Quantcast
Channel: EXOMKFANFICTION
Viewing all 317 articles
Browse latest View live

All My Breath for You

$
0
0

 

Title : All My Breath for You

Author : Heena Park

Genre : Sad,Romance,Family,Angst

Lenght : Ficlet ( 1,045 word )

Main Cast :

-Kim Joon Myeon (Suho)

-Shin Yoon-Hae

-Shin Eun-Na

-Other

Backsong :

-EXO *Baby Don’t Cry*

-Agnes Monica *Rapuh*

Don’t forget to RCL and Don’t be a Plagiarsm ^^

Check my Blog ~ http://moccacinoworld.wordpress.com/ and http://exofanfictionindonesia.wordpress.com/

Thankseu~

All My Breath for You

 

-Mencintaimu Bukanlah pilihan..Melainkan Takdir-

 

Haruskah hidup sesakit ini ?

Shin Yoon-Hae,gadis bertubuh kurus,berpipi tirus,serta bermata coklat itu berdiri merenung di balik kaca jendela.Beberapa kali ia menarik nafas begitu dalam seolah ia sedang merasakan sakit yang begitu parah.Mata coklatnya perlahan menatap selembar kertas berbentuk hati bewarna ungu muda bertuliskan The Wedding.

Ia bergeming,tak tau apa yang harus ia lakukan.Mengapa hari ini harus tiba ? Mengapa hari ini bisa terjadi ? Ia sendiri tak mengerti.Segalanya seolah kelam,bagaikan di telan bumi.

Perlahan,mata itu mulai berarair,namun seolah tak ingin terjatuh.Gadis itu mengedip-kedipkan kedua matanya menahan butiran bening yang sarat akan makna itu menjatuhi pipinya.Sejenak segalanya berubah,ia mengingat hal itu.Sangat ingat.

 

*****

 

Matahari musim semi membuat suasana begitu indah.Dua sejoli duduk bersama di tengah hamparan padang rumput hijau yang begitu luas.Mereka berdua tersenyum—senyuman yang begitu sarat akan cinta.

“Menikahlah denganku” Ujar si lelaki yang bernama Suho—Ia menatap lekat-lekat gadis di hadapannya sembari membelai rambut panjang gadisnya tersebut.

“Apakah itu sebuah lamaran ? Atau hanya omong kosong belaka?” Sang gadis mengangkat alisnya lalu tersenyum.

“Apakah aku terlihat sedang bercanda ? Hei,Shin Yoon-Hae..Kau tau ? Aku sangat mencintaimu,jadi menikahlah denganku”

“Kau terdengar seperti sedang memaksaku”

“Baiklah,baiklah..jadi ? Kau tak ingin menikah denganku ?”

“Bukan begitu..”

“Lalu ?”

“Aku akan menikah denganmu,jika…”

“Jika apa ?”

Gadis bernama Shin Yoon-Hae itu berdiri dan merebut topi biru yang sedang dikenakan oleh kekasihnya kemudian berlari sambil berteriak “Jika kau bisa menangkapku , dan mengambil kembali topi milikmu ini !”

“Dasar gadis ini” Suho tersenyum kecil “Aku pasti akan mendapatkanmu dan topiku !! Lihat saja hahaha” Lanjutnya kemudian berlari menuju ke arah Yoon-Hae

 

*****

 

“Yoon-Hae..kau sudah bersiap-siap?” Seorang perempuan setengah baya terlihat memasuki kamar Yoon-Hae,perempuan itu mendesah pelan “Bersiaplah sayang,kau tidak ingin mengecewakannya bukan?” Sambungnya dengan nada begitu halus.Ia sungguh bisa merasakan kepedihan yang di rasakan anak semata wayangnya.

“Tapi eomma,apakah aku mampu?” Ia menunduk

“Eomma yakin kau mampu,kau gadis yang kuat sayang—Percayalah”

“Baiklah”

Gadis itu menghela nafas,ia tersenyum bukan tapi lebih cocoknya,ia memaksakan diri untuk tersenyum.Tangannya yang kurus ia gunakan untuk meraih sebuah gaun bewarna abu-abu yang tergeletak di kasur.Seolah semua berjalan slow motion,gadis itu mengenakan gaunnya,lalu berdandan,berjalan pelan menuruni tangga,keluar dari rumah dan mendapati kedua orang tuanya sedang berdiri di samping sedan hitam kesayangannya.

“Mari berangkat” Ujar ayahnya,ia menghampiri Yoon-Hae yang masih membatu di depan pintu lalu menggandeng anaknya memasuki mobil.Anaknya yang malang—

Gadis itu terdiam,ia memandang keluar jendela,pikirannya kosong.Ia tak tau harus bagaimana lagi.Ia merasa seolah hidupnya akan segera berakhir dalam beberapa jam lagi.Ia merasa seolah tidak ada gunanya lagi ia hidup.Tidak jika ia harus kehilangan lelaki itu—

Drrrttt…

Ponselnya berbunyi,ia rogoh tas lengan kecil di sampingnya lalu mengambil sebuah ponsel ber-merk Samsung itu.

Jantungnya seakan berhenti berdetak,ia benar-benar bisa mati jika terus seperti ini.Ia sungguh ingin mengakhiri hidupnya karena pesan singkat sialan ini.Ia tak sanggup

 

From : Suho Oppa

 

Sebentar lagi acara akan segera di mulai

Bolehkah ia keluar dari mobil sekarang ? Bolehkah ia berdiri di tengah jalan dan menunggu sebuah kendaraan menabrak tubuhnya ? Bolehkah ia melakukan itu ?

Drrrttt…

Ponselnya kembali berbunyi,gadis itu terbelalak dan dengan cepat ia membuka pesan singkat tersebut.

From : Suho Oppa

 

Jika setelah hari ini mencintaimu adalah sebuah dosa,maka itulah dosa terindah yang pernah ku lakukan dalam hidupku…

Saranghae…..

 

Seolah ia bisa merasakan apa yang sedang dirasakan oleh Suho di sana,seolah ia bisa mengerti akan perasaan Suho sekarang.Ia benar-benar ingin keluar,ia benar-benar ingin pergi dan meninggalkan segala memori dalam hidupnya kini.Tapi apa daya ? Itu hanyalah keinginan belaka,keinginan yang tak akan pernah tercapai.

Mobil sedan hitam itu berhenti di depan sebuah gereja bergaya romawi di daerah Jinan.Beberapa mobil terlihat terparkir rapi di sekitarnya,menandakan sedang ada acara di sana.

Shin Yoon-Hae keluar dan berdiri kaku ketika menginjakkan kaki di tanah.Seseorang menepuk pundaknya “Percayalah,semua akan baik-baik saja.Eomma yakin itu” Ujar ibunya.

Ia menggandeng lengan ibunya dan berjalan pelan menuju gereja,sang ayah berjalan di belakang mereka,ia berjaga-jaga jika tiba-tiba sang putri tiba-tiba pingsan.Ia takut itu terjadi.

“Shin Yoon-Hae…”

Suara itu ? Seorang gadis berjalan menghampiri Yoon-Hae dan kedua orang tuanya “Aku juga akan berada di sampingmu”Sambung gadis itu.Yoon-Hae tersenyum kecil.

Tiupan angin sepoi-sepoi menemani mereka,hingga tibalah mereka di pintu gereja.Setelah ini,setelah ia melangkahkan kaki untuk memasuki gereja,apakah semua akan baik-baik saja ? Apakah ia akan tetap tegar dan tersenyum ? Entahlah—

Gadis itu melangkahkan kakinya memasuki gereja,dilihatnya seorang lelaki sedang berdiri bersama dengan seorang gadis di altar.Seorang pendeta juga terlihat berada di antara mereka.Mereka mengucapkan sesuatu,dan Yoon-Hae tau itu.Ia tau apa yang sedang mereka ucapkan.

“Kim Joon Myeon..bersediakah kau menerima Shin Eun-Na menjadi istrimu ? Menerima dia apa adanya,menemaninya di saat sehat dan sakit,menerimanya dalam keadaan apapun dan mencintainya sekarang,nanti,dan selamanya?” Ujar sang pendeta pada Suho.

Yoon-Hae melihat lelaki itu menunduk,dan sekarang ia terdiam begitu lama.Sehingga para undangan terlihat bingung akan sikap Suho.Yoon-Hae melihat si perempuan yang bernama Shin Eun-Na itu memegang lengan Suho lalu tersenyum padanya.

Suho mendongak,ia menengok dan mendapati seorang gadis bergaun abu-abu sedang berdiri membatu di depan pintu gereja bersama dengan tiga orang lainnya.Gadis itu tetap tak bergeming,ia masih terdiam.Matanya berair,Suho tau itu.

“Shin Yoon-Hae” Ujarnya pelan.

Ia menatap Shin Eun-Na sebentar,gadis itu mengangguk dengan cepat.Ia tahu maksud Suho dan ia akan membiarkan Suho menghampiri Yoon-Hae.Orang yang di cintai oleh Suho sebenarnya—

“Pergilah” Ujar Eun-Na.

Suho mengangguk,ia segera berlari menghampiri Yoon-Hae dan memeluk gadis itu erat dalam satu hentakkan (?) . Ia bisa merasakan gadis itu begitu kaku.Ia bisa merasakan gadis itu begitu gemetar.Tubuhnya dingin bagaikan es.Gadis itu mulai terisak.

“Yoon-Hae..ku mohon,hentikan semua ini..” Suho melepaskan Yoon-Hae dari pelukkannya,namun ia masih memegang pipi gadis itu.

Gadis itu menggeleng “Tidak oppa,ini tidak boleh berhenti..Kau harus tetap melanjutkannya” Jawabnya.

“Tapi aku tidak mencintainya Yoon-Hae..aku hanya mencintaimu”

“Oppa..dengarkan aku oppa,dengarkan aku..Oppa tau kan bahwa penyakitku ini sudah semakin parah ? Oppa taukan bahwa aku sebentar lagi akan mati ? Oppa taukan bahwa aku tidak bisa bertahan lebih lama ? Aku tidak akan pernah bisa membahagiakan oppa”

“Yoon-Hae..kau yang harus mendengarkan aku..Aku tak perduli dengan usiamu,aku tak perduli jika kau tak bisa bertahan lama..Aku hanya perduli pada cintamu Yoon-Hae..hanya itu.Jika memang Tuhan berkehendak hari ini kau harus pergi,aku rela Yoon-Hae..Tapi ku mohon,jangan paksa aku menikah dengannya”

“Oppa…aku..”

“Yoon-Hae..benar apa yang dikatakan Suho.Kami tidak bisa melanjutkan pernikahan ini.Suho mencintaimu Yoon-Hae,dia tidak mencintaiku..Kau tidak bisa memaksanya untuk menikah dengan orang yang tak ia cintai.Aku hanya sepupumu.Aku juga tak memiliki perasaan padanya” Ujar Eun-Na yang tiba-tiba saja menyela pembicaraan

“Tapi..”

“Yoon-Hae..percayalah padaku..dan percayalah pada cinta kalian” Tambah Eun-Na

Suho menjongkokkan tubuhnya,ia keluarkan dua buah cincin dalam gengamannya “Yoon-Hae,menikahlah denganku..Biarkan aku membuat sisa hidupmu menjadi bahagia,biarkan aku mengisi hidupmu”

Gadis itu menatap ibu dan ayahnya,mereka berdua mengangguk.Kemudian ia menatap kedua orang tua Suho yang berada di depan,dan mereka juga menggangguk.Kali ini,ia menatap Suho.Menatap mata bening lelaki itu,dan sekarang gilirannya lah yang mengangguk.Ia tersenyum “Aku akan menikah denganmu,karena aku mencintaimu”

Mereka berdua berjalan ke altar,Yoon-Hae memegang lengan Suho begitu kuat.Eun-Na dan Na-Young berjalan di belakang mereka.

Mereka berdua tersenyum,sang pendeta telah menanti di sana.

“Jadi..dia yang akan menikah denganmu?” Ujar sang pendeta.

“Benar,Shin Yoon-Hae lah yang akan ku-persunting”

“Baiklah..” Ujar sang pendeta “Kim Joon Myeon..bersediakah kau menerima Shin Yoon-Hae menjadi istrimu ? Berjanji menerima dia apa adanya,menemaninya di saat sehat dan sakit,menerimanya dalam keadaan apapun dan mencintainya sekarang,nanti,dan selamanya?” sambung sang pendeta

Suho tersenyum,ia memandang Yoon-Hae “Saya bersedia”

“Dan kau Shin Yoon-Hae..bersediakah kau menerima Kim Joon Myeon menjadi suamimu ? Berjanji menerima dia apa adanya,menemaninya di saat sehat dan sakit,menerimanya dalam keadaan apapun dan mencintainya sekarang,nanti,dan selamanya?”

Yoon-Hae mengangguk “Saya bersedia”

Sesaat setelah itu,Suho memasangkan cincin di jari manis Yoon-Hae dan perempuan itupun berbalik memasangkan cincin di jari manis Suho.

Namun,kebahagiaan itu tak berlangsung lama.Tiba-tiba saja Yoon-Hae pingsan dan terjatuh di lantai.Semua orang terlihat panik.Suho dengan cepat menggendong gadis itu dan membawanya ke mobil.

Secepat mungkin ia berusaha untuk mengendarai mobil,berharap nyawa sang istri masih bisa terselamatkan.Berharap ia masih bisa melihat sang istri esok hari.

Setibanya di Rumah Sakit,lelaki itu segera membawa Yoon-Hae ke dalam Instalasi Gawat Darurat.Sang dokter terlihat sibuk bersama dengan sang suster.Suho dan keluarganya menunggu di depan.Menunggu kepastian.

Krekk..

“Dokter,bagaimana keadaan istri saya?”

Dokter itu melepas stetoskopnya dan menunduk “Maaf,kami sudah berusaha sebisa mungkin.Maafkan kami”

“Maksud dokter ? Tidak..Yoon-Hae..ku mohon jangan”         Suho berlari kedalam ruang Instalasi Gawat Darurat,ia melihat istrinya tergeletak lemas tanpa suara,tanpa gerakkan,dan tanpa nafas.

Ia tersenyum pahit,setetes air mata jatuh membasahi pipinya.Ia membelai rambut Yoon-Hae dan membelai pipinya sambil bergumam “Yoon-Hae,tak masalah jika kau pergi sekarang.Aku baik-baik saja.Setidaknya aku telah membuatmu bahagia,walaupun aku tak bisa membahagiakanmu lebih dari ini.Pergilah dengan tenang sayang,jangan khawatirkan aku.Aku akan selalu baik-baik saja,karena aku percaya.Cintamu akan selalu menguatkanku..Saranghaeyo~ “

 

 

~END~



Unpredictable Future (Chapter 1)

$
0
0

Title: Unpredictable Future

Park Haeyeol adalah gadis yang menyukai Kim Jongin, tetapi mempunyai hubungan yang buruk dan selalu bertengkar dengan sahabat Kim Jongin, Oh Sehun. Apa yang terjadi saat suatu hari Ia dan Sehun terbangun di atap yang sama dan mendapati bahwa mereka sudah menikah dan mempunyai anak?  Check This Out!

unpredictable2

Main Cast:

Park Haeyeol

Oh Sehun

Kim Jong In

Support cast:

Park Chanyeol

Seo Yura

All member EXO

Genre: Romance, Marriage Life, Fantasy.

Rating: M

Lenght:

Chaptered

Anyeonghasehun! FF ini seperti yang kaloian tahu udah pernah dipublish di exo fanfiction. bagi yang belum baca, monggo silahkan dibaca dan jangan lupa komen, like atau sarannya ya! Don’t be Silent Readers! FF ini udah aku publish di wp pribadi aku http://sanfauziaa.wordpress.com follow twitter aku kalau mau di @santifauziaa Oke deh segitu aja cuap-cuap author. Saranghae yeorobuun! Happy Reading!

CHAPTER 1

Haeyeol POV

Aku bergegas memakai seragam sekolahku di tahun ajaran baru ini. Seperti biasa, kakak laki-lakiku, Park Chanyeol, selalu pergi bersamaku ke sekolah memakai motornya. “Haeyeol-ah! Cepat turun! Nanti kita terlambat!” seru Chanyeol Oppa memanggilku dengan suaranya yang khas dari dapur.

Aku pun segera turun dari kamarku dan mengambil sepotong roti selai blueberry dari atas meja. “Eomma, Appa, kami pergi dulu!” seru kami berdua. “Ne! Hati-hati di jalan.” Jawab Eomma sambil memasak masakan. Chanyeol Oppa mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi sehingga aku harus berpegangan erat.

Setelah sampai di parkiran motor di dalam sekolah, aku memarahi Chanyeol Oppa karena mengebut. “Ini semua kan gara-gara kamu Haeyeol-ah. Makanya kalau mandi jangan terlalu lama. Untung saja kita tidak terlambat.” ucap Chanyeol Oppa sambil merapikan rambutku yang berantakan karena tak memakai helm.

“Haeyeol-ah!” seru suara yang sangat kukenal, sahabatku, Seo Yura. Ia menghampiriku.

“Annyeong,  Sunbae” ucap Yura malu-malu. Aku tahu bahwa sahabatku yang satu ini sudah menyukai Chanyeol Oppa selama 2 tahun. “Annyeong, Yura-ah.” Jawab Chanyeol Oppa diiringi senyum. “Chanyeol Sunbae!” sapa Kim Jongin, namja yang kusuka sejak berada di bangku smp. “ah, Annyeong, Haeyeol-ah!” sapanya sambil memamerkan senyum manisnya yang membuatku berdebar-debar. “A.. Annyeong Jongin-ah” sapaku dengan suara pelan.

“Tumben kalian tidak terlambat. Sunbae, lebih baik Haeyeol-ah berangkat sendiri saja. Ia pasti yang selalu membuatmu terlambat datang ke sekolah.” kata Oh Sehun, sahabat Jongin sekaligus musuh bebuyutanku sejak berada di SMA. Aku menatapnya kesal. Pagi-pagi begini ia sudah mengajak berkelahi. “Ya! Bukan urusanmu kalau aku yang membuat kami berdua terlambat. Lagipula tidak ada hubungannya denganmu kan?” seruku kesal.

“Tentu saja ada. Chanyeol sunbae adalah temanku. Artinya kau yang selalu membuat temanku selalu datang terlambat.” Ia menampilkan senyum sinisnya. “Tapi ia adalah Oppaku! Mana mungkin Oppa tega meninggalkan aku dan pergi berangkat ke sekolah sendiri?” aku semakin kesal.

“Aiiish! Kalian berdua! Pagi-pagi begini kalian sudah berkelahi. Sudahlah, kembali ke kelas kalian masing-masing.” Kata Chanyeol Oppa menengahi. Akhirnya kami pun berpisah. Tapi percuma saja, karena kami berempat berada di kelas yang sama. Untung saja, bangkuku dan Sehun berjauhan.

“Yura-ah! Aku benar-benar kesal harus sekelas dengannya! Padahal aku sudah sekelas dengan Jongin! Arrgh menyebalkan!” keluhku sambil memakan permen mint yang diberikan Yura.

“Sabar Haeyeol-ah. Kau tahu? Sebenarnya Sehun itu baik sekali, ia juga pernah menolongku mengerjakan tugas fisika. Tapi anehnya, ia hanya menjadi menyebalkan saat bersamamu. Apa mungkin… Ia menyukaimu?” pertanyaan Yura yang terakhir itu mengejutkanku. Aku tersedak dan terbatuk-batuk.  Yura mengambilkan segelas air dan aku meneguknya sampai habis.

“Ya! Apa kau gila, Yura-ah? Sudah jelas ia membenciku. Mana mungkin ia menyukaiku?” tanyaku pelan takut terdengar oleh Sehun dan Jongin yang sedang mengobrol di bangku mereka.

“Mungkin saja.” Jawab Yura sambil tersenyum jahil. “Dasar ngaco! Sudahlah, ayo kita ke kantin. Aku lapar!” aku pun bergegas pergi ke kantin bersama Yura.

Haeyeol POV

Esok harinya, aku dan Yura pergi ke lapangan basket karena disana ada grup band terkenal yang anggotanya berasal dari sekolahku, EXO. Anggotanya tentu saja Oppaku, Chanyeol Oppa yang mempunyai posisi sebagai drummer, Jongin sebagai lead rapper dan bassist, Joonmyun sunbae sebagai pianist, Baekhyun sebagai gitaris sekaligus vocalist, Kyungsoo sebagai lead vocalist dan Sehun sebagai rapper dan lead gitaris.

Hari ini ada acara demo ekstrakulikuler sekolah bagi  kelas 10. Dan EXO yang merupakan hasil bentukan ekskul grup band dari sekolah ikut tampil sebagai perwakilan dari ekskul grup band. Tentu saja tujuannya supaya banyak yang mau bergabung dalam ekskul tersebut. Aku memperkirakan yang akan ikut kebanyakan adalah murid yeoja karena tentu saja ada sunbae-sunbae yang tampan dalam band tersebut.

Banyak murid yeoja yang berteriak memanggil personil EXO. Tetapi anehnya, teriakan yang kebanyakan terdengar adalah nama Sehun. “Sehun Oppa! Keren sekali!” seru beberapa adik kelas yang ada di sebelahku. Aku heran dengan para murid yeoja tersebut, kalau mereka tau sifat menyebalkan namja itu, pasti mereka sudah berteriak memanggil nama Sehun untuk turun dari panggung.

Saat mereka sedang membawakan lagu, teriakan para murid yeoja makin membahana. Untung suara Kyungsoo dan Baekhyun cukup keras sehingga masih terdengar oleh penonton. Yura yang berada di sebelahku mulai meneriaki nama Chanyeol Oppa. Aku pun ikut-ikutan meneriaki nama Jongin. Tentu saja kita berdua berani, karena mereka tidak mungkin mendengar teriakan kita berdua.

Baekhyun mendekati para murid yeoja sambil menenteng gitarnya dan bernyanyi, Kyungsoo juga mendekati mereka, para murid yeoja histeris, tapi untung saja para murid yeoja tersebut tidak menarik-narik tubuh kedua namja tersebut karena mereka mematuhi tata tertib yang diumumkan sebelum EXO tampil bahwa mereka tidak boleh menyentuh apalagi menarik para personil band jika mendekati para murid yeoja. Tetapi tentu saja Chanyeol Oppa dan Joonmyun sunbae tidak bisa mendekati para murid yeoja karena tidak mungkin mereka membawa-membawa drum dan pianonya. Jongin pun ikut-ikutan, tapi sayangnya ia pergi ke arah yang berlawanan di tempat aku berada. Aku sedikit kecewa. Tetapi biasanya, jika mereka melakukan hal seperti ini, mereka pasti akan menarik murid yeoja yang beruntung untuk naik ke panggung bersama mereka. Tentu saja aku ingin tanganku ditarik oleh Jongin dan dibawa ke panggung. Membayangkannya saja sudah membuatku bahagia.

Sehun pun ikut mendekati para murid yeoja yang membawa poster dirinya, yang jelas mereka adalah Sehun Fans Club. Tiba-tiba, pandangan kita saling bertemu, ia tiba-tiba tersenyum ke arahku, aku melihat kanan-kiriku, mungkin saja ia tersenyum ke arah murid yeoja yang lain. Saat aku menoleh kembali ke depan, aku kaget karena Sehun sudah berada di depanku sambil memainkan gitarnya. Ia tiba-tiba menatapku dan menggenggam tanganku dan menarikku ke arah panggung. Aku terkejut, Yura berteriak ke arahku tapi aku tidak bisa mendengarnya, sementara teriakan para murid yeoja penggemar Sehun memekakkan telingaku. “Aniya.. Sehun-ah! Lepaskan aku!” ujarku dengan suara keras supaya Sehun mendengarku. “Seharusnya kau bersyukur aku menarikmu ke panggung. Kau salah satu yeoja yang beruntung” Sehun tersenyum ke arahku. Entah mengapa saat Sehun tersenyum ke arahku, aku tiba-tiba merasa perasaan yang hangat. Senyumnya bukan senyum sinis saat mengejekku.

Saat berada di panggung, aku melihat ada 3 yeoja lain yang dibawa oleh Baekhyun, Kyungsoo dan Jongin. Ada 2 adik kelas yang tak kukenal. Sementara, yang satu lagi adalah Cho Hyeri, yang sepertinya dibawa oleh Jongin ke panggung. Aku merasa cemburu. Aku menengok ke belakang dan melihat Chanyeol Oppa sedang memukul drumnya sambil melotot ke arahku seakan bertanya mengapa aku bisa ditarik Sehun ke panggung, aku pun mengedikan bahu.

Aku menoleh ke kanan dan melihat Baekhyun, Kyungsoo dan Jongin mendekati yeoja masing-masing mereka bawa ke panggung sambil menyanyi. Aku tidak mengalihkan pandanganku pada Jongin dan Hyeri. Kesal sekali rasanya melihat mereka berdua sedekat itu, aku jadi ingin menendang Hyeri keluar dari panggung dan menindihnya dengan sound system yang memekakkan telingaku sejak tadi.  Sehun pun mendekatiku  sambil menyanyikan lagu. Aku merasa malu dan tiba-tiba saja aku merasakan debaran saat ia menatapku lurus dan tersenyum sambil memainkan gitarnya. Aigoo Eomma rasanya jantungku akan copot.

Setelah itu, Baekhyun, Kyungsoo, Jongin dan Sehun memberi kami masing-masing bunga. Sehun memberiku bunga mawar warna ungu, warna kesukaanku. Aku agak heran, apa jangan-jangan Sehun memang sudah mempersiapkannya sejak tadi?

“Sehun-ah, kenapa kau tahu aku suka mawar ungu?” tanyaku padanya.

“Tentu saja aku tahu, aku tahu bukan dari kakakmu kok. Aku tahu kalau ungu memang pantas untuk jomblo abadi sepertimu.” ucapnya menyindirku. Aku yang sudah mengganggap bahwa namja yang ada di depanku ini menjadi baik, langsung merasa menyesal. “Ternyata kau belum berubah! Tetap saja menyebalkan!” seruku kesal.  Aku pun langsung turun dari panggung. Tidak peduli dengan tatapan dari murid yeoja yang lain. Terdengar suara Sehun yang memanggil namaku, tapi aku tidak peduli. Aku mempercepat langkahku dan berlari ke kelasku hendak mengambil tas.

Aku pun menatap buket mawar ungu yang diberikan Sehun, tadinya aku ingin melemparkannya ke muka Sehun dan meninggalkan buket mawar ungu tersebut bersama pemiliknya, tapi entah mengapa, aku tidak tega melakukannya. Aku menghela nafasku kesal.

“Haeyeol –ah!” tiba-tiba Chanyeol Oppa dan Yura berada di depan pintu sambil terengah-engah.

“Ya! Kau ini! Seharusnya kau tidak meninggalkan panggung!” kata Chanyeol Oppa membentakku.

“Wae? Lagipula, ini semua gara-gara Sehun!” kataku kesal.

“Kau tahu, Haeyeol-ah? Tadi di panggung aku pun baru ingat bahwa hari ini adalah hari ulang tahunmu, dan Sehun yang memberitahuku, jadi tadinya ia akan memberimu kejutan ulang tahun. Tapi, kau malah turun dari panggung  begitu saja.” Kata Chanyeol Oppa lalu meneguk air dari botol yang entah milik siapa. Mendengar itu, aku sedikit kecewa. Aku sendiri sampai lupa bahwa hari ini adalah hari ulang tahunku.

“La… lalu Sehun bagaimana?” tanyaku pada Chanyeol Oppa.

“Dia sedikit kecewa. Tapi ia juga menyesal karena mengejekmu tadi. Jadi, ia menyarankan untuk merayakan ulang tahunmu di restoran milik Eommanya. Ia sudah meminta tolong Eommanya untuk mempersiapkan semuanya. Jadi setelah EXO selesai berganti pakaian, kita langsung pergi ke sana menggunakan mobil milik Sehun.” jelas Chanyeol Oppa panjang lebar.

Haeyeol POV

Kami semua berada di restoran milik Eomma Sehun, Oh Hyuna. Ternyata, restoran tersebut berada di mall yang sangat luas. Restoran tersebut juga sangat megah dan kelihatannya makanan yang tersedia disini sangat mahal. Selain itu, Sehun ternyata mengajak Eomma dan Appaku serta oranngtuanya ke restoran tersebut. Aku terharu, ternyata Sehun yang beitu menyebalkan bisa dengan baik merayakan ulang tahunku.

“Mianhae, Haeyeol-ah.” Ia meminta maaf karena telah mengejekku saat di panggung tadi.

“Tidak apa-apa. Gomawo karena kamu mau merayakan ulang tahunku di restoran eommamu ini.” Jawabku sambil tersenyum.

“Saengil chukha hamnida, saengil chukha hamnida, saranghaneun uri Haeyeollie, Saengil chukha hamnida.” Eomma, Appa, Baekhyun, Kyungsoo, Jongin, Sehun, Joonmyun sunbae, Chanyeol Oppa, Yura, serta orangtua Sehun pun menyanyikan lagu ulang tahun untukku. Aku senang sekali sekaligus terharu. Setelah itu, aku pun menutup mataku sambil meminta satu permintaan yang tidak aku sebutkan. Aku pun meniup lilin yang berangka 18 di atas kue ulang tahunku ini. Semua orang bertepuk tangan.

Aku memotong kue ulang tahunku. Sebenarnya aku ingin memberi potongan kueku yang pertama untuk Jongin, tapi karena aku malu, aku akhirnya memberikannya kepada Sehun. Karena ia sudah dengan baik hati mempersiapkan pesta ulang tahunku. Sehun tampak terkejut saat aku mendekatinya. “Sehun-ah, ini untukmu.” kataku sambil menyerahkan potongan kue dengan piring kertas. Ia terlihat senang sekali. Tapi aku tidak mempedulikannya.

“Haeyeol-ah, suapi Sehun. Kau kan harus berterimakasih karena ia telah menyiapkan pesta ini.” seru Chanyeol Oppa dengan suara ngebassnya yang keras. Aku yang mendengarnya langsung menatap ke arah Oppaku yang bodoh itu. Ia malah nyengir tidak jelas. Lihat saja nanti, setelah pulang dari pesta, aku akan mencolok kedua matanya dengan stik drum miliknya. Aku melihat reaksi Sehun dan terkejut melihat semburat merah yang tampak dari wajahnya yang berkulit putih.

“Ayo Haeyeol-ah suapi saja Sehun!” seru Baekhyun dan Kyungsoo berbarengan. “Suapi! Suapi!” lama-lama orang-orang yang berada di restoran serta parahnya, Eomma dan Appaku, ikut-ikutan berseru agar aku menyuapi Sehun. Aigoo ini adalah ulang tahun yang paling memalukan! Apalagi orang yang kusuka, Jongin, harus melihatnya!

Dengan terpaksa serta salah tingkah, aku menyuapi sesendok kue ke mulut Sehun. Sehun tampak menikmatinya. “Yeaaa!” teriak Chanyeol Oppa dengan keras diiringi tepuk tangan semua orang yang ada di restoran. Sungguh memalukan. Ini seperti acara pernikahan antara aku dan Sehun bukannya acara ulang tahunku.

Sehun pun mengambil sesendok kue, tetapi ia ternyata mengambilnya untukku. Aku yang enggan akhirnya melahap kue dengan sendok yang sama dengan yang tadi aku pakai untuk menyuapi Sehun. Ini berarti… ciuman tidak langsung. Aku yang baru tersadar merasakan pipiku memanas. Orang-orang di restoran pun bertepuk tangan lagi. Aku yang tidak tahan langsung pergi keluar restoran tersebut. Sehun pun mengejarku.

“Haeyeol-ah! Kenapa kau pergi?” tanya Sehun sambil memegang tanganku menahanku untuk pergi.

“Tentu saja karena aku malu! Kau tidak lihat hah banyak orang di restoran yang bertepuk tangan  melihatku bersamamu? Ini semua gara-gara Chanyeol Oppa!” jawabku merasa jengkel. “Dan parahnya lagi, orang yang kusuka, harus melihat semua ini.” Tiba-tiba bulir airmata membasahi pipiku.

“Jongin?” tanya Sehun sambil mengusap air mataku dengan kedua tangannya yang hangat.

“Ke… Kenapa kau tahu?” tanyaku sambil terisak.

“Tentu saja aku tahu. Semua orang tahu kau suka Jongin. Itu sangat terlihat. Kecuali Jongin, yang tidak menyadarinya. Ia memang tidak peka.” Jawab Sehun tenang.

“Sehun Oppa!” tiba-tiba segerombolan yeoja yang mungkin adalah fans sehun langsung berlari ke arah kami. Sehun pun menggenggam tanganku dan berlari. “Oppaa! Siapa yeoja itu!?” tanya para yeoja tersebut.

Kami pun berlari menuju sebuah toko kecil yang berada di lorong yang mungkin tidak akan terlihat oleh para fans Sehun. Penerangan remang-remang serta cat ungu ua di toko ini memberi kesan antik. “Hei, bukankah kalian pergi ke mari untuk di ramal?” tanya suara serak di belakangku dan Sehun. Saat menoleh, ada seorang Ahjumma separuh baya yang memakai jubah hitam serta terdapat bola kristal yang ada di atas mejanya. Ternyata Ahjumma itu adalah peramal.

Aku dan Sehun yang bingung akhirnya menghampiri Ahjumma tersebut. “Ahjumma, kita hanya ingin bersembunyi dari fansku. Boleh kan?” tanya Sehun pada Ahjumma tersebut.

“Siapa yang kau panggil Ahjumma? Panggil aku Madam Rose. Kau tak lihat depan tokoku hah?” tanya Ahjumma yang ternyata ingin dipanggil Madam Rose itu dengan galak. Aku dan Sehun bergidik ngeri. “Dan kalian masuk ke tokoku hanya untuk ingin bersembunyi dari fansmu? Kalau begitu sekarang juga kalian keluar!” seru Madam Rose dengan marah.

“Kalau begitu, apa yang harus kami lakukan agar kau memperbolehkan kami berada di toko sementara?” tanyaku.

“Mudah saja, letakkan kedua tangan kanan kalian di atas meja ini dan akan kuramal masa depan kalian. Tapi sebelumnya, tentu saja kalian harus MEMBAYAR!” kata Madam Rose dengan suara yang sengaja dikeraskan saat ia mengucapkan kata “membayar”. Sepertinya banyak yang datang ke sini dan tidak mau membayar karena mungkin hasil ramalannya jelek. Kasihan sekali. “Tapi kami bukan pasangan kekasih.” kata Sehun saat melihat papan persyaratan di ujung toko tersebut. Yang bertuliskan hanya untuk meramal masa depan para pasangan kekasih.

“Kalau begitu silahkan keluar.” kata Madam Rose enteng. Aku dan Sehun melihat-lihat keluar. Ternyata, banyak fans Sehun yang duduk di sekitar toko meskipun mereka tidak tahu bahwa aku dan Sehun ada di toko ini karena gorden hitam yang menutupi kaca toko ini, tetap saja jika kita keluar akan ketahuan.

“Apa boleh buat.” ucap Sehun sambil menghela nafas dan memberikan beberapa lembar uang kertas  kepada Madam Rose. Madam Rose tersenyum bahagia seperti anak kecil yang baru diberi permen.  Aku dan Sehun pun meletakkan kedua tangan kami di atas meja tersebut. Madam Rose memegang kedua tangan kami dan memejamkan mata. Ia pun mulai merapal mantra dari bahasa antah berantah dan membacakan masa depan kami.

“Masa depan kalian sangat cerah. Kalian adalah pasangan yang serasi. Di masa depan nanti, kalian akan menikah dan mempunyai 2 anak yang sangat mirip dengan kalian. Karir kalian pun akan sukses. Kalian adalah pasangan yang ditakdirkan. Kalian akan hidup bahagia di masa depan nanti.” ucap Madam Rose masih sambil menutup mata. Kami berdua terkejut mendengarnya.

“APAAA!?” kami berteriak berbarengan. Tidak percaya dengan apa yang baru saja Madam Rose katakan. Mendengar teriakan kami, Madam Rose kaget dan membuka matanya. “Kalian tahu? Hanya sedikit pasangan yang kuramal bahwa ke depannya mereka akan menikah dan bahagia. Yang ada, pasangan tersebut menikah dan akhirnya cerai” kata Madam Rose berseri-seri. Berbeda dengan reaksi kami yang masih shock. Aku dan Sehun menikah? Punya 2 anak? Membayangkannya saja sudah membuatku ingin pingsan.

“Ahjumma! Kau bohong kan! Tidak mungkin aku menikah dengan Sehun. Dan punya 2 anak? Hahahahaha” tawaku hambar. Berharap Madam Rose akan berkata ‘bohong deng! Sini saya ramal lagi’ tapi ternyata ia terlihat marah. “Ya! Kau meragukan ramalanku? Ramalanku ini benar dan tidak pernah salah!” seru Madam Rose.

“Kau benar Haeyeol-ah! Kita menikah? Tidak mungkin!” kata Sehun sambil diiringi tawa hambarnya.

Madam Rose yang melihat ketidakpercayaan kita berdua akan ramalannya terlihat kesal. Ia tiba-tiba mengambil setoples permen berbentuk hati , mendekatiku dan Sehun sambil memberi permen tersebut. Warna biru untuk Sehun dan warna pink untukku.  “kalian berdua makan ini! Saat nanti kalian tertidur pada malam hari, kalian akan tahu bahwa ucapanku tentang masa depan kalian terbukti benar! Sekarang KELUAR!” Madam Rose mendorong tubuh kami berdua keluar dari tokonya. Untung saja diluar toko sudah tidak ada fans Sehun.

Kami pun kembali ke restoran. Melihat kue ulang tahunku sudah dihabiskan, aku merasa jengkel. “Haeyeol-ah, Sehun-ah, kalian kemana saja? Lama sekali. Untung aku sudah sisakan kue untuk kalian berdua.” ucap Chanyeol Oppa memberiku dan Sehun dua potong kue. Aku dan Sehun yang lapar karena dikejar oleh para fans Sehun langsung menghabiskan kue tersebut dalam sekejap. Orang-orang heran melihat kami berdua.

“Sehun-ah, kau sudah makan permen yang tadi?” tanyaku penasaran. “Sudah. Rasanya enak kok. Tidak usah pedulikan yang tadi Ahjumma itu katakan. Mungkin saja ia itu orang gila.” Jawab Sehun tertawa. Aku pun ikut tertawa dan memakan permen itu. Sehun benar, rasa permen ini enak seperti campuran permen mint, coklat, dan strawberry disatukan.

Setelah acara pemberian kado dan sebagainya, akhirnya kami pun pulang ke rumah masing-masing. Seperti janjiku tadi, aku mengambil stik drum yang ada di kamar Chanyeol Oppa dan menemukan Chanyeol Oppa yang sedang berada di ruang tamu sambil makan keripik kentang kesukaannya. Saat aku menghampirinya dan bermaksud menusuk matanya dengan stik drum, ia dengan cekatan memegang stik drum dengan kedua tangannya. “Ya! Haeyeol-ah! Apa yang kau lakukan? Kau sudah gila ya?” tanya Chanyeol Oppa sambil menahan stik drum itu menusuk mata belonya.

“Ini hukuman karena kau sudah mempermalukanku di pesta ulang tahunku! Kau tahu bagaimana malunya aku di hadapan banyak orang yang ada di restoran hah? Kau kan tahu bahwa aku suka Jongin!” seruku kesal. Akhirnya aku pun menurunkan stik drum itu dan duduk di sebelah Chanyeol Oppa.

“Aku tahu, karena itu aku melakukannya. Aku bermaksud melihat bagaimana reaksi Jongin saat ia melihatmu bersama Sehun. Kukira ia akan merasa cemburu atau kesal. Tapi nyatanya yang kulihat ia hanya tertawa dan bertepuk tangan. Sepertinya ia sama sekali tidak punya perasaan apapun padamu.” Jelas Chanyeol Oppa. Aku kecewa dan kesal. Apa Jongin begitu tidak pekanya terhadap perasaanku? Padahal aku selalu memberinya cokelat saat hari Valentine, memberinya syal rajutanku sendiri saat Natal tahun lalu, mengajaknya menjadi pasangan dansaku saat pesta ulang tahun Ah Ram, dan tentu saja aku selalu memperhatikannya kemanapun ia pergi.

“Menurutku, lebih baik kau melupakannya.” saran Chanyeol Oppa.

“Oppa, mana mungkin aku melupakan namja yang aku suka selama 4 tahun itu?” tanyaku.

“Kau harus cari namja yang bisa menggantikan Jongin. Misalnya saja.. Hmmm… Sehun?” kata Chanyeol Oppa jahil. Aku kesal dan langsung memukulinya dengan bantal yang ada di sofa. Ia malah tertawa terbahak-bahak. Dasar Chanyeol Oppa!

Haeyeol POV

Aku merebahkan tubuhku di atas kasurku yang nyaman. Aku masih memikirkan kata-kata tentang Madam  Rose tadi. Aku dan Sehun… Tidak mungkin kan?

Aku pun menghela nafas dan tertidur.

Sehun POV

Sudah larut malam dan aku terpikir dengan perkataan Ahjumma gadungan tadi. Pantas saja tidak ada yang mau membayarnya, ramalannya saja ngaco. Lagipula, Haeyeol membenciku. Tidak mungkin kami bisa bersama.

Aku pun pusing memikirkan kata-kata Ahjumma tadi akhirnya aku tertidur.

Haeyeol POV

Sinar matahari menyinari  kedua mataku. Aku pun terbangun dengan mata yang masih menutup. Rasanya seluruh tubuhku lemas dan tulang-tulangku seperti mau copot. Mungkin ini karena aku dan Sehun yang berlari-lari di mall. Tiba-tiba tubuhku menggigil kedinginan. Rasanya seperti… tidak memakai pakaian? Aku membuka mataku dan kaget menyadari bahwa aku tidak mengenakan busana apapun dan hanya memakai pakaian dalam serta lingerie berwarna biru laut yang sangat tipis. Kenapa aku memakai pakaian seperti  ini? Aku merapatkan selimut ke tubuhku dan menyadari bahwa ruangan ini bukan kamarku. Aku menoleh ke sebelahku dan lebih terkejut karena sekarang di sebelahku ada namja yang sangat kukenal sedang tertidur dengan damainya, Oh Sehun.

Saat kedua mata namja itu terbuka, kami sama-sama saling berteriak. “WAAAAAA!”

Aku pun menarik selimut untuk menutupi tubuhku, sama halnya dengan Sehun.

“Sehun-ah! Lepaskan selimutnya!” seruku sambil menarik selimut itu.

“kau yang lepaskan selimutnya, Haeyeol-ah! Aku sama sekali tidak memakai pakaian!” ujar Sehun tak mau kalah. “Kenapa kau ada di sini? Ini kamarku!” tanya Sehun frustasi.

“Molla! Aku juga tidak tahu! Kau kan namja, kau harus mengalah pada yeoja!” aku menarik selimut dengan sekuat tenaga dan membalut tubuhku. Sehun akhirnya terjatuh dan menyembunyikan tubuhnya di bawah tempat tidur. Dengan tergesa-gesa, aku mengambil pakaian di lemari dengan asal, untung saja lemari pakaian itu adalah pakaian wanita.

Aku pun berlari menuju kamar mandi dan menutup pintunya. Rasanya jantungku hampir copot. Aku benar-benar bingung. Apa yang sudah terjadi!?

Kenapa aku bisa berada di kamar Sehun dan… dan… hanya memakai pakaian seperti ini? Aigoo Eomma! Eottokhe! Aku benar-benar panik. Aku pun memakai pakaianku. Sempat ragu karena mungkin saja ini adalah mimpi. Ya, ini hanyalah mimpi. Aku pun mencubit tanganku dengan keras. “Awww” seruku sakit. Berarti ini bukan mimpi!? Ini KENYATAAN!

Aku pun membuka pintu dan mendapati Sehun sudah tak berada di kamar tersebut. Sepertinya ia juga pergi ke kamar mandi. Bagus, aku akan melarikan diri sebelum ia keluar dari kamar mandi.

Tiba-tiba telepon di ruang tamu berdering, karena tidak ada yang mengangkat, aku terpaksa mengangkatnya. “Halo? Ini siapa?” tanyaku ke penelepon tersebut.

“Halo? Kau pasti Haeyeol-ah! Eomma sangat merindukanmu!” seru suara penelepon tersebut yang ternyata adalah Eommaku. Aku merasa bingung mengapa ia merindukanku. Padahal baru tadi malam kita merayakan ulang tahunku. Tapi aku mengabaikannya.

Baru saja aku ingin meminta Eomma untuk menjemputku di rumah Sehun, ia sudah menyerocos panjang lebar. “Haeyeol-ah, bagaimana kabarmu dengan Sehun? Apa kalian baik-baik saja? Dimana Sungyeol? Eomma ingin bicara dengannya!”

“Sungyeol? Siapa Sungyeol?” tanyaku bingung. Apalagi dengan pertanyaan kabarku dengan Sehun.

“Aigoo, Haeyeol-ah! Masa kau tidak ingat nama anak lelakimu sendiri? Kau ini pikun atau amnesia sih?” pernyataan Eomma yang satu ini sukses membuatku shock. Aku terdiam sesaat.

“A.. Anak!? Aku punya anak!? Sejak kapan!?” tanyaku shock seperti orang gila.

“Kau benar-benar sudah gila, Haeyeol-ah! Kelihatannya kau mabuk berat, Eomma akan meneleponmu lagi nanti siang.” jawab Eomma frustasi. Lalu menutup telepon begitu saja. Kelihatannya Eomma benar-benar mengganggap anaknya yang satu ini mabuk. Aku pun terbengong memikirkan apa yang Eomma katakan barusan. Aku punya anak?

Saat aku menoleh, aku terkaget melihat Sehun yang sedang memperhatikanku. “Sejak kapan kau di sini?” tanyaku. “Sejak tadi. Siapa yang menelepon?” tanya Sehun sambil meneguk minuman dan duduk di sebelahku.

“Eommaku” jawabku datar.

“Eommamu? Bukankah ia sama sekali tidak mengenal keluargaku? Baru saja kemarin malam kita bertemu.” tanya Sehun bingung.

“Nah, itulah. Aku juga bingung. Apalagi saat Eomma bilang bahwa aku punya…” aku pun menghentikan ucapanku. “Punya apa?” tanya Sehun penasaran. Sehun pun melihat ke arah depan.

Tiba-tiba, di depan kami berdua ada anak lelaki yang sangat lucu menghampiri kami sambil merengek-rengek. “Eomma! Sungyeol lapal! Sungyeol mau makan!” rengek anak kecil cadel yang kira-kira berumur lima tahun itu. Ia menghampiriku dan memelukku. Eomma? Aku ibu dari anak kecil ini? Sehun pun sama terkejutnya denganku.

“Hei, nak. Kau siapa?” tanya Sehun bingung karena adanya anak kecil itu di dalam rumahnya.

Anak kecil itu menoleh dan menampakan wajah bingung. “Appa! Aku kan Sungyeol, anak Appa!” Sungyeol beralih memukul-mukul Sehun. Sementara Sehun yang dipanggil Appa oleh Sungyeol masih terdiam dan shock.

Kalau aku Eommanya dan Sehun adalah Appanya berarti Sungyeol adalah… anak kami?

Aigoo, apa yang terjadi!?

To Be Continued

Komen oke! Don’t be Silent Readers! Kamsahamnidaa! *bow bareng BaekYeol*


The 12 Extraordinary Vampires (Chapter 1)

$
0
0

Title: The 12 Extraordinary Vampires

Author: Santi Fauzia (@santifauziaa)

Main Cast:

Park Hyojin

Oh Sehun

Park Chanyeol

Support Cast:

Xi Luhan

Kris

Kai

Bang Min Ah

All member EXO

Genre:

Romance, Fantasy, a little bit Comedy, Action.

Rating:
PG 15

Length:

Chaptered

vampires

Akibat seneng baca komik, novel dan film tentang vampir, akhirnya jadi deh FF ini. oh ya, follow twitterku ya di @santifauziaa ye! Hehe. FF ini udah di post di wp pribadi aku.

Tapi tentang genre Actionnya author belum yakin bakal terpenuhi syaratnya secara author paling butek dalam hal berantem hehehe. Oh ya, tentang posternya, author ga mungkin masukin ke 12 member exo versi vampirnya soalnya ga cukup di kolomnya hahaha. Menurut author sih yang paling keren di foto itu Kai ama Sehun. Menurut readers siapa? Mian chanyeolnya belepotan darah soalnya ga ada lagi tuh foto vampir versi chanyeol yang lebih bagus hehehe. *ketauan searching di google* Oke deh jangan lupa komen dan likenya karena itu sangat berharga buat author. Doakan juga author lulus UN ya! nyehehe. Happy Reading!

