 

“siapa itu ? apa Kai berlatih diruang wardrobe?ah tidak mungkin” Sang magnae EXO K mengendap ngendap ke kamar wardrobe. Sepertinya dia baru bangun tidur.

“Omo, ige nuguya (itu siapa) ?” Sehun terkejut melihat sosok didalam ruangan tersebut.

-à Sarme heorakdoen chukbokbadeun naldeure gamsahago
Maeil saeroun inyeondeureul mandeulgo
Kkaejyeobeorin maeume boda gippeun sarangeul
Modu hamkke useul su
Itdamyeon~

 

*Urin deo isang nuneul maju haji anheulkka
Sotonghaji anheulkka
Saranghaji anheulkka
Apeun hyeonsire dasi nunmuri heulleo
Bakkul su itdago bakkumyeon doendago malhaeyo MAMA, MAMA

Careless
Careless
Shoot anonymous
Anonymous
Heartless
Mindless
No one who care about me

 

“tapi Dancenya bagus sekali” ketika sehun menikmati tontonan itu hingga musik hampir berakhir ketika gerakan berbalik, yaegi pun selesai dan tersenyum sampil memegang sapu.

“wuaaahhh neomu yappeo, dia bidadari .. “ sehun terkejut ketika melihat sosok yaegi yang saat itu sangat manis dengan setelan Hoddie abu-abu yang ia kenakan.

“Omo!! Nuguya? “ yaegi tersentak ketika menyadari ada sepasang  mata memperhatikannya.

Sehun memasuki kamar tersebut dan tersenyum ramah “ annyeonghaseyo noona ya,na ireum Oh Sehun-imnida”

“Sehun magnae geutji?  Oh na ireum cho yaegi-imnida , aku dikirim J oppa kemari untuk membantu membrsihkan Dorm ini, jika perlu sesuatu panggil saja aku, mannaseo bangapta Oh Sehun“ yaegi memperkenalkan dirinya.

“apakah musikku menganggu istirahat mu? Jeongmal jeosonghago (sangat maaf) “yaegi membungkukkan badannya lagi dan meminta maaf pada Sehun.

“Ah aniyo, jeongmal aniyo, dance noona sangat bagus, bahkan aku saja masih sering lupa gerakan akhirnya” Sang magnae Sehun yang biasanya pelit bicara terlihat begitu nyaman berbicara dengan yaegi.

“kamsamida Oh sehun , ah ye, apa kau sudah makan malam? Perlu ku masakkan sesuatu?”

“isseoyo, aku lapar noona, Suho hyung,D.O hyung, Chanyeol Hyung, dan Baeki Hyung pergi keluar sejak tadi sore dan belum kembali, aku tinggal dirumah saja dengan Kai,  Kai juga tidak tau kemana,tapi sebentar lagi EXO M sampai, jadi ada Luhan Hyung disini” Sehun berbicara dengan aegyo nya.

“ah geurekuna? HunHan Couple ne? HunHan Couple Chuayo” yaegi memperlihatkan senyum manis nya.

“jinjayo? Noona EXOtic juga ya? “ sehun memasang ekspresi yang sangat imut.

“anyitji (tidak begitu), tapi aku suka HunHan , oh ya kau ingin aku buatkan apa?”

“aku mau makan  Jajangmyun , tapi tidak mau yang instant, karena dagingnya sedikit, aku ingin banyak daging noona” jawab sehun bersemangat *ni magnae banyak mau nya,yaegi korban setelah luhan ni kayaknya -__-

“arasseo, aku buatkan sekarang, kau tunggu saja ne”

Mereka keluar dari ruang wardrobe, yaegi menuju dapur sedangkan sehun menuju ruang TV, dia menonton Pororo kartun kesayangannya. Beberapa menit Kemudian..

“Cha~~ Jajangmyun Wasseo, “ yaegi berbicara dengan semangat sambil menuju ruang TV

“Wuaaah. Masseketta (lezat), noona anmogoso? (tidak makan?) “

Tanya sehun sambil meniup niup Jajangmyun nya.

“Piryoeobso, aku tidak suka jajangmyun” jawab yaegi sambil tersenyum

“ah geure, noona kau mau kemana lagi ?”

“aku harus pulang, hari sudah malam, nanti aku ketinggalan kereta”

“tidak menunggu J hyung dulu? Mereka sudah di depan, sebentar lagi pasti datang” guman sehun

“ne, aku tunggu saja” jawab yaegi pelan sambil menonton Pororo nya sehun

 

 

 

________XXXXXXX_______

“Bangun kita sudah sampai.”

“Hoooaamm, badanku pegal sekali hyung” Tao sang magnae EXO M menarik badannya.

“iya nanti sampai di dalam kau bisa istirahat” Luhan menaggapi.

Semua member EXO M pun turun dari mobil, salju mulai turun dan tidak seperti biasa nya di depan dorm tidak ramai  dengan fans, mungkin karena sudah malam jadi sepi.

“Ya Hyung ! “ ada seseorang  di dalam segerombolan yang memanggil ke arah EXO M

Salah satu member EXO M menoleh , “ Baekhyunnie!”. Tao melambai lambaikan tangannya

Segerombolan diseberang sana pun mempercepat langkahnya, dan 11 orang ini pun bertemu

“dari mana kalian? Pulang sampai larut begini? “ tanya J manager EXO .

“kami habis jalan-jalan hyung, aku bosan sekali dirumah” jawab Baekhyun.

“Tumben sekali kau Kai, mau pergi juga?” Cibir  manager J

“tidak hyung, aku tadi ke SM, aku latihan dance, sehun aku tinggalkan dirumah,dia sedang tidur, lagipula dia cerewet sekali “ -__-

“mengapa tidak menelponku jika mau latihan? “ Lay menodong Kai dengan nada bercanda

“Dan kau meninggalkan Sehun dirumah? Suho,Luhan, dan Baekhyun bertanya secara bersamaan.

Tiba tiba ada suara yang menginterupsi mereka..

“Sudah, ayo masuk, aku ngantuk “ Kris berkata seraya berjalan.

“Aigooo bocah itu, apa tidak menaruh cream wajah dulu” Lay mendesis pelan.

“yasudah KAZA , aku hendak memperkenalkan kalian dengan adikku yang mulai sekarang  akan membersihkan Dorm kalian ” J mengajak  semua member masuk ke apartement.

_____XXXXXX_____

“Mengapa mereka lama sekali? Pororo sudah habis, noona aku mengantuk” Sehun bicara sambil menguap-nguap.

“tidurlah, biar aku yang menunggu” jawab yaegi

“Shireo! Aku mau menunggu Luhan Hyung” sehun mendadak jutek

Yaegi membulatkan matanya karena terkejut melihat ekspresi Sehun yang mendadak sewot.

TAK LAMA KEMUDIAN..

“KAMI PULAAAANGGGG, SEHUNIIE EDISEO??”

“Nahhh, itu mereka” Sehun berlari ke arah pintu masuk.

“Hyungdeul, annyeong “ teriak Sehun bersemangat..

“Aigooo sehunnie”, Xiumin tersenyum sambil mengacak ngacak rambut sehun.

“ah matta, yaegi noona.. kemari” teriak sehun.

“Eoh, dia sudah disini? Kenapa tidak mengabariku? “ manager J balik bertanya.

“ne, aku sangat menyukai noona itu, dia baik sekali dan juga mirip bidadari, dia sangant jago dance Kai” tiba-tiba sehun menodong Kai

“Dia siapa hyung?” Suho bertanya karena penasaran, tidak biasanya Sehun begitu mudah menyukai orang asing dan mirip bidadari? Apakah ada Ahjumma yang mirip bidadari? *Pabo Suho kumat

“Adik angkat ku, namanya cho yaegi, nanti ku perkenalkan..”

Yaegi pun datang menuju dekat pintu masuk, “anyyeonghaseyo, na ireum Cho yaegi-imnida, mannaseo bangapta, jika perlu sesuatu ketika kalian di dorm hubungi saja aku.”

“cantik sekali” Lay membatin.

“Mulai sekarang kau D.o  juga Lay, tidak usah khawatir, adaa yaegi yang membantu kalian di dapur” Manager J berkata seraya merangkul yaegi.

Yaegi tersenyum dan menatap kepada semua member, ketika menatap ke arah Suho & Kai , yaegi terkejut begitu pula dengan Kai dan Suho, yang sedari tadi membulatkan matanya ketika melihat yaegi, merekas berdua memasang ekspresi terkejut ketika melihat yaegi seperti orang yang sudah lama kenal, Kris yang sedari tadi mengamati terlihat sedikit curiga..

-TBC-

Siapakah yaegi? Dan bagaimana bisa dia menjadi bagian dari hidup kris?

Tetap ikuti ya chingu, waiting for next part #bow with Kris

RCL nya jangan lupa ^_^


KY_Krisyaegi Be My Fate : “Firstly Talk To You” (Chapter 2)

$
0
0

cats

Author : Muriza  (@yaegiKris_wu93)

Main Cast  :

  • * Wu Yi Fan (Kris EXO M)
  • Cho yaegi
  • Cho kyuhyun SJ

Support Cast  : all Member EXO, J (manager EXO), Cho Ha Sun (ahjumma).

Length : Chaptered

Genre : Comedy & Romance

Rating : PG 13

Disclaimer :  Deep bow buat admin blog ini yang mau publish FF ku. Semoga kalian semua suka dengan FF ku ^^. FF ini berchapter.. di tiap chapter nya bakal banyak KY moment (kris yaegi)..FF ini menceritakan perjalan hidup Kris dengan gadis yang ia cintai, bakal banyak tantangannya juga (nanti author bikin sequel sequel nya deh)  disini aku masukin beberapa cast dari K-Idol , seperti Sj , dll. Maaf jika banyak typo bertebaran, dan semua yang ada dalam cerita ini murni hasil karya ku..ini terinspirasi dari imajinasiku sendiri . FF ini juga pernah aku publish di FANPAGE FACEBOOK https://www.facebook.com/pages/Fan-Fiction-EXO-KRIS/550847568266334?ref=hl  & di blog http://exodeul.wordpress.com/. Plagiat OUT!!

 Mian jika ada tokoh favorit kalian yang berkarakter “bad” disini, ini semua hanya fiksi. Happy reading ^o^

 Cha~ part 2 nya udah jadi. Don’t be silent reader ya chingu. Saran & kritik kalian sangat diperlukan. Happy reading, Saranghae yeorobun ,mian kalo banyak typo. This story is belong to me .

_____XXXX_____

Pukul 09.30 malam KST

Yaegi melihat ke arah luar melalui jendela dapur dorm EXO, menikmati butir butiran es yang jatuh ke permukaan bumi, dia baru saja selesai membereskan dapur karena tadi semua member makan malam dirumah,dan dia pun sudah tidak bisa kembali ke Busan malam ini, karena tidak ada lagi kereta menuju Busan, dia terpaksa menginap di dorm malam ini, J manager pun tidak mengizinkan dia pulang karena menurutnya ini sudah larut malam.

 

“pasti Bibi sendirian malam ini, huuff~” yaegi mendesis pelan.

Lalu yaegi bergegas menuju ruang TV, sejak dari tadi Sehun menonton Pororo, Tv belum di matikan, ketika yaegi hendak mematikan Tv, tiba-tiba sebuah suara menginterupsi..

“Chogi.. jangan dimatikan dulu, aku mau nonton” ternyata itu Luhan.

“ah ye Luhan –ssi” yaegi menggangguk. Dia terpaksa untuk tidak berbaring dulu disofa,karena ada Luhan,lalu ia kembali ke dapur.

“kau mau kemana cho yaegi-ssi?” Luhan seketika bertanya.

“Chogi, aku mau ke dapur aku haus” dusta yaegi.

“ah geure, eo Suho~ya bwoyeyo? (suho nagapain)” Luhan menoleh ke arah suho yang menuju dapur.

“aku haus Hyung, kau kenapa diluar,  kenapa tidak menonton di dalam saja?”

“Sehun sudah tidur , aku tidak mau mengganggunya dengan suara TV”  jawab Luhan

“Aigoooo HunHan Forever” cibir Suho, Luhan hanya tersenyum.

“Ya itu siapa didapur? Kenapa lampu dapur hidup?”

“Cho yaegi-ssi yang tadi , manager hyung bilang dia menginap disini saja, karena tidak ada lagi kereta menuju Busan” Luhan memperjelas.

“Oh geurekuna” singkat respon suho seraya menuju dapur.

________XXXXX_________

“Hyung, jebal telfon dia sekarang, aku mau bicara, Hyukjae-ya!” seorang namja berkulit putih,terlihat sangat manis dengan piyama yang ia gunakan.

“Yak!! Kyuhyun-a, kau meminta bantuanku, tapi kau memanggilku seperti itu, Aiiisshhh jinjja “ Eunhyuk mendengus kesal.

“Hyung, jebal … aku mau bicara dengannya,hp ku rusak besok akan segera aku beli yang baru” teriak kyuhyun frustasi.

“arasseo arraseo, kau ini” eunhyuk segera mengambil Handphonenya dan menekan tombol panggilan.

______XXXXX_______

 

“Eoh yaegi-ssi bwoyeyo? “ Suho bertanya sambil mengambil minum.

*Suho oppa orang nya friendly banget ya *_*

“Ah ye Suho-ssi, aku baru saja menyelesaikan pekerjaan dapur” jawab yaegi yang terlihat sedikit terkejut dengan kehadiran Suho yang tiba-tiba saja membuyarkan lamunannya.

“ah ne geurekuna” suho mengangguk.

RINGTONE Handphone yaegi berdering..

“yeobseyo?” yaegi menjawabnya.

“Aku tidak bisa enhyu….k oppa,aku sedang bekerja di dorm EXO .” yaegi memelankan suaranya ketika menyadari Suho masih ada di hadapannya.

“Arasseo, halkaeyo” yaegi menutup telfon , dan menarik jaket tebal miliknya yang ada dikursi lalu pergi.

“tidak salah lagi, pasti dia orangnya” suho menggumam.

___XX____

Dorm SJ

 “tugasku sudah selesai, aku tidur, kau pergilah sekarang jangan sampai ia menunggumu selalu” .

“Ye hyung, Gomawo” Kyuhyun pun bergegas pergi.

______XXXXX_______

Pukul 11.30 malam KST

Yaegi memasuki Dorm dengan lunglai menuju sofa ruang TV, matanya terlihat bengkak karena menangis,dia membuka topinya secara kasar dan merebahkan diri di sofa.

#FLASHBACK

“misunsuriya kyuhyun-ssi (ada apa)?”

“yaegi~ya,bagaimana nanti aku menjelaskannya pada Appa , Omma, Eonni, dan Halmoeni, kita menikah saja.”

“biar aku yang menjelaskan, walaupun aku tidak jadi menikah dengan mu, aku tetap menyanyangi mereka”.

“Cho yaegi ya~.” Panggil kyuhyun dengan tatapan sendunya.

“Keumanhae (hentikan) kyuhyun-ssi, aku tidak bisa.”

“Cemiso? (apa kau senang) bekerja di tempat namja-namja Grup itu? Cemiso? Kau selalu bisa melihat namja-namja tampan disekelilingmu,makanya kau bisa melupakanku.”

“Na keusaram anya kyuhyun ssi (aku bukan orang seperti itu).”yaegi menjawab tegas

“aku mencintai mu, jeongmal saranghae” nada suara kyuhyun melemah.

“Mianhae kyuhyun ssi, nan adwegetta (aku tidak bisa).”air mata mulai mengalir di pelupuk mata yaegi  seraya ia belalu pergi.

“CHO YAEGI !! SAMPAI KAPANPUN AKU AKAN BERUSAHA MENDAPATKAN MU KEMBALI WALAU AKU TAU KESALAHANKU YANG LALU ITU SANGATLAH FATAL, AKU MENCINTAIMU !!” kyuhyun berteriak keras ke arah perginya yaegi. Untung saja Sungai Han malam ini sunyi *siapa bilang sunyi, ada mimin ni di balik rerumputan yang bergoyang -_-

FLASHBACK END *****

Disisi lain, namja jangkung yang menggunakan masker di wajahnya keluar kamar untuk mengambil minum didapur tanpa sengaja melihat yaegi yang sedang memeluk kaki dan merapatkan kepalanya,tapi ia tidak memperdulikannya.

“aku haus sekali, kenapa bisa gerah padahal malam ini kan turun salju” namja itu hendak bergegas kembali ke kamar.. tapi…

RINGTONE Handphone terus berbunyi..

Namja itu berjalan menuju arah sumber bunyi tersebut, dan tepat sekali itu adalah dering Handphone yaegi. Yaegi tertidur sambil memegang handphone ditangannya dan masih mengenakan jaket tebal.

“ternyata dia sudah tidur, pantas saja berdering terus” ketika namja itu hendak berbalik pergi, yaegi yang sedang tertidur,merubah posisi badannya dan tanpa sengaja handphone nya jatuh ke bawah sofa,spontan namja itu berbalik mau mengambil Handphone nya,sementara itu yaegi melakukan hal sama. Dia tersentak dan terbangun, lalu…

“Aaaaa hmmmp” jeritan yaegi tertahan.

“jangan berteriak,aku Kris” namja itu membuka suara nya sambil membekap mulut yaegi.

“kau hmmp siapa hmmpp, Kenapa menyeramkan sekali” tanya yaegi dengan suara yang masih tertahan.

“sudah ku katakan aku Kris”. Kris tidak menyadari bahwa tangan nya masih di mulut yaegi, dan jarak wajah mereka hanya beberapa cm.

“kenapa jantungku berdetak kencang sekali” batin Kris.

“Yak! Apa kau mau membunuhku ?” Yaegi menghentakkan tangan kris dari mulutnya.

“Aissshh!ponsel mu dari tadi terus berdering sepertinya penting sekali”Kris memperjelas.

“kamsamida Kris-ssi, mianhaeyo” nada yaegi melemah.

“dasar ceroboh, bagaimana bisa ada yeoja yang tidur sembarangan seperti kau” sahut Kris sewot.

“mworagu?” mata yaegi membulat sempurna.

“CEROBOH. Kau Ceroboh. Ara?” Kris menekankan nada bicaranya pada kata ceroboh.

“Yak! Aku tidur disini juga bukan karena keinginanku, aku mau tidur seperti apa juga itu bukan urusan mu hantu masker!” balas yaegi tak kalah sewot.

“apa kau bilang? HANTU?” Kris melotot.

“ne, HANTU MASKER. Hanya kau satu satu nya member yang memakai masker.  Wae? Wae? Waeyo? Bwol? Bwol? ” yaegi memperjelas dengan intonasi tinggi tapi tidak sampai terdengar oleh penghuni dorm.

“Aiissh, yeoja Bodoh!” Kris berbalik pergi.

“menyebalkan”. Desis yaegi sambil memicingkan mata ke arah kris yang perlahan hilang dibalik pintu kamar.

DUUK ! kris sedikit membanting pintu kamar.

“wae shenma Ge? (ada apa)” Tao yang sedang tidur terbangun karena suara pintu. *kita sekalian belajar kosakata mandarin juga ya chingudeul ^_^

“mei shenma (tidak ada apa apa)” kris mendengus lalu segera berbaring di ranjang nya.

“Ge, kau tidak membersihkan masker mu? Kau aneh sekali” Tao bangkit dari tempat tidur nya yang berada di bawah ranjang kris.

“Ah aku lupa, semua ini gara gara yeoja mengerikan itu.” desis kris pelan tapi tao bisa mendengarnya.

“yeoja pabo? Nugu?”tao mengerutkan keningnya.

“amotaanya(bukan siapa siapa)” kris bangkit dari tempat tidur nya menuju ke kamar mandi untuk membasuh wajah. Lalu mengeringkannya dengan handuk.

“adik nya manager hyung ya ge?” tao kembali bertanya.

“iya, siapa itu nama nya entahlah” jawab Kris jutek.

“Cho yaegi, dia memang nya kenapa ge?”

“kau ini cerewet sekali, sudah tidur sana, besok kau harus latihan wushu” Kris makin jutek

“Eeiiyy~ kau aneh sekali Ge, tapi yaegi itu wajahnya manis sekali ya ge” semula Tao mendengus kesal tapi setelah menyebut nama yaegi dia tersenyum.

“cih ~ sama sekali tidak, dia itu menyeramkan” balas Kris.

“tapi aki yakin dia gadis yang baik, dia mirip sekali dengan noona ku,aku jadi merindukannya. Kapan ya aku bisa ke qingdao?”

“noona mu 1000 kali lebih baik dari yeoja menyeramkan itu, ah wo bu zhu tao (aku tidak tahu), ayo tidur” Kris langsung menutup badannya dengan selimut.

______XXXXX______

Pagi harinya di DORM EXO.

“Yak ! chanyeo palli, ireona! Prang~ Prang.. Dum Dum”

“Hyung!! Kaos kaki ku mana , D.o Hyung!”

“Yak! Yak! Apa-apaan ini jangan menarik kaki ku, “

“Tang Ting Prang-Prang itu punya ku bodoh!!”

~ seperti itulah suasana dorm exo di pagi hari jika 12 member berada di dorm.

“Aigoo, berisik sekali ckckcck ~” yaegi yang sedang membuat sarapan bagi para member terlihat kaget dengan suasana pagi ini, wajar saja karena baru pertama kali ia bekerja disini.

Yaegi menata semua makanan dimeja makan, 12 pasang sumpit, 12 sendok,12 mangkuk berisi sup tahu dan 12 gelas susu. Semuanya serba 12 belas.

“Noona, annyeong! Wuaah massiketta “ sehun lebih dulu sampai dimeja makan dan menyapa yaegi.

“annyeong do Oh sehun” yaegi tersenyum tapi masih menata meja makan

 

“Noona, panggil aku Sehunnie ara? “ .

“arasseo sehunnie” yaegi menjawab tanpa memalingkan wajah dari pekerjaannya.

“wuuuaah daebakk, banyak sekali sarapan pagi ini” chen member kedua yang datang.

“Hyungdeul, ayo sarapan” teriak Sehun dari meja makan”

“ARAAA NAWASSEO” beberapa member exo membalas teriakannya.

Setelah mereka berkumpul semua, yaegi hendak balik ke dapur dan ingin melanjutkan pekerjaan nya lalu pulang ke Busan.

“kenapa Cuma 12?” D.o bertanya

“Manager hyung tidur di gedung SM, mereka ada party para manager” suho memperjelas.

“ah geureyo” Kai mengangguk.

“ah chamkkaman (tunggu sebentar), jangan makan dulu” sehun seperti menyetop sesuatu.

Semua member menghentikan aktivitas nya dari suapan nasi pertama karena sang magnae.

“wae geure suhunnie?” chanyeol mengerutkan keningnya.

Sehun tersenyum lebar dan berkata “yaegi noona sarapan disini saja”

“ide bagus” Tao dan D.o menjawab serentak.

Member lain mengangguk setuju, kecuali Kris yang memasang wajah dinginnya.

“Yaegi noona …..”

“ne wae geurae?” yaegi datang dengan tergesa-gesa.

“kau makan disini saja dan duduk disamping ku” sehun berkata dengan wajah innocent nya.

“Anyi gwenchana, aku tidak biasa sarapan pagi, sebentar lagi aku mau kembali ke Busan” yaegi berbohong, karena ia enggan untuk makan bersama mereka, bagaimanapun juga ia hanya pekerja disini .

“aaa noona jebal, ayolah” sehun mulai merengek.

“yaegi-ssi, anjuseyo (duduklah)” baekhyun tersenyum.

“iya duduk saja disini, masih terlalu pagi buat mendengar sehun menangis” disusul anggukan chanyeol

“arasseoyo” yaegi menurut dan duduk disebelah sehun, disebelah kanannya ada Kris, di hadapanya ada Suho Kai juga member lain.

 “cha~ kaza mogoseumida..”

Selang beberapa saat..

Handphone yaegi berdering..

Yaegi melihat sekilas ke arah handphone dan melanjutkan makan.

Berdering lagi…

“Kenapa tidak kau angkat?” kris melirik.

“noona kenapa tidak diaangkat? Memang itu siapa?”sehun bertanya dan mengintip ke ponsel yaegi yang ia taruh di pahanya.

“Eo Cho Kyuy….n ssi” sehun membaca layar ponsel tapi tidak begitu jelas karena yaegi langsung mengambil nya.

“Cho kyuhyun? Seperti nama kyuhyun sunbaenim” sehun menyerocos dengan innocent nya dan melanjutkan aktivitas sarapan pagi.

“Uhuk Uhuuuk ! mool mool (air) “ Kai tiba tiba tersedak, suho dengan segera memberikan segelas air dan menepuk punggung Kai.

Seketika meja makan hening dan saling menatap satu sama lain,kecuali sehun *-_- astaga bocah ini

 

Mimik wajah yaegi seketika berubah gugup..

“Chogiyo…” yaegi terbata.    -TBC-

Please RCL nya ya chingu. Buat di  beberpa part ada kyuhyun SJ disini. Karena aku juga sparkyu kekeke~

Otteo? Gaje ya? Tunggu next parnya ya Exoticdeul #bow with kris

 

 


SHINING STAR (Chapter 9)

$
0
0

shining-star-5

Main Cast : Park Jiyeon – Kim Jongin – Byun Baekhyun

Support Cast : Park Chanyeol  – Lee Jieun – Jung Soojung – Kim Joonmyeon

Genre : Life, Friendship, Romance, A Little bit Angst

Length : Chaptered

Author : Qisthi_amalia

Backsound : Huh Gak – One Person

-CHAPTER 9-

 

***

Soojung merapatkan jaket tipis yang membalut tubuhnya. Ia kembali berputar dan mematut diri di depan cermin. Dengan sedikit polesan blush on pada pipinya, Soojung tersenyum kecil.

“Ternyata aku cukup cantik. “ Gumamnya sambil tersenyum.

Pipinya bersemu kemerahan.