CHAPTER 1

Hyojin POV

Oh Sehun, ia lah namja yang membuatku penasaran setengah mati. Ia adalah teman sekelasku namun kami tidak terlalu akrab karena kami baru sekelas di kelas ini sekitar seminggu.

Warna kulitnya benar-benar putih, tatapannya selalu tajam pada orang yang ia temui, ia selalu terlihat lemah dan tertidur pada saat di kelas terutama saat matahari terik bersinar, dan sejak 2 hari yang lalu, aku tidak sengaja melihatnya mengeluarkan jus tomat yang dibungkus oleh plastik bening, ia selalu meminumnya di atas atap sekolah tanpa membawa bekal makanan apapun.

Aku baru menyadari bahwa kantin sekolahku tidak menjual jus tomat, apalagi jus tomat itu berwarna merah pekat seperti… darah?

Kalau kalian jadi aku, pasti kalian akan beranggapan sama denganku kan? Meski aku terdengar gila, tapi tanda-tanda Sehun menunjukkan bahwa ia mirip dengan makhluk yang meminum darah manusia dan bertaring tajam, yaitu Vampir.

Rasa penasaranku yang mulai menggila padanya akhirnya membuatku memutuskan untuk membuntutinya dan melihatnya meminum jus tomat setiap istirahat bersama 2 namja terpopuler di sekolahku lainnya, yaitu Luhan sunbae dan Kris sunbae.

Aku sengaja tidak memanggil mereka dengan embel-embel ‘oppa’ karena memang aku tidak terlalu tertarik pada mereka serta aku tidak mau disangka sasaeng fans. Serta aku sudah mempunyai namja yang aku sukai yaitu Park Chanyeol. Namja tampan yang selalu tersenyum lebar dengan deretan gigi putih miliknya itu berbanding terbalik dengan Sehun yang selalu menampakkan wajah datar dan aura sekitarnya yang terasasedingines. Ia seperti tidak mempunyai jiwa.

Kecuali bersama dengan Luhan sunbae dan Kris Sunbae, ia selalu tersenyum bahkan tertawa hanya bersama mereka saja. Aku jadi tidak menyukai Sehun karena aku menganggapnya memilih-milih teman. Selain itu, Luhan sunbae dan Kris sunbae sama-sama meminum jus tomat layaknya sehun. Tentu saja hal itu membuatku semakin curiga.

Saat ini, aku sedang bersembunyi di balik pintu dekat tangga sambil melihat 3 namja yang memang sangat mempesona itu mengobrol dan tertawa sambil sesekali menyeruput jus tomat milik mereka masing-masing. Entah kenapa, aku bisa mendengar pembicaraan mereka meskipun jarak kami cukup jauh. Mungkin saja kupingku ini setajam kuping harimau, hehe.

“Aww!” Luhan sunbae berteriak karena jarinya tergores oleh paku yang terdapat pagar kayu yang menjulang tinggi dibuat oleh sekolah untuk pembatas supaya tidak ada siswa yang bunuh diri terjun dari atap sekolah ini. Terlihat darah segar mengalir dari jari manisnya yang lentik dan mungil itu. Luhan sunbae meringis kesakitan.

Tiba-tiba saja aku menahan napas saat Sehun memasukkan jari Luhan sunbae yang berlumuran darah itu ke dalam mulutnya dan menghisap serta menjilati darah dengan ganasnya. Mungkin kalau aku tidak tahu kalau Sehun dan Luhan sunbae itu sepupu, pasti ketika aku menyaksikan adegan seperti sekarang, aku sudah menganggap mereka berdua adalah homo.

“Darahmu nikmat sekali, hyung.” ucapnya sambil masih menjilati sisa-sisa darah yang tersisa, Luhan sunbae terkikik geli. “Sehun-ah, lepaskan! Geli ahahaha…” tawa Luhan sunbae terdengar renyah, membuatku mengakui mengapa sahabatku, Bang Min Ah, tergila-gila padanya. Karena baru kusadari, Luhan sunbae itu benar-benar manis, seperti anak kecil.

Sehun lalu melepaskan jari Luhan sunbae dan tersenyum. “Mian, hyung. Aku benar-benar masih lapar.” ucap Sehun.

Hah? Lapar? Sehun lapar dan ia meminum darah Luhan sunbae tadi itu artinya….

“Memangnya kemarin kau tidak berburu?” tanya Kris sunbae sambil membuang plastik berisi jus tomat yang sudah habis tak bersisa.

“Aku berburu, tentu saja. Tapi darah dari 3 makhluk saja sepertinya tidak cukup untuk memuaskan rasa laparku.” Jawaban Sehun membuat tubuhku menegang dan detak jantungku memompa dengan cepat. Itu semua membuktikan bahwa mereka bertiga benar-benar vampir dan bukan hanya firasatku saja. Aku bergidik ngeri dan memutuskan untuk segera pergi dari tempat tersebut sebelum mereka mengetahui keberadaanku.

Aku menoleh kaki kanan bagian bawahku yang terasa geli sejak tadi namun ku abaikan karena terlalu serius mengamati dan mendengar percakapan ketiga vampir itu.

Kedua mata ku melotot melihat hewan menjijikkan yang paling aku takuti melebihi makhluk menyeramkan apapun di dunia ini. Seekor siput tanpa cangkang menempel di kaus kakiku dengan lendir lengketnya.

“KYAAAAA!” aku berteriak histeris dan berlari ke pintu tempat dimana ketiga vampir tersebut melihatku dengan tatapan datar. Seperti mereka tahu sejak tadi aku berada di balik pintu tersebut.

“Akhirnya kau keluar dari tempat persembunyianmu, Park Hyojin. Apakah kau puas memata-matai kami selama tiga hari ini?” Sehun menatapku meremehkan.

Kulihat siput yang masih menempel di kaus kakiku meski aku sudah menggoyang-goyangkan kakiku seperti sekarang. Kelihatannya Sehun jengkel karena aku tidak memperdulikannya sementara Luhan sunbae dan Kris sunbae tertawa melihat tingkahku yang terlihat aneh.

“Apa yang sedang kau lakukan? Hahaha” Luhan sunbae tak henti-hentinya tertawa melihatku sekarang sudah seperti menari balet demi menyingkirkan makhluk menjijikkan dari kaus kakiku yang tidak mau lepas. Sehun mendekatiku, tiba-tiba aku tersandung sesuatu dan memegang kaki Sehun supaya menahanku untuk tidak terjatuh.

Jika dilihat dari kejauhan, aku seperti hamba yang meminta pengampunan pada rajanya, yaitu Sehun. Dan ini benar-benar konyol bagiku.

“Kau jangan cari-cari kesempatan ya. Lepaskan tanganmu!” Sehun berusaha melepaskan kedua kakinya, namun aku mempererat kedua tanganku karena tidak tahan dengan rasa geli dan jijik akibat siput yang masih menempel di kaus kakiku.

Saat aku menoleh ke arah kakiku, siput itu hampir mencapai kulitku yang polos tanpa mengenakan kaus kaki. “Se-sehun sshi, tolong aku…” pintaku padanya.

“Kau tidak mau kuhisap darahmu karena aku adalah vampir? Percuma saja.” jawaban sehun membuatku bingung.

“Ya! Apa maksudmu? Maksudku adalah tolong singkirkan makhluk menjijikkan yang ada di atas kaus kakiku sekarang!”

Tiba-tiba kudengar lagi tawa yang berasal dari Luhan sunbae dan Kris sunbae.

“Hahahaha! Kalian berdua benar-benar lucu! Hyojin-sshi, ku kira kau ketakutan terhadap kami namun nyatanya yang kau takutkan hanya seekor siput.” Ucap Kris sunbae sambil meneruskan tawanya. Saat aku menengadah, kulihat muka Sehun memerah, sepertinya ia malu karena kesalahpahamannya tadi.

“Singkirkan saja sendiri!” akhirnya aku melepaskan kedua tanganku dari kaki Sehun.

“Sehun-sshi.. kumohon.. aku benar-benar takut!” ucapku memohon.

Sehun menatapku dan tersenyum miring. Membuatku menyadari ternyata Sehun sangat tampan. Ah, tapi bukan saatnya memikirkan hal seperti ini. Menyingkirkan siput dari kaos kakiku lebih penting daripada memikirkan debaran jantungku yang aneh.

“aku akan menyingkirkan makhluk itu, asal dengan satu syarat.”

“Apa?”

“Kau harus menuruti permintaanku. Tenang saja, aku akan meminta yang masuk akal dan tidak aneh-aneh.” Aku keberatan dengan syarat yang diajukan Sehun, namun rasanya siput itu masih berjalan di kaus kakiku membuatku tidak tahan.

“Baiklah! Baiklaaah! Aku setuju. Cepat singkirkan siput itu!”aku mulai merengek karena sebentar lagi siput itu akan mencapai kulit polosku. Aku bersumpah akan menyobek kulitku jika terkena lendir siput.

“Luhan hyung.” Sehun menunjuk Luhan sunbae, lalu Luhan sunbae mengangguk. Tiba-tiba siput itu melayang ke atas, aku memandang horror melihat pemandangan itu. Tentu saja, siapa yang tidak takut akan siput yang bisa melayang?

“Kyaaa! Ke-kenapa siput itu bisa terbang?” aku lalu melihat Luhan sunbae yang mengarahkan tangan kanannya menuju siput itu. Saat itu aku langsung mengerti bahwa yang mengendalikan hal tersebut adalah Luhan sunbae. Setelah itu, Luhan sunbae mengarahkan tangannya ke langit lalu membuat siput itu terjatuh dari ketinggian dan entah kemana.

Aku masih terkejut dengan kejadian yang tidak masuk akal tadi. Mana mungkin ada yang seperti itu di dunia ini?

Luhan sunbae tersenyum ke arahku. “Aku mempunyai kekuatan telekinesis. Artinya aku menggunakan fikiran untuk memindahkan atau mengontrol benda.”

“Kalau aku levitation, artinya aku bisa terbang melawan arah gravitasi.” Ucap Kris sunbae tanpa ditanya.

Aku mulai pusing dengan ucapan mereka berdua. Ingin sekali aku menyemburkan pertanyaan yang banyak pada mereka namun akhirnya aku hanya bertanya satu pertanyaan saja “Kalian ini… sebenarnya apa?”

“Seperti yang kau ketahui. Kami adalah Vampir. Masing-masing dari kami mempunyai kekuatan spesial. Karena kau sudah mengetahui banyak tentang kami, kau harus menjaga rahasia ini dari siapapun, termasuk orang yang terdekat denganmu. Itu permintaan pertamaku dan kau harus mengabulkannya, kalau tidak…” ucapan Sehun menggantung, ia mendekatkan wajahnya padaku tanpa sadar aku menahan napas. “Kau tidak akan menjalani kehidupanmu sebagai manusia normal lagi.”

Aku bergetar hebat saat Sehun mengatakannya lalu aku menjauh dari Sehun karena tiba-tiba rasa takut dalam diriku muncul.

“Kau sudah mengerti kan? Jadi turutilah apa mau master Sehun, maka kau masih bisa menyambut pagi hari dengan kehidupan normalmu.” Ucapan Kris Sunbae membuatku kaget. Apa yang barusan tadi ia bilang? Master?

“Ma, master?” aku bertanya karena merasa aneh seorang senior memanggil master pada juniornya.

“Sehun adalah vampir darah murni. Ia adalah yang terkuat di antara kami bertiga. Sedangkan kami adalah vampir bangsawan, kenyataannya aku bukanlah sepupu Sehun melainkan pengikut Sehun, atau bisa dibilang, Master Sehun.” Jelas Luhan Sunbae. Mulutku menganga lebar karena kaget bukan main. Oh Sehun yang pendiam dan dingin itu? Mempunyai pengikut yaitu Luhan sunbae dan Kris sunbae? Sepertinya aku sedang bermimpi karena semua ini benar-benar gila dan tidak masuk akal.

“Ini semua mimpi, ini semua mimpi!!! Bangun, Hyojin-ah!”Aku mencubit kedua pipiku berharap terbangun dari mimpi paling gila dan aneh dalam hidupku. Sakit. Ternyata memang sekarang aku tidak sedang bermimpi. Ketiga namja itu tertawa melihat tingkahku tadi.

“Kau tidak bermimpi, Hyojin-sshi. Selamat, kau bisa mengenal kami ketiga namja terpopuler di sekolah ini dengan dekat.” Ucapan Luhan sunbae membuatku sebal. Mungkin jika aku menjadi fans mereka, aku akan senang setengah mati namun tentu saja yang aku rasakan sekarang bukanlah senang tetapi rasa takut, bingung, terkejut dan marah yang bercampur aduk. Aku marah mengapa ini semua harus terjadi padaku? Padahal aku ingin menjalani kehidupan seperti anak SMA biasa lainnya.

“Maaf, tapi aku bukan salah satu fans mu, sunbae.” Ucapku sebal membuat Luhan Subae serta kedua namja lain itu terkejut.

“Kau bukan fans ku? Kalau begitu…”

“Aku juga bukan penggemar Sehun atau Kris Sunbae.”

“M-mwo!? Waaah pertama kalinya ada yeoja manusia yang berkata seperti itu pada kami. Kau benar-benar menarik!” Luhan Sunbae bertepuk tangan tidak jelas sambil tersenyum.

“Dia bukan manusia biasa.” Perkataan Sehun membuat kami bertiga menengok bingung.

“Apa maksudmu, Sehun-sshi? Aku bukan vampir! Apalagi werewolf!”

“Siapa bilang kau ini vampir atau werewolf? Sudah jelas kau bukan manusia biasa karena kau tidak terpengaruh oleh kekuatan aerokinesis milikku.”

Lai-lagi kata-kata asing yang berakhiran kinesis itu meluncur dari mulut Sehun. Aku mulai malas mendengarnya.

“Aerokinesis? Apa lagi itu?”

“Aku bisa mengendalikan udara dan mengontrol pikiran semua manusia atau bisa dibilang hipnotis.”

“Mengendalikan udara? Kau avatar ya?”

Pertanyaanku membuat Luhan sunbae dan Kris sunbae yang tadinya serius meledak dalam tawa. 2 poin, aku membuat Sehun lagi-lagi bermuka merah menahan malu karena pertanyaan bodohku.

“Kau ini hobi sekali mempermalukanku ya!? Mau merasakan gigitan dari taringku ini?” terlihat kedua taring yang panjang dan tajam dari gigi Sehun yang putih bersih. Pertama kalinya aku melihat hal itu secara langsung di depan mataku.

“Keren!” seruku senang.

“Hah? Bukannya tadi kau takut?” tanya Sehun merasa bingung.

“Aku memang takut saat mengetahui kalian bertiga adalah vampir tapi melihat taringmu keluar seperti itu sangat keren! Sebenarnya aku penggemar vampir apalagi Edward Cullen di film Twillight dan Bill Compton di film True Blood!”

“Kami tidak sama dengan vampir yang ada di film-film begituan. Sebenarnya sudah lama kami tidak meminum darah manusia.” Ucapan Kris sunbae membuatku heran.

“Apa? Lalu kenapa mengancamku kalau kalian tidak minum darah manusia?”

“Itu karena melihat mukamu yang ketakutan sangatlah lucu. Hahaha” Sehun tertawa jahil sambil mengacak rambutku.

“Kalian mengerjaiku ya!? Menyebalkan!” aku mendengus kesal lalu mulai beranjak untuk turun ke tangga namun tangan Sehun menahanku.

“Kami memang mengerjaimu. Tapi tentu saja kami serius soal kau tidak boleh mengatakan bahwa kami adalah vampir pada siapapun. Meski kami hanya minum darah binatang, tapi tentu saja kami juga tidak segan meminum darah manusia yang mengancam keberadaan kami di sini.” Sehun lalu dengan secepat kilat menarikku dalam pelukannya. Aku merinding saat tubuhnya yang sedingin es bersentuhan dengan kulitku.

“Sehun-sshi! Apa yang kau lakukan!? Lepas…” Kurasakan bibir Sehun menyentuh leherku dan mengecup dengan lembut. Aku langsung panik dan rasa takut menyerangku. Tubuhku meremang saat merasakan nafas Sehun yang berhembus mengenai permukaan kulitku.

Deg Deg Deg

Jantungku memompa dengan kerasnya akibat rasa takut yang menyelimuti seluruh pikiranku.

Apakah ini kali terakhirnya aku akan merasakan detak jantungku?

Apakah mulai detik ini aku akan menjadi seperti ketiga namja ini? Menjadi Vampir?

Andwae! Aku tidak mau!

Aku takut jika Sehun akan menancapkan kedua taringnya yang tajam menembus ke dalam permukaan kulit leherku. Tapi yang paling ku takutkan adalah…. menjadi vampir.

Aku tidak mau tertidur saat siang, takut kepada sinar matahari dan meminum cairan yang menjijikkan yaitu darah. Memikirkan aku akan meminumnya pun sudah membuatku merasa mual.

Apa yang akan Sehun lakukan? Seseorang tolonglah aku!

Dalam kekalutan aku memikirkan satu-satunya orang yang selalu ada di saat aku meminta pertolongan, selalu ada di sisiku dan selalu aku cintai, Park Chanyeol.

Chanyeol kumohon kali ini saja…

TOLONG AKU!

To Be Continued

Inilah FF pertama author yang bercerita tentang vampir kekeke.Di sini main castnya Chanyeol suami author dan Sehun pacar author. Cuman Chanyeolnya belum muncul ya hehehe.

Author sebenarnya suka banget nih sama Vampir mulai dari Edward Cullen di film Twilight, Bill Compton di film True Blood, Kaname Kuran dan Shiki di Vampire Knight, Damon Salvatore dan Stefan Salvatore di film Vampire’s Diaries karena mereka semua alamaak ganteng-ganteng! Ayoo adakah readers yang juga suka vampir? atau werewolf? atau.. atau Chanyeol? Oh tidak bisaa chanyeol hanya milik author! *di keroyok exotic*

Jangan lupa beri komen atau like ya supaya author tau masih adakah yang nunggu FF ini atau engga hehehe

Kamsahamnidaa! *bow bareng Luhan dan Chanyeol*

 


Uri Dancing Machine

$
0
0

 

 

Title : Uri Dancing Machine

Author : Heena Park

Length : Oneshoot *kependekkan*

Ratting : G

Genre : Sad,Friendship

 

Main Cast :

-All member of EXO

 

Cuap-Cuap Author : Kyaa~ saya kembali datang dengan membawa FF yang sangat aneh bin ajaib-_-.Saya mendapat ide membuat FF ini setelah menonton fil Hachiko : ) . Yang saya bingung,ini FF sama sekali nggak ada hubungannya sama itu film wkwkwk *plak*.Sebenarnya FF ini genrenya sad.tapi kalau kalian nggak nangis/nyesek sih,berarti ini ff gagal wkwkkw

 

 

 

~Uri Dancing Machine~

 

 

Sehun mengutak-atik stik game yang sedang ia pegang lalu membantingnya “Yak hyung ! Kenapa kau tidak melawanku ish” Ujarnya geram sambil menatap Suho—Suho menaruh stik gamenya dan menepuk pundak Sehun “Aku bukan Jong In yang pintar bermain game Sehunnie” Ujarnya pelan.

Sehun menghela napas berat lalu terjatuh di lantai dengan berpangku lutut.Ia menunduk sedih “Aku merindukannya hyung,dia yang terbaik dalam bermain game”

Suho membungkuk dan memegang kedua pundak Sehun “Bangunlah Sehunnie..Bukan hanya kau yang merindukannya,kita semua juga merindukannya—Merindukan ketika ia berada di tengah-tengah kita”

Ia membantu Sehun untuk bangun,lalu menarik pria muda itu dalam pelukkannya “Kita semua pasti akan baik-baik saja,percayalah padaku” Ujarnya menenangkan.

Prang..!!

Terdengar suara dari arah dapur.Dengan reflex Sehun dan Suho berlari ke arah suara itu.Di sana..

Mereka melihat D.O sedang berusaha membersihkan pecahan piring yang baru saja terjatuh.Terlihat raut muka putus asa dari pria itu.Matanya kosong dan berair,namun ia berusaha kuat.Ia harus kuat—Karena itulah tuntutan menjadi seorang bintang.

Harus tetap terlihat baik-baik saja dan selalu tersenyum di depan kamera apapun yang terjadi…

Tapi sekarang ia tidak sedang berada di depan kamera bukan ? Jadi,seharusnya ia diperbolehkan untuk menangis dan bahkan meraung-raung.

“Kyungsoo-a , kau baik-baik saja ?” Tanya Suho yang kemudian membantu D.O memunguti pecahan piringnya “Seharusnya kau tidak memasak sekarang,kau belum memiliki cukup tenaga untuk itu” Sambungnya.

D.O berdiri dan mengambil pecahan piring yang dibawa oleh Suho lalu membuangnya ke sampah “Aku baik-baik saja hyung,sungguh” Tukasnya dan kembali berdiri di depan kompor.Ia kemudian memukul kecil kepalanya dan berjalan dengan cepat ke kulkas mengambil ayam.

“Ini adalah makanan kesukaan Kkamjong” Ujarnya sumringah lalu membersihkan ayam tersebut.

“Kyungsoo-a ! Berhentilah bersikap seperti itu ! Kau hanya membuat dirimu tersiksa pabo ! Kau lelaki bodoh ! Kau tau itu hah!” Suho yang geram akan sikap D.O-pun mengeluarkan amarahnya.Ia mengambil ayam yang sedang dibersihkan oleh D.O namun ketika ia akan berbalik,D.O kembali menghadangnya dan mengambil ayam itu “Kkamjong bilang masakanku tidak enak ,jadi aku akan berusaha membuatkan masakkan yang enak untuknya hyung ! Dan ya,aku memang bodoh . Jadi sekarang bisakah kau meninggalkan orang bodoh ini sendiri ?”

Suho menggaruk kepalanya , ia frustasi.Ia benar-benar merasa frustasi akan apa yang terjadi pada D.O.Pria itu terlihat benar-benar putus asa dan seolah tak terima dengan keadaan. “Kyungsoo-a…Aku tidak mengerti benar apa yang kau rasakan,tapi setidaknya aku juga merasakan rasa yang hampir sama denganmu” Suho menyandarkan tubuhnya di meja makan “Kita sama-sama mengenalnya,kita juga sama-sama memiliki kenangan dengannya.Tapi ketahuilah Kyungsoo..Dia akan selalu bersama kita,karena selamanya dia adalah bagian dari kita”

Sehun yang sedari tadi hanya terdiam kini mulai angkat bicara “Jong In hyung tidak akan pernah tergantikan bukan ? Posisinya tidak akan pernah terganti bukan ? Hyung,katakan padaku”

Suho menegakkan tubuhnya lalu merangkul D.O dan Sehun “Tidak,dia akan tetap menjadi dancing machine kita.Selamanya”

 

~Uri Dancing Machine~

 

“Yak Baekhyun-a,kau salah gerakkan” Gumam sang pelatih.Baekhyun membungkuk meminta maaf.

“Baiklah,baiklah..Sudah cukup latihan hari ini,kalian boleh pulang” Ujar sang pelatih lalu berjalan ke luar ruangan,namun di ambang pintu pelatih tersebut berhenti dan berbalik “Kai,sekarang aku berfikir bahwa ia sangat di butuhkan di waktu seperti ini” Ujarnya lalu berlalu meninggalkan ke-5 personil EXO.

Tringg..

Tiba-tiba ponsel Suho berbunyi,ia menyahut ponselnya lalu menekan tombol ‘jawab’

“Yoboseo hyung” Ujarnya.Suho melirik ke-4 temannya sebentar lalu mengangguk-angguk “Nde hyung,kami akan segera keluar” Ujarnya lalu memutus sambungan ponselnya.

“Siapa hyung?” Tanya Chanyeol.Suho menghela napas panjang “Kris hyung,dia bilang mereka sudah berada di lobi,manager juga bersamanya.Dia menyuruh kita untuk segera turun” Gumamnya yang di respon anggukkan oleh semua anggota.

Ke-lima pemuda itu turun ke lobi,mereka melihat enam orang pemuda lain beserta seorang manager yang sedang menunggu di kursi.Tanpa ragu mereka menghampirinya

“Hyung,jadi bagaimana?” Tanya Suho

“Kita akan berangkat sekarang,aku ingin segera bertemu dengannya” Jawab Kris lalu mengajak mereka masuk ke dalam mobil.

 

~Uri Dancing Machine~

 

 

Mereka berhenti di sebuah tempat yang luas.Tempat di mana Kai pasti berada di situ—Sungguh,mereka semua sangat merindukan Kai.Sosok dancing machine EXO yang sangat hebat dan tak mudah putus asa.Seseorang yang selalu berusaha agar bisa dikenal dunia dengan kemampuannya.

Ia memang tampan,ia memang sangat menarik.Tapi ia tidak perduli pada hal itu—Yang ia perdulikan hanya bagaimana caranya mengasah bakatnya? Bagaimana caranya agar ia bisa sukses? Dan bagaimana caranya agar dia bisa membuat semua orang bahagia.

Kim Jong In—

Itulah dia…

Mereka berdiri di sebuah makam,tempat di mana jasad Kai di semayamkan bersama dengan mimpi-mimpinya.Tempat di mana ia bisa beristirahat dengan tenang tanpa harus berfikir keras lagi.

Enam bulan lalu—Ketika EXO sedang berada di Los Angels,mereka mengadakan jumpa pers.Namun,ketika dalam perjalanan ke hotel.Mobil mereka menabrak sebuah tronton yang hilang kendali karena sang pengemudi sedang mabuk.

Semua terluka—Tapi Kai yang terparah.

Pria itu mengalami pendarahan di otaknya,serta patah tulang di bagian kaki kanan dan tangan kirinya.

Dokter sempat akan mengoperasinya,namun takdir berkata lain…

Semua harus menerima kenyataan bahwa Kai tidak bisa bertahan…

Dia harus kembali pada sang pencipta..

Dan tugasnya sebagai manusia di bumi ini telah usai—Ia telah menjadi bintang di langit yang akan selalu menerangi gelapnya malam lewat apa yang telah ia lakukan selama ini.Karena,walaupun jasad pria itu telah terkubur dalam bumi.Namun karya serta namanya akan selalu terekam di memori para penggemar dan orang-orang yang mengenalnya..

Selamanya..

“Lama tak bertemu Jong In-a” Ujar D.O yang mulai bersimbah air mata “Kami merindukanmu hyung” Lanjut Sehun.

“Kau tau ? Aku benar-benar terlihat buruk tanpamu” Timpal Baekhyun

“Tapi jangan khawatir,aku akan membantu Baekhyun” Chanyeol menepuk pelan pundak Baekhyun.

“Aku mungkin tidak terlalu dekat denganmu Kai karena kau berada si Seoul dan aku di Cina,tapi tak masalah..Aku sangat menyayangimu” Gumam XiuMin

“Aku selalu berdoa agar kau bahagia di sana” Chen berjalan maju dan membelai lembut batu nisan Kai.

Lalu Suho mulai bergerak,ia merogoh sakunya dan mengambil sebuah foto lalu menaruhnya di makam Kai

 

603391_279358965503587_362152363_n

 

“Kau melihat foto itu Jong In-a?” Suho menarik napasnya dalam-dalam “Aku sengaja mencetak foto itu menjadi dua—Dan kau tau ? Aku memiliki foto itu satu di kamarku,dan sekarang aku memberikan sisanya untukmu—Agar kau tak pernah lupa pada kita semua.Karena apapun yang terjadi,kau adalah bagian dari kami.Selamanya..”

Mendengar perkataan Suho barusan,tangisanpun mulai pecah.Walaupun mereka tidak menangis secara berlebihan,namun mereka menitikkan air matanya.

Mencoba mencerna perkataan Suho dan itu memang benar.Selamanya Kai akan tetap menjadi bagian dari EXO.Tidakkah kalian melihat senyum Kai yang begitu indah di foto itu? Dan mereka percaya,bahwa sekarang Kai juga sedang tersenyum melihat mereka semua datang,dan bahkan mereka juga percaya bahwa sekarang Kai sedang berada di antara mereka.Ia pasti sedang menangis sekarang,anak itu pasti menangis bahagia di alam sana…

“Kami semua menyayangimu,Kim Jong In…Uri Dancing Machine” Ujar mereka bersamaan lalu memeluk satu sama lain.

 

 

THE END


SHINING STAR (Chapter 13)

$
0
0

Main Cast : Park Jiyeon – Kim Jongin

Support Cast : Park Chanyeol  –  Kim Shinyeong – Byun Baekhyun – Lee Jieun – Jung Soojung – Kim Joonmyeon

Genre : Life, Friendship, Romance, A Little bit Angst

Length : Chaptered

Author : Qisthi_amalia

Backsound : Shin Young Jae – Because My Step Are Slowly

shining-star-111

-CHAPTER 13-

 

***

Jiyeon berlari menyusuri koridor yang ramai itu dengan cepat . pikirannya kacau dan ia tak tahu apa yang ia pikirkan saat ini. Nafasnya berhembus satu-satu, keringannya jatuh menyusuri dahi, rahang dan jatuh begitu saja.

“Ya ! Hati-hati kalau berjalan !”

Jiyeon membungkuk kearah wanita tua yang ia tabrak dan meminta ma’af. Ia lalu melanjutkan langkahnya, namun kali ini tak lagi berlari. Melainkan berjalan dengan gerakan pelan. Karena ia telah menemukan apa yang ia cari.

Angin berhembus kencang, ketika pintu keluar itu ia buka. Ia tak berusaha mengeratkan jaketnya atau memeluk tubuhnya yang kedinginan. Melainkan hanya berjalan pelan, matanya tertuju ke depan. Pada seseorang yang tengah duduk di sebuah kursi besi di bawah pohon maple.

Jiyeon mendudukan tubuhnya tepat di sebelah seseorang itu perlahan. Ia menghela nafas pelan dan tersenyum kecil.

Mereka diam.

Tak ada yang berbicara satu pun. Membiarkan angin kembali berhembus. Ranting-ranting yang bergesekan searah angin dan dedaunan yang jatuh memenuhi tanah. Membiarkan waktu berjalan dengan pelan. Berlalu tanpa suara.

Sampai seseorang itu – Jongin berucap perlahan.

“Aku takut.”

Jiyeon menoleh cepat. ia menatap namja di sampingnya itu nanar. Mengulurkan lengannya dan menggenggam satu lengan Jongin dengan erat. Mencoba menyalurkan kekuatan yang ia punya.

“Aku takut. “ Ia kembali mengulang. Kepalanya tertundu dengan nafas terengah.

Jiyeon menggeser duduknya dan memeluk tubuh Jongin dari samping. Menepuk punggung namja itu dengan pelan dan mengecup bahunya cukup lama.

“Semuanya akan baik-baik saja. percayalah.” Ujar Jiyeon pelan.

gerakan kedua tangannya jongin yang di kepal mengeras. Namja itu menggeleng cepat dan semakin menunduk.

“ Ini semua salahku. Semuanya salahku.” Jongin berucap cepat. Lalu memukul kepalanya sendiri cukup keras.

Jiyeon menghentikan gerakan tangan itu dengan cepat dan menggenggamnya dengan kuat. Di tariknya dagu Jongin, membuat namja itu mau tak mau mendongak dan melihat Jiyeon.

Beberapa saat Jiyeon diam. Ia meringis. Ini..Adalah kali pertama ia melihat Jongin seperti ini. Namja itu menangis. Namja yang selama ini ia kenal sebagai sosok yang kuat dan tegas. Dan sekarang, di depannya Jongin menangis. Ia terlihat begitu rapuh. Seperti kertas usang yang jika di remas dengan perlahan akan hancur melebur.

Jiyeon melepaskan tangan Jongin dan kini tangannya beralih. Menghapus jejak air mata di pipi Jongin dan mengecup kedua mata namja itu bergantian.

“Dengarkan aku kim jongin.” Jiyeon berkata pelan sambil menangkup wajah Jongin yang masih menatapnya lekat.

“Semua ini bukanlah kesalahanmu. Semua ini hanyalah takdir. Takdir yang sudah di atur oleh Tuhan, bahkan sebelum kita semua lahir ke dunia ini. Jadi aku mohon, aku mohon….Berhenti menyalahkan dirimu sendiri dan bersikaplah dengan semestinya. Jika kau terus seperti ini, justru akan membuat ummamu semakin merasa bersalah.”

Jongin menatap gadis di hadapannya tanpa ekspresi.

“Arraseo ?”

Tak ada jawaban. Jongin tetap bungkam. Namja itu diam. Jiyeon menghela nafas berat. Di tatapnya kedua mata jongin lekat. Ia memohon.

“Jebbal.” Ulang Jiyeon.

Jongin mengalihkan tatapannya kearah lain. namun sebelah tangannya bergerak dan menggenggam tangan Jiyeon. erat.

“Tetaplah disini. Di sampingku. Jangan pergi kemana pun.” Ujarnya tanpa menoleh sedikit pun.

Jiyeon tersenyum kecil. Balas menggenggam tangan jongin dengan tangannya yang lain dan mengangguk.

“Eum.”

***

Ruangan itu cukup hangat sebenarnya. Namun terasa amat dingin dan mencekam bagi Joonmyeon. Namja itu menatap seseorang yang berbaring di hadapannya dengan tatapan yang sulit di artikan. Ia hanya diam di sana. Sebuah kursi tepat di hadapan sebuah tempat tidur yang kini di gunakan oleh seseorang –Ummanya.

Handel pintu bergerak perlahan. Menimbulkan suara derit yang cukup membuat Joonmyeon menoleh kearah pintu masuk.

Soojung berdiri di sana. Menatap Joonmyeon sebentar lalu berjalan menghampiri namja itu. ikut duduk di samping Joonmyeon. Mengambil sesuatu dari kantong keresek dan menyerahkan sebotol coffe hangat kearah namja di sampingnya.

Joonmyeon mengambil botol coffe itu, membuka dan meneguknya beberapa kali. Soojung menatap namja di sampingnnya. Cukup lama. Tapi hal itu tak membuat Joonmyeon menoleh. Mata namja itu tetap terfokus ke depan. Matanya menatap orang di atas tempat itu penuh harap. Ia berharap. Sangat. Berharap jika ummanya cepat membuka mata dan tersenyum seperti sebelumnya.

Tanpa sadar joonmyeon meringis. Matanya terasa panas. Dan air matanya jatuh begitu saja.

Melihat itu Soojung ikut meringis. Rasanya ingin menangis. Tapi ia sadar, itu malah akan mengganggu. Jadi yang ia lakukan adalah bangkit dari tempat duduknya dan memilih untuk keluar saja.

Namun belum juga ia melangkah. Joonmyeon menahan lengannya. Soojung menoleh.

“Bisakah jangan pergi ? Ujar Joonmyeon

Soojung menatap mata yang memerah itu nanar.

“Tetaplah disini.” Kata joonmyeon lagi.

Soojung mengangguk kecil dan kembali duduk. Dan ia mendapati dirinya merasa hangat saat Joonmyeon memeluk tubuhnya cepat dan erat. Soojung hanya mampu tersenyum miris. Ia mengusap punggung namja itu pelan.

“Aku takut Soojung. Sangat takut.”

Soojung meringis. Ia semakin mengelus punggung itu cepat.

“Aku takut. Aku belum bisa membimbing Jongin saat ini. Aku masih butuh umma. Ottoke ? Ottoke soojung~aa ?” Ujar Jongin parau.

“Oppa…” Soojung meringis. Tanpa sadar ia menangis.

“Semua akan baik-baik saja oppa. Percayalah. Aunti Yoona pasti akan sembuh dan cepat sadar. Aku yakin. Jadi berhenti membayangkan hal seperti itu. eum..”

Joonmyeon semakin mengeratkan pelukannya dan mengangguk kecil.

“Aku tak tahu apa yang akan aku lakukan jika kamu tak disini Soojung. Gomawo.”

***

“Onnie…Jongin”

Shinyeong menatap Jiyeon heran. “ Jongin ? Ada apa dengan Jongin ?”

Jiyeon menjatuhkan ponselnya begitu saja dan berlari ke luar. Chanyeol menatap adiknya khawatir. Ia hendak menyusul jiyeon namun lengan Shinyeong menahannya.

“Biarkan dia menyelesaikan urusannya sendiri Chanyeol~aa. Dia sudah dewasa.”

Dan chanyeol hanya diam. Membiarkan Jiyeon berlari keluar.

Shinyeong berjalan menuju tempat duduk dan mengambil ponsel jiyeon. ia lalu menempelkan ponsel itu ketelingannya. Masih terdengar suara seseorang berbicara dari sebrang sana.

“Ya…Jiyeon~aa…Park Jiyeon kau masih disana ?”

“Yoboseo.”

“Yoboseo. Nuguseyeo ?”

“Park Shinyeong. Kalau boleh tau ada apa dengan kim jongin ?”

“Umma Jongin pingsan dia masuk masuk rumah sakit. Dokter bilang umma jongin mengalami kanker darah stadium tiga. Dan sampai sekarang belum siuman. Sejak tadi Jongin menghilang dan belum kembali. Aku takut sesuatu terjadi, jadi aku menghubungi Jiyeon.”

Shinyeong mengangguk paham.

“Arraseo. Gomawo. Jiyeon baru saja keluar dari rumah. Tapi jangan khawatir, ia pasti akan baik-baik saja.”

“Ne, gomawo onnie.”

.

.

“Kau sudah mendapatkan kabar tentang Jiyeon ?”

Shinyeong menggeleng pelan.

“Otthoke ? Aku takut terjadi sesuatu dengannya.” Ujar Chanyeol lagi.

Shinyeong menatap kekasihnya itu sambil tersenyum kecil.

“Tenanglah Park Chanyeol. Aku yakin dia akan baik-baik saja.”

Chanyeol menoleh cepat kearah shinyeong.

“Baik-baik saja ? Apa kau tak lihat tadi wajahnya yang pucat pasi ketika berlari keluar rumah ? Kau masih bisa berpikir jika dia akan baik-baik saja ?” Suara Chanyeol sedikit meninggi.

Shinyeong menatap Chanyeol lama. Sampai ia berucap.

“Aku iri. Jiyeon benar-benar beruntung mempunyai kakak seperti dirimu.” Ucapnya sambil tersenyum. Ia lalu berdiri dan berjalan kearah chanyeol. Di letakannya kedua lengan itu di bahu chanyeol.

“Chanyeol~aa, jika seandainya kau mendapatkan kabar jika aku lari dari rumah setelah tahu jika appa atau ummaku di nyatakan akan segela meninggal. Apa yang akan kau lakukan ? Apa hanya diam atau berlari dan mencariku ?” Tanya Shinyeong.

Chanyeol menatap kekasihnya itu tajam. “ Tentu saja aku akan berlari dan mencarimu. Untuk apa kau bertanya seperti itu ?” Ujar Chanyeol masih kesal. Namun tak lama ia menyadari sesuatu dan menoleh kearah shinyeong.

“Jangan bilang kalau Jiyeon ?”

Shinyeong mengangguk kecil.

“Ia berlari dengan wajah pucat seperti itu setelah mendapat kabar jika kekasihnya Kim Jongin menghilang dengan kondisi kacau setelah melihat ibunya sendiri koma dengan penyakit kanker darah stadium akhir. Apa itu salah ? Jika jiyeon begitu khawatir ?”

Chanyeol menunduk. “ Aku bahkan tak mengerti. Padahal aku kakaknya.”

Shinyeong menarik dagu namja itu pelan. “ Tidak karena kau kakaknya, kau akan mengerti dia dalam segala hal. Ada kalanya, kita tak mengerti dan membutuhkan penjelasan.”

Chanyeol tersenyum. Mengusap puncuk kepala kekasihnya itu.

“Jadi, biarkan dia berlari, biarkan dia menuju hatinya. Memberikan orang itu kekuatan, untuk bertahan. Dia bukan lagi anak kecil. Jiyeon sudah dewasa. Jadi mulai sekarang, biarkan dia memilih apa yang ia mau jika hal itu baik. Bukankah kau bilang jika ini adalah kali pertama ia jatuh cinta ?”

Chanyeol mengangguk. “ Arraseo shinyeong~aa. Aku janji tak akan mengatur-ngaturnya dan memperlakukannya seperti anak kecil lagi. gomawo. Aku senang kau disini.”

***

Dengan langkah ragu, jongin berjalan. Setiap langkah yang ia ambil terasa amat berat. Jarak yang ia tempuh serasa jauh, padahal tempat ia tadi berdiri dengan ranjang Yoona hanya berjarak satu meter. Namun seluruh tubuhnya serasa lumpuh membuat beban di kakinya semakin berat.

dan saat ia telah berdiri tepat di depan tempat tidur ummanya. Jongin terdiam. Ia tiba-tiba merasa beku. Tak mampu melakukan apapun. hanya menatap wajah yang terpejam dengan damai itu nanar. Menatap dada yang naik turun itu dengan perasaan sedikit lega. Setidaknya, umma-nya masih hidup. Walau ia tak lagi bisa mendengar suaranya. Tak lagi mampu melihat senyuman hangatnya. Tak lagi bisa mendapat tatapan teduhnya.

Sebelah tangannya terulur. Menggapai tangan kurus ummanya yang terpasang jarum infuse. Mengecupnya lama lalu menggenggamnya erat.

Hanya itu. yah. Hanya itu yang mampu Jongin lakukan. Ia tak bisa berkata walau hanya sekedar beberapa kata. Karena ia takut. Ia takut menjadi lemah. Ia takut matanya yang terasa panas dan sesuatu yang sejak tadi ia tahan jatuh. Ia tak mau Yoona menyadari. jika Ia menangis.

***

Tepukan lembut di bahunya membuat Jiyeon menoleh. Dan menemukan Joonmyeon yang berdiri disampingnya.

“Oppa..”

Joonmyeon tersenyum kecil. Lalu mengajak Jiyeon untuk duduk di kursi tunggu tepat di hadapan kamar Ummanya Joonmyeon di rawat.

“Soojung kemana ?” Tanya Jiyeon memulai.

“Pulang.” Jawabnya singkat.

Jiyeon menaikkan alisnya. “ Pulang ? Aneh, tadi dia yang bersihkeras tidak mau pulang.”

Joonmyeon tersenyum kecil. “ Aku yang memaksanya pulang.” Ujarnya.

Jiyeon mengangguk. Lalu beralih menatap Joonmyeon.

“Oppa..”

Joonmyeon menoleh. “ Kenapa ?”

“Kalau boleh aku tahu, Aunti Yoona kenapa bisa sampai seperti ini ?” Tanya Jiyeon hati-hati.

Joonmyeon tersenyum kecut, seperti mengulang kembali kejadian yang mengerikan itu. ia lalu mengalihkan pandangannya pada pintu di hadapannya.

“Umma jatuh lalu pingsan. Dan saat aku  membawanya kerumah sakit, dokter bilang ada pendarahan hebat di otaknya.” Pelan Joonmyeon.

Jiyeon meringis. Belum pernah ia melihat ekspresi seperti dihadapannya ini sebelumnya. Takut, putus asa, bingung, dan rasa bersalah kini bercampur dan tergambar jelas di wajah Joonmyeon.

“Aku yakin Aunti Yoona pasti akan baik-baik saja. aku yakin.” Ujar Jiyeon.

Joonmyeon mengangguk kecil. “ Yah, ku harap juga begitu.”

Dan jiyeon mendapat dirinya tak mampu berkata apa-apa lagi. lalu memilih untuk ikut diam dan menunggu. Menunggu keajaiban itu benar-benar datang.

***

Dan ternyata. Keajaiban itu sama sekali tak datang. Yang hadir hanyalah masalah yang semakin rumit.

Jongin menatap lelaki paruh baya di hadapnnya dengan tatapan benci dan seolah ingin menghajarnya habis-habisan. Dan begitu pun dengan Joonmyeon.

Sementara namja paruh baya yang ditatap seperti itu hanya tersenyum masam dan masuk begitu saja ke dalam ruangan Yoona.

“Siapa yang mengijinkanmu masuk ?” Ujar Jongin setengah marah.

Namja itu tak perduli, ia berjalan tanpa rasa bersalah. Berdiri di pinggir ranjang yoona, tepat di sebelah Joonmyeon yang juga memandang lelaki itu benci.

“Bisa kalian keluar sebentar. Aku harus memeriksa umma kalian.” Kata namja paruh baya itu –Yunho pelan.

Jongin mendecakan lidah. “ Kau siapa ? Berani menyuruh kami seenakmu.”

Yunho kembali tersenyum masam. “ Saya dokter. Bukankah seharusnya kalian tahu tanpa harus bertanya.”

Joonmyeon mengepalkan lengannya. “ Keluar dari sini ! Kami tak butuh dokter sepertimu !”

Tapi yunho sama sekali tak perduli dengan kalimat usiran joonmyeon barusan. Ia malah menggeleng kecil lalu mulai memeriksa vital sign Yoona. Dimulai dari denyut nadinya.

Jongin yang melihat itu geram bukan main. Ia lalu berjalan tergasa kea rah yunho dan dengan sekali gerakan menarik kerah kemeja yunho dan mendorongnya mundur. Joonmyeon berusaha menarik lengan jongin agar tidak terlalu berulah lebih jauh. namun terlambat karena kini sebuah tinjuan cukup keras mendarat di pipi yunho. Membuat namja itu terdorong kebelakang  sambil memegangi pipinya yang membiru.

“KELUAR ! Dasar ahjussi berengsek ! Aku tak perduli kau dokter atau bukan. Karena yang aku tahu kau hanya ahjusi tua yang membuat appa kami meninggal !!!” Hardik Jongin penuh amarah. Kedua matanya berkilat – kilat. Dengan tangan mengepal dan rahang mengatup kuat.

“Kau tahu apa anak kecil. Jangan sok tahu. !” Ujar yunho marah.

Dan saat jongin hendak meninju yunho lagi, joonmyeon sudah dulu menahan bahu adiknya dan menggeleng perlahan.

“Jangan habiskan tenagamu untuk orang sepertinya. Cukup !”

“Tapi hyung __

“Cukup. ! Dan kau, kami harap kau keluar !” Ujar joonmyeon sambil menatap yunho dengan tatapan kesal.

Yunho menggeleng kecil. “Jangan hanya menilai sesuatu dari apa yang kau lihat, tapi cari tahu dulu apa penyebabnya.” Yunho berujar sambil menatap Jongin dan Joonmyeon dengan tatapan kecewa. ia lalu berlalu dari sana.

Jongin menatap hyung-nya itu bingung. “ Dia bicara apa hyung ?”

Joonmyeon mengangkat bahu. “ Entahlah.” Pelannya sambil lalu. namun tak ayal, kalimat barusan ternyata cukup membuat joonmyeon penasaran.

“Hyung, apa yang dia barusan katakana ada hubungannya dengan umma ?” Tanya Jongin lagi.

Dan lagi, joonmyeon mengangkat bahu. Tidak mengerti.

***

“Kau baik-baik saja ?”

Jiyeon mengangguk kecil. Dengan gerakan malas ia mulai memasukan beberapa buku pelajaran ke dalam tas sekolahnya.

“Kapan akan selesainnya, jika kau memasukan satu buku saja butuh waktu 5 menit, belum untuk melamun sebentar dan menghela nafas.” Ledek Chanyeol sambil menatap adiknya itu bingung sekaligus khawatir.

Jiyeon mecuatkan bibirnya kesal. “ Oppa, boleh aku ijin sakit saja hari ini ?”

“ANDWE !” Teriak Chanyeol tiba-tiba.

Jiyeon semakin mencuatkan bibirnya kesal. Demi tuhan, ia benar-benar sangat khawatir dengan kondisi aunti yoona, joonmyeon dan jongin tentunya.

Chanyeol yang sejak tadi berdiri di ambang pintu berjalan mendekat dan duduk di pinggiran tempat tidur jiyeon, menghadap adiknya yang kini duduk di kursi depan meja belajar.

“Ada apa sebenarnya jiyeon ? Tak biasanya kau seperti ini.” Tanya chanyeol khawatir.

Jiyeon menghembuskan nafasnya berat.

“ Aku hanya khawatir oppa, khawatir dengan keadaan aunti hana, joonmyeon oppa dan jongin.” Katanya sambil menunduk. memainkan tali tasnya tak beraturan.

Chanyeol menatap adiknya nanar. “ Semuanya akan baik-baik saja. oppa yakin.”

Jiyeon menggeleng cepat. “ Oppa bukan Tuhan, jadi darimana oppa tahu jika semuanya akan baik-baik saja. “ Ujar jiyeon pelan.

Chanyeol diam.

“Oppa, dulu aku sangat percaya dengan kata ‘semuanya akan baik-baik saja’. tapi kini kalimat itu seperti kalimat biasa yang tak berarti apapun untukku.”