Sejak dua jam yang lalu. Soojung di sibukan dengan beberapa hal. Mulai dari memilih baju. Menata rambut. Berdanda sampai memilih aksesori. Ia benar-benar mulai merasa jika semua baju yang ia punya sudah tak layak pakai lagi. Pasalnya ini adalah hari pertama Joonmyeon mengajaknya kencan. Dan Soojung bersemangat bukan main.

Drrrrt….Drrrt..

Soojung berjalan cepat kearah meja nakas, lalu meraih ponselnya yang tergeletak di sana.

Satu pesan masuk dari Joonmyeon. Soojung tersenyum sambil berjingkrak kecil.

 

From : Joonmyeon Oppa

Aku sudah di depan rumahmu. Bisakah membukakan pintu untukku ? ^^

 

Soojung terlonjak. Ia bahagia. Tersenyum begitu lebar. Bunga-bunga yang telah lama bersemi di hatinya kini telah mekar dan merekah dengan indah. Dengan cepat ia meraih tas, memasukan ponsel kedalamnya dan berlari kearah pintu masuk.

Kebetulan rumahnya sedang kosong. Karena kedua orang tuanya sedang ada tugas dinas ke luar kota. Sementara ia yang anak tunggal dan masih sekolah tidak bisa ikut orang tuanya.

Di depan pintu itu Soojung menegapkan tubuh. Kakinya gemetar dan tangannya terasa dingin. Jantungnya berdegup kencang. Ia bahkan tak tahu apa yang akan ia katakan pada Joonmyeon nanti. Padahal satu jam lalu ia sudah merancang akan bertanya apa saja pada Joonmyeon. Tapi saat ini. Semua itu menghilang. Menguap tanpa bekas.

Dengan gerakan pelan. Ia mengulurkan lengan dan membuka gagang pintu.

‘CKLEK’

Pintu itu terbuka. Dan di sana seorang Kim Joonmyeon tengah berdiri dengan senyuman mega watt-nya yang membuat Jung Soojung hampir meledak karena bahagia. Jika saja ia cokelat mungkin saat ini ia sudah meleleh.

“Hello..” Sapa Joonmyeon.

Soojung mengangguk kecil. “ Hi..” Balasnya sambil mengangkat satu tangannya.

Joonmyeon tersenyum kecil. Kemudian memperhatikan Soojung dari atas sampai bawah.

“Kau cantik hari ini.” Pujinya.

Pipi Soojung bersemu. Ia merasa panas. God ! Help her.

“Gomawo, oppa..” Katanya tersenyum malu sambil menunduk.

Joonmyeon tersenyum kecil. Sebelah tangan yang sejak tadi bersembunyi di belakang punggung kini tepat berada di depan wajah Soojung. Sebuah buket bunga mawar merah cantik dengan pita berwarna merah muda kini berada di depan wajah Soojung.

Soojung terpana. Ini adalah kali pertama seorang pria memberikannya buket bunga mawar.

“Ini untukku ?” Tanya Soojung terbata.

Joonmyeon mengangguk cepat. “Iya. Ambilah.”

Dengan gerakan pelan. Soojung meraih buket bunga itu. menatapnya penuh haru dan mencium aromanya.

“Terima kasih.” Katanya lagi.

Joonmyeon mengangguk. “ Soojung~aa…”

Suara lembut, bernada rendah itu membuat Soojung merinding. Ia merasa itu sangat merdu. Soojung lalu mendongak dan menatap Joonmyeon.

“Maukah kau menjadi kekasihku ?” Joonmyeon mengepalkan sebelah tangannya yang gemetar. Dan tangan yang lain ia gunakan untuk merogoh sebuah kotak kecil dari saku jas dan menyerahkannya pada Soojung yang masih terdiam.

Soojung mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia benar-benar tak tahu jika Joonmyeon akan menyatakan cinta padanya.

“Oppa..” Desahnya tak percaya.

Joonmyeon menunduk. “ Ini mungkin tak begitu romantis. Tapi aku sudah berusaha semampuku. Kau tahu, aku bahkan membaca beberapa buku tentang cara menyatakan cinta. tapi hasilnya malah seperti ini. Ma’af.” Katanya menyesal.

Soojung terkekeh. Ia lalu meraih kotak kecil ditangan Joonmyeon. Membukanya. Dan memakai isinya. Sebuah cincin.

Melihat itu Joonmyeon membulatkan matanya dan menatap Soojung tak mengerti.

“Aku mau, Oppa. Aku tak perduli romantis atau tidak. Asal itu berasal dari hatimu, aku akan menyukainya.” Ujarnya tulus.

Joonmyeon menatap gadis dihadapannya penuh sayang. “Kau tahu. Aku tak akan pernah menyesal pernah mencintaimu. “ Tegasnya lalu meraih tubuh Soojung dan memeluknya.

***

Matanya menyipit, menatap lekat-lekat ponsel yang tergeletak di atas meja di sisi ranjang. Tak ada dering telpon atau pun tanda pesan masuk. Baekhyun lalu mengetuk –ngetuk jemarinya ke atas meja. Seharian ini Jieun sama sekali tidak menghubunginya. Padahal kemarin-kemarin gadis itu rajin menelponnya setiap hari. Dan sejak dua hari semenjak kejadian di taman belakang sekolah itu, Jieun mulai menjaga jarak padanya. Dan jika bertemu pun, Gadis itu bahkan enggan menatapnya.

“Apa aku melakukan hal yang salah ?” Gumamnya sambil berpikir. Matanya menerawang, memutar kembali kejadian di taman belakang sekolah tempo lalu.

“….. Jika hal itu menganggumu nanti. Aku berjanji akan menghentikannya. Dan jika hal itu membebanimu hingga membuatmu lelah nanti. Aku berjanji akan pergi jauh darimu.”

Potongan ucapan Jieun tempo lalu membuat Baekhyun terdiam. Dan mengingat apa yang ia lakukan setelah itu kembali membuat Baekhyun terpekur.

“Apa dia menyangka jika aku menolaknya ?” Gumamnya lagi.

Baekhyun lalu menegakan posisi tubuhnya menjadi duduk bersila diatas tempat tidur. Dengan ponsel di tangannya ia berpikir keras.

“Kenapa aku jadi memikirkannya begini ?” Dan ia mendadak tak mengerti saat menemukan dirinya sendiri merasa kehilangan sosok ceria itu, yang kini menghilang secara perlahan.

‘Dan kenapa aku merasa jika semua ini mendadak tak benar ?’

***

Setelah mendapatkan ijin pulang dari dokter beberapa menit lalu. Senyuman di bibir Jiyeon semakin mengembang. Begitu pun dengan Chanyeol yang masih mengurus keuangan di bagian administrasi. Sementara Jieun dan Soojung juga membantu membereskan baju Jiyeon. dan Jiyeon sendiri tengah menunggu perawat yang masih melepas jarum infusenya.

“Aku bebas sekarang..” Katanya sambil mengangkat tangan bahagia. Perawat di sebelah Jiyeon hanya tersenyum kecil lalu berlalu dari sana.

Jieun menatap sahabatnya itu bahagia. “ Akhirnya sahabatku Jiyeon yang cerewet ini akan segera keluar. Sepertinya jika nanti kita bereksperimen lagi akan menyenangkan,..”

Mendengar itu Jiyeon merengut, meraih bantal dan melemparkannya kea rah Jieun.

“Dasar ! Kau mau membuatku mati keracunan gara-gara makanan buatanmu, eoh ?”

Jieun terbahak. Sementara Soojung hanya tersenyum kecil.

“Aku senang kau akan pulang Jiyeon. kebahagianku hari ini benar-benar lengkap..” Papar Soojung sambil tersenyum lebar.

Jiyeon menatap sahabatnya itu heran. “ Lengkap ? Memang sebelumnya kau bahagia karena apa ?”

“Pasti ada hubungannya dengan Joonmyeonkan ?” Timpal Jieun.

Soojung mengangguk mantap. “ That’s Right. Kalian mau tahu apa berita bahagianya ?”

Jieun dan Jiyeon mengangguk bersama.

“Mulai hari ini kami resmi berpacaran.” Jelasnya sambil tersenyum lebar.

Jieun menganga, sementara Jiyeon membulatkan matanya sebulat-bulatnya.

“WHAT ?” Dan mereka merespon bersamaan.

“Kau serius ?”

“Kau tidak bohongkan ?”

“Tentu saja aku serius. “

Jieun tersenyum dan begitu pun Jiyeon. mereka saling menatap, mengedipkan salah satu mata dan mengangguk penuh makna. Melihat tingkah itu Soojung mendadak tak enak hati. Ia hendak melangkah mundur tapi Jieun yang berdiri di sampingnya telah lebih dulu memegang pergelangan tangannya dan menggeleng.

“CHUKAE URI SOOJUNG~AA..” Teriak Jieun dan Jiyeon bersamaan sambil memeluk Soojung seerat-eratnya. Membuat Soojung memekik kaget karena pelukan kedua sahabatnya itu yang begitu erat. Namun tak ayal ia pun tersenyum.

Tingkah Jieun dan Jiyeon yang terkadang aneh justru membuatnya merasa luar biasa bahagia. Memiliki sahabat seperti Jieun dan Jiyeon mendadak membuat hidupnya yang dulu sepi kini riuh penuh tawa dan kebahagian. Dan kehadiran Jieun dan Jiyeon dalam hidupnya. bagaikan sebuah keajaiban yang luar biasa indah. Dan Soojung tahu jika Ia tak ada artinya tanpa kedua sahabatnya itu.

***

Jieun memperhatikan ponsel di hadapannya lekat. Ia berniat mengambilnya namun ia kembali mengurngkannya. Ia tak boleh seperti ini lagi. ia tak boleh berlari sendiri lagi. karena rasanya akan sakit jika terjatuh di tengan jalan dan tak ada seorang pun yang membantumu.

Ia akhirnya mengehembuskan nafas berat dan memilih untuk berbaring. Menatap langit-langit kamarnya lekat.

“Aku harus berusaha seperti apa lagi…?” Gumamnya.

Jieun lalu memejamkan matanya erat.

“Kau bahkan menolakku sebelum aku memulai sama sekali.” Katanya pelan.

Jieun mengulurkan tangannya dan berhenti di dada kirinya.

“Disini….Rasanya sangat sakit. Kau tahu ?”

Dan air matanya jatuh begitu saja.

***

Pintu itu di ketuk pelan. Kedua tangan itu masih saling bertaut. Kedua orang itu sesekali saling berpandangan dan tersenyum bahagia.

“Aku gugup, oppa..” Kata Soojung.

Joonmyeon menggenggam tangan Soojung lebih erat. Ia berniat memperkenalkan Soojung pada ummanya. Ia berharap Ummanya merestui hubungannya dengan Soojung. Dengan perasaan takut sekaligus penuh harap Joonmyeon menunggu pintu berwarna cokelat tua itu terbuka.

Dan

‘CKLEK’

Pintu itu terbuka. Dan Sang umma berdiri di depan sana dengan senyumannya.

“Kau sudah pulang ? Kenapa sesore ini ?” Tanya Yoona sambil mengusap bahu Joonmyeon. Ia belum menyadari kehadiran seseorang yang berdiri di samping Joonmyeon.

Dan saat matanya menyadari kehadiran orang lain. Yoona langsung menoleh kearah orang itu dan menatap gadis di hadapannya lekat.

“Annyeong omonie..” Sapa Soojung sambil membungkuk hormat.

Yoona memperhatikan Soojung lekat.

“Umma, ini Soojung. Gadis yang sering ku ceritakan.” Joonmyeon menambahkan.

Yoona tersenyum kecil dan tanpa Joonmyeon antisipasi sebelumnya. Ummanya itu bertepuk tangan kecil dan langsung merangkul Soojung kedalam rumah lalu meninggalkan Joonmyeon begitu saja.

Joonmyeon menatap ummanya tak percaya.

“Dasar umma. Akukan anaknya.” Katanya merengut. Namun tak ayal ia bahagia karena ternyata Yoona bisa menerima Soojung.

Di ruang tamu Yoona asik bertanya beberapa macam bertanyaan dan dijawab Soojung dengan ramah dan penuh senyuman.

“Kau tahu. Omonie sampai kaget saat melihatmu. Wajahmu mirip Omonie ketika masih muda.” Ujar Yoona bangga.

Soojung tersenyum kecil. “ Omonie bisa saja. aku yakin Omonie pasti lebih cantik. Aku bukan apa-apa.” Katanya merendah.

Joonmyeon menggeleng melihat kelakuan ummanya.

“Dasar umma. Ingat umur umma. Jangan terlalu percaya diri seperti ini.”

Yoona menatap Joonmyeon tajam. “Kau ? Beraninya kau !!”

Soojung tertawa kecil. Dia ia pikir ia akan menyukai jika sering-sering berkunjung kemari. setidaknya itu yang ia pikirkan. Sebeum ia tahu siapa salah satu anggota keluarga Joonmyeon yang belum ia temui.

***

Sebuah kotak berukuran sedang ia pegang erat-erat. Di depan sebuah rumah bercat putih itu ia berdiri tegap. Sudah dua jam lebih ia berdiri disana tanpa melakukan apapun. hanya matanya yang fokus menatap jendela yang terbuka di lantai dua. Sesekali ia tersenyum saat mendengar suara tawa dari atas sana.

Kakinya bergerak pelan, melangkah kecil kedepan. Namun belum juga dua langkah ia kembali mundur dan berdiri di tempat awal. Ia menghela nafas dan menghembuskannya cepat. sebelah tangannya ia gunakan untuk merogoh ponsel dari saku celana. Ditekannya angka 5 dengan cepat, dan langsung tersambung dengan sebuah nomor.

Lelaki itu menunggu nada tunggu di ponselnya usai. Ia mengetuk-ngetukan kakinya gugup. Sambil sebelah tangan yang menggenggam kotak kecil di tangannya erat.

“Yobboseyeo..”

Lelaki itu terdiam.

“Ya, Kim Jongin…!!”

Ia tersenyum kecil. Dan entah sejak kapan ia menyukai suara cerewet di sebrang sana.

“Ya ! Otak udang kau mau apa ? Kenapa diam saja ?” Suara protes di sebrang sana terdengar lagi.

Jongin lagi-lagi tersenyum.

“Dasar Gadis monster. Kau tak bisa berhenti berteriak apa ?”

“Tidak. Kenapa ? Tidak suka ?”

“Ani.”

“Lalu kenapa protes kalau aku cerewet ?”

“Karena suaramu membuat telingaku sakit.”

“Bagus kalau begitu.”

“Ya !”

Jiyeon terkekeh di sebrang sana. Ia mendadak menyukai acar bertengkar bersama Jongin. Itu memang terkadang membuatnya kesal namun justru menyenangkan.

“Ada apa kau menelponku ? Kau merindukanku ?”

Jongin memutar bola matanya dan tersenyum kecil.

“Dasar. Kau bukan hanya monster tapi kau juga terlalu percaya diri. “

Jiyeon terbahak. “ Untuk itulah aku dilahirkan.”

“Kau ini. Bisakah keluar sebentar saja ?”

Jiyeon diam sejenak. “ Keluar ? Mau apa ? “

“Ayo keluar saja dulu. Baru ku beritahu.”

Jiyeon berpikir. “ Shireo. Diluar dingin. Aku tak mau mati membeku.”

Jongin mendecakakn lidah. “ Ayolah. Sebentar saja.”

“Shireo.”

Jongin menghela nafas berat. “ Baiklah kalau kau tidak mau keluar. Annyeong.”

TUT.

.

.

.

Jiyeon menatap layar ponselnya yang mati. tak ada lagi suara Nyaring Jongin dari ponselnya. Dan entah kenapa ia merasa sedikit kehilangan.

“Aigo…Ada apa denganku..” Desahnya sambil memukul tempurung kepalanya pelan.

Jiyeon lalu bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan kearah jendela kamarnya yang terbuka. Ia memeluk tubuhnya yang menggigil karena angin yang berhembus dari arah jendela.

“Aissh, Dinginnya…”

Sebelah tangannya ia gunakan untuk meraih kaca jendela yang terbuka kearah luar. Namun gerak tangannya terhenti saat melihat sebuah kotak kecil teronggok di depan gerbang rumahnya. Dan tanpa menunggu lama lagi ia berlari ke luar rumah.

Jiyeon menatap lekat kotak berukuran sedang berwarna cokolat muda dengan pita emas di atasnya. Jiyeon berjongkok. Meraih sehelai kertas kecil yang terselip diantara ikatan pita.

 

‘From Kim Jongin’

Hey Gadis monster kau harus menyukai hadiah ini. ARRA !

 

Jiyeon tersenyum kecil sambil menggeleng.

“Dasar namja aneh..” Gumamnya sambil membawa kotak itu kedalam dan berlari kedalam kamarnya.

Di simpanya kertas tadi kedalam laci dan ia duduk bersila di atas tempat tidur. Dengan perlahan Jiyeon membuka kotak yang ia simpan di depan kakinya. Matanya membulat saat menemukan benda kesayangannya ada disana.

“Ukiran kayuku..” Pekiknya sambil memeluk ukiran kayu itu erat. Setelah menciuminya beberapa kali Jiyeon kembali melihat isi kotak kecil itu. Sebuah benda berkilau kecil berbentuk bintang berwarna biru laut dengan untaian bulatan-bulatan besi kecil berwarna perak yang menjadi gantungannya.

“Gantungan Bintang…” Jiyeon tersenyum lebar. Ia bahagia dan ia menyukai hadiah Jongin.

Ini adalah hadiah terindah yang pernah ia terima selama ini. Tentunya setelah ukiran bintang dari ummanya dan tempelan bintang kertas bersinar di langit-langit kamar dari oppanya Chanyeol.

Jiyeon meraih gantungan bintang itu dan mengangkatnya ke udara, Tepat di depan kedua matanya. Ia menatapnya lekat dan saat benda itu bergerak kecil Jiyeon tersenyum. Benda itu sangat cantik, warnanya biru seperti lautan dan berkerlip kecil saat bergerak.

“Ya Tuhan, ini indah…” Ucapnya terkagum.

Gomawo Kim Jongin aku akan menjaganya dengan baik.

***

Baekhyun memutar-mutar bolpoin di tangannya. ocehan Songsaengnim di depan sana sama sekali tak ia dengarkan. Matanya sesekali mencuri pandang kearah tempat duduk Jongin yang terletak di sudut baris paling ujung. Baekhyun mendecakan lidahnya sambil mengacak rambutnya.

‘Aku harus memulai seperti apa’ Gumamnya dalam hati.

‘TUK’

Baekhyun mengelus keningnya yang menjadi sasaran kapur tulis untuk mendarat. Di depan sana Ham Songsaengnim tengah berkacak pinggang. Dengan tatapan tajamnya ia menatap Baekhyun yang tengah menelan ludahnya dengan susah payah.

“Byun Baekhyun.”

Baekhyun mendongak pelan. “Ne, sam..” Katanya pelan.

Semua anak di kelas itu menatap Baekhyun kasihan.

Ham sam berjalan dengan angkuh kearah tempat duduk Baekhyun dan berdiri tepat di depan Baekhyun yang menunduk penuh penyesalan. Ia lupa jika mata dan telinga Ham Sam sangat tajam. Dan ia juga lupa bahwa papan tulis dan kapur saja bisa memiliki mata jika ada Ham sam.

“Apa kau mendengarkan apa yang sam terangkan di depan barusan ?” Tanya Ham sam pelan namun tegas.

Baekhyun mengangguk kecil. “ Iya, sam.”

Ham Sam menyeringai kecil.

“Kalau begitu tolong beritahu teman-temanmu kenapa Jerman dan Amerika melakukan perang dingin ?” Tanya Ham Sam sambil menatap Baekhyun tajam.

Baekhyun merengut. Menelan ludahnya susah payah. Ia menggaruk kepalanya beberapa kali dan mencoba mencuri pandang pada teman di samping kirinya. Namun nihil ia tak mendapatkan apapun. akhirnya dengan keberanian yang masih ia miliki. Baekhyun menjawab.

“Mungkin karena saat adalah musim dingin jadi mereka melakukan perang dingin. Kalau saja musim panas mungkin mereka akan melakukan perang panas.” Baekhyun tersenyum bangga. Setidaknya ia memiliki ide brilian seperti itu. setidaknya itu yang Baekhyun bayangkan.

Beberapa teman Baekhyun menutup mulut mereka menahan tawa. Sementara Ham Sam semakin menajamkan penglihatannya dengan wajah memerah marah. Dengan sekali gerakan, tangan Ham Sam menggebrak meja Baekhyun. Membuat Baekhyun terperanjat dan berdiri tegap.

“BYUN BAEKHYUN. IKUT KERUANGANKU…SEKARANG !!!” Teriaknya keras. Baekhyun menutup kedua telinganya kuat-kuat sambil mengangguk pelan. Dinikuti ketakutan luar biasa melihat wajah Ham Sam yang semerah kepiting rebus.

‘Mati aku’ Gumamnya.

***

Jieun menautkan kedua tangannya erat dan ia tersenyum kecil melihat gantungan bintang milik Jiyeon. begitu pun dengan Soojung yang beberapa kali bertanya dimana Jiyeon membelinya, karena ia berniat membelinya juga. Namun tentu saja Jiyeon tak memberitahu, Ia hanya menjawab jika gantungan itu hadiah dari seseorang.

“Ya tuhan Jiyeon~aa, ini gantungan tercantik yang pernah ku lihat. “ Kata Jieun lagi terkagum-kagum.

“Warna birunya benar-benar cantik..” Timpal Soojung sambil menatap gantungan itu penuh kagum.

Jiyeon terkekeh melihat kelakuan dua sahabatnya yang kekanakan. Namun tak bisa ia pungkiri, gantungan bintang itu memang benar-benar indah. Perpaduan warna biru lautnya, bentuk bintang dari bahan perak berwana bening berkilaunya yang indah dan untaian logam berbentuk bulat yang menjadi gantungannya pun sangat cantik. Dan lebih cantik lagi jika gantungan itu terkena sinar matahari atau terkena temaram lampu saat malam hari.

“Jika aku tahu dimana orang itu membelinya, aku akan membeli semuanya..” Ujar Jieun sambil mengangguk semangat.

“Sebelum kau melakukan itu, aku akan mendahuluimu.” Timpal Soojung lagi.

Jieun menoleh cepat dan memberikan death glarenya. Tapi Soojung tak mau kalah ia juga memberikan death glarenya.

“Jung Soojung”

“Apa Lee Jieun ?”

Jieun merengut. “ Baiklah. Kau boleh membeli semuanya asal sisakan aku warna Merah.”

Soojung mengangguk sambil tersenyum. “ Baiklah, aku akan memberikanmu warna merah. Karena aku mau warna merah muda dan Joonmyeon oppa warna hijau.” Sambungnya.

Jiyeon yang melihat itu semakin menggeleng tak percaya.

“Ya Tuhan. Kalian ini benar-benar yah. Jangan banyak menghayal, darimana membeli saja kalian tak tahu. Bagaimana bisa kalian sudah memikirkan akan membeli warna apa ? Sampai akan membeli semuanya !”

Jieun dan Soojung tertawa kecil.

“Setidaknya biarkan kami berkhayal.”

“Betul.” Soojung membela.

“Ya terserah kalian saja. Dasar !”

“Jiyeon~aa, sebenarnya siapa yang memberikanmu gantungan itu ?”

“ Iya siapa ? Kalau aku tahu orangnya aku berjanji akan menganguminya.” Kata Jieun penuh keyakinan.

Jiyeon tersenyum. Merasa jika kedua temannya benar-benar lucu. Ia jadi berpikir. Bagaimana jika mereka tahu Jika gantungan itu dari Kim Jongin, namja yang kedua sahabatnya tak suka. Apakah Jieun akan tetap memegang ucapannya, untuk mengagumi Jongin ?

“Hey, kenapa tersenyum seperti itu ?”

Jiyeon menggeleng. “ Tidak apa-apa. Hanya merasa ini sangat lucu.”

“Apanya yang lucu ?” Tanya Soojung.

Jieun beranjak dari tempat duduknya. Namun sebelum ia keluar dari kelas. Ia berucap.

“Kalian tahu. Jika kalian melihat oranganya, kalian pasti akan menarik kembali semua perkataan kalian barusan.” Ujar Jiyeon lalu berlalu dari sana.

Jieun dan Soojung saling berpandangan bingung.

“Apa maksudnya dengan menarik kembali ucapan kita ?” Tanya Jieun bingung.

Soojung mengangkat bahu. “ Entahlah. Mungkin orang yang memberikan gantungan itu orang yang menyeramkan.” Jawab Soojung asal.

Jieun berpikir. “ Menyeramkan…Emmm, apa jangan-jangan itu hodong ahjussi..”

Soojung menjitak kepala Jieun cepat. “ Huss, Kau ini. Itu tak mungkin. Hodong ahjusi dapat uang dari mana untuk membeli gantungan seindah itu.”

Jieun mengangguk setuju. “Kalau begitu siapa ?”

Soojung lagi-lagi mengangkat bahu.

Jieun merengut kesal. Mengacak rambutnya pusing. Lalu melipat kedua tangan keatas meja dan menumpu wajahnya disana.

“Argght !! Kenapa jadi aku yang penasaran…Issh !!”

***

Jiyeon mendudukan dirinya di atas beton atap sekolah. Sangat berharap bisa bertemu Kim Jongin disini. Tangannya terulur meraih ponsel dari saku bajunya. Matanya menatap kagum gantungan bintang yang ia gunakan sebagai gantungan ponsel. Tangannya lalu memutar-mutar bintang itu. ia tak pernah bosan melakukannya. Kilauan yang terpantul dari bintang itu benar-benar luarbiasa. Dan Jiyeon tak bisa berhenti berdecak kagum.

“Aku tahu kau pasti terpesona.”

Jiyeon terperanjat. Ia hampir saja menjatuhkan ponsel jika tidak memegangnya dengan erat. Didepan sana Kim Jongin tersenyum kecil. Dengan kedua tangan yang di masukan kedalam celana dan bersandar di ambang pintu masuk. Posisinya benar-benar keren, dan itu membuat Jiyeon terdiam. Apa lagi saat angin berhembus dan memainkan helaian poni di dahinya. Jiyeon sampai harus menahan nafasnya yang tiba-tiba tercekat.

Posisi lelaki itu, kedua tangan yang ia masukan dan bagaimana angin memainkan rambutnya. Perpaduan itu. semua itu. entah mengapa membuat sesuatu di dalam sana berdesir. Jiyeon mengepalkan kedua tangannya erat. Ia tak mengerti. Ia sungguh tak mengerti.

Jiyeon masih duduk di tempat itu tanpa berkata. Bahkan sampai Jongin bergerak dari tempat semula dan berjalan kea rah Jiyeon. ia berdiri tepat di depan jiyeon. Jiyeon mendongak. Ia tiba-tiba terperanjat. Cara Jongin berdiri dengan cahaya matahari yang menyinari punggunya membuat wajah Jongin terlihat samar. Dan itu mengingatkannya pada seseorang. Seseorang yang pernah ia lihat sebelumnya. Dengan posisi yang sama. Berdiri didepannya dengan wajahnya yang hanya bisa ia lihat samar-samar. Orang yang menyelamatkannya. Dua kali.

“Kau..” Ujar Jiyeon tak percaya.

Jongin masih berdiri di depannya dengan tatapan heran.

“Ya, ini aku. Kenapa ?” Tanya Jongin tak mengerti.

Jiyeon menutup mulutnya tak percaya. Ia memekik kecil sambil menatap Jongin tak percaya.

“Kau..Jadi itu Kau..” Lanjut Jiyeon lagi.

Jongin semakin tak percaya. Ia lalu beralih dari posisinya dan kini berdiri di salah satu sisi di samping Jiyeon. membuat wajahnya kini terlihat sangat jelas.

Dan tanpa sadar. Jiyeon berdiri cepat dan memeluk tubuh Jongin, erat. Seerat yang ia bisa.

Jongin terdiam. Ia membeku. Tubuhnya terasa melayang dan ia tak bisa merasakan apapun. kedua tangannya diam tanpa membalas pelukan jiyeon. ini semua terlalu tiba-tiba. Dan ia tak tahu harus berbuat seperti apa.

Sampai Jiyeon melepaskan pelukannya dan menatap Jongin dengan tatapan lega.

“Aku sudah tahu. Itu bukan Baekhyun.” Katanya.

Jongin menatap Jiyeon bingung. Bukan Baekhyun ? Apa maksudnya ?

“Apa maksudmu dengan bukan Baekhyun..?”

Jiyeon tersenyum kecil.

“Kau masih belum mau mengaku, eoh ?”

“Mengaku apa ? Aku benar-benar tak mengerti ?”

Jiyeon menaikan alisnya bingung.

“Kau sedang berpura-pura atau bersungguh-sungguh. Jangan bercanda, ini tak lucu.”

“Aku benar-benar tak mengerti apa yang kau bicarakan “

Jiyeon menatap Jongin tajam. Lelaki di hadapannya ini memang benar-benar tak peka.

“Kau benar-benar tak tahu kemana arah pembicaraanku barusan ?”

Jongin menggeleng.

Jiyeon mendecakan lidahnya kesal.

“Lupakan saja. sepertinya hal ini tak begitu penting untukmu. “ Ujar Jiyeon kesal, lalu berniat pergi dari sana. Namun langkahnya tertahan saat Jongin menarik lengannya.

“Ma’af.”

Jiyeon diam. Barusan ia tak salah dengarkan ? Jongin. Seorang kim jongin mengatakan ma’af. Dan itu padanya ?

Jiyeon menoleh. “ Untuk apa kau minta ma’af ?”

Jongin menunduk. “ Ma’af karena aku benar-benar tak tahu arah pembicaraanmu. Setidaknya kau beritahu apa itu. jangan mengatakan hal itu tak penting untukku sebelum kau mengatakannya dengan jelas.”  Ujar Jongin.

Jiyeon menatap lelaki di hadapannya heran. Ia tak yakin. Ia tak yakin lelaki dihadapannya ini adalah kim jongin. Lelaki yang selalu ia ajak beradu mulut setiap bertemu. Ia merasa Jongin kali ini berbeda. Ia merasa lelaki itu kini sedikit dewasa dan entah mengapa ia merasa jika Jongin hari ini berlaku lembut padanya.

Jiyeon tersenyum kecil. “ Aku ingin bertanya satu hal. Kau harus menjawabnya dengan jujur, ara !”

Jongin mengangguk.

“Apa kau yang menyelamatkanku saat ditaman bermain kota ?”

Jongin diam. Ia tak langsung menjawab.

“Jawab aku..” Lanjut Jiyeon.

Jongin menatap Jiyeon. “Apa yang kau pikirkan ? Apa kau mengira itu aku ? Bukankah Baekhyun sudah jelas mengatakan itu dia dan saat itu aku dengar kau percaya. Jadi untuk apa kau menanyakan itu padaku ?”

Jiyeon tercengang. Apa saat ini Jongin tengah menyalahkannya ?

“Apa maksdumu ? Siapa bilang aku percaya padanya ? Aku tidak begitu. “

Jongin tersenyum sinis. Sifat awalnya keluar. “Benarkah ? Apa buktinya ? Bukankah kau tak melihat siapa yang menyelamatkanmu saat itu, jadi bagaimana kau tahu jika itu bukan Baekhyun ?”

Jiyeon menatap Jongin lekat. “ Karena aku bisa merasakannya, jika itu bukan Baekhyun.”

Jongin diam. Matanya menatap lekat bola mata Jiyeon.

Kau merasakannya ? Apa kau juga bisa merasakan perasaanku sekarang, eum ?

“Kau merasakannya ? Apa itu berarti kau tak memiliki perasaan apa pun pada Baekhyun dan malah merasakan itu padaku ?”

Jiyeon membuka mulutnya tak mengerti.

“ Apa yang kau katakana ? YA ! Itu sama sekali tak ada hubungannya dengan ini.!!”

Jongin tersenyum sinis. “ Kenapa marah ? Aku hanya bertanya ?”

“Tapi kau belum menjawab pertanyaanku tadi.”

“Gadis monster. Lihat aku. Apa kau merasa jika orang yang menyelamatkanmu itu aku ?”

Jiyeon tak mengerti kenapa ia merasa gugup. Ia bahkan tak bisa menatap mata Jongin kini. Jadi yang ia lakukan hanya diam dan menunduk.

“Ya, aku merasa itu kau. PUAS ?”

Jongin tertawa. Ia berjalan mendekat ke arah Jiyeon dan berbisik tepat di telinga kiri Jiyeon.

“Kau harus berpegangan lebih erat kali ini Gadis monster. Karena badai angin musim semi akan segera berhembus. Dan aku bersumpah tak akan membuatmu jatuh ke tangan yang lain. karena angin musim semi itu akan bersalah dariku”

Jiyeon terdiam. Demi Tuhan ia tak mengerti apa yang Jongin katakan. Ia hanya membeku di tempat itu. matanya menatap kosong tembok di hadapannya. Bahkan saat Jongin berlalu meninggalkannya. Ia tetap diam. Sampai getar ponsel membuyarkan kebingungannya.

Jiyeon mengeluarkan ponsel dengan cepat dan membuka sebuah pesan masuk.

 

From : Kim jongin.

Kau yang memulainya dan aku yang akan mengakhirinya. Jangan khawatir, ini akan berakhir happy ending.

 

Jiyeon menggerutu tak jelas. Dan mejulurkan lidah kearah ponselnya.

“Dasar namja aneh.” Katanya kesal. Namun kata-kata jongin membuatnya semakin bingung.

‘angin musim semi akan berhembus’ Apa maksudnya ?

Dan jiyeon tanpa sadar terpekur dalam pikirannya sendiri. Angin musim semi ? Bukankah itu artinya bunga-bunga akan segera bermekaran dan apa itu artinya Kim Jongin…

“Arggght Molla, dia benar-benar berengsek. Beraninya membuatku bingung…Otak Udang, awas kau !!” Geramnya sambil berjalan tergesa keluar dari sana.

Namun tak ayal. Ada sesuatu yang tiba-tiba muncul dan kini bersemi di dalam sana. Dan mungkin saat angin musim semi itu berhembus, sesuatu yang bersemi itu akan merekah dan mekar disana.

 

[TBC]


TRUE LOVE (Chapter 6)

$
0
0

TRUE LOVE

TRUE LOVE

 

Tittle                : True Love (Part 4)

Author             : Jellokey

Main Cast        :

Kim Jong In (Kai EXO-K)

Oh Sehun (Sehun EXO-K)

Luhan (Lu Han EXO-M)

Kim Joon Myun (Suho EXO-K)

Kang Jeo Rin (OC)

Shin Min Young (OC)

Support Cast   :

Wu Fan (Kris EXO-M)

Park Chanyeol (Chanyeol EXO-K)

Do Kyungsoo (D.O EXO-K)

Byun Baekhyun (Baekhyun EXO-K)

Kim Min Ra (OC)

Jang Mi Sun (OC)

and others

Length             : Chaptered

Genre              : Romance, Family, School Life

Rating             : PG-15

Annyeong…. Mian update chapternya agak lama. Adakah yang menunggu ff gaje ini? Semoga ada. Typo bertebaran. Oke, langsung baca jangan lupa comment dan like ^^

Jeo Rin tidak mengaktifkan handphonenya begitu sampai di Seoul. Ia takut Suoh menghubunginya. Ia juga berpesan pada pembantunya untuk mengatakan kepada siapa saja yang mencarinya bahwa ia sedang berada di luar negeri. Ia langsung masuk ke kamarnya begitu selesai mengatakan pesannya.

***********

‘Apa yang terjadi padaku? Kenapa kau bisa tidur dengan namaja itu?’ Jeo Rin membuka syal yang melilit di lehernya yang langsung menampakkan tanda kemerahan di sana.

“Kita melakukannya dalam keadaan sadar, baby.” kata itu terus terngiang di kepala Jeo Rin.

“Tidak mungkin aku melakukannya dengan namja itu.” Jeo Rin menggelengkan kepalanya. Lalu ia membuka dressnya. Bisa ia lihat tubuhnya dipenuhi tanda dari Kai.

“Menjijikkan. Seluruh tubuhku dipenuhi tanda namja itu. Aku harus menghilangkan tanda ini.” Jeo Rin masuk ke kamar mandi. Menyalakan shower dan menyabuni seluruh tubuhnya dengan kasar. Lalu ia berjalan menuju cermin.

“Belum hilang.” Ia kembali melakukan itu.

“Kenapa belum hilang juga?” Jeo Rin terus bolak-balik shower cermin. Lalu ia mengisi air di bathup. Masuk ke dalam bathup memeluk lututnya.

“Aku kotor. Tanda ini tidak mau hilang juga. Aku benar-benar menjijikkan.” Jeo Rin menenggelamkan dirinya di bathup.

************

Sudah satu hari Jeo Rin tidak keluar dari kamarnya. Dan ini membuat pembantunya, Bibi Han khawatir. Bibi Han sudah menghubungi Ny. Kang yang saat itu sedang berada di New York. Ny. Kang sudah menghubungi Jeo Rin tapi tidak ada jawaban. Ia belum bisa pulang ke Seoul karena urusannya di New York belum selesai. Ia lalu menyuruh Min Young untuk melihat keadaan putrinya.

************

“Apa yang terjadi pada Jeo Rin?” tanya Min Young begitu masuk ke rumah keluarga Kang.

“Saya tidak tahu, noona. Begitu pulang dari Pulau Jeju nona langsung masuk ke kamar dan belum keluar sampai sekarang.” Bibi Han mengantar Min Young ke kamar Jeo Rin yang berada di lantai dua.

“Jeo Rin-ah… buka pintunya. Ini aku, Min Young.” Min Young mengetuk pintu kamar Jeo Rin.

“Jeo Rin….” tidak ada jawaban. Min Young mencoba membuka pintu kamar Jeo Rin. Terbuka. Pintunya tidak dikunci. Kosong. Itu yang Min Young dapati begitu masuk ke kamar Jeo Rin. Tidak ada Jeo Rin. Yang terdengar hanya suara gemericik air. Min Young berjalan ke arah kamar mandi.

“Jeo Rin-ah… kau di dalam?” Min Young mengetuk pintu kamar mandi.

“Jeo Rin….” Tidak ada jawaban. Min Young membuka pintu kamar mandi. Yang ia temukan hanya shower yang menyala. Ia lalu membuka tirai dan memndapati Jeo Rin pingsan di dalam bathup.

“Jeo Rin-ah……” Min Young mencoba mengangkat Jeo Rin.

“Bibi Han, bantu aku.” Min Young mengambil handuk menutupi tubuh Jeo Rin. Ia terkejut mendapati tanda biru keunguan di seluruh tubuh Jeo Rin.

“Hubungi dokter, bi.” kata Min Young begitu menidurkan Jeo Rin di tempat tidur. Mengeringkan tubuh Jeo Rin dan memakaikan Jeo Rin pakaian. Bisa Min Young rasakan tubuh Jeo Rin yang sangat panas saat memakaikan Jeo Rin baju.

‘Apa yang terjadi padamu? Kenapa banyak tanda kebiruan di tubuhmu?’

“Nona, sebentar lagi Kim uisa datang.”

************

“Nona Jeo Rin demam. Selain karena terlalu lama di dalam bathup juga karena ada sesuatu yang menjadi beban pikirannya.” Terang Kim uisa. Dokter pribadi keluarga Kang.

“Beban pikiran?”

“Ne. ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Dan kalau nona Jeo Rin sudah sadar nanti jangan bertanya apa-apa dulu. Biarkan dia tenang.”

“Baik, uisa.”

“Kalau begitu saya permisi.” Pamit Kim uisa.

***********

“Eungg..” Jeo Rin membuka matanya perlahan.

“Jeo Rin… kau sudah sadar?” Min Young memutuskan menginap di rumah Jeo Rin sampai Jeo Rin sembuh. Jeo Rin baru sadar setelah 18 jam tertidur.

“Min… Young…” suara lemah Jeo Rin.

“Istirahatlah. Kau masih lemah.” kata Min Young yasng melihat Jeo Rin hendak bangkit. Jeo Rin hanya diam.

“Aku akan memnita Bibi Han untuk membuatkanmu makanan.” Min Young beranjak dari tempat tidur.

“Young-ah, tolong jangan beritahu siapa-siapa keadaanku.” kata Jeo Rin lemah.

“Suho oppa?” Jeo Rin membulatkan matanya.

“Kau sudah memberitahunya?”

“Belum. Aku terlalu panik saat menemukanmu tadi.”

“Jangan beritahu dia. Jebal..”

“Wae?” Jeo Rin terdiam.

“Geurae.” kata Min Young mengingat perkataan Kim uisa.

************

Dua hari Min Young berada di rumah Jeo Rin, tapi ia belum mendapatkan jawaban penyebab Jeo Rin depresi. Jeo Rin masih bungkam. Ia hanya bicara saat ia membutuhkan sesuatu. Keadaan Jeo Rin sudah lebih baik. Tapi tubuhnya masih hangat.

“Min Young…” Min Young terkejut karenas Jeo Rinm memeluknya tiba-tiba. Min Young mengelus-elus kepala Jeo Rin.

“Ada apa? Ceritakan padaku. Kau tahu, kau membuatku khawatir karena terus diam.”

“Aku kotor, Young-ah.”

“Apa maksudmu?” Min Young melepas pelukannya. Menatap penuh tanya pada Jeo Rin.

“Tanda ini, namja itu membuat tanda menjijikkan ini di seluruh tubuhku.” Jeo Rin menangis. Ia memukul-mukul lehernya.

“Hentikan, Jeo Rin-ah.” Min Young kembali  memeluk Jeo Rin.

“Tenanglah. Ceritakan padaku.” Min Young mengelus kepala Jeo Rin. Mencoba menyalurkan kekuatan pada temannya itu.

“Aku… tidak tahu…. apa yang terjadi malam itu. Saat pagi aku bangun, namja itu memelukku dengan tubuh naked. Dia meniduriku, Min Young. Aku sudah tidak suci lagi.” Jeo Rin menangis semakin keras. Min Young terkejut mendengar kata-kata Jeo Rin.

“Siapa yang melakukannya, Jeo Rin-ah?”

“Aku tidak mau menyebut nama namja itu. Dia brengsek. Aku membencinya.”

“Katakan padaku. Aku tidak mau melihatmu seperti ini, sedangkan dia bersenang-senang di luar sana. Siapa yang melakukannya?” tanya Min Young lembut.

“Kai…”

“Kai? Namja brengsek itu. Aku sudah salah menilainya.”

Jebal, jangan beritahu siapa-siapa, Young-ah. Aku takut.”

“Tenanglah. Aku selalu di sampingmu. Aku tidak akan memberitahu siapa-siapa.” Min Young melepas pelukannya. Lalu berdiri.

“Kau mau ke mana?”

“Aku mau pergi sebentar. Jangan melakukan yang aneh-aneh.” ‘kau harus bertanggung jawab, Kai.’ batin Min Young.

***********

Di sinilah Min Young berada. Di sebuah cafe, menunggu Kai sang Casanova. Mengaduk ice cappucinonya gusar. Ia bahkan membatalkan janjinya dengan Sehun setelah mendengar cerita Jeo Rin.

“Lama sekali dia?” Min Young takut meninggalkan Jeo Rin lama-lama. Ia takut Jeo Rin akan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Bunuh diri.

“Kau sudah lama?” Kai mengambil tempat duduk di hadapan Min Young yang duduk membelakangi kaca transparan yang memperlihatkan keadaan di luar café. Matanya tak sengaja menangkap sosok Sehun sedang memperhatikan Min Young dari luar. ‘Sehun? Sekalian saja aku menghancurkan hubungan Min Young dengan Sehun. Sehun tipe namja seperti Suho. Suka cemburu buta. Semua namja pasti begitu, Kai. Maaf, Min Young. Aku tidak tahan melihat Lu Han sedih.’ batin Kai. Kai pindah ke samping Min Young lalu mencium pipi Min Young.

Jadi ini alasan kau membatalkan janji denganku?’ Sehun memniggalkan tempat itu. Ia tidak menyangka Min Young membohonginya.

“Jangan berpikir aku yeoja yang sering kau temui dan dengan seenaknya kau menciumku.” Min Young menghapus bekas ciuman Kai di pipinya. Kai terkekeh.

“Ada apa? Kau bilang ingin membicarakan sesuatu yang penting. Apa kau mau menyatakan perasaan padaku? Tapi maaf, Min Young. Sudah ada yang memiliki hatiku. Dan lagi aku hanya menganggapmu sebagai dongsaengku.” kata Kai percaya diri.

“Cih… aku tidak sudi punya oppa sepertimu. Apa-apaan perkataanmu? Kau mau mengatakan kalau kau menyukai yeoja? Aku pikir kau menyukai semua yeoja yang kau lihat.” Min Young meremehkan Kai.

“Lupakan yang tadi. Percuma bicara denganmu. Tidak peka.” ‘Orang ini suka sekali mempermainkan emosi orang.’ batin Min Young.

“Aku pikir kau sudah berubah.” Kai menatap Min Young bingung.

“Apa maksudmu?”

“Jeo Rin… Apa yang kau lakukan pada Jeo Rin?” Min Young berusaha mengontrol emosinya. Ia tidak mau jadi pusat perhatian orang-orang di cafe.

“Jadi dia sudah bercerita padamu?” kata Kai menyeringai.

“Kenapa harus Jeo Rin? Kau bias melakukannya pada yeojamu.”

“Kau bicara seolah-olah aku sudah sering melakukan ‘itu’. Aku bukan namja murahan. Jeo Rin yeoja pertama yang kuajak bermain. Kami melakukannya dalam keadaan sadar. Kau tidak mau melakukannya dengan Sehun? Kau tahu, rasanya seperti di surga.” kata Kai berlebihan.

“Sehun bukan namja sepertimu. Kau pasti menjebak Jeo Rin. Aku tahu bagaimana Jeo Rin memandangmu. Dia sangat membencimu.” ‘Kau hebat, Min Young. Untuk yang satu ini kau benar-benar peka. Sayangnya Jeo Rin tidak dan aku benar-benar beruntung.’ batin Kai.

“Kau harus bertanggungjawab, Kai. Kau sudah membuatku kehilangan temanku.”

“Aku memang akan bertanggungjawab. Aku sudah mengatakan itu pada Jeo Rin. Dan apa maksud kalimat terakhirmu itu?”

“Jeo Rin menjadi aneh sejak pulang dari Pulau Jeju. Ia menjadi pendiam. Ia mengurung diri di kamar selama satu hari. Dan aku menemukannya pingsan di dalam bathup.” Entah kenapa Min Young dengan lancarnya memberitahu Kai.

“Mwo? Apa dia sakit?”

“Tentu saja, pabo. Jiwa raganya sakit karenamu. Dia stress. Kenapa aku memberitahumu?” Min Young bingung.

“Aku pulang dulu.dan aku minta jangan muncul di depan Jeo Rin.”

“Di mana Jeo Rin sekarang?”

“Dia sedang menenagkan dirinya di luar negeri.” Min Young meninggalkan Kai.

“Benarkah? Dari cara bicaramu Jeo Rin berada di Seoul, Min Young.” Dengan cepat Kai berjalan mencari Min Young. Tapi tidak ia temukan. ‘Aku yakin Jeo Rin berada di Seoul. Min Young bilang Jeo Rin sakit, berarti dia berada di rumah sakit. Tapi di rumah sakit mana?’ Kai berpikir, ‘aku akan mencarinya di semua rumah sakit yang ada di Seoul. Aku akan ke rumahnya terlebih dahulu.’

*****************

Kai menghampiri Chanyeol dan Kris yang sedang asyik bermain dengan yeojanya. Ia langsung mengambil wine Chanyeol dan meminumnya dalam sekali teguk. Lalu menuangkan wine ke gelasnya lagi. Ia memainkan gelasnya. Dentuman musik dan para yeoja yang menghampirinya tidak bisa menariknya dari pikiran tentang Jeo Rin. Ia sudah mencari Jeo Rin di semua rumah sakit yang ada di Seoul, tapi tidak ada Jeo Rin. Ia sudah ke rumah Jeo Rin tapi Jeo Rin juga tidak ada. ‘Jadi Min Yong tidak berbohong?’

“Kau kenapa? Wajahmu jelek sekali.” Kata Kris yang sudah menghentikan permainannya karena melihat wajah suntuk Kai untuk yang pertama kalinya. Biasanya Kai tidak pernah menampakkan wajah suntuknya pada Kris dan Chanyeol. Ia langsung bermain dengan yeoja yang menghampirinya untuk menghilangkan masalah. Dan Kai bukanlah namja dengan seribu masalah di hidupnya. Hidup Kai sangat santai sebelum ia bertemu dengan Jeo Rin. Itu menurut Kris dan Chanyeol.

“Jeo Rin sakit.”

“Mwo?” Walaupun Chanyeol sedang ‘bermain’ dan suara musik yang berisik, Chanyeol masih bisa mendengar Kai. Dan dia cukup terkejut.

“Jeo Rin sakit? Apa mungkin dia hamil, Kai? Tapi ini baru dua minggu sejak kejadian itu. Berarti saat itu masa suburnya, Kai.” Kata Chanyeol tanpa jeda.

“Jadi, kau suntuk karena Jeo Rin hamil? Kau tidak mau bertanggungjawab? Lain kali kalau mau ‘bermain’ pakai pengaman, pabo.” Kris menimpali.

“Aku hanya menjebaknya. Bukan mengambil harta paling berharga miliknya.”

“Jeongmal?” Tanya Chanyeol.

“Ne. Aku tidak mungkin menghancurkan masa depan yeoja yang kucintai meski aku sangat ingin melakukannya.”

“Jeo Rin sakit apa?” Tanya Kris.

“Aku tidak tahu. Min Young bilang Jeo Rin stress. Mungkin karena ia berpikir kalau aku benar-benar melakukan ‘itu’ padanya.”

“Kau sudah menemuinya?” Tanya Chanyeol.

“Jeo Rin tidak di Seoul. Ia di luar negeri.” Jawab Kai frustasi.

“Apa kau akan tetap menjalankan rencanamu? Suho belum tahu saja Jeo Rin sudah seperti ini. Apalagi kalau Suho tahu, mungkin Jeo Rin akan bunuh diri.” Kata Chanyeol.

“Kau berlebihan, Chanyeol. Aku akan tetap menjalankan rencanaku. Aku hampir berhasil kenapa harus berhenti?” Kata Kai yang sudah menjadi dirinya kembali.

****************

Jeo Rin sudah kembali seperti semula. Ia sudah bisa melupakan kejadian yang menimpanya dengan bantuan Min Young. Selama liburan sekolah Min Young terus bersama Jeo Rin. Ia seperti melupakan Sehun. Mereka hanya berhubungan melalui handphone. Dan Min Young merasa ada yang aneh dengan Sehun. Teleponnya tidak pernah diangkat. Pesannya juga tidak dibalas. ‘Mungkin oppa sibuk.’ Pikir Min Young. Besok mereka kembali bersekolah. Min Young berencana berkunjung ke rumah Sehun. Sudah lama ia tidak ke sana.

“Jeo Rin-ah, aku pulang dulu. Besok kita berangkat bersama.”

“Ne. Gomawo, Young-ah. Kau sudah mau menemaniku.”

“Cheonmaneyo. Aku pulang. Annyeong.”

“Annyeong.”

**************

“Eomma, bogoshipo.” Min Young langsung memeluk orang yang membukakan pintu.

“Na do. Kau ke mana? Sudah lama tidak main ke rumah.”

“Aku menjaga temanku yang sakit, eomma. Ha Yoon mana, eomma?” Biasanya yang membukakan pintu Ha Yoon.

“Dia sedang pergi bersama temannya.”

“Kalau Sehun oppa?”

“Dia di kamarnya. Kau kemari karena mau bertemu dengan Sehun kan?” Goda Nyonya Oh.

“Aku juga mau bertemu eomma, Ha Yoon, dan appa.”

“Ne. Cepat temui Sehun.”

“Aku ke atas dulu, eomma.”