Chanyeol berdiri, menghampiri jiyeon dan berjongkok di hadapan adiknya itu.

“Jiyeon~aa, dengar. oppa tahu oppa bukan tuhan yang bisa melakukan apapun. tapi setidaknya kita harus yakin jika semuanya akan baik-baik saja. kalau pun dengan cara itu semuanya ternyata tidaklah baik-baik saja, kita harus menerimanya. Karena itu mungkin memang yang terbaik. Walau terkadang yang terbaik itu menyakitkan tak selalu menyenangkan.”

Jiyeon menatap kakak satu-satu itu dengan tatapan sayu. Dan mengangguk kecil.

Chanyeol tersenyum, bangkit berdiri lalu mengusap puncak kepala jiyeon pelan.

“Kajja, kau harus sekolah.”

Namun belum juga jiyeon berdiri, ia sudah lebih dulu menahan lengan chanyeol. Membuat chanyeol menoleh.

“Apa lagi kali ini, eoh ?” Tanya chanyeol sedikit kesal.

Jiyeon tersenyum. “ Kali ini saja oppa, aku janji ini yang terakhir. Ijinkan aku membolos, ne ?”

Chanyeol menghembuskan nafas. “ Jiyeon, jebbal. Jangan bertingkah seperti ini.”

Dan tanpa menyela atau beradu argument lebih lanjut. Jiyeon memilih bangkit dan berjalan tergesa mendahului chanyeol. Ia hanya tak mau membuat oppa-nya itu repot.

***

Suasana kelas pagi itu begitu riuh. Sejak dua jam yang lalu, kelas itu free teacher. Mendadak anak-anak menjadi bahagia bukan main dan mulai membuat keonaran di kelas. Di mulai dengan perkumpulan gossip di sudut kanan, yang berisikan gadis-gadis centil, ber-make up tebal dan rok 10 centi di atas lutut. Dilanjutkan dengan gerombolan namja keren –khusus di kelas itu tentunya, karena jika keluar dari kelas. Mereka tak lagi keren. Ck, payah. Dan yang terakhir adalah anak-anak tanpa perkumpulan yang hanya membuat bola-bola kertas yang selanjutnya di lempar sembarang ke berbagai arah. Tak ada kerjaan.

Dan diantara perkumpulan itu. jiyeon terduduk sendiri. Di tengah-tengah suara berisik dari berbagai arah. Ia menumpu dagu dengan sebelah lengannya. Hari ini soojung tidak masuk dan jieun pun tadi jam pertama ijin karena harus menjemput kakeknya yang baru pulang dari jepang di bandara.

Dan disanalah jiyeon. sendirian tak tahu harus melakukan apapun. tahu begini seharusnya tadi pagi ia lebih ngotot meminta Chanyeol agar mengijinkannya bolos. Kan setidaknya ia bisa menemani Jongin di rumah sakit. Seperti soojung yang juga menemani joonmyeon.

”Jiyeon~aa…”

Jiyeon mendoak cepat saat seseorang meneriaki namanya.

“Ada apa Shin ?”

Shin menggerakan bahunya kearah pintu kelas. Jiyeon mengikuti arah maksud Shin –teman sekelasnya. Dan ia menemukan seseorang yang cukup ia kenal tengah berdiri disana. jiyeon memperhatikan orang itu seksama. Apa benar ia yang di cari orang itu ? Tapi ada apa ?.

“Kau jiyeon ?” Tanya orang itu setengah berteriak. Maklum kelas jiyeon masih berisik.

Jiyeon mengangguk kecil. Orang itu menggerakan sebelah tangannya, menyuruh Jiyeon menghampirinya.

Dan tanpa menunggu intruksi kedua, jiyeon bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri orang itu. yang ia tahu kakak kelasnya. Seorang Nam Gyuri, ‘The most wanted’ in Chungdam high school.

“Kakak cari saya ?” Tanya jiyeon sopan.

Gyuri menatap jiyeon dari bawah sampai atas dengan tatapan meremehkan. Membuat jiyeon sedikit jengah.

“Kak, ma’af. Kakak cari saya ?” Ulang jiyeon lagi.

Gyuri berdehem pelan. Membenarkan letak poninya dan menyilangkan kedua tangan di depan dada. Lalu dengan gaya bak orang penting. Ia mengangguk.

“Jadi kau yang bernama Park Jiyeon ?”

“Iya. ada apa kakak mencari saya ?”

“Pulang sekolah kau ada acara ?” Tanya Gyuri tanpa mengindahkan pertanyaan Jiyeon. atau lebih tepatnya, tak perduli.

Jiyeon berpikir sebentar. Ia berniat langsung menemui Jongin sepulang sekolah.

“Tidak lama. Aku hanya ingin mendiskusikan sesuatu. Tak lebih dari lima menit. Bagaimana ?” Gyuri menaikan alisnya, seolah tahu apa yang tadi di pikirkan Jiyeon.

Jiyeon tersenyum simpul. “ Baiklah. Aku bisa. Tapi mendiskusikan apa kalau boleh tahu ?”

“Nanti. Pulang sekolah. Di belakang sekolah, dekat gudang. Kau akan tahu.” Ujarnya mantap dengan tatapan aneh.

Jiyeon mengangguk kecil. “ Baiklah.”

Gyuri tersenyum sinis. Dan seperti biasa. Dengan sikap sok orang pentingnya itu, ia melenggang pergi dengan anggunnya dari tempat itu. menyisakan Jiyeon yang di rasuki berjuta tanda Tanya besar.

***

Dan yah. Disinilah ia. Sesuai janji. Belakang sekolah. Dekat gudang. Tepat setelah bel berbunyi.

Jiyeon memainkan sepatu kets orange-nya kesal. Sudah 15 menit lebih ia menunggu, namun Gyuri belum juga terlihat. Dengan gusar, ia beberapa kali melihat jam yang melingkar di lengannya. Jika 3 menit lagi Gyuri tak datang ia bertekad untuk pergi dan memilih ke rumah sakit, menemani Jongin.

3 menit berlalu.

“Sebaiknya aku pulang saja.” Ujarnya mantap.

Namun belum juga satu langkah. Ada seseorang yang membekap mulutnya, menarik tubuhnya dengan keras, hingga ia bisa merasakan punggungnya yang mengenai dada seseorang di belakangnya. Jiyeon mencoba berontak, ia mengayunkan kedua tangannya, mencoba menggapai wajah seseorang di belakangnya, namun nihil. Karena kepalanya mulai pusing, pandangannya mulai berkunang. Ia mendadak lemas bukan main. Dan yang ia rasakan hanya ia terus di seret kebelakang dan terus kebelakang. Membuat seluruh tubuhnya sakit dan sendinya terasa mati rasa.

Sampai seluruhnya terasa benar-benar gelap dan ia tak merasakan apapun lagi.

***

“Ponselnya tidak aktif.” Soojung menggigit bibirnya cemas. Sejak tadi ia berusaha menelpon Jiyeon, tapi nomornya tidak aktif.

Jongin menghela nafas berat. “ Tapi sebelumnya nomornya aktifkan ?”

Soojung mengangguk mantap.

“15 Menit yang lalu nomornya masih aktif. Tapi setelah itu nomornya tidak aktif.”

Jongin menatap langit-langit kamar rawat ummanya dengan tatapan cemas. Joonmyeon beranjak dari tempat duduknya, menepuk bahu jongin lembut.

“Tenanglah, mungkin batrenya low.” Katanya menenagkan.

Jongin menatap kakakanya lesu. Lalu beralih menatap soojung mencoba mencari jawaban, tapi gadis itu hanya menunduk dan mengigit bibirnya. Cemas. Sama seperti Jongin. dan beralih menatap Yoona. Ummanya yang masih asik menutup matanya. Seolah mimpi di alam sana lebih menyenangkan dari pada menatap ia dan kakaknya.

“Aku keluar sebenatr hyung.” Ujarnya cepat dan tanpa menunggu persetujuan Joonmyeon. Ia sudah berlari keluar di ikuti dengan teriakan khawatir Joonmyeon.

“Oppa..” Soojung menggapai lengan Joonmyeon yang hendak mengejar jongin. joonmyeon menoleh kearah soojung dan gadis itu menggeleng pelan.

Joonmyeon menghembuskan nafas berat. Memilih menundukan diri di kursi dan menutupi wajahnya yang letih dengan kedua lengannya.

Soojung menepuk punggung itu pelan.

“Semua akan baik-baik saja. percayalah.”

Dan Joonmyeon. Walau ia tahu itu hanyalah untaian ‘Kalimat penenang’ yang seling ia dengar. tapi kali ini ia berharap lebih, sama seperti harapannya pada Tuhan tentang nasib ummanya. Jika semuanya memang akan baik-baik saja.

***

Matanya terasa perih. Begitu pun dengan seluruh tubuhnya yang terasa remuk. Jiyeon mencoba duduk, menarik tubuhnya agar bergerak dengan susah payah. Beberapa kali ia mengaduh, memegangi sikut dan lengannya yang terasa benar-benar sakit.

Ruangan itu pengap dan lembab. Beberapa kursi dan meja yang sudah keropos mengisi setiap sudut ruangan. Dan hanya dengan bantuan bias cahaya yang menebus jendela yang tertutup jiyeon bisa dengan jelas melihat seseorang yang tengah duduk santai tepat di depannya. Di temani dengan dua orang namja berperawakan besar di samping kiri dan tiga gadis yang jiyeon tahu kakak kelasnya.

“Kak Gyuri ?” Ucap jiyeon terbata. Tiba-tiba tenggorokannya terasa sakit. Ia terbatuk pelan dan tercekat, saat melihat ada noda darah di kedua tangannya.

Gyuri tertawa kecil. Ia lalu bangkit dari tempatnya dan berdiri tepat di depan jiyeon yang setengah terlentang.

“Aku kenapa kak ?” Tanya jiyeon belum paham.

“Kenapa tubuhku sakit semua kak. Apa kakak yang melakukan semua ini.”

Tak ada jawaban. Gyuri hanya tersenyum kecil.

“Salahku apa kak ?” Tanya jiyeon lemah.

Gyuri merendahkan tubuhnya. Hingga kini wajahnya bisa bertatapan langsung dengan kedua bola mata jiyeon yang berpedar menahan tangis. Gyuri tersenyum meledek, sebelah tangannya bergerak, meraih dagu jiyeon dan menariknya membuat jiyeon meringis.

“Sakit kak..” Ringisnya tertahan.

“Sakit ? Begini sakit ?”

Jiyeon mengangguk.

“Bagaimana bisa dia lebih memilih gadis menyedihkan sepertimu dari pada aku ?”

Jiyeon mengerjapkan matanya tak mengerti.

“Maksud kakak apa ?”

“Kau pikir dengan kau berpura-pura tak tahu akan menyelesaikan masalah, begitu ?” Hardik Gyuri tajam.

Jiyeon menggeleng kecil. “ Tapi aku benar-benar tak mengerti.”

Gyuri menyentakan dagu jiyeon kasir dan menarik tubuhnya kembali. Ia berdiri dengan tatapan meremehkan kearah Jiyeon yang masih terduduk memegangi dagunya yang terasa berdenyut.

“Kau seharusnya sudah tahu jika Kim Jongin hanya pantas untukku. Bukan dengan gadis buruk rupa sepertimu.” Ujarnya marah.

Jiyeon terperangah. Jadi, semua ini karena Jongin, Kim Jongin. jadi gossip yang beredar selama ini benar. jika Nam Gyuri benar-benar jatuh cinta pada Jongin. dulu ia menganggap gossip itu hanya angin lalu. tapi kini ia tahu, jika Gyuri memang benar-benar mencintai Jongin.

“Kenapa ? KENAPA DIA LEBIH MEMILIHMU DARIPADA AKU !!” Teriak Gyuri setengah frustasi. Ia menatap Jiyeon penuh benci. Matanya berkilat tajam. Membuat jiyeon memundurkan tubuhnya kebelakang.

“Padahal semua orang tahu, aku gadis tercantik di sekolah ini. Gadis yang paling pantas bersanding dengan Kim Jongin. sedangkan kau, kau siapa ? Hanya bocah ingusan yang barus masuk kemari dan sudah membuat ulah. Kau pikir KAU SIAPA EOH !” Hardik Gyuri lagi.

Jiyeon menunduk. “ Ma’af kak, tapi benar-benar tak tahu.”

Gyuri berdesis kesal. Ia lalu berjongkok di depan jiyeon dan menatap jiyeon tajam.

“Kau tahu jiyeon, aku mencintai Jongin sejak aku masuk sekolah ini. Aku mencoba segela cara untuk mendapat perhatiannya. Tapi kenapa, kenapa Tuhan tak adil. Membiarkan kau yang orang baru merebut Jongin dariku. Dariku yang tak pernah lelah untuk mengejarnya. KENAPA ? KENAPA TUHAN TAK ADIL !” Gyuri terduduk. Tubuhnya meluruh begitu saja, ia tertunduk. Air matanya menetes satu persatu, banyak dan semakin banyak. Bahunya bergetar. Ketiga teman gyuri yang sejak tadi melihat kejadian itu hanya menunduk. begitu pun dengan kedua namja berperawakan besar itu.

Jiyeon menatap kakak kelasnya itu nanar. Ia tak tahu. Benar-benar tak tahu, jika ada orang yang mencintai Jongin seperti Nam Gyuri. Jika saja ia tahu lebih awal. Mungkin ia akan memilih mundur. Tak apa.

“Kenapa ? Kenapa kau, Kenapa bukan aku ? “ Ucapnya serak. Ia lalu mendongak, mengusap air matanya kasar. Tangannya terulur kedepan, menunjuk tepat di hadapan wajah Jiyeon.

“Kau ! Kau gadis pembawa sial ! Seharusnya kau tak ada disini. Ani, seharusnya kau tak lahir kebumi. Kau menyebalkan. PEMBAWA SIAL ! BERENGSEK !” Hardik Gyuri penuh amarah. Ia lalu benagkit cepat. mendorong tubuh jiyeon hingga membentuk meja di belakangnnya.

Dengan gerakan cepat dan masih diliputi amarah. Gyuri berjalan keluar dari ruangan itu di ikuti tiga temannya dan dua namja bertubuh besar tadi.

“Kunci pintunya. Dan jangan biarkan dia kabur sampai besok pagi “ Perintah Gyuri dari luar.

“Baik Nona. “ Ujar namja itu patuh. Lalu ditutupnya pintu gudang itu dan di gemboknya.

Menyisakan Jiyeon. didalam sana yang terdiam. Terduduk. Membisu dan diam. Air matanya jatuh begitu saja. tanpa mampu ia tahan. Kepalanya berputar. Berdenyut. Cepat dan menyakitkan.

“Kau ! Kau gadis pembawa sial ! Seharusnya kau tak ada disini. Ani, seharusnya kau tak lahir kebumi. Kau menyebalkan. PEMBAWA SIAL !

Ucapan Gyuri beberapa menit yang lalu berhasil membuat segala pertahannya yang selama ini ia bangun kokok, hancur begitu saja. hanya dengan sekali sentakan, dan semuanya berserakan. Hancur. Berkeping.

Kalimat itu. dulu. Ayahnya, Hyerim onnie dan kini Nam Gyuri. Mengatakan kalimat yang sama. Kalimat yang membuatnya seakan ingin mati. apa ia memang tak diinginkan ? Mengapa ia selalu merasa jika apa yang ia perbuat selalu salah. Kenapa ia selalu merasa jika yang lakukan ternyata menyakiti orang lain.

Dan apa benar, jika ia hanyalah seorang Pembawa Sial, yang tak sepantasnya ada di dunia ini ?

Dan sore itu. jiyeon membiarkan semua potongan – potongan kenangan masa lalunya kembali berputar bagai kaset rusak di otaknya. Membuatnya kembali tak mengerti. Sebenarnya untuk apa ia dilahirkan ?

Bahunya bergetar. Ia tertunduk. Menangis. Membiarkan semuanya, kembali membelit tubuhnya. Hingga ia tak dapat lagi bangkit dan bergerak.

***

Kelas itu sudah sepi. Lorong itu sudah sepi. Lapangan itu sudah sepi. Sekolah itu sepi. Tak ada siapa pun. Kecuali ahjussi Han yang tadi membukankan pintu gerbang untuknya. Matahari sudah condong kearah barat, langit biru tergantikan jingga kemerahan. Burung-burung berterbangan beranjak pulang. sementara Jongin. ia masih terdiam disana. di tengah lapangan sekolah.

Jika melihat keadaan sekolah yang sepi seperti ini. Seharusnya ia tahu. Jika Jiyeon tak ada disini. Tapi hatinya berkata lain. di ikuti kakinya yang malah berganti haluan, tak lagi menuju tempat parkir tempat motornya terparki, melainkan taman belakang sekolah.

 

Jatungnya berdegup kencang. Demi Tuhan, ia belum pernah sekhawatir ini sebelumnya. Dalam hati ia mengulang kalimat yang sama.

‘Semoga firasatku salah.’ ‘Semoga firasatku salah.’

Kakinya terus melangkah ke arah taman belakang, kedua tangannya mengepal kuat. Di rogohnya kembali ponsel di saku celananya. Menekan nomor yang sama dan lagi. Tidak aktif. Ia membatin. Kembali mengulang kalimat yang sama, ‘ semoga firasatku salah.’

Namun semuanya semakin meyakinkan. Saat ia melihat dua orang namja berperwakan besar yang tak ia kenal tengah duduk di depan gudang sekolah sambil menghisap rokok dengan santai.

Jongin menelan ludahnya. Dalam hati ia masih membatin. Semoga kedua orang itu hanya orang iseng yang sedang duduk-duduk saja. tidak sedang menunggu seseorang di dalam sana yang mereka sekap. Semoga saja. jongin terus berdoa. Langkahnya semakin melambat.

Tapi mendadak. Suara-suara sangkalan yang coba ia buat. Jika ia berharap firasatnya salah. Jika ia berharap jiyeon mungkin sedang di kantor kakaknya. Atau jiyeon yang tengah mengerjakan tugas dikamarnya tiba-tiba semuanya lenyap. Menguap.

Saat matanya melihat sebuah gadget berwarna biru muda ditangan seorang namja di depannya. Mungkin Jongin akan bersikap biasa saja jika tak ada gantungan bintang di gadget biru muda itu. gantungan bintang yang hanya seseorang miliki. Jiyeon. dan ia yang memberikannya. Dan ia sudah sangat tahu jika gantungan itu hanya satu. Tidak berduplikat. Karena itu pesanannya khusus. Untuknya. Park Jiyeon.

Nafasnya memburu. Tanpa harus dikomando. Jongin berjalan cepat. suara kaki jongin yang cepat membuat kedua namja berperawakan besar itu tersadar akan kesadaran seseorang. Mereka lalu berdiri. Mengambil ancang-ancang siap menyerang saat melihat wajah tak bersahabat Jongin.

“Mau apa kau kemari ?” Tanya salah seorang namja berperawakan besar dengan baju hitam.

Jongin tersenyum mengejek.

“Seharusnya aku yang bertanya. Apa yang kalian berdua lakukan di sekolahku ?”

Si baju hitam melirik si baju abu-abu di sampingnya.

Si baju abu-abu pun menyeringai. “ Kami hanya alumni dari sini.”

“Alumni ? Oh ya ? Kenapa alumni datang justru pada saat semua penghuni sekolah tak ada ? Bukankah alumni seharusnya datang untuk bersilaturahmi kepada guru-guru ?”

Telak. kedua namja itu menatap Jongin jengah. Mereka sepertinya sudah lelah berbasa basi. Malas ber-conversation terlalu jauh dengan namja di hadapan mereka.

“Oke. Fine. Kami memang bukan alumni. Tapi siapa kami, itu juga bukan kewajiban kami untuk memberitahumu. Anak muda “ Kata si baju hitam.

Jongin tertawa. Ia lalu berjalan dua langkah. Semakin mendekat.

Kedua namja itu mengambil kuda-kuda. Siap menyerang.

Dan begitu pun jongin. ia sudah muak berbasa-basi dengan kedua cecunguk menjijikan di hadapannya itu. jadi yang ia lakukan ialah mulai meladeni keinginan kedua orang itu untuk berkelahi.

***

Jari-jemari lentik itu bergerak pelan. Ritme detakan jantungnya mulai stabil. Membuat bunyi di mesin EKG dekat ranjang itu terdengar berbeda.

Soojung yang merasa ada pergerakan pada genggaman tangannya mengerjapkan matanya yang terasa berat. Ia tak sengaja tertidur tadi.

Satu kali. Dua kali dan ketika ketiga kalinya ia mengerjap. Soojung membulatkan matanya. Menutup mulutnya. Dan tanpa  berkata ataupun berteriak histeris. Air mata jatuh. Ia berlari dari tempat duduknya. Berlari keluar. Membuka pintu ruang rawat itu.

“Ada apa ?”

Soojung tersenyum. Tak mngindahkan tatapan heran Joonmyeon padanya.

“Kenapa keluar ? Dan kenapa kau menangis ?”

Joonmyeon bangkit. Menghapus jejak air mata di pipi soojung. Gadis manis itu menggeleng kecil. Menghentikan gerakan tangan Joonmyeon dipipinya. Di genggamnya lengan Joonmyeon.

“Aunti Yoona. Dia sadar.”

***

Suara benturan. Pukulan. Teriakan. Ringisan. Sampai suara sesuatu yang terbanting itu membuat kedua matanya Jiyeon mengerjap pelan. Dengan kekuatannya yang masih tersisa ia kembali mencoba bangkit. Menyeret tubuhnya yang serasa remuk itu sekuat tenaga.

“Akh.”

Ia meringis, saat tak sengaja tertusuk paku kecil yang berserakan dilantai hingga melukai betisnya.

Dengan seperempat kekuatannya yang masih tersisa, jiyeon kembali menyeret tubuhnya untuk lebih cepat bergerak menuju pintu.

Suara bedebum yang keras membuat Jiyeon diam. Ia kembali mundur kebelakang. Tertunduk. Tubuhnya mengigil.

Dan saat pintu itu di dobrak dengan cukup keras. membuat engsel pintu itu putus begitu saja.

Jiyeon mendongak. Mencoba mengenali siapa yang berdiri di depan pintu. Bayangan orang itu terlihat samar, karena cahaya mentari hanya menyorot punggung namja itu. hingga Jiyeon kesulitan melihat wajahnya.

namun ia tak perduli siapa itu. ia hanya takut orang itu orang jahat.

“Jebal. Jangan lakukan apapun padaku. Jebbal. !” Isaknya tertahan. Ia menunduk.

Membuat seseorang yang berdiri disana meringis. Hatinya terluka. Melihat keadaan Jiyeon yang seperti ini. Demi Tuhan ia benar-benar menyalahkan dirinya sendiri. Kedua tangannya mengepal kuat.

“Jiyeon~aa…”

Jiyeon mendongak. Suara itu. ia kenal suara itu.

Bayangan itu semakin mendekat. Semakin jelas. Membentuk sesosok tubuh yang amat ia kenal. Dan saat sosok itu tepat di hadapannya jiyeon tak kuasa untk menangis. Sampai sepasang lengan kokoh yang hangat menyelubungi. Dan menarik tubuhnya kedalam dekapan hangat yang menenangkan.

Jiyeon terisak. Tak mampu mengatakan apapun. cukup. Hanya dengan pelukan ini saja ia benar-benar merasa cukup.

Dan jongin. ia pun tak mampu mengatakan apapun. karena ia tengah susah payah menahan air matanya untuk jatuh. Demi Tuhan, ia bersumpah akan membalas orang yang membuat Jiyeon seperti ini.

Kedua tangannya semakin menarik tubuh jiyeon ke dalam dekapannya. Ia tak kuasa. Hatinya terluka. Mengapa ia datang dalam waktu tak tepat ? Mengapa ia harus terlambat ? Dan menyaksikan tubuh orang yang ia sayangi terluka seperti sekarang.

Mengapa lagi-lagi ia melakukan kesalahan ?

Dan mereka hanya diam. Hanya berpelukan. Karena sesungguhnya diam itu membicarakan banyak hal dan pelukan itu menjawab semua hal itu.

 

TO BE CONTINUED


Gara-gara BaekYeol

$
0
0

pizap.com13634082225151

Title                       : Gara-gara BaekYeol

Author                  : Yellowow

Cast                       : Member EXO K

Genre                   : Comedy

Length                  : Ficlet

Ratting                  : G

A/N                        : Annyeoong readers,aku adalah author baru disini dan FF ini sebenarnya aku buat daftar di blog(?) ini tpi karena aku masih belum punya FF yang lain jadi aku share FFku yang ini dech XD…  Dari pada banyak ngomong langsung ke ceritanya aja dech……….

Happy Reading ^^

Normal Pov

“Byun Baekhyun bangun!!”  teriak sang leader sambil mengguncang-guncang guncang gundukan yang berada di ranjang Baekhyun yang diyakini tubuh Baekhyun

“Kyungsoo, bantu aku membangunkan BaekYeol!” teriak sang leader lagi yaitu Suho

“Ne hyung” teriak Kyungsoo sambil berlari ke kamar BaekYeol

“Aku ikut” teriak Sehun sambil berlari mengikuti Kyungsoo

“Aku juga” teriak Kai sambil berlari dan membawa bantal

“Hyung, bangun!” teriak Kai dan Sehun bersamaan

“Kalian sedang membangunan siapa?”tanya seseoarng sambil mengucek(?) matanya

“Bacon!!” ucap Suho, D.O, Kai dan Sehun bersamaan

“Kalau kau Baekhyun ini siapa?” tanya Suho sambil menunjuk gundukan yang berada di ranjang Baekhyun

“Lihat saja sendiri” ucap Baekhyun datar

“Baiklah aku buka” ucap sang leader sambil membuka selimut yang berada di ranjang Baekhyun

“Baekhyun hyung ada dua” teriak Sehun histeris

“Ba…… Baekhyun… a..ada…du…dua” ucap Suho gagap

“Huaaaa… hyung aku takut” teriak Kai sambil memeluk Kyungsoo

“Aku juga taku” ucap Suho sambil berjalan mundur

“Kabuur” teriak Sehun sambil berlari ke arah pintu dan sayangnya pintu tersebut terkunci

“Hyung… Pintunya terkunci” ucap Sehun histeris

“Aku tidak mau mati” ucap Kai histeris

“Aku juga” ucap D.O sambil memeluk sang leader

“Hahahahaha…… Kalian seua ketakutan…. Hahahaha” ucap seseoarng yang tidur diranjang Baekhyun

“Chanyeol!!” ucap Suho bingung

“Chanyeol, kita berhasil” ucap Baekhyun girang sambil membuka pintu kamarnya

“Rambut kalian kembar” ucap Suho sambil menunjuk rambut Chanyeol dan Baekhyun bergantian

“Hahaha… Kemarin Chanyeol ke salon dan mengganti gaya rambutnya” ucap Baekhyun sambil tertawa

“Lalu yang disana siapa?” tanya Kyungsoo sambil menunjuk gundukan yang berada di ranjang Chanyeol

“Buka saja sendiri…kekeke” ucap chanyeol yang tidak henti-hentinya tertawa

“Hyung… Kau saja yang buka” ucap Sehun sambil mendorong sang leader

“Aku tidak mau” ucap Suho

“Baiklah aku yang membuka” ucap Baekhyun sambil membuka seimut yang berada di ranjang Chanyeol

“Hanya guling” lanjut Bakhyun

“BaekYeol, kalian menyebalkan!” teriak sang leader yaitu Suho

“Hahahahaha” tawa BaekYeol sambil berlari keluar kamar

                                                                                                END

Hehehe, mianhe FFnya pendek ne, mungkin hari Jum’at depan aku ngepost FF terbaruku yang agak panjang… Dan jangan lupa RCLnya :D


Real Love : Chapter 1

$
0
0

RL_Cover

Title : Real Love

Author : Nurzaita (@AiYmm257_)

Genre : Romance

Length : Chaptered / Series Fic

Rate : PG-15

Main Cast :

- Oh Sehun – EXO-K

- Xi Luhan – EXO-M

- Park Hyerin (OC)

Other Cast :

- Lee Naeun (OC)

- Park Chanyeol – EXO-K

- Wu Fan – EXO-M

Desclaimer : Pernah di post di BLOG INI dan EXOFF

***

Normal POV

Siang ini sepertinya hujan akan turun. Hyerin mendonggakkan kepala dan menatap kearah langit yang semakin gelap. Detik berikutnya, ribuan rintik-rintik hujan mulai mengguyur Seoul dengan deras dan membuat titik air merembes di kaca besar cafe tersebut. Yeoja bernama Hyerin itu menggigit bibir bawahnya, tubuh mungilnya mulai menggigil karena rasa dingin menusuk permukaan kulitnya. Sebelah tangannya mengaduk-aduk coffee lattenya, menimbulkan gumpalan uap dari dalam nimumannya masih panas. Ia mulai menyesap coffee lattenya, berharap dengan cara itu rasa dingin yang terus-menerus menusuk permukaan kulitnya sedikit berkurang.

Hyerin sedikit tersentak begitu seseorang memakaikan jaket pada tubuhnya. Kepalanya menoleh cepat kearah orang yang kini bediri dibelakangnya. Hyerin menatap orang itu tepat dimatanya. Pada saat itulah mata mereka bertemu. Mata indah milik orang itu menguncinya, membuatnya tidak bisa mengalihkan pandangan hanya untuk satu detik saja. Ia nampak sangat menikmati pandangan dari orang itu yang diberikan kepadanya. Tapi ia mendapati sebuah keganjalan disana, dari matanya. Ia mencoba mencari tahu apa yang membuat perasaannya sedikit mengganjal, tapi ia tidak menemukannya.

Keheningan yang terasa damai itu masih tercipta antara kedua orang yang masih saling berpandangan. Entah di siapa yang memulainya tangan mereka sudah saling menggenggam. Keduanya saling mengaitkan jari-jarinya.

“Lain kali jangan sampai lupa membawa jaket lagi. Aku tidak mau melimatmu mati kedinginan, arasseo?” orang itu tersenyum lalu sebelah tangannya mengusap puncak kepala Hyerin pelan.

Senyuman orang itu membuat Hyerin mau tidak mau ikut tersenyum. Rasa kecewa menyerangnya ketika orang itu kembali ketempat duduknya. Yeah, duduk dihadapannya. Sentuhan lembut pada puncak kepalanya dari orang itu sukses membuat benda hidup didada Hyerin bekerja diluar kontrol. Tiba-tiba perasaan aneh itu muncul. Perasaan yang mengatakan bahwa ada sesuatu yang tidak diinginkan akan terjadi. Hyerin menggelengkan kepalanya pelan, mencoba membuang pikiran itu jauh-jauh tetapi perasaan aneh itu semakin menuntut membuat dirinya menjadi sedikit gelisah.

“Hyerin-ah, gwenchana?”

Hyerin menaikkan sebelah alisnya dan menatap orang didepannya itu. “Hmm?” tanyanya tidak mengerti. Tangannya bergerak untuk merapatkan jaket orang itu yang sedang ia kenakan.

“Kau terlihat sedang tidak baik. Kau sakit?”

Hyerin menggelengkan kepalanya pelan. “Nan gwenchana, oppa. Tidak usah mengawatiriku.”

Orang yang dipanggil ‘Oppa’ oleh Hyerin bernama Sehun. Oh Sehun. Statusnya sekarang sebagai namjachingu Hyerin dan besok merupakan hari dimana hubungan mereka sudah berjalan selama dua tahun. Dua tahun itu bukanlah waktu yang sebentar, seiring berjalannya waktu keduanya pun semakin saling mencintai dan menyayangi.

“Oppa, kau bilang tadi ingin mengatakan sesuatu padaku. Jadi cepat katakan sekarang. Kalau kau tidak segera mengatakannya bisa-bisa aku mati kedinginan disini. Aku ingin cepat-cepat pulang.”

“Geurae, mari kuantar pulang sekarang!” kata Sehun beranjak dari tempat duduknya, ia baru saja akan meraih tangan Hyerin dan mengantarkannya pulang ketika gerakannya ditahan oleh tangan mungil Hyerin. Sehun menolehkan kepalanya menatap Hyerin. Bingung. “Waeyo?”

Hyerin menggelengkan kepalanya. “Kau harus mengatakannya dulu padaku apa yang ingin kau bicarakan, oppa.” jawab Hyerin. Ia menyuruh Sehun duduk ketempatnya semula.

Sehun tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti apa yang Hyerin inginkan. Sehun kembali ketempatnya dan menatap Hyerin intens. Hyerin, yeoja yang berhasil merebut hatinya. Yeoja bertubuh mungil dan berwajah polos. Tidak terlalu cantik tapi sangat manis dan menggemaskan, itulah yang membuat Sehun tidak pernah bosan menatap yeojanya. Kali ini Sehun memalingkan wajahnya dari mata Hyerin yang membuatnya selalu merasa bersalah terhadap niatnya yang sudah ia rencanakan seminggu terakhir. Ia menatap langit. Hujan masih tidak bosan mengguyur bumi. Bahkan rintik-rintik airnyapun semakin deras.

Keheningan kembali tercipta diantara kedua orang yang tengah sibuk dengan pikiran masing-masing. Tidak ada satupun dari mereka yang berniat untuk memulai pembicaraan. Hyerin, dia masih menunggu Sehun menjawab pertanyaannya sambil menebak-nebak apa yang ingin Sehun katakan padanya sementara Sehun sendiri sibuk dengan pikirannya, entah apa itu tapi hal itu sukses membuatnya gelisah.

“Oppa.” Hyerin memecahkan keheningan yang tercipta dari keduanya. Ia menatap Sehun dalam. Ia dapat melihat jelas kegelisahan yang terpancar dari raut wajahnya yang tampan. Baru saja ia akan bertanya, namja itu sudah mendahuluinya.

“Hyerin-ah.” sehun mendesah memanggil nama yeojanya. Tanpa sadar, tangannya mulai mengepal kuat dibalik saku celana jeansnya. Lagi-lagi ia mendesah. “Mianhaeyo.” lanjutnya lirih. Sebelah tangannya yang lain meraih tangan Hyerin dan meremas tangan mungil yeoja itu yang sangat dingin. Begitu kuat seakan-akan ia tidak mau kehilangannya.

Hyerin diam saja. Mianhaeyo? Untuk apa? Hatinya bergetar dan lagi-lagi ia mendapati sebuah keganjalan dari diri Sehun. Pikirannya sudah melayang kemana-mana, berbagai firasat muncul dalam benaknya. Ia balas meremas tangan Sehun dan menunggu namja itu kembali melanjutkan perkataanya. Anehnya, kenapa hatinya mendadak menjadi sesak?

Sehun menarik napas panjang. Ia kembali menatap mata Hyerin lembut. “Mari kita berpisah.” ujarnya pelan, sangat pelan bahkan nyaris terdengar seperti sebuah bisikan yang mungkin hanya dirinya saja yang dapat mendengar. Lalu ia memalingkan wajahnya menatap hujan yang masih tidak bosan menyapa bumi.

Hyerin terkejut. Ia dapat mendengar suara Sehun yang meminta padanya untuk berpisah. Walaupun pelan ia dapat mendengarnya. Hatinya mencelos. Secepat inikah? Ia juga merasa genggaman Sehun ditangannya perlahan-lahan mulai melonggar. Untuk kesekian kalinya keheningan kembali tercipta, hanya terdengar suara hujan yang semakin deras mengguyur bumi dan beberapa orang lain yang mengunjungi cafe ini. Tiba-tiba Hyerin merasa hatinya semakin bergetar dan sesak. Susah  payah ia menahan air matanya agar tidak tumpah. Ia berharap semoga ia salah dengar.

“Mari kita berpisah.” Sehun mengulangi perkataannya. Kali ini namja itu menatap mata Hyerin. Tepat pada saat itu ia melihat mata yeoja itu mulai berkaca-kaca.

Hyerin masih diam. Pandangannya terasa memudar akibat matanya yang mulai berkaca-kaca. Jangan ditanya lagi, detik selanjutnya air matanya pun mulai tumpah membasahi kedua pipinya. Hyerin berusaha mencari kebohongan dari mata Sehun tetapi ia sama sekali tidak menemukannya. Hatinya semakin sesak. Udara disekeliling Hyerin terasa lebih berat.

“Joesonghamnida, Hyerin-ssi. Mari kuantar kau pulang.” Sehun melepaskan tangannya dari tangan Hyerin lalu beranjak dari tempat duduknya.

Hyerin kembali menahan Sehun. “Chakkaman, oppa.” tahannya dengan suara bergetar. Hatinya semakin sesak begitu mendengar Sehun berbicara bahasa formal padanya. Sebegitu cepatnyakah namja itu meminta pisah lalu menganggapnya sebagai orang asing? Air matanya semakin deras mengalir. “Apa yang membuatmu ingin kita mengakhiri hubungan ini?”

Sehun menundukkan kepalanya. Namja itu tidak berniat untuk mengatakan alasan meninggalkan yeoja itu. Ia tahu, alasannya akan membuat yeoja itu semakin sakit mendengarnya.

“Oppa.” panggil Hyerin lirih. Suaranya masih bergetar.

“Ayo, kuantarkan pulang.” Sehun sama sekali tidak menanggapi yeoja itu. Ia menarik lengan yeoja itu sedikit lebih kasar dan membawanya menuju mobil. Ia akan mengantarkan yeoja itu sebagai salam perpisahannya. Kini, semua kisah yang ia lalui bersama yeoja itu selama dua tahun sudah menjadi kenangan untuknya. Kenangan masa lalu termanis dalam hidupnya.

***

“Kris, apa kau pernah jatuh cinta?”

Kris memutar kepalanya cepat kearah seorang namja yang bertanya dengannya. Xi Luhan. Sahabat baiknya sejak kecil. Sebelah alisnya terangkat begitu mendengar perkataan Luhan yang menurutnya sedikit… Aneh? “Waeyo?”

Luhan melirik Kris dengan malas. “Sudah, jawab saja pertanyaanku!” kata Luhan gemas.

Kris menautkan kedua alisnya dan mencoba berpikir. Beberapa saat kemudian ia berseru dan tertawa. “Tentu saja pernah. Memangnya kenapa?”

Luhan menggelengkan kepalanya. “Aniyo, hanya ingin bertanya saja.” jawab Luhan. Matanya kembali melirik kearah Kris. “Lalu, apa yang kau rasakan ketika sedang jatuh cinta? Apakah hatimu berbunga-bunga lalu melakukan sesuatu yang sangat romantis pada yeoja itu dan mengungkapkan perasaanmu seperti yang diceritakan disetiap drama-drama?” lanjut Luhan kembali bertanya.

Kris kembali menaikkan sebelah alisnya. “Ani. Aku hanya merasa senang ketika berada didekatnya.” jawab Kris. “Waeyo, Luhan? Kau sedang  jatuh cinta?” goda Kris.

“Ani. Ani. Apa-apaan kau ini! Enak saja! Aku bukan namja yang mudah jatuh cinta pada yeoja. Yeoja di Korea terlalu biasa bagiku! Tidak ada satupun yang bisa menarik perhatianku.” Luhan menjawab pertanyaan Kris dengan buru-buru membuat Kris sedikit tertawa karena perkataannya.

“Ah, yang benar?” goda Kris.

Luhan menjitak kepala Kris cukup keras. “Berhentilah menggodaku seperti itu!”

“Jangan-jangan kau gay? Kau tadi mengatakan tidak tertarik dengan yeoja. Wah, jangan-jangan kau menyukaiku.” Kris semakin bersemangat menggoda Luhan.

Lagi-lagi Luhan menjitak kepala Kris. “Diam kau, Kris!”

“Kasian sekali yeoja yang kausukai. Aku jadi penasaran seperti apa yeoja yang tidak beruntung itu.”

“Ya!”

Kris tertawa puas.

***

Sehun POV

Hujan terus-menerus mengguyur Seoul tanpa henti. Nampaknya rintik-rintik hujan masih tidak mau berhenti menyapa bumi.  Kulajukan mobilku dengan kecepatan sedang menuju rumahnya. Kerumah yeojaku, ani, maksudku mantan yeojachinguku. Aku menarik napas dalam, aku sendiri tidak percaya dengan apa yang kuperbuat barusan. Mengakhiri semuanya? Gila! Ya, aku memang gila telah meminta padanya untuk menyudahi hubungan yang sudah kujalankan dengannya selama duatahun. Jebal, maafkan aku Hyerin.

Kulirik sekilas Hyerin yang menatap keluar jendela. Ia tidak menatapku seperti biasanya, tidak tersenyum padaku seperti biasanya dan tidak berbicara padaku dengan suaranya yang lembut seperti biasanya. Aku tahu itu. Semuanya karenaku. Karena akulah ia tidak bersikap seperti biasanya. Bahkan sejak tadi, kurasa ia sama sekali tidak memperlihatkan senyuman manisnya padaku. Hanya mata yang memancarkan kesedihan yang dapat kunikmati darinya. Sungguh, jangan bersikap seperti itu dihadapanku Hyerin! Itu semakin membuatku merasa bersalah padamu.

Dia tidak berbicara lagi padaku sejak aku mengajaknya untuk pulang. Lebih tepatnya ketika aku mengajak yeoja itu untuk kuantarkan pulang. Dia diam. Aku tahu ia kecewa padaku, ia sakit hati atas perlakuanku. Aku tahu itu. Sungguh, aku benar-benar tahu. Hyerin, kumohon bicaralah. Jangan menyiksaku seperti ini. Jangan membuatku terlalu merasa bersalah padamu. Aku melakukan semua ini agar kau tidak terlalu sakit nantinya.

Sekarang, mengapa aku serasa bersama orang asing? Mungkinkah karena sikap Hyerin yang berbeda? Dia mendiamkanku. Mungkinkah dia sudah membenciku? Jadi, secepat itu dia membenciku? Aku tahu dan aku pantas dibenci olehnya. Aku bukanlah namja yang pantas untuknya.  Aku hanyalah namja yang selalu membuatnya menangis. Sebelum aku berpisah dengannya pun, aku sering membuatnya menangis. Aku benar-benar jahat bukan?

Tiba-tiba ponselku berbunyi. Kurogoh dengan cepat saku celana jeansku dan aku membaca nama yang tertera dilayar ponselku. Perasaan bersalah pada Hyerin yang terus menyelimutiku mendadak menghilang begitu membaca nama seseorang disana. Satu pesan singkat dari seseorang. Seseorang yang akhir-akhir menyita perhatianku dan parahnya aku melukai Hyerin secara diam-diam. Salah satu alasan mengapa aku meninggalkan Hyerin karena orang itu. Lee Naeun.

Chagi, eodie isseoyo? Kau sibuk? Tadi aku keapartemenmu tapi sepertinya kau sedang tidak disana.

Aku tersenyum membaca pesan singkat darinya. Konsentrasiku terpecah menjadi dua, antara fokus menyetir mobilku dan membalas pesan dari Naeun sambil memikirkan yeoja itu.

Lee Naeun. Dia yeoja yang sangat cantik. Bahkan lebih cantik dari Hyerin. Badannya ramping, seksi dan tinggi. Memiliki suara lembut, mata coklat yang indah dan penampilannya sangat anggun. Umurnya setahun lebih muda dariku. Berbeda dengan Hyerin. Yah, Hyerin memang cantik, manis dan tubuhnya ramping. Tetapi Hyerin tidak tinggi, tidak anggun, tidak seksi sama sekali. Dan bagiku, Naeunlah sosok yeoja sempurna dimataku.

Mianhae, chagi. Aku sedang dirumah teman. Nanti malam aku keapartemenmu.

Aku dan Naeun sebenarnya sudah menjalin hubungan selama tiga minggu. Tentu saja saat itu aku masih mempunyai hubungan dengan Hyerin dan Hyerin tidak tahu apa-apa mengenai perselingkuhanku dengan Naeun. Jahat? Memang. Aku mengakuinya. Aku mengaku kalau aku jahat. Namun aku sudah memantapkan hatiku sejak seminggu terakhir untuk meminta pada Hyerin mengakhiri semuanya. Aku ingin berbuhungan serius dengan Naeun. Yeoja yang dengan mudahnya membuatku jatuh hati pada pandangan pertama. Ya, itulah alasannya. Aku mencintai Naeun dan aku tidak mau menyakiti Hyerin lebih lama. Aku tidak mau membuat Hyerin semakin terluka jika ia mengetahui hubunganku dengan Naeun. Hyerin terlalu baik untuk kusakiti. Ia terlalu polos. Aku takut melukainya yah walaupun sekarang aku sudah melukainya.

Ponselku kembali bergetar. Aku langsung tahu siapa pengirimnya. Ya, siapa lagi kalau bukan Naeun.

Oke, kutunggu chagi

Aku baru akan membalas pesannya ketika aku mendengar Hyerin terisak. Hatiku mencelos begitu mendengar isak tangisnya. Ya! Apa yang kau lakukan, Sehun?! Kenapa kau begitu bodoh?! Kenapa membuat Hyerin menangis?!

Entah kenapa tiba-tiba aku menghentikan mobilku ditepi jalan. Kutolehkan kepalaku kearah Hyerin. Yeoja itu masih memandang keluar jendela. Yeoja itu masih tidak mau menunjukkan wajahnya padaku. Aku tahu dia menangis sejak tadi. Tapi kenapa aku baru menyadarinya sekarang? Sebegitu sakitnyakah hatinya ketika aku meminta untuk mengakhiri semuanya? Sesakit apa, Hyerin-ah? Katakan padaku! Lampiaskan semua kekesalanmu padaku? Pukul aku!

“Hyerin-ssi.”

Suaraku terdengar berat mengucapkan namanya. Kalau boleh jujur, sebenarnya aku masih mencintai Hyerin. Sangat-sangat-sangat mencintai yeoja itu. Hanya saja…

“Hyerin-ssi.”

Suaraku semakin memberat begitu memanggil namanya. Yeoja itu masih tidak menoleh kearahku ketika aku memanggil namanya, panggilanku diabaikan olehnya. Demi Tuhan, jangan bersikap seperti itu Hyerin, aku semakin merasa bersalah padamu.

Beberapa saat aku diam. Membiarkannya sibuk dengan tangisnya. Tanganku mengepal kuat, hatiku mendadak sesak. Rasanya sakit melihat yeoja yang kusayangi dan kucintai menangis seperti itu. Itu pertama kalinya aku melihat Hyerin menangis cukup lama. Ia menangis dan mengabaikan keberadaanku. Sakit rasanya. Apakah yang Hyerin rasakan seperti yang kurasakan sekarang? Tidak! Aku yakin Hyerin jauh merasa lebih sakit.

“Joesonghamnida, Hyerin-ssi.”

Kuraih tangannya dan kugenggam tangannya. Kuremas tangannya cukup kuat tetapi ia menarik tangannya tanpa menoleh kearahku. Aku tertegun karena perlakuannya kali ini. Ini pertama kalinya Hyerin menolak perbuatanku.

Kuraih tangannya kembali dan kuremas lebih kuat dari yang sebelumnya. Hyerin ingin menarik tangannya lagi tapi aku menahan gerakannya. “Jebal, jangan seperti ini, Hyerin-ssi.” ujarku lirih.

Secara perlahan-lahan Hyerin mulai menolehkan kepalanya padaku dan aku dikejutkan olehnya begitu melihat matanya. Merah dan mulai bengkak. Hatiku kembali mencelos melihat keadaannya yang sekarang terlihat sangat kacau. Matanya menatapku. Pandangan kami bertemu. Ingin sekali rasanya aku memeluknya lalu menenangkannya tapi aku tidak bisa. Jika aku melakukan semuannya akan membuatku semakin merasa bersalah. Lagipula sekarang, aku bukan siapa-siapanya lagi jadi aku tidak mempunyai hak sama sekali.

“Oppa…” Hyerin memanggilku. Suaranya bergetar hebat.

Aku kembali tertegun. Yeoja itu masih menanggapku. Berbeda denganku yang menganggapnya sebagai orang asing. Ani, aku masih menganggapnya. Hanya saja, aku melakukan semua itu agar aku bisa melepaskannya dengan mudah.

“Kajima, jebal.” pintanya.

“Kumohon jangan seperti ini, Hyerin-ssi. Aku yakin kau bisa tanpaku. Diluar sana masih banyak namja yang mencintaimu lebih dari cintaku padamu. Percayalah. Aku bukan namja yang pantas untukmu.” kuusap puncak kepalanya lembut.

Hyerin semakin terisak. “Kajima, oppa.” pintanya kembali.

Aku hanya diam lalu kualihkan pandanganku dari matanya. Aku tidak bisa memenuhi permintaannya karena aku tidak mau menyakiti perasaannya lebih dalam. Entah harus dengan cara apa agar aku menenangkan perasaannya, menghentikan tangisnya dan menghapus namaku dari hatinya. Mianhae, Hyerin-ah, jeongmal mianhae.

Hujan diluar sana masih deras. Kueratkan genggaman tanganku pada tangannya yang semakin dingin. Kini, aku kembali mendengar isak tangisnya dan ketika aku menoleh kearahnya ternyata dugaanku benar. Dia menangis. Hyerin menangis sambil memejamkan matanya. Wajahnya memucat. Ya Tuhan, aku telah melukainya. Hukum aku sekarang  juga! Aku pantas mendapatkan hukuman itu!

“Uljima.” kataku padanya.

Kuraih tengkuk Hyerin dan perlahan-lahan kudekatkan wajahnya pada wajahku. Semakin dekat hingga kini bibirku menempel pada bibirnya. Kulumat lembut bibirnya yang bergetar. Ini mungkin ciuman terakhirku dengan Hyerin. Ciuman perpisahan kami. Aku dapat merasakan airmata Hyerin menyentuh permukaan kulit pipiku disela-sela ciuman kami. Semakin kuperdalam ciumanku padanya dan aku akan menghentikan semuanya jika ia berhenti menangis. Mianhae, Hyerin-ah, aku sama sekali tidak keberatan jika kau membenciku. Bencilah aku. Aku pantas mendapatkannya darimu.

***

Normal POV

Tigahari berlalu semenjak kejadian itu dan selama tiga hari itu juga Hyerin mengurung diri dikamar. Kakak laki-lakinya yang bernama Park Chanyeol tidak ada henti-hentinya mengkhawatirkan yeodongsaengnya itu yang selama tiga hari itu tidak mau keluar kamar. Tidak makan, tidak minum, tidak berbicara dengannya. Berkali-kali Chanyeol menghubungi teman-teman yang kenal baik dengan Hyerin untuk menanyakan apa yang terjadi pada yeodongsaengnya itu. Tetapi jawabannya selalu sama. Tidak tahu.

“Hyerin-ah… Jebal, keluarlah, jangan mengurung diri dikamar seperti itu. Ceritakan padaku jika kau mempunyai masalah.” Chanyeol mengetuk-ngetuk pintu kamar Hyerin dengan perasaan khawatir. Namun yang Chanyeol dapatkan dari Hyerin hanyalah suara isak tangisnya.

Chanyeol menghela napas panjang karena Hyerin sama sekali tidak menanggapi perkataannya. Tangannya mengepal. Satu nama terlintas dalam otaknya. Oh Sehun. Seseorang yang belum ia tanyakan tentang Hyerin. Bodoh! Kenapa ia bisa lupa dengan Sehun? Bukankah Sehun namjachingu Hyerin? Siapa tahu saja Sehun tahu apa yang terjadi pada yeodongsaengnya itu? Ah, atau jangan-jangan yeodongsaengnya menjadi seperti ini gara-gara namja itu? Berbagai pertanyaan terlintas dalam benak Chanyeol membuat kepalanya terasa pusing memikirkan pertanyaan-pertanyaan itu.

Chanyeol menuruni lantai dasar dan maraih kunci motornya. Ia pun menyalakan mesin dan mulai melajukan motornya kerumah seseorang.

Tidak sampai sepuluh menit, Chanyeol sudah berada di depan rumah yang bisa terbilang sangat mewah. Xi Luhan. Itulah pemilik rumah mewah bernuansa ke-China-an itu. Tanpa banyak berpikir lebih lama, Chanyeol turun dan motornya dan mengetuk pintu rumah. Tak sampai satu menit, seseorang telah membuka pintu.

“Ah, Chanyeol, annyeong.” sapa orang itu membungkukkan badannya dan tersenyum.

Chanyeol balas membungkuk badan dan tersenyum. “Annyeong, Kris hyung.” balas Chanyeol menyapa. “Luhan hyung ada kan?”

Namja yang dipanggil Kris itu menganggukkan kepalanya. “Luhan didalam. Masuk saja.” Kris mundur selangkah dan mempersilahkan Chanyeol masuk.

Chanyeol masuk kedalam rumah Luhan dan matanya langsung menangkap sosok Luhan yang sedang bermain PSP disofa ruang tamu. Melihat itu, Chanyeol langsung mendekati Luhan dan duduk disebelah namja itu. “Hyung, kau dekat dengan Sehun bukan?” tanya Chanyeol langsung tanpa berbasa-basi.

Luhan sedikit terkejut dengan keberadaan Chanyeol yang tiba-tiba. Ia menaikkan sebelah alisnya mendengar pertanyaan Chanyeol. “Mm, begitulah. Waeyo?” tanya Luhan sedikit bingung.

“Berikan padaku nomor ponselnya, hyung.” pinta Chanyeol.

“Kenapa kau tidak minta pada Hyerin saja, bukankah adikmu itu yeojachingunya Sehun?!” tanya Kris duduk disofa depan Chanyeol dan Luhan.

Luhan menganggukkan kepalanya. Menyetujui ucapan Kris. “Ne, Kris benar. Kenapa tidak meminta pada Hyerin saja?” timpal Luhan.

Chanyeol menarik napas. “Selama tiga hari Hyerin mengurung diri dikamar. Tidak mau makan dan minum. Aku takut terjadi apa-apa dengannya. Aku sudah menghubungi teman-temannya dan bertanya pada mereka kenapa Hyerin menjadi seperti itu tetapi mereka sama sekali tidak  tahu.” jelas Chanyeol. “Bodohnya aku malah tidak ingat dengan Sehun, padahal jelas-jelas namja itu namjachingu Hyerin. Aku mau bertanya padanya tapi aku tidak tahu alamat rumahnya dan tidak punya nomor ponselnya maka dari itu aku datang kemari. Yah, karena aku tahu kau cukup dekat dengan Sehun.”

Luhan dan Kris membelalakkan matanya mendengar penjelasan dari Chanyeol. “Mwo?!”

“Kenapa bisa begitu?” tanya Kris penasaran.

“Nanti akan kujelaskan. Sekarang berikan aku nomor ponsel Sehun, hyung.” balas Chanyeol menatap Kris dan Sehun bergantian.

Luhan merogoh saku celananya dan mengaduk-aduk isinya, mencari benda berukuran kecil yang ia butuhkan saat ini. Setelah menemukannya, ia langsung mengambilnya dan mengutak-atik benda itu. Ponsel. Lalu ia menyerahkan ponselnya pada Chanyeol begitu menemukan nama Sehun dikontak ponselnya.

Chanyeol menyalin nomor Sehun dari ponsel Luhan. Setelah selesai menyalin, ia menyerahkan ponsel Luhan pada pemiliknya dan ia langsung menghubungi Sehun melalui ponselnya. Sambungan telepon tersambung, dengan sabar Chanyeol menunggu Sehun mengangkat panggilan darinya.

“Yeobosaeyo?”

Chanyeol menghela napas lega begitu mendengar suara Sehun disebrang sana. “Aku Chanyeol, bisa kita bicara? Kutunggu dirumah Luhan. Sekarang!” kata Chanyeol dan langsung memutuskan sambungan telepon.

Luhan dan Kris masih menatap Chanyeol dengan tatapan penasaran.

“Hyung, kau tidak keberatan bukan kalau aku menyuruh Sehun kemari?” tanya Chanyeol ragu.

Luhan menggelengkan kepalanya. “Tidak. Aku sama sekali tidak keberatan.” jawab Luhan.

“Sekarang jawab pertanyaanku yang tadi. Kau belum menjawabnya.” Kris kembali menyuarakan suaranya.

“Tiga hari yang lalu aku melihat Hyerin kehujanan. Dia masuk kedalam rumah sambil menangis dan matanya sudah merah dan bengkak. Aku mencoba untuk bertanya padanya kenapa dia bisa kacau seperti itu. Rambut dan penampilannya pun sudah acak-acakan.” Chanyeol menjeda perkataannya. Dipejamkan kedua matanya lalu berusaha mengingat kejadian yang terjadi tiga hari yang lalu. “Aku khawatir melihat keadaannya dan aku terus berusaha bertanya apa yang terjadi dengannya saat itu tapi dia menghiraukanku dan mengurung diri dikamar selama tiga hari. Aku tidak tinggal diam melihatnya kacau seperti itu, aku menghubungi beberapa teman dekatnya dan bertanya pada mereka kenapa Hyerin bisa menjadi kacau seperti itu namun tidak ada satupun dari mereka yang tahu. Kamarnya selalu dikunci dan setiap kali aku menegurnya ia selalu menangis. Aku mulai putus asa dan menyerah untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Hyerin. Sebenarnya kemarin aku ingin bertanya  padamu hyung tapi kurasa hyung akan memberikan jawaban yang sama seperti teman-teman Hyerin maka dari itu kuputuskan untuk tidak bertanya. Tadi pagi aku langsung teringat dengan Sehun. Bodohnya aku baru mengingatnya hari ini dan yah seperti yang hyung ketahui, aku datang kemari dan meminta nomor ponsel Sehun, siapa tahu saja namja itu tahu kenapa Hyerin menjadi seperti ini. Dia kan namjachingunya dan setahuku dia sangat dekat dengan Hyerin.” Chanyeol menjelaskan panjang lebar kepada Luhan dan Kris yang menuntut untuk dimintai penjelasan dari Chanyeol.

“Kenapa bisa begitu?” gumam Luhan pelan. Ia bertanya kepada  siapa saja yang mau menjawab pertanyaannya, tetapi kedua orang lainnya —Chanyeol dan Kris— hanya diam saja.

“Mungkinkah keadaan Hyerin yang seperti itu ada hubungannya dengan Sehun?” gumam Kris. Membuat Luhan dan Chanyeol secara bersamaan menoleh kearahnya dengan cepat. “Kau melihat Hyerin pulang dengan siapa saat itu?”

Chanyeol menggelengkan kepalanya. “Saat itu hujan dan aku ketiduran diruang tamu. Aku bangun ketika Hyerin membanting pintu dengan kasar dan disitulah aku melihatnya dengan keadaan yang sangat kacau.” jawab Chanyeol kecewa.

Luhan dan Kris hanya diam. Melihat itu, Chanyeol pun diam. Ketiganya larut dalam pikirannya masing-masing hingga beberapa saat setelahnya terdengar suara motor memasuki halaman rumah Luhan. Detik selanjutnya, seseorang masuk kedalam rumah itu. Ya, siapa lagi kalau bukan Sehun.

“Annyeong, hyung.” sapa Sehun tersenyum kepada ketiga orang —Chanyeol, Luhan dan Kris— yang sedang menatapnya. Ia berjalan mendekati ketiga orang itu lalu memilih duduk disebelah Kris. Kini pandangannya berhenti pada Chanyeol yang menatapnya tajam. Ia tersenyum masam, ia sudah bisa menebak apa yang ingin Chanyeol bicarakan dengannya. Siapa lagi kalau bukan Hyerin? Mantan yeojachingunya. “Mau bicara apa, hyung?” tanya Sehun. Sebisa mungkin ia bersikap normal dihadapan ketiga orang yang menatapnya tajam itu.

“Kau…” Chanyeol menarik napas dan menghentikan perkataannya. Ia berpikir sejenak untuk menyusun kata-kata yang pas untuk diucapkan pada Sehun. “Kau tahu kenapa akhir-akhir ini Hyerin sedikit berubah?” tanya Chanyeol.

Sehun diam. Wajahnya menunduk. Ia tahu, tentu saja! Semua perubahan Hyerin pasti karenanya. Tapi ia sedikit bingung atas pertanyaan Chanyeol. Kalau dilihat dari pertanyaannya, sepertinya Hyerin sama sekali belum menceritakan masalah yang terjadi tiga hari lalu. Mendadak Sehun merasa dadanya sesak.

“Hyerin mengurung diri dikamar selama tiga hari. Dia tidak mau makan, tidak mau minum bahkan tidak mau berbicara denganku.” Chanyeol kembali bersuara. Ditatapnya Sehun yang sedang menundukkan wajahnya. “Bukannya menuduh atau apa, hanya saja apakah kau ada hubungannya dibalik semua perubahan perilaku Hyerin?” lanjut Chanyeol.

Sehun mengangkat wajahnya. “Mianhae, hyung.” gumam Sehun. Namja itu kembali menundukka wajahnya. Mendengar cerita Chanyeol membuatnya semakin merasa bersalah pada Hyerin.

Ketiga namja itu sedikit terkejut.

Chanyeol mengepalkan tangannya kuat. “Mianhae? Apa maksudmu?”  tanya Chanyeol susah payah menahan emosi.

Sehun diam.

Luhan menatap Sehun dengan tatapan yang susah diartikan. “Jadi benar kau ada hubungannya dengan—” ucapan Luhan terhenti karena Sehun menyela.

“Ne, itu benar. Semuanya karena aku. Mianhae.” Sehun menyela dan berkata jujur.

Chanyeol beranjak dari tempat duduknya, ia menghampiri Sehun dan menarik kerah baju Sehun kasar. Matanya memancarka sinar kemarahan. “Kau apakan Hyerinku, Sehun? Kau apakan dia, huh?!” bentak Chanyeol tepat diwajah Sehun.

Sehun tidak menjawab pertanyaan Chanyeol. Sementara Luhan dan Kris panik karena tiba-tiba Chanyeol mulai bertindak kasar.

BUGH! Chanyeol melayangkan tinjuannya dengan keras tepat diwajah Sehun karena namja itu tidak menjawab pertanyaannya. “Kau tuli? Kutanya padamu kau apakan Hyerin? Huh?” Chanyeol kembali membentak Sehun.

Tubuh Sehun terlempar diatas sofa. Ia memegangi tulang pipinya dan terasa nyeri karena mendapat pukulan yang cukup keras dari Chanyeol. Ia menerima semua perlakuan Chanyeol, tidak ada niat sedikitpun untuk membalas pukulan Chanyeol karena ia merasa pantas mendapatkan pukulan itu. Tiba-tiba ia merasa sesuatu mengalir dari sudut bibirnya, ia memegang ujung bibirnya yang ternyata sobek. Darah segar mengalir disana.

“SEHUN! JAWAB!” bentak Chanyeol. Ia akan melayangkan pukulannya lagi ketika tangan Kris menahan gerakannya. Chanyeol pasrah dan menepis tangan Kris kasar. Ia kembali menatap Sehun tajam. “Kalau kau membuat Hyerinku terluka aku tidak akan segan-segan membunuhmu saat ini juga!”

“Aku hanya meminta pada Hyerin untuk mengakhiri hubungan kita, hyung. Itu saja!” ucap Sehun datar dan terkesan tidak peduli. Berbanding terbalik dengan hatinya yang bergetar dan sesak ketika mengatakan hal itu.

Mata ketiga namja —Chanyeol, Luhan dan Kris— spontan terbelalak mendengar pernyataan Sehun.

Emosi Chanyeol semakin memuncak. Ia kembali menarik kerah baju Sehun dan menatap namja itu penuh kebencian. BUGH! BUGH! BUGH! Chanyeol tidak ada henti-hentinya melayangkan pukulannya yang semakin lama semakin keras pada wajah Sehun. Kris dan Luhan berusaha menghentikan Chanyeol yang terus memukul wajah Sehun tapi Chanyeol sama sekali tidak memperdulikan Kris dan Luhan. Bahkan pukulannya pada Sehun semakin keras. BUGH! BUGH!

“Ya! Chanyeol! Hentikan! Kau ingin membunuhnya?!” bentak Kris.

Chanyeol menghentikan aksinya memukul Sehun. Ia menatap Sehun penuh amarah. Kedua tangannya mengepal, siap memukul wajah Sehun untuk kesekian kalinya. “Kau!” Chanyeol menempatkan jari telunjuknya tepat diwajah Sehun. “Kenapa kau melakukan semuanya? Kau sengaja mempermainkan perasaan Hyerin? Dia begitu mencintaimu! Dia selalu bercerita tentangmu padaku lalu dengan mudahnya kau ucapkan kata pisah pada Hyerin? Huh?”

“Mianhae, hyung.” Sehun memejamkan matanya. Pukulan yang Chanyeol berikan padanya membuatnya sedikit lemah. Pukulan Chanyeol sangat keras dan sekarang ini,  wajahnya telah dipenuhi darah. Matanya pun terasa perih untuk terbuka sedikit.

Chanyeol masih menatap Sehun dengan penuh kebencian. Ia kembali menarik kerah baju Sehun dan melayangkan pukulannya pada perut Sehun. Membuat namja yang dipukul sedikit mengerang kesakitan.

“Chanyeol! Hentikan!” Kris kembali membentak Chanyeol dan menjauhkan Chanyeol dari jangkauan Sehun.

Luhan mendekati Sehun. Tatapan yang Luhan berikan pada Sehun tidak kalah dengan tatapan Chanyeol. Matanya menatap Sehun penuh kebencian. Ia menarik kerah baju Sehun dan melayangkan pukulannya pada perut Sehun. Namun pukulan Luhan kali ini lebih keras dari pukulan Chanyeol. BUGH!

“Akhhh…” Sehun mengerang dan memegang perutnya yang kembali mendapat pukulan.

“Ya! Luhan! Apa yang kau lakukan?!” Kris membentak Luhan dari kejauhan. Ia merasa kesal pada dua namja —Luhan dan Chanyeol— yang memukul Sehun. Memang Sehun salah tetapi tidak seharusnya kedua namja itu membuat Sehun menjadi babak belur seperti itu. Kondisi Sehun saat ini seperti seseorang yang siap mati kapan saja.

Luhan tidak menanggapi perkataan Kris. Ia masih menatap Sehun tajam. “Kau! Aku menyesal telah mengenalkanmu pada Hyerin!” kata Luhan. Ia menendang tubuh Sehun yang tidak berdaya diatas sofa.

“Ya! Hentikan semuanya!”

***

Hyerin POV

Aku tidak tahu mengapa semuanya berakhir begitu cepat. Namja yang kucintai kini sudah tidak menjadi milikku lagi. Aku kehilangan orang yang kucintai. Aku kehilangan senyumnya yang manis, kehilangan tawanya yang lucu, kehilangan kehangatan tubuhnya, kehilangan matanya yang menatapku dengan lembut, kehilangan separuh jiwaku, aku kehilangan semuanya. Hilang dan sepi. Itu yang kurasakan sekarang.

Aku hanya berharap semuanya mimpi. Mimpi terburukku. Namun tidak! Ini bukan mimpi! Ini nyata! Dia meninggalkanku tanpa memberiku alasan kenapa namja itu meninggalkanku. Apakah aku memiliki salah dengannya? Apakah aku telah membuatnya kecewa? Membuatnya marah? Atau ia sudah bosan denganku? Atau bahkan ada yeoja lain yang membuatnya jatuh hati?

Oh Sehun, Oppaku, Cintaku, kumohon jelaskan padaku apa alasanmu meninggalkanku.

Apa aku bukan yeoja yang ia harapkan? Aku bisa mengubahnya. Aku akan merubahnya asalkan dia tetap bersamaku, disisiku.

“Hyerin-ah.”

Aku menangis. Air mataku jatuh semakin deras. Mungkin itu suara Chanyeol oppa tapi kenapa nada suaranya tidak terngar berat sedikitpun?

“Hyerin-ah.”

Suara itu kembali terdengar. Suara seseorang memanggil namaku dengan lembut. Aku yakin itu suara namja. Namun yang kudengar hanyalah suara Sehun oppa. Kenangan bersama Sehun oppa kembali berputar dalam otakku dimana namja itu memanggil namaku, menatap mataku, menggandeng tanganku, mendekap tubuhku, menciumku dengan lembut. Semuanya selalu kuingat.

Kenangan manis bersamanya. Aku akan selalu mengingatnya dan sampai kapanpun tidak akan pernah bisa melupakannya.

BRAK!

Pintu kamarku didobrak oleh seseorang. Kutolehkan kepalaku cepat kearah pintu kamarku dan aku melihat seorang namja. Namja itu mendekatiku. Aku melihatnya tidak terlalu jelas karena pandanganku kabur oleh air mata. Tapi yang kulihat disana, namja itu adalah Sehun oppa.

“Hyerin-ah, gwenchana?”

Aku semakin terisak. Namja itu Sehun oppa. Namja yang kucintai kini berada dikamarku, disini, didepanku dan menatapku. Ingin rasanya aku menghentikan waktu dan merasakan kedamaian ini. Andai saja jika aku bisa, aku akan melakukannya…

Namja itu mendekat dan aku langsung memeluknya begitu erat. Aku takut kehilangannya lagi. Aku takut.

“Sehun oppa.. Kajima..” isakku.

Namja itu mengusap puncak kepalaku. Aku tersenyum. Sehun oppa selalu mengusap puncak kepalaku jika aku sedang menangis. Namun hatiku kembali bergetar ketika mendengar perkataannya. Pelukanku padanya semakin melonggar dan dadaku semakin sesak. Ya Tuhan!

“Mianhae, Hyerin-ah tapi aku bukan Sehun.”

***

TO BE CONTINUED


About some FF (author ellenmchle)

$
0
0

Annyeong :) Ada yang masih ingat sama author ellenmchle ? *ini ga penting si sebenarnya* -__-

Oke, langsung aja tanpa perlu basa-basi.

Pastinya readers masih ingat sama FF di bawah ini kan  ?

  • When I See You Smile (KrisFany)
  • We’ll Never Love Each Other (YeolZy)
  • Only Hope (HunZy)
  • [Kaistal Moment] Belongs To You
  • Bubble Love (KaiOC)

Nah, setelah author baca comment readers satu-satu, ternyata masih banyak yang pengen minta dilanjutin. Dan author merasa bersalah sangat teramat *lebay* karena uda ngutang banyak banget FF sama kalian, total masih ada 5 biji FF yang belum kelar. :(

Dan sekarang author mau lanjutin, tapi ga bisa semuanya sekaligus karena author juga manusia *apa-apaan ini* , oke, sebenarnya author bentar lagi mau UTS jadi diusahakan setelah UTS author benar-benar kembali nulis FF lagi. Jadi intinya post ini, author pengen saran kalian kira-kira FF mana dulu di antara semua yang uda author sebutin di atas yang mau dilanjutin duluan ?? *FF dgn suara terbanyak akan lebih diutamakan ya ^^*

Kalo ga ada yang comment ga akan dilanjutin *ngancem* .__.v



“Lucifer” You Die Part I

$
0
0

lucifer-you-die1

anyeong ^_^… ff ini sudah pernah di share di fb, blog, dan wp yang pernah author kelola, jadi kl ketemu ff kayak gini dengan author “Sunnie” bukan plagiat lhohh ^^

Author            :  Sunnie

Title                 : “Lucifer” You Die Part I

 

Ratting            : M (kekerasan )

 

Genre              : Pembunuhan, Kekerasan, Romance, sad

 

Main Cast       :

- Min Hyo Sun

- Kim Kibum

-  Wu Yi Fan ( Kris )

-  Lee Donghae

-  Keluarga Lee 

.

 

=>

 

.

 

~ Author POV ~

 

Awan mendung, langit gelap, seorang gadis bermata coklat, berambut panjang, berkulit putih menyandar seorang diri pada dinding halte bus, tatapannya menatap lurus ke bawah, tangan kanannya menggenggam sebuah novel bertuliskan “Kill”

Novel yang selalu menemaninya disaat seperti ini, novel yang mengajarinya tentang banyak hal

Matanya menatap tajam tulisan yang terdapat di novel tersebut “kini tidak ada lagi yang namanya hidup, semua orang yang kukenal telah mati, mati ditanganku sendiri, tidak hanya orang yang kukenal, orang yang tak ku kenalpun ku bunuh, kini tangan ini ku gunakan untuk membunuh mereka, mata ini ku gunakan untuk melihat penderitaan mereka yang terakhir kali, hidung ini kugunakan untuk mencium segarnya darah mereka sebelum mereka mati, kubisikkan sebuah kalimat tepat di telinga mereka “ini akan menjadi penderitaanmu yang terakhir, setelah itu kau tak akan merasakannya lagi”

Bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman, senyuman yang tak pernah lepas dari wajahnya, “senyuman sinis” itulah senyuman yang selalu menemaninya saat ini

~ Min Hyo Sun POV ~

 

‘aku tak akan pernah sudi menjadi orang yang ada di novel tersebut, dia membunuh bukan untuk balas dendam ataupun untuk kepuasan semata, melainkan untuk membantu orang, membantu orang dengan membebaskan penderitaan mereka, yaitu dengan cara membunuh mereka, mempersingkat penderitaan mereka, dan berharap mereka dapat pergi kealam sana dengan tenang, aku tidak akan menjadi seperti itu, karena aku’

‘adalah Min Hyo Sun, orang yang diberi janji dan harus menepati janji, janji sekaligus permintaan terakhir orang yang kucintai yaitu kakaknya, orang yang satu satunya ku miliki di dunia ini, orang yang selalu menemaniku dalam suka maupun duka, orang yang membuatku mengerti arti hidup sebenarnya, namun, orang tersebutlah yang harus pergi meninggalkanku seorang diri, meninggalkanku dengan sebuah dendam dan janji, dendam yang harus aku laksanakan, dan janji yang harus aku tepati, yaitu membunuh dan menyiksa orang yang telah membunuh kakakku sekaligus keluarganya

 

 

~ Author POV ~

Mengingat cara kematian kakaknya yang tragis, membuat emosi dan keyakinannya semakin kuat, keyakinan yang selama ini ia jaga, yaitu keyakinan untuk membunuh orang yang telah membuat kakaknya menderita,

Ia bertekad akan membunuh orang yang telah menyakiti kakaknya, membunuh semua orang yang dicintai orang tersebut, termasuk keluarganya sekalipun, tidak peduli jika orang tersebut adalah sahabat ataupun pacarnya sekalipun

Hatinya yang lembut dan bersih kini telah membeku bagaikan batu yang tak pernah bisa lapuk, tak ada lagi Park Na Rin yang baik, lembut, ramah, dan ceria sekarang yang ada adalah Min Hyo Sun yang kejam, Dingin, dan pendiam.

Tangannya yang sedari tadi diam kini terangkat untuk mengambil ponsel dari saku jaket yang ia kenakan

Jarinya menekan angka 5 pada ponsel yang ia genggam saat ini, kemudian ia menekan tombol calling pada ponsel layar sentuh tersebut

Ponsel yang ia genggam kini ia arahkan pada telinga kanannya

“ada yang ingin aku bicarakan, aku tunggu kau di taman dekat halte bus, sekarang, jangan membuatku menunggu” kata Na Rin tanpa memberi salam terlebih dahulu dan langsung mematikan sambungan ponselnya tanpa memberi kesempatan pada seseorang diseberang sana  untuk sekedar menjawab “ya” atau “tidak”

***

@Taman Dekat Halte Bus

 

“ada apa?” Tanya seseorang pada Hyo Sun yang sedang menyandarkan dirinya pada bangku yang terdapat di taman tersebut

“apa yang kau dapat?” bukannya menjawab Hyo Sun bertanya balik dengan wajah yang dapat terbilang datar, bahkan sangat datar

“ hanya ini, kurasa tidak mengecewakan” orang itu menyodorkan sebuah map, tanpa basa basi Na Rin langsung mengambil map tersebut dari tangan Kris

“ itu berisi indentitas orang yang telah membunuh kakakmu” sambung Kris

Na Rin menatap tajam isi map tersebut, membacanya dengan sangat teliti, seakan tak ingin melewatkan satu katapun

“ ini sudah cukup, besok kita bertemu di café dekat apartemenku” Sun Min  yang tidak ingin berlama lamapun langsung berdiri dan meninggalkan Kris

~ Na Rin POV ~

 

3 tahun sudah kakak meninggalkanku, selama kakak meninggalkanku, aku hanya bisa meneruskan perusahaan yang ia dirikan, kini perusahan itu sudah sangat terkenal, bahkan menjadi perusahaan terbesar di Korea,

Aku bahkan sudah membuka berbagai cabang di berbagai Negara, kini perusahaan itu semakin berkembang dan semakin terkenal, bisa ku pastikan,

perusahaan ini akan menjadi perusahaan nomor 1 di korea bahkan dunia, dan akan mengalahkan perusahaan Lee’s Corporation yaitu perusahaan yang di menejeri oleh seorang bangsawan muda bernama Lee Donghae, benar benar orang yang sangat aku benci

@Na Rin’s Apartement

 

Kini ditanganku sudah terdapat sebuah map, map yang berisi identitas orang yang telah membunuh kakakku, sekaligus penghancur kehidupanku

~ Author POV ~

 

Kini ditangan Na Rin sudah terdapat sebuah map

Tangannya terangkat untuk membuka isi map tersebut, dikeluarkannya sebuah kertas dari dalam map tersebut, ditelusurinya satu persatu kata yang tercetak di kertas itu, benar apa yang dikatakan Kris, map itu berisi identitas orang yang telah membunuh kakaknya lengkap dengan sifatnya

IDENTITAS

 

Nama               : 이동해 / Lee Dong Hae

Tanggal lahir   : 15 Oktober 1986

TAmpat Lahir : Mokpo, Korea Selatan

Tinggi Badan  : 174cm

Berat Badan    : 60kg

Zodiak             : Libra

Gol. Darah      : A

  • Seorang menejer di perusahaan Lee’s Corporation
  • Merupakan anak 1 dari 2 bersaudara
  • Ibunya bernama Kim Yong Hwa
  • Ayahnya adalah Lee Dong Joo
  • Sedangkan adik laki laki bernama Lee Hee Bum
  • Kini Lee Donghae tinggal sendiri di sebuah apartement terkenal di seoul
  • Sedangkan keluarganya tinggal di Mokpo
  1. Ia memiliki sifat playboy
  2. Tak pernah serius dalam menjalankan sebuah hubungan
  3. Suka memberontak
  4. Rela melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang ia inginkan
  5. Memiliki sifat keras kepala, dingin, penyendiri
  6. 20110822_superjunior_donghae_2

Hyo Sun menatap tajam foto Lee Donghae yang terpajang di kertas tersebut

 

~ Hyo Sun POV ~

 

Tampan, matanya sangatlah teduh namun sayang orang setampan itu harus memiliki sifat yang sangatlah tidak bisa dianggap sebagai manusia

Identitas yang diberikan Kris itu tidaklah lengkap, Lee Donghae, pria itu, dia adalah orang yang membunuh kakakku, setelah merebut keperawanannya dan menginjak injak harga dirinya ia bunuh kakakku dengan sadisnya, entah apa salah kakakku sebenarnya, namun itu berhasil membuatku bertekad untuk membunuh seorang laki laki tersebut

Mulai hari ini, aku akan menepati janjiku pada kakak, tangan yang bersih ini, akan mulai ternodai akan darah darah yang berjatuhan,

~ Author POV ~

 

Kini tekad akan membunuh pada diri Hyo Sun semakin kuat

“temui aku, sekarang, di café dekat apartementku,” seperti biasa tanpa basi basi Hyo Sun langsung mematikan ponselnya, Hyo Sun bukanlah seorang gadis yang suka berlama lama,

Dalam kamusnya tidak ada kata lama, ia selalu mengerjakan tugasnya dengan cepat

@Cafe

 

“ada apa lagi kau memanggilku?” Tanya Kris tanpa basa basi ketika tepat berada di depan Hyo Sun

“Hari ini kita akan pergi ke Mokpo” Hyo Sun menjawab dengan santai tapi nadanya terdengar serius

“kita mulai sekarang?” Tanya Kris sedikit tidak percaya, bahwa Hyo Sun ingin memulai pembunuhan secepat ini

“aku tidak ingin kakak merasa tidak tenang lebih lama lagi disana” \

“kau benar”

“aku sudah memesan tiket untuk kita ke Mokpo, kita berangkat sekarang” Hyo Sunpun langsung berdiri dan menyodorkan sebuah tiket kepada Kris

TBC

Mian kalau jelekk.. jeongmal mianhae.. dan mian kalau ngebingungnin, sekarang author masih dalam proses pengerjaan ff ini, dan mian kalau sedikit… author janji akan segera publish yang part 2 ^^


[Cast's Introduction] Persahabatan 2 Dunia

$
0
0

Title : [Cast's Intoduction] Persahabatan 2 Dunia

Author : Yellowow

Genre : Friendship, Sad, School Life

Length : Twoshoot

Peringatan : Semua cast milik orang tuanya dan Tuhan Yang maha Esa. Cast Yeojanya ada yang ulzzang korea yang aku cari di google dan jika namanya salah atau apanya tentang cast yeojanya author minta maaf.

 

CAST’S Introduction :

 

Baekhyun 21

Byun Baekhyun : Siswa kelas IX A. Dia adalah murid baru pindahan dari Jepang. Karena wajahnya yang tampan dan imut banyak yeoja di sekolahnya yang mengidolakannya hanya saja dia sangat pendiam. Namja ini juga termasuk namja yang sering dibully karena baru 3 hari sekolah di Korean High School dia sudah pernah dibully 6 kali oleh Gank Bad Boy

chanyeol 2

Park Chanyeol : Namja tinggi dan tampan ini adalah sunbae dari Baekhyun hanya saja sebelum Baekhyun pindah dia telah meninggal karena kecelakaan yang menimpanya tapi arwahnya masih bergentayangan untuk menyebarkan ‘Happy Virus’ dan bukan untuk menakut-nakuti. Dan Chanyeol ini adalah orang indigo.

Model Kim Shin Yeong 1

Kim Shin Yeong : Sunbae Baekhyun. Yeoja ini adalah yeoja terpopuler di sekolahnya dan dia adalah sahabat terbaik Chanyeol tapi ketika Chanyeol meninggal dia lebih pendiam. Ketika mendengarkan ada hoobae baru dia sangat senang karena sebelum Chanyeol meninggal dia sempat berbicara ke Shin Yeong bahwa akan ada hoobae baru yang akan menjadi pengganti Chanyeol.

Model Kim Shin Yeong

Park Minri : Minri adalah teman satu-satunya Baekhyun yang sekelas dengannya. Dia termasuk yeoja populer hanya saja dia sangat cuek tapi dibalik sifatnya itu dia juga ramah dan penyayang dan dia sangat mengidolakan sunbaenya yaitu Chanyeol.

Kai

Kim Jong In/Kai : Namja ini termasuk namja populer dan karena kepopulerannya dia sangat angkuh dan sombong bahkan dia termasuk member dari Gank Bad Boy. Dia juga termasuk namja yang Play Boy, bahkan dia sudah pernah berpacaran dengan seluruh yeoja di sekolahnya kecuali sunbaenya yaitu Shin Yeong dan teman sekelasnya yaitu Minri

kriss oppa

Wu Yi fan/Kris : namja ini adalah namja yang populer disekolahnya dan dia adalah teman sekelasnya Shin Yeong. Dia juga termasuk member dari Gank Bad Boy hanya saja dia terlalu bijaksana sehingga dia tidak mudah terpengaruh oleh omongan teman-temannya meskipun begitu dia juga suka mem-bully orang yang ada masalah dengannya.

sehun 1

Oh Sehun : Dia adalah namja yang polos dan dia termasuk namja yang populer tapi dia memiliki sifat yang baik sehingga banyak yeoja yang menyebutnya Good Boy

Taeyeon

Kim Taeyeon : Dia adalah kakak Baekhyun hanya saja merka hidup terpisah, Baekhyun dengan eommanya sedangkan Taeyeon dengan appanya.

Suho

Kim Joon Myeon/Suho : Dia termasuk namja yang baik, dia adalah ketua kelas di kelasnya dan dia sangat menyayangi Baekhyun karena sebenarnya, Baekhyun adalah dongsaengnya. Hanya saja Baekhyun tidak mengetahuinya karena mereka hidup terpisah.

_________________________________________________________________________________________

A/N : Sebenarnya masih ada cast yang lainnya hanya saja mereka akan mucul secara tiba-tiba dan kemungkinan FFnya akan lama aku share


[Cast's Introduction 2 End] Persahabatan 2 Dunia

$
0
0

Title : [Cast's Introduction 2 End] Persahabatn 2 Dunia

Author : Yellowow

Genre : Friendship, Sad, School Life

Length : Twoshoot

A/N : Semua cast milik orang tuanya dan Tuhan Yang maha Esa. Cast Yeojanya ada yang ulzzang korea yang aku cari di google dan jika namanya salah atau apanya tentang cast yeojanya author minta maaf. Dan satu lagi, yang author maksud lengthnya itu khusus untuk Cast’s Intoduction dan FFnya itu udh lain.

Cast’s Introduction :

Yesung 64

Kim Jong Woon/Yesung : Dia adalah kakak sepupu Baekhyun, dan mereka berdua sangat akrab karena dari kecil sampai sekarang Baekhyun masih tetap tinggal bersama Yesung bahkan Yesung sudah menganggap Baekhyun dongsaengnya sendiri.

Yoona 39

Im Yoon Ah/Yoona :D ia adalah tetangga Baekhyun dan Yesung, mereka bertiga sangat dekat karena setiap malam Minggu mereka selalu menyempatkan pergi bersama. Ia memiliki sifat yang baik bahkan kepada orang yang tidak ia kenal.

Sungyeol infinite 4

Lee Sunyeol : Dia kelas IX A. Dia adalah namja yang tidak populer tapi dia juga termasuk namja yang tampan. Dan sebenarnya dia adalah teman masa kecilnya Baekhyun hanya saja mereka tidak saling mengenali dari nama karena ketika kecil mereka memiliki nama panggilan yaitu Sungyeol = Yeollie sedangkan Baekhyun = Bubu.

tao-exo

Huang Zhi Tao : Dia adalah namja yang populer dan dia juga termasuk member Gank Bad Boy

chen-exo

Kim Jon Dae/Chen : Dia adalah namja yang cengeng tapi dia juga termasuk member Gank Bad Boy hanya saja dia tidak terkenal.

lay-exo

Zhang Yi Zing/Lay : Dia siswa kelas IX B. Dia termasuk member Gank Bad Boy hanya saja dia sangat pendiam dan tidak terlalu terkenal.

xiu-min-exo

Kim Minseok/Xiu Min : Sebenarnya namja ini sangat jahil hanya saja dia tidak termasuk namja populer dan Gank Bad Boy.

***

A/N : Semua cast yang akan keluar di Fanfiction ‘Persahabatn 2 Dunia’ sudah author jelaskan tapi kalau ada yang tidak terlalu jelas tanya saja kepada author


SHINING STAR (Chapter 14)

$
0
0

Main Cast : Park Jiyeon – Kim Jongin

Support Cast : Park Chanyeol  –  Kim Shinyeong – Byun Baekhyun – Lee Jieun – Jung Soojung – Kim Joonmyeon – Park Gyuri

Genre : Life, Friendship, Romance, A Little bit Angst

Length : Chaptered

Author : Qisthi_amalia

shining-star-14
 
Backsound : Shin Young Jae – Because My Step Are Slowly
 
Note : Sorry waktu Chapter 13 ada kesalahan nama seharusnya Park Gyuri bukan Nam Gyuri ^_^

***

-CHAPTER 14-

 

***

“Ahjussi, bisakah lebih cepat !” Teriak Jongin pada supir taksi yang membawa mereka menuju rumah sakit.

Ahjussi itu menatap ngeri Jongin lalu mengangguk patuh. Diikuti mempercepat laju mobilnya.

Sementara jongin. sebelah lengannya menggenggam erat tangan Jiyeon yang gemetar di sampingnya. di tariknya kembali tubuh yang penuh luka itu lembut dalam dekapannya. Berusaha. Hanya mencoba dan berharap jika dekapannya bisa menghilangkan sakit itu, walau sedikit. Jika ia bisa. Ia lebih rela jika ia yang merasakan sakit itu.

Jiyeon terbatuk kecil. Menutupi mulutnya yang terasa perih. Kepalanya bergerak perlahan dan menatap Jongin nanar.

“Gomawo. Jeongmal gomawo..” Bisiknya pelan. Suaranya benar-benar serasa habis. Dan ia hanya bisa mengatakan itu dengan pelan.

Jongin meringis. Menggeleng cepat. semakin menggenggam lengan itu dan membenarkan posisi duduk Jiyeon yang bersandar di dadanya.

Hatinya tak bisa. Ia tak kuat. Di alihkan tatapannya pada jendela. Berusaha mencari objek lain untuk dilihat. Walau hatinya tetap mengulang kalimat yang sama sejak tadi.

‘Aku minta ma’af.’ ‘Aku minta ma’af.’

***

“MWO ?”

Chanyeol bangkit dari tempat duduknya cepat. matanya mengerjap cepat dan ia mulai gelisah.

“Kau serius ? Jangan bercanda Jieun, ini tidak lucu…” Teriaknya marah. Ani. Khawatir lebih tepatnya.

Chanyeol meletakan ponselnya begitu saja. saat sambungan telepon itu terputus. Ia tertunduk. Matanya bertubrukan dengan pas photo dirinya dan Jiyeon yang tersimpan di atas meja kerjanya. Tersenyum kecut.

‘Lagi-lagi. Aku tak ada saat kau butuh, Jiyeon. ma’af’  Bisiknya pilu.

Dan tanpa harus menunggu lebih lama lagi. chanyeol menyambar kunci mobil di atas meja dan berlari keluar.

Tak memperdulikan teriakan beberapa stafnya yang menyapa. Atau teriakan Shinyeong yang tak mengerti sekaligus khawatir. Namun saat ia melihat kedua mata kekasihnya itu yang penuh rasa khawatir. Shinyeong tahu. Ini menyangkut Jiyeon.

***

“Apa nomornya sudah aktif ?” Tanya Joonmyeon pelan.

Soojung menggeleng menyesal. Ia sudah menghubungi nomor Jongin sejak tadi. Namun mendadak nomor kakak kelasnya itu pun ikut-ikutan tak aktif. Padahal mereka punya kabar gembira sekaligus buruk untuk Jongin.

Joonmyeon menundukan diri di samping ranjang Yoona. Ummanya itu tadi sempat sadar sebentar, dan kini sudah tertidur lagi karena dokter bilang ummanya perlu istirahat.

Kepalanya terasa pening. Berdenyut. Kepalanya tertunduk. Ia benar-benar merasa lelah. Sekaligus bingung. Apa yang akan ia lakukan jika kata-kata dokter beberapa saat lalu benar adanya. Apa ia masih bisa kuat ? Apa ia masih bisa bertahan ?

Soojung menatap kekasihnya itu khawatir. Ia pun tertunduk. Tak tahu harus melakukan apa.

Pintu ruangan itu mendadak terbuka. Seorang namja berbaju putih berdiri di ambang pintu. Matanya menatp lurus ke depan. Kearah Joonmyeon yang membulatkan matanya. Marah.

Lelaki itu –Yunho tersenyum kecil.

“Aku harus berbicara denganmu.” Katanya singkat.

Joonmyeon bangkit dan menatap lelaki itu kesal. “ Untuk apa kau berbicara denganku ?”

Yunho kali ini diam. Tak tersenyum. Ekspresinya datar. Ia lalu berkata dengan intonasi yang sulit di artikan.

“Terlalu rumit untuk di jelaskan.” Pelannya. Ia lalu kembali melirik Joonmyeon. “ Ikut aku sekarang. Ini penting. Menyangkut ummamu.”

Dan cukup. Hanya dengan kata ‘penting’ dan ‘Umma’. Joonmyeon menurut. Ia mengangguk. Lalu berjalan menghampiri Yunho. Diliriknya sebentar Soojung yang menatapnya bingung.

“Jaga umma untukku sebentar.” Pelannya.

Dan soojung hanya mengangguk. Menatap kepergian Joonmyeon dengan berjuta Tanya. Ia tak mengerti.

***

Stretcher itu di dorong begitu kencang. Di atasnya Jiyeon tidur terlentang dengan sebelah tangan yang Jongin genggam erat. Para perawat dan dokter mendorong tempat tidur beroda itu kedalam ruangan UGD. Dan saat Jongin ingin masuk, seorang perawat menahannya dan menyuruhnya untuk menunggu diluar. Jongin menurut. Ia menatap pintu yang tertutup itu nanar. Pikiran buruk memenuhi otaknya.

Ia merasa kakinya terasa lemas dan sulit untuk berdiri. Jongin memilih mendudukan dirinya di kursi tunggu yang dingin tepat di samping pintu UGD. Jongin memejamkan matanya sejenak. Mencoba menetralkan kembali segalanya yang serasa ingin meledak di otaknya.

Dan semuanya. segala hal yang kini membebani pundaknya ia coba untuk hilangkan sejenak. Walau pada nyatanya semuanya masih tetap disana. tidak berubah.

***

Chanyeol mempercepat laju kakinya di koridor itu. walau rasanya kini kakinya terasa mengambang dan tak menyentuh lantai. Ini semua bagaikan Déjà vu untuknya. Dan lagi-lagi ini berhubungan dengan orang yang ia sayangi. Chanyeol menghela nafas berat dan mulai mengatur nafasnya yang satu-satu. Saat ia sudah sampai di depan UGD. Ia melihat seorang namja tengah tertunduk di kursi tunggu. Chanyeol tak mengenali namja itu, namun saat melihat rona khawatir disana, ia tahu itu pasti Kim Jongin. namjachingu adiknya.

“Kim Jongin ?”

Saat mendengar namanya di panggil, jongin mendoak.

“Kau kim jonginkan ?” Tanya Chanyeol lagi memastikan.

Jongin mengerjapkan matanya bingung. Namun tak ayal ia pun mengangguk. “ Iya, saya kim jongin. anda siapa ?” Tanya Jongin sopan.

Chanyeol tersenyum kecil. Ia lalu memilih duduk di samping Jongin. “Namaku Park Chanyeol, aku kakaknya Jiyeon.”

Jongin langsung membenarkan posisi duduknya dan hendak berdiri untuk membungkuk, tanda hormat. Namun chanyeol mencegahnya dan menggeleng pelan.

“Tidak usah. Ini bukan waktunya untuk memikirkan itu.”

“Mianhe, hyung.”

Jongin meremas lengannya. Ia benar-benar merasa bersalah pada Chanyeol. Walaupun ini semua bukan kesalahannya. Namun entah mengapa ia hanya merasa yakin jika kejadian yang menimpa jiyeon itu pasti menyangkut dirinya.

“Ini bukan salahmu. Tak usah merasa bersalah seperti itu. aku juga sangat merasa tak berguna saat ini. Dan terima kasih sudah menyuruh Jieun untuk menghubungiku.” Chanyeol tertunduk. Membiarkan lantai yang ia pijak sebagai objek matanya.

Begitu pun dengan Jongin yang tak tahu harus bagaimana. Membiarkan suasana hening yang menegangkan menyelimuti mereka.

Menunggu. Menunggu waktu sekiranya mau membantu mereka untuk menyambungkan kembali sayap-sayap harapan mereka yang kini patah.

***

Joonmyeon membiarkan rambutnya yang menjuntai menutupi dahi bergerak tak beraturan searah angin. Matanya masih menatap objek yang sama. Hamparan rumput hijau yang kini menjadi pijakannya. Dibawah naungan pohon maple yang daunnya berwarna kuning kecokelatan itu Joonmyeon terdiam. Membiarkan semilir angin menemaninya kali itu.

“Kau harus percaya semua ini Joonmyeon~aa. Aku tahu mungkin ini terdengar tak masuk akal. Tapi inilah kenyataannya. Dan aku hanya bisa minta ma’af karena baru berani menyampaikannya sekarang.”

Joonmyeon tergugu. Bibirnya mendadak membisu. Ia bingung dan tak mengerti.

“Pikirkan baik-baik. Jongin pantas mengetahuinya. Sekarang, sebelum semuanya terlambat. “ Ujar Yunho kembali.

Tak ada jawaban. Joonmyeon masih saja diam. Enggan berbicara. Yunho hanya mampu menghela nafas. Ia tahu ini terlalu berat untuk Joonmyeon dengar dan ia juga tahu jika Joonmyeon pasti kaget. Namun inilah yang terbaik yang harus ia lakukan. Mengungkapkan kebenaran. Sebelum semuanya terlambat.

Dan sampai Yunho meninggalkan taman itu pun. Joonmyeon masih saja diam. Mulutnya membisu. Hanya kedua lengannya yang saling bertautan erat di atas kedua pahanya.

Pikirannya mendadak kosong. Dan ia mendapati dirinya sendiri tak tahu harus berbuat apa. Semuanya sulit untuk ia percaya. Semua yang ia dengar dari mulut Yunho bagaikan hantaman ombak yang berhasil memecahkan karang pertahananannya dalam sekali deburan. Dan ia mendadak berharap jika semua ini adalah mimpi.

Ummanya. Appa. Jongin. Penyakit itu dan Kesalahpahaman 8 tahun yang lalu. kini semua terjawab sudah.

***

“Kau yakin dia di rawat disini ?”

Jieun mengangguk mantap. Kedua matanya menatap tajam kearah pintu kayu berwarna cokelat yang kini berdiri tegap di hadapannya. Kakinya mendadak merasa lemas dan kedua tangannya serasa dingin membeku.