***************

Min Young membuka pintu kamar Sehun, ia mendapati Sehun sedang membaca di meja belajarnya. Ia menutup pintu kamar Sehun dengan perlahan. Lalu berjalan ke arah Sehun. Ia menutup mata Sehun, membuat Sehun tersentak kaget. Min Young berbisik di telinga Sehun.

“Aku merindukanmu..” Sehunmenutup buku yang ia baca. Lalu melepas tangan Min Young yang yang menutup matanya.

“Benarkah?” Sehun berdiri dan berbalik menghadap Min Young dengan wajah datarnya. Senyum Min Young langsung hilang begitu melihat wajah Sehun. Min Young mengangguk.

“Kenapa oppa tidak bisa dihubungi?”

“Ke mana saja kau selama ini?” Tanya Sehun tanpa mempedulikan pertanyaan Min Young. Min Young terdiam. ‘Aku tidak mungkin memberitahu Sehun oppa.’ Batin Min Young.

“Aku ragu kau merindukanku.”

“Apa maksud oppa?”

“Aku melihatmu dengan namja. Alasan kau membatalkan janji kita karena Kai kan?” Sehun berjalan melewati Min Young menuju lemari dan mengambil jaket dari lemari lalu memakainya.

“kau salah paham, Hunnie.”

“Salah paham? Aku melihat Kai menciummu.” Sehun membuka pintu kamarnya.

“Kau mau ke mana?”

“Menenangka pikiranku. Bisa-bisa kau melihat wajah marahku nanti.” Sehun menutup pintu kamarnya kasar. Membuat Min Young kaget karena suara pintu itu.

***************

Sementara di apartemen Suho

 

            Suho sedang berbaring di ranjang dengan tangan sebagai alas kepalanya, menatap langit-langit kamarnya. Ia memikirkan Jeo Rin. Jeo Rin tidak mengabarinya sejak pulang dari Pulau Jeju. Handphonenya juga tidak pernah aktif. Sebenarnya Suho bisa saja mengabaikan peraturan liburan itu dan ikut bersama Jeo Rin ke Pulau Jeju. Tapi ia ingin tahu seberapa besar rasa cinta Jeo Rin padanya. Dia juga tahu Kai ikut liburan itu. Ia bertaruh pada dirinya. Apakah Jeo Rin terpesona dengan Kai yang katanya bisa meluluhkan para yeoja hanya dengan melihatnya atau tidak. Dan jawabannya tidak. Selama ini Jeo Rin tidak pernah melihat Kai meskipun Kai mendekatinya. Yeojanya berbeda dengan yeoja lain. Tapi yang menjadi pikirannya, kenapa Jeo Rin tidak bisa dihubungi? Saat ia ke rumah Jeo Rin pembantunya bilang Jeo Rin berlibur ke luar negeri. ‘Tanpa memberitahuku? Kamin bisa berlibur bersama kalau dia memberitahuku.’ Pemikiran Suho terganggu karena nada pesan handphonenya yang berada di meja samping tempat tidurnya. Cepat-cepat ia mengambil handphonenya. Berharap pesan dari Jeo Rin. Tapi yang ia lihat pesan dari nomor tidak dikenal.

From: 0106444221

Apa kabar, KIM JOON MYUN? Semoga kau selalu sehat. Dan aku jamin besok kau akan merasa senang karena mendapat hadiah paket dariku. Oh iya, kapan terakhir kali kita berhubungan sperti ini? Ah…. Aku lupa. Kita tidak pernah berhubungan melalui handphone. Kita punya cara sendiri untuk berkomunikasi walau tidak berguna sama sekali. Aku titip pada Jeo Rin, yeoja kita paling sempurna. Kau tahu, setelah pulang dari Pulau Jeju aku tidak pernah melihatnya. Aku benar-benar merindukan yeojaku yang satu itu. Cukup… cukup. Bisa-bisa aku memberitahumu kejutanku. Aku tidak sabar menunggu besok. Apa kau senang? Atau sangat senang mendapat hadiah dariku. Okay, see you tomorrow, KIM JOON MYUN. J

-KAI-

Suho mencampakkan handphonenya entah ke mana.

“Brengsek! Apa maksudnya menghubungiku seperti itu?”

TBC……

Untuk chapter 7, mungkin aku agak lama updatenya. I’m hiatus.

Last,,,

Happy Valentine’s day.

From SMTOWN and CUBE UNITED. MATOKI PLANET, too. (B.A.P nimbrung)



KY_Krisyaegi Be My Fate : “The Secret was Open” (Chapter 3)

$
0
0

cats

Author : Muriza  (@yaegiKris_wu93)

Main Cast  :

  • * Wu Yi Fan (Kris EXO M)
  • Cho yaegi
  • Cho kyuhyun SJ

Support Cast  : all Member EXO, J (manager EXO), Cho Ha Sun (ahjumma).

Length : Chaptered

Genre : Comedy & Romance

Rating : PG 13

Disclaimer :  Deep bow buat admin blog ini yang mau publish FF ku. Semoga kalian semua suka dengan FF ku ^^. FF ini berchapter.. di tiap chapter nya bakal banyak KY moment (kris yaegi)..FF ini menceritakan perjalan hidup Kris dengan gadis yang ia cintai, bakal banyak tantangannya juga (nanti author bikin sequel sequel nya deh)  disini aku masukin beberapa cast dari K-Idol , seperti Sj , dll. Maaf jika banyak typo bertebaran, dan semua yang ada dalam cerita ini murni hasil karya ku..ini terinspirasi dari imajinasiku sendiri . FF ini juga pernah aku publish di FANPAGE FACEBOOK https://www.facebook.com/pages/Fan-Fiction-EXO-KRIS/550847568266334?ref=hl  & di blog http://exodeul.wordpress.com/. Plagiat OUT!!

 Mian jika ada tokoh favorit kalian yang berkarakter “bad” disini, ini semua hanya fiksi. Happy reading ^o^

 Cha~ part 3 nya udah jadi. Don’t be silent reader ya chingu. Saran & kritik kalian sangat diperlukan. Happy reading, Saranghae yeorobun ,mian kalo banyak typo. This story is belong to me .

 

_______XXXX_____

                Kamar KaiSoo (Kai & D.o)

“kau tadi kenapa Jonginnie?” D.o membuka percakapan ketika baru masuk ke kamar.

“Gwenchana“ Kai sedang asik dengan PSP nya.

“Eiiiyyhh~ Gojimal (bohong) kau terlihat aneh jika di depan Cho yaegi-ssi” D.o bertanya secara retoris.

“hyung , kau bisa menjaga rahasia tidak?” Kai menghentikan permainannya.

“Apa selama ini aku pernah menceritakan tingkah aneh mu di depan fans tentang kebiasaan mu membuang sikat gigi kami ke closet? Uh? “ D.o mengomel layaknya seorang Omma . *itu emang kebiasaan buruknya Kai chingudeul ^^’

Kai menggaruk kepalanya yang tidak gatal “keugeanira hyung (bukan begitu hyung) , tapi ini sungguh “ .

“Marhaebwa (katakan saja)” D.o mulai tenang.

“Sashireunn (sebenarnya)… Cho yaegi itu tunangannya anyi dia calon istrinya Kyuhyun Sunbaenim hyung”.

“Mwo? Mworagu? “ ternyata itu bukan suara D.o saja, tapi juga Luhan & Lay yang hendak masuk ke kamar KaiSoo. Kai pucat pasi ~

“Kau yang benar saja?” D.o masih dengan ekspresi yang berlebihan. *apadeh min >,<

“iya kau jangan mengada-ngada” Luhan menambahkan.

“jangan membuat gosip murahan”. Lay menekankan kata-katanya *Lay rada kayak heechul kalo bicara

#FLASHBACK

“hyung, kita mau beli apa di toko ini?”

“chamkamman”. Jawab singkat namja itu.

“ini pesanan anda sudah siap Tuan, lain kali berkunjunglah lagi dengan wanita beruntung itu” pemilik toko tersenyum ramah.

“Yeoja beruntung?” Suho cengo.

“Nuguyeyo hyungnim?” Kai tidak kalah cengo.

“Otteoyo? Bagus tidak gelang ini? “ kyuhyun bertanya pada kedua hoobae terakrab nya.

“Ne, bagus”.

“Hyung kau sedang berkencan dengan siapa? Aigo aigo “ Kai mulai riuh.

“Dia tunanganku, anyi dia calon istriku, nama nya Cho yaegi. Jika waktunya sudah tiba aku akan memperkenalkannya pada kalian”

“Mwo?? Cho yaegi yang di Dorm kau itu hyung?” Suho kaget. Yaegi sebelumnya pernah membantu Ha Sun ahjumma di Dorm SJ, SHINee, SNSD dan beberpa K-idol lain.

“Aku harap kalian dapat menjaga rahasia ini “ jelas kyuhyun sambil merangkul kedua hoobaenya.

Selama EXO debut, hanya Suho dan Kai lah yang pernah pergi ke Dorm SJ, dan mereka sangat akrab dengan Kyuhyun.

#FLASHBACK END

_____XXXX_______

“Na wasseo, kalian dimana? ” manager datang dengan membawa beberapa barang kebutuhan dorm EXO.

“NEE HYUNG, URI WASSEO”

“Yaegi dimana? Apa dia sudah pulang?” manager bertanya pada mereka.

“Eo, noona sudah kembali ke Busan hyung” jawab sehun.

“Arrasseo,berbenahlah. sekarang kita akan ke studio SBS , Red Carpet acara award dimulai pukul 7 KST, jadi kita rehearsal dulu” manager menyuruh mereka menyiapkan diri masing-masing.

“NEE HYUNG” jawab semua member.

 

 

____XXXXX_____ BUSAN

“aku pulang ahjumma” .

“Eo~ yaegi~ya “. Seorang yeoja keluar dari dapur

“Park So rim, Kyaaaaaaa….” mereka berpelukan seperti sudah lama tidak berjumpa. Park sorim adalah sahabat yaegi dari kecil, mereka selalu bersama-sama , hanya saja karena sorim sudah bekerja di incheon mereka berpisah tapi ketika libur panjang Sorim akan tinggal di Busan bersama Bibi dan yaegi.

“yaegiya Bogoshipo”~

“Nado Sorim~ya~.

“kau kapan kemari?”.

“Kemarin yaegi~ya, kata  bibi kau bekerja di Seoul lagi, jadi aku menginap disini saja, lagipula aku masih libur panjang”.

“Iya yaegi~ya, kau menetap di Seoul saja selama kau bekerja, jangan pulang pergi, berbahaya untuk anak gadis sepertimu.” Ha Sun Ahjumma datang dari dapur.

“Geundae ahjumma…” yaegi ragu.

“Gwenchana, So rim akan menjaga ku, anyitji (bukankah begitu) So rim?” Ha Sun Ahjumma melihat ke arah So Rim.

“Geurooommm (tentu saja), aku akan disini selama kau di Seoul, Khopjongmal” jawab So rim mantap.

“Arasseo, nanti ketika mereka tidak ada di dorm aku akan sering-sering pulang” yaegi mengangguk setuju.

“Aigo, terkadang aku iri dengan kau dan bibi, kalian bisa melihat K-Idol grup secara dekat.”

 

 

“itu tidak semudah yang kau bayangkan So rim, pekerjaan itu sangat melelahkan, akan beruntung jika mereka ramah, tapi ada juga yang tidak.. untung saja uri yaegi berada di tempat namja yang baik hati, jika aku tidak sakit, yaegi tidak perlu melakukan ini semua” Ha Sun Ahjumma menjelaskan panjang lebar dengan wajahnya yang sudah mulai menua.

“Eo mianhaeyo ahjumma, aku tidak bermaksud seperti itu..” Sorim merasa telah membuat ahjumma sedih.

“ahjumma wae geurae? Aku senang bisa membantu bibi.” Yaegi & sorim memeluk Ha Sun ahjumma.

“Ah ye, bagaimana tentang hubungan kau dengan kyu oppa?” tiba tiba Sorim bertanya hal tersebut.

Yaegi menggeleng “aku sudah selesai dengannya So rim”.

“Ya Cho Yaegi, kenapa kau begitu keras kepala? Dia kan sudah meminta maaf pada mu”.

“Tanyakan pada bibi saja So rim~ah”. Yaegi terlihat enggan bercerita.

DRRRT…DRTTT,DRRRTT.. ponsel yaegi bergetar “J oppa”

“Ne oppa, waeyo? Aku di Busan”.

“Eo arasseo.”

“Nuguya? J ? “ ahjumma bertanya pada yaegi.

“ne, aku harus kembali ke seoul sore ini, karena kemungkinan nanti malam mereka akan berada di dorm lagi.”

“ya sudah, kau makan dan istirahat dulu, aku akan menyiapkan makanan untuk mu”. Ahjumma berbicara seraya bangkit dari tempat duduk.

“KAZA yaegi~ya kita ke kamar” sorim menarik tangan yaegi.

 

 

 

_____XXX_____

“Aku datang. Eung sepertinya tidak ada orang, ah matta, mereka pasti sedang diacara Seoul award itu.” Yaegi berbicara sendiri.

BUKK! Yaegi menjatuhkan dirinya di sofa “Aigo .. badanku pegal sekali.”

Drrt Drrtt…

1 pesan

Dari : Cho kyuhyun

Jam 10 setelah acara award, tunggu aku di Sungai Han.

 Yaegi tidak membalas pesan itu, dia mulai mengantuk dan tertidur.

______XXXXX____

Backstage seoul music award.

“Kita menang lagi hyung”

“Iya, SJ sunbaenim juga hebat sekali, mereka memenangken 7 kategori”

“kita juga akan seperti itu nanti nya”

EXO member sedang bercakap cakap diruang tunggu mereka. Mereka sangat bahagia malam ini, karena mereka memenangkan Best New Comer.

“Careso yeorobun (kerja yang bagus ), bekerja lebih keras lagi maka kau akan seperti Sunbae mu itu” manager datang menginterupsi.

“ayo kita pulang, kita party didorm saja, ini sudah larut malam besok kalian masih harus menghadiri Fan signing”.

“Ye! HYUNG!” jawab EXO member. *mereka paling takut ama manager nya chingudeul J

 

 

 

_________XXXXXX_________

“URI NAWASSEO”… EXO member tiba di dorm.

Yaegi yang tadi terlelap , seketika terbangun karena suara riuh riuh dari ruang tamu.

“Eo kalian sudah pulang, annyeongseyo” yaegi menyambut mereka sambil membungkukkan badan.

“Noona, kami menang !!” teriak sehun sambil memegang piala dan berhambur ke arah yaegi lalu pergi bersama  member lain berhamburan ke ruang TV, ruang TV mereka cukup luas.

“Chukkaeyo”. Yaegi membalas singkat dan tersenyum.

“yaegi~ya kau buatkan beberapa makanan, mereka party malam ini di dorm, apa kau tidak lelah? Jika lelah aku menelfon delivery saja.” J manager menanyakan.

“ah aniyo, piryeopseo oppa, careso isseo (aku bisa)” yaegi mengangguk mantap.

J memang tidak sedarah dengan yaegi, tapi semenjak orangtua yaegi meninggal karena kecelakaan dan bank menyita seluruh harta appa yaegi, yaegi di asuh oleh Cho Ha Sun,baby sitter yaegi dulu. bagaimanapun J harus bisa mengurus semua keperluan yaegi, karena appa yaegi sangat berjasa dalam hidupnya. J memakai jasa yaegi untuk bekerja di dorm karena gajinya bisa ia berikan dengan jumlah yang tidak begitu besar, dan dia juga bisa melunasi hutang nya terhadap bank.

“Kalian mau aku buatkan apa?” yaegi menghampiri Memberdeul yang sedang nonoton diruang Tv.

“noona aku Ddeokbokki, yang pedas, pakai mozarella, juga ramyun” Sehun menjawab sambil menunjuk tangan.

“Iya ddeokbokki saja”

“aku mau nasi, lauk nya terserah tapi yang pedas , musim dingin sangat enak menyantap yang pedas pedas”

Ada beberapa yang setuju dengan ddeokbokki, dan ada yang mau nasi.

“arasseo, gidarilkeyo” yaegi menjawab dengan bersemangat dan menuju dapur.

“yaegi-ssi perlu bantuanku?” D.o berteriak dari ruang TV

“Piryeopso D.o~ssi” yaegi membalasnya. Entah sejak kapan D.o dan yaegi terlihat akrab..

“Aigo D.o Omma, kau memang sangat baik..” Goda chanyeol.

SEMENTARA ITU DI DAPUR

 “Apa kau bisa memasak? Jika tidak bisa jangan memasak.” Sepertinya namja jangkung ini datang hanya untuk membuat yeoja itu kesal.

Yaegi yang sedang memotong bawang spontan berbalik, tanpa mengetahui jika dia berbalik ke arah kris maka wajah mereka akan sangat dekat dan seperti itulah posisi mereka sekarang.

“dug dug dug dug “ deru jantung Kris.

“Chugoshipo? (mau mati kau?)” yaegi berkata dengan rahang yang mengeras tapi ekspresinya sangat lucu.

“coba saja kalau berani, kau sangat menyeramkan yeoja ceroboh”kris menantang .

“apa kau kira kau itu tidak menyebal kan? Tiang Listrik !” yaegi menginjak kaki Kris.

“Auuuuuwww appoooo!! Kaki ku” Kris meringis.

“Rasakan” yaegi melanjutkan kegiatan memasaknya.

5 detik, 10 detik, 30 detik ……

“Yak ! sampai kapan kau mau berjongkok disitu Wu Yi Fan ?” Yaegi berbicara ke arah Kris yang tidak bangun-bangun dari posisinya tadi.

“Kris-ssi, Kris-ssi, gwenchana?” yaegi mulai khawatir.

“Sakit sekali .” Kris masih diposisi yang sama.

Bola mata yaegi rasanya ingin keluar ketika mendengar Kris berbicara seperti itu. “Miaanhaeyo Kris-ssi, apakah sangat sakit? Mari aku obati” yaegi menahan tawanya dan memasang wajah berduka *-_-

“Omo, kaki mu merah sekali Kris-ssi, apakah seberbahaya itu kakiku?” ekspresi yaegi saat itu sangat ingin membuat kris tertawa.

“Aigo kau baru menyadarinya?” kris menahan tawanya.

“Jeongmal mianhaeyo,kau korban yang sangat parah setelah J oppa kris-ssi” yaegi berbicara sambil mengoles obat di kaki kris lalu meniupnya.

“mwo? Manager hyung? kau benar benar menyeramkan yeoja ceroboh”. Kris spontan merespon.

Aura setan yaegi keluar lagi “kau bilang apa Hantu Masker?”.

“mian, aku bercanda” kris menyeringai.

Yaegi sedang meniup niup obat yang sudah dia oles di kaki kris..

“kedua magnae (Tao Sehun) benar, dia lumayan manis.. ah tidak , apa yang aku pikirkan” Kris membatin dan mengerjap ngerjapkan mata nya.

“Hantu Masker , kau  kenapa?” yaegi melambaikan tangannya didepan wajah Kris.

“Ah ne, sudah selesai?” kris bangkit dari kursi dapur.

“Sekali lagi jeongmal mianhaeyo” yaegi membungkukkan badannya.

“Geure, ku maafkan. Kau kan yeoja bodoh yang ceroboh jadi wajar saja” Kris mulai lagi.

TTTAAPPP !! yaegi menghentakkan pisau yang ia pegang ke talenan didepannya. Kris langsung berjalan lurus keluar dapur.

“Menyebalkan sekali tiang listrik itu.” yaegi pun melanjutkan aktivitasnya.

 

30 menit kemudian____________________

“Cha~ makanan sudah siap, ayo makan.. yaegi berkata seraya menata meja makan.

“Apa dimusim dingin tidak ada santapan yang enak disantap tanpa rasa pedas?” Lay menggumam .

“Astaga! Aku lupa yaegi~ssi YinXing hyung tidak biasa makan makanan pedas” D.o menepuk jidat nya.

“Ottokhanya?” Xiumin ikut khawatir.

“Tenang saja, ini ddokboki buat Lay-ssi tanpa ada rasa pedas, semoga kau menyukainya”. Yaegi menyodorkan semangkuk ddeokbokki bercitarasa manis.

“Ottokhae ara (bagaimana kau tau)?” Xiumin bertanya.

“Aku pernah nonton beberapa acara TV kalian, disitu Lay-ssi bilang dia tidak suka pedas” yaegi menjelaskan.

“Gomapta” Lay menjawab singkat dengan senyum yang sulit diartikan.

Cha~ mogoseumida..

“Mashhhtaanymmm nyammmhmm” sehun berbicara sambil menguyah.

“Wah yang pasta kedelai ini enak sekali, aku tidak pernah memakannya. Kimchi Jigae ini juga nikmat sekali yaegi-ssi” Chen berkomentar.

“Ne, Masshishhhoyhoenyamhmmnyam” Baekyeol dan beberapa member lain juga mencicipi Ddeokboki manis .

“Aku makan apa jika begini?” Lay sedikit sewot.

“Khopjongmal, aku membuat banyak Lay-ssi” yaegi menenangkan.

“Uri yaegi memang pintar memasak,dia banyak belajar dari ahjumma, maka siapa yang akan menjadi suaminya akan sangat beruntung” manager menambahkan.

“Keureso hyung. Jika aku sudah besar nanti aku mau menikah dengan yeoja seperti noona” sehun menjawab dengan semangat.

“Kau itu sudah besar sehunnie, hanya saja kelakuan mu yang masih kekanak-kanakkan” Baekhyun menyela.

“Ya! Marhae hajima (jangan berkata begitu)” Luhan megerucutkan bibirnya.

“Aigo, HunHan” Bakyeol merespon bersamaan .

 Yaegi hanya tersenyum sambil menyantap hidangan bersama Exo member. Disisi lain, Lay terus memandang ke arah yaegi .

            Sehabis makan malam, yaegi membereskan semuanya dan mencuci piring. Sepertinya dia akan tinggal disini lagi untuk malam ini.

Suho menghampiri yaegi, sambil meneguk segelas air. Atmosfer canggung mulai tercipta di antara mereka..

“Hokshi (apakah)… “ suho membuka suara sambil menunjuk ke arah gelang yang yaegi kenakan.

Belum habis suho bertanya, yaegi langsung menagkisnya “ne, majayo (iya benar) aku harap kau bisa menyimpan rahasia ini, aku tidak ingin mereka tau tentang hubunganku dengan kyuhyun”.

“Kau masih kan dengan sunbaenim?” suho bertanya agak sedikit ragu.

“Anyi, kami sudah selesai 1 tahun silam.” yaegi menjawab cepat.

Suho & Kai adalah termasuk 2 saksi dari hubungan Cho Kyuhyun & cho yaegi.

“Ah, mianheyo yaegi-ssi” suho merasa tidak enak.

“Gwenchana. tolong katakan pada Kai, jika berhadapan dengan ku jangan canggung, anggap saja tidak terjadi apa apa” yaegi tersenyum kepada suho.

“Ah ne, yaegi-ssi” Suho mengangguk. Tiba-Tiba ………….

“Auuwwwhhh~ aku haus sekali, air mana air.. Slurrp.. ahhh siwoneyo (leganya)…” Namja bermata cipit tiba tiba saja menyelonong ke dapur membuat Suho & yaegi terkejut..

“Eo Suho hyung..aku haus sekali tadi..”

“Baekhyunnie… kau …” .

-TBC- 

 RCL nya jangan lupa ya. Gomawo. Di setiap part akan ditambah KrisYaegi moment nya J

 


DON’T JUDGE ME (Chapter 4A)

$
0
0

Poster 4A - Don't Judge Me

Title
Don’t Judge Me

Author
Voldamin-chan

Length
Chaptered

Rating
PG-15

Genre
Romance

Cast
Kim Taeyeon

Lay (Zhang Yixing)

Kim Minseok

Other Cast
EXO and Girls’ Generation

Disclaimer
This story is mine, pure from my own imagination and all cast is belong to their own but all my biased ^^

Recomendded Backsound
BoA – Distrubance

Kim Bum Soo feat. SNSD Taeyeon – Different

 

Author Note

Don’t forget to RCL and enjoy the story

 

-Don’t Judge Me-

 

Sore hari seperti ini, ruang latihan kelas dance kampus selalu mempunyai penghuni tetap. Disana tiga namja masih serius dengan beberapa gerakan dance yang rumit, setidaknya itu terlihat dari berapa kali mereka mengulang gerakan yang sama dan berhenti ditengah-tengah musik yang masih menggema di ruangan ini. Untuk ketiga kalinya musik yang sama diputar kembali dan mereka bertiga melakukan hal yang sama seperti sebelumnya. Namun tidak sampai 5 menit musik itu bersenandung, dua namja memutuskan menyerah lebih dulu dan berhenti, mereka berdua merasa sudah kelelahan.

 

Hyung, istirahatlah dulu. Kau tidak lelah terus-terusan seperti itu?” seru namja jangkung yang duduk bersandar di dinding kaca, tepat menghadap seorang namja yang masih bertahan meliuk-liukkan tubuhnya dengan iringan musik. Tetapi tak ada tanggapan atau reaksi apapun dari lawan bicara di depannya. Dia malah tampak serius dengan dunianya sendiri. Namja jangkung ini hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat hyung-nya yang sama sekali tak bisa dibujuk ini.

 

Karena tak ada respon apapun dari seseorang yang sebut sebagai ‘hyung’ ini, maka seorang lagi namja disebelahnya yang masih tak bergerak dari tempatnya, tepatnya berbaring di atas lantai ruang latihan ini mengambil alih membujuk hyungnya untuk berhenti sejenak dari kesibukannya. “Minseok-hyung, istirahatlah dulu. Deadline kita kan masih 3 bulan lagi, tidak perlu terburu-buru.”