Baekhyun menatap kekasihnya itu bingung. Di raihnya sebelah lengan Jieun dan di genggamnya erat.

“Dia pasti baik-baik saja. Jiyeon adalah gadis paling kuat yang pernah aku kenal. Kau harus yakin itu. “ Ujar Baekhyun sambil menatap Jieun.

Jieun tersenyum kecil dan mengangguk. “ Kau benar. gomawo.”

Baekhyun kembali tersenyum dan mempeerat genggamannya pada tangan Jieun. Membuat jieun merasa lebih baik.

“Dia sahabatku yang paling kuat.” Jieun berucap pelan.

***

Jiyeon mengerjapkan matanya perlahan. Bias cahaya mentari yang menembus sela-sela bingkai jendela membuat matanya silau. Putih. Itulah warna pertama yang ia lihat saat membuka mata. Dan rasa perih di sekujur tubuhnya membuatnya meringis kecil. Jiyeon menghela nafas berat saat mengingat kembali kejadian yang membuat tubuhnya terasa remuk seperti itu. ia menunduk perlahan, mengigit bibirnya sendiri.

‘Eungh~

Erangan pelan seseorang membuat Jiyeon menoleh. Ia semakin merasakan perih di kedua matanya saat melihat Jongin tertidur di sisi ranjangnya. Bukan karena sakit ataupun merasa terganggu. Tapi karena ia sadar, ia sadar jika lelaki itu, namja itu, Kim Jongin. masih berada di sampingnya. tidur di sampingnya dan menjaganya.

Jiyeon menatap kepala Jongin yang terkulai di sisi ranjangnya. Salah satu tangannya terulur. mencoba mengusap rambut namja itu. namun gerakannya terhenti, tepat beberapa centi di atas rambut Jongin. ia meringis. Mengerjapkan matanya cepat, mencoba mencegah air mata itu jatuh.

‘Apa yang harus ku lakukan Kim Jongin ?’

Jongin mengeliat pelan, ia lalu mengangkat kepalanya perlahan. Mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum benar-benar melihat Jiyeon yang tersenyum kecil dihadapannya.

“Jiyeon~aa, kau sudah sadar ?”

Jiyeon mengangguk cepat. dan selanjutnya ia hanya merasakan hangat saat Jongin memeluknya begitu cepat dengan erat.

“Aku merindukanmu.” Bisik jongin pelan. Sembari melepaskan pelukannya dan menatap Jiyeon lekat.

“Aku juga.”

“Apa kau memimpikanku ?”

Jiyeon terkekeh. “ Aniyo. Aku malah memimpikan Baekhyun. Otthe ?”

“Mwo ? YA, Baekhyun itu kekasih Jieun bagaimana bisa kau malah memimpikannya, eoh ?” Rengut Jongin sambil menatap Jiyeon kesal.

Senyuman di bibir Jiyeon melebar.

“Apa ada yang sakit ?” Tanya Jongin sambil menatap Jiyeon khawatir.

Jiyeon menggeleng pelan. “ Aku baik-baik saja.”

Jongin tersenyum kecut. ia meraih tangan Jiyeon dan menggenggamnya erat.

“Mianhe. Mian karena aku terlambat.”

Kedua mata namja itu berkaca-kaca. Jongin menunduk. dan demi Tuhan, Jiyeon tak suka melihat namja itu bersikap seperti itu.

“Kim Jongin..”

Jongin masih menunduk. ia enggan mendoak, karena ia benar-benar merasa menyesal. Sangat menyesal.

“Jongin~aa…Lihat aku..” Ulang Jiyeon.

Jongin mendoak. Ia menatap kedua mata Jiyeon nanar. “Mian.” Ulangnya lagi.

Jiyeon meraih kedua tangan Jongin dan menggenggamnya erat.

“Aniyo. Seharusnya aku yang minta ma’af. Ma’af karena membuatmu khawatir. Ma’af karena menyusahkanmu. Ma’afkan aku.”

“Jiyeon~aa…kau mau berjanji satu hal padaku ?” Kata Jongin pelan.

Kedua mata Jiyeon mengerjap. Ia menatap Jongin ingin tahu. Bibirnya lalu tersenyum. Kepalanya mengangguk. Membuat Jongin tersenyum.

“Berjanji, berjanjilah untuk selalu disampingku. Jangan berlari kemana pun. Tak perduli apa yang terjadi kau hanya perlu tetap bersamaku. Arraseo !”

Jiyeon tersenyum. Dan mendadak semua resah dan kalutnya sirna, saat Jongin menatapnya dengan tatapan teduh itu. namja itu memberikannya kekuatan. Namja itu mampu mengokohkan kembali benteng pertahanannya. Dan namja itu pula yang mampu membuatnya merasa semuanya akan baik-baik saja.

Jadi, tak ada alasan untuknya untuk tak mengiyakan janji itu.

“Eum. Aku janji. Begitu pun denganmu.”

Kali ini Jongin tersenyum. Begitu lepas, ia merasa seluruh bebannya sirna. Yah, mungkin ini memang terdengar berlebihan. Tapi itulah yang Jongin rasakan. Saat Ia melihat Jiyeon tersenyum dengan senyuman itu, saat ia melihat Jiyeon menatapnya dengan tatapan itu. semua bebannya serasa menguap. Menjauh bersama udara yang ada di sekitar mereka. Ia hanya merasa lepas dan bebas.

“Hmm, aku juga berjanji.”

Dan kedua pasang mata itu menatap Jiyeon lekat. Mencoba menyampaikan apa yang ia rasakan saat ini. Tangan Jongin terulur, menarik tengkuk Jiyeon untuk mendekat.

Jiyeon tersenyum. Membiarkan Jongin menarik belakang kepalanya. Dan membiarkan Jongin mengecup keningnya. Lama. Ia memejamkan matanya. Ia menyukai momen ini. Ia suka saat jantungnya kembali berdebar dengan cepat. ia suka saat pipinya memerah dan memanas. Dan ia suka, saat kedua lengan Jongin menyelubungi tubuhnya. Menjaganya. Dan melindunginya.

“Aku mencintaimu, gadis monster ku.”

Jiyeon terkekeh. “ Aku juga mencintaimu, otak udangku.”

Dan mereka kembali berpelukan. Mencoba melepas beban itu bersama. Biarlah. Biarlah masalah yang belum terselaikan terabaikan sementara ini. Biarlah mereka egois untuk sementara. Biarkan mereka menikmati masa tenang itu. setidaknya untuk sekarang.

.

.

Chanyeol tersenyum, dibalik pintu itu ia merasa lega. Di tariknya kembali handel pintu dan di tutupnya pintu itu. chanyeol lalu menyandarkan tubuhnya di pintu itu. hatinya terasa lega. Ia kini tahu jika Jongin memanglah yang terbaik untuk Jiyeon. Dan ia benar-benar yakin jika namja itu akan mampu melindungi Jiyeon.

Segalanya, kini segalanya terasa lebih ringan untuk Chanyeol. Ia lalu merogoh saku celananya. Meraih ponsel dari dalam sana, mengetik beberapa nomor dan menempelkan ponselnya ketelingan.

“Yobboseyo..”

Chanyeol tersenyum saat mendengar suara seseorang disana. ia tahu kini atas dasar apa Jiyeon tadi tersenyum begitu lepas. Karena kini ia pun dapat tersenyum begitu lepas setelah mendengar suara seseorang di sebrang sana.

“Bogoshipeo..” Ujar Chanyeol pelan.

Shinyeong terkekeh dari sebrang sana.

“Aku senang semuanya sudah baik-baik saja.”

Chanyeol menatap pintu ruangan Jiyeon di rawat pelan. Tersenyum. Lalu melangkah menjauh dari sana. Kini, ia yakin Jiyeon akan baik-baik saja. jadi yang perlu ia lakukan sekarang adalah pergi menemui seseorang yang ia cintai.

“Dan aku senang kau masih ada bersamaku.”

***

“Jiyeon sudah sadar ?”

Jieun mengangguk cepat. sembari memperlihatkan pesan singkat yang dikirimkan Jongin beberapa menit yang lalu padanya. Soojung, Joonmyeon dan Baekhyun yang melihat pesan singkat itu tersenyum dan menghela nafas lega.

“Syukurlah. “ Kata Soojung lega. Sejak mendengar jiyeon tak sadarkan diri 2 hari yang lalu dar Jieun, ia benar-benar khawatir. Tapi kini ia bisa bernafas lega kembali.

“Dia memang gadis yang kuat.” Joonmyeon tersenyum kecil. Di tatapnya Yoona yang sedang tertidur di ranjang yang sama. Yah, ummanya itu masih dalam kondisi tidak stabil jadi masih harus mendapatkan perawatan intensif dan soaln masalah itu. ia belum bisa menjelaskannya pada Jongin karena semua masalah ini. Tapi setelah mendengar Jiyeon sadar, mungkin ia bisa mengatakan kebenaran itu pada Jongin, sebelum semuanya benar-benar terlambat.

“Yah, Jiyeon memang gadis yang kuat. Ia luar biasanya. “ Sahut Baekhyun sambil tersenyum kea rah Jieun yang membalas senyumannya.

Setelah kejadian itu Jieun dan Baekhyun memang sempat menengok Jiyeon tapi karena sahabatnya itu belum sadarkan diri. Jadi mereka memilih menunggu sambil menjenguk Ummanya Jongin yang juga sakit. Dan disinilah mereka, di ruangan dimana Yoona dirawat. Selama 2 hari ini pula Jieun dan Baekhyun rajin menengok Jiyeon maupun Ummanya Jongin.

Mereka sudah seperti keluarga sendiri. Dan Baekhyun merepukan salah satu orang yang amat bahagia. Bukan karena bahagia melihat ummanya Yoona sakit atau Jiyeon yang tak sadarkan diri. Melainkan bahagia karena ia akhirnya bisa merasakan seperti apa sebenarnya arti keluarga itu dan ia bisa merasakan itu setelah ia bertemu dengan Jieun dan kedua sahabatnya.

***

Genggaman jemari Jongin tak lepas dari tangannya. bahkan setelah kursi roda itu berhenti tepat di bawah rindangnya pohon maple yang daunnya sudah kembali menghijau. Di hadapannya terbentang hamparan warna-warni bunga yang cantik. Beratapkan awan biru yang cantik dan mentari yang bersinar terang juga hangat.

Jiyeon tersenyum. Menikmati semilir angin yang berhembus. Ia memejamkan matanya. Membiarkan hembusan angin menembus pori-pori kulitnya. Rasanya sejuk dan nyaman.

“Kau menikmatinya. “ Ucap Jongin yang berdiri di belakangnya. Dengan sebelah tangan yang masih menggenggam tangannya.

Jiyeon mengangguk cepat. “ Ini menyenangkan. “ Ujarnya pelan.

Jongin tersenyum. Ia lalu mengunci roda dari kursi roda jiyeon dan beralih berjongkok di samping kursi roda itu. matanya menatap wajah Jiyeon dari samping. Gadis itu tengah memejamkan matanya kembali dan tersenyum. Jongin tersenyum kecil. ‘Ia benar-benar cantik’. Pujinya dalam hati.

“Yeppo..”

Jiyeon menoleh cepat, “Eoh ?”

Jongin menggeleng kecil sambil tersenyum. “ Kau….Cantik.”

Jiyeon terdiam. Ini…Ini adalah kali pertama Jongin memujinya cantik. Dan ia merasakan amat luar biasa. Pipinya kembali memanas dan ia merasa jika seluruh tubuhnya juga memanas. Ya Tuhan, dan saat ia melihat kedua mata Jongin dari jarak sedekat itu. Jiyeon baru sadar Jika Jongin memiliki mata yang benar-benar cantik.

“Jiyeon~aa..”

“Eum…”

Jongin tersenyum. Ia menjinjitkan sedikit kakinya. Wajahnya mendekat kearah Jiyeon, membuat jantung Jiyeon berdetak lebih cepat. gadis itu bahkan meremas bajunya dengan kuat. Wajah Jongin semakin dekat, hanya berjarak beberapa centimeter darinya. Ia bahkan dapat merasakan deru nafas namja itu di pipinya dan ia pun dapat mencium aroma lemon yang menguar dari tubuh namja itu.

“Saranghae..” Bisik Jongin pelan.

Dan Jiyeon hanya mampu memejamkan matanya saat bibir mereka bertemu. Ia merasa melayang dan terbang. Rasanya luar biasa, walau hanya ciuman biasa Jiyeon merasa benar-benar hidup.

“Nado….Naddo saranghae..” Bisiknya dalam hati.

***

Suara alat pendeteksi jantung itu benar-benar mengganggu pikiran Joonmyeon. Ia kembali menatap wajah Yoona yang pucat di hadapnnya.

“umma…” Bisiknya pelan.

Yoona sebenarnya sudah sadar beberapa menit yang lalu memilih memejamkan matanya. Bukannya ia tak ingin melihat anak sulungnya itu. melainkan karena ia tak bisa. Ia tak kuat melihat wajah Joonmyeon yang begitu frustasi dan lelah. Ia benar-benar merasa bersalah. Sangat bersalah.

Jongin meraih sebelah tangan Yoona dan menggenggamnya erat.

“Aku harus seperti apa umma, Joonmyeon benar-benar bingung…”

Kedua mata Joonmyeon mengerjap cepat. mencoba menahan matanya yang kembali memanas.

“Kenapa umma tidak jujur jika semua ini salah paham. Mengapa umma tidak mengatakan yang sebenarnya dan membiarkan kami melakukan kesalahan yang fatal. Kenapa umma seperti itu ? Kenapa umma ?” Ujar Joonmyeon lagi. nafas namja itu berderu cepat.

Sementara Yoona. Ia mencoba menahan sesuatu yang terasa perih. Membucah dan amat sakit.

“Umma…Cepatlah sembuh. Joonmyeon tak tahu harus seperti apa jika umma benar-benar pergi. Jongin, dia masih belum mengetahui kebenaran ini. Joonmyeon takut ia kembali menyalahkan dirinya umma.”

Joonmyeon menunduk. ia lalu melepaskan genggaman tangannya pada tangan Yoona dan beranjak berdiri.

“Bangunlah umma. Aku merindukanmu. Cepatlah sembuh. Arraseo. “ Katanya lalu mulai melangkah menjauh dari tempat itu.

Sementara Yoona. Ia lalu membuka matanya perlahan. Matanya menatap punggung Joonmyeon yang menjauh darinya dan menghilang di balik pintu. Yoona menelan ludahnya dan ia menangis.

“Mian..Mianhe Joonmyeon. Ma’af karena membuamu menanggung beban ini. Ma’af karena membuatmu harus mendnegar semuanya dari orang lain. ma’afkan umma…” Ucapnya parau.

Membiarkan ruangan itu menyaksikan betapa ia benar-benar menyesal.

***

Gyuri menggebrang meja itu dengan kuat.

“ARGHT ! BERENGSEK…!!” Ia berteriak kencang, melempar semua barang yang ada di meja dengan brutal. Tak perduli dengan ketiga temannya yang berdiri di sampingnya ketakutan. Tak perduli dengan tangannya yang berdarah karena serpihan kaca. Ia benar-benar tak perduli. Ia benar-benar marah dan membenci segalanya.

“PARK JIYEON SIALAN ! Seharusnya memang ku bunuh saja dia !!” Ujarnya sambil menatap selembar photo Jongin yang menggendong Jiyeon dari sekolah sore itu. ia tak menyangka Jika Jongin akan menyelamatkan yeoja itu. ia tak menyangka jika Jongin benar-benar mecintai yeoja seperti itu. ia benar-benar tak menyangka.

Kedua matanya berkila tajam. Ia menatap kedua namja berperawakan besar di hadapannya dengan tajam.

“Bunuh yeoja itu. bagaimana pun caranya. Arrseo !!”

Kedua namja berperawakan besar itu mengangguk patuh lalu berlalu dari sana. Menyisakan Gyuri yang tersenyum kecut. mendesis tajam. Di raihnya photo Jiyeon dan Jongin diatas meja itu lalu di remasnya kuat hingga membentuk bulatan.

“Jika aku tak bisa mendapatkan Jongin maka kau juga tak boleh Park Jiyeon.” Bisiknya sambil menatap ratusan photo Jongin – yang ia ambil diam-diam yang tertempel di dinding kamarnya itu tajam.

***

“Hyung…?”

Jongin menatap heran kakaknya yang tiba-tiba saja berdiri disampingnya.

“Apa kabarmu Jiyeon ?” Tanya Joonmyeon pada Jieon yang tengah duduk di atas ranjang  dan tak mengindahkan keheranan Jongin yang masih menatapnya.

“Baik oppa, ma’af membuatmu repot.”

Joonmyeon menggeleng kecil. “ Ani. Aku yang seharusnya minta ma’af karena baru sempat menjengukmu.”

Jiyeon tersenyum. “ Tak apa oppa. Aku tahu oppa harus menjaga aunti yoona. Bagaimana keadaannya ?”

Joonmyeon tersenyum kecil. “ Umma sudah siuman tapi kondisinya masih belum stabil.”

Jongin yang mendengar itu bangkit dari duduknya dengan cepat.

“Umma sudah siuman ? Kenapa hyung tak memberitahuku ?” Tanyanya tak percaya.

“Kau belum tahu ?” Kini giliran Jiyeon yang heran karena Jongin belum tahu Yoona siuman.

Joonmyeon menepuk bahu adiknya itu, menyuruh Jongin untuk tenang.

“Hyung hanya tak ingin membuatmu khawatir dnegan dua hal, sekarang jaga saja Jiyeon biar umma hyung yang urus, araseo.”

“Gwenchana oppa, biar nanti aku telpon chanyeol oppa saja untuk menjagaku. Jongin~aa, kau jaga Aunti Yoona saja. dia pasti lebih membutuhkanmu. “ Ujar Jiyeon sambil menatap Jongin, mencoba menyakinkan namja itu jika ia memang benar-benar baik-baik saja.

“Tak usah Jiyeon, Biar—

“Ani oppa, aku baik-baik saja. sungguh.” Sela jiyeon sambil tersneyum meyakinkan.

Joonmyeon akhirnya mengangguk kecil. “ Gomawo.”

“Aniyo. Seharusnya aku yang berterima kasih. “

Jongin mengusak kepala kekasihnya itu pelan lalu mengecup dahi Jiyeon sekilas.

“Baik-baik disini. Aku jenguk umma dulu. Nanti aku pasti kemari.” Kata Jongin sambil menatap Jiyeon khawatir.

Jiyeon terkekeh sambil mengangguk.

“Tenanglah, aku pasti akan baik-baik saja.”

“Segera telpon Chanyeol hyung setelah ini Arraseo.” Perintah Jongin lagi. namja itu benar-benar masih khawatir dengan keadaan Jiyeon. apa lagi setelah tadi gadis itu tak mau menjawab siapa yang melakukan semua itu padanya. Itu benar-benar mengganggu pikiran Jongin. ia hanya takut orang itu mengulangi perbuatannya.

“Arrseo Kim Jongin. sana pergilah !”

Jongin tersenyum kecil. Lalu berlalu dari sana di ikuti Joonmyeon.

Jiyeon menatap kepergian kedua namja itu sambil tersenyum kecil. Lalu diraihnya ponsel yang tergeletak di samping bantal tidurnya. Namun ia baru sadar jika ponselnya mati karena terbentur.

Akhirnya ia hanya bisa menghembuskan nafas berat.

“Sepertinya aku memang harus sendirian malam ini.” Ucapnya pelan sambil membaringkan tubuhnya yang masih terasa sakit dan menutupi tubuhnya dengan selimut. Sepertinya tidur akan membuatnya lebih baik.

Setidaknya itu yang ia pikirkan.

***

“Kenapa kau mengajakku kesini hyung ?” Tanya Jongin bingung. Karena Joonmyeon bukan mengajaknya menuju kamar rawat Yoona melainkan malah mengajaknya menuju atap gedung rumah sakit.

Joonmyeon diam. Ia masih bungkam, sejak beberapa menit yang lalu mereka sampai di atas gedung rumah sakit itu.

Jongin menatap kakaknya itu bingung. “Hyung, kau baik-baik sajakan ?”

Joonmyeon mengangguk. Ia lalu menatap Jongin serius.

“Ada yang perlu hyung bicarakan denganmu.”

Jongin menaikan alisnya bingung. “ Tentang apa ?”

“Umma..” Kata Joonmyeon pelan.

Kedua mata Jongin membulat dengan cepat. “ Apa ? Ada apa dengan umma ?”

Joonmyeon menatap adiknya itu lekat.

“Jongin~aa, kau masih ingatkan kejadian saat appa meninggal ?”

Jongin mengangguk cepat.dan matanya berubah sendu. “Iya aku ingat, kenapa ?”

Joonmyeon menunduk sejenak lalu kembali menatap Jongin.

“Sebenarnya….

Dan mengalirlah semua penjelasan Joonmyeon. Dan itu cukup membuat Jongin terkejut.

Delapan tahun yang lalu, saat Jongin masih berumur sepuluh tahun. Ia melihat sendiri kejadian itu, kejadian saat tubuh ayahnya jatuh, masuk ke dalam tebing yang curam. Dan saat itu ia amat menyalahkan ummanya. Ummanya yang ia tahu berselingkuh dengan namja lain. tanpa ia ketahui dengan jelas jika namja itu Yunho. Sahabat sekaligus dokter pribadi Yoona. Tanpa ia ketahui Jika semenjak saat itulah Yoona mengidap kanker darah dan tanpa ia ketahui jika Yoona bertemu Yunho ialah untuk membicarakan masalah kesehatannya yang memasuki stadium 1. Dan tanpa ia ketahui pula jika Yoona enggan mengakui penyakitnya itu pada Changmin ataupun keluarganya. Yoona tak mau menyusahkan dan membuat semua keluarganya cemas. Dan

Jongin membulatkan matanya tak percaya. Ia menatap kakaknya itu nanar. Tubuhnya meluruh jatuh. Terduduk tak berdaya di atas lantai beton yang dingin. matanya menatap lantai di hadapannya nanar.

“Jadi,, Selama ini. Selama ini umma sakit dan aku….Aku malah menyalahkannya. “

Jongin berucap parau. Ia merasakan perih dan sakit. Membiarkan air matanya jatuh dan bahunya yang bergetar.

“Jongin~aa…” Joonmyeon menatap adiknya itu nanar.

“Hyung…aku benar-benar berengsek. AKU ANAK BRENGSEK !!” Teriak Jongin marah sambil memukul lantai beton di depannya keras.

Joonmyeon meraih tangan Jongin dan menahan tonjokan adiknya itu lagi. ia meraih tubuh Jongin dalam pelukannya.

“Semua ini bukan salahmu. Kita hanya terlambat untuk mengetahuinya.”

“Aku benar-benar berengsek. Seharusnya aku saja yang mati hyung, seharusnya aku yang mati.” Ujar Jongin lagi.

Joonmyeon menepuk punggung adiknya itu pelan. Ia tak bicara apapun. hanya diam. Karena ia tahu yang perlu ia lakukan sekarang adalah menenangkan Jongin.

***

Chanyeol mengupas apel itu tanpa henti tersenyum menatap Jiyeon yang begitu terlihat bahagia.

“Ini, makanlah..” Ujar Chanyeol sambil menyodorkan potongan apel yang sudah ia kupas pada Jiyeon.

“Gomawo oppa.”

Chanyeol mengangguk kecil lalu beralih duduk di samping ranjang adiknya itu.

“Shinyeong onnie kamana ?”

“Ia akan datang besok pagi jiyeon karena masih ada hal yang harus di selesaikan dikantor.” Ujar Chanyeol menjelaskan.

Jiyeon mengangguk paham. Lalu melahap potongan apel terakhirnya. Membuat chanyeol mengusap kepala adiknya itu penuh sayang.

“Sebenarnya siapa yang membuatmu seperti ini, eoh ?”

Jiyeon tersenyum kecil lalu menggeleng. “ Bukan orang yang ku kenal oppa.” Katanya berbohong. Ia hanya tak ingin masalah ini di perpanjang. Ia tak mau membuat Gyuri harus dilaporkan kepolisi atau harus berhadapan dengan Jongin. karena ia tahu Gyuri sebenarnya tidak salah apa-apa. Kakak kelasnya itu hanya begitu mencintai Jongin hingga berbuat seperti itu padanya. Walau pada dasarnya itu adalah penyelesaian masalah yang jelek.

“Apa kau benar-benar tak mengenalnya ?” Tanya Chanyeol tak yakin.

Jiyeon mengangguk cepat dan mencoba meyakinkan kakaknya. Namun ia salah dan ia terlalu percaya diri jika cahneyol akan percaya. Karena nyatanya kakaknya itu malah semakin menatapnya dengan tatapan memohon dan meminta penjelasan.

Dan akhirnya Jiyeon hanya bisa menghembuskan nafasnya. Ia tahu, ia tak akan bisa membohongi kakaknya itu.

“Jadi, siapa dia ?” Tanya Chanyeol mengulang.

Jiyeon meremas selimut yang menutupi setengah tubuhnya sambil menggigit bibirnya cemas.

“Dia…Dia kakak kelasku oppa…”

“Kakak kelasmu ?”

Jiyeon mengangguk kecil. “ Dia kakak kelasku….Yang teramat mencintai Kim Jongin. “ Lanjut Jiyeon lagi.

Chanyeol menatap adiknya itu sendu. “ Maksudmu, ia melakukan semua ini karena ia cemburu ?”

Jiyeon mengangguk lagi. “ Ia sangat mencintai Jongin, bahkan ia sudah mencintai Jongin sebelum aku bertemu jongin oppa.”

Jiyeon menundukan kepalanya. “ Aku tahu aku pantas menadapatkan ini, iyakan oppa ?” Tanya Jiyeon sambil menatap kakaknya itu nanar.

Chanyeol menelan ludahnya, ia lalu duduk di samping tempat tidur Jiyeon dan menggenggam salah satu tangan adiknya itu erat.

“Aniyo. kau sama sekali tak seharusnya di perlakukan seperti ini Jiyeon.”

“Tapi aku telah merebut Jongin darinya.”

Chanyeol menatapa adiknya itu lekat.

“Jiyeon~aa dengar, tak perduli berapa lama ia telah mencintai Jongin, ia seharusnya tak berhak melakukan semua ini padamu.”

“Tapi oppa—

Chanyeol tersenyum menatap Jiyeon.

“Jiyeon~aa, cinta sejati itu ialah saat kita memberi dengan setulus hati dan sepenuhnya. Bukan saat kita ingin balas di beri dan di perlakukan sama.”

“Oppa…” Ucap Jiyeon pelan.

“Wae ?”

“Gomawo, aku adalah oppa terbaikku dan terima kasih juga oppa telah mencintaiku dengan sepenuh hatimu. Aku menyayangimu oppa…” Ujar Jiyeon pelan sambil memeluk tubuh Chanyeol erat.

“Naddo, oppa juga berterima kasih karena kau sudah mencintai oppa dengan peneuh hatimu, oppa juga menyayangimu. Jangan seperti ini lagi. ararseo !”

Jiyeon mengangguk paham dan mempererat pelukannya. Ia benar-benar bahagia memiliki kakak seperti Chanyeol.

***

“Apa dia baik-baik saja ?”

Joonmyeon mengangguk kecil. “Ia hanya butuh sendirian.”

Soojung tersenyum paham. Ia lalu ikut keluar dari ruangan rawat Yoona, membiarkan Jongin berdua bersama Yoona di ruangan itu.

.

.

Kedua mata namja itu menatap fokus kedepan. kedua kakinya melangkah dengan pasti walau beberapa kali hamir limbung.

Jongin menekan dadanya yang bergemuruh semenjak tadi. Ia menarik nafas sekuat tenaga dan mendudukan dirinya di samping tempat tidur yoona. Di tatapnya wajah Yoona yang tengah terlelap. Jongin tersenyum kecil. Ia baru sadar jika ummanya sangatlah cantik. Namun senyumannya seketika memudar saat ia tak lagi dapat menemukan rona merah di pipi ibunya itu. wajahnya pucat pasi, pipinya mencekuk dan tubuhnya mengurus.

Jongin meringis. Mengepalkan kedua tangannya kuat. Ia benar-benar merasa amat menyesal. Dengan kekuatan yang ia punya, jongin mencoba mengulurkan lengannya, meraih tangan Yoona dan menggenggamnya erat.

“Umma…” Ucapnya pelan.

Jari jemari Yoona bergerak, kedua mata Yoona terbuka perlahan.

“Jongin~aa…” Ucap Yoona terbata.

Jongin menatap ummanya itu miris. Ia lalu mengangguk kecil.

“Eum~, wae umma ?”

Yoona tersenyum kecil, jongin tahu ummanya itu sekuat tenaga menarik kedua bibirnya yang kelu untuk tersenyum. Dan menyadari itu semakin membuat Jongin merasa bersalah.

“Kau sudah makan ?”

Jongin semakin meringis. Ia lalu mengangguk kecil.

“Bagaimana sekolahmu, apa nilai-nilaimu bagus ?”

Jongin mengangguk lagi. ia mencoba menahan sesuatu dari matanya yang hendak jatuh keluar.

“Ma’af membuatmu khawatir dan repot Jongin~aa, umma berjanji tak akan membuatmu seperti ini lagi. ukhuk..” Ujarnya lagi terbatu sambil terbatuk.

Jongin semakin meringis. Ia lalu mengisyaratkan ummanya untuk diam.

“Mianhe umma…” Pelan Jongin sambil menunduk.

Yoona mengelus kepala anak bungsunya itu penuh sayang. Ia kembali mencoba tersenyum dan tersenyum.

“Aku sudah tahu semuanya umma dan aku benar-benar minta ma’af.” Jongin menelan ludahnya susah payah. “ Seharusnya, seharusnya aku saja yang sakit umma. Seharusnya aku saja yang menderita. Seharusnya aku saja umma….seharusnya anakmu yang berengsek ini yang sakit..” Jongin tertunduk, bahunya gemetar, ia menangis. Demi Tuhan,, ia benar-benar menyesal. Ia benar-benar seperti pembunuh sekaligus anak berengsek saat ini. Ia benar-benar tak tahu dan ia benar-benar menyesal.

Yoona meringsi, menatap anak bungsunya itu dengan tatapan sendu.

“Gwenchana Jongin~aa…Umma baik-baik saja. semua ini bukan salah siapa pun.”

Bahu jongin semakin mengguncang hebat. Namja itu terisak. Ia tak perduli lagi dengan apapun saat ini. Ia hanya ingin mengelurkan semuanya. Jika ia benar-benar menyesal. Andai ia bisa mengulang waktu ia berjanji akan membuat semuanya lebih baik. Namun ia sadar itu tak mungkin. Tak akan pernah mungkin ada sebuah mesin waktu. Yang ada hanyalah kesempatan kedua.

Digenggamnya erat kedua tangan Yoona. Ditatapnya wajah ummanya itu lekat.

“Jongin berjanji, mulai sekarang dan seterusnya, jongin akan berubah menjadi anak yang lebih baik umma. Jongin berjanji.”

Dan Yoona, wanita paruh baya itu tak mampu lagi menahan air matanya. Ia menangis. Menangis amat lega. Ia baru sadar jika anak bungsungnya telah beranjak dewasa dan ia baru sadar jika anak bungsunya kini sudah semakin tinggi dan tampan, mirip Changmin. Suaminya yang amat ia cintai.

Dan ia juga tahu jika waktunya tak akan banyak lagi. dan ia tak akan lama lagi akan bertemu orang amat ia cintai. Suaminya. Changmin.

***

Chanyeol mengecup dahi Jiyeon yang sudah tertidur pulas sejak setengah jam yang lalu. ia lalu membersekan tempat tidur itu dan beranjak dari sana.

“Oppa, keluar sebentar yah Jiyeon. Jumuseyeo.” Ujarnya sambil berlalu dari sana.

Tanpa ia tahu. Tanpa ia sadari.

Sejak tadi dua orang namja tengah berdiri mengawasi ruangan itu. dan tepat setela Chanyeol keluar dari kamar Jiyeon kedua namja berbaju hitam dan abu-abu itu berjalan dengan senyum kemenangan ke ruangan Jiyeon.

Dibukanya pintu bercat putih itu dengan pasti. Dengan langkah pasti kedua namja itu menatap Jiyeon dengan tatapan evilnya. Si baju abu-abu lalu mengeluarkan sebuah sapu tangan yang sebelumnya sudah di baluri obat bius dari kantong mantelnya.

“Habisi dia.” Perintah di baju hitam.

Sibaju abu-abu menyeringai lalu mengangguk. Dihampirinya tubuh Jiyeon yang tertidur  diatas ranjang dan di bekapnya mulut dna hidung gadis itu dnegan kuat.

Jiyeon sempat membuka matanya saat merasakan pengap dan pusing di kepalanya. Ia juga sempat menatap wajah seseorang yang berdiri di hadapannya.

Jiyeon menggerak-gerakan tangannya mencoba melepaskan sesuatu yang memebakap mulut dan hidungnya namun itu tak berjalan dengan baik. Karena mendadak ia merasa lemas dan tubuhnya terasa mati rasa. Namun dengan kuatan yang ia masih miliki Jiyeon masih sempat meraih ponsel yang ada di bawah bantalnya dan memasukannya kedalam jaket tidurnya.

‘Jongin~aa..’

Dan itu bisikan terakhir yang ia sempat bisikan. Kim Jongin.

***

Jongin melangkahkan kakinya dengan pasti menuju ruangan Jiyeon. namun belum sempat ia sampai di ruangan itu mendadak kantung keresek yang ia bawa jatuh begitu saja. dua kaleng minuman yang ada di dalam sana jatuh menggelinding ke berbagai arah.

Jongin menatap kejadian itu dengan aneh. Dan mendadak perasaannya menjadi tak enak.

Kedua matanya membulat cepat. tanpa mengambil kaleng minuman itu terlebih dahulu jongin berlari dari koridor itu, berlari menuju ruangan Jiyeon dirawat.

Perasaan ini. Perasaan yang kembali ia rasakan. Rasa cemas dan ketakutan. Kembali menghinggapinya.

Jongin menghentikan langkah kakinya setelah sampai di depan ruangan jiyeon. kamar itu tertutup rapat. Namun Jongin masih merasa khawatir. Ia lalu membuka pintu itu. dan saat itulah ia benar-benar merasa ingin mati.

“BERENGSEK !!” Hardiknya keras.

Tempat tidur itu kosong dengan keadaan seprai dan selimut yang tak beraturan. Selang infusan pun menggantung begitu saja dengan cairan infuse yang menetes membasahi lantai.

Jongin tahu, ada yang tidak beres. Dan tanpa menunggu apa-apa lagi Jongin berlari seperti orang gila dari ruangan itu. ia tak perduli lagi dengan apapun karena yang ada di pikirannya kini hanya, Jiyeon.

***

“Akh…”

Jiyeon meringis kecil saat menyadari tangan dan kakinya benar-benar sakit. Ia lalu membuka matanya perlahan dan menatap sekelilingnya.

Tempat itu bukanlah gudang sekolahnya lagi. melainkan sebuh gedung tua yang becek dan penuh dengan drum bekas dan berbau besi. Jiyeon tak tahu dimana ia berada namun yang ia sadari kedua kaki dan tangannya terikat dengan tali.

Tubuhnya mendadak mengigil. Ruangan gelap itu, aroma lembab dan suara hujan dari luar mendadak mengingatkannya akan sesuatu. Kejadian sepuluh tahun yang lalu. saat dimana ayah tirinya menyiksanya dan mengurungnya sendiri di gudang ruangan.

Jiyeon meringkuk. Tubuhnya gemetar, giginya bergemeletukan keras. potongan masa lalu itu. potongan masa lalu yang ia kubur dengan susah payah kini kembali berputar bagai piringan kaset rusak dalam otak dan seluruh raganya.

Air matanya jatuh menetes. Rasa perih dan sakit menjalar ke seluruh tubuhnya. Bukan sakit dan perih karena apa yang ia rasakan sekarang. Tapi sakit mengingat kembali bagaimana dulu ia terkurung dalam gudang gelap itu. kedinginan. Kelaparan dan sendirian.

‘BRUK’

Seorang namja berbaju hitam membuka pintu gudang itu di ikuti dengan seorang gadis yang terlihat tengah berbincang terlebih dahulu dengan namja berbaju hitam itu.

Namja berbaju hitam itu tertawa senang lalu mengangguk paham. Dan yang jiyeon tahu gadis itu hanya berdiri di ambang pintu beberapa saat lalu berlalu dari sana. Sedangkan si namja berbaju hitam itu kembali menutup pintu dan menguncinya.

Jiyeon tak mampu lagi berkutik. Ia benar-benar tak tahu apa yang akan namja itu lakukan padanya. Dan saat namja itu berjalan mendekatinya jiyeon hanya mampu berdoa dalam hati. Dan kembali mengulang kalimat yang sama.

‘Kim Jongin, selamatkan aku.’

“Selamat malam cantik…” Ujar namja berbaju hitam itu sambil menyeringai.

Jiyeon menunduk dalam. Ia lalu memundurkan tubuhnya kebelakang. Namun namja berbaju hitam itu menarik kakinya hingga ia tak mampu bergerak dan hanya mampu memberontak tak berdaya.

“Jebbal, jangan lakukan apapun padaku..” Isak Jiyeon ketakutan. Dengan kedua tangannya yang terikat jiyeon mencoba merogoh ponsel dari dalam saku jaket di belakangnnya. Namun itu tak berhasil.

“Jebbal…” Isak Jiyeon lagi.

Namja berbaju hitam itu menatapnya bengis. Ia lalu tertawa keras, mengambil sesuatu dari saku jaketnya dan menelan dua buah pil dari dalam sakunya itu. jiyeon menatap namja berbaju hitam itu ketakutan karena ia tahu namja berbaju hitam itu barusan memakan pil narkoba.

Jiyeon terisak. Membiarkan air matanya jatuh semakin banyak. ‘Kim Jongin, Jongin~aa…’ Hanya kalimat itu yang terus ia ucapakan dalam hati. Ia benar-benar takut. Sangat teramat takut.

‘Jongin~aa…’ Bisiknya lagi disela isak tangisnya.

Namja di hadapan Jiyeon semakin mendekat. Namja itu lalu berjongkok di hadapan Jiyeon dan meraih pinggang Jiyeon hingga tubuh Jiyeon menjadi lebih dekat dengan namja jahat itu.

Jiyeon menggerakan tubuhnya ingin lepas. Namun cengkraman tangan orang itu begitu kuat. Ia tak berdaya dengan kekuatan yang ia miliki kini Jiyeon benar-benar merasa lemas.

‘Jongin~aa…’

Lagi, ia membisikan kalimat yang sama.

***

Langkah kaki Jongin semakin cepat. ia berlari seperti orang gila. Ia benar-benar frustasi. Ia tak tahu harus kemana lagi sekarang.

“BERENGSEK !!” Teriaknya sambil mengacak rambutnya sendiri. Ia lalu tertunduk. Meringis. Menangis. Merasa tak berguna dan tak berarti.

“Jiyeon~aa…Jiyeon~a..Kau dimana ?”

Drrrt Drrrt…

Jongin merogoh ponselnya yang bergetar, di raihnya cepat. sebuah pesan masuk dari Chanyeol.

‘Jiyeon bilang pelakunya kakak kelasnya yang sangat mencintaimu’

Jongin mengepalkan tangannya kuat. Ia tahu. Ia tahu siapa yang Chanyeol maksud. Dan dengan kekuatannya yang masih ia punya, Jongin berlari dengan kecang dari tempat itu dan menuju satu tempat. Rumah Gyuri.

***

“Menjauh dariku. MENJAUH DARIKU BERENGSEK !!” Jiyeon memberontak histeris saat namja itu mencoba mencium pipinya.

Jiyeon semakin terisak. Ia takut. Ia semakin ketakutan. Demi tuhan ia takut.

Namja berbaju hitam itu menyeringai. “ Itu salahmu sendiri. Siapa suruh merebut orang yang bosku sangat sukai. Beginilah akibatnya jika cecunguk kecil sepertimu banyak berulah.” Ujar namjar itu sangar.

Jiyeon semakin terisak keras.

“Jebbal, jebbal selamatkan aku. Jangan lakukan apapun padaku. Jebbal. “ Jiyeon memohon. Ia mengiba. Dengan kekuatan yang masih ia punya, jiyeon mencoba memberontak sekali lagi tapi itu sama sekali tak berjalan baik.

Dan yang ada itu malah membuat namja itu semakin mendekatinya. Membuka paksa jaket tidurnya dan meleparkannya kesamping tubuh Jiyeon. hingga ponsel jiyeon terbentur keluar.

Jiyeon yang melihat itu mencoba berbagai cara agar ia bisa menghubungi Jongin. namun ia tak berdaya.  Seluruh tubuhnya berada di sekitar namja jahat itu.

“Aku mohon jangan lakukan ini.”

“Kenapa ? Kau takut ? Bukankah wanita murahan sepertimu sering melakukan hal seperti ini, eoh ?”

Jiyeon menatap lelaki itu tajam lalu meludahinya. “Berengsek. Kau pikir aku gadis seperti apa, oeh ? Menjauh dariku !!”

Namja itu menyeka ludah jiyeon yang mengenai dahinya cepat dan menatap jiyeon bengis. Dengan mata berkilat marahnya namja itu lalu menarik kaki Jiyeon hingga jiyeon terkulai dengan kepala yang membentur lantai. Dengan kepalanya yang terasa pening jiyeon masih bisa melihat ponselnya yang kini berada di hadapan wajahnya.

‘Jongin~aa…’ Dengan suara parau dan terbatanya jiyeon berbisik. ‘Aku takut Jongin.’

Dan ia hanya merasakan sakit saat namja itu memukuli tubuhnya dengan stik baseball. Rasanya remuk dan mati rasa.

***

‘BRAK’

Nafas jongin terengah. Namun ia tak perduli. Dengan cepat ia berlari kedalam rumah itu.

“PARK GYURI….KELUAR KAU !!” Teriak Jongin keras.

Seseorang dari arah tangga berlari menghampirinya. Dengan wajah sok malaikatnya gadis itu menghampiri Jongin.

“Jongin`aa, aku tak menyangka kau datang. Ada apa ?” Tanya Gyuri tanpa dosa.

Jongin menatap gadis itu dengan mata berkilat marah.

“Dimana Jiyeon ?”

“Hah ? Jiyeon ? jiyeon siapa aku tidak kenal siapa Jiyeon ?” Ujar Gyuri pura-pura.

Jongin menatap gadis di hadapannya muak. “Jangan sok suci Park Gyuri. Karena aku tahu betul siapa kau itu. ular berbisa.”

Gyuri mengepalkan tangannya kuat. Dan dengan cepat kedua matanya berubah tajam. Ia tersenyum sinis.

“Hah ! Gadis murahan seperti itu kau sukai. Dimana seleramu Kim Jongin ?’

‘PLAK’

Dan sebuah tamparan cukup keras mendarat di pipi Gyuri membuat gadis itu semakin marah dan menatap Jongin tak terima.

“Jangan pernah mengatai Jiyeon dengan mulut kotormu itu Park Gyuri. Karena ia jauh lebih baik dalam segala hal daripada KAU !”

“oh yah ? Lalu bagaimana sekarang ? Mungkin setelah kau melihat keadaannya kau akan langsung meninggalkannya.!”

“BRENGSEK !”

“Apa ? Kau mau memukulku ? silahkan ?”

Jongin mengurungkan tinjunya dan beralih menatap Gyuri tajam.

“Dimana Jiyeon sekarang. Katakana padaku.”

“Aku tidak tahu.”

“PARK GYURI !”

“Cari. Cari saja dia sendiri. NAMJA BRENGSEK !!” Teriak Gyuri sambil menangis lalu berlalu dari hadapan jongin.

Jongin meninju udara dnegan kesal. “Sialan.”

“Dan kim Jongin. percalah, setelah kau melihatnya kau akan merasa jijik.” Ujar Gyuri menegaskan lalu benar-benar pergi darisana.

Dan rasanya setelah mendengar itu Jongin ingin sekali membunuh gadis itu. namun ia sadar Jiyeon lebih penting sekarang.

“Dan kim Jongin. percalah, setelah kau melihatnya kau akan merasa jijik.”

“SHIT !!”

Jongin membalikan tubuhnya dan berlari dari tempat itu. ia tahu akan kemana ia sekarang.

***

Jiyeon tak lagi terisak atau meringis. Ia lebih memilih diam dan pasrah. Kakinya terasa benar-benar remuk dan patah. Seluruh tubuhnya serasa mati rasa dan ia tak mampu melakukan apapun.

Bahkan saat namja berbaju hitam itu membalikan tubuhnya menjadi terlentang. Jiyeon tak lgi mampu memberontak. Kedua matanya menatap kosong kedepan. menatap dinding yang berwarna biru pucat.

Dan dengan kondisinya yang setengah sadar, Jiyeon masih bisa mendengar suara dering ponselnya yang bergetar di samping kepalanya. Jiyeon menoleh, menatap nanar ponsel itu.

‘Jongin~aa, mianhe..’ Bisiknya dalam hati.

Dan saat namja berbaju hitam itu mengoyak paksa celana tidurnya dan merenggut mahkota dan hal yang paling berharga dari hidupnya. jiyeon tak mampu melakukan apapun. ia hanya menatap ponsel yang berdiri itu dengan air mata yang jatuh membasahi lantai yang menjadi alasnya.

‘Mianhe…’

Dan ia tak dapat merasakan apapun lagi. kecuali sakit dan rasa jijik.

Namun sayup-sayup ia bisa mendengar suara pintu yang di dobrak dan seseorang yang masuk kedalam ruangan itu. dan sayup-sayup pula ia bisa mendengar seseorang meneriakan namanya. Namun Jiyeon terlalu lelah dan ia terlalu jijik kepada dirinya sendiri untuk berharap lebih. Jadi, Jiyeon memilih diam. Tak melakukan apapun. hanya menatap ponsel yang sudah berhenti berdering itu dengan tatapan kosong.

***

Jongin mendobrak pintu gudang di belakang kompleks rumah Gyuri itu dengan sekuat tenaga. Karena tadi ia sempat mendengar suara dering ponsel Jiyeon dari dalam sini.

Dengan sekali sentakan pintu itu terbuka. Dan ia berteriak dengan kencang memanggil nama itu.

“JIYEON~AA…”

Namun apa yang ia lihat menghancurkan segalanya. Membuat jantungnya serasa berhenti berdetak dan segalanya menjadi kacau. Jongin menatap seorang namja berbaju hitam yang kini berdiri dihadapannya dengan tatapan marah. Matanya berkilat tajam.

“BERENGSEK ! SIALAN !!”

Dan seperti orang yang kesetanan, Jongin memukuli namja berbaju hitam itu bertubi-tubi tanpa ampun dan tanpa memberi kesempatan pada orang itu untuk melawana. Sampai namja berbaju hitam itu tersungkur dan tak sadarkan diri dengan kepala membentur drum besi yang keras. namun jongin tak perduli.

Belum cukup sampai disitu, ia lalu menginjak-injak orang itu dengan kuat sambil mengatai dan bersumpah serapah penuh amarah. Sampai orang itu berhenti bernafas dan terkulai tak berdaya.

Jongin terengah. Dengan berjalan lunglai ia meninggalkan orang itu dan menghampiri seseorang. Seseorang yang tengah terkulai tak berdaya di hadapannya. Dengan baju yang terkoyak, penuh memar, luka dan bercak darah.

Jongin tahu apa yang telah terjadi terlebih melihat keadaan Jiyeon yang tak berdaya.

Dan Jongin tak mampu melakukan apapun. tubuhnya merosot jatuh.. meluruh lunglai. Terduduk tak berdaya di hadapan Jiyeon yang masih membisu, membeku tak melakukan apapun. walau Jongin tahu Jiyeon sadar. Tapi gadis itu sama sekali tak mengindahkan kehadirannya. Jiyeon sama seklai tak memanggil namanya seperti kejadian yang lalu.

Dan dari situ pun Jongin paham. Jika sesuatu yang amat buruk dan menjijikan telah membuat Jiyeon seperti ini.

Jongin tertunduk. Ia menangis. Bahunya bergetar hebat. Ia benar-benar merasa berengsek dan tak berguna.

“Mian….Mianhe Jiyeon~a…Mianhe aku terlambat…mianhe…”

Air matanya jatuh begitu banyak dan ia tak mampu melakukan apapun.

Jiyeon menatap nanar wajah Jongin yang tertunduk dihadapannya. hatinya remuk. Perih dan sakit yang sangat. Itu yang ia rasakan. Dan jijik. Jijik dengan dirinya sendiri.  Dengan tatapan nanarnya Jiyeon menatap wajah itu sekali lagi.

‘Mianhe…’ Bisiknya dalam hati.

Dan ia pun hanya mampu menangis. Membiarkan bulir air matanya jatuh bersama penyesalannya.

Dan Jongin, namja itu pun tak bisa melakukan apapun. dengan kondisinya yang masih kacau. Jongin membuka jaketnya dan menyelimuti Jiyeon dengan jaketnya. Dengan kekuatan dan rasa bersalah yang ia miliki Jongin mengangkat tubuh yang membeku itu ke dalam dekapannya. Memeluknya erat.

Namun justru bukan ketenangan yang ia dapatkan melainkan rasa sakit. Karena tubuh Jiyeon begitu kaku dan membeku. Jongin tak lagi dapat merasakan keinginan gadis itu untuk balas memeluk tubuhnya. Tubuh Jiyeon seperti menolak, seperti tak ingin ia sentuh. Dan menyadari itu Jongin merasa sakit.

Ia menangis. Menangis hebat.

Dan jiyeon ia pun melakukan hal yang sama. Menangis. Membiarkan air matanya jatuh membasahi kaus Jongin.

‘Kim Jongin. Mianhe…’

TBC


CAN’T STOP LOVING YOU (1/2)

$
0
0

Title : Can’t Stop Loving You

Author : Qisthi_amalia

Main Cast: Park Jiyeon – Xiu Lu Han

Support Cast: Lee Jinki – Lee Jieun

Genre : Romance, Friendship, Life

Length: Double Shoot

Backsound: IU – Peach

luhan-jiyeon

***

Awalnya aku tak ingin lagi mengenal apa itu Cinta. Masa lalu yang buruk cukup membuatku merasa ingin mati. Dan kali ini aku tak akan mengulanginya lagi. Namun dengan lancangnya kau hadir dalam hidupku. Memberikan sebuah arti cinta yang baru. Arti Cinta yang baru ku mengerti sekarang. Awalnya aku terlalu takut untuk kembali melangkah. Namun uluran tangan dan senyuman hangatmu menyadarkanku untuk terus berjalan. Denganmu, Kini aku tahu bagaimana caranya bangkit setelah terjatuh.

.

.

.

Aku tersenyum, menatap indahnya lukisan alam yang tiada duanya. Warna warni pelangi menghiasi indahnya langit. Udara segara sehabis hujan benar-benar kusukai. Ku pejamkan mataku saat semilir angin berhembus membuat rambut yang ku biarkan tergerai berantakan. Namun aku menyukainya karena itu memberikan sebuah kenikmatan sendiri untukku.

“Jiyeon~aa…”

Aku menoleh dan tersenyum kearah seorang yeoja paruh yang kini berdiri diambang pintu kamarku.

“Ada apa Aunti ?” Tanyaku masih duduk ditempat yang sama. Balkon kamarku, ani tepatnya kamar tamu rumah Aunti Hanna yang berbaik hati mengijinkanku untuk tinggal dirumahnya setelah ibu dan ayahku meninggal beberapa bulan yang lalu. Awalnya aku tinggal dirumahku, namun hutang ayah kepada para rentenir membuatku harus merelakan rumah dan segala isinya. Dan Aunti Hanna sahabat dekat Ibu menolongku dan mengijinkanku hidup bersamanya. Aku sangat ingin membalas semua kebaikannya selama ini, namun aku bingung dengan cara apa aku harus berterima kasih.

“Makanlah, dan jangan lama-lama duduk diluar, udara sangat dingin nanti kau bisa sakit.” Ujarnya.

Aku hanya tersenyum menanggapi ucapannya. Dia begitu baik. Bahkan memperhatikanku seperti itu. aku selalu merasa dia menyayangiku seperti ibuku sendiri. Walau kasih sayang ibuku tentu saja jauh lebih besar dari siapa pun didunia ini.

“Tak usah khawatir Aunti, udara disini sejuk kok. Sama sekali tidak dingin.”

Aunti Hanna hanya menggeleng kemudian membuka pintu lebar dan masuk ke dalam kamarku. Dibukanya lemari bajuku dan mengambil mantel berwarna merah muda disana. Ia berjalan menghampiriku dan menyampirkan mantel itu dibahuku membuat tubuhku hangat dan sangat nyaman saat tangannya menepuk pundakku. Aku selalu menyukai semua perhatiannya. Dia benar-benar baik, dan aku tak tahu mengapa dia bisa sebaik itu. terlebih aku bukan anak kandungnya, hanya anak dari sahabatnya.

“Gomapta Aunti, kau sangat baik.” Ucapku lalu mengelus tangannya yang masih mengelus bahuku.

Ia hanya tersenyum tipis dan berkata pelan. “ Ummamu dulu sangat baik pada Aunti, Jiyeon~aa..”

Selalu, kalimat itu yang terlontar dari mulutnya. Aku selalu bertanya-tanya memang apa yang Umma lakukan padanya sehingga Ia begitu baik padaku.

“Memang apa yang umma lakukan untuk Aunti ?” Tanyaku seperti biasa jika Aunti Hanna kembali mengatakan kalimat itu.

Dan jawabannya akan selalu sama. “Suatu saat jika saatnya tiba Aunti akan katakan padamu. Sekarang kau makanlah, nanti sore anak Aunti akan pulang dari San Fransisco.”

Aku mengangguk. “Baiklah.”

***

Sore itu Aku disuruh Aunti untuk menemaninya berbelanja keperluan di dapur yang sudah habis. Kata Aunti sih anaknya sangat suka sekali makan Steak, jadi kami harus membeli banyak persedian daging sapi segar. Aku hanya mengangguk saat itu dan mengikuti apa yang Aunti inginkan. Dengan celana jeans abu-abu dan kaus longgar tangan pendek berwarna merah tua aku menemani Aunti Hanna berbelanja di sebuah supermarket di dekat rumah. Tak perlu menggunakan mobil untuk menuju tempat itu, hanya cukup berjalan sebentar dan kau akan menemukannya.

Ku ambil sebuah troli besar bersama aunti yang berjalan lebih dahulu di depanku. Dengan cekatan Ia mengambil beberapa macam sayuran, ikan, daging dan telur. Tak lupa beberapa macam bumbu masak dan beberapa macam saus.

“Lebih baik saus tiram atau saus biasa saja menurutmu, jiyeon ?” Tanya Aunti lalu menimang-nimang kedua saus yang berada ditangannya.

“Bagaimana jika dua-duanya saja Aunti” Jawabku yang langsung diikuti dengan anggukan setuju darinya.

“Benar juga.” Ujarnya lalu kembali memilih yang lainnya. Aku hanya mengikutinya dari belakang. Sedikit bosan memang harus melakukan ini tapi aku harus tetap melakukannya.

“Aunti boleh aku permisi sebentar. Aku ingin membeli body lotion dulu di sebelah sana.” Ucapku yang langsung di setujuinya.

Aku tersenyum kearahnya lalu berjalan meninggalkannya yang masih asik memilih daging segar. Supermarket cukup ramai, walau tempatnya tak begitu besar namun makanan yang dijual disini selalu lengkap dan segar. Aku berhenti di sebuah rak besar yang berisikan bermacam-macam lotion. Ku ambil satu persatu dan mencium aromanya.

“Ku pikir lition madu cocok untukmu…”

Ku hentikan gerakan tanganku yang hendak membuka lotion beraroma susu saat suara seseorang yang cukup ku kenal terdengar. ku hela nafas berat dan meletakan body lotion itu kembali ketempat semula. Berantakan sudah moodku hari ini.

“Kenapa ?” Tanya namja dibelakangku lagi.

Aku hanya diam dan menghela nafas lagi. Dengan sekuat tenaga kuberanikan diri untuk berbalik dan menghadap sosoknya yang kini tengah tersenyum lebar kearahku.

“Senang bertemu denganmu lagi, Park Jiyeon.” Ucapnya masih setia dengan senyuman lebarnya.

Aku hanya tersenyum sinis. “Naddo, Lee Jinki.” Lalu berjalan melewatinya. Entahlah aku selalu muak melihat wajahnya. Seolah luka yang kini mulai ku obati sedikit demi sedikit kembali terbuka dan terasa sakit.

“Jiyeon~aa tunggu dulu.” Jinki menahan pergelangan tanganku. Membuatku mematung. Tak bisa ku pungkiri jika aku masih sangat mengharapkannya. Namun aku cukup tau diri dan punya harga diri untuk menahan diri. Ku hempaskan genggaman Jinki dan berbalik menghadapanya.

“Apa ?” Tanyaku ketus. Jinki terkekeh lalu mengacak rambutku seperti, dulu. Aku terdiam. Jebbal, jangan lakukan hal semanis ini padaku lagi.

“Aigo. Bahkan sikapmu tak pernah berubah dari dulu. Selalu ketus dan bertindak kekanakan.”

Aku mendengus. Ya, aku tahu Jinki. Dan aku cukup tahu juga jika kau tak pernah menginginkan yeoja yang memiliki sifat sepertiku. Kau lebih suka seseorang yang dewasa dan mengerti dirimu. Sial, mengapa aku mengingat hal itu lagi.

“Aku cukup tahu. Tak usah kau perjelas. “ Ucapku ketus.

Jinki hanya tersenyum melihatku. “ Aku hanya ingin meminta ma’af padamu Jiyeon. Aku benar-benar tak tahu harus berbuat apa saat itu. mianhe.” Jinki menunduk.

Aku hanya memutar bola mataku. “Cukup Jinki. Dari dulu aku sudah melupakan semuanya. Lagi pula aku bukan siapa-siapa dalam hidupmu, itukan yang kau katakan saat itu.” kembali. Potongan masa lalu itu kini mulai berputar di otakku.

Jinki menggeleng. “Ani. Aku benar-benar tak bermaksud berkata seperti itu.” Ucapnya lagi.

“Sudahlah aku lelah terus membahas ini. Semuanya hanya masa lalu. Jadi lupakan saja. Berbahagialah dengan kehidupanmu dan begitu pun denganku.” Tegasku lalu hendak berjalan meninggalkannya sebelum Jinki kembali menahan tanganku.

“Jika suatu saat kita bertemu lagi, aku ingin mengatakan sesuatu padamu.” Suara Jinki terdengar tenang. Aku hanya menatapnya sekilas lalu meninggalkannya.

.

.

.

“Kau darimana saja Jiyeon ?” Aunti Hanna mengelus rambutku dengan sebelah tangannya yang mendorong troli yang kini sudah terisi penuh berbagai macam makanan.

“Tadinya aku ingin membeli lotion, tapi tidak jadi, “ Kekehanku benar-benar terdengar aneh saat ini. Ku ambil alih troli ditangan aunti dan mulai mendorongnya kearah kasir.

“Nanti aunti antar ke tempat yang bagus untuk membeli lotion, ne ?”

“Ani tidak usah aunti. Biar nanti aku beli ditempat biasa saja.”

Aunti Hanna hanya mengangguk dan mulai membayar bahan makanan yang kami beli.

Sebelum kami membuka pintu keluar, aku berbalik dan memperhatikan sekitar. Tersenyum tipis, dia sudah pergi.

***

Ku hempaskan tubuhku yang benar-benar terasa pegal. Setelah mengantar Aunti berbelanja aku membantu Paman Choi untuk memotong tanaman yang sudah panjang dan membentuknya. Lalu membantu Aunti memasak di dapur. Walau mereka tak memintaku melakukan semuanya tapi aku dengan senang hati membantu mereka. Bersama mereka aku selalu merasa jika aku tak pernah sendirian. Ku pejamkan mataku sesaat sebelum melirik sekilas ke arah meja nakas di sebelah tempat tidurku. Lengkungan dibibirku membentuk seulas senyuman. Ku gerakan tangan kananku dan merah pigura itu.

“Umma, Appa…Apa kalian bahagia disana ?”. Mataku terasa panas. Aku benar-benar merindukan mereka. Merindukan teriakan umma saat aku telat bangun tidur. Perhatian appa yang akan selalu memelukku jika aku bercerita dan meminta pendapat darinya. Aku rindu sosok mereka. Sangat. Perlahan, tanpa terasa air mata itu pun jatuh. Ku seka dengan cepat saat suara ketukan pintu kamar terdengar. Jika beberapa orang akan tak perduli dengan keadaan sekitarnya sangat berbeda denganku. Aku tak pernah mau terlihat lemah didepan orang lain. Aku tak mau terlihat menyedihkan. Aku hanya tak suka saat orang-orang menatap iba padaku.

“Jiyeon~aa, turunlah anak Aunti sudah pulang.”

“Iya. Sebentar Aunti.”

Dengan cepat aku membuka lemari pakaian dan mengganti bajuku dengan dress biru muda selutut. Ku biarkan rambutku terurai dengan pita kupu-kupu di rambut sebelah kiri. Aku mematut diriku di depan cermin.

“Lumayan.” Ujarku seraya tersenyum tipis.

Dengan cepat aku membuka pintu kamar dan meniti beberapa tangga menuju ruang keluarga karena memang kamarku berada dilantai 2. Setelah sampai disana, aku melihat sosok seorang namja  dengan jaket biru tua dan celana jeans hitam membelakangiku. Ia tampak asik memeluk Paman Choi lalu beralih memeluk Aunti Hanna. Aku hanya tersenyum memperhatikan keluarga kecil itu. meringis, betapa aku rindu pelukan appa dan ummaku. Sampai suara panggilan Aunti hanna menyadarkanku.

“Jiyeon~aa kemarilah.”

Aku hanya mengangguk dan berjalan kearah Aunti Hanna. Namja itu lalu menoleh dan menatapku. Aku tersenyum dan membungkuk kearahnya.

“Annyenghaseo Park Jiyeon imnida.”

Ia masih setia menatapku sampai senggolan tangan paman Choi di lengannya membuatnya tersenyum dan membungkuk.

“Luhan Imnida. Bangapta Park Jiyeon.” Ucapnya dengan suara lembutnya. Aku menatapnya lalu ikut tersenyum kearahnya. Wajahnya benar-benar polos dan Innoncent. Senyumannya sangat mirip Aunti Hanna dan mata bulatnya mirip sekali dengan Paman Choi.

“Jadi, ?” Luhan melirikku sekilas lalu menatap Aunti dan Paman bergantian.

“Oh umma sampai lupa. Jiyeon ini adalah anak Mrs. Park yang waktu itu umma ceritakan dan sekarang Ia tinggal di sini. Gwenchanakan ?” Tanya Aunti hati-hati.

Aku menunduk takut adanya penolakan dari namja dihadapanku. Namun sebuah kekehan dari mulut Luhan membuatku mendongak.

“Tentu saja tidak apa-apa umma. Aku akan senang memiliki teman disini. Iyakan Jiyeon.?”

Aku hanya mengangguk pelan. “Terima kasih.”

.

.

.

.

Seusai makan malam dan mengobrol beberapa macam topik tentang Luhan dan masa kecilnya yang ternyata membuatku tak bisa berhenti tertawa kami memilih untuk duduk di taman belakang rumah. Kami, ya, Aku dan Luhan.

Ku lirik sekilas Luhan yang duduk disampingku sambil asik menatap kunang-kunang yang berterbangan dengan segelas mocca ditangannya.

“Jadi, sudah berapa lama kau tinggal disini ?” Tanya luhan pada akhirnya.

“Sekitar 6 bulan.”Ucapku singkat lalu menunduk. jujur aku terlalu gugup berbicara dengannya. Entahlah. Bahkan aku tak bisa jika bertatapan lama-lama dengannya terlebih jika Ia mulai tersenyum. Itu membuatku lemas. Aneh bukan ?

“Umma pasti sangat senang kau bisa tinggal disini..” Ia tersenyum tipis lalu kembali menyesap moccanya.

“Kenapa memang ?” Tanyaku penasaran.

Ia menoleh kearahku dan tersenyum. “Karena dari dulu dia sangat bermimpi memiliki anak perempuan.” Lanjutnya masih tetap menatapku.

Aku terdiam. Tuhan. Apa yang terjadi padaku. Kenapa jantungku berdetak tak menentu. Andwe !! Ini tidak boleh terjadi. Tidak boleh.

“Benarkah ? Pantas saja Aunti sangat baik padaku.”

“Tapi bukan hanya karena itu dia bersikap baik.”

Aku membulatkan mataku. “Lalu ?”

Luhan menggeleng. “Jika kau sudah siap dia pasti akan memberi tahumu.”

Aku hanya mengangguk pasrah. Walau sebenarnya aku sangat penasaran sebenarnya kenapa. Namun ya sudahlah. Mungkin itu bukan sesuatu yang penting.

“Eum~ Jadi bagaimana sekolahmu di San Fransisco. Apa menyenangkan ?” Tanyaku

Luhan tersenyum tipis. “Awalnya sangat menyenangkan karena disana banyak gadis cantik.” Ia lalu tertkekeh  dan melirikku. Namun tiba-tiba ia mencuatkan bibirnya seperti anak kecil. “Tapi lama kelamaan itu tak begitu menarik, karena kebiasaan mereka benar-benar berbeda dengan orang korea. Seks bebas, narkoba dan club malam benar-benar sudah seperti makanan sehari hari untuk mereka. Bukankah itu menjijikan “  Luhan menatapku lalu tersenyum lagi.

Ya Tuhan. Apa namja itu robot yang dirancang untuk selalu tersenyum. Mengapa dari tadi senyuman tak pernah absen dari bibirnya.

“Jadi kesimpulannya ?” Aku memiringkan kepalaku menatap luhan yang lagi-lagi tersenyum.

“Kesimpulannya aku tidak begitu betah disana, Jiyeon~aa..”

Aku terdiam saat luhan mengapit hidungku dan terkekeh. Tuhan. Ada apa denganku. Mengapa setuhannya membuatku kaku seperti ini. Dan lagi ‘Jiyeon~aa’ mengapa aku suka saat Ia memanggil seperti itu. Oh God ! Buang jauh-jauh perasaan ini, jebbal ! Aku benar-benar tak mau perasaan itu datang lagi. Dengan sekuat tenaga aku mencoba mengontrol diriku. Menarik nafas dan tenang.

“Kau baik-baik saja ?” Tanya Luhan yang menatapku tengah menarik nafas. Aku mengangguk cepat dan menghindari kontak mata dengannya.

“Akh sepertinya aku mengantuk. Aku kekamar duluan yah.” Aku berusaha menghindari dengan cepat berdiri dan berniat berlari kedalam namun bodohnya aku, ternyata kakiku tersandung selang air yang ada di atas rumput taman dan hasilnya aku terjatuh dengan hidungku yang menyentuh rumput. Sial. Mengapa aku begitu gegabah hingga bertingkah bodoh. Ku usap  hidungku yang kuarasa benar-benar memerah saat ini. Luhan berlari kearahku dan memegang bahuku.

“kau baik-baik saja ?”

Lagi. Seperti orang idiot aku hanya terdiam dan mengangguk. God. Aku kenapa ?

“Apa ada yang sakit ?” Tanyanya

Aku hanya diam. Namun insting alami membuat tanganku bergerak dan berhenti di depan hidungku yang memerah.

Luhan terkekeh dan mengusap rambutku. Wajahnya mendekat dan aku hanya diam. Menahan nafasku. Tuhan. Apa yang akan namja ini lakukan. Ku pejamkan mataku erat saat wajah Luhan semakin mendekat. Bahkan aku bisa merasakan hembusan nafasnya. Aroma lemon segar menguar begitu saja. Ku kepalkan kedua lenganku dan ku pasti pasti saat ini pipiku sudah semerah tomat. Masih asik memejamkan mataku, sampai tiupan kecil di hidungku membuatku membuka mataku. Ia meniup hidungku dan mengelusnya. Lalu tersenyum kecil dan menatapku.

“Nah, biasanya jika sudah ku tiup dan kumantrai dengan mantra rahasia hidungmu pasti akan sembuh.” Ucapnya lembut lalu berdiri dan mengulurkan tangannya kearahku yang masih terdiam. Aku hanya..Entahlah. perlakuan simple namun lembutnya membuatku benar-benar melayang.

“Ayo, kau masih mau duduk disana sampai malam, eoh ?”

Dengan cepat aku menarik tanganku dan meletakannya diatas tangan Luhan yang lebih besar dariku. Genggaman tangannya benar-benar hangat dan kuat. Seolah ini adalah sebuah besi penyangga yang akan melindungiku agar aku tak lagi terjatuh. Aku berdiri dan berjalan dibelakangnya dengan lengan kami yang masih bertautan. Ku tatap punggungnya. Aneh, kenapa tiba-tiba aku ingin memeluk punggungnya. Itu terlihat hangat. Astaga ! Apa yang aku pikirkan ?

Aku menggeleng cepat dan memukul kepalaku dengan tanganku yang satunya. Merutuki kebodohanku yang benar-benar konyol.

.

.

.

.

“Terima kasih “ Aku membungkuk kearah Luhan yang saat ini berdiri didepan pintu kamarku.

“Untuk apa ?”

Aku memainkan jemari lalu menunjuk hidungku. “Karena sudah meniup hidungku dan memantrainya.”

Aku bersumpah apa yang aku lakukan barusan benar-benar konyol dan kekanakan buktinya kini Luhan tertawa keras dan mengangguk. Aku sedikit merutukinya, entahlah tiba-tiba aku takut Luhan tak menyukai sifatku. Erght ~

“Kau itu. sudah sana tidur. Besok kau harus menemaniku berjalan-jalan disini..”

“Kemana ?”

“Kemana saja. Terserah kau. Aku hanya rindu Seoul dan ingin berjalan-jalan.”

Aku lalu mengangguk. “baiklah..”

“Kalau begitu. Selamat malam dan semoga mimpi indah.” Ujarnya lalu berjalan menuju kamarnya yang ada di sebelah kiri kamarku.

Dengan cepat aku masuk kekamarku, menutup pintu dan menguncinya. Berlari kearah tempat tidur dan membaringkan tubuhku disana. Mencoba menstabilkan nafasku yang benar-benar tak teratur.

“Kau tidak boleh seperti ini Park Jiyeon. Tidak boleh.”

***

Kebiasaan jelekku yang tak pernah berubah. Bangun tengah malam dan sulit untuk kembali tertidur. Ku sibak selimutku dan beranjak dari tempat tidur. Tak lupa memakai sandal rumah kelinci berbulu dan merenggangkan ototku sejenak. Berjalan terhuyung menuju pintu, perlahan membukanya dan kembali menutupnya hati-hati.

Aku mengernyit heran saat lampu dapur dan ruang tamu masih menyala. Aneh. Biasanya jika aku bangun kedua lampu ruangan itu akan padam. Dengan modal memberanikan diri aku mulai meniti anak tangga, takut-takut jika itu maling. Setelah sampai dibawah, aku mengambil tongkat kecil yang ada di dalam tempat penyimpanan payung. Dengan langkah hati-hati aku berjalan menuju ruang tamu, namun disana tak ada siapa pun, lalu aku berbalik menuju dapur, tersenyum tipis saat melihat siluet seseorang disana. Kupererat pegangan tongkat ditanganku dan berjalan perlahan-lahan. Namun aku semakin ragu untuk memukul orang itu, pasalnya ini terlihat aneh. Memang ada yah maling yang minum segelas mocca dan dia memakain piyama tidur. Bukankah itu tidak mungkin. Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal sampai orang didepanku saat ini berbalik dan Nampak kaget melihatku.

“Ya Tuhan Jiyeon kau benar-benar mengangetkanku.” Ujar Luhan terkaget sambil mengusap dadanya dengan sebelah tangannya memegang gelas mocca.

Aku hanya tersenyum tipis dan menggaruk tengkukku kikuk.

“Apa yang kau lakukan disini selarut ini ? Dan lagi ada apa dengan tongkat itu ?” Tanya Luhan bertubi-tubi.

Aku hanya mencuatkan bibirku. “Bangun larut malam adalah kebiasaan burukku dan tongkat ini kugunakan untuk memukulmu karena ku kira tadi kau maling tapi ku urungkan niatku saat melihatmu meminum mocca. Bukankah tidak mungkin seorang maling meminum mocca saat merampok ?” Tanyaku polos.

Luhan tertawa lebar membuatku kesal. Memang apanya yang lucu.

“Kau itu benar-benar seperti anak kecil yah. Sudahlah simpan tongkat itu, lebih baik kita nonton tv saja.”

Aku hanya menurut. Meletakan tongkat kecil itu kembali ketempatnya. Lalu kembali kedapur untuk menyeduh teh hijau dan duduk disamping Luhan yang tengah asik menonton acara bola. Aku hanya menatap jengah acara didepan mataku. Benar-benar membosankan.

“Bisa kau pindahkan chanelnya ? ini benar-benar membosankan ?” Tanyaku pada Luhan yang sama sekali tak menanggapiku. Aishh ! Namja ini benar-benar menyebalkan.

Ku ambil paksa remote yang ia pegang lalu menganti chanelnya dengan yang lain. Sampai aku berhenti pada sebuah chanel yang menampilkan acara cartoon favoritku yang memang akan diputar tengah malam. apa lagi kalau bukan spongebob.

“Ya apa yang kau lakukan Jiyeon. kembalikan aku mau acara bolaku.” Luhan hendak meraih remote ditanganku namun dengan cepat aku mengangkatnya tinggi-tinggi.

“Andwe. Aku tidak mau. Aku mau ini.”

“Apa bagusnya ini. Lebih baik pertandingan bola. Cepat kemarikan remotenya.” Luhan berdiri hendak mengambil remote ditanganku namun dengan cepat pula aku berdiri diatas sofa dan mengangkat remote itu tinggi- tinggi ke udara.

“Shireo ! Shireo !”

Akhirnya Luhan mengalah dan lebih memilih kembali duduk ditempatnya semula. Aku mengembangkan senyum lebar dan ikut duduk kembali. Dengan asik aku menonton acara favoritku sementara Luhan hanya menghela nafas dan menyesap moccanya kembali.

“sikapmu itu sama seperti bintang laut merah muda itu.” Celetuk Luhan seraya tersenyum.

Dengan cepat aku menoleh kearahnya, “Apa kau bilang ?”

“kau mirip bintang laut itu, siapa namanya,,,Pa..Patrick”

Aku mencuatkan bibirku kesal. Kami bahkan baru bertemu hari ini tapi anehnya ini terasa kami sudah lama akrab dan aku bahkan berani bercanda dengannya.

“Aku itu tidak sebodoh dia tahu.”

“Tapi tingkah konyolmu sama sepertinya..”

“MWO ?”

Luhan hanya tertawa keras sementara aku tiba-tiba terdiam. Menatap wajahnya. Kyeopta.

“Kau kenapa ? Sakit ?” Tanya Luhan

Aku menggeleng cepat. “Ani,”

“Tapi pipimu merah.”

Aku merutuki kebodohkanku dalam hati.

“Aku baik-baik saja. “ Ucapku pada akhirnya.

Setelah itu kami terdiam. Aku tak lagi mendengar Luhan berbicara dan tak mau tahu apa yang ia lakukan. Sebenarnya bukan tak mau tahu hanya saja aku takut untuk menoleh kearanya. Jadi yang kulakukan hanya memfokuskan mataku untuk melihat televisi.

Setelah acara favoritku selesai tiba-tiba aku merasa mengantuk. Aku menguap dan merenggangkan ototku.

“Aku tidur duluan” Ucapku lalu beranjak dari tempat duduk. Tapi aku sama sekali tak mendapat respon jawaban atau hanya sekedar dengungan singkat darinya. Sampai aku berbalik dan mendapatkan ia tengah tertidur pulas dengan posisi yang sangat lucu.

Tubuhnya yang bersandar pada sandaran sofa dan kepalanya yang berkali-kali hampir terjatuh namun ia angkat lagi. Aku tersenyum tipis. Dia benar-benar lucu. Dengan cepat aku berjalan menuju kamar , mengambil selimut dari lemari dan berjalan kembali menuju ruang televisi.

Ku benarkan posisi tidur Luhan dan membaringkannya di sofa dengan hati-hati. Menyelimutinya hingga sebatas dada. Ia menggeliat dan kembali tertidur. Aku terusik untuk berjongkok di depan wajahnya. Memperhatikannya dengan seksama.

“Luhan~aa aku benar-benar merasa aneh, kau tahu ? Kita bahkan baru bertemu namun aku merasa kita sudah kenal jauh-jauh hari.” Aku tersenyum memperhatikan dadanya yang naik turun. Ia Nampak lelah.

“Tidurlah yang nyenyak.” Ucapku lalu menyisipkan anak rambut yang menutupi keningnya. “Mimpi Indah.”  Lanjutku pada akhirnya lalu berjalan meninggalkannya menuju kamarku.

-Author POV-

Bahkan tanpa Jiyeon ketahui. Bibir itu melengkung membetuk seulas senyuman yang amat manis. Membenarkan posisi tidurnya, menarik selimut dan menghirup wangi mawar di sana. Khas seorang Park jiyeon.

***

Sesuai janjiku pada Luhan. Hari ini kami jalan-jalan bersama. Udara Seoul benar-benar cerah hari ini, aku merasa ini adalah musim panas terindah yang pernah ada. Aku dan Luhan berjalan bersama menuju Halte terdekat. Karena Luhan bersihkeras ingin menggunakan Bus umum dan tak mau naik mobil pribadi. Aku hanya menurut saja. Lagi pula itu bukan masalah besar karena setiap hari aku juga selalu memakai bus jika ingin bepergian.

Ku lirik Luhan yang Nampak membenarkan posisi topi biru tua dikepalanya. T-shirt putih di balut cardigan hitam dan celana jeans hitam pula membuatnya tampak err~ Tampan dan segar. Ia melirik sekilas kearahku dan tersenyum tipis. Aku hanya menatapnya dan ikut tersenyum. Dan lagi aku merasa jika aku pernah melakukan hal yang sama dengan Luhan sebelumnya. Aneh bukan. Ku buang jauh-jauh pikiran itu dan focus menunggu bus di depan halte.

“Kau tidak kepanasan ?” Tanya Luhan lalu menatapku yang memang sengaja memakai sweater rajut warna pelangi. Aku menggeleng.

“Ini sangat nyaman.” Kataku meyakinkan. Luhan hanya terkekeh dan menggeleng.

Tak berapa lama kami menunggu, Bus yang kami tunggu pun muncul dan dengan cepat kami naik. Aku hanya mendengus kesal saat melihat bus itu sangat penuh. Bahkan ada beberapa orang yang berdiri karena tak kebagian tempat duduk. Dan mau tak mau aku dan Luhan pun hanya bisa berdiri. Ku pegang besi yang menjadi pegangan dengan erat. Awalnya aku menikmati perjalanan itu walau pun penuh namun cukup menarik. Sampai tiba-tiba aku merasakan sentuhan aneh di pinggangku. Dengan cepat aku menoleh dan mendapat seorang Ahjussi Tua tengah menyeringai disampingku. Aku sedikit risih ingin pindah tempat namun bus ini sangat penuh dan Ahjussi tua itu benar-benar bersikap seolah dia tidak melakukan apa pun. Aku mendengus dan bergerak-gerak tak nyaman. Beberapa orang dibus itu menegurku dan memarahiku karena tak bisa diam. Aku hanya bisa menunduk.

“Kau baik-baik saja ?” Tanya Luhan yang berdiri di depanku.

Aku mengalihkan pandanganku kearah Ahjussi tua di sampingku. Dan Luhan mengerti. Dia lalu menarikku agar berganti posisi dengannya. Menarik tubuhku hingga kini aku bersandar di dadanya. Aku terdiam. Lagi-lagi perlakuannya membuatku kaku tak mampu melakukan apa pun. Perlahan aku mendonggak, dan mendapat Ia tengah tersenyum kearahku.

Tuhan. Ada apa denganku. Mengapa kini jantungku berpacu sangat cepat. aku hanya menunduk dan tanpa ku sadari mulai menikmati posisi berdiriku saat ini.

.

.

.

“Lain kali jangan naik bus jika busnya penuh !” Kata Luhan tanpa menatapku. Kini kami tengah berjalan beriringan menuju taman kota.

“Kenapa ?” Tanyaku heran.

“Kau mau diganggu Ahjussi tua seperti tadi lagi.?” Luhan menatapku dan aku hanya menggeleng.

“Kecuali jika kau bersamaku. Kau baru boleh naik bus walaupun itu penuh.”

DEG !

Bodoh bukan. Kini pipiku benar-benar terasa panas. Ucapan Luhan barusan seperti sebuah pernyataan perhatian secara tidak langsung. Seolah dia tak ingin aku diganggu dan dia hanya ingin Ia yang melindungiku saat aku dalam bahaya. Park Jiyeon, ada apa denganmu. Aku menunduk menyembunyikan rona merah di pipiku. Sampai Luhan menarik bahuku dan memeluknya. Dan sial ini membuat jantungku berpacu dua kali lipat. Tanpa sadar aku tersenyum tipis.

“Kajja..Kita nikmati hari ini dengan bersenang-senang.” Ujarnya seolah apa yang ia lakukan kali ini hanya perlakuan biasa. Apa Ia juga sering melakukan hal ini pada gadis-gadis di San Fransisco. Tiba-tiba aku merasa tak begitu suka membayangkannya.

.

.

.

.

Aku duduk disebuah kursi kayu di bawah rindangnya pohon Maple dengan daunnya yang rimbuan. Beberapa hela daun yang berwarna kuning berterbangan dan membuat rumput hijau ditaman menjadi penuh dengan daun-daun maple. Ku ayunkan kakiku yang melayang tak menyentuh tanah karena tempat duduk ini cukup tinggi. Ku perhatikan Luhan yang tengah mengatri di kedai Es Cream di pinggir jalan. Dia bilang akan membelikanku es cream dan aku hanya mengangguk setuju. Ku pejamkan mataku menikmati semilir angin musim panas. Sampai sesuatu yang dingin menyentuh permukaan pipiku.

“Aissh ! Kau mengagetkan saja !” Kuraih satu con Es Cream di tangan Luhan yang sengaja menempelkannya di pipiku. Dia hanya tersenyum dan duduk disampingku.

“Cokelat ?” Heranku saat es cream yang ku pegang memiliki rasa cokelat.

Luhan Nampak tenang dan menjilat Es Cream vanillanya. Aku mencuatkan bibirku kesal dan tak berniat sama sekali memakan es creamku. Bukan aku tak mau es cream hanya saja aku suka vanilla bukan cokelat.

“kau kenapa ?” Tanya luhan

“Aku mau vanilla bukan cokelat.” Ujarku

Luhan tersenyum lalu meraih es creamku dan memberikan miliknya padaku.

“Nah sekarang makanlah.”

“Ini kan sudah kau makan. Bagaimana sih !” Aku hanya menatap Luhan kesal saat Ia malah tertawa dan mengacak rambutku. Lagi. Aku terdiam..merasa jika kami pernah melakukan ini sebelumnya. Aku yang merengek dan ingin es cream vanilla dan Luhan yang menukarkan miliknya dengan milikku. Sampai Luhan mengibaskan tangannya didepan wajahku membuatku tersadar.

“Kau baik-baik saja ?” Tanyanya

Aku mengangguk pelan. “Ya. Aku baik-baik saja. Hanya merasa sedikit aneh.”

“Aneh ? Kenapa ?”

Aku menunduk. “Aku hanya merasa kita pernah melakukan ini sebelumnya. Aneh bukan ?” Aku terkekeh hambar dan menatap Luhan yang kini menatapku dengan tatapan yang sangat sulit kuartikan. Ada kepedihan dan harapan disana. Ada apa ini.

“Apa kau mengingat sesuatu ?” Tanyanya.

Aku mengernyit. “Kau pikir aku amnesia.!” Ketusku

Luhan terdiam dan tak berapa lama tertawa. “Ya. Kau benar. dan pikiranmu aneh mana mungkin kita pernah melakukan ini padahal kita baru pertama bertemu.”

Aku meringis dan menatapnya. Aneh. Aku merasa aku tidak suka dengan jawabannya barusan.

***

Seusai berjalan-jalan ditaman aku dan Luhan berjalan-jalan sebentar di Taman kota. Disini sangat ramai banyak sekali muda mudi yang hanya sekedar jalan-jalan atau berkencan. Luhan tertawa memperhatikan seorang bocah yang menangis minta dibelikan gula-gula. Aku menyikut perutnya membuat Ia meringis dan menatapku tajam.

“Kenapa ?” Tanyanya lalu mengelus perutnya.

“Bukannya membelikan ia gula-gula malah menertawainya !” Ujarku ketus.

“Aigo ! Kau ini aku kira apa.”

Aku hanya diam saat Luhan lagi-lagi mengacak rambutku dengan pikiran kacau aku berpura-pura marah dan membenarkan rambutku lagi. Sampai mataku menangkap sosok seseorang yang amat aku kenal. Aku terdiam di tempat dan memperhatikan orang itu yang tengah merangkul bahu seorang yeoja yang juga sangat familiar untukku. Aku meringis, mengepalkan tanganku kuat.

“Kau baik-baik saja ?” Tanya Luhan yang kini berdiri disampingku. Ia lalu mengikuti arah mataku dan mengelus punggungku.

“kau mengenalnya ?”

Aku mengangguk dan tanpa terasa mataku terasa panas ingin sekali rasanya menangis namun ku tahan sekuat tenaga. Aku hanya tak ingin terlihat lemah apa lagi hanya untuk dia, Lee Jinki. Tak akan pernah ku buang air mataku dengan percuma untuknya. Tak akan . Ya, Luhan. Aku sangat mengenalnya. Ia adalah Lee Jinki calon tunanganku dulu namun Ia membatalkan semuanya dan memutuskanku secara sepihak dan lebih memiliki sahabatku sendiri Lee Jieun yang ternyata mereka telah berpacaran jauh-jauh hari. Dia bahkan membentakku dan mengatakan jika aku ini bukan siapa-siapa dalam hidupnya. Bukankah itu menyakitkan.

Mataku masih asik memperhatikan kisah lovey dovey di depanku. Bagaimana Jinki yang menangkup kedua pipi Jieun dan wajah mereka yang perlahan mendekat. Ingin membuang tatapan ini namun tubuhku kaku seolah memerintahku untuk melihat semua pertunjukan yang benar-benar membuatku sakit. Wajah mereka semakin mendekat dan aku tak dapat melihat apa pun lagi karena Luhan yang menarik tubuhku dan membenamkan didadanya. Aku terdiam. Menikmati degup jantungnya dan hangat tubuhnya. Tak sadar aku tersenyum dan membalas pelukannya.

“Jangan menyakiti dirimu sendiri. Menangislah jika kau mau. Jangan kau pendam sendirian” Ujarnya

Dan seolah kalimat barusan adalah sebuah matra. Itu membuat air mataku jatuh begitu saja. Dan aneh aku merasa ini sangat…Nyaman. Ada apa denganku. Mengapa aku merasa jika aku sering Luhan peluk. Mengapa aku merasa setiap Ucapannya sering kudengar. Mengapa aku selalu merasa senyuman Luhan seperti sebuah obat ketenangan yang sudah jauh-jauh hari ku lihat. Ada apa denganku ? Mengapa aku merasa jika Luhan adalah bagian dari…Hatiku.

[TBC]


Protected: SHINING STAR (Chapter 15 – END)

$
0
0

This post is password protected. You must visit the website and enter the password to continue reading.


Two Moons ( Introduction ) And Prologue

$
0
0

heena-park

 

 

Title : Two Moons

Author : Heena Park

Ratting : PG

Genre : Romance,Friendship,Family,Angst,Fantasy

Main Cast :

-Shin Heera (Muncul di Part I)

-Kim Jong In / Kai

-Oh Sehun

Support Cast :

-EXO-K

-EXO-M

-Other

Recomended Song :
-EXO *Black Pearl*

-Let Out The Beast (Gatau yang nyanyi *plakk*)

-Katy Perry feat Kanye West *E.T

-BigBang *Monster*

 

OoOoO

 

 

PROLOGUE

 

  “Aku tidak tau apa ini adalah hal yang nyata.Ketika ku buka mataku,aku sangat berharap bahwa ini bukan mimpi”

          “Sangat sulit dipercaya bahwa mereka benar-benar nyata.Bodoh,apa aku sedang mengigau?Tidak,ini nyata.Dan mereka memang benar-benar ada di sekeliling kita”

          “Mungkin secara fisik, mereka tidak ada bedanya dengan kita,tapi satu hal,mereka memiliki sebuah kekuatan yang sudah ada dalam dirinya sejak mereka pertama kali diciptakan”

          “Aku tak pernah menyangka jika hidupku ada kaitannya dengan mereka,apa ini? Lelucon? Tidak,ini bukan lelucon.Ini adalah kenyataan yang pada akhirnya akan membawaku dalam lingkaran gelap tanpa cahaya yang menyebabkanku masuk ke dalam lubang derita dan tak tau arah jalan keluarnya”

 

OoOoO

 

 

INTRODUCTION

 

EXO PLANET

11 orang lelaki ber-jubah hitam duduk melingkari sebuah meja berukuran besar yang terbuat dari kayu.Seorang laki-laki berahang tegas dan bersuara besar berdiri serta memukul meja yang berada di hadapannya itu.

Bukkk..!!!! Lelaki itu memelototkan kedua mata dan mengepalkan tangan kanannya “Aku akan menyusulnya ke bumi!” Pekik lelaki itu keras dan sekali lagi memukul meja.

“Tidak..!!!! Manusia bumi bisa menangkapmu jika mereka tahu jati dirimu” Cegah seorang laki-laki yang duduk di bangku paling ujung.Lelaki itu mendesah berat disertai hentakkan kecil di tangannya yang ia arahkan pada lelaki di ujung sana.Percikkan api keluar dan menjalar mengarah pada lelaki di ujung itu,tapi dengan cepat ia hentakkan tangannya hingga air keluar dan memadamkan api tersebut.

“Apa kau sudah gila? Dimana otakmu? Kau hampir saja membunuh adikmu sendiri Kris!” Pekik seseorang lagi yang baru saja bangkit dari duduknya.

“Diamlah! Aku ini pemimpin,dan aku tidak akan segan-segan melukai seseorang yang melawanku.Dan kau Suho,beruntung kau memiliki element air,jika tidak,kau sudah terbakar oleh apiku tadi” Bentak lelaki itu lagi dan pergi begitu saja meninggalkan 10 orang lainnya.

Luhan menepuk pelan pundak Suho sambil berusaha menghibur Suho “Sudahlah,jangan kau hiraukan dia.Kita semua tau bahwa Kris memang seperti itu,tapi dia juga orang yang baik.Dia bagaikan malaikat,walaupun kadang ia bertingkah seenaknya sendiri”.

Suho mengangguk pelan dan tersenyum tipis “Aku tahu itu,sudahlah lebih baik kita kembali ke kamar masing-masing” Jawab Suho.

“Jadi? Apa kita akan benar-benar ke bumi?” Baekhyun berguming pelan pada Suho yang akan beranjak pergi.Suho membalikkan badannya dan mengangkat kedua bahunya sambil menggeleng “Entahlah,ku fikir iya,bukankah duizzang Kris sudah mengatakannya tadi?”

“Tapi..” Baekhyun menggantungkan kata-katanya dan menarik nafas panjang “Baiklah,ku rasa begitu memang lebih baik”

 

*****

 

“Hyung,apa menurutmu ide duizzang Kris tadi masuk akal?” Gumam Sehun pada Kai yang sedang duduk di jendela sambil memandang ke-luar.Kai menengok dan menatap Sehun sebentar lalu kembali mengalihkan pandangannya ke luar “Memangnya di dunia kita ada yang masuk akal?”

Sehun menggelengkan kepalanya dan berjalan lebih mendekat pada Kai “Apa maksudmu?” Tanyanya tak mengerti.Kai berdehem dan tersenyum tipis “Apa aku harus menjelaskannya?”.Sehun terdiam sambil memasang wajah penasaran dan Kai sangat mengerti akan hal itu “Ya baiklah,jadi begini.Dulu ketika pertama kali aku dilahirkan,aku tidak seperti ini,aku adalah manusia biasa.Aku yakin itu”

Kai berhenti sebentar dan menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan,Kai mengangkat kepalanya dan mulai bicara kembali “Entah sejak kapan aku merasa ada sesuatu yang ganjil pada diriku.Suatu malam,aku sedang terdiam sendirian sambil memikirkan berada di dalam kereta bersama dengan appaku,lalu….”

 

Flashback

 

          “Di mana ini?” Suara seorang anak kecil membangunkan Kim Min Hyuk dari tidurnya,ia berbalik dan mendapati anaknya sedang duduk tepat di sampingnya.Kim Min Hyuk membelalakkan matanya dan memegang pelan pipi anak itu “Jong In,kau kah ini?” Tanya-nya dengan nada tak percaya.Bagaimana bisa anaknya yang sedang berada di rumah itu sampai di sini dan duduk tepat di sampingnya? Bagaimana bisa itu terjadi? Bahkan terakhir kali,seingatnya ia sedang duduk sendirian tanpa teman.

“B..b..bagaimana kau bisa sampai di sini?” Ujar Kim Min Hyuk tergagap,ia mengamati raut wajah anaknya yang kelihatannya juga sedang bingung.Anak itu terlihat gugup dan shock karena hal yang baru saja terjadi padanya,ia tidak mengerti,sangat-sangat tidak mengerti.

Kim Min Hyuk menggoyang-goyangkan tubuh anaknya itu “Jong In,katakan pada appa.Apa yang telah terjadi? Bagaimana bisa kau ada di sini?”

“Ak..aku tidak tau appa..aku tidak tau..” Jawabnya sambil menangis,Kim Min Hyuk memeluk erat anaknya untuk menghentikan orang-orang yang terlihat sedang memandangi mereka. “Duduklah,kita bicara di stasiun” Ujarnya pelan seraya menghapus air mata anaknya.

30 menit telah berlalu,mereka berdua duduk di salah satu bangku stasiun.Kim Min Hyuk menggenggam erat tangan kiri anaknya dan mulai bicara “Ceritakan pada appa,bagaimana bisa kau sampai di sini?”

“Aku tidak tau appa..aku tidak tau..” Rengek anak laki-laki itu,dia masih menangis.Menangis sejadi-jadinya—

Ia takut,ia sangat takut jika sesuatu terjadi padanya,sesuatu yang sulit di mengerti namun nyata di dunia ini. “Jong In..” Kim Min Hyuk membelai lembut rambut anaknya dan menatapnya dalam-dalam “Tenanglah,ceritakan pada appa..”

 

Flashback END

 

“Jadi hyung? Apa yang hyung katakan? Apa hyung hanya menangis? Apa hyung berlari? Apa hyung…” Sehun menyipitkan matanya dan menatap Kai sebentar lalu bertanya “Kau tidak apa-apa hyung?” Tanyanya dengan hati-hati.

Kai menggelengkan kepalanya “Tak apa,sudahlah lupakan saja ceritaku tadi.Aku mau tidur” Gumamnya singkat dan beranjak pergi meninggalkan Sehun “Hyung tunggu ! Kau belum menyelesaikan ceritamu tadi” Teriaknya pada Kai yang sudah menghilang.

“Sudah ku bilang lupakan saja” Sahut Kai yang tiba-tiba berdiri tepat di samping Oh Sehun.Laki-laki itu hampir saja melompat dan berteriak,tapi untunglah dia cepat sadar kalau itu Kai.Sehun mengerjap sambil mengelus dadanya “Kau membuatku hampir jantungan hyung.Bisakah kau tidak menggunakan kekuatanmu untuk mengagetkan orang?” Gerutunya kesal

Kai tertawa tertahan sambil menyilangkan tangannya “Ayolah Sehunnie,inilah gunanya teleportasi.Bukankah itu sangat menyenangkan?” Jawabnya santai “Ya,baiklah”

“Bagus,kalau begitu sampai jumpa besok pagi” Kai berjalan menjauhi Sehun dan berbalik sebentar “Jangan lupa cuci kakimu,hahaha”

“Apa kau bilang?” Sehun berteriak sambil membelalakkan matanya “Hahaha,jangan marah Sehunnie yang manis” Lagi-lagi Kai menggunakan kekuatannya dan pergi menghindari Sehun.

“Yak baiklah hyung! kau memang benar-benar..arghh” Omel Sehun sebelum beranjak pergi sambil meremas-remas tangannya yang mulai gatal karena perkataan Kai tadi.

 

*****

 

Chanyeol duduk bersila sambil bertopang dagu,berkali-kali ia mendecakkan lidahnya dan menggaruk-garuk kepalanya.Ia sungguh tak habis fikir bahwa Kris akan membuat keputusan seperti itu.Apa-apaan ini? Tinggal di bumi? Mana mungkin? Seharusnya hanya Kris yang ke bumi,bukan semuanya.Lalu bagaimana dengan planet ini?.

Kris yang bersalah.Kris yang telah membuat Tao pergi dari EXO Planet,dan menghilang di bumi.Lalu mengapa semuanya harus terlibat? Ini hanya persoalan antara Kris dan Tao.Dan hanya merekalah yang bisa menyelesaikannya.