 

Tepat di alunan musik terakhir, Minseok melakukan gerakan dance penutup. Setelah itu tidak terdengar lagi musik di ruangan ini, hanya terdengar dengusan nafas berat dari Minseok. Minseok langsung duduk bersimpuh di lantai sebelum akhirnya ia merebahkan tubuhnya di atas lantai. Minseok menggunakan handuk yang tergeletak disebelahnya untuk menutupi wajahnya. Keringat masih deras menghiasi tubuh Minseok, sampai-sampai kaos yang dipakainya sekarang basah dipenuhi oleh keringat. Namja jangkung disebelahnya menyodorkan sebotol air mineral dan meletakkannya di atas tangan Minseok yang terlentang bebas di atas lantai.

 

“Thanks, Kris.” Minseok bangkit untuk duduk dan meneguk penuh sebotol air mineral yang diberikan Kris. Menyusul Minseok, Kris dan Suho yang tadi masih berbaring, dua namja ini juga meneguk habis air mineral mereka masing-masing.

 

“Minseok-hyung, kudengar Taeyeon-noona sedang ada proyek ya? Akhir-akhir ini, aku jarang melihat Jessica-noona bersama Taeyeon-noona.”

 

“Ah, iya. Kau benar Suho~ya. Bicara soal Taeyeon-noona, belakangan ini aku melihatnya selalu berdua dengan seorang namja. Sepertinya namja itu anak baru, aku tidak pernah melihatnya sebelum ini. Kau sudah tahu hal ini, hyung?” Kris mendapat respon anggukan dari Suho yang berarti dia sependapat dengan namja jangkung itu.

 

Minseok dengan cepat bangkit untuk mengambil tas dan merapikan beberapa barangnya yang masih berceceran di lantai. “Dia memang anak baru, namanya Zhang Yixing. Katanya keponakan dari Lee-saem, beliau yang menyuruh Taeyeon untuk bekerja sama menyusun konsep proyek festival akhir tahun ini bersamanya. Kalau tidak salah sudah seminggu ini mereka mulai mengerjakan proyek itu, jadi ya wajar kalau Sooyeon jarang bertemu dengan Taeyeon, mungkin hanya bertemu saat Taeyeon mengajar ditempatnya saja. Kenapa tiba-tiba kalian bicara soal Taeyeon, tumben sekali.”

 

“Aish~ kita berdua ini peduli padamu, Hyung. Hyung, sampai kapan kau akan terus bertahan seperti ini? Kenapa kau tidak katakan saja pada Taeyeon-noona?”

 

“Iya, kita sudah bosan melihatmu terus seperti ini, Hyung. Peduli padanya, tapi hyung tidak pernah mengatakan yang sebenarnya pada noona. Dia tidak akan sadar sebelum kau mengatakan secara terang-terangan padanya, hyung.”

 

Minseok gerah dengan omelah kedua adik kelasnya sekaligus sahabatnya ini. Telinga Minseok sudah bosan dan mati rasa mendengar celotehan nasihat dari kedua orang itu. Sesungguhnya apa yang dikatakan Kris dan Suho tidak ada yang salah. Hanya saja Minseok merasa tidak ingin mengatakannya sekarang. Tidak ingin merusak keakraban yang sudah sangat dalam antara Taeyeon dengan dirinya. Minseok hanya berpikir, masih belum saatnya. Kapan saat yang tepat itu akan datang, Minseok juga tak yakin. Entahlah, keberanian ataukah kesempatan yang menjadi alasan utama Minseok untuk tetap tutup mulut sekian lama dihadapan Taeyeon.

 

“Sudahlah, tak perlu repot mengurusiku. Urusi saja Jessica kalian. Memang sampai kapan kalian bedua terus-terusan mengekor dibelakangnya. Sampai kapan Jessica bisa memilih satu diantara kalian berdua yang masih ingusan seperti ini? Ck, sudahlah aku pulang dulu. Kita lanjutkan latihannya besok.” Minseok balik menghujam dengan topik yang sangat sensitif bagi mereka berdua.

 

“YA! Minseok hyung! Setidaknya kita berdua sudah bisa terus terang pada Jessica-noona. Jangan sampai kesalahanmu terulang lagi, hyung! MINSEOK HYUNG!”

 

“Ck. Suho-ya. Sudahlah percuma saja, Minseok hyung memang keras kepala. Dia baru akan sadar kalau sudah kehilangan Taeyeon-noona seperti waktu itu. Hah~”

 

Minseok sudah tak tampak lagi di ruangan dance itu. Teriakan Suho tak digubris olehnya. Kris dan Suho hanya bisa menghela napas melihat sikap hyung-nya yang satu ini. Mereka berdua sudah kehabisan kata-kata untuk menghadapi Minseok yang begitu keras kepala tidak mau mendengar saran orang lain. Tidak hanya peduli, mereka berdua sudah lelah melihat begitu banyak pengorbanan Minseok yang tak kasat mata bagi Taeyeon dan Minseok tidak berusaha melakukan apa-apa untuk hal itu. Siapa yang tidak heran melihat kedekatan Minseok dan Taeyeon, tapi tak ada satu benang pun yang bisa menghubungkan mereka berdua. Bukan hanya dalam hitungan jam, tapi dalam hitungan tahun Minseok tak punya inisiatif untuk memulai merajut benang itu.

 

-Don’t Judge Me-

 

Minseok berjalan menyusuri koridor utama kampus, menjauh dari ruang latihan dance. Dengan balutan jaket khas baseball dan tas ransel yang kini bersandar di punggungnya, Minseok yang awalanya hendak menuju area parkir kini beralih berjalan ke arah ruang perpustakaan utama kampus ini. Minseok hanya ingin melihat apakah Taeyeon masih ada disana berkutat dengan beberapa buku kesayangannya. Sudah seminggu ini Minseok tidak bertemu muka dengan Taeyeon, mungkin hanya berpapasan atau saling menyapa secara singkat saja. Nyatanya Taeyeon benar-benar sibuk. Meskipun Minseok rutin datang setiap pagi ke apartemen Taeyeon, lebih sering Minseok dapati Taeyeon sudah tak ada di apartemennya atau masih tidur terlelap dengan begitu banyak kertas berserakan di kamarnya. Mungkin hanya lewat telepon saja Minseok bisa tahu bagaimana keadaan Taeyeon. Minseok hanya takut jika Taeyeon pulang terlalu malam dan kejadian itu terulang lagi. Hanya membayangkannya saja, Minseok sudah khawatir bukan main. Itu adalah salah satu kesalahan yang tidak akan pernah Minseok lakukan lagi.

 

“Maaf, permisi. Seohyun-ssi, apa Taeyeon masih ada di dalam?” Minseok masuk ke dalam perpustakaan dan menemukan seorang yeoja mengenakan kacamata dengan rambut panjangnya yang terurai indah, atau lebih dikenal dengan nama Seohyun, terlihat sibuk dengan komputer dan beberapa tumpukan buku di mejanya. Minseok memang tidak terlalu baik mengenal Seohyun seperti Taeyeon atau sahabatnya, tetapi bisa dibilang Seohyun adalah salah satu juniornya yang juga mahasiswa teladan di kampus ini jadi bisa dipastikan semua orang mengenal yeoja bernama Seohyun ini termasuk Minseok. Seohyun juga menjadi salah satu penjaga perpustakaan di kampus ini, otomatis Minseok selalu bertemu dengannya ketika mengantar Taeyeon ke perpustakaan ini. Well, begitulah Minseok tahu soal Seohyun dan sebaliknya.

 

Sejenak Seohyun berhenti dari aktivitasnya dan menoleh ke sumber suara di belakangnya. “Oh~ Minseok-oppa. Taeyeon-eonni sudah keluar sejak siang tadi. Kau tidak bersamanya?”

 

“Hmm.. Aku belum bertemu dengannya hari ini, kupikir Taeyeon masih ada disini. Maaf mengganggu kesibukanmu, Seohyun-ssi. Kalau begitu aku permisi dulu. Annyeong.” Seohyun hanya membalasnya dengan senyuman dan lambaian tangan kepada Minseok yang sekarang sudah perlahan menjauh dari ruangan itu.

 

Hah~ Ada dimana Taeyeon sekarang? Tumben dia sudah keluar dari sana, padahal biasanya sampai sore dia masih belum mau angkat kaki dari perpustakaan.

 

Sepanjang koridor Minseok terus berguman sendiri, apalagi kalau bukan soal keberadaan Taeyeon yang masih menjadi misteri baginya hari ini. Meskipun akhir-akhir ini dia jarang melihat Taeyeon atau bersamanya, setidaknya Minseok harus bertemu Taeyeon walaupun hanya ucapan salam singkat 1 detik atau sekedar melihatnya dari jauh untuk memastikan dia baik-baik saja. Ini sudah menjadi kebiasaan yang harus dilakukan oleh Minseok.

 

Minseok terus berjalan menelusuri koridor dan kelas-kelas yang ada di kampus ini terutama kelas vokal, kelas Taeyeon. Mungkin saja dia bisa menemukan Taeyeon disana. Dan hasilnya nihil, tak ada seorang pun di dalam sana. Ternyata tidak seperti yang diharapakan Minseok bisa menemukan Taeyeon dikelasnya. Jalan terakhir yang bisa Minseok lakukan adalah menelpon Taeyeon.

 

Baru saja Minseok mengeluarkan handphone-nya, terdengar suara dentingan gitar tak jauh dari tempatnya sekarang. Tak jauh dari kelas vokal, disana ada ruang dosen jurusan musik dan sepertinya suara itu berasal dari sana. Perlahan Minseok melangkah mendekat ke ruang dosen. Makin lama suara dentingan gitar semakin terdengar jelas dan sekarang ia bisa mengenali suara merdu seseorang di dalam sana.

 

I’m sorry, I’m sorry, I seek separation ~ ♪

Because your cruel words have inflicted wounds ~ ♪

My once-loving heart cannot recognize you ~ ♪

It tells me to stop, let’s break up ~ ♪

 

Ya. Kim Taeyeon, suara indah miliknya yang sangat Minseok kenal. Tetapi, Taeyeon tidak sendirian disana. Terdengar lantunan merdu suara seorang namja asing di dalam sana.
I’m sorry, so sorry, I seek her ~♫

Things I couldn’t do for her deafen me ~♫

I fear that if the memories are lost ~♫

I will be lost, too, so I say I’m sorry ~♫
Seorang namja disana sedang memainkan gitar di pangkuannya. Minseok bisa melihatnya diantara celah pintu ruangan dosen yang tak sepenuhnya tertutup itu. Taeyeon juga terlihat sedang memainkan gitar kesayangannya disana, gitar pemberian seseorang yang berharga bagi Taeyeon dengan logo kupu-kupu terukir disana. Taeyeon memainkan gitar diatas sofa sedangkan namja itu duduk bersimpuh di lantai tak lepas dari permainan gitarnya. Bisa  Minseok simpulkan namja dengan lesung pipi disana adalah Zhang Yixing. Ya, selain dia, Kris, dan Suho yang dekat dengannya sekarang ini adalah seorang namja bernama Yixing itu. Zhang Yixing, seorang mahasiswa baru pindahan dari Cina yang ditugaskan mendampingi Taeyeon untuk proyek seni Lee-saem. Lebih tepatnya keponakan dari Lee songsaengnim.

 

Satu hal yang membuat Minseok penasaran dan terus bergemuruh di pikirannya. Selama ini Taeyeon tidak pernah mau diminta tampil berdua seperti ini karena dia tahu, dia tidak akan pernah bisa menjiwai lagu duet seperti ini kecuali dengan dia. Hanya dia yang bisa membuat Taeyeon menunjukkan emosinya. Tapi, mungkin saja namja bernama Zhang Yixing ini memang benar-benar jenius seperti gosip yang beredar sehingga bisa mematahkan pantangan Taeyeon seperti sekarang ini, yang menjadikannya alasan kenapa namja ini sangat direkomendasikan oleh Lee-saem yang perfeksionis itu meskipun notabene dia adalah keponakan dari Lee-saem.

 

Mereka berdua terlihat serasi, duet yang terlihat sempurna meskipun hanya latihan seperti saat ini. Minseok bisa merasakan mereka berdua memiliki chemistry dalam menjiwai lagu yang mereka lantunkan berdua. Setidaknya hal itu terbukti dari apa yang Minseok dengar sekarang, mereka berdua terdengar sangat harmonis disetiap lirik yang mereka nyanyikan. Tidak salah Lee-saem menunjuk mereka berdua untuk hal ini. Fakta yang harus Minseok terima, meskipun disisi lain Minseok kurang suka berada dalam situasi seperti ini. Seakan Taeyeon akan menjauh darinya, seperti yang terjadi 2 tahun yang lalu.

 

Ada sesuatu yang menarik perhatian Minseok. Namja itu, Yixing, selama mereka berdua memainkan gitarnya, dia terus menatap Taeyeon tanpa sedetik pun matanya lepas dari yeoja di depannya. Sebaliknya Taeyeon yang sedang serius dengan gitarnya, juga beberapa kali bertemu muka dengan Yixing dan memberinya senyuman yang belum pernah Minseok lihat selama ini. Ah tidak! Minseok pernah melihatnya sebelum ini. Seperti Deja Vu, dulu Taeyeon pernah tersenyum seperti saat bersama dengan dia. Ya, Minseok tidak pernah salah soal kebiasaan Kim Taeyeon.

 

Taeyeon terlihat menikmati apa yang dilakukannya sekarang. Minseok tahu betul setulus apa senyuman yang diberikan oleh seorang Kim Taeyeon ketika dia merasa bahagia atau nyaman. Dan Minseok melihatnya hari ini, sekarang, pemandangan yang ada di depan matanya. Setidaknya dia tahu yeoja itu baik-baik saja dan kekhawatirannya yang berlebihan sudah tidak diperlukan lagi saat ini. Tak ingin mengganggu yeoja ini, Minseok berjalan menjauh dari tempat Taeyeon berada sekarang. Biarlah yeoja yang sangat ia sayangi itu menikmati kesibukannya sekarang.

 

Setelah dipastikan agak jauh dari kelas vokal, Minseok merogoh saku kanan jaketnya untuk mengambil handphone-nya. Segera ia tekan speed dial pada tombol 7.

 

Yeoboseyo, Minseok~a?” seseorang disebrang sana langsung menjawab panggilan Minseok.

 

“Hmm.. Taeyeon~a, sepertinya hari ini aku harus pulang dulu, aku ada keperluan sebentar. Kau sekarang ada dimana? Aku tadi mencarimu di perpustakaan.”

 

Ah~ Maaf. Aku lupa memberitahumu, aku masih ada di ruangan Lee-saem. Tidak apa-apa, pulanglah dulu. Aku dan Lay, ah maksudku Yixing masih ingin menyelesaikan beberapa lagu.

 

“Baiklah, hubungi aku saja kalau sudah selesai. Nanti akan kujemput.”

 

Oke nanti akan kuhubungi.. Hmm, sebentar Minseok-a.. Apa? Ah~ begitu? Baiklah. Minseok-a? Nanti kau tak perlu repot menjemputku, katanya Yixing yang akan mengantarku pulang. Tidak perlu mengkhawatirkanku, selesaikan dulu keperluanmu.”

 

“Begitu? Oke, hati-hati nanti pulangnya. Sampaikan terima kasihku pada Yixing yang sudah repot mau mengantarmu pulang.”

 

Haha~ Yixing bilang ‘sama-sama’. Kau juga hati-hati di jalan dan ingat jangan terlalu ngebut dengan motormu, Minseok-a.

 

“Iya, iya aku tahu. Annyeong.”

 

Annyeong.”

 

KLIK.

 

“Hahhh~” Minseok mengambil napas panjang setelah memutus sambungan teleponnya dengan Taeyeon. Minseok bergegas meninggalkan kampus.

 

Sepertinya dia akan pulang malam lagi, nanti aku akan mampir apartemennya sebentar untuk membuatkan beberapa makanan. Aku yakin Taeyeon pasti malas untuk masak kalau sudah malam.

 

What perfects me,

What makes me live,

What makes me smile,

It’s only one reason,

Having you.

-Don’t Judge Me-

TO BE CONTINUED~

 

 

♪ Huwaaa~ Huwaaa~

Maaf bagi yang menunggu FF ini baru bisa muncul sekarang (itu sih kalo ada yang nunggu #author amatiran yang pede banget) T^T

Jujur gara-gara kerjaan banyak yang bikin stress, sempet membuat ide macet buat FF ini, sampe-sampe FF yang satunya juga ga terurus, malah nyantai baca FF milik author laen (buat penghilang stress sih -__-;), biasa author amatiran idenya sukanya ngredit (>_<)?

Oh, iya lagu duet yang dinyanyiin Taeyeon ama Lay di FF ini, aku ambil dari lagunya Kim Bum Soo yang aslinya juga kolaborasi ama Taeyeon judulnya “Different”, sumpah lagu ini mellow banget~ entah bayangin Tae ama Lay nyanyiin lagu beginian pas atau ga, yah anggap aja pas #authorAmatiranSukanyaMaksa -__-;

Anyway, jangan lupa RCL… Segala komen ane bales pake dimple-nya Lay deh^^


Family Portrait [1/2]

$
0
0

hunhan-family portrait

Title: Family Portrait [1/2]

Author: Hangukffindo

Cast: Sehun and Luhan EXO

Rating: PG

Genre: Angst, Family, Romance, Sad, Slight!ofHappiness

Summary: Sehun got the world in his palm with Luhan beside him.

Disclaimer: This fic is mine! Do Not Copy or Plagiat, but if you inspired by my fic, I will let you :D Blame LiveJournal and for all those EXO f-bomb pairing make me sick! But this is HunHan, I love them sooooo much :D

Happy Reading :D

***

I think togetherness is a very important ingredient to family life.

-Barbara Bush-

 

***

 

Sehun selalu suka aroma kamarnya. Aroma lilin terapi yang Luhan pasang menguar ke seluruh ruangan kamarnya. Menempel di bantal miliknya, bantal Luhan, selimut biru gelap mereka. Di semuanya. Dan Sehun menyukainya, bahkan sampai tahap candu.

Lalu terdengar suara percikan air di dapur. Piring yang beradu satu sama lain, juga aroma masakan. Sehun menebak-nebak apa yang Luhan masak untuk sarapan mereka. Apakah roti bakar? Nasi dan sup rumput laut? Mereka adalah favorit Sehun.

Sehun keluar dari kamar, menguap besar dengan rambut yang berantakan. Satu sapaan menyambut paginya. Luhan dan senyuman hangat, beserta celemek kuning yang merupakan hadiah ulang tahun dari Sehun.

Tapi hari ini Luhan hanya melihatnya sekilas karena sibuk memasak. Luhan tengah memotong wortel ketika lengan Sehun menyelinap dipinggang kecilnya, dagu beristirahat di pundak.

“Selamat pagi, sayang.” ujar Luhan.

“Selamat pagi. Apa yang kau masak, hmm?” Gumam Sehun.

“Sup rumput laut.” Luhan menoleh padanya sambil tersenyum. “Kesukaanmu.”

Sehun tertawa senang. Itu memang kesukaan Sehun sejak mereka pertama bertemu. Luhan menyuapi Sehun karena tangan kanan Sehun patah dan bersikeras meyakinkan Luhan bahwa dia tidak bisa makan menggunakan tangan kirinya walaupun dia kidal. Itu kenangan yang menurut Sehun lucu, melihat Luhan yang bersedia lakukan apa pun untuknya.

“Kau juga kesukaanku.” Sehun berkata. Nafasnya gelitik tengkuk Luhan yang sensitif. Seperti biasa Luhan akan mengusirnya dari sana karena dianggap sebagai gangguan. “Sana pergi ke meja makan. Aku sudah menyiapkan kopi untukmu.”

Sejujurnya, kopi bukan favori Sehun. Mereka pahit, mereka berwarna hitam. Namun Luhan bisa menyulapnya menjadi minuman paling manis di dunia dan, ya, Sehun pada akhirnya menyukai kopi. Harinya selalu diawali dengan secangkir kopi hangat. Tanpa kopi, Sehun seperti kehilangan sesuatu.

“Baiklah, cheff Luhan.” Sehun pun berjalan ke arah meja, meninggalkan Luhan berkutat dengan bahan-bahan makanan.

Apartemen mereka sangat kecil. Dua kamar, satu ruang teve yang sekaligus merupakan ruang tamu dimana satu sofa panjang melintang di tengahnya, satu teve, satu meja tamu, satu meja makan dan ada sebuah keganjalan disana, yang Sehun benci melihatnya.

Satu meja makan kecil mereka punya taplak bunga-bunga yang cantik. Seharusnya dua kursi cukup untuk mereka berdua, namun disana ada tiga. Juga ada tiga piring, tiga gelas, tiga sumpit, tiga sendok. Dua piring kaca, satu piring bergambar cinderella. Dua gelas kaca, satu gelas bentuk putri duyung.

Sehun membencinya.

“Supnya sudah matang. Ayo makan.” Luhan datang membawa sup panas di tangannya. Wajah berseri-seri dan menyuruh Sehun duduk.

“Hah, pasti Minji sangat lapar.” Luhan berbicara pada kursi kosong diseberangnya. “Maafkan ayah Han, ya. Ayah kekurangan bahan tadi dan harus membelinya keluar. Nah, sekarang Minji harus makan yang banyak…” Luhan menyendokkan nasi dan sup di piring tanpa pemilik itu.

“Makan yang banyak sebelum pergi ke sekolah, Minji. Biar kau punya banyak tenaga untuk belajar.” Katanya riang lalu mulai makan sambil terus tersenyum, tatapan lurus ke kursi disana, bukan Sehun.

Sehun makan dalam diam. Dia tidak mengeluarkan suara satu pun dan membiarkan semua ini terjadi begitu saja. Tak ada yang bisa menghentikannya, jadi Sehun hanya diam, perhatikan wajah Luhan dibalik sendoknya. Wajah bahagia itu.

Sehun terus diperdengarkan suara Luhan berbicara lembut di sebelahnya.

“Minji, ayo makan wortelnya.”

“Apa? Supnya terlalu asin?” Luhan mencicipi sup itu, dahinya berkerut. “Ah, benar. Minji benar, ayah Han terlalu banyak menaruh garam di dalamnya.”

“Minji mau makan siang apa? McDonald? Tidakkah Minji ingin makan di rumah? Masakan ayah Han?”

Hening.

“Tidak? Baiklah,” Luhan menambahkan sup di mangkuk Sehun. “Sayang, nanti antarkan Minji ke McDonald. Dia mau makan kentang goreng disana sepulang sekolah.”

Sehun tidak menjawab. Terus saja mengunyah nasi di mulutnya yang tiba-tiba terasa tawar.

Setelah selesai makan, Sehun beranjak dari sana dan membereskan piring-piring dari meja, sementara Luhan berlari kecil ke ruangan di sebelah kamar mereka. Dia keluar dengan tas hello kitty warna pink juga botol minum kecil.

“Ayo, kalian berangkat. Ini sudah jam setengah tujuh. Minji bisa terlambat,” kata Luhan memberikan tas itu ke tangan Sehun. “Kunci mobilnya, sayang. Jangan lupa.”

Sehun enggan bergerak. Terpaku seakan tas ditangannya adalah benda teraneh yang baru dia lihat.

Luhan membuka pintu apartemen mereka yang berumur tujuh tahun. Sehun ingat dia melewati pintu itu bersama Luhan dalam keadaan gelap, tawa yang membuncah seolah dunia memang milik mereka berdua. Mencium Luhan yang terasa manis dan penuh kebahagiaan. Memenjarakan Luhan diantara dinding dan tubuhnya.

Hari ini Sehun harus melewati pintu itu untuk kesekian kali dalam hidupnya.

Tanpa Luhan, hanya sendirian bersama tas hello kitty yang berisikan buku gambar, krayon, kotak makan…

 

Lewati pintu itu bersama Minji.

 

Minji, anak mereka.

 

Sehun berbalik, melihat Luhan melambai di ambang pintu.

 

“Daah, hati-hati di jalan. Semoga harimu menyenangkan di sekolah, Minji.”

 

***

 

“Aku mencintaimu.”

 

Sehun tahu ini terdengar kolot, konyol, gombal, murahan. Tapi sesuatu yang kolot, konyol, gombal, dan murahan ini yang Sehun rasakan terhadap Luhan. Tak pedulikan dunia yang menganggap mereka aneh. Ini sebuah perasaan yang tak butuh logika untuk memahaminya.

Luhan pun mengerti.

Tapi tak cukup percaya kalimat itu diutarakan Sehun, hari ini, tepat di hari valentine. Sehun yang berlutut sambil menggenggam tangannya bukan sebuah gambaran yang pernah terlintas di kepala Luhan, karena, ya, dan ya, Sehun mencintainya.

“S-Sehun, apa yang kau lakukan?” Pekik Luhan kaget, “Berdiri! kau bisa mengotori celanamu!”

Dua tahun bersama, apakah Luhan belum juga mengerti bahwa cinta itu gila. Cinta itu lebih gila daripada sekedar berlutut di tanah taman. Sehun tak peduli ini jins barunya, satu yang dia beli kemarin khusus untuk hari spesial ini.

Luhan kembali kehilangan kata-kata ketika Sehun mengeluarkan sebuah kotak kecil dari kantung celananya. Kotak yang Luhan dapat menebak apa isinya, namun terlalu sulit menemukan kata-kata yang tepat.

Sehun membukanya dan Luhan menutup mulut.

“Sehun!”

“Menikahlah denganku.”

“S-Sehun, aku…”

“Kumohon…” Pinta Sehun tersenyum lemah. “Tidakkah kau mencintaiku?”

“A-aku…aku…ya, aku mencintaimu, tapi-”

“Tapi?” Sehun menatapnya bertanya.

Dia sudah mempersiapkan diri hadapi jawaban dari Luhan. Jika itu ‘tidak’, well, dia akan menunggu selamanya. Jika itu ‘maaf, aku belum bisa…’ Oh, Sehun akan membuat Luhan mencintainya lebih dari yang sebelum-sebelumnya.

Jika…

“Ya, aku mencintaimu.”

Tentu saja Sehun akan mendapatkan kata ‘ya’ untuk pertanyaan ini, namun dia belum selesai.

“Lalu bagaimana dengan ini?” Dia menunjuk cincin perak disana. Berkilau tertimpa sinar bulan purnama saat itu. Satu butir air mata menuruni pipi Luhan dan…

“Apa kau bodoh?? Ya, ya, tentu saja aku mau menikah denganmu, Oh Sehun.”

Perasaan lega bercampur haru juga senang bagai gulali warna-warni yang sedang mengaduk hati Sehun. Dia memeluk tubuh Luhan, mengangkatnya di udara dan menciumnya. Ciuman ke-seribu kali dan tetap terasa fantastis hingga Sehun siap terbang menjelajahi surga.

 

Luhan yang manis dan beraroma permen…kini menjadi bagian hidup Sehun.

 

Pernikahan mereka jauh dari keramaian. Bahkan orang tua mereka entah berada dimana. Hanya ada teman, sahabat yang setia melihat mereka mengucap sumpah itu.

“…untuk menjadi pendamping di saat susah maupun senang…”

“…menjadi pendamping di saat sakit maupun sehat…”

“Dan selamanya akan bersama sampai maut memisahkan.”

 

Selamanya…

Adalah kata yang sulit diartikan.

 

Apakah mereka benar selamanya mengakar diantara kedua orang ini, jaga rasa serta romansa.

Entahlah…

Yang mereka tahu hanyalah ini adalah kehidupan baru mereka.

 

Sehun tidak akan tidur sendirian lagi karena ada Luhan yang menempel di punggungnya, hembuskan nafas hangat di tengkuknya setiap malam. Karena ada Luhan yang memasang lilin aroma terapi dan memasak di pagi hari. Sehun akan pulang di malam hari sehabis kerja, lelah lingkupi raganya dan ada seseorang yang menunggu kedatangannya di apartemen kecil itu. Sehun tidak akan kuatir makan ramen disaat lapar karena ada Luhan yang siap memasakkan apa saja makanan kesukaan Sehun.

Mereka menghabiskan malam minggu dengan duduk di sofa panjang, terkadang drama sedih, film action, film seram yang mereka tonton, tapi Luhan lebih memilih film romantis ketimbang film action pilihan Sehun dan mereka berakhir disana.

Film romantis Notebook jadi favorit mereka sementara Luhan bersandar di tubuh Sehun, lengan kurus Sehun rengkuh tubuh itu erat atau bermain di rambut Luhan yang beraroma lavender.

Tak jarang juga Sehun menemukan Luhan tertidur disana, mata terpejam dan itu membuat Sehun ingin menciumnya, lagi, lagi, dan lagi…

 

“Aku mencintaimu, Luhan.”

 

Sehun dan Luhan…

 

Selamanya bersama.

 

***

 

Romansa mereka adalah romansa termanis diantara romansa-romansa yang ada. Terlalu indah hingga Sehun terkadang tak percaya bahwa dia memilikinya di telapak tangan.

 

Kebahagiaan ada dalam genggamannya.

 

Ingin rasanya tertawa melihati Luhan yang berusaha keras memotong kepiting di dapur. Pisau tidak bekerja dengan baik dan Luhan tampak menyerah. Dia mendelik sebal pada Sehun yang berdiri di dekat kulkas, cengiran lebar disertai kekehan ringan.

“Apa? Kau sendiri yang bilang bisa melakukannya sendiri. Kau bahkan melarangku masuk ke area dapur,” kata Sehun setelah Luhan melempar pisau itu ke meja dapur dan menghiraukan Sehun. “Hei, jangan marah begitu.”

“Jangan tertawa! Aku malas mendengar suaramu.” Luhan marah. Dia marah dan mengunci pintu kamar mereka. Tapi Sehun sadar betul Luhan tidak akan pernah sungguh-sungguh marah padanya. Kemarahan itu akan sirna sebelum matahari tenggelam.

Maka itu Sehun berdiri di depan pintu, dahi menempel dengan permukaan kayu yang dingin sambil berbicara. “Luhan, oh ayolah. Aku lapar, jangan begini.”

“Jadi kau menikahiku hanya untuk menjadi pelayanmu? Memasak untukmu setiap hari??” Suaranya melengking tinggi.

“Aku kan hanya bercanda, maafkan aku. Buka pintunya…”

“Tidak! Pergi dari sana!” Usir Luhan.

 

Sehun menyerah.

 

Bukan karena Luhan yang keras kepala, juga bukan karena Sehun lapar. Tapi dia memang salah. Jadi, Sehun memasak sendiri semua makanan selagi Luhan belum keluar dari kamar. Dia memasak kepiting itu, menggoreng udang, siapkan meja makan setelah semuanya selesai. Kemudian dia kembali mendatangi kamar dan ketuk pintu.

“Luhan, ayo makan. Aku sudah masak semuanya.”

Tidak ada jawaban.

“Luh—”

Pintu pun terbuka dan wajah cemberut Luhan muncul, masih memakai celemek kuning pemberiannya. Sehun menggenggam tangannya, menarik Luhan ke meja makan.

“Tada! Aku sudah memasak semuanya.” Kemudian dia mencium Luhan yang masih ternganga melihat makanan di meja. “Jangan marah lagi, oke? Kau tidak lucu kalau sedang marah.”

“Siapa bilang aku lucu? Aku ini tampan.” Sergah Luhan. Sehun tertawa kecil.

“Tampan…” dan sekali lagi mencuri ciuman kecil di sudut bibirnya. “…dan lucu.”

 

Sehun dan Luhan…

 

Selamanya bersama.

 

***

 

Sehun dan Luhan…

 

Tak selamanya berdua.

 

Waktu menunjukkan pukul 10 malam.

 

Sehun lelah, sangat lelah. Hari ini banyak sekali pekerjaan di kantor dan yang dia butuhkan hanyalah tidur. Pejamkan mata lalu tidur. Namun hari ini Luhan tampaknya sedikit bersemangat saat merangkak ke sebelahnya, peluk tubuh itu dan mengatakan sesuatu yang…Sehun tidak mengerti.

 

“Aku ingin punya anak.”

 

Rasa kantuk itu tiba-tiba hilang entah kemana. Sehun memandang kedua mata Luhan dalam-dalam seakan mencari jawaban disana.

“Apa??”

Luhan mengangguk, wajah polos itu… “Aku ingin punya anak.”

Tawa Sehun hampir meledak jika dia tidak sanggup menahannya. Apa Luhan sudah gila? Punya anak? Luhan tidak punya rahim untuk disinggahi bayi, apa dia sudah gila?

“Bagaimana-”

“Adopsi satu dari panti asuhan, Sehun.”

Saat itu pun Sehun langsung bangkit, duduk tegak menatap Luhan dengan mata tidak percaya. Luhan boleh saja memintanya terjun dari jurang atau memotong nadinya sendiri. Luhan boleh meminta berlian sebesar mobil, Sehun akan bekerja hingga ke liang kubur jika itu yang memang Luhan inginkan. Tapi yang satu ini…

Tak terpikirkan oleh Sehun.

“Luhan,” dia tertawa sambil kebingungan. “Adopsi anak? Buat apa?”

“Dua orang menikah untuk punya anak. Mereka bahagia saat ada anak di hidup mereka.”

Mereka? Mereka…yang normal. Sehun dan Luhan bukanlah ‘mereka’. Mereka tidak menikah atas dasar untuk punya anak, merencanakannya saja tidak, terpikirkan saja pun tidak!

“Luhan, kita berbeda. Apa yang akan orang-orang katakan? Melihat dua pria menggendong seorang bayi??”

“Siapa yang peduli apa kata mereka? Aku hanya ingin kita punya anak. Titik.” Ucap Luhan bersikeras. Sehun tidak suka Luhan menambahkan kata ‘kita’ di kalimatnya. Ini bukan kemauan mereka berdua. Ini kemauan di satu pihak. Ini mau Luhan!

“Oh, ya? Punya anak. Kau kira semudah itu mengurusnya, menyekolahkannya, menjaganya sampai tumbuh besar?” Sehun jabarkan semua kenyataan yang ada. “Bisakah kau mengganti popok bayi? Bisakah kau menyusuinya lewat dot, membuat susu dengan takaran yang benar?”

“Kita bisa belajar…” Gumam Luhan sedih.

Kita? Tidak ada ‘kita’ dalam soal ini!

“Tidak, Luhan. Aku tidak setuju!” Sehun menutup topik ini. Selesai sudah pembicaraan mereka. Tidak ada adopsi anak, tidak akan ada satu tambahan anggota di hidup mereka. Hanya ada Sehun dan Luhan…

Selamanya bersama.

 

Malam itu Luhan tidak tidur bersamanya. Dia tidur di sofa, berjauhan dengan Sehun, tinggalkan ruang kosong disana.

Sehun tak habis pikir tentang Luhan.

Apa hidup yang seperti ini tidak cukup baginya? Apa Sehun seorang tidak cukup bagi Luhan?

 

***

Ini tidak adil.

 

Bagi Sehun ini tidak adil.

 

Luhan tiba-tiba berubah menjadi orang lain saat kemauannya tak terpenuhi. Sehun tidak mendengar sambutan selamat pagi yang hangat sejak hari itu. Luhan tidak masak, hindari kecupan Sehun, dia membisu, dia seperti orang lain. Asing di hidup Sehun.

Sehun kira jika dia pulang ke rumah di malam hari, mungkin kemarahan Luhan sudah surut. Mereka lupakan pembicaraan kemarin dan kembali seperti semua. Namun kali ini dia salah.

“Aku pulang…” Sehun baru saja membuka sepatunya dan melihat tidak ada makanan di meja makan seperti biasa. Luhan duduk di sofa terdiam dengan buku di tangannya. Sehun tidak tahu buku apa itu. Tapi Luhan punya banyak sekali. Tumpukan demi tumpukan di meja.

 

‘Membaca Sifat dan Karakter Anak’

 

“Luhan—”

 

Luhan mematung. Dia tetap membaca buku-buku itu, hiraukan kehadiran Sehun. Lalu selimut serta bantal di sofa memperkuat pendiriannya bahwa Luhan tidak akan tidur bersama Sehun di kamar. Mereka tidak bersama…

“Terserah apa maumu, Luhan!” Sehun membanting tas kerjanya ke lantai dan pergi dari sana.

Menurutnya ini keterlaluan. Luhan sudah kelewatan, dia keras kepala, dia berhati batu, dia buta, ya, dia buta. Keinginannya membutakan hatinya hingga jadi seperti ini.

 

Atau…

 

Sehun yang keras kepala, berhati batu, buta? Jika dia memenuhi permintaan Luhan, pasti semuanya akan selesai.

Tapi Sehun tidak menginginkan anak. Dia mau hidup yang seperti ini. Mereka berdua, tanpa siapa-siapa lagi.

Mengapa ini tak cukup?

Mengapa Luhan menuntut lebih?

 

***

 

Bukan menuntut lebih.

 

Ada satu hal yang belum Sehun ketahui dari sosok Luhan, sosok yang bersamanya terus menerus dua tahun ini.

 

Tidak cukup mengerti.

 

Malam itu Sehun pulang dalam keadaan lelah dan pusing semakin membebaninya saat melihat keadaan apartemennya yang tiba-tiba berubah.

Ada sesuatu yang aneh.

Ruangan kosong di sebelah pintu kamar mereka terbuka lebar dan Luhan ada disana. Semua pernak-pernik keperluan bayi tersusun rapi. Box bayi, baby walker, boneka-boneka di rak, lemari penuh pakaian bayi, buku cerita anak…

Kapan Luhan persiapkan ini semua?

“Luhan, ini apa?” Sehun angkat bicara. Luhan membalikkan tubuh menghadapnya. Mata merah dan bengkak sehabis menangis. “Luhan, kau mena—”

“Sehun, kumohon,” suara paraunya setengah berbisik. “Saat kukatakan aku ingin punya anak, aku tidak main-main. Aku menginginkannya. Aku sangat menginginkannya. Tidakkah kau melihat itu di mataku?”

Sehun mendekat untuk meraihnya, tapi Luhan mundur beberapa langkah jauhi dirinya.

 

“Sehun, a-aku menginginkannya, sejak dulu. Aku mencintaimu, aku akan menuruti semua perkataanmu, tapi bisakah kau kabulkan permintaanku yang satu ini?”

Tidak!

Luhan menyentuh box bayi di belakangnya. “Kita akan punya anak yang tidur disini, Sehun. Setiap hari.” Lalu Luhan menunjuk babywalker di lantai. “Kita akan memperhatikan anak kita belajar jalan memakai benda itu…” Luhan mengambil buku cerita dan menggenggam tangan Sehun. “Kau bisa membacakannya cerita setiap malam. Tidakkah kau menginginkannya?”

Sehun akan jawab tidak, tidak, dan tidak. Dia tidak mau ada bayi, anak, apapun itu! Dia hanya mau kehidupan kembali seperti dulu. Apa yang salah dengan hidup seperti ini? Mereka bahagia, mereka tertawa, mereka senang. Apa yang salah hingga Luhan ingin mengubah semuanya?

“Jika kau tanya apa yang paling kuinginkan dalam hidupku…” Luhan meneteskan air mata. “Ini, Sehun. Aku menginginkan ini.”

Seketika, Sehun ingat cinta itu gila. Cinta itu gila, lebih gila daripada sekedar mengatakan ‘aku cinta padamu’ dengan keras di depan semua orang; lebih gila daripada sekedar ‘aku menikahi Luhan dan mencintainya’.

Ini gila saat hati Sehun jatuh di kedalaman, berenang bersama luka-luka yang lain, tapi…

 

“Ya.”

 

Kata ‘ya’ yang satu ini membawa Luhan kembali padanya. Kembali memeluknya seperti hari-hari yang lalu. Luhan kembali tidur bersamanya malam itu.

“Aku mencintaimu, Sehun. Aku mencintaimu, Sehun. Aku mencintaimu, Sehun.” Mengalun lembut di telinganya hingga dia terlelap dan Luhan adalah makhluk yang paling dia cintai.

 

Yang membuat hidupnya bahagia. Mereka akan bersama selamanya.

 

***

 

Sehun sesekali pernah membayangkan bagaimana keluarga kecilnya di masa depan. Mereka pasti harmonis, hangat, dan penuh kebahagiaan.

Kini semuanya hampir sempurna. Dia memiliki Luhan, apartemen kecil, dua mangkuk yang warnanya selalu sama, dan kamar beraroma segar. Ini mendekati sempurna, Sehun bisa merasakannya.

Luhan lebih bahagia. Sehun melihatnya lebih berseri daripada sebelumnya. Sebuah perubahan drastis yang terjadi pada Luhan ketika bayi perempuan berumur tiga bulan ada di lengannya.

“Lihat, lihat, Sehun. Minji menguap, ooh…dia sangat lucu.” Luhan menimang bayi itu gemas, dia tak henti-hentinya tersenyum pandangi anak itu.

Mungkin ini keputusan yang tepat. Luhan tidak kesepian saat Sehun pergi bekerja, ada Minji, anak perempuan mereka yang temani hari-hari Luhan. Dan Luhan muram di hari kemarin tiba-tiba menghilang.

“Dia sangat cantik saat tidur.” Bisik Luhan di samping box bayi. “Dia mirip malaikat, iya ‘kan?”

Sehun hanya bisa menyungingkan senyuman tipis dan Luhan memeluknya. “Terima kasih, Sehun. Kau membuatku bahagia.”

 

Bahagia?

 

Sehun tidak bisa ungkapkan apakah dia bahagia atau tidak. Ini bukan film action kesukaannya, juga bukan sup rumput laut favoritnya.

Ini anak, ini Minji anak perempuan mereka, seseorang yang Sehun tolak masuk ke dalam hidup mereka berdua.

 

Jadi…

 

Entahlah.

 

Hidup Sehun hanya untuk Luhan dan jika Luhan bahagia…maka…

 

Dia juga bahagia?

 

***

 

Pukul 2.

 

Setiap pukul dua pagi, Sehun selalu terbangun akan suara tangis yang memekakkan telinga dari kamar sebelah. Dilihatnya Luhan tengah tidur dan makhluk disebelah sana tidak mungkin berhenti jika tidak ada satu pun dari mereka yang bergerak.

Maka Sehun pergi kesana dengan helaan nafas berat. Sehun tidak pernah menggendong Minji sebelumnya. Luhan tahu ini lebih baik darinya, bagaimana posisi yang nyaman, bagaimana cara menidurkannya kembali. Luhan berhasil mengikuti semua petunjuk-petunjuk buku itu.

Sehun tidak membacanya. Dia juga tidak peduli.

Minji menangis tanpa henti. Mungkin dia lapar, popoknya basah. Siapa yang tahu. Sehun berada disana tidak untuk mengeceknya, tapi untuk ‘hentikan’ tangis itu.

Ini pukul dua pagi, seharusnya dia tidur dengan nyaman bersama Luhan di kamarnya tanpa perlu mendengar suara itu.

 

Sehun mengambil bantal beruang milik Minji, dia menutup wajah anak itu.

 

Tangisnya teredam.

 

Satu detik…

 

Sehun sangat mencintai Luhan, terlalu mencintainya.

 

Dua detik…

 

Mereka baik-baik saja tanpa seorang anak.

 

Tiga detik…

 

Sehun orang yang egois dan serakah. Dia hanya ingin Luhan mencintainya dan tidak membagi-bagi rasa itu pada orang lain.

 

Empat detik…

 

Karena ada Minji, aku bahagia, Sehun.

 

Lima detik…

 

Minji adalah kebahagiaan Luhan.

 

Suara tangis Minji mulai melemah di balik bantal.

 

Sehun segera menarik bantal itu. “Apa yang kulakukan? Apa yang kulakukan?” Bisiknya di kegelapan. Panik. Takut. Minji terbatuk kecil dan mulai menangis lagi.

Sehun memang egois. Dia ingin memiliki Luhan sendiri tanpa sadar Luhan punya sesuatu yang bisa membuatnya bahagia.

 

Lalu… Lalu bagaimana dengan dirinya?

 

Apa dia masih menjadi alasan Luhan merasa bahagia semenjak ada Minji?

 

***

 

Dua tahun.

 

Minji berumur dua tahun dan rasa benci Sehun terhadapnya masih sama seperti pertama kali bertemu. Tidak berkurang bahkan bertambah seiring waktu berjalan ke depan, bukan ke belakang. Sehun hidup ke arah masa depan dan tidak bisa kembali ke masa lalu…

Masa dimana dia dan Luhan adalah dua orang yang hidup bersama.

“Minji…aaa-” Luhan menyayangi anak itu. jelas-jelas sangat menyanyanginya. Dia rela bangun di pagi hari untuk menyiapkan bubur bayi yang penuh nutrisi dan memakan waktu yang cukup lama.

“Minji mau pakai baju yang mana?” Luhan menggendongnya sambil pilihkan baju untuk si kecil. “Yang warna pink? Yang itu?” Minji anggukan kepalanya dan dia memakai baju terusan pink itu.

Lalu Luhan keluar kamar sambil menggandeng tangan kecilnya. “Ayah Hun,” begitulah Luhan ajarkan Minji memanggil mereka.

 

‘Ayah Hun’ untuk Sehun, ‘Ayah Han’ untuk Luhan.

 

Minji punya dua ayah, namun itu tidak membingungkan Minji sama sekali.

 

Ayah HunHan. Mereka tampak normal di mata sang anak. Dengan sikap Luhan yang lembut padanya, sikap dingin Sehun. Minji tidak bingung. Yang dia tahu, dia menyayangi kedua orang ini.

“Ayah Hun, lihat Minji pakai baju warna pink. Minji cantik ‘kan?” Ujar Luhan menyuruh minji berputar dan roknya mengembang indah. Sehun mengangguk, mata tertempel di koran pagi itu.

“Sehun…”

“Iya, cantik.” Sehun membalik halaman selanjutnya, masih belum menoleh kearah mereka berdua.

“Sehun, kau bahkan tidak melihat Minji bagaimana bisa kau bilang cantik?!” Luhan marah padanya. “Sehun!!”

Sehun melipat korannya emosi. Dia melemparkan pandangan sebal kepada Luhan seolah dia gangguan besar pagi ini. “Aku ‘kan sudah bilang cantik.”

Luhan membuka mulut untuk bicara, tapi sudahlah…dia tidak mau bertengkar dengan Sehun, apalagi di depan Minji. “Kau menyebalkan, Sehun.”

Suara Luhan kembali lembut ketika bicara pada Minji. “Ayo, minji, kita coba baju baru yang warna ungu ya?”

Ini menyebalkan. Ini mengesalkan. Sehun selalu menjadi pihak yang pada akhirnya ditinggalkan sendiri. Cukup banyak mengalah. Cukup lama menahan emosi. Sehun ingin semuanya berhenti.

Bagaimana caranya hilangkan ini semua?

 

Dan mengembalikan apa yang mereka dulu miliki…

 

 

-TBC-

 

A/N:

Maaf ya kalo gak bagus, ini fic shoneun ai yang bener2 shoneun ai pertamaku >.<

Aku sebenernya biasa nulis kaisoo dan baekyeol, dan itu masih dalam kadar yang normal. Kalo yang satu ini kayaknya sedikit tidak normal deh hahaha :D

Nantikan yang part dua-nya yah :D


KY_Krisyaegi Be My Fate : “More Hard than I thought” (Chapter 4)

$
0
0

cats

Author : Muriza  (@yaegiKris_wu93)

Main Cast  :

  • * Wu Yi Fan (Kris EXO M)
  • Cho yaegi
  • Cho kyuhyun SJ

Support Cast  : all Member EXO, J (manager EXO), Cho kyubin.

Length : Chaptered

Genre : Comedy & Romance

Rating : PG 15

Disclaimer :  Deep bow buat admin blog ini yang mau publish FF ku. Semoga kalian semua suka dengan FF ku ^^. FF ini berchapter.. di tiap chapter nya bakal banyak KY moment (kris yaegi)..FF ini menceritakan perjalan hidup Kris dengan gadis yang ia cintai, bakal banyak tantangannya juga (nanti author bikin sequel sequel nya deh)  disini aku masukin beberapa cast dari K-Idol , seperti Sj , dll. Maaf jika banyak typo bertebaran, dan semua yang ada dalam cerita ini murni hasil karya ku..ini terinspirasi dari imajinasiku sendiri . FF ini juga pernah aku publish di FANPAGE FACEBOOK https://www.facebook.com/pages/Fan-Fiction-EXO-KRIS/550847568266334?ref=hl  & di blog http://exodeul.wordpress.com/. Plagiat OUT!!

 Mian jika ada tokoh favorit kalian yang berkarakter “bad” disini, ini semua hanya fiksi. Happy reading ^o^

Cha~ part 4 nya udah jadi. Don’t be silent reader ya chingu. Saran & kritik kalian sangat diperlukan. Happy reading, Saranghae yeorobun ,mian kalo banyak typo. This story is belong to me .

 

SM Building ….

Paihuaiguo duojiu zai zhe xin de qi shidian zhanzhe shi wo
Yeah EXO-M, EXO-K
Yao dakai women de weilai History
Women yi fen liangtou ben shi taiyang ban yiti jiegou
Oh tongyi ke xinzang taiyang xia
Women lian xian wuxian de yanchang xian

I need you and you want me
Zai zhege lan se xingti
Oh, Oh
Oh, Oh
Every, Every, Everyday
Wo chuangzao de History

 

“Huuaahh.. seru sekali hyung”. Kai Lay Luhan & Suho baru selesai latihan dance history menggunakan mandarin Version.

“Iya, ini pertama kali nya aku latihan dengan versi mandarin” Suho dengan nafas terengah engah.

“Dasar sehun, malas sekali jika diajak latihan” Luhan menggerutu memandang ponselnya.

“Wae geurae hyung?”. Kai bertanya.

“Biarkan saja dia dengan pororonya hyung “ Lay menepuk pundak Luhan.

“Ne .” Luhan masih dengan wajah masamnya.

Kai mulai gugup..takut jika Luhan atau Lay membuka suara tentang kejadian di kamar KaiSoo kemarin.

“Kata yaegi-ssi kau tidak usah gugup jika berhadapan dengannya, biasa saja” Suho langsung menginterupsi.

“Suho Hyung! ” Kai panik.

“Baekhyun sudah mengetahuinya juga, otomatis semua member juga sudah mengetahuinya terkecuali Kris & Sehun” Lagi-lagi suho memotong pembicaraan. *Baeki itu emang agak susah ngejaga rahasia chingudeul -_-‘

“Kris itu namja cerdas, dia bisa membaca situasi.”Lay cukup dekat dengan Kris, jadi dia tahu bagaimana watak Kris.

“Syukurlah jika begitu, aku lega sekarang” Kai bangkit dan mereka bergegas untuk pulang.

Tapi lay menambahkan sedikit pembicaraan. “menurut kalian cho yaegi itu seperti apa?”

“Andwae!” Kai dengan spontan mengatakan.

“Dia itu milik sunbaenim hyung” Kai menekankan kata sunbaenim.

“Mereka sudah putus 1 tahun lalu” kata Suho tenang.

“MWOYA?” tiga namja itu berteriak bersamaan kecuali Suho.

“Ah sudah sudah, tidak usah seperti itu.. ayo pulang”. Suho mengerutkan keningnya.

DORM EXO, pukul 01:00 siang KST.

“Perutku lapar sekali, mana mereka semua. Tega sekali meninggalkan aku sendirian dirumah.” Kris memegang perutnya Dia menuju dapur melewati ruang Tv.

“Eo Sehun~a, kau dirumah?” Kris menyadari kehadiran Sehun.

Sehun yang sedang terbahak-bahak dengan kartun pororonya hanya menjawab seadanya “Ne, hyung.”

“Dasar bocah itu, dia lucu sekali” Kris berjalan ke dapur, tanpa ekspresi.

“Tidak ada yang bisa ku olah menjadi masakan, Astaga! Kartu Kreditku rusak”Kris menepuk jidat nya.

“Sehun~a, aku lapar.. pinjamkan uang mu. Kita delivery saja.” Kris menadahkan tangan di hadapan sehun.