Cring.. (?) Sebuah sinar menyilaukan ke-dua mata Chanyeol,dengan cepat ia menghalangi cahaya itu dengan kedua lengannya “Hei hentikan hyung,apa yang kau lakukan?” Gumamnya sambil masih berusaha menutupi kedua matanya.

Tiba-tiba saja cahaya itu menjadi semakin redup dan munculah Baekhyun dari ambang pintu.Lelaki itu berjalan pelan menghampiri Chanyeol yang mulai membuka matanya “Mianhae,hehehe.Apa yang sedang kau fikirkan?” Tanyanya dengan nada penasaran “Oh tunggu,apa kau sedang memikirkan kata-kata duizzang Kris?” Sambung Baekhyun sebelum Chanyeol sempat membuka mulutnya

Chanyeol mengangguk dan meng-iyakan perkataan hyungnya tersebut lalu kembali bertopang dagu “Hash..Mengapa kita harus ikut?” Gerutunya dengan nada kesal.Baekhyun mengangkat kedua bahunya sambil menggelengkan kepalanya “Entahlah,aku juga tidak tau.Sudahlah,lebih baik kita bicarakan hal lain saja.Kau tau? Aku tidak bisa tidur”

 

OoOoO

 

Matahari mulai terbit,ke-11 laki-laki itu telah bersiap memasuki sebuah pesawat jet bewarna hitam metalik dengan kecepatan yang luar biasa.Sebuah jet berkapasitas 12 orang dengan segala macam fasilitas di dalamnya.Jet yang jauh lebih canggih daripada di bumi.Jet ini bisa menghilang dan dilengkapi dengan alat pelindung yang membuatnya tidak akan ketahuan dikala mulai memasukki bumi.

Kris yang notabendnya adalah pemimpin,duduk di kursi paling depan dan di kursi sampingnya terlihat Suho sedang mengencangkan sabuk pengamannya.Ini berbeda,sangat berbeda.Biasanya Tao yang duduk di samping Kris,tapi sekarang? Tao tidak ada.Dia menghilang di bumi sejak 2 minggu lalu.

Xiumin mengernyit “Aku tidak percaya kita akan benar-benar ke bumi” Ucapnya pada Chen yang sedang sibuk dengan tasnya.Ia menengok dan mengangkat bahu “Apa? Bisa kau ulangi?”Ujarnya polos.

Lagi-lagi Xiumin mengernyit “Aku bilang,aku tidak percaya kita akan benar-benar ke bumi!” Jawabnya dengan nada malas dan itu sangat terlihat dari raut wajahnya yang sudah terlipat-lipat bak baju yang belum di setrika.Mungkin—

“Hmm..aku juga,tapi bagaimana lagi? Ini sudah keputusan duizzang.Kita tidak bisa melawannya” Kata Chen pasrah.

Tak lama kemudian mesin jet mulai menyala dan sepertinya sudah tiba waktunya untuk segera lepas landas dan meninggalkan EXO Planet untuk sementara.Ingat hanya sementara.

Ketika para member mulai sibuk dengan dirinya masing-masing,terlihat wajah Kai yang mulai cemas.Apa yang sedang ia fikirkan? Tunggu,Bumi? Benar.Bukankah kemarin Kai berkata bahwa ia awalnya adalah seorang manusia biasa? Berarti dulunya ia adalah manusia bumi.Lalu bagaimana ia bisa sampai di EXO Planet? Dan kenapa ia terlihat cemas?

Sehun membalikkan tubuhnya dan tanpa sengaja melihat raut wajah cemas Kai.Dengan cepat ia memutar kursinya dan duduk berhadapan dengan Kai.Sehun menyipitkan matanya dan mulai membuka percakapan “Kau tidak apa-apa hyung?” Tanyanya khawatir.Tidak biasanya Kai seperti ini,aneh sekali.

Kai mengerjap dan tersenyum,bukan sebuah senyuman gembira.Melainkan sebuah senyuman pahit dan terpaksa.Itu sangat tergambar jelas di wajahnya “Aniyo,Oh ya Sehunnie..Ngomong-ngomong soal kemarin.Maksudku,tolong rahasiakan soal aku yang dulunya adalah manusia biasa dan ya..berasal dari bumi”

Apa?Merahasiakannya?Jadi tidak ada yang tahu soal itu? Dan karena itu pula,Kemarin Kai menghentikan ceritanya dan memilih untuk mengalihkan pembicaraan? Kelihatannya begitu.Sehun menaikkan alisnya “Jadi? Mengapa?”

“Aku punya alasan tersendiri,sudahlah.Awas saja kalau kau berani memberitahukan hal itu pada duizzang atau siapapun.Tamatlah riwayatmu”Ancam Kai sembari mengepalkan tangannya tepat di depan wajah Sehun.

Lelaki ini,dia selalu saja mengancam dongsaengnya.Apa-apaan ini? Mengapa dia memberitahu Sehun jika tidak ingin ada orang lain yang tau? Bodoh.

Sehun terdiam sebentar lalu mengangguk “Baiklah” Katanya dengan cepat dan kembali memutar kursinya pada tempat semula.

 

OoOoO

 

PLANET BUMI

 

Pertama kali memasuki bumi,atmosfer yang berbeda telah mereka rasakan.sesungguhnya keadaan bumi tidak jauh berbeda dengan keadaan di EXO Planet,tapi sungguh.Mereka belum terbiasa dan ini rasanya aneh.

Jet hitam besar itu mendarat di sebuah pulau tak berpenghuni di Korea Selatan.Sebuah pulau dengan pemandangan yang lumayan indah dan sepi.Tempat yang aman—

Kris dan yang lainnya mulai menuruni jet.Mata mereka dimanjakan oleh keindahan alam di sana.Burung-burung laut (?) yang beterbangan,air yang biru,pasir pantai yang putih.Oh ayolah,jangan terlalu lama.Mereka ke bumi bukan untuk berlibur.Ingat,mereka ke bumi untuk mencari Tao,salah satu anggota dari mereka.

Kris berjalan menengahi mereka,ia tepuk pelan tangannya tanda mereka harus berkumpul.Apa lagi ini? Apa Kris akan membuat suatu keputusan yang mengejutkan lagi? Keputusan yang kadang tidak masuk akal.

“Kita harus berpisah di sini” Ucap Kris dangkal sambil memandangi satu per-satu temannya.Mereka semua mengerutkan keningnya tanda tak mengerti.Apa maksudnya? Berpisah? Memang dia mau ke mana? Apa dia sudah mulai gila? Bodoh.

Kris menarik nafasnya dalam-dalam lalu mulai berbicara “Menurut info yang ku dapat,Tao berada di Korea Selatan,tapi beberapa hari yang lalu ada seseorang lagi yang mengatakan bahwa dia berada di China”

“Lalu?” D.O bertanya dengan raut wajah yang sangat-sangat penasaran dan bingung. “Kita harus di bagi menjadi 2 tim.6 orang di Korea,dan 5 orang di China” Jawab Kris datar

Lay mengernyit dan mendesah “Apa? Mana mungkin kita menjadi 2 tim? Kita sama sekali tidak mengerti bumi” Protesnya pada Kris.Yak benar.Bagaimana bisa? Mereka sama sekali tidak mengerti bumi.Ini baru pertama kalinya mereka ke bumi,dan mereka harus terpisah menjadi 2 tim? Mengesalkan sekali.

“Sudahlah,ikuti saja kata-kataku! Chen,Lay,Luhan,dan Xiumin ikut aku ke China.Suho,Chanyeol,Baekhyun,D.O,Kai,dan Sehun kalian di Korea” Kris berjalan mendekati Suho dan menepuk pelan pundak lelaki itu “Ku harap kau menjadi pemimpin yang baik.Jaga mereka ber-5” Ucapnya seraya menepuk-nepuk pelan pundak Suho.

Suho menaikkan alisnya dan menatap Kris “Aku? Pemimpin mereka?” Ujar Suho tak mengerti.Kris mendesah,sepertinya orang-orang sedang memandanginya dan Suho,mereka sedang menunggu penjelasan “Yak baiklah,maksudku,kau akan menjadi leader.Ya,kau akan memimpin ke-5 orang itu.Jaga mereka,aku percaya padamu”

“Baiklah,jadi tunggu apa lagi? Ayo kita berangkat” Sambung Kris lagi pada Chen,Lay,Luhan,dan Xiumin “Oh ya,bantulah aku mengambil speedboat di dalam jet,speedboat itu akan kalian gunakan untuk ke Seoul”.Sepertinya Kris telah mempersiapkannya dengan matang,dan bahasa.Sungguh,entah kebetulan atau bukan.Tapi mereka bisa berbicara menggunakan bahasa Korea dan China.

 

*****

 

30 menit berlalu.Baiklah,sekarang mereka telah berada di dermaga.Tidak  terlalu ramai,bahkan mungkin tidak ada orang.Sepi sekali.Ke-6 lelaki itu melangkahkan kakinya dan menyusuri jalanan yang panjang.Samar-samar mulai terlihat hiru pikuk kota Seoul dengan berbagai aktifitasnya.

“Ini dia,Seoul” Gumam Suho pada dirinya sendiri.Kai mendekat dan menatap Suho “Lalu,apa yang akan kita lakukan?”.Member lain mengikuti arah pandangan Kai,mereka menatap Suho dengan tatapan bertanya-tanya.Apalagi yang harus mereka lakukan sekarang? Berjalan lagi mengitari Seoul? Oh mana mungkin.

Suho tersenyum tipis ia menatap satu-persatu kawan-kawannya,lalu berkata “Kita akan hidup seperti manusia biasa”.

 

 

BERSAMBUNG KE PART I



Protected: CAN’T STOP LOVING YOU (2/2 – END)

$
0
0

This post is password protected. You must visit the website and enter the password to continue reading.


Intuition (Chapter 6)

$
0
0

Intuition

Intuition

Cast : Luhan (Exo-M) Lee So Hee (OC) || Genre : Sad, Romance, Family || Length : Chapter || Rating : PG-15

Author : @ghivory

=Summary=

Penyesalan memang selalu datang diakhir.

 

~oOo~

I.N.T.U.I.T.I.O.N

~oOo~

Rasanya sudah lama tidak berkunjung ke coffee shop seperti ini. Mulai dari aroma kopi yang menyeruak, hangatnya barista yang menyapa, suasana nyaman yang dinikmati sekelompok remaja, hingga orang kantoran yang sedang rapat itu.

Aku sangat merindukannya.

“ini nona.” Seorang barista menyodorkan cup kopi yang aku pesan. Sambil tersenyum aku pun menerimanya. “terima kasih. Jangan lupa kembali lagi !”

Suasana yang sudah jarang aku rasakan. Biasanya, aku akan pergi ke coffee shop atau makan jajanan kaki lima bersama kedua sahabatku. Ji Yeon dan Se Na. Jujur saja, aku berharap bisa merasakan saat-saat itu lagi. Namun, sepertinya sulit. Ya.. mengingat sekarang Ji Yeon bekerja di butik milik ibunya, sedang Se Na ? dia bekerja di salah satu perusahan furniture sebagai perancang. Lalu, aku ? aku harus menjadi Presdir Tae San menggantikan appa.

Jalan-jalan seperti ini jadi terasa aneh bagiku, karena aku sadar paparazzi itu ada dimana-mana. Aku tidak mau merusak image baik Tae San hanya karena ulahku yang aneh-aneh. Jadi, aku berusaha menyamar. Contohnya seperti sekarang, aku tidak mengenakan pakaian formal untuk bekerja. Hanya dress selutut serta sweter—karena ini sudah memasuki musim gugur. Aku berusaha berpakaian biasa, membaur dengan masyarakat lain tepatnya. Berharap tak ada yang mengenaliku sebagai Lee So Hee, presdir Tae San Group. Tapi, Lee So Hee, gadis biasa.

Aku masih melangkahkan kakiku mengikuti arah angin. Rasanya terdengar aneh, ya ? tapi, aku memang membutuhkan ini. Berisitirahat sebentar dari rutinitasku yang padat. Terkadang juga saat jalan-jalan seperti ini aku bisa mendapatkan sebuah ide baru, inovasi, dan pencerahan untuk kedepannya.

Tunggu. Ponselku bergetar.

 

Kau dimana ? aku mencarimu di kantor tapi sekertarismu bilang kau sedang di luar. Mau makan bersama ?

Senyuman jelas mengembang di wajahku. Itu pesan singkat dari Luhan. Namja yang selama ini selalu mengisi hari-hariku, menemaniku, menjagaku, dan mencurahkan perhatiannya untukku. Rasanya terlalu banyak perubahan drastis akhir-akhir ini.

 

Hihi, maaf. Aku di daerah Myeongdong. Aku sudah makan, kok ^^ Kalau kau belum makan, segera pergi ke restoran terdekat, ya ?

Setelah membalas pesannya, aku kembali melangkahkan kakiku menuju halte subway. Kali ini aku memang sengaja tidak membawa mobil. Hm, mari kita lihat. Aku harus pergi ke.. rumah sakit.

 

Rumah sakit ?

Ya, 6 bulan yang lalu appa jatuh sakit hingga harus di rawat di rumah sakit. Dokter bilang sesuatu terjadi pada organ otaknya. Itu jugalah penyebab mengapa sekarang aku menjadi presdir Tae San, karena kondisi appa yang tak memungkinkan, eomma yang ingin terus menjaga appa, dan.. tak mungkin rasanya menyerahkan posisi presdir pada So Hyun ‘kan ? dia terlalu muda.

Oke. Itu dia, sudah datang. Saatnya menjenguk appa. Semoga kali ini aku berhasil membujuknya untuk melakukan operasi itu. Hwaiting !

~oOo~

I.N.T.U.I.T.I.O.N

~oOo~

308. Kamar VVIP di lantai 3.

So Hee terdiam untuk sejenak di depan pintu kamar itu. Entah untuk mengumpulkan tenaga atau apa. Sama seperti hari-hari yang lalu, ia datang dengan penuh harapan agar Tuan Lee, ayahnya, mau melakukan operasi itu.

Kali ini So Hee tampak lebih siap. Perlahan ia membuka pintu dengan seulas senyuman yang menghiasi wajahnya. Seperti yang ia duga. Tuan Lee sedang tidur. Tentu saja karena obat tidur yang baru saja diberikan oleh perawat.

So Hee terus mendekatkan diri ke ranjang yang ditiduri sang appa. Rasanya sangat memilukan melihat kondisi Tuan Lee sekarang. Ia sangat berbeda. Wajahnya yang selalu tampak cerah tak ada lagi. Kulitnya juga terlihat kusam dan penuh keriput. Selain itu—

“So Hee..?” suara lemah menyadarkan So Hee. Ternyata Tuan Lee belum sepenuhnya tertidur.

“ah..appa ? aku membangunkanmu, ya ?” So Hee masih berusaha menghapus jejak air matanya. “maaf aku terlambat..”

“kau baik-baik saja ?” Tuan Lee tampak khawatir. Namun, So Hee hanya mengangguk pelan, lalu duduk di kursi kosong yang sedaritadi menemani appa nya.

So Hee mulai menggerakan jemarinya, memijat kaki sang appa yang pasti terasa pegal karena sulit bergerak. “hah~ putri kecilku sudah dewasa, ya ?”

appa baru menyadarinya ? kemana saja ??”

Tuan Lee hanya tersenyum, lalu melayangkan tangannya membelai lembut rambut So Hee. “aku bersyukur ada Luhan disampingmu.”

So Hee terdiam. “apa ?”

Lagi-lagi pria paruh baya itu tersenyum, “kau tidak membujuk appa untuk melakukan operasi lagi ?” nada bicaranya terdengar seperti meledek. Sepertinya, ayah dan anak itu akan memulai pertengkaran sengit.

“tentu saja ! sebelum datang kemari aku sudah bertekad akan membujuk appa hingga appa  mau melakukan operasi itu !”

Tuan Lee hanya mengangguk kecil. Kini ia berusaha bangkit, bersandar di kepala ranjang itu.

appa..” tiba-tiba suara So Hee memecah keheningan.

“eung ?”

So Hee tampak ragu. “apa ada sesuatu yang menyebabkan appa tidak mau melakukan operasi ?”

Hening. Tuan Lee terdiam untuk sejenak, sedang So Hee masih menunggu jawaban dari Tuan Lee. “..kalau iya. Bagaimana ?”

“ya.. appa harus memberitahuku, hal yang membuat appa tidak mau dioperasi itu.”

“lalu ?”

“mungkin aku bisa melakukan sesuatu..”

“kalau begitu lakukan.”

So Hee kebingungan. Ia tidak mengerti apa yang dimaksud oleh ayahnya itu.

“kalau appa punya permintaan apa akan kau kabulkan ?”

“asal appa mau melakukan operasi itu.”

“menikahlah dengan Luhan.”

“ahjussi ! aku datang~” tiba-tiba suara namja yang tak asing lagi menggema di seluruh ruangan.

Dengan ringannya namja itu berjalan masuk tanpa menyadari keberadaan seorang yeoja yang sedang berbincang dengan ayahnya.

So Hee menoleh kearah namja itu. Langkahnya segera terhenti. Gawat !

“Luhan ??” So Hee menyadari sesuatu. Apa isi kantong-kantong yang Luhan bawa ?

“ah..” suara itu terbata, sangat berbeda dengan suara yang pertama terdengar tadi. “So Hee-ah..”

“jangan-jangan, itu..” So Hee melirik kantong yang di bawa Luhan.

“So Hee, appa bisa jelaskan..” Tuan Lee berusaha menenangkan putrinya.

“Luhan-ssi !” kali ini suara So Hee meninggi. Ia bangkit, lalu menghampiri Luhan. “kau sudah gila membawa makanan ini untuk appa-ku ?! kau mau membunuhnya ??!!”

“So Hee-ah..” percuma, So Hee tak mendengar pembelaan apapun.

“dokter sudah pernah bilang, appa tidak boleh memakan—”

Ponsel yang sedaritadi tergeletak di meja bergetar. Seperti iklan ditengah-tengah film yang sedang mencapai klimaks, So Hee meraih ponselnya dan menjawab telpon. Ternyata itu dari sekertarisnya, ia memberitahukan agar So Hee segera kembali ke kantor karena ada beberapa investor yang akan datang.

So Hee memutus telpon, beralih memandang ayahnya. “appa..”

“pergilah.. aku mengerti.” So Hee tampak sedih. Disaat seperti ini ia tidak bisa menemani appa-nya, tapi Tae San juga tak kalah penting.

“kalau begitu, aku pergi dulu. Kalau ada apa-apa segera telpon aku, ya ?”

~oOo~

I.N.T.U.I.T.I.O.N

~oOo~

Keadaan kembali tenang. Walau Tuan Lee merasa tak enak hati dengan Luhan. Ia jadi terkena amukan So Hee karena permintaanya.

“kau ini ! masuk ke kamar orang yang sedang sakit sebahagia itu.” Tuan Lee membuka pembicaraan. Kini dihadapannya sudah tersedia makanan yang tadi Luhan beli sesuai permintaannya.

“iya, maaf.” Luhan tampak pasrah, lalu duduk di kursi yang tadi So Hee gunakan.

“harusnya aku yang minta maaf,” Tuan Lee mulai menyambar makanannya. “oh, iya. Terima kasih kau sudah repot-repot membelikan ini untukku.”

“ahh,” Luhan menggaruk bagian belakang kepalanya, pipinya memerah seperti buah plum, “bukan hal sulit..”

Tuan Lee masih sibuk dengan makanannya, “oh, iya. Apa tidak apa-apa kalau ahjussi—”

“sudahlah, waktu orang tua ini tak lama lagi, Luhan. Setidaknya aku ingin menikmati hidupku..”

“jangan bicara seperti itu..”

Tuan Lee menaruh sumpitnya, kini ia sedang memandangi Luhan dengan serius. “kalau saja dulu aku tak bertemu denganmu di rumah sakit, entah apa sekarang kau akan ada disini, Luhan.”

“itu adalah sebuah kebetulan yang tak disengaja. Sekarang, aku punya banyak alasan untuk hidup.” Tuan Lee menaikan sebelah alisnya, tanda tak mengerti atas ucapan Luhan.

“selama ini, aku menunggu So Hee. Dan selama aku menunggu, aku tak sengaja bertemu dengan ahjussi di rumah sakit. Hingga akhirnya aku mengetahui kondisi mu yang sebenarnya.”

Tuan Lee tersenyum, “kau tahu ? aku bersyukur. Aku bertemu denganmu saat itu. Setidaknya, aku tahu ada seseorang yang bisa ku andalkan untuk menjaga So Hee.”

Sesaat mereka terdiam, seperti jeda untuk mengambil napas. “kau harus tetap hidup, ahjussi.”

~oOo~

I.N.T.U.I.T.I.O.N

~oOo~

Ini sudah larut malam, namun keadaan memaksa So Hee untuk tetap di kantor dan menyelesaikan pekerjaannya. Tumpukan file yang harus diperiksa itu cukup untuk membuat siapa saja menghela napas karena terlalu banyak. Tapi, apa boleh buat ? itu adalah tugasnya sebagai presdir Tae San.

Di luar sana memang masih ramai, penuh dengan orang-orang hingga kendaraan yang terus lalu-lalang. Sangat kontras dengan keadaan di dalam kantor Tae San Group.

Dering ponsel So Hee memecah atmosfer ruangan itu, membuat si pemilik harus mengalihkan perhatiannya untuk sesaat.

Ternyata, sebuah pesan singkat dari Luhan.

 

Apa kau tidak lelah ? aku menunggumu di atap gedung. Cepat, ya ? disini dingin.

So Hee menghela napas, lalu memundurkan kursinya, melangkahkan kakinya keluar ruangan dan menaiki lift menuju lantai paling atas.

Apa yang dia lakukan malam-malam begini di atap, sih ?

~oOo~

I.N.T.U.I.T.I.O.N

~oOo~

So Hee membuka pintu menuju atap gedung. Dia sudah bersiap untuk mengguyur Luhan dengan ribuan omelan karena tengah malam begini malah mengajaknya ke atap gedung. Tapi, sebuah pemandangan yang berbeda membuat So Hee mengurungkan niatnya.

“Luhan ?” So Hee berusaha mencari Luhan, orang yang memintanya datang kesana.

Saat ini dihadapan So Hee terdapat rangkaian lilin beraroma lavender yang dibentuk menyerupai hati. Tentu saja ini ulah Luhan. Itu pasti !

So Hee terus mendekati rangkaian lilin itu. Hingga seseorang memeluknya dari belakang.

mianhae..”

So Hee tampak tak terkejut. Ia sudah tahu orang itu pastilah orang yang sama dengan orang yang membuat rangkaian lilin itu. Luhan !

“kau tidak terkejut ?” tanya Luhan dengan dagunya yang masih bertengger di bahu kanan So Hee.

“haruskah aku terkejut ?” Luhan mengerucutkan bibirnya lalu mengurai pelukannya. So Hee hanya tersenyum simpul melihat tingkah Luhan yang kekanak-kanakan itu.

“maaf soal—”

“kau tidak salah, kok. Jadi, tidak usah meminta maaf.”

“habis.. kau tampak menyeramkan, sih.”

Oh, Luhan ! kau tampak seperti anak kecil saat ini.

“ayo masuk.. disini dingin.”

“lalu bagaimana dengan lilin-lilin itu ? aku susah payah membuatnya tahu !” protes Luhan sambil menunjuk kearah rangkaian lilin itu.

Sebenarnya So Hee juga merasa sayang kalau nantinya lilin-lilin itu akan dibuang oleh petugas kebersihan kantor, tapi mau bagaimana lagi ?

“berikan aku ponselmu !” pinta So Hee.

“memangnya kau tidak membawa ponselmu ?” kata Luhan sembari menyerahkan ponselnya.

So Hee segera meraih ponsel itu. Lalu, mengambil beberapa foto rangkaian lilin itu. Ia kemudian mendekati rangkaian lilin itu. “ayo !” kata So Hee sembari melambaikan tangannya pada Luhan. Luhan yang tak mengerti hanya menuruti perintah So Hee. Ternyata So Hee mengambil foto mereka berdua dengan rangkaian lilin sebagai spot utama.

“nah, sudah selesai..” So Hee masih memandangi layar ponsel Luhan. “nanti akan aku post di twitter. Haha.”

Luhan membulatkan matanya, “hei, kau sudah gila ?!”

“memangnya kenapa ?”

“nanti semua orang,”

“kalau semua orang tahu memangnya kenapa ? yang seharusnya merasa rugi ‘kan aku. Kesempatanku untuk mendapatkan seorang namja terancam hilang karena dirimu ! lalu, Tae San—”

“selama ini kau anggap apa diriku ???”

So Hee mengulum senyum. Rasanya menyenangkan melihat Luhan cemburu seperti itu. “aku hanya bercanda Xi-Lu-han..” So Hee mencubit gemas pipi Luhan. Ohh, pipi Luhan benar-benar merah saat ini.

“kau tidak membawa outwear mu, apa ? dress mu itu terlalu tipis.” tanya Luhan sambil membuka jasnya. Sepertinya ia ingin mengalihkan perhatian agar pipinya berhenti memerah.

“aku lupa..” Luhan kemudian menyelimuti So Hee dengan jas itu.

“lain kali jangan diulangi lagi.”

“Luhan ?”

“eung..”

“kau sangat menyukaiku, ya ?”

“aa..aapa ?” Luhan tampak setengah tertawa.

“aku serius..”

Luhan masih tertawa, “aku juga serius..”

“kau mencintaiku ?”

Kali ini Luhan berusaha menghilangkan tawanya. Ia pun mengangguk kecil sebagai jawaban untuk pertanyaan So Hee. Tanda bahwa ia serius.

“lalu, apa kau akan menjadi suamiku ?”

Luhan terdiam, ia tampak berpikir sejenak. Perlahan ia sedikit membungkukan tubunya, menyejajarkan  wajahnya dan wajah So Hee. “itu tergantung pada nona..” Luhan mencubit pucuk hidung So Hee.

“tergantung ? tergantung pada apa ?”

Luhan kembali menegapkan tubuhnya, “tergantung, apakah kau mau menjadi istriku atau tidak.”

So Hee mengangguk-angguk kecil dan itu tampak manis di mata Luhan.

“apa sesuatu terjadi ??” tanya Luhan. So Hee mengangkat wajahnya, kembali memandang Luhan lalu menggeleng pelan.

“disini dingin..” keluh So Hee pada Luhan sambil memeluk dirinya sendiri. Sesaat kemudian So Hee membunuh jarak diantara mereka, memeluk Luhan seperti anak kecil. “hmm, hangatnya..”

Luhan membalas pelukan So Hee yang kini membenamkan setengah wajahnya di dada Luhan. “ayo masuk kedalam.. aku tak mau kau sampai sakit.”

“sebentar lagi. Xi Luhan sangat hangat..” Luhan mengulum senyum, ia kemudian membelai lembut rambut So Hee.

“hei, anak kecil. Bukankah pekerjaanmu masih menumpuk ?”

 

~oOo~

I.N.T.U.I.T.I.O.N

~oOo~

Aroma kopi mulai memenuhi penciumanku, membuatku membuka mata dan mencari sumber aroma itu.

“pagi..” sapa Luhan yang sedang berjalan dengan secangkir kopi dalam genggamannya. Ia kemudian meraih beberapa file yang aku yakin adalah milikku. “kau mau kopi ? sebentar ya, akan ku buatkan.” Setelah mengakhiri kalimatnya dengan senyuman ia pun kembali ke meja kecil yang ada di pojok ruangan, tempatku menaruh coffee maker.

Aku masih mengucek mataku, berusaha mengumpulkan nyawaku yang entah berterbangan kemana. Tanpa ku sadari ternyata aku tidur dengan jas Luhan dan selimut—yang memang sengaja ku taruh di kantor—yang menutupi tubuhku.

Sesaat kemudian aku sudah terduduk dengan wajah kusut dan rambut yang sedikit berantakan. Luhan datang dan duduk di sampingku sambil menyodorkan secangkir kopi yang baru saja ia buat. “minum dulu.. kau tampak kekurangan nyawa.” Seulas senyuman ku berikan untuknya, dengan senang hati ku terima kopi yang ia buatkan untukku.

“bagaimana tidurmu ?” tanyanya tanpa memutus kontak mata diantara kami. Aku hanya tersenyum layaknya anak kecil. Tiba-tiba saja Luhan mengacak-acak rambutku dengan gemas ketika aku mulai menyeruput kopi yang masih mengepul uapnya itu. “aku selesaikan pekerjaan dulu, ya ? setelah itu kita sarapan. Tidak lama, kok.” Luhan pun bangkit diikuti dengan bola mataku yang terus mengekorinya.

“semalaman kau mengerjakannya ?” tanyaku sambil terus memperhatikan gerak-geriknya.

“Kenapa ? kau mau barterima kasih ?” jawabnya tanpa menatapku. Kini ia sudah duduk di kursiku sambil memeriksa beberapa laporan yang seharusnya ku kerjakan.

Mataku menyipit, “tidak.”

Dia mengangkat kepalanya dari kertas-kertas itu. Bisa kulihat senyumannya yang samar namun manis. “hah~ aku lapar..” kataku sembari bangkit dan merenggangkan tubuhku.

“cuci muka dulu. Jejak air liur mu terlihat, tuh.”

“apa ?” sontak saja aku kaget. Oh tidak !

Aku segera menengok kekanan dan kekiri, mencari-cari benda yang bisa kugunakan untuk bercermin. Hingga ku temukan ponselku yang tergeletak di sofa table. Tanpa basa-basi segera kusambar ponsel itu dan menggunakannya untuk bercermin.

Luhan tertawa renyah, “oh, ayolah. Kau tidak seburuk itu. Aku hanya bercanda..”

Aku membalikkan tubuhku. Dan yang kudapati kali ini, Luhan sedang berjalan kearahku dengan tablet PC yang aku yakin juga milikku. “sore ini kau ada rapat dengan para investor, kan ? ini sudah kuperiksa data-data itu. Dan kurasa tak ada masalah. Kau bisa melanjutkan proyek Pulau Jeju itu.” katanya sembari menyodorkan tab padaku. Aku menerimanya, lalu meneliti apa-apa saja yang sudah Luhan catat disana.

“yang perlu kau lakukan saat ini hanya mencuci wajahmu. Terlihat kusut sekali tahu !”

Aku memainkan bola mataku, ya baiklah Xi Luhan. “ya, sudah aku cuci muka dulu.”

“setelah itu bayar gaji lemburku, ya ?”

Aku hanya mengerling nakal, lalu melanjutkan langkahku menuju toilet.

~oOo~

I.N.T.U.I.T.I.O.N

~oOo~

   So Hee telah kembali setelah mencuci wajahnya. Kini ia sedang berjalan menuju sofa yang diduduki Luhan. Sepertinya Luhan tak sadar akan kehadiran So Hee.

“YAA ! Apa yang kau lakukan dengan ponselku ??!” teriak So Hee seraya menyambar ponselnya yang ada di tangan Luhan.

“tidak, kok.” Jawab Luhan dengan santai seolah tak terjadi apapun. So Hee menyipitkan matanya tanda tak percaya pada ucapan Luhan. Ia pun mengecek isi ponselnya, siapa tahu Luhan melakukan sesuatu yang aneh-aneh.

“tak ada yang kulakukan !” bantah Luhan seraya bangkit dari sofa dan melalui So Hee begitu saja.

Baiklah, kali ini So Hee tak menemukan bukti. “oh, ya Presdir ! aku mau menagih gaji lemburku..” kata Luhan sembari memakai jasnya. So Hee menghampirinya lalu membantu Luhan merapikan jasnya.

“berapa yang kau minta ?” tanya So Hee dengan kedua tangan yang masih melekat di kerah jas Luhan.

Luhan tersenyum nakal, “tidak mahal, kok.”

“katakanlah..” Kini namja yang ada di hadapan So Hee itu mengerjap pelan, hingga bola matanya kini berhenti pada satu objek yang ada di depannya.

Hanya ciuman singkat yang sangat cepat. Seperti itulah morning kiss mereka hari ini. Diakhiri dengan senyuman Luhan yang mengembang puas. “terima kasih, Prsedir.”

Otak So Hee masih berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi. Hingga akhirnya ia berdengus kecil, “dasar !”

“ayo sarapan ! aku lapar.” Ajak Luhan sembari menggenggam lengan So Hee.

“eeh, Lu..Han..?” sela So Hee.

“apa ?”

Segurat keraguan tampak di wajah gadis itu. “ada yang ingin kubicarakan..”

Luhan melepaskan genggamannya, “katakanlah.”

So Hee semakin tegang karena Luhan terus memandanginya lekat-lekat. Tanpa sadar ia memainkan dressnya “ini..”

“hm ?”

So Hee menghela napas pendek lalu menyelipkan rambutnya di belakang telinga, “soal appa..”

~oOo~

I.N.T.U.I.T.I.O.N

~oOo~

Hari ini adalah hari operasi. Ya, rencanaku dan Luhan berjalan dengan lancar. Rencana dimana aku dan Luhan akan bertunangan setelah appa dioperasi. Dan diluar dugaanku ternyata cara ini berhasil !

Aku masih duduk menunggu di luar ruang operasi bersama eomma dan So Hyun. Jujur saja hatiku tak tenang karena dokter tak kunjung keluar dan membawa kabar baik untuk kami. Tapi, tak mungkin bagiku menunjukkan rasa khawatirku itu. Aku harus tetap terlihat tenang agar eomma juga tenang.

 

1 jam 47 menit

Entah mengapa hatiku rasanya tak enak. Tiba-tiba saja beberapa perawat dan dokter berlarian masuk ke dalam ruang operasi appa. Oh ada apa ini ?

Aku berusaha menahan salah satu diantara mereka, berharap aku bisa bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Namun, gagal. Hatiku semakin kacau.

 

Apa yang terjadi di dalam ? semoga appa baik-baik saja.

Keadaan berubah menjadi tegang. Eomma tampak sangat khawatir, sedang So Hyun menyembunyikan wajahnya dibalik tangannya.

Tuhan, semoga tak ada hal buruk yang menimpa appa.

Aku masih menundukkan wajahku. Hingga penglihatanku mendapati seseorang baru saja keluar dari ruang operasi. Aku segera mengangkat kepalaku.

“..maaf, kami sudah melakukan yang terbaik.”

~oOo~

I.N.T.U.I.T.I.O.N

~oOo~

Awan mendung menutupi sang mentari. Aku yakin sebentar lagi hujan akan turun. Semua berita di koran hingga televisi menayangkan kabar kematian ayahku. Dan itu membuat eomma semakin sedih.

Setelah acara pemakaman berakhir, eomma tampak sangat sedih. Ia bahkan tak mau makan dan minum. Itu sangat membuatku khawatir. So Hyun juga tampak murung. Dia yang biasanya mencairkan suasana mendadak berubah menjadi pendiam.

 

Aku hanya bisa merutuk.

“kau baik-baik saja ?” kata Luhan dengan lembut di telingaku. Ia memegangi kedua lenganku karena aku memang sangat lelah saat itu.

“kurasa tidak.” singkatku.

“kau harus tetap kuat..”

Aku tahu Luhan ingin memberiku semangat. Tapi, aku butuh waktu.. sebentar saja. “Luhan, aku ingin sendiri.”

~oOo~

I.N.T.U.I.T.I.O.N

~oOo~

Ini sudah sebulan sejak kepergian ayahku dan tepat seminggu setelah kepindahanku dari rumah. Ya, selama  sepekan ini aku tinggal di apartemen milikku di daerah Gangnam.

Mengapa ?

Setelah kepergian appa, eomma tampak sangat terpukul. Tak mau makan tak mau minum, hatinya pun menjadi sangat sensitif. Dan yang paling membuatku sedih, ia tak mau bicara padaku.

Sebenarnya So Hyun tak ingin aku tinggal di luar karena eomma yang tak mau satu meja makan denganku. Tapi, aku juga tak mau harus melihat eomma yang seperti itu. Kurasa akan lebih baik jika aku tinggal di apartemen dan menyibukan waktuku dengan bekerja.

Selain itu, aku juga sudah jarang bertemu dengan Luhan. Aku anggap itu sebagai hukuman untuk diriku yang tak memenuhi keinginan appa. Aku benar-benar merasa bersalah. Mungkin seharusnya saat itu aku menikah saja dengan Luhan.

Tapi, nasi sudah menjadi bubur. Penyesalan memang selalu datang diakhir, bukan ? kini yang bisa kulakukan hanyalah melakukan apa yang bisa kulakukan dan melanjutkan apa yang sudah ada. Bukannya menggerutu akan hal yang tak dapat ku ubah.

Satu-satunya yang ku harapkan kini.. hanyalah,

 

Eomma kembali seperti dulu.

~oOo~

I.N.T.U.I.T.I.O.N

~oOo~

Tak ada tempat bagi So Hee untuk mencurahkan isi hatinya. Tapi, satu nama tiba-tiba muncul dibenaknya. Suho !

“ada apa ?” tanya Suho dengan lembut sembari duduk di samping So Hee. Kini mereka sama-sama memandangi indahnya matahari tenggelam di Sungai Han.

“entahlah. Kau satu-satunya orang yang terpikir dibenakku saat ini.” Jawab So Hee sambil tersenyum tipis. Ia menoleh sesaat, lalu kembali meneguk kaleng minumannya.

“sesuatu terjadi ?”

“eung..” So Hee mengangguk kecil, lalu memulai pembicaraan diantara mereka.

“jadi, apa pendapatmu ?” tanya So Hee pada akhirnya. Ia kemudian menoleh kearah Suho yang sedang merebahkan diri dengan kedua tangan terlipat dibalik kepalanya.

“sudah selesai ceritanya ?” So Hee menyipitkan matanya, hanya bercanda.

Suho pun bangkit seperti tanda untuk memulai pidato panjang lebarnya, “jujur saja, aku tak bisa membantu apapun.”

So Hee tahu itu. Memang tak ada yang bisa Suho lakukan untuk membantunya. Namun, setidaknya dengan bertemu Suho ia bisa mengurangi sedikit beban dihatinya. “aku mengerti..”

“aku tahu pasti. Kau menemuiku karena kau butuh tempat bercerita, bukan ?”

So Hee tersenyum simpul, ucapan Suho seratus persen benar !

“dengar. Satu-satunya orang yang bisa menyelesaikan masalah ini hanya dirimu. Semua tergantung dari usaha mu. Aku tahu kau sangat menyayangi keluargamu, tapi kau tidak mungkin membiarkan keadaan seperti ini terus berlangsung, bukan ?”

Suho memegang pundak So Hee, seolah ingin memberi semangat yang ia punya untuk gadis yang ia sukai itu. “kalau kau butuh sesuatu atau teman bercerita seperti tadi, kau tahu dimana aku.”

So Hee tersenyum tipis. Suho sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri, walau ia tahu sebenarnya Suho memiliki perasaan lain untuknya.

Suho menarik tangannya, lalu memandang langit sambil menjatuhkan diri di rumput. Jelas sekali jika ia merasa canggung dengan posisinya saat itu. Dia menyukai So Hee, namun bisa melihat adiknya dalam diri So Hee.

“oppa..”

“eung ?”

“aku tahu kau merindukannya..”

“terlihat jelas, ya ?”

“sangat jelas.”

Matahari sudah membenamkan setengah dirinya. Pemandangan yang indah, walau jujur saja So Hee lebih menyukai matahari terbit. Helaan napas So Hee terdengar, namun sesaat kemudian yang terlihat adalah seulas senyuman yang hangat.

“oppa, ayo kita kunjungi Joon Hee !”

~oOo~

I.N.T.U.I.T.I.O.N

~oOo~

a/n : Halo-halo Bandung ! *nah loh kok malah nyanyi ??* haha, oke. Seperti biasa cuap-cuap diakhir tuh kaya ritual wajib, hehe. So, ternyata chapter 6 bukanlah last chapter saudara-saudara~ soalnya pas udah diketik ternyata jadi kebanyakan kalo berakhir di chapter 6. Oh, iya.. author mohon maaf yang sebesar-besarnya soal update yang ke-la-ma-an *waduh, kenapa tuh ?* soalnya author bener-bener lagi sibuk sama yang namanya u-la-ngan, hehey. Oke, kali ini see you at Last Chapter yeorobun….


Hiring Admin for EXOMKFF

$
0
0

EXOMKFF kembali membuka kesempatan bagi teman-teman yang berniat menjadi admin di blog ini. Adapun syarat untuk menjadi seorang admin di blog EXOMKFF, yaitu :

  • Usia minimal 17 tahun, perempuan.
  • Mempunyai blog (wordpress) pribadi.
  • Dapat mengoperasikan wordpress dengan sangat baik.
  • Dapat mengoperasikan adobe photoshop dengan baik.
  • Dapat mengupdate library dan lainnya yang berhubungan dengan blog secara rutin.
  • Ramah dan bisa diajak kerjasama.

Bagi teman-teman yang berminat dan merasa sudah memenuhi syarat-syarat di atas, silahkan kirimkan formulir pendaftaran admin ke email exomkfanfiction@ymail.com dengan format seperti di bawah ini.

————————————————————————————————-

[ SUBJECT : PENDAFTARAN ADMIN ]

  • Nama Lengkap (Asli) :
  • Usia :
  • No. HP / Pin Blackberry / Twitter :
  • Link blog (wordpress) pribadi :
  • Email yang digunakan saat mendaftar wordpress :
  • Lampirkan contoh poster/header blog/lainnya yang pernah dibuat sendiri menggunakan adobe photoshop. (wajib)

————————————————————————————————-

Kami akan merespon email teman-teman dalam waktu paling lambat 1 x 24 jam. Diterima atau tidaknya teman-teman menjadi admin di blog ini tetap akan kami beritahukan melalui email.


[One Shot] Hate That I Love You

$
0
0

hate that i love you

Title                 : Hate That I Love You.

Author             : Popoy

Main Cast        : Oh Sehun | Shin HyeJu

Support Cast   : Find out by yourself.

Length             : One shoot.

Rating             : PG13+

Genre              : Romance, Angst, Family, Marriage Life.

Author’s Note : [ati-ati] typo is seni, gaje is kreatip, lebay is aktip! (?)

Author’s P.O.V

Seorang yeoja sedang berjongkok tepat di hadapan seorang namja yang tengah terlelap tidur. Yeoja itu seakan-akan sangat mengagumi wajah malaikat yang dimiliki oleh namja itu—yang lebih tepatnya adalah suaminya.

Walaupun sudah berstatus sebagai seorang istri Oh Sehun, Shin Hyeju masih gemar mengamati detail wajah suami kesayangannya itu. Karena entah mengapa, Oh Sehun sepertinya sangat membenci gadis bernama Hyeju tersebut.

Oh baiklah, mari kujelaskan mengapa seorang Sehun membenci Hyeju. Awal mula nya karena perjodohan. Suatu tradisi kolot yang sepertinya sudah ditinggalkan oleh manusia berabad-abad lalu. Namun tidak untuk keluarga Oh dan keluarga Shin. Mereka kekeuh menikahkan anak mereka.

Shin Hyeju yang notabenenya menyukai Sehun pastilah senang akan kabar perjodohan itu. Namun, tidak dengan Sehun. Selama sekitar 2 bulan lebih menikah, rumah tangga mereka flat alias tak berwarna. Jika diibaratkan, kehidupan rumah tangga mereka berdua bagaikan kertas usang yang terombang-ambing tak tentu arah.

-Popoy’s-

Sudah lebih dari satu jam Hyeju memandangi wajah suaminya itu. Kebiasaan yang aneh. Biasanya Hyeju akan bangun pagi-pagi sekali untuk membereskan rumah nya, lalu menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Sehun—walaupun ia tak berjanji akankah Sehun memakan makanan itu atau tidak. Dan setelah itu, ia akan berjongkok seperti orang bodoh sambil memandangi wajah Sehun tanpa bosan.

Oh Tuhan, dia begitu sempurna…Terimakasih telah membuatnya berada di sisiku walaupun aku tahu betapa bencinya dia padaku. Gumam Hyeju dalam hati. Senyuman kecut terpancar dari bibir mungilnya.

Ting-Tong-Ting-Tong.

Hyeju sedikit tersentak mendengar suara bel yang terdengar nyaring sekali. Dengan cepat ia turun ke lantai bawah untuk memastikan siapa yang datang dipagi hari seperti ini.

Cklek

Hyeju sedikit terkejut melihat Shin Nara—kakak kandungnya—yang sedang berdiri tepat di depan rumah Hyeju dan Sehun.

A-Aigoo. Nara unni? Kau sedang apa kemari?” Tanya Hyeju sambil mengawasi sekeliling.

Sontak Nara langsung memukul pelan kepala adik semata wayangnya itu. “Aku kemari karena ingin mengabarkan sesuatu hal yang penting padamu. Ayo cepat masuk” Tanpa permisi, Nara langsung menerobos masuk ke dalam rumah.

Hyeju hanya bisa mendengus kesal melihat perilaku tidak sopan kakaknya itu.

“Hey, kemana suamimu?” Tanya Nara sembari duduk di atas sofa empuk ruang tamu rumah Hyeju dan Sehun.

Hyeju melirik lantai dua, tepatnya pintu kamarnya dengan Sehun. “Semalam dia lembur, mungkin dia kelelahan jadinya ia bangun siang. Lagipula aku tidak terlalu mempermasalahkannya, ini kan hari minggu” jelas Hyeju panjang lebar yang hanya disambut anggukan kecil Nara.

“Oh iya, ada apa kau kemari Unni?” Tanya Hyeju.

Nara tiba-tiba tersenyum penuh arti. Ia pun merogoh tas nya. Enath apa yang ia cari.

Hyeju yang duduk tepat di samping Nara hanya bisa menaikkan alisnya bingung.

Sepersekian detik kemudian, Nara mengeluarkan sebuah amplop putih yang Hyeju belum tahu isinya. “Apa itu?” Tanya Hyeju pensaran.

Nara memberikan amplop itu pada Hyeju. “Itu adalah tiket liburan ke Pulau Jeju. Aku juga sudah menyiapkan sebuah penginapan untukmu. Apalagi bulan madumu ke Bali 2 balun itu gagal sepertinya” Ujar Nara.

Hyeju hanya bisa tersenyum kecil. “Bagaimana bisa berhasil, jika selama di Bali aku sakit. Dasar pabo ujarnya dalam hati.

Nara melirik jam tangannya sekilas. “Hey, Hyeju. Aku pulang dulu ne. Aku ingin mengunjungi Eomma dulu. Dah, Annyeong!” Nara pun dengan tergesa-gesa keluar dari rumah.

Sedangkan Hyeju hanya bisa memandang amplop itu dengan tatapan nanar.

Tiba-tiba Sehun dengan rambut yang sedikit basah datang menuruni tangga. Tubuh Hyeju sontak saja membeku melihat betapa tampannya suaminya itu.

“Siapa tadi?” Tanya Sehun dengan nada datar—dan terkesan sangat dingin itu.

Hyeju langsung terbuyar akan kekagumannya terhadap Sehun. “Ah ta-tadi itu Nara unni. Ia memberikan ini padaku.” Hyeju memberikan amplop itu pada Sehun.

Dengan segera Sehun membuka amplop itu. Sehun membaca dengan seksama apa yang berada di dalam amplop itu.

Melihat wajah Sehun yang semakin dingin, Hyeju langsung angkat bicara. “E-Eum, Jika kau tidak berminat untuk kesana, aku akan kesana bersama dengan Bomi.”

Sehun mengangkat kepalanya menghadap Hyeju. Lalu dengan kasar melemparkan amplop itu ke arah Hyeju. “Aku akan kesana.” Jawabnya singkat lalu berlalu menuju ke meja makan.

Sudut bibir Hyeju terangkat membentuk sebuah senyuman. Ia pun memungut kembali amplop yang berserakan di lantai lalu ia simpan baik-baik.

Hyeju menghampiri Sehun yang ternyata sedang makan di ruang makan. Ada rasa senang di diri Hyeju melihat Sehun yang dengan lahap memakan masakannya.

“Ah, sebaiknya aku tidak mengganggunya.” Gumam Hyeju kemudian ia pun beranjak menuju ke lantai atas untuk menyiapkan perlengkapannya berlibur di Jeju.

Hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk menyiapkan perlengkapan berliburnya. Dan kebetulan sekali Sehun masuk ke dalam kamar dan ia pun melihat Hyeju sedang memasukkan baju-bajunya ke dalam koper.

“Menyingkir dari sini. Jangan pernah sekali-kali kau menyentuh barang ku.” ujar Sehun dingin namun sangat cukup untuk membuat Hyeju terdiam di tempat. Ia bahkan merasakan ada bom yang membuat kepala nya pecah, atau jutaan pedang menusuk-nusuk hatinya tanpa rasa ampun.