“Dompet ku di tas Luhan, dia di SM.. atau tidak hubungi mereka saja, mereka lagi arah menuju dorm”. Masih berkata seadanya -_-

“yang lain kemana?” Kris masih bertanya.

“Ah hyung, Shikeuro (Diam) , pororo sedang menyelamatkan semut itu” Sehun meninggikan suaranya tanpa melihat ke arah Kris.

“ Neo jinja (dasar kau)” Kris mendengus dan masuk  ke kamar.

Sehun melihatnya, lalu ia menekan tombol pada layar ponselnya.. dan tersambung.

“Eo noona, Edisseo? Sehunnie~ga.”

“Noona, pulang sekarang ya.. Kris hyung mengamuk karena lapar, jika noona tidak kemari, aku akan di lahapnya.. Hyungdeul sedang diluar semua” Sehun berbisik di telfon.

Bip.. sambungan terputus.

_________XXXX___________

“Sehunnie, kau sudah makan?” yaegi baru datang dan langsung menanyakan sehun.

“Belum, Kris hyung lapar noona” .

“Mianhae, aku kira kalian Fan Signing siang hari, jadi aku ketempat chingu ku “. Yaegi merasa bersalah.

“Aniyo, gwenchana. Noona, aku mau Gimbab juga Bibimbab”. * ni bocah katanya kagak lapar -_-

“Arasseo, chamkamman ne~” yaegi membuka tas dan jaket tebalnya dan langsung menuju dapur.

SELANG BEBERAPA SAAT..

“Noona, aku ke SM dulu, hyuk manager sudak menungguku di parkiran, simpan makanan ku noona, aku pergi” Sehun terburu-terburu.

“Sehunnie tapi ini sudah sii…ap” bunyi pintu berarti sehun sudah pergi.

“Ini tidak akan enak jika disimpan, Aigo..” yaegi frustasi.

Seorang namja datang “Sudah siap belum? Aku lapar sekali”,

“Ah ye, sudah. Duduklah” yaegi menyiapkan semuanya lalu mau pergi ke dapur lagi.

“Kau mau kemana? Temani aku makan” Ekspresi wajah kris selalu dingin.

“Ye??” yaegi tidak yakin dengan pendengarannya.

Mereka pun menikmati makan siang dalam keheningan….

“Ini.. Aaaaa” Kris menyodorkan gimbab ke mulut yaegi. Yaegi langsung melahapnya.

“Omo.. kau benar-benar mengerikan… Apa kau selalu menerima suapan dari semua namja? ” Kris menyerocos.

“Wae? Tidak baik menolak makanan” yaegi berkata sambil mengunyah.

“Hahaha.” entah menyadari atau tidak, baru kali ini dia tertawa lepas didepan seorang yeoja.

“Kau Lucu sekali Cho yaegi” Kris menyubit pipi yaegi .

Yaegi meraba jidad Kris. “Tidak panas.. apa kau terkena demam musim dingin Kris-ssi?”

“Aku tidak menyebalkan seperti yang kau  kira yeoja bodoh” Kris menunjuk nunjukan sumpit nya ke arah yaegi.

Yaegi melotot . “Aku bercanda” Kris langsung memotong omelan yaegi.

“Apa kau akan menghabiskan seumur hidup mu untuk menjadi pembersih Dorm yaegi-ssi?” Kris tiba tiba saja berbicara ke hal itu.

“ye??” yaegi terhenyak.

“Kau itu akan tumbuh menjadi seorang wanita, apa kau tidak mempunyai rasa ingin menikmati hidupmu.. dan meni…kkkah.. anyi maksudku …”Kris tiba tiba salah tingkah.

“Tentu saja. Semua itu ada saat nya Kris-ssi. Saat ini aku hanya ingin menyelesaikan kuliahku, dan membahagiakan Bibi dan Oppa. Mereka sudah menjagaku sejak orang tua ku tewas dalam kecelakaan” Yaegi bercerita panjang lebar.

“Maafkan aku yaegi-ssi” Kris terlihat tidak enak.

“Gwenchana, yak! Cepat habiskan makanan mu, aku mau membereskan dapur.. kau ini lamban sekali. Seperti siput” Yaegi berceloteh.

Kris terhentak dengan teriakan yaegi “Benar-benar menakutkan” Kris menghabiskan Bibimbapnya.

 ________XXXX____________

“Anak-anak dimana kalian, sudah siap belum?” J datang ke dorm EXO untuk menjemput mereka di acara Fan Signing di daerah Gangnam.

“Ne hyung, uri wasseo”

“Kaza hyung..”

“Yak! Oh Se hun.. sejak kapan kau bersama manager hyung? Dari tadi kau menghilang saja. Apa itu hobi baru mu?” Kai mengomel.

“Sejak kalian sering meninggalkan ku sendirian di rumah. Apa kau? Apa liat liat?” Sehun menantang Kai dengan tampang yang sangat lucu, di tambah dengan lolipop yang dihisapnya dari tadi.

“Sudah jangan bertengkar, ayo jalan” Kris datang dengan setelan blazer hitam bercorak stripes dan skinny jeans.

“Hyung, hyung tolong aku..”

“awas kau Oh Se hun” begitulah Kai dan Sehun jika sedang kumat.

Drrt Drrt.. Ponsel manager berbunyi

“Sehun Kai, Keumanhae! Manager hyung sedang menerima telfon.” D.o mulai frustasi

>>>>>> 

“Aigo, bagaimana ini? Coordi tidak bisa mendampingi kalian hari ini, mana tidak ada pengganti. Dia sakit” J manager sedikit khawatir dengan jadwal EXO.

“Otteokhanya?” Tao menghela nafas.

“Oh chamkamman, yaegi ada di dorm?” J menanyakan.

“Ada hyung, tadi ku lihat dia sedang di teras belakang” Xiumin mengangguk.

“Geurae, Yaegi~ya.. Cho yaegi…” Suara J manager sedikit besar maka yaegi bisa mendengar.

“Oppa wae geurae? “ yaegi datang dengan sweater merah mudanya, dan rambut yang tergerai dihiasi dengan pita berbentuk Cherry.

“Kau ikutlah dengan kami” J mengajak yaegi.

“Huh? Eodika?” Yaegi sedikit kaget.

“Ke acara Fan Signing Exo” tanpa basi J mengomando mereka semua untuk berangkat, anak EXO menurut saja.

“Oppa, tapi buat apa? J oppa! Aisshh, menyebalkan” yaegi menggerutu.

 

____________XXXXXXXX_______________

GANGNAM

Pukul 07:00 malam KST

Di ruang tunggu EXO.

“Yaegi, kau dandani mereka “ J bertitah.

“Yee?? “ yaegi cengo.

“Ayolah, kau kan bisa. “ ternyata yaegi bisa mendandani orang tapi ia sendiri tidak suka berdandan.

“Cha~ selesai “ yaegi mengibas ngibaskan tangan nya.

“Wooaahh, eyeliner ku bagus sekali.. Yaegi-ssi Daebak” Baekhyun terlihat begitu bersemangat.

“Careso yaegi ~ya” J tersenyum puas.

“Kai.. kenapa kau diam saja? Mari aku dandani.” Yaegi terlihat begitu lepas tanpa ada beban apapun.

“Eung.. nae noona..” Kai sedikit kikuk.

“Noona? Sejak kapan kau memanggilnya noona? “ Sehun mengiterupsi.

“Memangnya kenapa? Apa? Apa? Apa kau liat liat?” kai membalas Sehun.

“Dasar KKAMJONG!” Sehun mendengus kesal.

“Sudah-sudah jangan bertengkar, Aigo kalian ini” yaegi menggelengkan kepalanya.

Setelah semuanya selesai, mereka semua bersantai diruang tunggu.. ada yang bermain game, bercerita ,dsb. Mereka Fan Signing, setelah SJ, INFINITE, SHINee, F(x) dan idol grup lainnya selesai perform. Sementara itu Sehun bermain PSP dengan yaegi, Sehun sangat akrab dengan yaegi.

 

 

“Yaegi itu menyebalkan” Luhan terlihat sedikit gamblang.

“kau kenapa hyung? Kenapa dia menyebalkan untukmu?” Chen yang disamping luhan mendengar suara Luhan.

“Lihat saja, semenjak ada dia.. aku pulang ke korea Sehun jadi tidak perduli pada ku” bibir luhan mengerucut.

“Hahaha.. Aigo.. kau lucu sekali hyung. “ chen malah tertawa.

“Yak! Utta hajima! (jangan tertawa)” Luhan makin kesal.

“yang menyebalkan itu Sehun hyung”

“Kau juga menyebalkan Xi Luhan” Kai & Xiumin berpindah kursi untuk menodong Luhan.

Kai menunjuk ke arah Sehun “Aku selalu menjadi pelariannya ketika kau tidak ada.”

“dan aku selalu menjadi pelarian mu ketika kita di China” Xiumin mengatakan dengan nada bercanda , berbeda dengan Kai.

“Ah sudah sudah.. jangan bertengkar” Chen menaruh tangannya ditengah tengah mereka layaknya wasit tinju.

Selagi mereka semua diruang tunggu… Tiba-tiba… Tok Tok Tok ada yang mengetuk pintu ruangan itu.

“Eoh Kyuhyun hyung masuklah” Suho dan member lain berdiri dan membungkukkan badan. Kecuali yaegi & sehun mereka duduk didalam ruangan yang paling ujung.

“Aigo.. nugushinka hyungnim.. Neomu kyoeowo (imut sekali)” D.o datang ke arah kyuhyun dan mengambil sesuatu dari tangan kyuhyun. Seorang balita yang kyuhyun bawa. Namja berumur sekitar 2 tahun.

“D.o~ya bawa kemari” mereka suka dengan bayi sepertinya. Ketika balita itu menoleh ke arah yaegi.. “yaegi Omma” anak itu memanggil yaegi dengan sebutan Omma..

“Eoh.. siapa itu? Lucu sekali.. “Sehun bangkit dan.. “Eoh hyungnim anyongseyo” Sehun membungkukkan badannya.

“Ne anyyeongseyo Sehunna” kyuhyun membalasnya.

Yaegi mematung di tempat dan… “yaegi omma..” balita itu memanggil lagi, kyuhyun & member lain melihat ke arah yaegi.

“yaegi-ssi.. Dia memanggilmu..” D.o membawa balita itu mendekat ke arah yaegi.

“kyubin~a” yaegi membuka suara seraya mengambil kyubin dari  gendongan D.o

“Omma.. bogoshipo.. Omma kemana saja? Kenapa tidak pernah melihat ku lagi bersama appa?” meski umurnya 2 tahun, tapi dia anak yang pintar..bicaranya cukup jelas walau sedikit cadel.

“Omma kan harus kuliah.. kau kenapa bisa ada disini uri adul (putra ku?)” yaegi mengerutkan keningnya. Semua member termasuk J manager terdiam..   terutama Suho & Kai.. mereka sangat takut jika ada member lain yang membuka mulut tentang rahasia itu, kecuali Sehun & Kris.

“Appa neun.. mengajakku kemari.. katanya setelah  acara appa selesai, kita akan jalan-jalan “ Kyubin sangat lucu.

“Ah geurekuna.. kyubin~a chamkamman..”Yaegi menurunkan kyubin dan berjalan ke arah kyuhyun.. menggandeng kyuhyun dengan arah berlawanan dan sedikit kasar.

“Tarawa! (ikut aku)” yaegi berbisik dengan nada yang dingin.

Mereka pergi keluar dan…

“Ah ye, kyubin ini anak asuh nya kyuhyun.. dia di adopsi oleh kyuhyun sejak masih berumur 2 minggu.. kyubin tinggal dipanti asuhan tapi kyuhyun sering menjenguk dan mengajaknya jalan jalan. Kyubin annyeong.. “ J menjelaskan dan mengucapkan salam pada Kyubin.

“Geundae.. Kenapa dia memanggil yaegi dengan sebutan Omma hyung?” Lay ingin tahu.

“Ah keuge.. (ah itu…) yaegi pernah membantu bibinya ketika di dorm SJ, dan kyuhyun suka sekali menjahili yaegi.. hahaha itu sudah biasa” J agak bingung menjelaskannya.

“Mencurigakan sekali” batin Kris Lalu ia pergi ke toilet.

_________________XXXXXXXXXX________________

 

Koridor belakang gedung dimana EXO Fan signing.

“Maksud mu apa?” yaegi to the point.

“Kenapa kau tidak menjawab pesanku?” kyuhyun tak kalah ketus.

“Kau kenapa membawa kyubin kemari?” yaegi mengalihkan pembicaraan.

“Memangnya kenapa? Dia itu anak mu juga.. dia selalu bertanya , kau kemana.. walaupun dia bukan darah daaa..” ucpan kyuhyun terpotong.

“Arasseo kyuhyun~a.. tapi biarkan aku menemuinya sendiri. “

“Beginikah kau yaegi~a? Kita berpisah .. kau juga melupakan Kyubin ?”

“Jangan mencari cari kesalahanku! Aku menyayanginya. Aku memiliki cara sendiri untuk menjadi ibu yang baik” Cho kyubin adalah anak yang di adopsi yaegi dan kyuhyun ketika mereka masih bersama, setelah menikah mereka berencana membawa kyubin tinggal bersama mereka.

Ponsel kyuhyun berdering.. pasti manager SJ menelponnya karena mereka mau perform.

“Pergilah, mereka mencarimu” nada yaegi melemah.

“Tapi kau harus menemui ku setelah acara ini” Kyuhyun keras kepala.

“Arasseo, pergilah” yaegi menurut. Cho kyuhyun namja yang sangat keras kepala, dia tidak akan pergi jika yaegi tidak mau menemuinya. Urusan dimarahi oleh manager itu belakangan.

“Aku pergi” kyuhyun berkata ke arah yaegi tapi yaegi melihat sosok seorang namja berada 1 meter dibelakang kyuhyun.. dengan ekspresi sedikit melotot..

Kyuhyun berbalik dan… Namja itu membungkukkan badannya lalu masuk ke Toilet.

-TBC-

Jangan lupa RCL nya J

 

 

 

 

 

 


Follow Your Heart

$
0
0

Title     : Follow your heart

Author : EShyun

Genre   : Friendship, romance

Length             : Oneshot

Main cast       :

  •          Kim Min Seok a.k Xiumin
  •          Kim Jong In a.k Kai
  •          Hwang Rara
  •          Kang Jihwa

 

Annyeong readers ^^

Sebelumnya Cuma mau ngasih info kalau ni ff udah pernah di publish di blog sebelah. Jadi kalau ngerasa udah ngebaca ini memang hasil karya aku ^^

Udah deh, capcus… happy reading..

 

Follow Your Heart

 

Hamparan rumput hijau terbentang luas. Seorang yeoja berdiri di tengahnya dengan wajah bingung, seakan tak mengenali sekitarnya. Perlahan kakinya mulai melangkah mencari jalan keluar dari tempat asing itu. Tiba-tiba sebuah sinar menyilaukan matanya. Dari arah sinar itu, dia melihat seorang namja tengah berdiri membelakanginya. Dia seakan mengenali sosok itu dan kemudian menghampirinya lalu membuka suaranya.

 

“Xiumin.. Kaukah itu?”

 

Namja itu tak menghiraukannya, dan melangkah menjauh namun yeoja itu mengejarnya.

 

“Xiumin.. Kau mau kemana? Tunggu aku. Aku tak mau kau pergi lagi dariku. Xiumin… Xiumin….”

 

Rara terbangun dengan nafas yang tak teratur, ia kembali bermimpi bertemu dengan sahabat kecilnya, Xiumin.

 

“Ah, aku mimpi dia lagi. Xiumin… Kau dimana sekarang? Apa kita bisa bertemu lagi?” gumam Rara. Setelah merasa tenang, Rara mandi lalu pergi ke kampusnya.

 

“Hey Kai..” sapa Rara.

“Hey, hmm, siang nanti kau ada acara? Aku ingin mengajakmu makan siang, mau?”tanyanya.

“Ok, nanti aku akan menghubungimu lagi,.” Jawabnya lalu pergi.

“Iya, aku tunggu.”

 

Kai berjalan menuju lokernya lalu membukanya, kembali ia menemukan sebatang coklat yang dihiasi dengan pita biru dan selembar kertas yang berisi kata-kata penyemangat. Seperti biasa, ia selalu mendapati hadiah-hadiah kecil seperti itu. Ia tak tahu siapa yang memberikannya, tapi ia merasa bahwa itu adalah pemberian dari Rara. Karena setiap setelah ia bertemu dengan yeoja itu, ia akan menemukan hadiah-hadiah.

 

“Rara, lagi-lagi kau memberikan hadiah kecil untukku. Kali ini apa ya isi pesan darimu?” Kai bergumam sambil membuka kertas kecil.

 

“Nice morning^^ hope you always happy and enjoying your day. Keep smile, ok”

 

“Tentu saja Rara, aku akan selalu mengingat semua pesan darimu. Ahh, sepertinya kau telah membuatku jatuh cinta. Aku harus segera mengungkapkan perasaan ini, harus!” gumamnyasembari tersenyum.

 

Dari kejauhan seseorang sedang mengamati Kai. Sebuah senyum terukir indah di wajahnya saaat ia melihat namja itu tersenyum. Setelah memastikan Kai hilang dari pandangannya, diapun pergi.

 

Siang harinya, Kai dan Rara pergi makan siang di sebuah cafe yang tak jauh dari kampus mereka. Tawa tampak menghiasi wajah keduanya, seakan sangat menikmati saat-saat itu.

 

“Setelah ini kau mau kemana? Langsung ku antar pulang atau kau ingin ke suatu tempat?” tanya Kai.

“Terserah kau saja, Kai.”

“Hmm, bagaimana kalau kau menemaniku ke suatu tempat? Aku ingin membelikan hadiah untuk sepupuku, kebetulan lusa adalah hari ulang tahunnya. Tapi aku tak tau harus memberikan apa, mungkin kau ada saran?”

“Dia yeoja atau namja? Dan berapa usianya?”

“Dia yeoja, usianya 12 tahun. Dia sangat manja dan penyuka warna Hijau.”

“Bagaimana kalau kau memberikannya boneka? Yeoja sepertinya pasti sangat menyukai boneka.”.

“Oke, kita bisa pergi sekarang?”

“Yah, tentu saja.”

 

Setelah percakapan itu selesai, mereka berdua lalu pergi menuju kesebuah toko boneka. Mereka memilih-milih boneka sembari bercanda. Dan akhirnya mereka memutuskan untuk membeli boneka keropi berukuran besar. Setelahnya Kai pun mengantarkannya pulang kerumah.

 

“Terima kasih kau telah menemaniku membeli ini.” Ujarnya saat mereka telah sampai di depan rumah Rara.

“Yah, kau tak perlu sungkan. Kalau kau butuh bantuan, aku dengan senang hati akan membantumu, jika aku bisa tentunya.”

“Ah iya, ini untukmu Rara.”Kai menyodorkan sebuah bungkusan pada yeoja itu.

“Apa ini Kai?”

“Hadiah. Untukmu. Karena kau telah menemaniku.”

“Wow, ini lucu sekali.”ujarnya setelah membuka bungkusan dari Kai. “Kapan kau membelinya, Kai?”

“Tadi, tanpa sepengetahuanmu yang pasti.”jawab Kai. “Syukurlah kau menyukainya, jaga dia baik-baik ya. Ah, ini sudah sore, aku harus pulang. Sampai jumpa besok, Rara.”

“Iya, tentu saja aku akan menjaganya. Kau berhati-hatilah. Sampai jumpa besok, Kai.”ujar Rara sembari melambaikan tangannya. Setelah memastikan Kai hilang dari pandangannya, iapun segera masuk kerumah.

 

Sejak saat itu, hubungan Rara dan Kai menjadi sangat dekat. Mereka selalu terlihat bersama-sama. Hingga suatu hari, ada seorang anak baru di kampus mereka. Seorang namja tampan dan sangat imut. Dia terlihat sangat friendly, terbukti dia telah mendapatkan banyak teman disana, padahal dia baru beberapa hari di kampus itu.

 

Saat Rara sedang bersama teman-temannya di kantin, anak baru itu menghampirinya. Rara merasa aneh dengan kedatangannya.

 

“Hai.”Anak baru itu membuka suara ketika sampai di dekatnya. “Bolehkah aku duduk disini?”tanyanya kemudian.

“Ya, silahkan.” Jawab Rara sekenanya.

“Rara, Hwang Rara. Benarkan?”tanya anak baru itu yang berhasil membuatnya terkejut.

“Iya, bagaimana kau mengetahui namaku? Sepertinya kita tidak saling kenal.” Tanyanya heran.

“Haha, tentu saja aku tahu. Benarkah kita tak pernah saling kenal?”

“Maaf, aku tak mengerti maksudmu. Memangnya kita pernah kenal?” ia kembali bertanya dengan penuh rasa penasaran.

“Rara, benarkah kau melupakanku?”namja itu memasang wajah sedih. “Ah, apa kau juga melupakan ini?”namja itu kemudian menunjukkan ekspresi muka yang sangat lucu, dan seketika itu pula Rara mengingat semuanya.

“Xiumin? Kau Xiumin kan, Oppa…?”jerit Rara histeris, lalu memeluk namja yang ternyata adalah sahabat kecilnya.

“Hey, kau mengingatku. Yah, aku Xiumin. Baozi.”ujarnya sembari membalas pelukan Rara.

“Kau, jahat. Kenapa kau meninggalkanku begitu lama? Kenapa saat itu kau tak memberitahuku kemana kau akan pergi? Apa kau tak tahu selama ini aku selalu mencarimu? Aku selalu memimpikanmu, aku sangan merindukanmu Oppa.”ia terisak di pelukan Xiumin.

“Mianhae, Rara. Saat itu kita masih sangat kecil. Tak terfikir olehku untuk memberitahu kemana aku akan pergi. Dan kenapa aku meninggalkanmu terlalu lama, itu karena orang tuaku yang tak ingin aku jauh dari mereka. Kau kan tahu, aku ini anak tunggal. Mereka takut merasa kesepian, sehingga aku harus mengikuti kemanapun mereka pergi. Aku juga merindukanmu, Rara. Sangat merindukanmu. Makanya sekarang aku ada disini, hanya untukmu.”jelasnya sambil membalas pelukan Rara.

“Tapi tetap saja kau jahat padaku, aku sangat tersiksa sejak kepergianmu. Tak ada lagi teman bermainku, tak ada lagi yang akan membelaku jika aku di ganggu, dan tak ada lagi yang menghiburku ketika aku sedang sedih. Aku selalu menyendiri dirumah menunggu kau datang, tapi kau tak pernah datang oppa.” ia masih terisak dipelukan Xiumin.

“Ya, aku tahu itu Rara. Mianhae, jeongmal mianhae. sekarang aku disini dan berjanji tak akan meninggalkanmu lagi. Aku akan selalu ada untukmu, akan selalu menemanimu, membelamu, dan menghiburmu. Jadi sekarang kau tak perlu bersedih lagi, arasseo?”Xiumin melepas pelukannya lalu menghapus air mata Rara. “Rara, ternyata kau masih cengeng seperti dulu.” Ujar Xiumin sambil tertawa.

“Oppa…. Aku tak cengeng, aku hanya  sedikit terharu karena bertemu lagi denganmu, oppa.”Rara kembali memeluk Xiumin.

“Iya, iya aku tahu. Sudahlah, orang-orang melihat kita.”

“Biarlah, aku tak peduli. Yang penting aku bertemu denganmu lagi oppa. Aku benar-benar merindukanmu.”

“Haha, ternyata kau memang tak berubah sedikitpun. Baiklah, terserah kau saja” ia membalas pelukan Rara.

 

Setelah mereka saling melepas kangen, merekapun memutuskan untuk pergi ke pantai, tempat favorit mereka saat kecil dulu.

 

“Waaaah, ini masih terlihat sama seperti dulu, hanya saja ada lebih banyak rumah disekitar sini sekarang.”Ujarnya setelah mereka sampai di tempat tujuan. “Apa kau mau bermain air Rara?”tanpa jawaban Rara, ia memercikkan air ke arah Rara dan alhasil merekapun bermain air bersama.

 

Merasa lelah, mereka memutuskan untuk beristirahat. Duduk di tepi pantai sambil memandangi ombak yang sangat indah.

 

“Oppa, tapi bagaimana kau masih mengenaliku?”

“Itu.”Xiumin menunjuk suat benda yang tergantung di tas Rara. “Dan naluri tentunya.”lanjutnya.

“Ah iya, ternyata kau melihat ini dan masih mengingatnya?”

“Bagaimana aku bisa lupa? Dulu disini aku membuat ini dan kau merengek memintaku untuk membuatkannnya juga tapi aku menolak. Akhirnya kau menangis dan tak mau diam sampai aku menunjukkan ekspresi “baozi”. Padahal itu hanya kerang yang dilekatkan dengan lem dan di bentuk seperti kura-kura. Aku tak menyangka kau masih menyimpannya, aku kira itu akan rusak setelah beberapa bulan kemudian.”

“Ini entah sudah berapa kali aku perbaiki. Karena ini satu-satunya kenangan darimu, aku bertekad untuk menjaganya sampai kapanpun itu. Dan bukannya saat kau pergi aku memberikanmu sebuah cincin oppa?”

“Yah, ini.”ia mengeluarkan kalung yang tertutup oleh kemejanya. “Karena ukurannya sangat kecil, makanya aku menjadikannya mainan kalung. Ini akan aman jika diletakkan disini.”lanjutnya.

“Oppa, aku kira kau sudah membuangnya.”ujarnya lega.

“Haha, tentu saja tidak Rara.” Jawabnya sembari tersenyum. “Ini sudah sangat sore, bagaimana kalau aku mengantarkan kau pulang sekarang?”

“Baiklah, ayok oppa.” Rara menarik tangan Xiumin menuju mobil sport white milik Xiumin. Dan merekapun bergegas pulang.

 

Tak lama, mereka telah sampai.

 

“Oppa kau tidak mau singgah dulu? Umma pasti senang jika melihatmu.”

“Baiklah, lagian aku juga sudah sangat merindukan umma. Bagaimana dengan appa?”

“Appa sedang tugas di luar, jadi hanya ada umma dirumah. Silahkan masuk, oppa.” Rara mempersilahkan Xiumin masuk. “Umma.. ummaaaa…”panggil Rara.

“Ne, ada apa Rara? Kenapa kau teriak-teriak seperti itu?”tak lama umma Rara datang.

“Umma, lihat siapa yang datang.”

“Siapa?”umma melihat ke arah Xiumin dan seketika itu pula langsung mengenalinya. “Xiumin? Ya ampun, kau sudah besar nak. Bagaimana kabarmu, dan keluargamu apa mereka disini juga?”Umma memeluk Xiumin yang telah dianggapnya sebagai anaknya sendiri.

“Ne, umma. Aku Xiumin, ternyata kau masih mengenaliku.”Xiumin membalas pelukan umma. “Aku baik-baik saja, dan keluargaku juga. Tapi sekarang mereka tak disini, appa sangat sibuk dengan pekerjaannya di Cina dan aku sendiri disini. Aku pindah kesini umma, karena aku merindukan kalian.”

“Umma juga merindukanmu nak. Jadi kau tinggal dimana?”

“Aku menyewa sebuah apartement, tak jauh dari kampus.”

“Umma.. bagaimana bisa kau langsung mengenali Xiumin? Aku saja awalnya tak tahu, kalau bukan dia yang menghampiriku, pasti aku tak mengetahuinya.”Rara cemberut melihat ummanya mengenal Xiumin dengan cepat.

“Bagaimana bisa aku melupakan Xiumin yang sudah aku anggap sebagai anakku sendiri, Rara..”ujar umma. “Xiumin-ah, malam ini kau harus makan malam disini, umma akan membuatkanmu makanan yang enak, arasseo?”

“Ne, umma. Tentu saja. Aku merindukan masakan umma juga, hehe.”ujar Xiumin sambil terkekeh.

“Nah, sekarang kau bisa beristirahat dulu. Rara, kau bisa menemani Xiumin kan?”

“Tentu saja umma, lagian masih banyak lagi yang ingin aku tanyakan padanya, aku sangat merindukannya umma. Kau tahu itu kan?”

“Ya, kau tahu Xiumin, sebulan setelah kepergianmu dia selalu menangis dan tak mau makan. Dia selalu menggenggam foto kalian berdua, bahkan sampai saat ini pun dia masih sering melihat foto itu. Dan juga selalu menyebut namamu disaat tertidur.”ujar umma yang berhasil membuat pipi Rara merona, malu. “Sudah, sekarang umma masak dulu ya.”

“Ne, umma.” Jawab mereka serempak.

 

Rara mengajak Xiumin ke kamarnya. Xiumin duduk disudut tempat tidur lalu mengambil sebuah foto yang terletak di meja sebelah tempat tidur.

 

“Hey, inikah foto yang dimaksud oleh umma? Kau beruntung sekali masih mempunyainya, sedangkan aku sama sekali tak memilikinya foto kita berdua.”ujarnya sambil memperhatikan foto itu.

“Ne, oppa.”Rara duduk disebelah Xiumin. “Rasanya aku ingin kembali pada saat kita kecil dulu, oppa. Jika itu bisa terjadi, pasti saat itu aku tak akan membiarkanmu pergi meninggalkanku, karena aku ingin kita tumbuh besar bersama, dan kau akan selalu menjadi oppa terbaikku.”lanjutnya sembari meletakkan kepalanya di bahu Xiumin.

“Ya, jika itu bisa terjadi mungkin aku juga tak akan pernah meninggalkanmu seperti dulu. Tapi kau tak perlu khawatir, mulai sekarang aku akan selalu ada bersamamu dan tak akan pernah meninggalkanmu lagi.”Xiumin sambil membelai rambut Rara.

“Yaksok?”

“Ne, yaksok.”

 

Tak lama, umma memanggil mereka turun untuk makan. sambil makan, sesekali mereka bersenda gurau membuat suasana menjadi sangat hangat.

 

Selesai makan, Xiumin berpamitan pulang. Sebelumnya ia tak lupa untuk bertukar nomor handphone dengan Rara.

 

“Oppa, berhati-hatilah.”

“Ne, tentu saja.”

 

Rara masuk ke rumah dengan hati gembira. Bertemu lagi dengan Xiumin adalah keinginan terbesarnya sejak dulu dan ia berfikir bahwa itu hanya bisa terjadi didalam mimpi. Tapi ia salah, buktinya sekarang mereka bertemu lagi dan bisa kembali menjalin persahabatan mereka.

 

Saat hendak memasuki kamar, tiba-tiba handphone Rara berbunyi menandakan ada panggilan masuk.

 

“Yeoboseo.”

“Yeoboseo.”

“Ada apa Kai?”

“Hmm, aku hanya ingin meneleponmu saja. Ah, tadi aku mencarimu dikampus tapi aku tak bisa menemukanmua. Tadi kau kemana?”

“Oh, tadi aku pergi dengan temanku. Maaf sebelumnya karena tak memberitahumu. Ada apa kau mencariku?”

“Hmm, besok kau ada kegiatan apa? Aku bermaksud untuk mengajakmu ke taman bermain. Kau mau?”

“Taman bermain? Baiklah, kebetulan sudah lama aku tak kesana.”

“Oke, besok jam sepuluh akan ku jemput. Sekarang sudah malam, kau beristirahatlah.”

“Ne, sampai jumpa besok Kai.” Ujarnya lalu mematikan sambungan telepon.

 

“Sepertinya ini adalah hari keberuntunganmu Rara. Pertama kau bertemu kembali dengan Xiumin oppa, dan yang kedua Kai mengajakmu berkencan besok. Ahh, aku tak sabar menanti hari esok.”gumannya lalu beranjak tidur.

 

Tepat jam 10 Kai sudah berada dirumah Rara. Setelah meminta izin dengan umma, mereka segera pergi menuju taman bermain.

Disana mereka mencoba setiap wahana yang ada. Terlukis raut kegembiraan diwajah keduanya. Mereka saling bercanda dan tertawa bersama. Mungkin orang-orang yang melihat, akan menganggap mereka sebagai sepasang kekasih.

Merasa lelah, mereka memutuskan untuk beristirahat. Rara mengajak Kai untuk membeli ice cream. Saat menunggu pesanan, tanpa sengaja mata Rara menangkap sosok yang ia kenali lalu berlari menghampiri orang tersebut.

 

“Oppa…” panggilnya pada orang itu yang ternyata adalah Xiumin. “Oppa, bagaimana bisa kau disini? Kau sendirian?”Rara bertanya setelah sampai didekatnya.

“Hey, akhirnya aku menemukanmu. Tadi aku kerumah, tapi umma bilang kau pergi kesini dengan temanmu jadi aku menyusulmu. Dari tadi aku mencarimu, bahkan aku meneleponmu berkali-kali namun kau tidak mengangkatnya.”jelas Xiumin.

“Mianhae oppa. Sepertinya aku meninggalkan handphoneku dirumah.”

“Rara, kau kenapa meninggalkanku?”Kai datang dengan membawa 2 buah ice cream. “Ini punyamu.”lanjutnya sambil menyodorkan sebuah ice cream.

“Gomawo.”Rara mengambil ice cream yang disodorkan Kai. “Mianhae Kai, tadi aku melihat dia jadi aku menghampirinya. Kai, kenalkan ini Xiumin oppa, sahabatku dari kecil.”

“Xiumin? Bukankah kau anak baru itu?” tanya Kai.

“Iya, dia anak baru di kampus kita. Dulu saat aku masih kecil kami tinggal bersebelahan, dialah orang yang selalu bersamaku. Hingga suatu hari dia harus pindah bersama keluarganya dan akhirnya kami kembali bertemu lagi.”jelas Rara. “Dan oppa, ini Kai. Temanku.”

“Hey.”sapa Xiumin. “Kau teman Rara? Benarkah? Aku fikir tadi kau adalah namjachingunya.”ujarnya.

“Haha, itu tak seperti yang kau fikirkan. Saat ini kita hanya berteman kok.”jawab Kai.

“Kai, bagaimana kalau Xiumin oppa ikut bersama kita? Bukankah kalau lebih ramai akan semakin seru?”

“Hmm, tentu saja. Ayo.”

 

Mereka bertiga menghabiskan waktu bersama hingga tak terasa hari sudah semakin sore dan mereka memutuskan untuk pulang. Awalnya Kai ingin mengantarkan Rara pulang, namun ditolak dengan alasan dia akan pulang bersama Xiumin karena setelah itu Xiumin akan bermain dirumahnya. Kai tentu saja menerima alasan itu walau dengan berat hati. Dan disitulah mulai muncul rasa cemburu Kai pada mereka.

Hari berganti hari, hubungan Xiumin dan Rara semakin dekat. Bahkan Rara lebih sering terlihat bersama Xiumin daripada Kai. Hal ini membuat Kai sedikit marah dan cemburu. Namun ia tak mau memperlihatkan kemarahan dan rasa cemburunya itu dihadapan Rara.

Karena hubungan yang semakin dekat, Xiumin dan Rara mulai merasakan perasaan yang berbeda. Setiap bersama, jantung mereka berdetak lebih cepat dan mereka merasakan kenyamanan yang sebelumnya tak pernah mereka rasakan. Dan akhirnya mereka sadar, kebersamaan membuat mereka saling jatuh cinta.

Xiumin akhirnya memantapkan diri untuk mengungkapkan perasaannya itu. Sebelumnya ia telah memberitahu umma tentang keinginannya dan itu disambut baik oleh umma.

Keesokan harinya, Xiumin datang kerumah Rara. Didapatinya rumah itu kosong dan dengan mudah Xiumin masuk kedalam karena ia telah mendapatkan kunci dari umma. Ini adalah salah satu dari rencana mereka. Umma mengajak Rara keluar, sementara Xiumin menyiapkan semuanya.

Sorenya Rara dan umma telah pulang. Rara agak terkejut karena melihat Xiumin sedang duduk di luar pagar, seakan sedang menunggu sesuatu. Melihat kedatangan Rara, Xiumin berdiri dan mendekati Rara.

 

“Hey, bagaimana dengan jalan-jalannya? Apakah menyenangkan?”tanya Xiumin sambil tersenyum.

“Oppa, bagaimana kau bisa tahu? dan apa kau sudah lama menunggu disini? Mengapa kau tak menghubungiku?”Rara menjawab dengan pertanyaan pula. Ia sedikit khawatir.

“Apa yang tak aku ketahui darimu, Rara? Aku sudah menyiapkan sebuah kejutan untukmu. Sekarang kau harus memejamkan matamu.”Xiumin lalu menutup mata Rara dengan sehelai kain.

“Kejutan? Tapi inikan bukan ulang tahunku oppa.”

“Sudahlah, ikuti saja perkataanku.”

 

Setelah menutup mata Rara, Xiumin membawanya ke taman yang telah ia sulap menjadi tempat yang sangat indah. Bunga mawar putih menghiasi setiap sudutnya, dan di tengah-tengah beberapa lilin disusun membentuk sebuah hati. Xiumin mengarahkan Rara menuju lilin-lilin itu.

 

“Nah, sekarang kita sudah sampai.”Xiumin membuka penutup mata Rara. “Its just for you, Rara. I hope you like it..”

“Oppa, apa ini? Kau…??”Rara terkejut melihat pemandangan sekitarnya. Xiumin berlutut didepannya lalu mengeluarkan sebuah kotak mungil dari kantung celananya.

“Hwang Rara, would you be my girlfriend?”ujar Xiumin sambil menyodorkan kotak mungil yang berisi sebuah cincin berlian yang sangat indah.

“Oppa, kau…. benarkah ini? Apa aku tak bermimpi?”Rara kembali terkejut dan masih tak percaya dengan apa yang baru saja dia alami.

“Tidak Rara, ini kenyataan. Baiklah aku akan mengulanginya lagi. Hwang Rara, would you be my girlfriend?”ulangnya.

“Ne oppa, I do…”ujar Rara lalu menyuruh Xiumin berdiri dan seketika itu pula ia langsung memeluk Xiumin. “Oppa, aku sangat bahagia.. Aku kira hanya aku saja yang merasakan hal ini, ternyata kau juga.”

“Iya, aku juga merasa sangat bahagia. Karena mulai sekarang kau adalah milikku..”Xiumin membalas pelukan Rara. “Saranghae, Rara.”

“Nado oppa.”

“Ini cincin untukmu, aku membelinya bersama umma semalam.”

“Umma? Berarti ini semua sudah kau rencanakan? Dan umma tahu tentang hal ini?”

“Ya, tentu saja. Sini aku pakaikan.” Xiumin menarik tangan Rara lalu memakaikan cincin itu. “Pas, kau terlihat lebih cantik Rara.”Xiumin membelai rambut Rara.

“Gomawo oppa. Aku berjanji akan selalu menjaganya seperti kau menjagaku.”

“Ne, aku pasti akan menjagamu dan tak akan membiarkan kau merasa sakit sedikitpun.”Xiumin mengakhiri perkataannya dengan ciuman lembut di dahi Rara. “Kau berjanjilah tak akan meninggalkanku dan akupun tak akan meninggalkanmu.”

“Ne oppa. Aku berjanji.”Rara meletakkan kepalanya di bahu Xiumin.

 

Sore itu terasa sangat indah bagi keduanya. Sore berganti malam, Xiumin akhirnya memutuskan untuk pulang walaupun Rara masih enggan untuk berpisah dengannya.

Hari-hari mereka jalani sebagai sepasang kekasih. Namun Kai yang masih menaruh hati pada Rara tak mengetahui hal itu. Dia memang merasa kalau Rara mulai menjaga jarak padanya, namun hal itu tak terlalu ia hiraukan karena ia berfikir bahwa Rara sedang sibuk dengan kuliahnya.

Hari ini adalah ulang tahun Kai. Dia bermaksud untuk mengajak Rara berjalan-jalan dan akan mengungkapkan perasaannya. Ia tahu sangat kecil kemungkinannya untuk Rara menerima ajakannya, tapi ia tetap akan mengajak Rara. Selesai kuliah saat ingin menemui Rara, ia tak sengaja melihat sesuatu yang berbeda di depan lokernya. Karena penasaran iapun berjalan mendekat.

 

“Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday happy birthday… happy birhday to you.. Selamat ulang tahun Kai, semoga apapun yang kau inginkan dapat tercapai^^“ Ah, aku memiliki hadiah untukmu, aku berharap kau menyukainya. Itu ada di dalam lokermu.”

“Huh, mungkin ini saatnya aku untuk menunjukkan siapa aku sebenarnya. Temui aku sore nanti di taman dekat kampus dan pakailah apa yang aku berikan. Aku akan menunggumu sampai kau datang. See you, Kai”

 

Setelah membaca pesan itu, Kai membuka loker dan menemukan sebuah bungkusan kemudian membukanya. Ia mendapati sebuah kemeja didalamnya. Ia tersenyum senang lalu memasukkan kemeja itu kedalam tasnya dan berjalan menuju motornya.

 

“Rara, ternyata kau mengingat ulang tahunku. Baiklah, nanti aku akan mengungkapkan semuanya padamu. Tunggu aku, Rara.”guman Kai.

 

Sore hari ditaman dekat kampus, Rara dan Xiumin bermain-main disana. Mereka saling bersenda gurau dan tertawa bersama, memperlihatkan kemesraan mereka berdua.

Sementara ditempat lain, seorang yeoja tengah duduk sendirian. Ia seperti sedang menunggu seseorang, itu terlihat dari raut wajahnya.

Tak lama Kai datang dengan mengenakan kemeja yang ia dapat tadi dengan membawa sebuket bunga. Ia mencari-cari keberadaan Rara, lalu matanya menangkap sosok Rara dan ia bermaksud mendekatinya. Tapi langkahnya terhenti saat melihat orang yang bersamanya, Xiumin. Ia merasa ada yang berbeda, kemesraan terpancar dari keduanya. Kai terdiam melihatnya, kakinya seakan enggan melangkah mendekati mereka sampai ia melihat pemandangan yang tak seharusnya ia lihat. Xiumin dan Rara berciuman. Refleks, buket bunga itu terjatuh dari tangannya, dengan fikiran yang kacau ia berjalan mendekat lalu memukul Xiumin hingga tersungkur.

 

“Kai, apa yang kau lakukan?”Rara terkejut melihat kelakuan Kai, lalu ia membantu Xiumin berdiri.

“Kau… apa yang kau lakukan bersamanya ha? Apa maksud semua ini? Kau bilang dia hanya sahabatmu, tapi apakah sahabat saling berciuman seperti yang kalian lakukan tadi?”Kai berkata dengan emosi.

“Ya, kami memang bersahabat. Tapi itu dulu, sekarang hubungan kami adalah sepasang kekasih. Apa hakmu untuk melarang kami?”jawab Rara. “Lihatlah apa yang telah kau perbuat.”lanjutnya.

“Aku tak kenapa-kenapa Rara, kau tak perlu marah seperti itu. Pasti ada alasan kenapa Kai melakukan ini.”Xiumin menengahi pertengkaran mereka.

“Tidak kenapa-kenapa gimana oppa? Lihatlah bibirmu berdarah oppa.”ujar Rara.

“Huh, dasar kau namja lemah.”Kai meremehkan Xiumin.

“Ya! Apa maumu Kai? Kenapa kau tiba-tiba datang dan malah mengacaukan suasana?”tanya Rara.

“Apa mauku? Harusnya aku yang bertanya padamu apa maumu Rara. Apa maksudmu melakukan ini padaku? Kau selalu memberiku hadiah-hadiah kecil dan kata-kata penyemangat, kau seakan memberikan harapan padaku. Dan kau lihat, seperti permintaanmu aku datang menemuimu disini dengan mengenakan kemeja pemberianmu. Tapi apa yang aku dapati? Kau malah bermesraan dengan dia, apa ini maksudmu menyuruhku datang kesini? Untuk pamer kemesraan dan menyakitiku seperti ini?”Kai meluapkan emosinya.

“Hadiah? Kata-kata? Dan kemeja? Kau tak mengerti maksudmu Kai. Aku sama sekali tak pernah melakukan apa yang kau katakan. Dan aku juga tak ada menyuruhmu untuk datang ketaman ini. Memang dulu akau sempat mempunyai rasa padamu, tapi itu dulu sebelum Xiumin oppa datang.”

“Tunggu, kau bilang kau tak pernah melakukan semuanya? Apa kau bercanda Rara? Kemeja ini, bukankah tadi kau memberikannya padaku sebagai hadiah ulang tahunku?”Kai terkejut mendengar jawaban Rara.

“Kemeja? Ulang tahun? Hey, bahkan aku tak mengetahui kalau hari ini ulang tahunmu Kai.”jawab Rara.

“Tapi, aku tadi…”Kai terdiam. “Rara, benarkah selama ini bukan kau yang melakukan itu?”

“Iya Kai, aku sama sekali tak melakukan apa yang kau sebutkan itu.”

“Kai, aku fikir kau telah salah sangka.”Xiumin yang sedari tadi diam akhirnya membuka suara. “Kau menyangka semua itu dilakukan oleh Rara, padahal sebenarnya kau tak mengetahuinya kan? Hmm, aku tahu bahwa orang yang kau cintai itu bukanlah Rara, tapi yeoja yang melakukan itu. Selama ini kau hanya mengikuti fikiranmu bukan hatimu.”lanjut Xiumin.

“Tidak, aku yakin kalau rasa ini memang untuk Rara.”bantah Kai.

“Kai, apa yang kau rasakan saat menerima hadiah-hadiah itu dan apa yang kau rasakan saat sedang bersama Rara?”tanya Xiumin kemudian.

“Tentu saja aku merasa senang, aku…”Kai terdiam. “Hanya saja itu sedikit berbeda.”lanjutnya.

“Nah, itulah yang  kumaksud Kai. Kau tak sepenuhnya mencintai Rara, separuh hatimu menginginkan yeoja itu.”

“Jadi maksudmu selama ini aku salah?”

“Ikutilah kata hatimu Kai, dan kau akan menemukan kebenarannya. Sebaiknya kami pergi, aku tahu kau butuh waktu untuk sendiri.”ujar Xiumin lalu pergi bersama Rara.

 

Kai hanya bisa menatap kepergian Xiumin dan Rara. Dia merasa perkataan Xiumin itu benar. Kai terduduk di bawah pohon lalu memejamkan matanya, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.

 

“Kai,”terdengar suara seorang yeoja, lalu Kai membuka matanya dan melihat yeoja itu duduk disampingnya. Dia merasa tak mengenali yeoja itu.

“Siapa kau?  Kau mengenalku?”tanya Kai heran.

“Ya, tentu saja aku mengenalmu bahkan sangat mengenalmu. Hanya saja kau yang tak mengenalku.”jawab yeoja itu sambil memperhatikan Kai lalu tersenyum.

“Hmm, apa yang kau lihat? Apa ada yang salah dariku?”

“Ani, aku hanya merasa senang. Ternyata kemeja itu sangat pas denganmu.”

“Kemeja?”Kai terkejut. “Jadi yeoja itu, kau?”lanjutnya tak percaya.

“Ya, itu aku. Semua yang kau temukan di loker adalah pemberianku. Jujur, sudah lama aku menaruh rasa padamu, Kai. Tapi aku terlalu malu untuk mengungkapkannya, bahkan untuk menyapamu saja aku tak memiliki keberanian. Aku takut kau mengabaikanku dan akhirnya aku merasa sakit, makanya kau melakukan ini. Maaf kalau kau merasa terganggu, aku tak bermaksud. Aku hanya ingin membuatmu tersenyum bahagia. Karena bagiku bahagiamu adalah bahagiaku.”jelas yeoja itu lalu menundukkan kepalanya.

“Hey, tatap aku.”pinta Kai. “Semua yang kau bilang, apakah benar?”tanya Kai dan dijawab dengan anggukan oleh yeoja itu. “Mianhae, jeongmal mianhae…”Kai tiba-tiba memeluk yeoja itu. “Maafkan aku….”

“Maaf untuk apa Kai?”tanya yeoja itu heran.

“Kau tahu, selama ini aku telah salah. Aku menyangka bahwa Rara yang melakukan itu. Karenamu aku merasa bahagia, setiap kata-kata darimu seakan menjadi mantra untukku menjalani hidup dengan lebih baik lagi. Ternyata benar yang dikatakan Xiumin, hati tak akan salah. Dan kau tahu, sekarang aku sadar bahwa yang aku cintai bukanlah Rara, tapi kau…”

“Kai…”yeoja itu sangat terkejut mendengar perkataan Kai. “Kau tidak sedang bercanda kan?”

“Tentu saja tidak. Aku mungkin memang tak mengenalmu, tapi dengan apa yang telah kau lakukan padaku itu telah membuatku jatuh cinta padamu.”Kai melepas pelukannya. “Hey, tapi aku tak mengetahui namamu.”lanjutnya yang sukses membuat yeoja itu tertawa.

“Aku Jihwa, Kang Jihwa.”

“Jihwa.”Kai tersenyum. “Saranghae Kang Jihwa.”Kai mencium dahi Jihwa.

“Nado, Kai.” ujarnya lalu memeluk Kai.

 

Kai dan Jihwa mnghabiskan sore itu dengan saling mengenal satu sama lain. rasa bahagia terpancar dari keduanya. Kai menceritakan semuanya pada Jihwa, termasuk peristiwa yang baru terjadi antaranya dengan Rara dan Xiumin. Dia berkeinginan untuk meminta maaf dan berterima kasih kepada mereka.

 

Besoknya Kai dengan Jihwa menemui Rara dan Xiumin. Mereka mencari dikampus dan akhirnya menemukan mereka di kanti. Kai lalu menghampiri mereka.

 

“Hey.”sapa Kai. “Apa aku boleh duduk disini?”

“Hey. Ya tentu saja, silahkan.”jawab Rara. “Kai itu siapa?”sambungnya sambil menunjuk yeoja yang disampingnya.

“Ah, kenalkan ini Kang Jihwa. Dia yeojachinguku.”jawab Kai.

“Yeojachingu?”tanya Xiumin dengan senyum penuh arti.

“Ne, ini semua berkatmu Xiumin. Semua yang kau katakan itu benar, selama ini aku hanya mengikuti fikiran, bukan hatiku. Tapi sekarang aku sadar kalau dialah yang aku cintai, yeoja yang selalu memberiku hadiah-hadiah itu.”

“Jadi, dialah yeoja itu? Bagaimana bisa kau menemukannya?”tanya Rara.

“Setelah kepergian kalian semalam, aku masih terus berfikir hingga dia tiba-tiba menghampiriku dan mengatakan semuanya padaku. Saat itulah aku sadar, aku mencintainya.”jawab Kai sambil tersenyum. “Xiumin, soal semalam aku ingin meminta maaf padamu, dan juga berterima kasih. Karenamulah aku bisa menemukan cintaku.”lanjutnya lalu merangkul Jihwa.

“Iya, aku sudah melupakan kejadian semalam. Aku ikut senang karena kau telah menemukan yeojamu, aku harap hubungan kalian akan bertahan selamanya.”ujar Xiumin.

“Iya Kai, aku juga senang mendengarnya.”lanjut Rara. “Jihwa, kau jagalah Kai dan bahagiakanlah dia.”kali ini Rara berkata pada Jihwa.

“Iya, tentu saja Rara.”

“Berarti sekarang kita sudah punya pasangan masing-masing? Hmm sepertinya sesekali kita bisa double date.”ujar Rara yang disambut oleh tawa mereka.

 

Akhir yang indah, walaupun tidak dengan awal yang indah. Tapi sekarang semuanya telah mendapatkan kebahagiaan masing-masing. Ingatlah untuk menggunakan hati, bukan fikiran. Karena hati tak akan pernah membohongimu…

 

END–

Uwaaa, sebenarnya author bingung mau buat endingnya gimana, dan jadilah meng-gaje gini. Mian, kalau ff nya nggak bagus TT, author masih dalam masa pembelajaran.. komen… komen… jangan lupa yak^^


Viewing all 317 articles
Browse latest View live