Hyeju mundur beberapa langkah. “Maafkan aku.” Hyeju menunduk menandakan ia sungguh menyesal. “Aku berjanji tidak akan menyentuh barang mu lagi, Sehun-ah.” Hyeju berbicara dengan nada bergetar.

Sehun sedikit kaget dengan reaksi Hyeju. Namun ia menutupinya dengan act like icy prince.

Hyeju merasa udara disekitarnya pergi menjauhinya. Ia pun dengan langkah cepat langsung menuju ke kamar mandi, karena ia merasa sudah tak tak kuat menahan butiran bening dari pelupuk matanya.

Author’s P.O.V End

 

Hyeju’s P.O.V

 

Aku mengadapkan diri tepat di depan cermin ukuran 50 cm yang berada di kamar mandi. Aku berusaha tegar. Ia kembali mengingat-ingat ucapan sahabat ku Bomi ketika aku tengah lelah mengejar seorang Oh Sehun. “Cinta itu perlu pengorbanan. Jika tidak ada pengorbanan, bukan cinta namanya”

Ya, aku harus berkorban dan berjuang. Karena aku yakin aku pasti bisa meluluhkan seorang Oh Sehun. Aku tak mau menyesali ini, walaupun Sehun membenciku, aku akan tetap berjuang membuatnya jatuh cinta padaku. Karena aku yakin semuanya akan indah pada waktunya.

Aku mencuci wajahku dengan air. Mencoba menghilangkan bekas-bekas tangisku tadi.

Ayo Shin Hyeju, fighting!

Aku pun langsung mengambil koperku dan turun ke bawah. Karena aku yakin Sehun sudah ada di bawah.

Dan benar sekali, ia tengah berdiri dengan kopernya. Astaga, Tuhan, tolong aku. Mengapa Kau ciptakan makhluk se-sempurna ini?

“Cepatlah!” Teriaknya dengan pandangan sinisnya yang selalu kubalas dengan pandangan takut. Karena setiap dia membentakku, aku selalu menundukkan wajahku. Aku takut jika aku menangis di depannya.

Aku menarik koperku dengan cepat, untunglah aku hanya membawa beberapa potong baju.

Taxi yang akan membawa kami ke bandara-pun datang. Aku menaruh barang ku ke dalam bagasi mobil, begitu juga dengan Sehun.

Lalu, tanpa basa-basi aku dan Sehun masuk ke dalam mobil. Selama di mobil? Hening. Tak ada yang berani membuka obrolan. Sehun sedang sibuk dengan gadged nya. Sedangkan aku? Hanya bisa menghadap ke-arah jendela dengan bosan.

“Tuan, Nona~ Ini sudah sampai.” Ujar supir.

Aku mengangguk lalu tersenyum sekilas pada supir itu menandakan terimakasihku padanya.

Setelah Sehun memberikan beberapa lembar uang won pada supir itu, aku dan Sehun segera masuk ke dalam pesawat, karena pesawat akan lepas landas 10 menit lagi.

Selama di pesawat aku terdiam, mengantuk. Ya, sangat mengantuk. Meskipun penerbangan hanya sebentar, namun itu membuatku mengantuk.

Aku mencoba tidur dan…

Duk

Keningku terantuk kaca jendela pesawat. Aish, menyebalkan.

Kulirik sekilas Sehun. Ia tertidur pulas. Aigoo, dia sungguh tampan.

Setidaknya aku tidak perlu tidur selama di peswat. Memandangi wajah Sehun-pun aku sangat senang. Sungguh!

Tadaaaa! Sampailah aku di Pulau Jeju. Aku memasang sunglass ku. Begitu juga dengan Sehun.

“Cepatlah sedikit.” Perintah Sehun.

Aku mengangguk lalu mengikutinya naik taxi. Selama perjalanan, aku sesekali mengirim pesan singkat kepada Bomi, sahabatku. Aku harus menceritakan ini  padanya nanti jika sudah kembali ke Seoul.

To : Bomi-ya~

Hey Bomi, Kau tahu aku sedang ada dimana sekarang, huh?
Percaya atau tidak, aku sedang berada di Pulau Jeju. Tentunya bersama Sehun.
Tolong jangan balas pesan ini, Karena aku tidak mau kau mengganggu liburanku. Kkk~

Send!

Aku menutup layar ponsel flip ku itu. Dan kulirik Sehun sebentar. Sepertinya ia sedang menikmati pemandangan alam Pulau Jeju yang indah ini.

30 menit perjalanan terbayarkan sudah ketika kami menginjakkan sebuah cottage yang saaaaangat indah. Walaupun ukurannya tidak bisa dibilang besar, namun lokasi dan pemandangannnya sungguh indah.

Aigooo~ Sepertinya aku harus berterimakasih pada Unni ku yang satu itu!

Aku masuk ke dalam kamar nya. Begitu juga dengan Sehun.

Sehun terlihat sangat kelelahan. Aku jadi tak tega menganggunya.

Aku membuka koper ku, lalu mengambil sebuah short dress berwarna putih yang kubeli di Bali 2 bulan lalu. Aku pun memasuki kamar mandi.

Untuk kesekian kalinya aku mengangumi cottage ini. “Ini indah, ani-ani, sangat indah!” aku menggumam tidak jelas sambil melihat-lihat interior kamar mandi ini.

Aish, Sebaiknya aku harus segera mandi dan mengganti pakaian ku.

Hyeju’s P.O.V End

 

Sehun’s P.O.V

Sore berganti malam. Kini saat nya memjamkan mata. Aigoo, aku membenci perasaan ini.

Apa aku bersikap sangat kasar pada Hyeju? Ah tapi jika aku bersikap baik padanya, aku pasti akan kehilangan kendali.

Aku benci perasaan ini.

Srrrk

Kulirik kesamping—kearah hyeju—yang baru saja keluar dari kamar mandi. Rambutnya yang masih basah itu malah membuatnya terkesan….errr? Sexy?

Aish, Sehun. Hilangkan pikiran kotormu itu.

Aku membalikkan tubuhku. Berusaha menghindarinya—menhindari kontak dengan Hyeju—.

“Sehun-ah, apa kau sudah makan?” Tanya Hyeju dengan suara yang sangat lembut. Aku terdiam. Sedikit lama.

“Aku lapar.” Aku langsung beranjak dari kasur lalu keluar dari kamar ini tanpa memperdulikan Hyeju yang entah pandangan apa yang ia lontarkan padaku saat ini.

Aku berjalan menuju café yang berada dekat dengan cottage ini berada. Aku memasuki café itu. Kulihat sedang live music disana. Tapi aku tak menghiraukannya.

Seorang pelayan yeoja mendekatiku. “Mau pesan apa Tuan?” tanyanya dengan senyuman ramah.

“4 Botol soju.” Jawabku tanpa berfikir apa efek samping yang akan ditimbulkannya nanti.

Sambil menunggu pelayan itu datang, aku melihat dan sedikit menikmati penampilan dari band indie yang tengah tampil tepat di tengah-tengah café.

“Ini pesanan anda Tuan.” Pelayan itu menaruh 4 botol soju di meja ku. aku yang entah kesetanan apa, langsung menyeruput soju itu bahkan seperti aku meminum air mineral biasa.

Kini sudah 3 botol yang kuhabiskan, entah sudah jam berapa ini. Kepalaku pening. Tiba-tiba seorang pelayan membangunkanku.

“Tuan, café sudah hendak tutup. Silahkan keluar” ujarnya.

Aku langsung berdiri menaruh beberapa lembar uang won di meja lalu berjalan dengan tergopoh-gopoh. Meskipun aku tahu nantinya mungkin saja aku akan terjatuh dan pingsan di tengah jalan sampai pagi.

Sehun’s P.O.V End

 

Hyeju’s P.O.V

Sudah beberapa jam yang lalu Sehun keluar dan belum juga kembali ke cottage. Aku semakin khawatir dengannya.

Akhirnya, dengan tekat bulat, aku segera mengambil jaket ku dan keluar dari cottage.

Betapa kagetnya aku ketika melihat Sehun berada di depan pintu dengan sempoyongan. Dengan cepat aku membantunya masuk.

Kuletakkan tubuhnya di atas ranjang. Kubuka sepatunya, jaket dan juga beberapa kancing bajunya.

Kucium bau soju keluar menyeruak dari mulutnya. Astaga, dia mabuk? Mianhae Sehun.

Nah, sudah. Aku hendak pergi menuju kamar mandi, namun tiba-tiba kurasakan tangan Sehun menarik lenganku. “Diamlah disini sebentar.” Ujar nya yang masih menutup matanya. Aku tersenyum sekilas.

“Aku akan kembali, Sehun-ah. Kau pasti mabuk.” Aku bergumam pelan namun ia masih tidak mau melepaskan genggamannya. Ia malah menarikku ke atas tubuhnya.

Dengan cekatan ia mencium bibirku. Aku kaget, senang, dan juga bingung. Perasaan campur aduk ini tiba-tiba saja keluar dari hatiku.

Sehun melumat kasar bibirku. Mencoba masuk ke dalam mulutku. Namun aku masih terdiam. Karena aku tak kunjung membuka mulut, ia pun langsung menggigit kecil bibirku dan sontak aku membuka sedikit mulutku.

Ia mengabsen satu-satu isi dari mulutku.

Aku terdiam, antara melayang dan juga bingung.

Tanpa basa-basi, tangan Sehun masuk ke dalam baju ku. ia mengelus pelan punggungku. Kini seakan aku tengah terbang bersama dengan kupu-kupu di surga.

Dan setelah itu, semuanya bermula….

[Imajinasiin sendiri yah, entar full versionnya bakalan keluar(?) xD]

 

Author’s P.O.V

 

Pagi-pagi sekali Hyeju sudah bangun. Ia sudah rapi dengan bajunya. Ia duduk di depan cottage dengan senyum masih mengembang di bibirnya. Ia menunggu Sehun yang masih berada di dalam. Hari ini mereka akan jalan-jalan ke pantai.

Klek

Sehun keluar dalam cottage. Dengan penampilan menawannya—selalu.

Sehun berjalan mendekati Hyeju. “Tolong lupakan yang semalam. Yang semalam hanya karena aku mabuk.” Ujar nya pada Hyeju.

Jleb. Hanya 2 kalimat. Namun itu sudah dapat membuat sisa hati Hyeju yang sudah tak tersisa itu semakin miris merana. Ia bahkan merasakan hatinya kini sudah tak berbentuk lagi.

Sehun segera pergi tanpa melirik Hyeju sama-sekali. Hyeju terdiam.

“Kau… Kau jahat, Sehun-ah” Dor. Apakah ini adalah titik terakhir dari perjuangan seorang Hyeju? Apakah Hyeju kini benar-benar marah pada Sehun?

Hyeju mencoba tegar. Jika ada penghargaan untuk yeoja paling tegar, pasti Hyeju-lah pemenangnya. Ia sudah disakiti banyak hal oleh Sehun. Namun ia masih terus tersenyum. Ia bersandiwara di depan orangtuanya dan mertuanya. Berbicara seolah-olah tak ada hal yang disembunyikan. Namun dibalik itu semua, Hyeju sangatlah rapuh—sangat sangat rapuh.

Di pantai, Hyeju berjalan jauh di belakang Sehun. Manik matanya terlihat berusaha keras menahan buliran air bening itu turun dari mata indahnya.

Siang hari yang panas ini, ia mencoba menenangkan diri. Ia berhenti di salah satu pondok kecil. Ia duduk tanpa memperdulikan Sehun yang terus saja berjalan lurus kedepan tanpa memperdulikannya.

Tiba-tiba,

“Hey, Hye-Hyeju?” Sapa seseorang. Ya, seorang namja.

Hyeju yang merasa namanya dipanggil langsung terbuyarkan dari lamunan nya. Hyeju memicingkan matanya mencoba mengingat siapa yang kini berada di hadapannya. “Err—? Myung—Myungsoo bukan?” Tanya Hyeju memastikan.

Namja itu mengangguk. Lalu dengan cepat namja bernama Myungsoo itu duduk di samping Hyeju.

Mereka berbincang-bincang dengan serunya. Bahkan Hyeju tak menyadari bahwa masalah yang dihadapinya masih banyak.

Ternyata Myungsoo adalah teman SMA Hyeju.

Mereka berbincang-bincang sampai sore. Mereka tak menyadari bahwa ada sepasang mata tengah mengawasi mereka.

Author’s P.O.V End

 

Sehun’s P.O.V

Aku duduk di pinggir pantai. Entahlah dimana yeoja bernama Hyeju itu berada. Aku penasaran. Sejak tadi ia menghilang. Apa dia berada di cottage? Seharusnya aku menghampirinya saja.

Aku berdiri. Membersihkan sisa pasir yang berada di celana berwarna hitam ku itu.

Deg.

Aku melihat Hyeju. Ya, tapi dia tidak sendirian. Dia bersama dengan seorang namja. Siapa dia?

Aku melihat mereka bersenda gurau. Aku bahkan tidak pernah melihat Hyeju tertawa lepas di hadapanku. Mengapa harus seperti ini? Kini aku melihat istriku sendiri tertawa lepas dengan namja lain.

Entah mengapa jantungku merasa terbakar sekarang. Haruskah aku menghampiri mereka sekarang? Ya. Harus.

Brak.

Aku datang dengan tatapan sinis. Terutama pada namja itu.

Tanpa aba-aba aku langsung memberikan pukulan mentah padanya.

Bug.

Hyeju terlihat sangat kaget melihaku memukuli namja brings*k ini tanpa ampun.

Sehun’s P.O.V End

 

Author’s P.O.V

Hyeju kaget melihat Sehun yang begitu nafsunya memukuli Myungsoo. Ia langsung menarik lengan Sehun dan syukurlah itu berhasil.

“Stop!” Teriak Hyeju kemudian menarik Sehun dan mengintruksi Sehun untuk tidak memukul temannya itu.

Dengan lemah Myungsoo bangun. Wajahnya lebam. Dasar pun keluar dari sudut bibirnya.

Myungsoo mengeluarkan seringaiannya. “Jadi ini suami brengsekmu itu ya Hyeju-ya? Cih, seharusnya kau menikah denganku bukan dengannya. Bukankah aku adalah cinta pertamamu?” Myungsoo sepertinya hendak membuat Sehun marah lagi.

Rahang Sehun mengeras, wajahnya memerah. Nafasnya masih tersenggal-senggal. Sedangkan Hyeju membulatkan matanya kaget. “M-Mwo? Myungsoo-ya, sudahlah jangan begini. Em, Sehun-ya, aku akan mengobati lukanya dulu ya” Ujar Hyeju namun karena emosi, Sehun langsung mengeret Hyeju kembali menuju cottage.

Hyeju mencoba melepaskan genggaman tangan Sehun yang begitu keras. “Se-Sehun, Tolong lepaskan tangannmu itu” mohon Hyeju dengan nada memelas.

Namun Sehun yang masih terbakar emosi dan juga…cemburu? Ia tak mau melepaskan tangan nya dari lengan Hyeju.

Brak

Sehun menutup pintu dengan kasar. Ia melepaskan genggaman tangannya pada Hyeju. Hyeju terdiam. Ia marah dan juga kesal pada Sehun.

Dengan memberanikan diri, Hyeju berdiri dan menatap Sehun dalam penuh arti.

“Tidak bisakah kau sopan sedikit terhadapnya hah? Apa kau tak tahu tata karma Oh Sehun-ssi? Apa kau tak menggunakan otak genius mu hah? Dasar pabo!!” Teriak Hyeju dengan emosi.

Sehun tercengang dengan apa yang Hyeju barusan katakana. Ia tak menyangka bahwa inilah Hyeju ketika ia marah. Ia menyeseal. Ya, Sehun menyesal. Tapi menyesal untuk apa? Jawabannya adalah menyesal untuk segala-galanya yang telah ia perbuat kepada Hyeju.

“Kenapa? Kenapa kau membelanya? Apa benar kau ingin menikahinya hah? Apa kau menyesal kau menikah denganku?” Balas Sehun geram.

Hyeju terdiam sebentar “Kau fikir aku apa hah? Aku bukan wanita seperti itu. Aku tidak pernah menyesal menikah denganmu. Sama sekali tak menyesal. Hanya saja baru kali ini aku kecewa terhadapmu. Aku bertahan karena aku mencintaimu. Tapi kini kau menghancurkan semuanya. Semua kepercayaan dan juga semangat ku untuk terus menjadikanmu yang paling utama dan menjadikanmu teman hidupku.” Hyeju terdiam sebentar. Lalu melanjutkan kata-katanya

“Apa pernah kau berfikir tentang perasaan ku? Apa pernah kau mengerti perasaan ku? Kau tidak pernah! Aku berusaha bertahan denganmu. Aku berusaha mempertahankanmu. Tapi dirimu seolah membiarkanku begitu saja. Dan seolah membuatku menjadi Hyeju si sampah.” Hyeju kemudian terduduk lemah di lantai.

Sedangkan Sehun terdiam mendengar apa saja yang Hyeju ungkapkan padanya. Setiap kata dan kalimatnya menimbulkan satu pedang menancap di lubuk hatinya. Haruskah ia mengaku? Akankah ia mengakui semuanya?

Sehun terduduk. Melihat Hyeju yang menunduk dengan pundak bergetar.

Sehun mencoba berbicara namun langsung dipotong oleh Hyeju. “Besok kita kembali ke Seoul. Akan kuurus perceraian kita.” Ujarnya dingin.

Ya, dua kata yang akan membuat dunia Sehun berubah. Dua kata yang meluncur begitu saja dari bibir indah Hyeju. Dua kata yang tak pernah Sehun bayangkan sebelumnya. Sehun terdiam, rasanya ia ingin mati saja sekarang.

“Tapi, apa kau tak ingat malam itu? Bagaimana jika kau hamil?” Tanya Sehun dengan nada nelangsa—berbeda dari biasanya.

Hyeju berdiri dari duduknya lalu tersenyum meremehkan. “Kau bilang aku harus melupakan itu Tuan Oh Sehun. Tenang saja, aku sudah lupa. Lagi pula jika nanti anak ini sudah berada di dunia dia akan segera mempunyai figur seorang ayah yang lebih bertanggung jawab”Ujar Hyeju dengan penuh penekanan di setiap kata-nya. Kemudian dengan langkah cepat ia segera masuk dengan kamar mandi. Untuk apa lagi jika bukan untuk menangis? Hyeju bukanlah gadis yang selalu tegar jika sudah dalam kondisi seperti ini.

Sedangkan Sehun terduduk di kasur dengan pandangan kosong. Ia mencoba menelan kata-kata menyakitkan yang keluar mulus dari bibir Hyeju.

Sebuah pengakuan yang membuat dada Sehun terasa sesak bagaikan ada yang menghimpitnya dengan keras.

 

Hyeju baru terbangun dari tidur nyenyaknya. Matanya sembab akibat ia menangis semalaman. Ia lihat Sehun sudah tidak ada di kamar itu.

Lalu ia menemukan sebuah paper note yang berisi pesan dari Sehun.

“Oh Hyeju, jika kau masih menyayangiku, pergi dan temui aku di pantai. Kumohon kemarilah”

Deg.

Hyeju kembali dipusingkan dengan notes dari Sehun. Haruskah ia datang? Dia membaca kembali paper note itu. Oh–Oh Hyeju?

Hyeju tak dapat membohongi perasaannya sendiri walau semalam ia juga sangat tidak rela untuk melayangkan gugatan cerai pada Sehun.

Dengan cepat, ia mencuci wajah dan gosok gigi. Dan segera mencari Sehun di pesisir pantai.

Sedangkan Sehun tengah berdiri menghadap pantai. Ia menoleh ke samping. Tepat! Ia lihat, seorang gadis berambut panjang berjalan menghampirinya dengan wajah yang di tundukkan kebawah.

Jantungnya serasa ingin meledak sekarang. “Aku yakin ia masih menyayangiku

Dengan senyuman manisnya—yang tak biasa ia tunjukkan—Sehun berjalan ke arah Hyeju.

Ia tangkupkan tangan besarnya ke wajah mungil Hyeju. Hyeju kaget mendapati sikap Sehun yang lain dari biasanya.

Tanpa basa-basi lagi Sehun langsung memeluk Hyeju. Hyeju kaget melihat perilaku Sehun.

Mianhae, Hyeju—Oh Hyeju.” Ujar Sehun

Hyeju tak dapat menahan senyumnya–dan juga tangisnya “Untuk?” tanyanya kemudian melepaskan pelukannya. Namun tangan Sehun erat menggenggam tengan Hyeju.

“Semuanya.” Jawabnya singkat namun penuh makna.

Hyeju tersenyum tipis sembari menahan air mata keluar lagi dari pelupuk matanya. “Ne, aku mengerti.”

“Dan maaf telah membohongimu” Ujarnya.

“Eoh? Bohong tentang apa?” Tanya Hyeju bingung

“Aku berbohong tidak mencintaimu.” Hyeju terkesiap dengan jawaban Sehun.

“Maksudmu? Kau mencintaku? Lalu? Kenapa kau menjauhi ku seolah olah kau memebenciku?” tanya Hyeju

I Hate when I know that I too much love you. Aku menjauhimu karena aku tak bisa mengendalikan diriku saat dekat dengamu. Aku tahu bahwa kau selalu memperhatikanku ketika kau belum bangun di pagi hari. Aku tidak bangun karena aku ingin kau terus memperhatikanku, dan asal kau tahu… soal malam itu, aku sadar jika aku telah melakukannya. Maaf telah berbohong sebegitu jauh padamu” Sehun tertunduk namun ia terus menggenggam tangan Hyeju. “Aku sangat sadar malam itu. Maaf telah menyakitimu… menyakitimu sedalam ini”

Hyeju terdiam. Lama sekali terdiam….

Namun kemudian… “Kau jahat Sehun-ah! Kau jahat! Kau tidak tahu betapa sedihnya aku saat kau bilang kau melakukannya hanya karena kau mabuk. Sebenarnya A-Aku takut sekali ketika aku mengatakan akan bercerai denganmu semalam.” Hyeju memukul-mukul pelan perut sehun sambil menangis.

Dengan cepat Sehun memeluk Hyeju. “Mianhae. Aku mau kita besarkan anak kita bersama, dan maaf karena melukai temanmu. Aku hanya…. Cemburu. Kau tahu? Aku ingin anak ku tumbuh bersama ku. Yang pantas bersamamu hanya diriku.” ujar Sehun masih memeluk lembut Hyeju.

Hyeju mendongakkan kepalanya menatap Sehun Intens

“You must got a punishment!” Ujar Hyeju sambil menghapus air matanya lalu tersenyum mencurigakan.

Sehun menatap Hyeju dengan tatapan bingung.

Sedetik kemudian Hyeju langsung mendorok Sehun ke pantai hingga Sehun basah kuyup.

Sehun yang tak mau kalah pun langsung menarik Hyeju masuk ke dalam air.

“Ya! Kau berani padaku huh Tuan Oh?! You must got more punishment!” ujar Hyeju pada Sehun

Sehun tersenyum lalu mendekatkan tubuhnya pada Hyeju “I’ll take my punishment tonight” ujar Sehun dengan pelan dan sesekali menggigit kecil telinga Hyeju.

Ya! Nappeun namja eoh!”

Hyeju semakin gencar membasahi Sehun dengan air.

 

“Semuanya akan indah pada waktunya” – Shin Hyeju [Hate that I Love You.

[]End[]

 

 Halohalooooooooo~ Popoy disiniiii!!!!

Ini adalah ff pertama alias ff comeback dari popoy setelah popoy hiatus sekian abad /?

Dan kalian tau ga? Popoy bikin ff ini dengan ngebut karena takut batere NB abis. maklum pas lagi buat ff eh PLN nya nakal (?) -_- jadinya popoy bikin ff dalam keheningan malam dan merana dalam kegelapan (?) [readers: author lebay-_-]

Hehe, maklum lah, author masi kecil unyu munyu labil. (?)

Kalau kalian mendukung Couple HyeHun (?) terus melahirkan karya-karya nya, tolong RCL ya! READ COMMENT LIKE!

Oh iya, adakah disini yang bias nya KAI? Kalau ada angkat tangan(?) ya, soalnya bakalan Popoy bikinin ff main cast nya Kai

Thankiesssss

 


Real Love – Chapter 2

$
0
0

RL_Cover

Title : Real Love

Author : Nurzaita (@AiYmm257_)

Genre : Romance

Length : Chaptered / Series Fic

Rate : PG-15

Main Cast :

- Oh Sehun – EXO-K

- Xi Luhan – EXO-M

- Park Hyerin (OC)

Other Cast :

- Park Chanyeol – EXO-K

- Wu Fan – EXO-M

- Lee Naeun (OC)

***

Luhan POV

“Sehun oppa.. Kajima..”

Yeoja itu terus-menerus menyebut nama Sehun. Namja yang sudah meninggalkannya. Aku tahu betul bagaimana perasaan yeoja itu karena akupun juga pernah merasakannya, bahkan jauh lebih sakit dari ini. Kuusap lembut puncak kepalanya. Kubiarkan Hyerin memelukku semakin erat. Aku tahu ia membutuhkannya. Tapi ada sesuatu yang mengganjal dalam benakku ketika yeoja itu menyebut nama Sehun. Entahlah…

“Mianhae, Hyerin-ah tapi aku bukan Sehun.” ujarku pelan. Aku merasa pelukannya semakin melonggar. Apakah Hyerin kecewa karena aku bukanlah Sehun yang seperti ia harapkan? Tentu saja! Aku tahu dan cukup hafal perilaku yeoja ini karena aku mengenalnya cukup lama. Sekarang aku melihatnya dengan keadaan kacau bahkan lebih kacau dari yang kubayangkan sebelumnya.

“Luhan oppa?”

Aku tersenyum lalu menganggukkan kepalaku. Akhirnya yeoja itu benar-benar sadar siapa aku sebenarnya. Kutarik tubuhnya yang mungil lalu kupeluk dengan erat. Hyerin tidak menolak, bahkan ia membalasnya. Mungkin saat ini yeoja itu sedang butuh ketenangan dan aku berjanji tidak akan membuatnya bersedih seperti ini lagi. Entah caraku berhasil atau tidak aku akan berusaha.

Dua jam berlalu. Masih dalam posisi yang sama. Aku dan Hyerin masih saling berpelukan. Ia tertidur dalam pelukanku. Kutatap wajahnya dengan teliti, sangat kusut. Tapi aku melihat ada yang berbeda. Wajahnya damai seakan ia sangat menikmati tidurnya yang nyenyak, wajah polosnya itu terlihat lebih manis dari biasanya. Oh Sehun, kujamin kau akan menyesal memutuskan hubunganmu dengan Hyerin begitu saja!

Ngomong-ngomong soal Sehun, apa alasannya memutuskan Hyerin? Kenapa kemarin dia terkesan tidak peduli karena telah memutuskan Hyerin? Aku harus mencari tahu tentang itu. Hyerin sudah kuanggap seperti adikku sendiri dan aku tidak akan tinggal diam bila seseorang melukai perasaannya. Yah, sekalipun orang itu adalah Oh Sehun. Teman baikku sendiri.

Tiba-tiba tubuh Hyerin menggeliat Dengan gerakan pelan kubaringkan tubuhnya diatas tempat tidur lalu menarik selimut sampai menutupi badannya.

“Selamat tidur nyenyak, Hyerin-ah.”

Setelah berkata seperti itu, aku langsung keluar dari kamarnya dan melihat Chanyeol berdiri diambang pintu dan tersenyum padaku. Aku membalas senyumnya kecil lalu menepuk pundaknya pelan.

***

Normal POV

Sehun semakin melebarkan senyumnya ketika melihat yeoja disampingnya tertawa dan menatapnya lembut. Sehun membelai rambut yeoja itu lembut dan menatap matanya. Sungguh, Sehun merasa tidak bosan memandang yeoja yang —menurutnya— sangat sempurna itu. Wajahnya selalu ceria semakin mempercantik wajahnya, senyumnya yang manis, suaranya yang lembut. Ia merasa sangat beruntung mendapatkan yeoja itu. Lee Naeun.

“Chagi, aku menginginkan baju itu, apa boleh?”

Sehun menolehkan kepalanya kearah tempat dimana sang yeoja menunjuk suatu benda yang pasti adalah baju. Sehun tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ia menarik tangan Naeun masuk kedalam sebuah toko baju dan membelikannya untuk Naeun. Seorang yeoja yang kini berstatus menjadi yeojachingunya.

“Kau suka yang mana, chagi? Pilihlah, biar kubelikan.” ujar Sehun tersenyum.

Naeun tampak kegirangan dan menarik lengan Sehun lalu memeluknya. “Gomawo, chagiya~ Kau memang baik!” kata Naeun manja.

“Oleh karena itu kau harus bangga mempunyai namjachingu sepertiku, chagi.” ujar Sehun menarik Naeun kedalam pelukannya.

Naeun membalas pelukan Sehun dan tersenyum senang. Ia membenarkan perkataan Sehun, sangat membenarkannya, ia harus bangga mempunyai namjachingu seperti Sehun. Seringai khas menghiasi wajahnya, ia menghirup aroma tubuh Sehun yang wangi dan menatap namja itu dengan tatapan yang susah diartikan.

Bagus, tapi maafkan aku Oh Sehun.

***

Hyerin POV

Aku sedang berada di sebuah danau bersama seseorang. Aku tersenyum senang karena namja itu menatapku tapi tatapannya berbeda dari yang biasanya. Hatiku mencelos ketika aku mulai menyadari sesuatu yang sangat menyakitkan itu.

“Menjauhlah dariku, Hyerin! Kau hanya mengangguku saja!” bentaknya.

Aku menatap namja itu dengan pandangan sedih. “Sehun oppa…” ucapku lirih.

“Pergi, Hyerin! Aku tidak mau melihatmu lagi dan mulai sekarang anggap saja kita tidak pernah bertemu! Kau itu yeoja bodoh!” hardiknya.

Aku menundukkan wajahku. Ada rasa sakit disini. Di dada ini. Ya, sangat sakit begitu namja yang sangat kusayangi dan kucintai membentakku dengan perkataannya yang kasar. Aku lemas, semua organ tubuhku terasa tidak berfungsi lagi. Air mataku mulai menetes. “Wae? Katakan padaku alasannya!” kataku dengan nada tinggi.

“Aku tidak menyukaimu lagi, sekarang ini kau terlihat sangat jelek, cengeng, pendek dan menjijikkan! Apa kau tidak sadar? Huh? Mana ada namja yang mau dengan yeoja sepertimu. Pintarlah sedikit!”

“Oppa!” bentakku. Aku tidak tahan dengan hinaannya yang sangat menusuk hati itu.

“Jangan memanggilku oppa karena aku tidak mengenalmu lagi!” selanya. Ia menatapku sinis.

“Nappeun namja! Brengsek kau, Sehun!” kataku dengan nada tinggi.

“Ya! Kau berani mengataiku brengsek? Huh!” kulihat Sehun oppa melebarkan kedua matanya lalu menatapku datar dan penuh kebencian. “Rasakan ini karena telah berani mengataiku!”

Kulihat tangan Sehun oppa terangkat dan mulai melayangkan tangannya kearahku. Aku membelalakkan kedua mataku dan detik berikutnya aku langsung memejamkan mataku. Ya Tuhan, Sehun oppa menamparku.

PLAK!

“Aaaaakhh.” Aku berteriak kencang dan disaat yang sama aku langsung memegang pipiku yang baru saja ditampar. Aneh! Pipiku tidak terasa sakit. Aku mulai membuka mata dan melihat kesekeliling. Aku memcingkan mataku dengan bingung. Ini kamarku! Ini  bukan danau ditempat yang tadi.

Entah kenapa, otakku berjalan sangat lambat dan butuh waktu sepuluh detik untuk menyadari bahwa aku hanya bermimpi. Tunggu, mimpi? Aku menghela napas lega karena kejadian yang tidak kuinginkan itu hanyalah mimpi. Tapi tetap saja, kenapa aku masih merasakan sakit itu? Ya, sakit. Bukan dipipi, tetapi di hati ini. Seolah-olah kejadian tadi terasa sangat nyata. Kata-kata Sehun oppa masih terngiang dikepalaku.

BRAK!

“Hyerin-ah, gwenchana?”

Aku menatap Chanyeol oppa yang masuk kedalam kamarku. Aku sedikit bingung karena tiba-tiba Chanyeol oppa memasuki kamarku. Bukankah kamarku aku kunci sebelumnya? “Oppa, kau kenapa—” aku belum menyelesaikan ucapanku karena tiba-tiba seseorang masuk kedalam kamarku. Ani, dua orang.

“Hyerin-ah, gwenchana?”

Pertanyaan yang sama seperti yang Chanyeol oppa tanyakan padaku. Lagi-lagi aku hanya menatap bingung dua orang yang berada disebelah Chanyeol oppa itu. Kenapa mereka bisa berada disini?

“Luhan oppa, Kris oppa?” kataku menyebut nama dua orang itu. Ya, mereka teman Chanyeol oppa dan tentu saja temanku juga.

“Gwenchana?” Luhan oppa mendekatiku dan memegang kedua bahuku. Aku dapat melihat matanya yang penuh kekawatiran padaku.

“Kenapa bisa masuk? Bukankah pintunya kukunci?” bukannya menjawab aku malah balik bertanya sabil memasang wajah bingung.

“Tadi aku yang mendobrak pintunya dan menemanimu hingga kau tertidur.” Luhan menjelaskan sehingga membuatku mau tidak mau harus menatapnya. “Sekarang jawab, apa yang terjadi denganmu? Mengapa berteriak?”

“Mianhae membuat kalian kawatir. Nan gwenchana, tadi aku hanya mimpi buruk saja.”

“Lupakan Sehun!” Kris bersuara.

Aku, Luhan oppa dan Chanyeol oppa langsung menoleh kearah Kris oppa. Aku menatap Kris oppa dengan pandangan tidak suka. “Shireo!” jawabku cepat.

Kulihat Kris oppa menghela napas berat lalu merogoh tasnya dan menyodorkan sebuah amplop coklat padaku. “Sebenarnya aku ragu untuk memberimu ini tapi kurasa aku harus memberitahumu dan kau harus melihatnya. Tentu saja setelah melihatnya kau harus… Melupakan Sehun!” kata Kris oppa.

Aku menaikkan sebelah alisku heran. Apa maksud dari ucapannya itu? Sungguh, aku benar-benar tidak mengerti.

“Bukalah.”

Aku mengangguk menuruti perintah Kris oppa. Tanganku bergerak membuka amplop itu. Kulirik isinya ternyata terdapat sebuah photo. Entah kenapa tiba-tiba jantungku berdegup dengan kencang. Kumasukkan salah satu tanganku lalu kutarik photo itu keluar dan melihatnya. Ketika melihat photo pertama, udara disekelilingku terasa berat.

Photo Sehun, sedang tersenyum.

Aku ikut tersenyum melihatnya tersenyum dalam photo itu. Ia masih tampan seperti dulu, bahkan saat ini ia semakin tampan dan semakin lucu.

“Sehun oppa?” tanyaku. Entah untuk siapa pertanyaan itu kulontarkan, untuk diriku sendiri —mungkin.

“Ya, dia Sehun.” suara Kris oppa kembali terdengar namun suaranya lebih berat.

Aku menaruh photo pertama dibelakang photo-photo lainnya (?) dan melihat photo yang kedua. Kali ini aku merasa udara disekelilingku terasa lebih berat dari sebelumnya.

Sehun oppa, sedang bersama seorang yeoja. Entah siapa yeoja itu aku tidak dapat melihat wajahnya karena posisinya membelakangi kamera. Hatiku berdersir dan  rasa itu kembali menyerang.

Aku kembali membuka photo selanjutnya. Kali ini aku lebih terkejut. Aku melihat Sehun oppa  sedang bergandengan tangan dengan yeoja itu. Posisi keduanya masih membelakangi kamera. Ya Tuhan, kenapa sesesak ini rasanya? Sehun oppa juga menatap yeoja itu lembut dan penuh kasing sayang, tatapan yang hanya diberikan untukku.

Kubuka photo selanjutnya. Kali ini jantungnya terasa berhenti berdetak. Mataku mulai memanas dan pandanganku mulai kabur. Sehun oppa memeluk yeoja itu.

“Hyerin-ah.” Chanyeol oppa langsung merengkuh tubuhku dan membenamkan wajahku didadanya yang bidang.

“Ya! Apa maksudmu memberikan photo-photo ini pada, Hyerin?! Huh?! Ingin membuatnya semakin bertambah kacau?” bentak Chanyeol.

“Aku hanya ingin Hyerin berhenti bersedih dan melupakan Sehun. Sehun itu namja brengsek dan dia tidak pantas untuk Hyerin cintai, kau tahu?” balas Kris.

“Kris benar.” timpal Luhan.

Chanyeol menarik napas. “Mianhae.”

***

Normal POV

“Mianhae.” Chanyeol menarik napas dan menatap Kris dengan wajah bersalah.

“Gwenchana, aku hanya ingin yang terbaik untuk Hyerin. Dia harus mendapatkan namja yang pantas bersanding dengannya.” balas Kris.

Hyerin menahan napas. “Tapi… Aku masih mencintainya.”

“Kau tidak boleh lemah seperti ini, Hyerin-ah, kalau Sehun tahu namja itu pasti akan merasa menang dan lama-lama kau pasti akan tertekan bila terus memikirkannya. Cobalah untuk melupakannya, yah setidaknya bukalah hatimu kembali untuk namja lain yang lebih mencintaimu. Aku yakin setelah itu Sehun akan menyesal karena telah meninggalkanmu dan menyia-nyiakanmu seperti ini. Aku tahu kau yeoja yang kuat, Hyerin-ah.” Luhan berkata panjang lebar.

Chanyeol dan Kris menganga mendengarkan ucapan Luhan. Tumben-tumbennya Luhan berkata panjang lebar seperti itu.

“Tapi—” ucapan Hyerin terhenti karena Luhan menyela.

“Hyerin, hwaiting!” Luhan mengepalkan tangannya keatas dan tersenyum lebar.

Tanpa sadar Hyerin tertawa. Lagi-lagi Chanyeol dan Kris dikejutkan oleh sikap Luhan yang berubah hingga membuat Hyerin tertawa.

***

Hyerin menatap langit. Miliyaran bintang bertaburan diatas sana, lengkap dengan bulan yang menemani bintang membuat malam itu semakin indah untuk dipandang. Sikap Hyerin berubah drastis semenjak kejadian tadi sore, perkataan Luhan terus terngiang dalam otaknya. Ia juga meruntuki dirinya sendiri kenapa dirinya bisa menangis histeris seperti itu hanya karena seorang Sehun? Seseorang yang telah meninggalkannya. Yah, walaupun dalam hatinya masih terukir nama Sehun disana.

“Sedang apa?”

Seseorang mengejutkan Hyerin yang tengah duduk dibalkon kamar. Ia menolehkan kepalanya dan mendapati seseorang yang baru saja ia pikirkan kini telah berdiri dibelakangnya.

“Luhan oppa!” seru Hyerin dengan senyum melebar.

Namja bernama Luhan itu membalas senyum Hyerin dan menempatkan posisinya disebelah yeoja itu. “Aku melihat sesuatu yang berbeda darimu. Hari ini kau banyak tersenyum dan wajahmu kembali ceria seperti dulu.” Luhan berbicara dan mendongak menatap langit. “Aku senang kau mau mendengarkan ucapanku tadi.”

Blush. Seburat merah muncul pada wajah Hyerin membuat wajahya semakin menggemaskan. “Kurasa ucapan oppa benar dan aku terlalu berlebihan.” kata Hyerin malu-malu.

“Hyerin-ah, boleh aku bertanya?”

“Hmm?”

“Apa kau sudah siap membuka hatimu untuk seseorang?”

Raut wajah Hyerin berubah. “Entahlah, tapi kurasa aku belum siap. Tapi aku akan berusaha untuk membuka hatiku untuk orang lain.” jawab Hyerin.

“Kau masih mencintainya? Sebesar itukah?”

“Ne, hubungan kami sudah berjalan dua tahun dan kurasa aku tidak bisa melupakannya walaupun dia telah menyakitiku.” Hyerin menarik napas lalu kembali berbicara. “Karena aku terlanjur mencintainya.”

“Mmm, begitu?”

Hyerin menganggukkan kepalanya. Ia menarapatkan jaket yang dikenakannya begitu angin malam menusuk permukaan kulitnya. “Oppa, setahuku kau belum mempunyai yeojachingu sampai sekarang, memangnya kau belum pernah jatuh cinta?”

Luhan menoleh kearah Hyerin. Ia terkekeh begitu mendengar perkataan Hyerin lalu ia kembali mengalihkan pandangannya pada langit. Tatapannya menerawang. “Entahlah, tapi kurasa aku belum pernah jatuh cinta. Memang rasanya seperti apa?” jawabnya. Bohong. Itu bohong. Sebenarnya ia pernah merasa jatuh cinta, hanya saja  ia merasa kurang yakin.

Senyum Hyerin melebar. “Berbagai macam. Sedih, senang, kecewa, haru, dan sejenisnya itu bercampur menjadi satu. Kalau sudah merasa senang pasti akan senang, begitupun sebaliknya sedih dan sakit lebih terasa disini.” Hyerin menepuk dadanya sendiri. Senyumnya perlahan memudar karena tiba-tiba teringat dengan kejadian yang menimpanya. Ani, hubungannya. “Bahkan kalau disuruh memilih antara sakit hati atau sakit gigi lebih baik aku memilih sakit gigi saja.” lanjut Hyerin.

Luhan hanya tersenyum. Pikirannya masih melayang kemana-mana.

Hening. Hanya terdengar suara hembusan angin yang menerpa kulit masing-masing. Hanya terdengar deru napas mereka masing-masing. Keduanya hanya diam. Entah sampai kapan keduanya betah dengan keheningan yang tercipta kini.

Hyerin sangat membenci suasana seperti ini, maka dari itu ia memutuskan untuk kembali berbicara. “Ngomong-ngomong kenapa oppa berada disini? Bukannya tadi oppa sudah pulang?” tanya Hyerin. Ia kembali diam. Luhan tak kunjung merespon pertanyaannya membuat hatinya sedikit kesal karena sama sekali tidak ditanggapi.

Luhan diam beberapa saat. Hingga ia kembali membuka mulutnya. “Mm, wae? Apa tidak boleh menjenguk yeodongsaengku sendiri yang sedang patah hati? Haha.”

Hyerin menaikkan sebelah alisnya. “Yeodongsaeng?”

“Kau sudah kuanggap seperti yeodongsaengku? Wae? Tidak suka?” jawab Luhan. Tiba-tiba ia merasa jantungnya berpacu dengan cepat.

“Ah, tentu saja! Aku senang mempunyai oppa sepertimu, Luhan oppa!”

“Hyerin-ah, boleh aku meminta satu hal?”

“Mmm, katakan saja.”

“Aku ingin… memelukmu…” kata Luhan ragu. “Setidaknya, biarkan aku merasakan apa yang kini yeodongsaengku rasakan. Hanya ingin memberinya kehangatan, apa boleh?”

Hyerin tersenyum. Kedua tangannya ia angkat dan langsung ia kalungkan pada leher Luhan lalu ia mendekatkan tubuhnya untuk memeluk namja itu. Entah kenapa hatinya merasa damai, jika ia bisa menghentikan waktu ingin sekali ia menghentikannya dan merasakan pelukan hangat dari… Oppanya.

Luhan tersenyum datar. Matanya masih menatap langit dengan tatapan menerawang. Tangannya bergerak untuk membalas pelukan Hyerin. Damai.

***

Hyerin POV

Aku merasa lebih baik daripada hari-hari sebelumnya. Kini tekatku untuk melupakan namja yang pernah menjadi bagian dari hidupku sudah bulat. Aku benar-benar ingin melupakannya. Yah, tapi entahlah apakah aku mampu melupakannya atau tidak. Aku hanya berharap aku mampu melupakannya. Luhan oppa benar, aku harus melupakannya dan mulaimembuka hatiku untuk orang lain.Tapi… Huh! Lupakan saja! Sekarang ini, aku sedang berjalan menuju supermarket untuk membeli beberapa cemilan. Tetapi langkahku terhenti begitu seseorang menarik pergelangan tanganku pelan sehingga membuatku mau tidak mau berhenti melangkah dan membalikkan badan.

Seorang yeoja.

Aku memicingkan mataku mencoba untuk mengingat siapa yeoja yang menarik tanganku barusan. Nihil. Aku tidak mengingat apa-apa karena aku merasa sama sekali belum pernah bertemu dengan yeoja ini. Yeoja ini sangat asing bagiku tetapi ada sesuatu yang mengganjal dalam pikiranku ketika melihatnya. Beberapa saat aku kagum melihat yeoja ini, dia sangat cantik, tinggi dan terlihat anggun. Seperti artis saja.

“Ah, nuguseyo?” tanyaku sopan.

Kulihat yeoja itu menatapku dari ujung kaki hingga kepala. Melihatnya menatapku seperti itu, aku jadi ikutan memeriksa penampilanku. Kurasa tidak ada yang salah dengan penampilanku. Jadi sebenarnya, yeoja ini sedang apa? Huh! Mungkin saja dia salah mengenali seseorang! Mengganggu saja!

“Kau yang bernama Park Hyerin?” tanya yeoja itu.

Aku menganggukkan kepalaku. “Nuguseyo?” aku kembali mengulangi perkataanku. Masih dengan memasang wajah bingung. Bagaimana bisa yeoja itu tahu namaku sedangkan aku sendiri tidak tahu namanya.

“Yeodongsaengnya Park Chanyeol?” tanyanya lagi.

Aish, menyebalkan! Kenapa dia tidak menanggapi perkataanku? Bukannya menjawab malah balik bertanya. Baru saja aku ingin melontarkan pertanyaan yang saa ketika yeoja itu telah mendahuluinya membuatku membatalkan niatku.

“Perkenalkan, aku Lee Naeun.” dia mengulurkan tangannya.

Akhirnya yeoja ini merespon pertanyaanku. Kubalas uluran tangannya. “Park Hyerin.”

Yeoja bernama Naeun itu langsung melepaskan tangannya dan menatapku datar. “Jadi yeoja bernama Park Hyerin seperti ini?” gumamnya dengan nada mengejek.

Aku menaikkan alisku . Bingung. Ya, bingung karena perkataannya.

“Tidak ada bagus-bagusnya. Wajahnya memang lumayan, bentuk tubuhnya terlalu kecil, pendek lagi dan rambutnya? Huh! Tidak ada bagus-bagusnya!” kali ini dia menatapku sinis. “Yeoja sepertimu lebih pantas bersanding dengan pengemis atau preman atau bahkan para duda kesepian, wajahmu cocok dengan tipe pria yang seperti itu.” lanjutnya.

Mataku melebar mendengar ucapannya. Hei, berani sekali dia mengataiku seperti itu. Tidak kenal saja sudah berani mengejek. Sial! “Ya! Apa maksudmu? Huh? Jaga bicaramu Naeun-ssi!” kataku dengan nada tinggi.

Naeun semakin sinis menatapku. “Wae? Kau tidak suka? Itu terserahku karena aku yang mempunyai mulut bukan kau! Seharusnya kau berterimakasih padaku karena telah memberikanmu tipe pria yang pantas untukmu!” balasnya.

“Ya! Sebenarnya kau ini siapa? Beraninya kau berbicara seperti itu! Kau tidak pernah diajarkan sopan santun?” bentakku.

“Oh, kau berani membentakku rupanya!” ujarnya sinis dan menatapku dengan tatapan tidak suka. Ia mendorong bahuku pelan sehingga membuatku sedikit terdorong kebelakang. Yah, untung saja tidak jatuh. “Seharusnya kau itu sadar siapa dirimu yang sebenarnya!”

“Memangnya kau siapa?! Huh?! Kau juga harus sadar siapa dirimu itu! Berani sekali kau bersikap tidak sopan seperti itu!” bentakku.

“Sudah kukatakan bahwa aku adalah Lee Naeun!” katanya.

“Aku tahu itu—” aku menyela tetapi yeoja bernama Naeun itu juga menyela perkataanku.

“Dan aku yeojachingunya Oh Sehun! Hahaha…” dia menyela sambil tertawa lebar.

Aku tertegun.

“Sadarlah! Kau itu tidak pantas dengannya!”  Naeun membentakku yang dilanjutkan dengan mendorong bahuku lagi, namun kali ini lebih keras sehingga membuatku benar-benar terjatuh.

Dia… Lee Naeun.. Yeojachingu Sehun oppa… Itu berarti yang ada dalam photo itu adalah… Lee Naeun? Ya Tuhan.

***

TO BE CONTINUED

Kunjungi BLOG pribadi saya DISINI


Viewing all 317 articles
Browse latest View live